tentang
Islam dan Alam Minangkabau,Nagari,Suku,
Kaum,Paruik dan Anak Nagari
Disusun Oleh :
Fazia Putri Zahrel
( 2314080013)
Rahmat Saleh Nasution
(2314080008)
Dosen pengampu :
Prof. Dr.H.Duski Samad, M.Ag
1TF-A
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH dan KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minangkabau adalah salah suku yang ada di Indonesia tepatnya diSumatera Barat
yang memegang filosofi alam takambang manjadi guru (alam semesta jadi guru).Hal ini
dapat diartikan,lingkungan sekitar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan dan budaya masyarakat Minangkabau.
Minangkabau merupakan suatu wilayah yang memiliki dan menyimpan banyak
sejarah pendidikan Islam.Sejarah pendidikan Islam dimulai pada abad ke-17 setelah
kembalinya Syekh Burhannuddin dari menuntut ilmu di Aceh dan mendirikan pusat
pendidikan yaitu surau.
Setiap negeri atau suatu wilayah dihuni oleh beberapa kaum atau suku yang
dimana dalam setiap kaum atau suku tersebut dipimpin oleh seorang kepala suku yang
biasa disebut dengan Datuak.Kepala suku yang menjabat dipilih secara demokratis oleh
kaum atau suku nya masing-masing,laki-laki,perempuan untu seumur hidup.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Islam dan Alam Minangkabau?
2. Bagaimana Nagari,Suku,Paruik,dan Anak Nagari pada Minangkabau?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Islam dan Alam Minangkabau
2. Untuk mengetahui Nagari,Suku,Paruik dan Anak Nagari pada Minangkabau
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Samad, “Syekh Burhanuddin Dan Islamisasi Minangkabau (Syarak Mandaki Adat Manurun).”
2
Muslim, “Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Dan Kearifan Lokal (Konteks Budaya Minangkabau).”
3
Arif, “Sejarah Islamisasi Minangkabau.”
Pertama, tidak ada sumber adat yang dikenal sebelum masuknya agama Islam, kecuali
dalam informasi yang disebut di sana-sini dalam tambo, serta pepatah-petitih adat.
Kedua, “kodifikasi” atau lebih tepat perumusan adat yang sebenarnya baru mulai setelah
masuknya tulisan Arab. Lagi pula, dasar logika dan formulasi adat bersandar pada
“hukum logika” dalam Islam atau “mantiq”. Sikap orang Minang terhadap adat
didasarkan pada posisi berdampingan dar kesinambungan yang imperatif dari adat tak
lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan dengan pengakuan tentang pentingnya perubahan
sekalian air gadang.
sekali tapian berobah. Maka secara implisit dalam adat harus ada perubahan serta
penyesuaian terhadap keadaan usang-usang di pabaharui, lapuak-lapuak dikajangi
sedangkan keterangan permanen dalam sistem tersebut berkat kebutuhan untuk
menyesuaikan nilai dasar dengan keadaan yang berubah. Untuk menghadapi keadaan
yang bertentangan ini, sistem diatur sedemikian rupa, sehingga reevaluasi yang tak dapat
dicegah dapat berlangsung lancar, adat dibagi dalam berbagai kategori, dengan unsur-
unsur tetap dan yang berubah, prinsip umum serta variasi lokal mendapat tempat masing-
masing yang sewajarnya.
B. ALAM MINANGKABAU
Penamaan Minangkabau dalam sejarah dan cerita yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat sangat beragam sekali. Sejak dari tambo, kaba, dan cerita rakyat sampai
tulisan para ahli sejarah banyak mengaitkan nama Minangkabau dengan kisah-kisah
keberanian dan kehebatan nenek moyang orang Minangkabau, misalnya keberhasilan
mereka ketika dapat mengalahkan kerbau Majapahit melalui strategi mengadu kerbau
kecil yang sudah dipasang tanduk besi dengan kerbau besar yang dibawa pasukan
Majapahit. Namun, ada informasi yang dapat dipercaya, seperti yang ditulis oleh Joustra
dalam bukunya “Minangkabau, Overzicht Van Land, Geschiedenes en Volk” halaman
41-44 bahwa asal mula nama daerah Minangkabau berada dalam kegelapan. Di antara
keterangan-keterangan yang paling banyak mengandung kemungkinan kebenaran adalah
dari Vandertuuk, yang berpendapat bahwa perkataan itu berasal dari Phinangkhabu
“tanah asal”. Pendapat lain mainang “mengembalakan” kerbau adalah keterangan orang
banyak saja.4
Ditinjau dari sudut geografis, wilayah Minangkabau dahulunya jauh lebih luas
dibanding wilayah provinsi Sumatera Barat seperti sekarang ini. Sebab, masyarakat
pemakai dan yang menggunakan budaya Minangkabau melebihi teritorial Sumatera Barat
saat ini, karena meliputi sebagian penduduk provinsi Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera
Utara, bahkan sampai ke negara tetangga Negeri Sembilan Malaysia.
4
Syahril and Marjoni, “Jejak Perjuangan Syekh Burhanudin Dalam Mengembangkan Ajaran Islam Di Kabupaten
Padang Pariaman.”
