MAKALAH
Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Minangkabau
Disusun oleh:
kelompok 1:
Dosen pengampu;
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt. karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyusun Makalah yang berjudul “Sejarah Alam Minangkabau”.
Serta shalawat beserta salam selalu tercurahkan pada baginda Rasulullah Saw. yang mana
telah menuntun kita dari zaman Jahiliyah sampai pada zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan sebagaimana yang telah kita rasakan pada saat sekarang ini.
Makalah ini kami buat untuk memberikan pengetahuan tentang sejarah alam
minangkabau serta melengkapi tugas Islam dan Budaya Minangkabau pada semesester 3.
Semoga kita semua bisa mengambil isi pelajaran dari makalah yang kami buat. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dari makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Lukmanul Hakim, M.Ag selaku
dosen pengampu matakuliah Islam dan Budaya Minangkabau dan kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah ini dimasa yang akan datang.
Padang, 30 Agustus
2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................iii
A. Latar Belakang.......................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah..................................................................................................iii
C. Tujuan Masalah......................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................1
A. Kesimpulan.............................................................................................................7
B. Saran.......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan konsep Alam?
b. Apa yang dimaksud dengan konsep Luhak?
c. Apa yang dimaksud dengan konsep Rantau?
d. Apa yang dimaksud dengan Alam Takambang Jadi Guru?
C. Tujuan Masalah
a. Pembaca dapat mengerti dan mengetahui konsep Alam.
b. Pembaca dapat mengerti dan mengetahui konsep Luhak.
c. Pembaca dapat mengerti dan mengetahui konsep Rantau.
d. Pembaca dapat mengerti dan mengetahui konsep Alam Takambang Jadi Guru.
iii
BAB II
PEMBAHASAN
Merujuk pada artikel yang ditulis oleh Rusdi Chaprian, sejarah bermula pada masa
kerajaan Adityawarman. Adityawarman adalah seorang raja yang pernah memerintah di
Pagaruyung, pusat Kerajaan Minangkabau.Tidak hanya itu, dirinya juga merupakan raja
pertama yang memperkenalkan sistem kerajaan di Sumatera Barat. Kemudian pada abad ke-
17, provinsi ini mulai lebih terbuka dengan provinsi lainnya, khususnya Aceh.
Peristiwa adu kerbau ini, akhirnya dimenangi oleh kerbau minang. Kemenangan
tersebut, memunculkan kata minang dan kabau.
Sehingga selanjutnya, kedua kata tersebut dijadikan nama desa Minangkabau. Sebagai
pengingat dari kemenangan peristiwa adu kerbau antara Kerajaan Pagaruyung dan Kerajaan
Majapahit, masyarakat Minangkabau mendirikan rangkiang atau rumah loteng yang atapnya
mengikuti bentuk tanduk kerbau.
Runtuhnya kerajaan Pagaruyung, dan adanya pengaruh dari Belanda di Perang Padri,
membuat daerah pedalaman Minangkabau menjadi bagian dari Pax Netherlandica atau politik
kolonial Belanda, yang berupaya menyatukan wilayah jajahan Belanda.
1
Kemudian, saat ini Sumatera Barat atau Minangkabau terdiri dari 19 kota dan
kabupaten. Suku Minangkabau hingga sekarang tetap memegang teguh ungkapan “Adaik
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah” atau Adat yang didasari oleh hukum Islam, dan
mengacu kepada Kitabullah.
B. Konsep Alam
Dalam literatur tradisioanal minangkabau yaitu tambo dan kaba. Dilukiskan batas
lingkungan yang meliputi wilayah dan bagian bagian yang disebutkan diatas seperti riak yang
berdebur, sehiliran pasir nan panjang yaitu dari bayang ke sikiliang aia bangis yaitu
perbatasan dengan sumatera utara. Timur sampai taratak aia hitam (inderagiri), sialang
balantai besi (batas dengan pelalawan), tenggara sampai dengan sipasak pisau hanyut, durian
ditekuk raja, tanjung simaledu yang ketiganya adalah bagian barat provinsi jambi. Selatan
sampai dengan gunung patah Sembilan yaitu perbatsan jambi. Barat sampai laut yang sedidih
yaitu samudera hindia.
