Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK

METODOLOGI STUDI ISLAM

Rustam Ms.i

Nama kelompok :

Fridiani Afrilien (11823037)


Maulida Adinda Lestari Simatupang (1182306)
Siti Holilah (11823133)

Kelas 2C Perbankan Syariah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

TAHUN 2019
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memeberikan
kepada kita Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga proses pembuatan makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik, guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Studi yang dibimbing oleh Bapak Rustam, SE., M.Si.

Makalah ini membahas tentang Hubungan Islam dan Kebudayaan serta


Islam dan Kebudayaan Lama. Dan tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat


banyak kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena iu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.

Pontianak , 03 April 2019

Penulis

i
Daftar Isi

Halaman Judul

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Islam di Afrika Timur........................................................................... 3


B. Islam di Asia Tenggara......................................................................... 5
C. Islam di Cina......................................................................................... 9

BAB III FAKTOR FAKTOR........................................................................ 13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam tersebar di berbagai belahan dunia hingga saat ini tidak lepas peran
oleh Nabi Muhammad Saw yang membawa ajaran Allah Swt. Serta penyebaran
islam tidak lepas dari peranan negara muslim saat itu.

Masuknya islam di kawasan Afrika Timur tidak lepas dari pengaruh orang
suci Arab dan Mesir. Kawasan Afrika Timur yang dimaksud disini mencakup
Sudan, Etiopia, serta Somalia. Masuknya islam di Afrika Timur ini disebarkan
oleh para pendatang Mesir dan Arab yang menduduki tanah mereka dan berhasil
mengalahkan kerajaan funj. Metode yang digunakan dalam penyebaran islam di
Afrika Timr ini menggunkana pendekatan kultural dan struktural.

Islam tersebar tidak hanya di kawasan Afrika saja tetapi juga merambat
hingga ke Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Patani, serta Mindanau).
Masuknya islam ke Asia tenggara ini para ahli berbeda pendapat, pendapat
pertama menyatakan bahwa islam dibawa oleh orang arab atau tepatnya
Hadramaut, pendapat kedua menyatakan islam masuk ke Asia Tenggara besaral
dari India, pendapat ketiga menyebutkan berasal dari Benggali. Sedangkan
penetrasi islam di Asia Tenggara dibagi menjadi 3 tahapan, tahap pertama yaitu
kedatangan islam dan ditandai pula dengan kemerosotan dan runtuhnya kerajaan
Majapahit abad ke-14 dan 15. Kedua datang dan mapannya kekuasaan kolonialis
di Asia Tenggra. Ketiga bermula pada abad ke-20.

Penyebaran islam di Cina pada tahun 750 M, Dinasti Umayyah dijatuhkan


oleh Dinasti Bani Abbas kemudian tentara muslim berhadapan dengan tentara
Cina untuki pertama kalinya di Talas. Dengan bantuan orang-orang Turki umat
islam mengalahkan tentara Cina, sejak saat itu penguasaan islam di Asia Tengah
semakin kukuh. Kemudian tentara ini menetap di Cina dan menikah dengan
wanita Cina, serta mendirikan masyarakat muslim di Cina pertama kali.

1
B. Rumusan Maslah
1. Bagaimana proses islamisasi Afrika Timur?
2. Apa yang menyebabkan islam masuk ke Asia Tenggara?
3. Apa yang menyebabkan islam masuk ke Cina?
C. Tujuan
1. Mengetahui proses islamisasi di Afrika Timur.
2. Mengetahui proses islamisasi di Asia Tenggara.
3. Mengetahui proses islamisasi di Cina.

