Anda di halaman 1dari 128

PERGURUAN PENCAK SILAT TALAGO BIRU INDONESIA

DARI 1987-2017

ILHAM MARZUQI

1302123/2013

PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai Perguruan Pencak Silat Talago Biru


Indonesia (disingkat PPS Talago Biru) sebagai sebuah institusi yang bergerak
dibidang pelestarian Silat Tradisional Minangkabau khususnya aliran Silek
Taralak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pasang surut
perjalanan PPS Talago Biru Indonesia dari segi prestasi maupun dalam hal
manajamen organisasi. Penelitian ini secara khusus membahas mengenai
penyebab pasang surutnya prestasi maupun jumlah anggota dari PPS Talago Biru
Indonesia serta bagaimana PPS Talago Biru Indonesia dalam memanajemen
perguruan untuk bisa terus melakukan pelestarian Silat Tradisional Minangkabau.
Metode yang digunakan dalam penitian ini adalah metode penelitian sejarah.
Metode penelitian sejarah memiliki lima tahap. Diantaranya pemilihan topik,
pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi dan penulisan. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa PPS Talago Biru Indonesia sebagai salah satu perguruan
silat tradisional Minangkabau yang cukup pesat pekembangan di Provinsi
Sumatera Barat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya cabang-cabang yang telah
didirikan, bahkan perguruan ini mampu berkembang hingga keluar negeri. Namun,
pekembangan yang pesat tersebut tidak dibarengi dengan pengelolaan yang baik.
Dalam manajemen organisasi, PPS Talago Biru Indonesia masih menggunakan
cara-cara yang bersifat tradisional. Pola seperti ini bisa dianggap berhasil
didekade 1990an hingga 2000an. Hal ini dibuktikan dengan perkembangan
cabang yang masif di berbagai daerah serta banyaknya prestasi yang diraih oleh
PPS Talago Biru, baik ditingkat lokal hingga tingkat nasional. Keberhasilan pola
tersebut tidak terlepas dari peran sentral Afrizal Chan sebagai motor penggerak
perguruan. Peran sentral Afrizal Chan ini ibarat pisau bermata dua bagi
perkembangan perguruan itu sendiri. Disatu sisi ia berhasil menaikkan pamor
perguruan, namun disisi lain ia mengalami kesulitan dalam melakukan proses
regenarasi. Beberapa tahun belakangan, PPS Talago Biru mulai kesulitan dalam
menciptakan atlet-atlet berprestasi serta mengalami kesulitan dalam mengelola
cabang-cabang yang berada diluar daerah. Hal ini disebabkan tidak mampunya
pengurus pusat PPS Talago Biru Indonesia dalam membina cabang-cabangnya
yang berada diluar daerah. Sehingga menjadi penyebab mulai berkurangnya bibit
atlet yang berprestasi maupun orang-orang yang matang dalam berorganisasi.

Kata Kunci : Perguruan, Pencak Silat, PPS Talago Biru, Silat Tradisional
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Perguruan
Pencak Silat Talago Biru Indonesia dari 1987-2017, untuk memenuhi salah satu
syarat menyelesaikan studi serta syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Strata Satu pada Program Studi Pendidikan Sejarah di Jurusan
Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Univertsitas Negeri Padang.

Skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari banyak pihak, untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dr. Siti Fatimah, M.Pd. M.Hum dan Bapak Ridho Bayu Yefterson,
M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kritik,
saran dan arahan dalam proses penulisan skripsi penulis.
2. Ibu Dr. Erniwati, SS. M.Hum dan Bapak Dr. Ofianto M.Pd selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Padang.
3. Ibu Azmi Fitrisia, SS. M.Hum. Ph.D, Bapak Hendra Naldi, SS. M.Hum
serta Bapak Abdul Salam, S.Ag. M.Hum selaku penguji skripsi penulis.
4. Bapak/Ibu Dosen dan Staf di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang.
5. Bapak Afrizal Chan beserta seluruh keluarga besar Perguruan Pencak Silat
Talago Biru Indonesia yang telah mengizinkan serta membantu penulis
dalam proses pengumpulan data skripsi penulis.
6. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis Bapak
Ali Asman dan Ibu Rasmi yang selalu mendoakan, memotivasi dan telah
berkorban dengan sepenuh hati sehingga penulis bisa menyelasaikan studi
di Universitas Negeri Padang. Serta seluruh keluarga besar yang terus
memberikan semangat kepada penulis.
7. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada
teman-teman seperjuangan di Jurusan Sejarah Univeritas Negeri Padang
serta orang-orang yang telah membantu penulis dalam proses perkuliahan
maupun dalam proses pembuatan skripsi penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, khususnya mahasiswa sejarah dan bisa menjadi rujukan dalam penelitian
sejenis. Sekian Terima Kasih

Padang, Desember 2018


DAFTAR ISI

Abstrak…………………………………………………………………………….i

Kata Pengantar…………………………………………………………………….ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

Daftar Istilah............................................................................................................v

Daftar Singkatan.................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1


B. Batasan dan Rumusan Masalah...................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 10
D. Tinjauan Kepustakaan .................................................................................. 12
1. Kerangka Konseptual ............................................................................. 12
a. Perguruan Silat Tradisi ..................................................................... 12
b. Pengelolaan Perguruan Silat Tradisi ................................................ 14
2. Studi Relevan .......................................................................................... 15
3. Kerangka Berpikir ................................................................................... 17
E. Metode Penelitian......................................................................................... 18
F. Sistematika Pembahasan .............................................................................. 20

BAB II GAMBARAN UMUM PERGURUAN SILAT TRADISI .................. 21

A. Sejarah Singkat Perguruan Silat di Indonesia .............................................. 21


B. Gambaran Umum Silat Tradisional di Sumatera Barat ............................... 37

BAB III PERGURUAN PENCAK SILAT TALAGO BIRU


INDONESIA(1987-2017) .................................................................................... 46

A. 30 Tahun Perjalanan PPS Talago Biru Indonesia ........................................ 46


1. Dari SasaranTradisional menjadi Sebuah Perguruan .......................... 46
2. Bergabung dengan IPSI hingga Puncak Prestasi ................................ 53

iii
3. Paceklik Gelar dan Perkembangan ke Luar Negeri ............................ 66
B. Manajamen Organisasi PPS Talago Biru dalam Menghadapi Tantangan
Modernisasi Dunia Beladiri ......................................................................... 80
1. Pembentukan Perguruan dan Kurikulum Pelatihan ............................ 80
2. Pembinaan Atlet dan Perkembangan ke berbagai Daerah .................. 86
3. PPS Talago Biru dalam mempertahankan Eksistensinya di Era Modern
........................................................................................................... ..91

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................... ..98

Daftar Pustaka ...........................................................................................................

Lampiran ...................................................................................................................

iv
DAFTAR ISTIlLAH / GLOSARIUM

Anak Sasian Panggilan bagi murid yang belajar Silat Tradisional


Minangkabau.

Bungo Silek Gerakan Silat yang sudah dirancang seindah


mungkin untuk ditampilkan untuk umum.

Carano Benda berbentuk dulang berkaki dari kuningan.


Didalamnya berisi daun sirih, kapur, gambir,
pinang dan tembakau.

Dai Nippon Tentara Kekaisaran Jepang pada masa Perang


Dunia kedua.

Gayuang Teknik beladiri kuno masyarakat di Pulau Sumatera

Gayuang Batin Teknik beladiri dengan menyerang titik-titik vital


lawan seperti Selangkangan, Ulu Hati dll

Gayuang Lahia Teknik beladiri dengan langsung mengincar titik-


titik vital lawan hanya dengan perantaraan angin.

Jago Istilah yang diberikan oleh masyarakat awam


terhadap para pendekar silat.

Kidung Sunda Karya Sastra berupa syair dengan Bahasa Jawa


Pertengahan yang bercerita tentang pertempuran
Pasukan Kerajaan Sunda dengan Majapahit di
Lapangan Bubat.

Maenpo Permainan tipu daya dimana setiap gerakan yang


dilakukan adalah bertujuan untuk menipu dan
melumpuhkan lawan.

Malewakan Guru Acara pengangkatan guru silat tradisional yang


dipertontonkan di khalayak ramai.

Nagari Daerah Administatif di Provinsi Sumatera Barat


yang setingkat dengan desa.

Opas Polisi Hindia Belanda yang berasal dari kalangan


Pribumi.

v
Pendekar Madya Sebuah tingkatan anggota di Perguruan Pencak
Silat Talago Biru Indonesia, Pendekar Madya
merupakan tingkatan ke tujuh dan dapat disamakan
dengan pelatih tingkat kedua.

Politiek Inlichtingen Dienst Aparat Intel Kolonial Hindia Belanda.

Ranah Minang Wilayah Kebudayaan Minangkabau.

Sasaran Silek Tempat Latihan Silat Tradisional Minangkabau.

Silek Galombang Penampilan Tarian Silat Minangkabau yang


dilakukan secara bergelombang.

Tambo Alam Minangkabau Historiografi Tradisional Minangkabau.

Tingkek Guru Tingkatan Guru Silat Tradisional di Perguruan


Pencak Silat Talago Biru Indonesia.

Tuo Silek Seorang yang dituakan karena jasa-jasanya dalam


pelestarian Silat Tradisional Minangkabau.

Tuo-Tuo Silek Perkumpulan para Tuo Silek Minangkabau.

vi
DAFTAR SINGKATAN

ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia


AD/ART : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
DKI : Daerah Khusus Ibukota
GAPENSI : Gabungan Pentjak Seluruh Indonesia
GOR : Gelanggang Olahraga
IKPTTR : Ikatan Pemuda-Pemudi Tanjung Raya
IPSI : Ikatan Pencak Silat Indonesia
ISI : Institut Seni Indonesia
KESBANGPOL : Kesatuan Bangsa dan Politik
NICA : Nederlandsch Indie Civiele Administratie
PERFINI : Perusahaan Filem Nasional Indonesia
PERSILAT : Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa
PETA : Pembela Tanah Air
PGRI : Persatuan Guru Republik Indonesia
PORDA : Pekan Olahraga Daerah
PPSI : Persatuan Pencak Silat Indonesia
PRRI : Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
SEA Games : Southeast Asian Games
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
STM : Sekolah Menengah Teknik
TVRI : Televisi Republik Indonesia
VOC : Vereenigde Oostindische Compagnie

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, Silat Tradisional Minangkabau sedang berada dalam keadaan

yang kurang menguntungkan. Eksistensi dari Silat Tradisional Minangkabau tidak

lebih populer jika dibandingkan dengan beladiri lain seperti Karate, Taekwondo

atau Aikido yang memiliki peminat lebih banyak dibandingkan dengan silat

minang itu sendiri. Tidak hanya silat tradisi, secara nasional Pencak Silat

Indonesia pun juga sedang dalam masa krisis, ada lebih dari seratus perguruan

yang telah bubar karena tidak ada lagi peminat yang mendaftar1.

