Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ISLAM DANBUDAYA MINANGKABAU

tentang
Islam dan Alam Minangkabau,Nagari,Suku,
Kaum,Paruik dan Anak Nagari

Disusun Oleh :
Fazia Putri Zahrel
( 2314080013)
Rahmat Saleh Nasution
(2314080008)

Dosen pengampu :
Prof. Dr.H.Duski Samad, M.Ag

1TF-A
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH dan KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala


yangtelahmemberikan Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Islam dan Filsafat Adat Budaya Minangkabau" dengan tepat waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenui tugas pada mata kuliah
“Islam dan Budaya Minangkabau”. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan para pembaca dan penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Fatmi Fauzani Duski M.Pd selaku dosen
mata kuliah Kimia yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 9 Maret 2024

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................................ii
BAB I ............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................... 1
TUJUAN .................................................................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................ 2
Masuknya Islam ke Minangkabau ............................................................................................................. 2
ALAM MINANGKABAU ........................................................................................................................ 3
NAGARI,SUKU,KAUM,PARUIK DAN ANAK NAGARI .................................................................... 4
BAB III .......................................................................................................................................................... 6
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 6
Kesimpulan ................................................................................................................................................ 6
Saran .......................................................................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minangkabau adalah salah suku yang ada di Indonesia tepatnya diSumatera Barat
yang memegang filosofi alam takambang manjadi guru (alam semesta jadi guru).Hal ini
dapat diartikan,lingkungan sekitar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan dan budaya masyarakat Minangkabau.
Minangkabau merupakan suatu wilayah yang memiliki dan menyimpan banyak
sejarah pendidikan Islam.Sejarah pendidikan Islam dimulai pada abad ke-17 setelah
kembalinya Syekh Burhannuddin dari menuntut ilmu di Aceh dan mendirikan pusat
pendidikan yaitu surau.
Setiap negeri atau suatu wilayah dihuni oleh beberapa kaum atau suku yang
dimana dalam setiap kaum atau suku tersebut dipimpin oleh seorang kepala suku yang
biasa disebut dengan Datuak.Kepala suku yang menjabat dipilih secara demokratis oleh
kaum atau suku nya masing-masing,laki-laki,perempuan untu seumur hidup.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Islam dan Alam Minangkabau?
2. Bagaimana Nagari,Suku,Paruik,dan Anak Nagari pada Minangkabau?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Islam dan Alam Minangkabau
2. Untuk mengetahui Nagari,Suku,Paruik dan Anak Nagari pada Minangkabau

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam ke Minangkabau


Dalam menelusuri sejarah awal mula masuknya Islam ke Minangkabau kita akan
dihadapkan pada berbagai pendapat yang sulit untuk ditemukan jejak kepastiannya.
Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa Islam telah masuk ke kawasan ini pada abad ke-
12, ada yang berpendapat pada abad ke-14, dan bahkan ada yang menyimpulkan dengan
berpegang pada almanak Tiongkok menyebutkan bahwa sudah ditemukan satu kelompok
masyarakat Arab di Sumatera bagian Barat pada tahun 674 M. Artinya Islam telah masuk
ke daerah ini sejak tahun 674 M atau abad pertama hijrah.5 Tetapi, M. Jurstra dalam
bukunya, Minangkabau, Overzicht van Land, Geshiede en Volks memastikan bahwa
Islam tidak berlaku di Minangkabau sebelum tahun 1550 M., karena perutusan orang-
orang Minangkabau yang menghadap Albuerque di Malaka pada tahun 1551 M belum
beragama. Begitu juga Rue de Ariro, seorang kapitan dari Malaka menyebutkan bahwa
tahun 1554 orang-orang Minangkabau belum beragama.6 Dari berbagai pendapat ahli
sejarah tentang kapan masuknya Islam ke Minangkabau yang lebih bisa diterima oleh
banyak pihak adalah Islam baru dikenal oleh masyarakat Minangkabau dalam arti sebuah
agama diperkirakan sekitar tahun 1600 M. 1
Menurut satu pendapat, penduduk asli yang telah di Islamkan oleh pedagang-
Pedagang Islam yang berlayar dari Malaka menyusuri sungai Kampar dari Indragiri,pada
abad XV dan XVI M. Pendapat ini sangat boleh jadi, bila memang Malaka waktu itu
dikuasai oleh Portugis pada tahun 1511 M yang berakibat pada pindahnya jalur
perdagangan melalui pantai Barat Pulau Sumatera. Pada saat yang bersamaan, kerajaan Pasai
Aceh dibawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda tahun 1607-1638 M. yang sedang berada di
puncak kejayaan dan bercorak Islami menyebarluaskan pengaruhnya yang pada gilirannya dapat
menguasai kerajaan kecil Minangkabau.
Dalam kondisi seperti ini sebenarnya Islam telah mulai masuk dari wilayah perkotaan
pantai Barat Sumatera kemudian merambah kepedalaman Minangkabau. Gerakan ini
dipelopori oleh saudagar-saudagar Islam yang berasal dari Aceh yang masuk melaui
pesisir Barat pulau Sumatera atau lebih dikenal dengan Minangkabau yang terjadi pada
masa kejayaan kerajaan Pasai. Disamping mereka berdagang mereka juga
2
memperkenalkan Agama yang baru mereka anut yakni Agama Islam.
Pengaruh dan dampak paling awal dari agama Islam terlihat dari formulasi adat yang
baru, sebagai pola prilaku ideal, dalam arti bahwa unsur-unsur luar dapat seluruhnya
diserap dalam orde yang berlaku sebagai bahagian dari suatu sistem yang koheren.
Sangat sukar untuk mengetahui bagaimana cara reformasi dari seluruh pola struktural
masyarakat tercapai. 3

