Anda di halaman 1dari 12

Laporan Hasil Observasi

Budaya Alam Minangkabau

UTS Lapangan

Oleh:

Refky Maulana Ishaq


NIM: 21120009

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
2022
KATA PENGANTAR

Bissmilahirrohmanirrahim
Alhamdulillah segala puji syukur hanya untuk Allah yang telah mencurahkan Rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam menyusun makalah ini
sebagai bahan penilaian untuk ujian tengah semester ganjil mata kuliah Budaya Alam
Minangkabau. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW.
Penulis mencari isi yang tercantum dalam makalah ini dari sumber-sumber yang dapat
dipercaya termasuk didalamnya artikel, narasumber dan jurnal yang membahas tentang hal yang
bersangkutan.
Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam isi,
bentuk maupun susunan kalimatnya akan tetapi berkat bimbingan dan dorongan serta do'a dari
berbagai pihak maka kesulitan-kesulitan yang kami hadapi, Alhamdulillah dapat teratasi.
Namun penulis tetap menerima dan mengaharapkan kritik serta saran dari pembaca yang menuju
ke arah kebaikan dan kesernpurnaan dalam makalah ini.
Semoga apa yang penulis usahakan ini kiranya dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca umumnya, Amin.

Padang Panjang, 12 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang. ................................................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah. .............................................................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah. ........................................................................................................... 1
1.4 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.5 Manfaat............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Sejarah Singkat Minangkabau. ......................................................................................... 3
2.2 Sejarah Kebudayaan Fisik Minangkabau. ........................................................................ 3
2.3 Kebudayaan Sosial Minangkabau. ................................................................................... 6
2.4 Kesenian di Minangkabau. ............................................................................................... 6
2.5 Kepemilikan Istano Basa Pagaruyuang dan Pemerintahannya sekarang. ........................ 8
2.6 Lampiran. ......................................................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.
Ujian tengah semester (UTS) merupakan salah satu bagian dari penilaian akademik
terhadap mahasiswa setiap delapan minggu perkuliahan didalam satu semester atau
dilakukan dipertengahan semester berjalan. UTS dilakukan apabila telah melaksanakan
setengah dari materi yang perkuliahan yang telah dijabarkan di dalam Rencana
Pembelajaran Semester (RPS). Jika terdapat 16 minggu perkuliahan di dalam RPS maka
UTS dilaksanakan pada minggu ke-8 didalam RPS. Adapun materi yang diujikan adalah
seluruh materi dari minggu pertama hingga ketujuh didalam RPS tersebut.
UTS pada mata kuliah Budaya Alam Minangkabau (BAM) kali ini dilaksanakan
secara observasi lapangan, atau disebut dengan dengan UTS lapangan. UTS ini
dilaksanakan dengan cara mendatangi langsung lokasi atau objek observasi berdasarkan
materi perkuliahan. Pada mata kuliah BAM kali ini lokasi yang dipilih adalah Istano Basa
Pagaruyuang di Batusangkar, Tanah Datar.
Pemilihan Istano Basa Paguruyuang sebagai lokasi ujian kali ini berdasarkan materi
perkuliahan minggu-minggu sebelum UTS yaitu Sejarah Kebudayaan Minangkabau.
Pemilihan Istano Basa Pagaruyung dinilai cocok karena banyak menyimpan peninggalan
sejarah kebudayaan Minangkabau dari zaman dahulu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
peninggalan-peninggalan yang ada dikoleksi Istano Basa Pagaruyuang.
1.2 Batasan Masalah.
Dalam pembuatan makalah ini penulis membatasi topik permasalahan yaitu pada:
1. Sejarah singkat Minangkabau.
2. Sejarah kebudayaan fisik Minangkabau.
3. Kebudayaan sosial Minangkabau.
4. Kesenian Minangkau.
5. Pemilik Istano Basa Pagaruyuang dan Pemerintahannya sekarang ini.
Maka dari itu penulis hanya akan membahas 5 (lima) topik diatas.
1.3 Rumusan Masalah.
Adapun rumusan masalah mengenai topik permasalahan adalah sebagai berikut:

1
1. Bagaimana sejarah singkat dari Minangkabau?
2. Bagaimana sejarah kebudayaan fisik Minangkabau?
3. Bagaimana kebudayaan sosial di Minangkabau?
4. Bagaimana kesenian di Minangkabau?
5. Bagaimana kepemilikian Istano Basa Pagaruyuang dan Pemerintahannya saat ini?
1.4 Tujuan.
Tujuan dari pembatasan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana sejarah singkat Minangkbau.
2. Mengetahui bagaimana sejarah kebayaan fisik Minangkabau.
3. Mengetahui bagaimana kebudayaan sosial Minangkabau.
4. Mengetahui bagaimana kesenian di Minangkabau.
5. Mengetahui siapa pemilik dari Istano Basa Pagaruyuang dan Pemerintahannya saat ini.
1.5 Manfaat.
Setelah penulis mebuat makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
bagaimana sejarah singkat Minangkabu, bagaimana sejarah kebudayaan fisik
Minangkabau, kebudayaan sosial dan kesenian di Minangkabau, serta siapa pemelik atau
penerus dari Istano Basa Pagaruyuang dan bagaimana pula pemerintahan Pagaruyuang saat
ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat Minangkabau.


Menurut Tambo nama Minangkabau berasal dari kata minang yang artinya menang
dan kabau yang artinya kerbau, hal ini didasari dengan cerita adu kerbau orang Minang
dengan kerbau dari kerajaan Majapahit. Dalam sebuah legenda yang beredar sejarah nama
Minangkabau sendiri berawal dari sebuah ekspidisi yang dilakukan oleh kerjarajaan
Majapahit pada abad ke-16. Sedangkan menurut ahli sejarah, NG. Poerbacaraka
mengatakan bahwa Minangkabau berasal dari kerajaan Minangan di Sumatera Barat. Hal
ini berdasarkan dengan penemuan Prasasti Kedukan Bukit (683M) di Palembang.
2.2 Sejarah Kebudayaan Fisik Minangkabau.
1. Rumah Gadang.
a. Beranda.
Beranda mempunyai 4 buah tiang yang berdiri disebelah kanan dan kiri janjang, ke 4
tiang tersebut melambangkan bahwa pada mulanya hanya ada 4 buah suku kecil dalam
masyarakat Minangkabau yang terdiri dari Suku Koto, Piliang, Bodi dan Caniago.
b. Surambi Papek.
Surambi Papek adalah sebuah ruangan sempit yang terletak antara tanggo paling atas
dengan pintu masuk kedalam ruangan istano. Ruangan ini mewakili wilayah kerajaan
Minangkabau pada masa awal keberadaannya.
c. Gonjong.
Gonjong pada Istano Basa Pagaruyung keterpaduan dan kekuatan dari keterpaduan
seluruh rakyat dengan pemerintah. Gonjong dipasang pada atap yang ditinggikan
dengan ujung runcing, keberadaan Gonjong diujung runcing atap menyerupai Mahkota
dikepala Raja.
d. Anjuang perak.
Anjuang Perak berada disebelah kiri atau ujung Istana, fungsinya sebagai tempat
Bundo Kanduang (Ibu Suri) mengadakan rapat yang bersifat kewanitaan pada langgam
kedua, dan sebagai tempat tidur Ibu Suri pada langgam ketiga.

3
e. Tonggak tuo.
Dalam adat Minangkabau Tonggak Tuo adalah tonggak yang paling tua (yang pertama)
dalam mendirikan Istano Basa Pagaruyung. Tata cara mendirikan Tonggak Tuo
ditentukan pula menurut adat Minangkabau.
f. Singgasana.
Singgasana (Kedudukan Bundo Kanduang) letaknya di lantai dasar sejajar dengan
pintu masuk, disini terpajang foto Raja Pagaruyung terakhir yaitu Sultan Alam
Bagagarsyah. Singasana ini dilingkari dengan tirai yang terjuntai disisi kanan, kiri dan
depan. Disinilah Bundo Kanduang duduk sambil melihat-lihat siapa yang datang, atau
belum datang apabila ada rapat dan mengatur segala sesuatu di atas rumah.
g. Dapua.
Dapur terletak pada bagian belakang rumah gadang.Dapur mempunyai dua ruangan.
Ruangan sebelah kanan berfungsi sebagai tempat memasak, dengan perkakas atau, alat-
alat dapur yang serba tradisional. Sedangkan ruang sebelah kiri berfungsi sebgai tempat
para dayang yang berjumlah dua belas orang. Dapur Istano Basa Pagaruyung dibuat
terpisah dengan bangunan utama dan dihubungkan dengan selasar.
2. Rangkiang.
a. Rangkiang patah sambilan.
Rangkiang Patah Sambilan berada dihalaman Istano Basa Pagaruyung, Rangkiang
Patah Sembilan berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi. Rangkiang Istano Basa
Pagaruyung adalah juga sebagai symbol kemakmuran dan kekuasaan Alam
Minagkabau.
3. Surau.
Surau letaknya dibelakang Istano, fungsinya sebagai tempat shalat, belajar, mengaji
(membaca Al-Qur’an) dan tempat tidur putra raja yang telah akil baligh atau yang telah
berumur 7 (tujuh) tahun keatas. Disamping mengaji, disinilah mereka diajarkan tentang
Undang-Undang Adat, Hukum Syarak, Sejarah, Seni Budaya dan Bela diri.
4. Tabuah.
Tabuah dikenal juga dengan Beduk, merupakan sebuah gendang yang dibuat dari kulit sapi
atau kulit kambing, tabuah biasanya digunakan juga sebgai menadakan masukknya waktu
sholat di Masjid atau Surau.