Dalam pengertian geografis, wilayah minangkabau terbagi atas wilayah inti yaitu
darek dan wilayah perkembangannya yang disebut rantau dan pesisir.
Darek adalah dataran tinggi yang dikelilingi oleh tiga gunung, gunung merapi,
gunung sago, dan gunung singgalang. rantau adalah wilayah kultural kedua orang
minangkabau antara dataran rendah dimulai dari daerah pantai timur sumatera. Pesisir adalah
daerah sepanjang pantai barat sumatera. Dari utara ke selatan, meulaboh, tapak tuan, singkil,
sibolga, sikilang, aie bangih, tiku, pariaman, padang, Bandar sapuluh, terdiri dari, air haji,
balai salasa, sungai tunu, pungasan, lakitan, kambang, ampiang parak, surantih, batang kapeh,
painan (bungo pasang, seterusnya bayang nan tujuah, indrapura, kerinci, muko-
muko,bengkulu.
2
Wilayah Alam Minangkabau secara umum dibagi kepada dua, yaitu luhak nan tigo
(Luhak Tanah Datar, Luhak Agam dan Luhak Limopuluah Koto) dan Rantau. Luhak
merupakan kawasan pusat atau wilayah inti dari alam Minangkabau. Sedangkan Rantau
adalah kawasan pinggiran sekaligus daerah perbatasan yang mengelilingi kawasan pusat
(Udri & Nurmatias, 2015:13). Kedua kawasan ini akan dijelaskan pada pembahasan
berikutnya.
C. Konsep Luhak
Luhak atau juga disebut Luak berarti sumur. Sumur adalah sumber mata air yang
menjadi dasar pembentukan hunian settlemen masyarakat. Secara historis, kecendrungan
masyarakat cendrung membentuk pemukiman penduduk memusat dan mendekat sumber-
sumber penghidupan mereka, dan cendrung mendekati mengitari/mendekati mata air.
Luhak dalam pengertian kurang. Misalnya Luhak Tanah Datar memberi tanda
geografis bahwa kawasan ini memiliki struktur tanah yang tidak datar. Luhak Agam berarti
kurang (tokoh) agama, Luhak Limapuluh Kota berarti kawasan yang pada awalnya dihuni
oleh lima puluh keluarga.
3
Luhak biasanya diikat dengan kesamaan dalam prinsip pelaksanaan hukum adat. Oleh
sebab itu, prinsip pelaksanaan adat di luhak nan tigo berbeda-beda berdasarkan sistem
kelarasan yang dianut.
D. Konsep Rantau
Rantau Minangkabau secara teritori adalah daerah di luar “luhak nan tigo” yang
merupakan daerah asal orang minangkabau bermukim dan menjalani kehidupan.
Rantau dalam pengertian ekonomi adalah daerah di luar daerah asal atau tanah tempat
mencari kehidupan.
Merantau adalah budaya orang Minangkabau untuk mengembangkan diri dan mencari
penghidupan. Namun tidak tertutup kemungkinan untuk mengembangkan kebudayaan daerah
asal di perantauan.
Kedudukan Rantau
Dari segi adat, kedudukan rantau sama dengan luhak. Rantau memiliki otonomi
sendiri seperti luhak. Masyarakat rantau hidup di lingkungan adatnya. Mereka berhak
mengurus dirinya, mengurus kekayaan rantaunya, membangun kehidupan ekonominya, dan
menetapkan pemimpinnya. Pedoman utamanya tetap adat minangkabau. Jadi rantau dan
luhak sama-sama wilayah minangkabau dan sama-sama memakai adat dan budaya
minangkabau.