1
Samad, “Syekh Burhanuddin Dan Islamisasi Minangkabau (Syarak Mandaki Adat Manurun).”
2
Muslim, “Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Dan Kearifan Lokal (Konteks Budaya Minangkabau).”
3
Arif, “Sejarah Islamisasi Minangkabau.”
Pertama, tidak ada sumber adat yang dikenal sebelum masuknya agama Islam, kecuali
dalam informasi yang disebut di sana-sini dalam tambo, serta pepatah-petitih adat.
Kedua, “kodifikasi” atau lebih tepat perumusan adat yang sebenarnya baru mulai setelah
masuknya tulisan Arab. Lagi pula, dasar logika dan formulasi adat bersandar pada
“hukum logika” dalam Islam atau “mantiq”. Sikap orang Minang terhadap adat
didasarkan pada posisi berdampingan dar kesinambungan yang imperatif dari adat tak
lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan dengan pengakuan tentang pentingnya perubahan
sekalian air gadang.
sekali tapian berobah. Maka secara implisit dalam adat harus ada perubahan serta
penyesuaian terhadap keadaan usang-usang di pabaharui, lapuak-lapuak dikajangi
sedangkan keterangan permanen dalam sistem tersebut berkat kebutuhan untuk
menyesuaikan nilai dasar dengan keadaan yang berubah. Untuk menghadapi keadaan
yang bertentangan ini, sistem diatur sedemikian rupa, sehingga reevaluasi yang tak dapat
dicegah dapat berlangsung lancar, adat dibagi dalam berbagai kategori, dengan unsur-
unsur tetap dan yang berubah, prinsip umum serta variasi lokal mendapat tempat masing-
masing yang sewajarnya.
B. ALAM MINANGKABAU
Penamaan Minangkabau dalam sejarah dan cerita yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat sangat beragam sekali. Sejak dari tambo, kaba, dan cerita rakyat sampai
tulisan para ahli sejarah banyak mengaitkan nama Minangkabau dengan kisah-kisah
keberanian dan kehebatan nenek moyang orang Minangkabau, misalnya keberhasilan
mereka ketika dapat mengalahkan kerbau Majapahit melalui strategi mengadu kerbau
kecil yang sudah dipasang tanduk besi dengan kerbau besar yang dibawa pasukan
Majapahit. Namun, ada informasi yang dapat dipercaya, seperti yang ditulis oleh Joustra
dalam bukunya “Minangkabau, Overzicht Van Land, Geschiedenes en Volk” halaman
41-44 bahwa asal mula nama daerah Minangkabau berada dalam kegelapan. Di antara
keterangan-keterangan yang paling banyak mengandung kemungkinan kebenaran adalah
dari Vandertuuk, yang berpendapat bahwa perkataan itu berasal dari Phinangkhabu
“tanah asal”. Pendapat lain mainang “mengembalakan” kerbau adalah keterangan orang
banyak saja.4
Ditinjau dari sudut geografis, wilayah Minangkabau dahulunya jauh lebih luas
dibanding wilayah provinsi Sumatera Barat seperti sekarang ini. Sebab, masyarakat
pemakai dan yang menggunakan budaya Minangkabau melebihi teritorial Sumatera Barat
saat ini, karena meliputi sebagian penduduk provinsi Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera
Utara, bahkan sampai ke negara tetangga Negeri Sembilan Malaysia.