Silat Tradisional Minangkabau (silek) oleh masyarakat awam dipandang

sebagai beladiri yang kuno, lemah gemulai dan tidak efektif dalam pertarungan 2.

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang silek karena masyarakat awam

beranggapan bahwa silek hanya untuk dipertontonkan dimuka umum. Gerakan

silek yang terkesan seperti tari-tarian membuat masyarakat cenderung lebih

menyukai beladiri lain yang lebih agresif. Padahal yang dipertontonkan dimuka

umum tersebut merupakan Bungo Silek 3 saja, sementara silek yang sebenarnya

jauh lebih mematikan dan lebih brutal daripada itu.

1
Vika Haristianti, Perancangan Pusat Pengembangan Pencak Silat Dengan Pendekatan
Modernisasi Nilai, Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa dan Desain, Vol 2, No 1, November
2013, hlm 1
2
Makmur Hendrik, Pentingnya Pembinaan Silat Bagi Generasi Muda, Jakarta : Proyek
Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah,1977, hlm 1
3
Gerakan Silat yang sudah dirancang seindah mungkin untuk ditampilkan untuk umum.

1
Selain itu, ada ungkapan dari beberapa orang-orang terdahulu yaitu “Nan

Sapacik Indak Diagiahan” yang bermakna, ada sesuatu yang memang tidak bisa

diberikan atau diturunkan kepada orang lain4. Artinya ada beberapa aliran silek

yang dibawa mati oleh gurunya tanpa mewariskan kepada seorang pun. Hal ini

menjadi salah satu penyebab punahnya beberapa aliran silat tradisional yang ada

di Minangkabau.

Secara nasional, segala bentuk beladiri lokal asli di Indonesia disebut

sebagai Pencak Silat. Pencak Silat berasal dari dua kata, yaitu Pencak dan Silat.

Pencak merupakan gerak dasar beladiri yang terikat pada peraturan, sementara

Silat adalah gerak beladiri yang bersumber dari kegiatan kerohanian5. Penggunaan

kata “Pencak” lebih banyak dipakai oleh masyarakat Jawa, Madura dan Bali.

Sementara istilah “Silat” lebih dominan digunakan oleh masyarakat Sumatera

dalam menyebutkan beladiri secara umum. Istilah Pencak atau dalam Bahasa

Sunda sering juga disebut dengan “Maenpo” yang bisa diartikan sebagai

permainan tipu daya, artinya setiap gerakan yang dilakukan adalah bertujuan

untuk menipu dan melumpuhkan lawan. Pencak dalam budaya Sunda memiliki

dua fungsi, yaitu sebagai beladiri dan hiburan.

A.A Navis dalam bukunya Alam Takambang Jadi Guru (1984;265-266),

mengatakan bahwa Pencak Silat sebagai suatu permainan rakyat mempunyai dua

peranan, yaitu sebagai permainan ia dinamakan Pencak dan sebagai seni beladiri ia

4
Isral Saputra, Silek Kumango : Keberadaan, Pewarisan dan Kearifan Lokal
Minangkabau, Wacana Etnik, Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, ISSN 2098-8746, Volume 2,
Nomor 1, April 2011, Padang: Pusat Studi Informasi dan Kebudayaan Minangkabau (PSIKM) dan
Sastra Daerah FIB Universitas Andalas, hlm 83
5
Endang Kumaidah, Penguatan Eksistensi Bangsa Melalui Seni Tradisional Pencak Silat,
Makalah Jurusan Fisiologi Universitas Negeri Depok, 2012, hlm 143

2
dinamakan Silat 6 . Hal senada juga disampaikan oleh Indra Utama, dosen ISI

Padang Panjang yang juga merupakan pengamat Pencak Silat mengatakan :

“Di Minangkabau ada Pencak dan ada pula Silek. Keduanya


adalah serupa tetapi tidak sama. Pencak tangkok lapeh, artinya kucian
dapat dilepas karena permainan sudah diatur sebagai pertunjukan.
Sedangkan Silek, menangkap mati. Artinya kuncian tidak dapat dibuka,
lawan ditangkap untuk dibunuh. Silek ini tidak dapat dipertunjukkan
karena sangat berbahaya”.7

Silek merupakan Beladiri Tradisional yang ada di Ranah Minang8. Silat

Minangkabau sangat dipengaruhi oleh kebudayaan di daratan China yang mana

beladiri pada mulanya dimulai dari tempat ibadah atau kuil. Pada awalnya,

beladiri ini bertujuan untuk kesehatan 9 . Namun seiring dengan tuntutan dari

pendeta-pendeta Buddha yang harus pergi mengembara, mereka membutuhkan

ilmu beladiri yang berfungsi untuk melindungi diri mereka dari serangan musuh,

seperti perompak serta binatang buas yang bisa saja mereka temui pada

pengembaraannya10.

Pada awalnya, beladiri yang ada di Minangkabau disebut Gayuang.

Gayuang ini terbagi 2, yaitu Gayuang Lahia dan Gayuang Batin. Gayuang Lahia

merupakan teknik membela diri dengan menyerang titik-titik vital lawan seperti

Selangkangan, Ulu Hati dll. Sementara Gayuang Batin merupakan ilmu yang

6
Raudatul Hayati Dkk, Bentuk Penyajian Silek Galombang di Nagari Pagaruyung
Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar, E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri
Padang Vol 2 No 1, Seri D, 2013, hlm 13.
7
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, Yogyakarta : Yayasan Galang, 1999,
hlm 8.
8
Wilayah Kebudayaan Minangkabau
9
Hal-hal yang dipelajari diantaranya adalah seni pernafasan, pengobatan yang
berdasarkan pada ritual keagamaan Buddha.
10
Indrayuda Dkk, Randai, Suatu Aktivitas Kesenian dan Media Pendidikan Tradisional,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat, 2013, hlm 132-133.

3
lebih berbahaya. Gayuang Batin biasanya langsung mengincar jantung lawan

hanya dengan perantaraan angin.

Silat Minangkabau pertama kali diciptakan oleh salah seorang penasehat

Sultan Sri Maharaja Diraja yang bernama Datuk Suri Diraja di sebuah nagari

(kampung) yang bernama Pariangan11. Ilmu Silat yang diciptakan oleh Datuk Suri

Diraja ini terinspirasi dari alam sekitar, terutama gerakan binatang. Keterampilan

silat yang diciptakan oleh Datuk Suri Diraja ini diturunkan kepada empat orang

muridnya yang secara kebetulan memiliki nama seperti binatang, mereka adalah

Kuciang Siam, Anjiang Mualim, Kambiang Hutan dan Harimau Campo. Mereka

inilah orang-orang yang mengembangkan silat tersebut ke berbagai daerah12.

Tempat latihan Silat Minangkabau disebut juga sebagai Sasaran Silek.

Sasaran Silek bertempat di halaman masjid atau bisa juga dihalaman rumah dan

tempat yang dipersiapkan khusus untuk latihan Silek. Dalam beberapa kasus,

Sasaran Silek terletak ditempat yang jauh dari keramaian. Waktu latihan

seringkali diadakan pada malam hari, tepatnya beberapa saat setelah shalat isya,

bahkan ada juga yang memulai latihan pada waktu tengah malam. Kata Sasaran

berasal dari kata Manyasar13. Maksudnya adalah orang-orang yang belajar Silek

akan berkumpul di suatu tempat untuk belajar Silek, tempat itulah yang disebut

11
Mid,Djamal,Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau, Bukittinggi : CV.
Tropic, 1986. hlm 49-50
12
Ibid.
13
Berkumpul dalam satu titik.

4
sebagai Sasaran14. Sementara itu, untuk orang yang belajar silek disebut dengan

Anak Sasian15.

Pada awalnya, sasaran-sasaran silat tradisional biasanya dikelola oleh

sebuah keluarga (suku/klan) dalam sebuah kampung dan bersifat ekslusif. Maksud

ekslusif disini adalah sasaran-sasaran tersebut hanya diperuntukkan bagi anggota

keluarga (suku/klan) tertentu saja, kebanyakan sasaran pada waktu itu hanya mau

menerima murid dari anggota keluarga (suku/klan) mereka saja. Kalaupun ada

murid diluar itu, ia adalah orang yang sudah kenal dekat dengan guru yang

mengajar di sasaran tersebut 16 . Namun seiring dengan hadirnya perguruan,

pelaksanaan latihan yang tadinya bersifat eklusif menjadi lebih terbuka untuk

umum, latihan silat pun bisa diadakan di tempat-tempat keramaian.

Pencak Silat di berbagai daerah di Indonesia memiliki keunikan Tradisi

Silatnya masing-masing, setiap masyarakat didaerah tertentu memiliki

pemahaman tersendiri tentang Pencak Silat. Sebagai contoh, masyarakat Jawa

memahami pencak sebagai sebuah beladiri yang bertujuan untuk mengolah

kekuatan dan keterampilan tubuh sehingga bisa menjadi sempurna. Dalam hal ini

orientasi dari Pencak itu sendiri adalah jalan untuk mendapatkan kekuatan tenaga

dalam (kebatinan). Sementara menurut masyarakat Sunda, Pencak merupakan

sebuah pertunjukan ketangkasan beladiri yang diperagakan dalam bentuk yang

14
Wawancara dengan M. Yusuf (Wakil Bidang Organisasi IPSI Kota Padang) di Padang
tanggal 15 Januari 2017
15
Anak Sasian merupakan panggilan bagi murid yang belajar Silek.
16
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, Yogyakarta : Yayasan Galang, 1999,
hlm. 58-59

5
indah. Hal ini berbanding lurus dengan masyarakat Minangkabau yang

menganggap bahwa Pencak lebih berorientasi kepada hiburan semata, bahkan

beberapa gerakan tari tradisional dari Sunda dan Minangkabau terinspirasi dari

gerakan Pencak tersebut17.