2
BAB II

PEMBAHASAN

ISLAM DI AFRIKA TIMUR, ASIA TENGGARA, DAN CINA

A. Islam di Afrika Timur


Ira M. Lapidus (1993:524), profesor bidang sejarah di universitas
california, secara implisit, menjelaskan bahwa yang dimaksud Afrika
Timur pada abad ke 10 sampai abad ke 19 mencakup Sudan, Etiopia, dan
Somalia. Pada abad ke 20, wilayah ini tidak mengalami banyak perubahan,
kecuali adanya wilayah yang memisahkan diri dari Etiopia setelah bencana
kekeringan dan kelaparan, yaitu Eriteria.
Pada kesempatan ini, kita akan membicarakan islam di Afrika
Utara khususnya Sudan. Dalam sejarahnya, Sudan Timur (negara Sudan
modern) memisahkan diri dari Sudan Tengah. Sudan Timur berutang pada
fakta bahwa islam menyebar sampai ke Sudan Timur baru Mesir. Arab
menguasai Mesir pada tahun 641 H. Gelombang arab pertama yang
mendiami Mesir terjadi pada abad ix M. Kemudian terjadi perkawinan
antara aran pendatang dengan penduduk pribumi. Penetrasi arab pada abad
ix M. Ini kemudian diikuti oleh Mamluk. Pada tahun 1317, gereja Dongola
diubah menjadi masjid. Kemudian islam disebarkan hampir disetiap
daerah oleh arab keturunan. (Ira M. Lapidus, 1993 : 524-6)
Sementara itu, di Funj terdapat kerajaan kristen. Pada tahun 1504
M rajanya Amara dun Qas, yang mendirikan kota Sinar sebagai ibu kota
kerajaan Funj, dikalahkan oleh Arab-Muslim. Dari kota itu, dilakukan
hubungan perdagangan dengan Mesir. (Ira M. Lapidus, 1993: 526)
Islam disebarkan di Funj tidak hanya oleh elite politik dan
masyarakat pedagang, tetapi juga didukung oleh migrasi sarjana-sarjana
muslim, dan orang- orang suci ke berbagai daerah di Funj. Pada abad ke
16, perlindungan di funj menarik bagi para sarjana Mesir Afrika Utara,

3
dan Arabia. Mereka adalah orang-orang suci yang secara lokal dikenal
dengan faqis yang merupakan sarjana dalam bidang Al-quran, fiqih, dan
tasawuf. Orang-orang suci ini kemudian mendirikan sekolah sekolah yang
mengajarkan ilmu agama : Tafsir, fiqih, dan teologi (Ira M. Lapidus, 1993:
526-7)
Pada abad ke 18, kerajaan Funj mengalami disintegrasi. Sistem
perkawinan yang berada di bawah naungan kekuasaannya ikut hancur;
kerajaan-kerajaan lokal memperoleh otonomi. Disamping itu, para sultan
juga kehilangan kekuasaan kontrolnya terhadap pedagang. Akhirnya, pada
tahun 1820-1821 kerajaan Funj berada dibawah Mesir yang kemudian di
Funj diperkenalkan administrasi negara baru dan tendensi agama islam
yang baru pula. (Ira M. Lapidus, 1993:527)
Arabisasi dan Islamisasi Funj selanjutnya mengikuti perluasan
islam dan kerajaan-kerajaan diselatan dan barat. Di Dafur, pada abad ke 16
didirikan kerajaan baru, Keira, yang merupakan negara kecil yang multi
etnik. Nega Keira mewarisi konsep Sudan tentang negara ketuhanan
(Sudanic Concepts of Difine Kingship) yang kehidupan sehari-harinya
diatur dan dibatasi oleh ritual agama penyembah agama berhala (Rituals of
pagan origin ). Antara tahun 1660 dan 1680, Sulaiman menjadikan islam
sebagai agama kerajaan, membangun masjid-masjid, dan menambahkan
prinsip-prinsip syariah, dalam legitimasi. Bahasa arab dijadikan bahasa
kerasipan. (Ira M. Lapidus, 1993:527)
Pada akhir abad ke 18, ‘Abd Al-Rahman ar-rassyid
menggabungkan Sultan Darfur yang kemudian disebut Al-fasir.
Penggabungan Darfur disertai dengan islamisasi yang didukung oleh para
pedagang dan para sufi dari Sudan, Mesir, Arabia, dan Afrika Barat. Di
Darfur Timur, orang-orang suci, menikah dengan wanita setempat dan
membuka tempat pengajaran beserta masjid. Anak laki-laki tinggal
bersama Faqis sejenis pesantren untuk belajar; alumninya yang kembali
ketempat asalnya kemudian mengajarkan agamanya. (Ira M. Lapidus,
1993:527-8)