4
Syahril and Marjoni, “Jejak Perjuangan Syekh Burhanudin Dalam Mengembangkan Ajaran Islam Di Kabupaten
Padang Pariaman.”
Bergantinya nama Minangkabau menjadi Sumatera Barat bersamaan dengan masuknya
kolonial Belanda yang kemudian menyebut daerah ini sebagai Residentie van Sumatera
Westkust. Penamaan ini kemudan terus dipergunakan pada masa Indonesia merdeka
meskipun batas-batas wilayahnya mengalami pergeseran dari yang disebut Minangkabau
dahulunya.2 Batas-batas provinsi yang kini berlaku tidak sepenuhnya mengikuti keluasan
penyebaran orang Minangkabau dan pengaruh kulturnya.5

Sebagai salah satu propinsi di Indonesia luas daratan Sumatera Barat ± 1/48,2 (sekitar
42.297,39 Km)2 dari keseluruhan luas daratan Indonesia (sekitar 2.026.528 Km2 ).3
Tetapi setelah era kemerdekaanpun, Sumatera Barat masih sering disebut dengan
“Minangkabau”, dengan letak wilayah: di sebelah Utara berbatasan dengan provinsi
Sumatera Utara, di sebelah Timur berbatasan dengan provinsi Riau, di sebelah Selatan
berbatasan dengan provinsi Riau dan Jambi dan sebelah Barat berbatasan dengan
Samudera Hindia.

C. NAGARI,SUKU,KAUM,PARUIK DAN ANAK NAGARI

a. Nagari
Nagari adalah suatu masyarakat hukum, merupakan gabungan dari
beberapa suku, minimal 4 Suku. Menurut hukum adat (undang-undang nagari)
ada empat syarat untuk mendirikan sebuah nigari yaitu: terdiri dari 4 suku,
mempunyai balairong untuk bersidang, memiliki Masjid untuk beribadah dan
mempunyai tapian untuk mandi.6
Setiap nagari mempunyai batas-batas tertentu yang diterapkan atas dasar
pemufakatan dengan para penghulu. Batas itu adakalanya ditandai dengan alam
seperti bukit, sungai atau lurah(jurang).Namun dari setiap batas itu selalu diberi
lantak supandan. Disamping itu nagari juga mempunyai pemerintahan sendiri
yaitu dewan kerapatan Adat Nagari (KAN) Yang anggotanya terdiri dari para
penghulu andiko, sebagai wakil paruik atau suku.
b. Suku
Suku dipahamkan sebagai satu kesatuan masyarakat, yang setiap
anggotanya merasa badunsanak ( bersaudara ) dan seketurunan , serta mempunyai
pertalian darah menurut garis ibu 7. Jadi suku mengandung pengertian geneologis.
Setiap anggota yang mempunyai suku yang sama disebut sapasukuan dan tidak
boleh mengadakan hubungan perkawinan diantara mereka. Dengan demikian
suku-suku merupakan kesatuan.8

5
Nadeak et al., “Batas Wilayah Desa Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.”
6
Kemal, Pemerintahan Nagari Minangkabau & Perkembangannya.
7
Ariani, “Nilai Filosofis Budaya Matrilineal Di Minangkabau (Relevansinya Bagi Pengembangan Hak-Hak
Perempuan Di Indonesia).”
8
Abdullah, “Adat and Islam.”
c. Kaum
Orang Minangkabau yang berasal dari satu keturunan dalam garis
matrilineal, merupakan anggota kaum dari keturunan tersebut. Di dalam sebuah
kaum, unit terkecil disebut samande ( yang berasal dari satu ibu ). Unit yang lebih
luas dari samande disebut saparuik ( berasal dari nenek yang sama ). Kemudian
saniniak maksudnya keturunan nenek dari nenek. 9
d. Paruik dan Anak Nagari
Susunan masyarakat Minangkabau terkecil disebut paruik. Jika di
Indonesiakan secara harfiah artinya “perut”. Yang dimaksud paruik disini adalah
suatu keluarga besar atau famili, yang semua anggota keluarganya berasal dari
satu perut.Tiap-tiap paruik dipimpin oleh seorang penghulu yang dijabat oleh
laki-laki dari saudara ibu, dan dipilih oleh segenap anggota keluarga itu. 10
Sementara Anak Nagari merupakan warga atau orang-orang yang ada
didalam suatu nagari atau desa tersebut.