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai silek atau Silat Tradisi sebagian

besar membahas tentang silat sebagai beladiri asli indonesia yang memiliki

keunikan dan harus dilestarikan. Sebagian lain membahas tentang hubungan silat

dengan praktek atau ritual keagamaan, khususnya islam. Juga tentang silat sebagai

media pembentukan karakter dan pemersatu bangsa. Namun belum ada penelitian

yang menulis tentang bagaimana sebuah Perguruan SilatTradisi Minang yang

telah terorganisir dan terstruktur dalam melakukan pelestarian serta

pengembangan dari silek tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis ingin menulis tentang bagaimana

sebuah lembaga yang bergerak dibidang pelestarian silat tradisi (perguruan silat)

dalam mempertahankan eksistensi silat tradisional ditengah maraknya beladiri lain

yang lebih populer dibandingkan silat tradisional tersebut.Berdasarkan uraian

diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang peran PPS 18 Talago Biru

Indonesia dalam pelestarian silek tradisi minangkabau. PPS Talago Biru Indonesia

merupakan perguruan pencak silat yang memiliki dasar silat minangkabau yaitu

17
O‟ong Maryono, Pencak Silat in the Indonesian Archipelago,RAPID Journal, Vol 4 No
2, 1999, hlm 1-2
18
Perguruan Pencak Silat

6
aliran Silek Taralak. Perguruan Silat ini didirikan di Bukittinggi pada tanggal 4

April 1987 dan didaftarkan ke IPSI19 beberapa hari setelah pendiriannya.

Sejak didirikan pada tahun 1987, perguruan ini telah memiliki AD/ART

serta jenjang pengajaran dan materi ajar yang terstruktur. Alasan mengapa PPS

Talago Biru bergabung dengan IPSI adalah atas dasar pengembangan perguruan,

sesuai dengan tujuan awal dari didirikanya perguruan. Keuntungan dari

bergabungnya PPS Talago Biru dengan IPSI adalah perguruan ini dapat mengikuti

kegiatan-kegiatan pencak silat yang dilakukan oleh IPSI. Diantaranya event-event

seperti Porda20, Festival Silat Tradisi dan pelatihan wasit/juri yang diadakan oleh

IPSI. Dengan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh IPSI, PPS Talago Biru

dapat menunjukkan eksistensinya didunia persilatan di Sumatera Barat21.

PPS Talago Biru Indonesia merupakan salah satu perguruan yang

berprestasi di dekade 1990an hingga awal 2000an. Namun, saat ini mereka

mengalami kemunduran baik dalam hal prestasi maupun peminat. Hingga saat ini,

PPS Talago Biru Indonesia memiliki beberapa cabang di berbagai kota di

Indonesia bahkan di luar negeri. Diantaranya adalah 10 cabang di Provinsi

Sumatera Barat, 6 Cabang di Beberapa Provinsi di Indonesia dan 1 Cabang Luar

19
Ikatan Pencak Silat Indonesia, merupakan sebuah lembaga dibawah Komite Olahraga
Nasional Indonesia yang bertugas menghimpun perguruan-perguruan silat yang ada di seluruh
Indonesia.
20
Pekan Olahraga Daerah (pertandingan olahraga untuk tingkat kabupaten/kota), untuk
jenjang yang lebih tinggi diantaranya adalah Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) dan Pekan
Olahraga Nasional (PON)
21
Wawancara dengan Fadli (Ketua Cabang Talago Biru Padang periode 2014-2015) di
Padang tanggal 25 Februari 2018

7
Negeri dengan total anggota berjumlah sekitar 500 orang diseluruh cabang yang

tersebar di berbagai daerah22.

Meskipun telah memiliki strukur organisasi yang rapi dan telah memiliki

banyak cabang diluar daerah, perguruan ini masih memiliki kesulitan dalam

menarik minat masyarakat untuk belajar silat tradisi. Anggota dari perguruan ini

masih sedikit jika dibandingkan dengan beladiri lain seperti Karate dan

Taekwondo. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan dari pemerintah 23

seperti bantuan dana atau pengadaan alat dan sarana latihan yang berguna untuk

menunjang kegiatan perguruan pelestarian dan pengembangan silat tradisi


24
tersebut . Selain itu,proses regenerasi yang tidak berjalan dengan baik

sertakurangnya minat dari generasi muda terhadap silat tradisi menjadi masalah

utama dalam pengembangan silat tradisi.

Selain kesulitan untuk merekut anggota, dari segi prestasi PPS Talago Biru

mengalami penurunan yang cukup signifikan. Jika dibandingkan dengan masa

kejayaannya di dekade 1990an, PPS Talago Biru saat ini praktis hanya menjadi

penggembira di tengah tenggelamnya popularitas dari perguruan-perguruan silat

yang ada pada saat ini. Berdasarkan latar belakang diatas, judul penelitian yang

akan penulis ajukan adalah Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia dari

tahun1987-2017.

22
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru) di
Padang 5 Mei 2018
23
Dalam hal ini, IPSI sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan
pencak silat di Indonesia
24
Wawancara dengan Fadli di Padang 25 Februari 2018.

8
B. Batasan Dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Sebuah penelitian harus memiliki batasan dari sesuatu masalah yang akan

diteliti, batasan itu diantaranya adalah batasan temporal dan spasial. Batasan

spasial dari penelitian ini adalah Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia

sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang pelestarian budaya minangkabau

khususnya silat tradisional. Sementara batasan temporal dalam penelitian ini

adalah tahun 1987-2017.

Tahun 1987 dipilih sebagai awal penelitian karena pada tahun itu

merupakan awal berdirinya PPS Talago Biru Indonesia. Sementara tahun 2017

merupakan perayaan ulang tahun perguruan yang ke 30 sekaligus kegiatan

Malewakan Guru Silek dan musyawarah nasionaluntuk pertama kalinya pada

tanggal 2 Juli 2017 di SMKN 1 Tanjung Raya, Kabupaten Agam 25. Hasil dari

kegiatan tersebut adalah pembentukan kepengurusan pusat PPS Talago biru

Indonesia serta pengukuhan 32 orang Guru Utama, 47 orang Tingkek Guru26 serta

19 orang Pendekar Madya27.

25
Wawancara dengan Hidayat Warman (Guru Utama Talago Biru Padang) di Padang 16
November 2017
26
Tingkat Guru.
27
Wawancara dengan Hidayat Warman di Padang 16 November 2017

9
2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana Perkembangan PPS Talago Biru dari tahun 1987 hingga

2017 ?

b. Hal apa yang menyebabkan penurunan prestasi dari PPS Talago Biru

Indonesia ?

c. Bagaimana Manajemen PPS Talago Biru Indonesia dalam menunjukkan

eksistensinya dan mengembangkan Silek Tradisi Minangkabau ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yang mana

dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan akan menimbulkan manfaat dalam

dunia akademis tentang hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan Perguruan

Pencak Silat Talago Biru Indonesia dalam pelestarian Silat Tradisi Minang serta

manajemen Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia itu sendiri. Adapun

tujuan dan manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah :

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah Pertama

mendeskripsikan gambaran umum Silat Tradisi Minangkabau di Sumatera

Barat. Kedua mendeskripsikan perkembangan Pencak Silat Talago Biru

Indonesia dari tahun 1987 hingga tahun 2017. Ketiga menganalisis

10
Pengelolaan Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia dalam

menunjukkan eksistensinya dan mengembangkan Silat Tradisi

Minangkabau.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan untuk

memperkaya Literatur Kepustakaan mengenai Sejarah Kebudayaan

Minangkabau. Khususnya dalam hal yang berkaitan dengan Silat Tradisi

Minangkabau dan Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia.

b. Praktis

1. Penelitian diharapkan dapat memperkaya khazanah pengetahuan dalam

memahami hal yang berkaitan dengan Silat Tradisi dan menjadi dasar

pendorong dalam menggali informasi yang lebih banyak tentang

Tradisi Minangkabau ini. Penelitian ini juga bisa digunakan sebagai

bahan pembelajaran bagi pemuda Minangkabau untuk melestarikan

Silat Tradisi Minangkabau agar bisa menjadi hal yang diminati dan

menjadi kebanggaan bagi masyarakat Minangkabau.

2. Sebagai salah satu karya ilmiah yang diharapkan dapat menambah

koleksi penelitian ilmiah diperpustakaan. Khususnya Universitas

Negeri Padang. Diharapkan dengan tersedianya penelitian ini di

perpustakaan Universitas Negeri Padang dapat memberikan

11
pengetahuan baru bagi mahasiswa tentang Silat Tradisi dan dapat

membangkitkan keinginan dari mahasiswa tersebut untuk mempelajari

dan melestarikan Silat Tradisi itu sendiri.

D. Tinjauan Kepustakaan

Pada bagian ini akan memaparkan mengenai aspek Teoritis dan Konsep-

Konsep kunci seputar Sejarah Perguruan Silat Tradisi dan pengelolaan sebuah

Badan Organisasi seperti halnya Perguruan Silat Tradisi. Selain itu, pada bagian

ini juga menjelaskan kajian terdahulu yang digunakan untuk memperkaya bahan

penelitian dan kerangka berpikir yang dirumuskan untuk menentukan arah dan

tujuan dari penelitian ini.

1. KERANGKA KONSEPTUAL

a. Perguruan Silat Tradisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka,

„Pencak Silat berarti Permainan (Keahlian) dalam mempertahankan diri

dengan Kepandaian Menangkis, menyerang dan membela diri, baik

dengan atau tanpa senjata‟. Sedangkan Bersilat bermakna „Bermain

dengan menggunakan ketangkasan menyerang dan mempertahankan

diri‟28.

28
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, Yogyakarta : Yayasan Galang, 1999,
hlm 4

12
Tradisi adalah keseluruhan Benda Material dan Gagasan yang

berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada sampai sekarang,

belum dihancurkan, dirusak atau dilupakan. Disini, Tradisi hanya berarti

Warisan, apa yang benar-benar tersisa dari masa lalu. Dalam pengertian

yang lebih sempit, Tradisi hanya berarti bagian-bagian Warisan Sosial

Khusus yang memenuhi syarat saja, yakni yang tetap bertahan hidup

dimasa kini29.