Para perantau biasanya sudah pergi sejak usia belasan tahun, baik pedagang maupun
penuntut ilmu. Bagi sebagian masyarakat minangkabau merantau merupakan sebuah cara
yang ideal untuk kematangandan kesuksesan. Dengan merantau tidak hanya mendapat
kekayaan dan ilmu tapi juaga prestise kehormatan individu ditengah-tengah lingkingan adat.
4
Sebab-sebab masyarakat minangkabau merantau yaitu sebagai berikut;
1. Faktor budaya
Salah satu penyebabnya adalah system kekerabatan matrilineal. Dengan sitem ini,
penguasa harta pusaka dipegang oleh kaum wanita sedangkan hak kaum pria cukup kecil.
Selain itu setelah masa akil baligh para pemuda tidak dapat lagi tidur dirumah orangtuanya,
karena ruma hanya untuk kaum wanita dan suami beserta anak-anaknya.
2. Faktor Ekonomi
Pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan bertambahnya sumber daya alam
yang diolah, jika dulu hasil pertanian dan perkebunan sumber utam tempat mereka hidup
dapat mengidupi keluarga maka kini hasil sumber daya tersebut tidak cukup lagi untuk
menghidupi keluarga mereka. Selain itu adalah tumbuhnya kesempatan baru dengan
dibukanya daerah perkebunan dan pertambangan. Faktor-faktor inilah yang kemudian
mendorong masyarakat minangkabau pergi merantau.
3. Faktor perang
Falsafah minang didasarkan kepada pengajaran yang berasal dari hukum agama dan
hukum alam secara epistemology pepatah ‘alam takambang jadi guru’ mengajarkan orang
minangkabau untuk mengambil pengalaman dari berbagai fenomena dan kejadian di alam
sebagai bentuk inspirasi dan pengalam hidup, ide dan pola pikir.“Alam takambang jadi guru”
5
juga ungkapan pepatah Minangkabau yang sangat populer. Alam merupakan sumber belajar
(learning resources) bagi masyarakat Minangkabau.
Alam dengan segala bentuk, sifat, serta segala yang terjadi di dalamnya, merupakan
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai pedoman, ajaran, dan guru bagi masyarakat
Minangkabau.
Masyarakat Minangkabau belajar dari alam semesta yaitu semua peristiwa yang
terjadi secara alami di alam merupakan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Kedua pepatah ini menjadi isyarat untuk masyarakat Minangkabau agar selalu
mencari tahu, menyelidiki, menghayati dan mempelajari ketentuan yang telah ditetapkan dan
terjadi oleh yang terdahulu.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Minangkabau adalah kelompok etnik nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat
minangkabau. Masyarakat minangkabau sangat menonjol pada perniagaan, dan lain-lain.
Nama minangkabau berasal dari dua kata minang dan kabau.
Masyarakat minangkabau pada umum diusia muda sudah dianjurkan untuk merantau
baik dalam bentuk menuntut ilmu maupun itu dalam bentuk bekerja.
Masyarakat minangkabau juga memegang teguh prinsip yaitu “Alam Takambang Jadi
Guru” dan juga selalu memegang teguh pepatah yang berbunyi “dima bumi dipijak disitu
langik dijunjuang”.
B. Saran
Diharapkan semua pembaca bisa memahami dan mengambil isi dari makalah ini dan
bisa memaklumi kekurangan dari makalah ini karena minimnya pengetahuan penulis, maka
kritik dam saran sangat diharapkan penulis demi kesempurnaan dari makalah ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Ibid.
Hoktaviandri, mislaini, islam dan budaya minangkabau.desain sampul dan layout. 2022
Navis, A.A. alam takambang jadi guru. PT. grafit pers. 1984 jakarta.
www.com
https://tirto.id/asal-usul-nama-minangkabau-dan-sejarah-suku-minang-f5aG
http://nasirsalo.blogspot.com/2018/02/konsep-alam-minangkabau.html