4
Demikianlah islam di Sudan yang disebarkan oleh orang-orang
suci dari Mesir dan Arab dengan pendekatan kultural dan struktural.
Pendekatan kultural diwujudkan dengan menyelenggarakan pendidikan
agama disekolah-sekolah dan masjid; dan melalui pernikahan para Faqis
dengan wanita setempat. Sedangkan pendekatan struktural adalah melalui
usaha secara politik. Dukungan struktural berhasil menjadikan bahasa arab
sebagai bahasa kearsipan bahkan Sultan membentuk administrasi peradilan
islam.
B. Islam di Asia Tenggara
Istilah Asia Tenggara yang dimaksud dalam tulisan-tulisan dengan
tulisan-tulisan de Graaf, Roff, dan Benda adalah wilayah-wilayah Islam di
Indonesia, Malaysia (Semenanjung dan Kalimantan Utara), Patani
(Thailand), dan Mindanau (Philipina Selatan). Asia Tenggara dalam
cakupan wilayah seperti itu, juga disamakan pengertiannya dengan
Nusantara (Archipelago) yang mencakup wilayah yang sama pula.
Sedangkan istilah Dunia Melayu adalah Sumatra dan Semenanjung
Malaya, sebagaimana digunakan oleh Bousfield. (Azyumardi Azra (ed.),
1989: xxii-iv).
Marcopolo, dalam perjalannnya dari Cina menuju Persia pada
tahun 1292, telah mengunjungi 8 kerajaan di pulau Sumatra. Dari 8 negara
yang dikunjunginya, hanya satu kerajaan yang diaggapnya telah memeluk
islam, yaitu Perlak. Para pedagang muslim mengislamkan Perlak hanya
disekitar perkotaan; penduduk yang tinggal dipedalaman tetap kafir dan
menyembah apa saja yang mereka lihat pada pagi hari. (H. J. De Graff
dalam Azyumardi Azra (ed.), 1989: 3).
Adapun mengenai kedatangan islam ke asia Tenggara terdapat tiga
pendapat. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa islam datang ke
Asia Tenggara langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa islam yang datang ke
Asia Tenggara berasal dari India. Pendapat ini pertama kali dikemukakan
oleh Pijnapel pada tahun 1872. Berdasarkan hasil penelaahannya, ia

5
berkesimpulan bahwa yang membawa islam ke Asia Tenggara adalah
orang-orang Arab yang bermadzhab Syafi’i dari Gujarat dan Malabar di
India. Pendapat ini dikembangkan oleh Snowck Hurgronnye. Ia
menyatakan bahwa para pedagang kota pelabuhan kota Dakka di India
selatan adalah pemawa islam ke Asia Tenggara (Sumatra). Pendapat ini
kemudian dikembangkan oleh Morrisson pada tahun 1951 dengan
menunjuk tempat yang pasti di India yaitu pantai Koromandel sebagai
pelabuhan tempat bertolaknya para pedagang muslim dalam pelayaran
mereka menuju Nusantara. (Azyumardi Azra (ed.), 1989: xii)
Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa islam yang datang ke
Asia Tenggara berasal dari Benggali (kini Banglades). Sambil mengutip
pendapat Tomepires, Azra mengungkapkan bahwa kebanyakan orang
terkemuka di Pasai adalah orang-orang Benggali dan keturunannya.
Islam didakwahkan di Asia Tenggara melalui tiga cara: pertama,
melalui dakwah para pedagang muslim dalam jalur perdagangan yang
damai; kedua, melaui dakwah para da’i dan orang-orang suci yang datang
dari India atau Arab yangb sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir;
dan ketiga, melaui kekuasaan atau peperangan dengan negara-negara
penyembah berhala (H. J. De Graaf dalam Azyumardi Azra(ed.), 1989: 2).
Penetrasi islam di Asia Tenggara secara umum dapat dibagi
menjadi tiga tahap: pertama, penetrasi dimulai dengan kedatangan islam
dan ditandai pula dengan kemerosostan dan kehancuran Kerajaan
Majapahit pada abad k 14 dan ke 15. Pada penetrasi tahap pertama,
penyebaran islam masih relatif terbatas dikota-kota pelabuhan. Peran para
pedagang dan ulama yang sekaligus guru-guru tarekat beserta murid-
muridnya, sangat besar dalam penyebaran islam. Pada tahap pertama ini,
islam diwarnai dengan tasawuf dan mistik. Meskipun tidak berarti aspek
hukum terabaikan, dimensi tasawuf tetap unggul dalam tahap islamisasi
ini, setidakya sampai abad ke 17. Islam mistik atau tasawuf yang datang ke
Nusantara dengan segala pemahaman dan penafsirannya dalam beberpa
segi ternyata “cocok” dengan latar belakang masyarakat setempat yang