Dapat disimpulkan bahwa Silat Tradisi merupakan kepandaian

menangkis, menyerang dan baik membela diri dengan senjata yang

merupakan Warisan Masa Lalu dari Masyarakat Sosial Khusus yang masih

bertahan hingga saat ini. Sementara Perguruan merupakan „sekolah,

gedung-gedung tempat belajar atau tempat pengajaran‟ 30 . Organisasi

Perguruan Pencak Silat merupakan „salah satu Organisasi Masyarakat

yang dibentuk berdasarkan atas kesamaan kegiatan yaitu Seni Beladiri

Pencak Silat, bahkan profesi bagi yang menekuninya‟31.

Jadi, yang dimaksud dengan Perguruan Silat Tradisi adalah tempat

pengajaran „berbentuk seperti sekolah ataupun organisasi‟ yang

mengajarkan keahlian kepandaian menangkis, menyerang dan membela

29
Piotr Sztompka,Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta : Prenada Media Group, 2011, hlm
69-70.
30
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, hlm 1026-1146
31
Suwaryo, “Peranan Organisasi Perguruan Seni Bela Diri Pencak Silat Dalam
Meminimalisasi Kejahatan”, Semarang : Tesis Universitas Diponegoro, 2008, hlm vi

13
diri baik dengan atau tanpa senjata yang sudah diwariskan secara turun-

temurun yang masih ada hingga saat ini.

b. Pengelolaan Perguruan Silat Tradisi

Perguruan Silat Tradisi adalah sebuah institusi atau bisa juga

disebut sebagai organisasi yang mewadahi kegiatan yang berkaitan dengan

praktek dan pelestarian Silat Tradisi, dalam hal ini adalah Silat

Minangkabau. Menurut Robbins (1994) organisasi adalah kesatuan sosial

yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif

dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus

untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan32.

Menurut Herbert dan Gullet yang dimaksud dengan

pengorganisasian adalah proses yang mana struktur suatu organisasi dibuat

dan ditegakkan. Proses ini meliputi ketentuan dari kegiatan-kegiatan yang

spesifik yang perlu untuk menyelesaikan semua sasaran organisasi,

pengelompokkan kegiatan tersebut berkaitan dengan susunan yang logis,

dan tugas dari kelompok kegiatan ini bagi suatu jabatan atau orang yang

bertanggung jawab33.

Ada beberapa jenis tujuan dalam organisasi yang memberikan arah bagi

pelaksanaan kegiatan maupun pengambilan keputusan, yaitu (1) Sasaran

32
Stephen P.Robbins, Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi, Jakarta : Arcan,
1994, hlm 4
33
Ibid. hlm 4

14
Lingkungan, yaitu kondisi dimana suatu organisasi-organisasi lain yang terdapat

pada lingkungannya, (2) Sasaran Output, yaitu menunjukkan bentuk dan

banyaknya output yang akan dihasilkan oleh organisasi, (3) Sasaran Sistem, yaitu

berhubungan dengan pemeliharaan atau perawatan organisasi itu sendiri, (4)

Sasaran Produk, Menggambarkan karakteristik atau jasa yang diberikan kepada

konsumen, sasaran ini menentukan jumlah, mutu, jenis, corak, dan karakteristik

lainnya yang menggambarkan karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan dan

(5) Sasaran Bagian (Sub Unit Goal), yaitu menggambarkan sasaran dari suatu

bagian atau suatu satuan unit kerja yang merupakan bagian dari unit organisasi34.

Dalam penelitian ini akan dibahas tentang manajemen organisasi PPS

Talago Biru Indonesia dan akan dilihat apakah PPS Talago Biru Indonesia ini

sudah melakukan manajamen organisasi dengan baik.

2. STUDI RELEVAN

Penelitian tentang Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia

merupakan Penelitian yang baru, beberapa penelitian sebelumnya tentang Silek

(Silat) diantaranya adalah skripsi dari Amran Habibi yang berjudul „Sejarah

Pencak Silat Indonesia, Studi Historis Perkembangan Persaudaraan Setia Hati

Terate di Madiun Periode Tahun 1922-2010‟. Skripsi ini membahas tentang

sejarah muncul dan berkembangnya Persaudaraan Setia Hati Terate di madiun

dari tahun 1922 sampai tahun 2010. Penelitian ini dianggap relevan dengan

penelitian penulis. Dalam penelitian ini dibahas mengenai, bagaimana

34
Stephen P.Robbins, Teori Organisasi Struktur,Desain dan Aplikasi..., hlm 5-8

15
pertumbuhan perguruan pencak silat dan pola kepemimpinan yang diterapkan

dalam perguruan tersebut35.

Juga Skripsi dari Dewi Aina Etopiya Tahun 2010 yang berjudul

„Perguruan Pencak Silat Camar Putih : Suatu Tinjauan Historis (1983-2007) yang

membahas tentang perkembangan Perguruan Pencak Silat Camar Putih di

Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Dari tahun 1983 sampai dengan tahun

2007. Penelitian ini membahas mengenai perjalanan sebuah perguruan silat tradisi

di Kota Padang dan hal-hal yang dilakukan oleh perguruan tersebut dalam

menunjukkan eksistensinya36.

Penelitian-penelitian tersebut dianggap relevan dengan penelitian penulis

karena masing-masing membahas tentang sebuah lembaga yang bergerak

pelestarian tradisi dan kearifan lokal yang mulai tergerus perkembangan zaman.

Penulis menyadari selain karya-karya tersebut diatas, masih ada karya lain berupa

Buku, Makalah, Jurnal, Skripsi atau Artikel yang terkait dengan Penelitian Penulis

tentang Silek Tradisi Minangkabau dan Perguruan-Perguruan Silat Tradisi itu

sendiri.

35
Amran Habibi, “Sejarah Pencak Silat Indonesia, Studi Historis Perkembangan
Persaudaraan Setia Hati Terate di Madiun Periode Tahun 1922-2010”, Yogyakarta : Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009
36
Dewi Aina Etopiya, “Perguruan Pencak Silat Camar Putih, Suatu Tinjauan Historis
(1983-2007)”, Padang : Skripsi Universitas Negeri Padang, 2010.

16
3. KERANGKA BERFIKIR

Penelitian ini berfokus pada perkembangan Silat Tradisi Minangkabau dan

perkembangan Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia sebagai lembaga

pelestari Silat Tradisi Minangkabau dan manajamen Perguruan Pencak Silat

Talago Biru Indonesia dalam menunjukkan eksistensinya dan mengembangkan

SilatTradisi Minangkabau itu sendiri. Secara sederhana kerangka berfikir dari

penelitian ini dapat dipahami sebagai berikut :

1. 2.
Perguruan Pencak
Gambaran Umum Silat Talago Biru
tentang Silek Tradisi Indonesia sebagai
Minangkabau di lembaga yang
Sumatera Barat bergerak di bidang
pelestarian Silek
Tradisi Minangkabau

3.

Permasalahan yang dihadapi oleh PPS Talago Biru Indonesia


dalam Usahanya dalam melestarikan Silat Tradisi tersebut.

17
E. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

sejarah. Menurut Kuntowijoyo penelitian sejarah mempunyai lima tahap37, yang

pertama adalah pemilihan topik. Dalam hal ini penulis memilih lembaga yang

bergerak dalam bidang pelestarian budaya Silat Tradisi yaitu Perguruan Pencak

Silat Talago Biru Indonesia mulai dari tahun berdirinya 1987 hingga tahun 2017.

Kedua, pengumpulan sumber. Dalam pengumpulan sumber penulis

menggunakan dokumen dari PPS Talago Biru Indonesia sebagai sumber primer.

Contoh Dokumen diantaranya adalah buku profil perguruan, AD/ART, daftar

anggota, struktur organisasi, arsip-arsip serta foto-foto kegiatan dari PPS Talago

Biru Indonesia seperti latihan mingguan, silek galombang, kegiatan festival dan

kegiatan lainnya yang dirasa perlu dimasukkan dalam penelitian ini. Sementara

untuk data sekunder, akan dilakukan wawancara yang lebih mendalam terhadap

tokoh atau penggiat silat tradisi, seperti tuo silek dan pengurus PPS Talago Biru

Indonesia.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana proses

yang terjadi dalam perkembangan PPS Talago Biru Indonesia serta hal-hal tentang

silat tradisi itu sendiri. Penelitian ini tidak hanya membahas kronologis dari PPS

Talago Biru Indonesia, akan tetapi juga membahas tentang apa saja permasalahan

yang dialami oleh perguruan tersebut sehingga menyebabkan silat tradisi tidak

37
Kuntiwijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : PT. Bentang Pustaka, 2005, hlm 90.

18
begitu menarik minat masyarakat dibandingkan dengan beladiri impor seperti

Karate, Taekwondo, Aikido dan lain sebagainya.

Ketiga, Verifikasi. Merupakan tahap pengecekan keabsahan sumber yang

telah didapat. Dalam hal ini data-data yang telah didapat seperti dokumen dan

artefak akan diuji kebenarannya dengan pengecekan tanggal dokumen serta usia

kertas. Setelah itu dilakukan pencocokan dengan data lain seperti foto yang

diambil pada tanggal tersebut atau sumber lain yang juga membahasnya seperti

koran, buku, artikel dan lain sebagainya. Untuk sumber lisan, pengecekan akan

dilakukan dengan pencocokan data wawancara antara satu narasumber dengan

yang lainnya sehingga kebenarannya dapat diterima.

Keempat, interpretasi. Merupakan penafsiran dari data yang telah didapat.

Data-data yang telah didapat baik itu berupa dokumen, artefak ataupun

wawancara akan dianalisis hingga menemukan fakta bentuk tunggal. Setelah

dianalisis, data-data bentuk tunggal yang telah ditemukan tadi disatukan dalam

bentuk sebuah konsep. Kelima, penulisan. Merupakan langkah final dalam

penelitian sejarah. Dalam hal ini penulisan haruslah bersifat kronologis, dalam hal

ini penulis ingin menyampaikan perkembangan silat tradisi dan PPS Talago biru

Indonesia salah satu lembaga yang bergerak dibidang pelestarian silat tradisi

secara naratif dan objektif.

19
F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulisan dan pemahaman, pembahasan penelitian

dibagi menjadi beberapa bab, dengan sistematika sebagai berikut :

Bab pertama adalah pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, studi relevan, metode

penelitian dan sistematika pembahasan. Bab kedua adalah pembahasan tentang

gambaran umum SilatTradisi Minangkabau di Sumatera Barat. Bab ketiga

membahas tentang perkembangan Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia

dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2017 dan tata cara pengorganisasian

Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia. Bab keempat merupakan bab yang

berisi kesimpulan dan saran penutup. Dalam bab ini akan disimpulkan hasil

penelitian yang merupakan jawaban dari permasalahan yang ada.