9
Bestari, Putera, and Aromatica, “Kaum Dan Nagari.”
Sukmawati, “Filosofi Sistem Kekerabatan Matrilineal Sebagai Perlindungan Sosial Keluarga Pada Masyarakat
10

Minangkabau.”
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada makalah ini membahas tentang sejarah masuknya Islam di Minangkabau lalu
alam yang ada di Minangkabau. Ajaran Islam yang berkaitan dengan adat budaya
Minangkabau merupakan hasil dari proses akulturasi antara ajaran Islam dan budaya
local Minangkabau.
Nagari merupakan suatu masyarakat yang merupakan gabungan dari beberapa suku
minimal 4 suku, nagari juga bisa disebut suatu desa pada suatu wilayah. Dalam suatu
nagari terdapat kaum yang memiliki suku yang beragam dan mempunyai hubungan antar
satu dengan yang lainnya.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan
tentang Islam dan Alam Minangkabau, dan kami juga sangat mengharapkan kritik dan
saran yang lebih membangun lagi untuk makalah-makalah kami kedepannya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. “Adat and Islam: An Examination of Conflict in Minangkabau.” Indonesia,


no. 2 (1966): 1–24.
Ariani, Iva. “Nilai Filosofis Budaya Matrilineal Di Minangkabau (Relevansinya Bagi
Pengembangan Hak-Hak Perempuan Di Indonesia).” Jurnal Filsafat 25, no. 1 (2015):
32–55.
Arif, Ridwan. “Sejarah Islamisasi Minangkabau.” Indonesian Journal of Islamic History and
Culture 1, no. 2 (2020): 122–37.
Bestari, Ibnu Chalid, Roni Ekha Putera, and Desna Aromatica. “Kaum Dan Nagari: Eksistensi
Kaum Dalam Pembangunan Di Nagari Pasia Laweh Kecamatan Palupuah Kabupaten
Agam.” Jurnal Manajemen Dan Ilmu Administrasi Publik (JMIAP) 6, no. 1 (2024): 11–
16.
Kemal, Iskandar. Pemerintahan Nagari Minangkabau & Perkembangannya: Tinjauan Tentang
Kerapatan Adat. Media Pressindo, 2009.
https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=aEStnj-
kg48C&oi=fnd&pg=PA1&dq=nagari+minangkabau&ots=h8K1JbGuQ1&sig=xRHnvTS
DwfjNTVHlds4PF89SZo8.
Muslim, Kori Lilie. “Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Dan Kearifan Lokal (Konteks Budaya
Minangkabau).” Jurnal Fuaduna: Jurnal Kajian Keagamaan Dan Kemasyarakatan 1, no.
1 (2018): 48–57.
Nadeak, Hasoloan, Alexander Y. Dalla, Deden Nuryadin, and Anung S. Hadi. “Batas Wilayah
Desa Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.” Jurnal
Bina Praja: Journal of Home Affairs Governance 7, no. 3 (2015): 239–50.
Samad, Duski. “Syekh Burhanuddin Dan Islamisasi Minangkabau (Syarak Mandaki Adat
Manurun).” TMF PRESS JAKARTA, 2003.
https://scholar.uinib.ac.id/id/eprint/255/1/SYEKH%20BURHANUDDIN%20DAN%20IS
LAMISASI%20MINANGKABAU%20(SYARAK%20MANDAKI%20ADAT%20MAN
URUN).pdf.
Sukmawati, Ellies. “Filosofi Sistem Kekerabatan Matrilineal Sebagai Perlindungan Sosial
Keluarga Pada Masyarakat Minangkabau.” EMPATI: Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial
8, no. 1 (2019): 12–26.
Syahril, Syahril, and Del Marjoni. “Jejak Perjuangan Syekh Burhanudin Dalam Mengembangkan
Ajaran Islam Di Kabupaten Padang Pariaman.” Tarikhuna: Journal of History and
History Education 3, no. 1 (2021): 84–98.

Anda mungkin juga menyukai