6
dipengaruhi asketisme Hindu Budha dan sinkretisme kepercayaan lokal.
Penyebab lainya, karena tarekat cenderung toleran terhadap tradisi
semacam itu, yang sebenarnya bertentangan dengan praktik
unilitarianisme islam. (azyumardi Azra (ed.), 1989: XV)
Dalam tahap pertama ini, islam tidak langsung diterima dalam
masyarakat. Karena itu, di Jawa misalnya sebagaimana penduduk tetap
menganut kepercayaan nenek moyang mereka, atau memeluk agama islam
hanya secara nominal. Keadaan yang hampir sama juga ada di
Minangkabau. Sebuah manuskrip tahun 1761 menunjukkan bahwa
Minangkabau darek ( nama kota) kebanyakan masih menyembah berhala.
Meskipun demikian pada abad ke 18 lembaga-lembaga islam yang vital
seperti meunasah (Aceh), surau (Minangkabau dan Semenanjung
Malaya), dan pesantren (Jawa), mulai mapan, walaupun kebanyakn
merupakan kubu-kubu tasawuf. Salah satu tradisi belajar yang
dikembangkan ketika itu adalah pengambaraan intelektual: guru dan
kebanyakan murid-murid menuntut ilmu dan mengembara dari satu surau
ke surau lain atau dari satu pesantren ke pesantren lain unuk
meningkatkan pengetahuan keislamannya. Mereka mengembara bukan
hanya disekitar Asia Tenggara, tetapi juga sangat mungkin ke India,
Makkah, Madinah, dan Kairo atau tempat-tempat lain di Timur Tengah
(Azyumardi Azra (ed.), 1989: XVII).
Salah satu perkembangan intelektual yag cukup menarik adalah di
mulainya tradisi menulis. Kitab yang ditulis dalam bahasa melayu di
antaranya kitab shirat al mustaqim karya nuruddin ar raniry (1685) dari
Aceh. Kitab ini kemudian diberi syarah oleh muhammad arsyad al banjari
(1710-1812) dari Kalimantan selatan menjadi kitab sabil al muhtadin.
Kitab sabil al muhtadin ini kemudian diberi syarah kembali oleh daud al
fatani (1847) dari Thailand diberi nama bughyat al tullaf. (syamsul
wahidin dan Abdurrahman, 1984:20)