20
BAB II
GAMBARAN UMUM PERGURUAN PENCAK SILAT DI INDONESIA

A. Sejarah Singkat Lembaga Pencak Silat di Indonesia

Silat atau biasa disebut dengan Pencak Silat merupakan budaya bangsa

Indonesia yang menjadi identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Pencak Silat

merupakan bentuk dari budi luhur nenek moyang bangsa kita.Pencak Silat bukan

hanya soal permainan ketangkasan dalam membela diri, lebih daripada itu Pencak

Silat merupakan ilmu tentang memaafkan dan menciptakan perdamaian antar

sesama makhluk. Seperti kata pepatah minang “Lahia Silek Mancari Kawan,

Batin Silek Mancari Tuhan”, artinya setiap orang yang belajar silat harusnya

menjadi sosok yang mampu berkawan dengan siapapun dan memiliki jiwa

spritiual yang bersih.

Sejarah pejalanan Pencak Silat tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia

sendiri. Tidak diketahui secara pasti kapan dan dimana Pencak Silat berasal,

namun kebanyakan pakar Pencak Silat menyatakan bahwa ilmu beladiri ini telah

digunakan oleh Bangsa Melayu sejak masa prasejarah38. Gerakan dari beladiri ini

terinspirasi dari gerakan binatang yang ada disekitar lingkungan mereka. Seperti

kata salah seorang sesepuh yang juga pendiri IPSI, Marijun Sudirohadiprojo

mengatakan :

“Keganasan berbagai binatang buas yang ada pada waktu itu,


masih banyak terdapat di pulau-pulau yang mereka diami selalu
mengancam kelangsungan hidup mereka. Dalam menghadapi
serangan berbagai jenis binatang buas itu, mereka perhatikan
38
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, Yogyakarta : Yayasan Galang, 1999,
hlm. 34

21
gerakan-gerakan yang dilakukan oleh binatang yang menyerang
mereka. Dari cara berkelahi dengan meniru gerakan-gerakan
berbagai jenis binatang inilah tercipta gerakan-gerakan beladiri
pencak silat. Misalnya gerakan-gerakan pencak silat yang meniru
gerakan-gerakan kera, ular, harimau dan berbagai jenis binatang
lainnya. Itulah sebabnya kemudian timbul berbagai aliran pencak
silat yang disesuaikan dengan nama binatang, nama tempat atau
nama pulau”39.

Pendapat ini diperkuat oleh mitos ataupun legenda tentang asal-usul

pencak silat oleh beberapa aliran silat yang ada di nusantara ini. Sebagai contoh

asal-usul dari Silat Cimande dari Jawa Barat yang konon kabarnya merupakan

pengamatan dari seorang wanita terhadap pertarungan yang terjadi antara harimau

dan monyet yang memberikan insprasi kepadanya untuk menciptakan bentuk

beladiri berdasarkan gerakan kedua binatang tersebut40.

Perkembangan pencak silat diberbagai daerah di Kepulauan Nusantara

tidak terlepas dari proses akulturasi yang terjadi lewat jalur perdagangan.

Menurut Dragaer, Silat Melayu walaupun masih dalam bentuk yang kasar, sudah

dipergunakan dalam konfrontasi dan peperangan antara kelompok-kelompok

Masyarakat Riau (saat itu Riau merupakan bagian dari Kerajan Melayu)41.

Dikemudian hari, induk silat melayu ini menyebar keseluruh Kerajaan

Sriwijaya hingga Semenanjung Melayu melalui Melaka dan berakhir di Pulau

Jawa lewat interaksi antar kerajaan dalam bentuk perdagangan, keagamaan,

39
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm. 34
40
Ibid. hlm. 36-37
41
Donn F. Dragaer (1992), Weapons and Fighting Arts of Indonesia, Jurnal, Rutland,
Vt : Charles E.Turtle Co.. , ISBN 9780804817165, hlm 17.

22
perkawinan maupun peperangan 42 . Penggunaan pencak silat dalam peperangan

pertama kali tercatat dalam kidung sunda yaitu Sundalaya, yang menyatakan

bahwa pengawal kerajaan Sri Paduka Maharaja Sunda memperlihatkan kehebatan

pencak silat yang dimilikinya pada waktu mereka datang ke Majapahit untuk

mengantar putri raja yakni Diah Pitaloka sebagai calon pengantin raja Majapahit

saat itu, Hayam Wuruk.

Pertemuan itu sendiri tidak berjalan dengan baik dan peperangan pun

meletus di Lapangan Bubat. Pada peperangan tersebut pasukan sunda bertempur

menggunakan jurus pencak yang khas dengan berbagai macam senjata, hal ini

diceritakan dalam bait keenam kidung sundalaya :

“puluh-puluh rombongan henteu kaitung, tujuh rupa penca nu uli


pakarang bae, lain deui bangsa serimpi bedaya.”
(berpuluh-puluh rombongan tidak terhitung, tujuh macam pencak
yang memainkan senjata apa saja, lain bangsa, lain pula
tariannya)43.

Pada masa itu, pencak silat hanya diajarkan pada golongan masyarakat

yang dekat dengan kerajaan (para bangsawan dan tentara kerajaan). Sesuai dengan

sifatnya yang ekslusif, tempat latihannya pun berada ditempat yang tertutup untuk

umum. Pencak silat hanya diajarkan di keraton ataupun di asrama militer.Materi

pencak silat biasanya diajarkan oleh para biksu atau pendeta brahmana, dalam

pendidikannya pencak silat sangat erat kaitannya dengan aspek spritiual.

42
Donn F. Dragaer. Weapons and Fighting Arts of Indonesia.....,hlm 17.
43
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, Yogyakarta : Yayasan Galang, 1999.
hlm 46-47

23
Permulaan dari perguruan silat dimulai di Pulau Jawa pada awal abad ke

17. Kedatangan VOC 44 , memunculkan ancaman bagi Kerajaan-Kerajaan Jawa

pada saat itu. Perubahan zaman pada abad ke 17 dengan hadirnya senjata-senjata

baru seperti senapan dan meriam, membuat para pendekar yang menjadi tokoh

sentral dalam militer kerajaan mulai tergantikan oleh pasukan bersenjata yang

lebih modern. Hal ini mengakibatkan para pendekar tersebut menyingkir ke

daerah pedesaan untuk membuat perkumpulan-perkumpulan informal yang mana

tujuannya adalah agar pencak silat dapat terus berkembang dan diwariskan kepada

generasi penerus45. Dalam perkumpulan tersebut, guru berperan sebagai sumber

ilmu dan panutan, sistem inilah yang memunculkan istilah perguruan.

Dalam naskah-naskah sastra kuno, gambaran dari seorang guru silat adalah

seorang yang sudah lanjut usia namun memiliki keterampilan seperti orang muda.

Guru tersebutmengajarkan jurus-jurus kepada sekelompok kecil murid yang

belajar dengan sungguh-sungguh dalam mengendalikan diri dan memperdalam

ilmu kebal. Biasanya para murid akan tinggal ditempat yang sama dengan seorang

guru dan membantu pekerjaan gurunya dalam menggarap tanah dan bercocok

tanam.

Pada awal zaman Hindia Belanda, pencak silat terus menyebar keseluruh

daerah di kepulauan nusantara. Hal ini disebabkan oleh perpindahan penduduk

dari berbagai daerah dalam skala yang lebih besar dari zaman VOC. Peperangan

44
Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) merupakan perusahaan dagang Hindia
Belanda yang didirikan pada tahun 1602 di Amsterdam. Perusahaan dagang ini bertujuan untuk
memonopoli perdagangan di Kepualauan Nusantara.
45
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm 56-57

24
yang terjadi antara kerajaan-kerajaan lokal melawan kompeni Hindia Belanda

menyebabkan eksodus besar-besaran dari masyarakat yang terkena dampak dari

perang tersebut.

Tokoh-tokoh perang yang berpindah ataupun diasingkan oleh kompeni

Hindia Belanda, biasanya menularkan kepandaian silatnya kepada masyarakat

tempat ia berpindah tersebut. Salah satu contohnya adalah kasus pembuangan Kiai

Maja 46 ke Daerah Tondano, Sulawesi Utara pada tahun 1830an. Kiai Maja

bersama para pengikutnya diasingkan keTondano hingga beranak-pinak disana47.

Konon, Kiai Maja mengajarkan masyarakat setempat ilmu beladiri yang disebut

dengan Pencak Silat Tondano 48 , bahkan salah satu perguruan silat di daerah

tersebut menggunakan nama Kiai Maja sebagai nama perguruannya, nama

perguruan tersebut yaitu Perguruan Satria Kiai Maja49.

Kasus lain adalah Pencak Silat Baginda di Manado, Sulawesi Utara.

Konon aliran silat ini berasal dari pengawal Tuanku Iman Bonjol yang bernama

Bagindo Tan Labiah (Tan Lobe) yang dibuang ke Manado pada tahun 1840. Sama

seperti Kiai Maja, Bagindo Tan Labiah yang menghabiskan masa hidupnya di

pengasingan mengajarkan ilmu silat yang dimilikinya kepada masyarakat

46
Kiai Maja merupakan salah seorang pengawal dan juga guru spiritual dari Pangeran
Diponegoro.
47
Para pengikut Kiai Maja banyak yang menikah dengan perempuan setempat sehingga
menghasilkan keturunan yang disebut dengan Jawa Tondano (Jaton)
48
Amran Habibi, “Sejarah Pencak Silat Indonesia, Studi Historis Perkembangan
Persaudaraan Setia Hati Terate di Madiun Periode Tahun 1922-2010”, Yogyakarta : Skripsi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2009. hlm 23.
49
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, Yogyakarta : Yayasan Galang, 1999.
hlm 63.

25
setempat. Selain itu, pertumbuhan perdagangan di kota-kota pelabuhan Kepulauan

Nusantara menjadi salah satu faktor perpindahan penduduk dan juga penyebaran

dari pencak silat itu sendiri.

Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda tanpa perlu disangsikan lagi,

merupakan pemerintahan yang menindas rakyat. Kehidupan ekonomi masyarakat

yang melarat juga dirasakan oleh para pendekar silat pada masa itu. Situasi ini

dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial dalam melanggengkan pemerintahannya

di nusantara ini. Para jago silat tersebut diberi pekerjaan oleh pemerintah kolonial

sebagai opas50.