Bergantinya nama Minangkabau menjadi Sumatera Barat bersamaan dengan masuknya
kolonial Belanda yang kemudian menyebut daerah ini sebagai Residentie van Sumatera
Westkust. Penamaan ini kemudan terus dipergunakan pada masa Indonesia merdeka
meskipun batas-batas wilayahnya mengalami pergeseran dari yang disebut Minangkabau
dahulunya.2 Batas-batas provinsi yang kini berlaku tidak sepenuhnya mengikuti keluasan
penyebaran orang Minangkabau dan pengaruh kulturnya.5
Sebagai salah satu propinsi di Indonesia luas daratan Sumatera Barat ± 1/48,2 (sekitar
42.297,39 Km)2 dari keseluruhan luas daratan Indonesia (sekitar 2.026.528 Km2 ).3
Tetapi setelah era kemerdekaanpun, Sumatera Barat masih sering disebut dengan
“Minangkabau”, dengan letak wilayah: di sebelah Utara berbatasan dengan provinsi
Sumatera Utara, di sebelah Timur berbatasan dengan provinsi Riau, di sebelah Selatan
berbatasan dengan provinsi Riau dan Jambi dan sebelah Barat berbatasan dengan
Samudera Hindia.
a. Nagari
Nagari adalah suatu masyarakat hukum, merupakan gabungan dari
beberapa suku, minimal 4 Suku. Menurut hukum adat (undang-undang nagari)
ada empat syarat untuk mendirikan sebuah nigari yaitu: terdiri dari 4 suku,
mempunyai balairong untuk bersidang, memiliki Masjid untuk beribadah dan
mempunyai tapian untuk mandi.6
Setiap nagari mempunyai batas-batas tertentu yang diterapkan atas dasar
pemufakatan dengan para penghulu. Batas itu adakalanya ditandai dengan alam
seperti bukit, sungai atau lurah(jurang).Namun dari setiap batas itu selalu diberi
lantak supandan. Disamping itu nagari juga mempunyai pemerintahan sendiri
yaitu dewan kerapatan Adat Nagari (KAN) Yang anggotanya terdiri dari para
penghulu andiko, sebagai wakil paruik atau suku.
b. Suku
Suku dipahamkan sebagai satu kesatuan masyarakat, yang setiap
anggotanya merasa badunsanak ( bersaudara ) dan seketurunan , serta mempunyai
pertalian darah menurut garis ibu 7. Jadi suku mengandung pengertian geneologis.
Setiap anggota yang mempunyai suku yang sama disebut sapasukuan dan tidak
boleh mengadakan hubungan perkawinan diantara mereka. Dengan demikian
suku-suku merupakan kesatuan.8
5
Nadeak et al., “Batas Wilayah Desa Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.”
6
Kemal, Pemerintahan Nagari Minangkabau & Perkembangannya.
7
Ariani, “Nilai Filosofis Budaya Matrilineal Di Minangkabau (Relevansinya Bagi Pengembangan Hak-Hak
Perempuan Di Indonesia).”
8
Abdullah, “Adat and Islam.”
c. Kaum
Orang Minangkabau yang berasal dari satu keturunan dalam garis
matrilineal, merupakan anggota kaum dari keturunan tersebut. Di dalam sebuah
kaum, unit terkecil disebut samande ( yang berasal dari satu ibu ). Unit yang lebih
luas dari samande disebut saparuik ( berasal dari nenek yang sama ). Kemudian
saniniak maksudnya keturunan nenek dari nenek. 9
d. Paruik dan Anak Nagari
Susunan masyarakat Minangkabau terkecil disebut paruik. Jika di
Indonesiakan secara harfiah artinya “perut”. Yang dimaksud paruik disini adalah
suatu keluarga besar atau famili, yang semua anggota keluarganya berasal dari
satu perut.Tiap-tiap paruik dipimpin oleh seorang penghulu yang dijabat oleh
laki-laki dari saudara ibu, dan dipilih oleh segenap anggota keluarga itu. 10
Sementara Anak Nagari merupakan warga atau orang-orang yang ada
didalam suatu nagari atau desa tersebut.
9
Bestari, Putera, and Aromatica, “Kaum Dan Nagari.”
Sukmawati, “Filosofi Sistem Kekerabatan Matrilineal Sebagai Perlindungan Sosial Keluarga Pada Masyarakat
10
Minangkabau.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada makalah ini membahas tentang sejarah masuknya Islam di Minangkabau lalu
alam yang ada di Minangkabau. Ajaran Islam yang berkaitan dengan adat budaya
Minangkabau merupakan hasil dari proses akulturasi antara ajaran Islam dan budaya
local Minangkabau.
Nagari merupakan suatu masyarakat yang merupakan gabungan dari beberapa suku
minimal 4 suku, nagari juga bisa disebut suatu desa pada suatu wilayah. Dalam suatu
nagari terdapat kaum yang memiliki suku yang beragam dan mempunyai hubungan antar
satu dengan yang lainnya.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan
tentang Islam dan Alam Minangkabau, dan kami juga sangat mengharapkan kritik dan
saran yang lebih membangun lagi untuk makalah-makalah kami kedepannya.
6
DAFTAR PUSTAKA