7
Pada abad ke 15 dan 16, masyarakat di asia tenggara paling tidak
memiliki 3 pilihan: tetap berpegang dengan ramuan kepercayaan hindu
budha dan kepercayaan lokal lainnya, masuk islam, atau masuk kristen.
Penetrasi islam kedua dimulai sejak datang dan mapannya
kekuasaan kolonialis di Asia Tenggara : Belanda berkuasa di Indonesia,
Inggris di Semenanjung Malaya, dan Spanyol di Filipina sampai abad ke
19. Sebagaimna dijelaskan oleh Roof dan Benda, penjajahan kolonial
justru mendorong kristalisasi renaisans islam. Karena kolonialis di
identitifikasi sebagai penjajah kafir, akhirnya islam tampil sebagai satu-
satunya wadah yang mampu meemberikan identitas diri dan menjadi
faktor nomor satu masyarakat pribumi yang terbelah oleh berbagai faktor
sosialdan kultural dalam menghadapi penjajah barat.(Azyumardi
Azra( ed.), 1989 : xvii dan xix).
Penetrasi islam ketiga bermula pada awal abad ke 20, ditandai
dengan “liberalisasi” kebijakan pemerintah kolonial, terutama belanda di
Indonesia. Karena kristen sudah terlanjur dihubungkan dengan penjajah, ia
sulit dijadikan mekanisme pertahanan diri penduduk nusantara pada
umumnya. Disamping itu, kepercayaan lain yang sudah di pengaruhi oleh
hindu budha tidak tampil sebagai pemersatu, karena hindu budha hanya
berda dipusat kekuasaan Jawa Tengah dan Jawa Timur; “tidak ada”
wilayah lain di asia tenggara yang benar-benar dipenetrasi oleh hindu
budha. (Azyumardi Azra(ed.),1989:xvii dan xix)
Di samping itu, Portugis yang datang ke Nusantara terlalu lemah
sehingga tidak mampu menaklukan Asia Tenggara secara keseluruhan.
Bersamaan dengan itu, Portugis, Inggris, dan kemudian, Belanda tidak
tertarik untuk mengkristenkan penduduk pribumi; meraka semata-mata
ingin meneruk keuntungan ekonomi sebesar-besarnya. Argumen ini
sekaligus mejelaskan mengapa kristen tidak begitu berkembang di
Nusantara. Selain itu, islam berkembang pesat karena tidak dirintangi oleh
penguasa kolonial setidaknya menurut kebijakan resmi mereka dan tidak

8
pula memaksakan agam kristen kepada penduduk setempat. (Azyumardi
Azra (ed.), 1989: xviii)

C. Islam Di China
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu lebih dari 4000 tahun,
sehingga termasuk negara yang berperadaban tertua didunia disamping
India, Mesir, dan Mesokotamia. Dalam jangka waktu 400 lebih Cina
mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik Nasional Cina dan
Republik Rakyat Cina. (WD. Sukisman, I, 1992: 1)
T’ai Tsung naik tahta pada tahun 626, 4 tahun setelah Nabi Saw
dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah menuju Madinah. Kira-kira
pada waktu yang sama, suku-suku nomat Turki di Asia Tengah berkumpul
di luar tembok besar cina untuk serbuan masal. Namun, T’ai Tsung dapat
mengusir mereka. Maka mulai muncullah migrasi menuju ke barat.
Mereka adalah suku yang anak cucunya merupakan masyarakat muslim
yang berbahasa Turki di Cina, berbeda dengan orang-orang muslim Hui
yang berbahasa Cina dari daerah selatan dan tengah. (A. Mukti Ali, 1996:
210)
Pada waktu T’ai Tsung mempertahankan dan mempersatukan
Cina, Nabi Muhammad Saw baru meletakkan dasar-dasar negara islam.
T’ai Tsung, pada tahun 638 M pernah menolak memberikan bantuan
kepada Yazdegerd yang pada waktu itu memerintah wilayah yang
sekarang termasuk Iran, Afganistan, dan Pakistan, yang meminta
pertolongan untuk melawan kekuatan baru, yaitu orang-orang islam.
Tetapi Kao Tsung, menerima permintaan yang sama untuk membantu
Syah Teroz, anak Yazdegerd ia memenuhi permintaan itu karena
menyadari nacaman umat islam terhadapnya sangat serius.
Sasani dan Dizantium merupakan kekuatan besar disebelah barat.
Jauh sebelum kebangkitan islam, Sasani dan Bizatium telah datang ke
istana Cina melalui jalan yang terkenal dengan jalur sutera, jalan
perdagangan besar yang menghubungkan dengan Cina dengan