Kehadiran opas membuat citra para jago silat menjadi ibarat dua sisi mata

uang, para jago tersebut ibarat pembela sekaligus penindas rakyat. Tugas dari

para jago tersebut adalah untuk menjaga keamanan kampung dan meminta pajak

kepada rakyat. Bahkan para jago tersebut diberi tugas oleh Pemerintah Hindia

Belanda untuk mendorong para petani agar melaksanakan kerja paksa51. Para jago

yang pada mulanya merupakan orang yang disegani oleh masyarakat, perlahan

berubah menjadi orang yang ditakuti bahkan dibenci oleh masyarakat52.

Keadaan tersebut perlahan berubah pada awal abad ke 20. Sistem Politik

Etis, penghapusan kerja rodi dan kehadiran polisi dalam sistem keamanan

Pemerintah Hindia Belanda yang baru, mengakibatkan peran jago menjadi hilang

50
Kata Opas berasal dari bahasa belanda „oppas‟ yang berarti penjaga. Opas juga bisa
dikatakan sebagai polisi hindia belanda dari kalangan pribumi.
51
Pada masa kolonial, para jago silat menjadi kaki tangan lurah atau bupati belanda dalam
pungutan pajak ataupun melaksanakan kerja rodi.
52
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm. 70-71

26
dengan sendirinya. Berbanding lurus dengan hal tersebut, perguruan silat pun

mengalami transformasi yang ke arah yang lebih baik.

Hadirnya sistem pendidikan pribumi (sekolah rakyat) pada masa itu

menjadikan perguruan silat berubah drastis mencontoh kepada sistem yang

diterapkan oleh sekolah rakyat tersebut. Pada masa itu, mulai diadakan jenjang

pendidikan yang terstruktur sesuai dengan tingkatan senioritas, pengetahuan serta

tingkat keterampilan murid. Selain itu pencak silat pada masa ini juga digunakan

oleh organisasi-organisasi politik pribumi sebagai underbow53 mereka54.

Transformasi dari perguruan-perguruan pencak silat ini membuat

perspektif pencak silat yang tadinya bersifat ekslusif, perlahan menjadi lebih

terbuka. Pencak silat mulai diterima di semua lapisan masyarakat melalui sistem

perguruan yang baru ini. Namun, seiring dengan mulai banyaknya masyarakat

pribumi yang belajar pencak silat, ditambah dengan situasi politik Hindia Belanda

yang melarang organisasi pribumi, membuat perguruan-perguruan pencak silat

tersebut mendapat pengawasan dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda55.

Pelarangan atas perguruan pencak silat terjadi pada tahun 1930an, hal ini

disebabkan oleh sering terjadinya aksi-aksi yang bersifat anarkis yang dilakukan

oleh para pemuda pribumi pada masa itu. Dengan kejadian itu, pencak silat

dicurigai oleh Belanda sebagai alat perjuangan kemerdakaan bagi masyarakat.

53
Underbow merupakan organisasi yang menjadi sayap (kaki tangan) dari organisasi lain.
54
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm. 74-75
55
Ibid. hlm. 76-77

27
Berikut merupakan kutipan dua buah laporan dari Politiek Inlichtingen Dienst56

mengenai kegiatan pencak silat di tahun 1929.

“Di Kampung Rawamacan Desa Kutagandak, Krawang, Jawa


Barat, pada bulan Januari 1929 terdapat suatu perguruan bernama
perkoempoelan pentjak yang dicurigai mempunyai latar belakang
politik dan bertujuan menentang penjajahan belanda. Para anggota
belajar ilmu pencak jawa termasuk permainan golok dengan tujuan
agar dapat melawan polisi, khususnya polisi lapangan.”

“Diperkebunan Simpang Kanan, daerah Tamiang, Aceh, lima


pemuda memberikan latihan silat tangan kosong maupun dengan
menggunakan senjata pedang kepada tujuh puluhan murid yang
kebanyakan adalah kuli kontrak perkebunan. Sesudah anggota
perkumpulan ini cukup mahir dalam silatnya, seorang jawa menjadi
kebal terhadap senjata dan peluru. Atas perbuatannya ini pemerintah
Kolonial Hindia-Belanda menangkap Giso pada tanggal 19 Agustus
1929 dan menjebloskannya ke penjara selama dua bulan”57.

Sejak adanya pelarangan terhadap perguruan pencak silat, secara perlahan

latihan dan pertandingan pencak silat yang biasanya diadakan di keramain

menjadi hilang. Hal ini pun disiasati oleh para pendekar silat dengan mengganti

pencak silat menjadi seni pencak silat. Pada masa itu, kegiatan seni tidak dilarang

oleh pemerintah kolonial, sehingga perkembangan pencak silat pada saat itu

praktis hanya dalam bentuk seni.

Dimasa pendudukan Jepang, pencak silat mendapatkan perhatian khusus

dari Pemerintah Jepang. Pemerintahan Jepang yang berbasis militer sangat

menyukai hal-hal yang berbau beladiri. Keadaan ini pun memberikan harapan

56
Aparat Intel Kolonial Hindia Belanda
57
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm. 79-80

28
baru bagi perguruan-perguruan pencak silat yang telah lama vakum akibat dari

pelarangan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Pemerintah Jepang, bahkan memasukkan pencak silat dalam program

pendidikan militernya. Organisasi militer Jepang yaitu PETA58 (Pembela Tanah

Air) mendapatkan pelatihan beladiri dari perguruan-perguruan pencak silat yang

ada pada saat itu. Tidak hanya PETA, tentara Dai Nippon59 pun juga mendapatkan

pelatihan pencak silat tersebut 60 . Pada masa pendudukan Jepang pula untuk

pertama kalinya para pendekar dikumpulkan di jakarta dan ditugaskan untuk

menyusun sebuah buku panduan pencak silat yang terdiri dari 12 jurus yang

merupakan penggabungan dari tekhnik-tekhnik silat di Pulau Jawa saat itu.

Pembuatan buku ini diketuai oleh pendekar Perguruan Setia Hati yakni Soegoro

dan Saksono, buku yang diberi judul „Pentjak‟ ini merupakan buku panduan yang

pertama mengenai pencak silat61.

Setelah Jepang mengalami kekalahan pada perang dunia 2, tantangan yang

sebenernya datang kepada Bangsa Indonesia yang baru merdeka. Kehadiran

tentara NICA62 dalam rangka merebut kembali kekuasaan dari Republik Indonesia

mengawali perang antara Indonesia dengan Belanda. Pada masa ini, pencak silat

58
Pembela Tanah Air (PETA) merupakan kesatuan militer sukarela bentukan Pemerintah
Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia Kedua
59
Tentara Kerajaan Jepang
60
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm. 86-87
61
Ibid
62
Nederlanlandsch Indie Civil Administratie (NICA) adalah pemerintahan militer Belanda
yang bertugas merebut wilayah Indonesia dari Tentara Jepang

29
menjadi hal yang wajib dikuasai oleh bangsa Indonesia karena situasi perang yang

sedang berkecamuk.

Penggunaan pencak silat dalam peperangan tersebut terbukti sangat efektif

bagi tentara Indonesia yang menggunakan taktik perang gerilya. Seperti kutipan

dari Mohamad Djoemali63 di tahun 1959 :

“Para pedjuang jang mahir dalam ilmu Pentjak/Silat pada


waktu itu sungguh nampak besar faedahnya. Ada diantara mereka itu
jang merampas senapan musuh diwaktu gelap, dengan mentjekek
leher lawan. Ada jang bersembunji dan tiba-tiba menjerang dengan
pukulan dan tangkapan untuk merebut sendjata api musuh, sebab
pada waktu itu, anggauta gerilja kita sangat kekurangan sendjata
api... djadi teranglah, bahwa pentjak/silat besar manfaatnja apabila
dipergunakan dalam perang gerilja, guna membela bangsa.
Meskipun musuh mempergunakan mitraliur dengan kapal terbang,
bom-bom, meriam dan mortier, tetapi kalau diwaktu malam jang
gelap gulita, tentu tak dapat memakainja dengan tepat, bahkan
mungkin perbuatanja itu hanja menghabiskan peluru dengan sia-sia
belaka... umpama semua rakjat indonesia mahir pentjak/silat, kiranja
musuh akan amat segan menjerbu dan menduduki indonesia dengan
melawan gerilja rakjat”64.

Sejak saat itu Pencak Silat digunakan sebagai alat perjuangan bagi bangsa

Indonesia. Bung Karno (presiden pertama Indonesia) mengatakan bahwa „Pencak

Silat adalah pusaka yang turun-temurun menghiasi serta berguna bagi kepentingan

nusa dan bangsa Indonesia‟65. Pencak Silat juga dipandang sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari pendidikan kebangsaan seperti yang dikatakan oleh Bung

Hatta (wakil presiden pertama Indonesia) :

63
Salah satu pendiri IPSI dan mantan pejuang kemerdekaan.
64
Mohamad Djoemali, 1959, Pentjak Silat Diteropong dari Sudut Bangsaan Indonesia.
Jogjakarta : Seksi Pentjak/Silat Bangkes Djakb. Kem. P.P.& K.. hlm 34-35
65
Ibid.

30
“Di masa jang achir ini rakjat kita, istimewa pemuda, gemar
sekali beladjar pentjak/silat. Itu tidak mengherankan, perhatian jang
bertambah besar itu kepada pentjak/silat adalah akibat dari
perkembangan keinsjafan nasional. Orang ingin menjelami kembali
kebudajaan sendiri. Mempeladjari kembali kepandaian lama jang
mendjadi perhiasan hidup nenek mojang kita, inilah suatu
keuntungan besar jang ditimbulkan oleh revolusi nasional kita...
kesadaran nasional membawa penghargaan jang lain kepada pentjak
silat. Ia dipandang sebagai salah satu tjorak dari pada kebudajaan
nasional. Semakin giat bangsa kita mentjari kebesaran nasional dan
kebudajaan sendiri, semakin giat pula orang mempeladjari kembali
Pentjak/Silat”66.