4
Tabuah dibunyikan untuk menyampaikan pengumuman dan pemberitahuan kepda
masyarakat. Di Istano Basa Pagaruyung terdapat dua buah tabuah yang disebut dengan
Tabuah Larangan, Yaitu:
1. Tabuah Manggaga Dibumi, yaitu Tabuah yang berfungsi untuk menyampaikan
pengumuman dan pemeberitahuan kepada masyarakat. Dibunyikan apabila
terdapat peristiwa yang besar seperti bencana alam, kebakaean, tanah longsor dan
lain sebagainya.
2. Tabuah Mambang Diawan, Tabuah yang berfungsi untuk meyampaikan
pengumuman dan pemebritahuan kepada Basa Nan Ampek Balai, Rajo Tigo Selo
untuk mengadakan rapt/musyawarah, serta untuk menyampaikan berita
gembira/baik.
5. Ukiran.
1. Kaluak Paku : Ukiran ini melambangkan bahwa pola berpikir masyarakat
Minangkabau terus berkembang
2. Aka Cino : Ukiran ini melambangkan bahwa masyarakat Minangkabau mempunyai
kreatifitas yang tinggi dan pantang menyerah
3. Kambang Manih : ukiran ini melambangkan sifat suka menerima tamu, sopan,
selalu tampil menarik dengan wajah yang berseri-seri
4. Pisang Sasikek :Ukiran ini melambangkan pola pembahagian anggota keluarga
dalam sebuah kaum
5. Rabuang Mambasuik : Ukiran ini melambangkan kekuatan baru yang akan terus
muncul dan berkembang
6. Tantadu Bararak : Ukiran ini melambangkan kepatuhan dan keteraturan kepada
pimpinan dan kebijakan yang di ambil
7. Itiak Pulang Patang : Ukiran ini melambangkan bahwa masyarakat Minangkabau
bisa pergi mencari kehidupan kemana saja mereka mau tapi selalu ingat kepada
kampung halaman dan pada saatnya, akan pulang kembali untik membangun
kampung halaman mereka baik secara moral atau moril.

5
2.3 Kebudayaan Sosial Minangkabau.
Masyarakat Minang adalah masyarakat matrilineal, yang menganut sistem
keturunan menurut garus ibu. Suku ibu menentukan suku anak dan melekat dengan sistem
kekerabatan, harta kaum dan sistem pewarisan. Kehidupan tradisional orang Minang
adalah kehidupan bersama yang dipimpin oleh mamak (laki-laki) secara demokratis.
Sistem pemerintahan nagari adalah sebuah sistem pemerintahan yang
penyelenggaraan urusan Pemerintahannya dilaksanakan oleh Pemerintah Nagari dan
Badan Permusyawaratan Nagari berdasarkan asal usul Nagari di wilayah Propinsi
Sumatera Barat yang berada dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
IndonesiaPemerintah nagari terdiri dari seorang wali terpilih, sebuah badan legislatif
terpilih, sebuah badan yang terdiri dari wakil-wakil empat kelompok/golongan atau lebih;
yakni ninik mamak, ulama, cerdik pandai, bundo kanduang dan pemuda.
2.4 Kesenian di Minangkabau.
a. Randai.
Randai adalah kesenian khas Minangkabau, yang berupa teater rakyat.
Kesenian tradisional randai menggabungkan seni lagu, tari, musik, drama, dan silat
menjadi satu kesatuan. Disebut sebagai kesenian khas Minangkabau, karena randai
hanya terdapat di Minangkabau. Di daerah lain tidak dikenal kesenian randai, jika ada
kesenian yang serupa, nama dan seni pertunjukkannya akan berbeda. Pada masa lalu,
randai menjadi sarana komunikasi penting penduduk Minangkabau. Randai berasal
dari kata marandai atau malinka yang artinya membentuk lingkaran. Randai memiliki
makna lain yang berasal dari kata randai, yaitu ber(h)andai yang artinya berkeinginan
atau bertutur yang menggunakan kalimat-kalimat kiasan atau kata-kata samar. Pada
masa lalu pemeran teater randai semua laki-laki. Bila dalam cerita ada tokoh
perempuan, maka peran tersebut dimainkan oleh laki-laki.
b. Saluang.
Saluang Minangkabau merupakan alat musik tradisional Minangkabau sejenis
suling yang terbuat dari talang (bambu yang berukuran kecil). Alat musik tradisional
yang termasuk dalam klasifikasi aerophone ini memiliki empat lubang nada dan ditiup
dengan teknik yang bernama cicular breathing yaitu meniup serta mengambil nafas
secara bersamaan. Masing-masing Saluang memiliki struktur bentuk, warna bunyi dan