9
Konstatinopel terus ke Roma. Dinasti Cina khawatir jalan sutera yang
terkenal itu akan tertutup oleh Imperium Islam yang semakin luas
wilayahnya setelah berhasil menundukkan Dinasti Sasani Persia.
Disamping itu, Cina juga kahawatir kekalahan Sasani, Persia membuka
kesempatan bagi suku-suku Turki yang diusir keluar dari tembok besar
oleh T’ai Tsung untuk memulai kembali serangannya ke Cina. (A. Mukti
ali, 1996: 211-2)
Pada tahun 651 M; ketika Syah Peroz meminta bantuan kepada
Kao Tsung untuk melawan bangsa arab, Kao Tsung menerima utusan
khalifah Usman bin Affan (Khalifah ke tiga). Utusan yang membawa
hadiah cukup banyak untuk Cina itu, menginformasikan bahwa bangasa
arab telah memerintah selama 34 tahun dan telah mempunyai 3 orang raja
setelah itu, Cina banyak memperhatikan perkembangan umat islam secara
terus menerus. Mereka menyebut orang arab sebagai Ta-shih dan
muawiyyah sebagai Mo-ee. (A. Mukti ali, 1996: 212)
Pada tahun 705, Qutaiba bin Muslim menuju ke timur dari
Khurasan ke Asia Tengah sepuluh tahun kemudian, ia berhasil
menundukan Bukahara, Khawajim dan Samarkhand dan sampai ke
Farganah, daerah yang termasuk Asia Tengah. Menurut Al-tabari, Qutaiba
berhasil melintasi pegunungan langit benteng kokoh yang melindungi Cina
dari barat. Setelah melintas Oxus, Qutaiba berusaha merebut jalur sutera,
tetapi penaklukan tidak berlangsung lama dan konflik antara islam Cina
dapat dihindarkan. (A. Mukti Ali, 1996: 213)
Pada tahun 750 M; Dinasti Umayyah dijatuhkan oleh Dinasti Bani
Abbas. Satu tahun kemudian, tentara muslim berhadapan dengan tentara
Cina untuk pertama kalinya di Talas. Dengan bantuan orang-orang Turki
umat islam dapat mengalahkan tentara Cina. Sejak peristiwa itu,
penguasaan islam terhadap Asia Tengah semakin kukuh dan sebagian
besar penduduknya memeluk islam.
Hasil dari pertempuran Talas lainnya adalah ditangkapnya
beberapa orang Cina yang ahli dalam membuat kertas. Karya mereka

10
kemudian diperkenalkan pada Dunia Islam. Pembuatan kertas ini
mendorong berkembangnya kebudayaan Baghdah sehingga sejajar dengan
kebudayaan Ch’ang- an (Cina). Disamping itu, pertempuran Talas juga
membawa ribuan muslim kenegeri Cina. Hal inilah yang kemudian
mendorong An Lu-shan (Berdarah campuran antara Sogdian dan Turki)
memberontak terhadap Dinasi T’ang setelah Su Tsung mengundurkan diri
dan digantikan oleh An Lu-shan yang menduduki Cha’ang “Su Tsung
rupanya terpengaruh oleh sukses umat islam dalam perang Talas dan
meminta bantuan Abu Ja’far Al-Mansur (Dinasti Bani Abas) supaya
mengirim tentara untuk merebut kembali Ch’ang. Al-mansur menanggapi
permintaan itu. Ia mengrimkan 4.000 tentara untuk membantui Su Tsung
merebut kembali kota Cha’ang. Tentara-tentara ini kemudian menetap di
Cina, kawin dengan wanita-wanita Cina, dan mendirikan masyarakat
muslim yang pertama di Cina. Anak keturunan mereka kini berada
diantara orang-orang Cina muslim Hui (A. Ali, 1996. 214-5: 2 lihat Hasan
Ibrahim Hasan, 1989: 84). Dalam waktu bersamaan, jalur sutera yang
sudah ada dikembangkan sehingga membuka jalur dagang antara Cha’ang
dan Baghdad. (A. Mukti Ali, 1996: 215)
Sulaiman pedagang yang banyak melakukan perjalanan ke India
dan Cina menceritakan pengalaman dagangnya. Ia menyatakan bahwa
emperor Cina mengangkat seorang pejabat muslim di Canton supaya dapat
mengatur dan memudahkan hubungan dengan pedagang muslim. Pejabat
ini juga memimpin shalat jum’at dan memberikan khotbah denga
mendoakan Khalifah Abbasiyah (a. Mukti Ali, 1996: 216). Menurut Hasan
Ibrahim Hasan (1989: 84), Sulaiman adalah utusan khalifah Bani
Umayyah, Hisyam pada tahun 726 M; bukan sekadar pedangang.
Perkembangan selanjutnya, Jengis Khan menghancurkan Dinasti
Abbasiyah (1258) dan Dinasti Sung di China (1260). Mereka mendirikan
Dinasti Yuan (1260-1368). Dinasti Yuan berjasa dalam penyebaran islam
ke pedalaman Cina sehingga banyak orang islam menduduki jabatan
penting. Marcopolo mencatat bahwa provinsi Yunnan dibawa orang-orang