Sejak saat itu, upaya untuk membentuk sebuah lembaga yang

menghimpun seluruh aliran pencak silat di Indonesia menjadi semakin gencar

untuk dilakukan. Pada tahun 1947, di daerah Yogyakarta, didirikan sebuah

organisasi yang bernama Gabungan Pentjak Seluruh Indonesia (Gapensi) yang

bertujuan untuk mempersatukan seluruh aliran pencak di Indonesia.

Gapensi didirikan oleh Mohammad Djoemali, Ndoro Soetarjo, RMS Dirjo

Atmodjo, Widji Hartani dan Widjaya. Meskipun memiliki cita-cita nasional, pada

kenyataannya keanggotaan dari organisasi ini masih bersifat lokal. Karena

tuntutan masyarakat agar pencak silat dapat mencapai seluruh pelosok negeri dan

dipertandingkan dalam event olahraga nasional, Persatuan Olahraga Republik

Indonesia 67 mendesak agar diadakannya sebuah konferensi yang membahas

mengenai pencak silat, konferensi dengan judul Konperensi bagian Pentjak ini

diadakan di Solo pada tanggal 2 Juni 1948.

66
Mohamad Djoemali, Pentjak Silat Diteropong dari Sudut Bangsaan Indonesia,,,,

hlm 13-14
67
Merupakan lembaga otoritas keolahragaan Indonesia yang berdiri pada bulan januari
1946, sekarang lembaga ini bernama Komite Nasional Olahraga Indonesia.

31
Pada konferensi tersebut, Mr. Wongsonegoro ditunjuk sebagai ketua

panitia dan diberi wewenang menyusun anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga Ikatan Pentjak Seluruh Indonesia (IPSI). Dengan adanya IPSI, diharapkan

agar tercipta sebuah corak pencak silat nasional yang dapat diterima oleh seluruh

aliran di tanah air. Dengan adanya standar baku dari IPSI, pencak silat dapat

dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional ke I yang diadakan pada tanggal

8-12 September 1948 di Solo68.

Meskipun telah diakui oleh pemerintah sebagai organisasi induk dari

pencak silat, pada kenyataannya kehadiran IPSI masih tidak bisa diterima secara

langsung oleh perguruan-perguruan pencak silat yang ada pada saat itu.

Diantaranya yang menolak IPSI pada waktu itu adalah Gapensi. Perbedaan

pandangan politik dan kecemburuan karena dominasi Perguruan Setia Hati di

Panitia IPSI menjadi alasan penolakan tersebut. Namun, hanya berselang dua

tahun, Gapensi yang telah banyak ditinggalkan oleh anggotanya yang bergabung

dengan IPSI akhirnya mengalah dan bersedia melebur dengan IPSI.

Pada tanggal 21-23 Desember 1950, IPSI melakukan Kongres yang kedua

di Yogyakarta dengan dukungan finansial dari Kementrian PP dan K. Pada

Kongres inilah disahkannya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta

Kepengurusan IPSI dengan Ketua Umum Mr.Wongsonegoro, Wakil Ketua Umum

Sri Paduka Paku Alam dan Penulis I Rachmad. Beberapa pentolan Gapensi juga

mendapatkan posisi penting di kepengurusan, diantaranya Mohammad Djoemali

68
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, Yogyakarta : Yayasan Galang, 1999,
hlm. 94-95

32
sebagai Ketua Seksi Teknik, RMS Dirjo Atmodji sebagai Kepala Seksi Pencak

dan Sukowinadi sebagai Ketua IPSI Yogyakarta69.

Tantangan untuk IPSI mulai datang pada tahun 1960an, disaat keadaan

ekonomi dan politik indonesia yang buruk. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh

beladiri impor seperti karate, judo dan jiu-jitsu. Bahkan karate mampu dengan

cepat diterima oleh kalangan pelajar dan ABRI70. Kehadiran karate benar-benar

merupakan cambukan yang keras bagi para petinggi IPSI. Persepsi pencak silat

yang mulanya sebagai unsur kebudayaan dan religius, dipersempit oleh IPSI

menjadi aspek keolahragaan sebagai unsur utama dari pencak silat71.

Meskipun mendapat pertentangan dari para pendekar dan sesepuh Pencak

Silat terkait penyempitan nilai tersebut, langkah pasti telah diambil oleh IPSI. Hal

ini dibuktikan dengan turut berpartisipasinya IPSI dalam pembentukan Komite

Olahraga Nasional Indonesia pada 31 Desember 1967. Pada masa inilah mulai

terjadi pengkotakan antara Pencak Silat Olahraga (IPSI) dengan Pencak Silat Seni

yang pada saat itu digawangi oleh PPSI72.

Langkah yang diambil ternyata sangat bagus bagi perkembangan Pencak

Silat Nasional, diawal tahun 1970an IPSI mampu mendirikan cabang di setiap

wilayah dan mulai mengorganisir acara-acara pencak silat olahraga dan seni pada

69
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm. 97-98
70
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
71
Ibid. hlm. 100-101
72
Persatuan Pencak Silat Indonesia, adalah sebuah paguyuban pencak silat yang didirikan
di Jawa Barat pada bulan agustus 1957. PPSI hadir sebagai organisasi tandingan bagi IPSI dan
berfokus pada bidang seni (silat tradisional).

33
tingkat nasional, provinsi hingga kabupaten/kota 73 . Pada Seminar Pencak Silat

yang ke III di Bogor tanggal 20-24 November 1973, terjadi pergantian nama dari

IPSI yang semula Ikatan Pencak Seluruh Indonesia, diganti menjadi Ikatan Pencak

Silat Indonesia agar tercermin kesatuan nasional.

74
Tjokropranolo terpilih sebagai Ketua PB IPSI periode 1973-1978

menggantikan MR Wongsonegoro. Pada Kongres ini juga ditetapkan 10

perguruan historis pendiri IPSI75. Namun keputusan ini juga menimbulkan kontra

pada beberapa perguruan lain, hal ini disebabkan oleh sifat IPSI yang terlalu Jawa

sentris. Terbukti dalam 10 perguruan historis tersebut hanya diisi oleh perguruan-

perguruan yang ada di pulau Jawa76.

Dimasa kepemimpinan Tjokropranolo, langkah IPSI tampak semakin

bagus. Setelah berhasil menyelanggarakan Kejuaraan Nasional Pencak Silat yang

pertama di Semarang pada tanggal 27 April 1975, pencak silat olahraga kian

digemari tidak hanya di Indonesia. Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura

dan Brunei Darussalam juga mulai mempertandingkan pencak silat olahraga. Hal

ini menimbulkan semangat baru bagi para petinggi IPSI untuk mulai

mengembangkan Pencak Silat ke luar negeri.

73
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,108-109
74
Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia
75
10 perguruan historis ini diantaranya adalah Persaudaraan Setia Hati, Persaudaraan
Setia Hati Terate, Perpi Harimurti, Phasadja Mataram, Persatuan Pencak Silat Indonesia, Perisai
Diri, Tapak Suci, Peri sai Putih, KPS Nusantara dan Putra Betawi.
76
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm 103

34
Upaya pengembangan pencak silat untuk Go Internasional menampakkan

titik terang pada masa kepemimpinan Eddie M. Nalapraya 77 . Pada tanggal 11

Maret 1980 dibentuklah Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (PERSILAT) yang

diprakarsai oleh IPSI bersama tiga negara sumber pencak silat yaitu PERSISI

(Singapura), PESAKA (Malaysia) dan PERSIB (Brunei Darussalam). 78 Pada

Pertemuan tersebut, Eddie M. Nalapraya terpilih sebagai Presiden PERSILAT dan

Oyong Karmayuda (Indonesia) terpilih sebagai Sekretaris Jenderal. Dengan

terbentuknya PERSILAT, penyelenggaraan pertandingan pencak silat

internasional pun bisa diwujudkan. Pada tahun 1982, diadakan Invitasi Pencak

Silat Internasional yang pertama di Stadion Senayan, Jakarta. Setelah event

tersebut, Kejuaran Internasional Pencak Silat menjadi agenda rutin yang diadakan

oleh PERSILAT setiap dua tahun sekali.

Pencak Silat mulai merambah ke Eropa pada tahun 1986 dengan

diselenggarakannya Kejuaraan Pencak Silat ke III di Wina, Austria. Setelah itu,

Pencak Silat resmi dipertandingkan di SEA Games ke XIV di Jakarta pada tahun

1987. Cita-cita untuk memajukan pencak silat menjadi olahraga internasional

sedikitnya telah mendapatkan bantuan dari pemerintah Indonesia dengan

mendirikan Padepokan Nasional Pencak Silat Indonesia di kawasan Taman Mini

Indonesia Indah. Tujuan didirikannya padepokan ini adalah untuk menampung

77
Ketua PB IPSI periode 1978 sampai 1998
78
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm110-111

35
pesilat-pesilat dari mancanegara serta sebagai pusat kajian untuk memperdalam

ilmu pencak silat79.

Hingga saat ini, pencak silat telah tersebar di 93 negara yang telah

memiliki asosiasi pencak silat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh PERSILAT

untuk memuluskan jalan pencak silat menuju Olimpiade. Langkah tersebut secara

perlahan mulai menemukan titik terang dengan dipertandingkannya pencak silat

dalam Asian Games 2018 yang diselenggarakan di Jakarta dan Palembang pada

bulan Agustus hingga September 2018 mendatang80.

79
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu.......,hlm110-111
80
Tempo.Co, Indonesia Berjuang Agar Pencak Silat Ditandingkan di Olimpiade, diakses
pada tanggal 14 Juli 2018 pada pukul 21.49.

36
B. Gambaran Umum Perguruan Silat Tradisional Minangkabau

Jika membahas mengenai perkembangan Silat Minangkabau, tidak bisa

dilepaskan dari sejarah bangsa Minang itu sendiri. Sebagian dari masyarakat

Minang percaya bahwa Silat Minangkabau pertama kali diciptakan oleh salah

seorang penasehat Sultan Sri Maharaja Diraja yang bernama Datuk Suri Diraja di

sebuah nagari (kampung) yang bernama Pariangan81. Hal ini diceritakan dalam

Tambo Alam Minangkabau.

Ilmu Silat yang diciptakan oleh Datuk Sri Diraja ini terinspirasi dari alam

sekitar, terutama gerakan binatang. Keterampilan silat yang diciptakan oleh Datuk

Suri Diraja ini diturunkan kepada empat orang muridnya yang secara kebetulan

memiliki nama seperti binatang, mereka adalah Kuciang Siam, Anjiang Mualim,

Kambiang Hutan dan Harimau Campo. Mereka inilah orang-orang yang

mengembangkan silat tersebut ke berbagai daerah82.