6
juga teknik memainkan yang berbeda-beda tergantung daerahnya. Perbedaan tersebut
menjadi ciri khas dari masing-masing instrument sesuai dengan karakter daerah tempat
alat musik tersebut tumbuh dan berkembang. Pada umumnya kesenian Saluang di
Minangkabau berfungsi sebagai media hiburan bagi masyarakat pendukungnya.
Dahulunya instrumen Saluang kerap digunakan sebagai sarana ritual (magis) pemikat
hati yang berisikan mantra-mantra, tetapi seiring berjalannya waktu dan dipengaruhi
oleh berkembangnya agama Islam di Minangkabau, masyarakat tidak lagi
menggunakan Saluang sebagai sarana ritual. Saluang pada hari ini lebih dikenal sebagai
bentuk pertunjukan kesenian, instrumen di dalam prosesi adat istiadat dan lain
sebagainya.
Kebiasaan berguru kepada alam atau secara filosofis Minangkabau disebut “Alam
takambang jadi Guru” menjadi asal usul lahirnya instrumen Saluang Minangkabau.
Dari pernyataan salah seorang maestro Saluang di Minangkabau yang bernama Riyanto
(2021), beliau menyebutkan bahwa Saluang Minangkabau ini lahir dari sistem
teknologi tradisional Minangkabau pada zaman dahulu dalam menghidupkan api di
tungku untuk memasak yang menggunakan talang (bambu berukuran kecil) dengan
cara ditiup. Ketika ditiup, bambu tersebut mengeluarkan bunyi ‘luang, luang’. Bunyi
tersebut terdengar unik dan dicoba untuk dikreasikan dalam bentuk alat musik tiup.
Dari sanalah dasar penciptaan instrumen musik tiup tradisional Minangkabau yang
dinamakan dengan Saluang.
c. Rabab.
Rabab merupakan alat musik yang dimainkan melalui biola yang melantunkan
tentang kisah ( bakaba ) yang bersumber dari rabab pasisie,rabab juga mengandung
unsur mistik. dalam kesenian rabab pasisie unsur magis sepertinya tak bisa dilepaskan
begitu saja, hal ini seperti diungkapkan oleh beberapa tukang rabab. Unsur magis ini
diperoleh dan dipelajari dari orang gaek (orang pintar).Mereka mengatakan bahwa
unsur magis, atau biasa disebut dengan pitunang, ini digunakan untuk menunjang
penampilan mereka di atas panggung, salah satunya untuk membuat penonton betah
menyaksikan pertunjukkan sampaiselesai.
Unsur magis kadang-kadang juga digunakan apabila ada penonton yang membuat
mereka sakit hati, misalnya ada seorang penonton yang mengejek atau mencemeehnya

7
(mencemooh) dengan mengucapkan kata-kata yang pedas. Istilah untuk orang seperti
ini adalah ”Capek di muluik dikatonyo, capek di tangan dijangkonyo” artinya
seseorang yang terlalu cepat mengucapkan kata-kata tanpa dipikir dan
dipertimbangkan dahulu jika seseorang sengaja mencela permainan tukang rabab
sehingga membuat tukang rabab tersebut tersinggung, maka si pencela itu bisa-bisa
dikerjain.
2.5 Kepemilikan Istano Basa Pagaruyuang dan Pemerintahannya sekarang.
Dipimpin oleh Setelah Sutan Taufiq Thaib, Raja Alam dijabat oleh saudaranya
yakni Sutan Muhammad Faris Thaib Tuanku Abdul Fatah yang naik tahta pada 29
September 2018. Penerus dari Istano Pagaruyung saat ini tidak tinggal di Pagaruyung
melankan di Istano Linduang Bulan yang tidak berada jauh dari lokasi Istano Basa
Pagaruyuang. Pemerintahan sekarang ini Istano Pagaruyuang ini mengikuti aturan
pemerintah pusat.
2.6 Lampiran.

8
9

Anda mungkin juga menyukai