11
monggol adalah muslim dan mempunyai gubernur seorang muslim,
Syamsuddin Umar (A. Mukti Ali: 217). Syamsuddin Umar diangkat oleh
Kubilai Khan menjadi guberbur Yunnan (1273-1279). Setelah wafat, ia
digantikan oleh anaknya, Nasiruddin, yang kemudian digantikan oleh
anaknya, Husain. Keluarga inilah yang giat berdakwah menyebarkan islam
di China.
Dibawah dinasti Yuwan, akar pakar muslim, khususnya ahli
perbintangan, mendirikan obser fatorium yang terkenal di Shensi (Showan
Six). Dan dibawah dinasti Ming (1368-1644), China dan islam mempunyai
hubungan yang lebih erat. Pada masa ini, pertama kalinya orang-orang
muslim Cina dalam jumlah yang banyak melakukan ibadah haji ke
Mekkah. Pada zaman dinasti Ming, juga terjadi penerjemahan besar-
besaran kitab-kitab yang berbahasa arab kedalam bahasa cina ,dan masjid-
masjid di bangun di negri Cina. (A. Mukti Ali, 1996: 218)
Selama abad 19, terdapat pemberontakan besar di negri Cina, dan
pemberontakan-pemberontakan Yunnan (1855-1873) oleh penduduk
muslim yang akhirnya ditumpas dengan kekejaman yang luar biasa.
Setelah revolusi kebudayaan (1966), ummat islam yang merupakan
minoritas sama sekali tidak menampakkan diri. Hubungan dengan
sebagian ummat islam di negri lain mendungin. Pada awal revolusi
kebudayaan, masjid-masjid dirusak, dihancurkan, atau ditutup. (A. Mukti
Ali, 1996: 206).

12
BAB III
FAKTOR-FAKTOR

A. Faktor-faktor yang menyebabkan Islam masuk ke Afrika Timur


1. Perkembangaan islam di Sudan sangat mengembirakan. Salah satu
tokoh yang berjasa masuknya islam di Sudan adalah Abdullah bin
Said bin Ali Sarah. Penyebaran islam di negri ini dilakukan dengan
mengajarkan ilmu tasawuf dam filsafat. Tokoh yang paling
mempengaruhi waktu itu adalaha syaikh Abdul Qadir Aljilani dan
Abdul Hasan Asyazali.
2. Etiopia, islam masuk di Etiopia ketika Rasulullah masih hidup.
Pada saat itu ada 15 orang muslim yang hijrah ke Etiopia. Negri ini
pada masa Rasul dikenal dengan nama Habsyinia atau Habsyah.
Sejak abad 104 M, orang muslim Hasbaniah mengadakan
hubungan dengan mesir (al-azhar), sehungga memunculkan ulama-
ulama terkenal pada masa itu. Pada tahun 1934 M, Al-Azhar
mengirimkan beberapa utusan yang bertugas untuk mengajar
agama islam. Beberapa masjid didirikan sebagai pusat ibadah umat
islam, dan madrasah sebagai pusat pendididkan umat islam.
3. Somalia, sebelum islam masuk di Somalia, agama kristen masuk
lebih dahulu. Ketika islam masuk di negri terjadialh perang, pada
akhirnya islam dapat berkembang di negri ini. Islam masuk di
Somalia pada tahun 860 M. Masyarakat muslim Somalia mengikuti
madzhab Sunni, Syiah, dan ada yang menganut ajaran tasawuf.
B. Faktor-faktor yang menyebabkan Islam masuk ke Asia Tenggara
1. Faktor perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya islam adalah dari
perdagangan
2. Faktor perkawinan
Dari sudut ekonomi,para pedagang muslim memiliki status sosial
yang lebih baik dari pada kebanyakan pribumi, sehungga penduduk

13
pribumi terutama putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri
saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawinkan mereka diIslamkan
terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan
mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, derah-
daerah, dan kerajaan muslim.
3. Faktor tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang
bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat
Indonesia.
4. Faktor pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui ppendidikan, baik pesantren
maupun pondik yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-
kiai dan ulama.
5. Faktor kesenian
Saluran islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah
pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang
paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah
meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.
6. Faktor politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk islam
setelah rajanya memeluk islam lebih dahulu. Pengarah politik raja
sangat membantu tersebarnya islam di daerah ini.
C. Faktor-faktor yang menyebabkan Islam masuk ke Cina.
1. Ajaran islam masuk ke Cina dibawa oleh para sahabat nabi
Muhammad SAW yang hijrah ke Habasyah (Etiopia).
2. Catatan lain menyebutkan bahwa islam pertama kali tiba di Cina
pada tahun 616 M.
3. Versi ke 3 nabi Muhammad SAW mengantar dan melepas
beberapa orang sahabat untuk pergi berdakawah ke Cina. Mereka
antara lain Sa’ad bin Abi Waqos, Qois bin Abu Hudzzafah, ‘Urwah

14
bin Abi Utan, dan Abu Qois bin Alharijts. Peristiwa ini terjadi
sebelum beliau berhijrah ke Madianah.
4. Agama islam pertama kali tiba di Cina pada tahun 616 M atau
sekitar 20 tahun lebih setelah wafatnya Rasulullah SAW.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Masuknya islam ke Afrika Timur dibawa oleh orang-orang suci
dari Mesir dan Arab menggunakan pendekatan struktural dan
kultural. Pendekatan struktural yaitu melalui penerapan bahasa
arab sebagai bahasa sehari-hari di Afrika Timur, sedangkan
pendekatan kultural melalui perkawinan.
2. Masuknya islam ke Asia Tenggara diwarnai 3 penetrasi yaitu
runtuhnya kerajaan Majapahit, mulai tumbuhnya kolonialis di
Nusantara, ataupun tumbuh sekitar abad ke 20.
3. Masuknya islam di Cina disebabkan T’ai Tsung naik tahta pada
tahun 626, 4 tahun setelah Nabi Saw dan sahabat-sahabatnya
meninggalkan Mekah menuju Madinah. Kira-kira pada waktu yang
sama, suku-suku nomat Turki di Asia Tengah berkumpul di luar
tembok besar cina untuk serbuan masal. Namun, T’ai Tsung dapat
mengusir mereka. Maka mulai muncullah migrasi menuju ke barat.
Pada saat T’ai Tsung memperthankan Cina, Kemudian Nabi
Muhammad Saw meletakkan dasar Islam di Cina. Pada saat Bani
Umayyah di kalahkan oleh Bani Abas satu tahun kemudian tentara
islam berhadapan dengan tentara Cina, dan dibantu oleh tentara
Turki, dengan bantuan tentara turki islam dapat mengalahkan
tentara Cina, sejak saat itulah pondasi islam di Asia Tenggara
semakin kukuh.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Atang Hakim, Mubarak Jaih. Metodologi Studi Islam. PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung: Febuari 2006.

Http://nanikpaic.blogspot.com/2015/02/perkembangan-islam-diasia-
tenggara.html?m=1 diakses pada pukul 15.20 Pm, pada tanggal 9 April 2019

Https://www.academia.edu/7910401/Dakwah-islam-ke,Afrika-dan-asia diakses
pada pukul 15.44 Pm pada tanggal 9 April 2019

Pitiyogyakarta.com/index.php/artikel/85-awal-masuknya-islam-ke-cina diakses
pada pukul 16.04 pada tanggal 9 April 2019

17

Anda mungkin juga menyukai