Hingga saat ini, Silat Minangkabau memiliki beragam macam aliran yang

berbeda antara satu dan lainnya. Corak dari setiap aliran silat minang tersebut

biasanya berbeda-beda diantara satu nagari dengan nagari lainnya. Perbedaan ini

tercipta karena adanya perbedaan adat istiadat dan ciri khas dari guru yang

membawa silat ke daerah tersebut 83 . Karena keragamannya tersebut, Silat

Minangkabau dapat dikelompokkan sesuai dengan aliran silatnya. Penamaan dari

aliran silat ini biasanya menggunakan nama tempat (nagari) silat itu berasal, pola

81
Mid,Djamal, Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau, Bukittinggi : CV.
Tropic, 1986, hlm 49-50
82
Ibid
83
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru) di
Padang 5 Mei 2018

37
langkah, maupun nama binatang endemik yang menjadi model dari gerakan silat

tersebut. Contohnya penamaan aliran silat berdasarkan tempat ia berasal

diantaranya seperti Silek Kumango, Lintau dan Pangean yang berasal di Tanah

Datar, Silek Sunua di Pariaman, Silek Koto Anau di Solok, Silek Pauh di Padang

serta berbagai macam aliran yang ada di nagari-nagari di Sumatera Barat.

Sementara penamaan dari pola langkah diantaranya Silek Langkah Tigo,

Langkah Ampek dan Silek Langkah Sambilan. Serta penamaan dari binatang

endemik seperti Silek Harimau, Silek Buayo, Silek Alang, Silek Marapak Balam

dan binatang – binatang lainnya. Selain itu penamaan aliran silat bisa juga diambil

dari nama guru yang membawakannya ataupun sifat dari gerakan silat tersebut

seperti Silek Pakiah Rabun yang berasal dari Solok Selatan, Pakiah Rabun

merupakan nama dari guru yang mengajarkan silat tersebut. Sementara penamaan

berdasarkan sifat gerakan diantaranya Silek Taralak, Silek Pidareh, Silek Luncua,

Silek Bungo dan lain sebagainya yang tidak dapat penulis jelaskan secara rinci.

Selain cerita dari Tambo Alam Minangkabau, tidak ada bukti tertulis yang

menyatakan kapan dan dimana aliran-aliran silat tersebut berasal. Namun, dalam

kesepakatan antara para sesepuh silat tradisional minangkabau pada tahun 1984,

ditetapkan bahwa silek tuo 84 dari Nagari Pariangan merupakan sumber dari

seluruh aliran silat tradisional yang ada di Minangkabau. Meskipun pada

kenyataannya, banyak pula guru-guru silat yang memiliki versi yang berbeda

84
Silek tuo merupakan aliran silat yang berasal dari nagari pariangan, tanah datar. Aliran
silat ini dipercaya sebagai silat yang diciptakan langsung oleh Datuk Suri Diraja, dinamakan silek
tuo karena aliran silat ini merupkan yang tertua di sumatera barat. Aliran silat ini tersebar
diberbagai daerah di kawasan luhak nan tigo.

38
mengenai asal-muasal dari silat yang dipelajarinya85. Meskipun Sumatera Barat

memiliki banyak aliran silat, namun kebanyakan dari aliran silat tersebut telah

banyak yang punah karena proses regenerasi yang tidak berjalan dengan baik.

penyebabnya tidak lain adalah karena kebanyakan guru yang cenderung bersifat

tertutup dalam mengajarkan silat tersebut.

Ada banyak hal tentang silek yang masih dirahasiakan oleh guru yang

bersangkutan, bahkan hingga ia meninggal dunia. Akibatnya, banyak sasaran silat

yang tutup karena meninggalkannya si guru, sementara si murid belum

mendapatkan amanah86 untuk mengajarkan silat tersebut87. Hingga awal dekade

1950an, dari sekian banyak aliran silat Minangkabau tersebut, tidak ada satupun

yang berbentuk perguruan. Pengajaran silat pada waktu itu hanya diajarkan

dengan sistem yang lama berupa sasaran-sasaran latihan yang bersifat ekslusif.

Kebanyakan sasaran pada waktu itu hanya mau menerima murid dari

anggota keluarga (suku/klan) mereka saja. Kalaupun ada murid diluar itu, ia

adalah orang yang sudah kenal dekat dengan guru yang mengajar disasaran

tersebut 88 . Hal tersebut menyebabkan tidak adanya interaksi dan keterkaitan

85
Wawancara dengan Tarmizi Akbar (Pengurus IPSI Sumbar dan sesepuh silat di
Bukittinggi) di Bukittnggi 10 Juli 2018
86
Untuk membuka sasaran, seorang murid haruslah mendapatkan persetujuan dari
gurunya. Dalam banyak kasus, seorang guru sangat kesulitan untuk menunjuk penerusnya karena
persyaratan yang berat untuk mendapatkan keputasan dari guru tersebut.
87
Wawancara dengan Tarmizi Akbar di Bukittnggi 10 Juli 2018
88
O‟ong Maryono, Pencak Silat Merentang Waktu, Yogyakarta : Yayasan Galang, 1999,
hlm. 94-58-59

39
antara satu sasaran dengan sasaran lainnya, sehingga sasaran-sasaran silat tersebut

tidak mampu berkembang, bahkan mengalami kemunduran dari masa sebelumnya.

Namun, semenjak diadakan pertandingan pencak silat dalam Pekan

Olahraga Nasional yang pertama, sasaran-sasaran tersebut menjadi bergairah dan

ingin merasakan kompetisi dengan sasaran-sasaran lainnya. Silat minangkabau

menjadi terkenal ditingkat nasional berkat Sjamsarif Malin Maradjo (aliran silat

kumango) yang berhasil meraih medali emas pada kejuaraan Pekan Olahraga

Nasional yang kedua di Jakarta pada tahun 195389.

Setelah kejuaraan tersebut, Silat Minangkabau seakan mendapatkan

perhatian khusus dari masyarakat Indonesia. Pada tahun 1953, Sjamsarif Malin

Maradjo terlibat dalam pembuatan film Harimau Tjampa90 yang di produksi oleh

Perfini91. Di film ini, untuk pertama kalinya dipertontonkan aksi Silat Kumango

beserta falsafah dari silat itu sendiri92. Pada konferensi Asia-Afrika di Bandung

pada tahun 1955, Silat Minangkabau di demonstrasikan di gedung Kartika Bahari

oleh tiga orang pendekar dari Sumatera Barat yaitu Abu Zahar, Umar Makthub

89
Harimau Tjampa merupakan sebuah film karya Muhammad Alwi Dahlan yang
bercerita tentang seorang pemuda yang belajar silat untuk membalaskan dendam terhadap
pembunuh ayahnya . film yang berlatar silat minangkabau aliran kumango ini diproduseri oleh
Usmar Ismail dan disutradarai oleh Djayakusuma.
90
Isral Saputra, Silek Kumango : Keberadaan, Pewarisan dan Kearifan Lokal
Minangkabau, Wacana Etnik, Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, ISSN 2098-8746, Volume 2,
Nomor 1, April 2011, Padang: Pusat Studi Informasi dan Kebudayaan Minangkabau (PSIKM) dan
Sastra Daerah FIB Universitas Andalas, hlm 73-94
91
Tiger from Tjampa, Wikipedia. Diakses Tanggal 16 Juli 2018 pukul 20.23 Wib.
92
Muhammad Arief, 2016, Film Surau dan Silek : Ketika Anak-Anak Menemukan
Sebuah Makna, Solo : Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Surakarta. hlm 6-7.

40
dan Lebe Malin Sutan. Setelah penampilan tersebut mereka bertiga bersepakat

untuk mendirikan sebuah perguruan di Jakarta yang diberi nama Baringin Sakti93.

Perguruan ini memiliki Basic silat Minangkabau, aliran silatnya diantranya

Silat Harimau, Silat Kumango, Silat Lintau dan Silat Pauh. Perguruan ini
94
merupakan perguruan pertama yang memiliki basic silat minangkabau .

Kehadiran perguruan ini memberikan semangat baru bagi para pendekar-pendekar

silat minangkabau lainnya untuk membawa silat minang ke level yang selanjutnya.

Namun perkembangan perguruan silat ini justru tidak terjadi di Sumatera Barat.

Semenjak tragedi PRRI95 aktivitas silat di Minangkabau seolah kembali ke jaman

Kolonial Belanda, sasaran-sasaran silat yang ada pada waktu itu seolah mati suri.

Mengingat pada waktu itu tentara pusat tengah menduduki daerah sumatera

tengah96, para pemuda minang pada waktu itu mengungsi ke daerah pedalaman.

Didaerah pedalaman inilah mereka belajar silat untuk keperluan perang

menghadapi tentara pusat97.

Pasca tragedi PRRI tersebut, orang minangkabau seolah telah kehilangan

harga dirinya sebagai bangsa yang pernah besar dulunya. Bangsa minang menjadi

bangsa yang dikucilkan ditingkat nasional, sehingga hal-hal yang berbau minang

93
Pemberian nama baringin sakti terinspirasi dari sebuah pohon beringin besar yang
berada di pusat kota padang (dekat kantor walikota lama) yang telah hidup selama beratus tahun.
94
Baringin Sakti History, Baringin Sakti Silat.Com, diakses pada tanggal 16 Juli 2018
pada pukul 9.47 Wib.
95
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
96
Provinsi lama di pulau sumatera yang mencakup daerah Sumatera Barat, Riau dan
Jambi pada masa sekarang.
97
Wawancara dengan M. Yusuf (Wakil Bidang Organisasi IPSI Kota Padang) di Padang
tanggal 15 Januari 2017

41
secara perlahan mulai ditanggalkan 98 oleh bangsa minang sendiri. Hal ini

menyebabkan perkembangan silat minangkabau pun seolah mati suri.Meskipun

silat minangkabau mengalami mati suri dirumahnya sendiri, keadaan tersebut

justru membuat pendekar-pendekar silat minang tersebut untuk mengembangkan

silat diluar negeri. Salah satu perguruan silat minangkabau yang cukup terkenal

diluar negeri pada saat itu adalah Black Triangle Silat.

Perguruan ini merupakan perguruan silat minangkabau yang didirikan oleh

Adityo Hanafi di perancis pada tahun 197199. Adityo Hanafi merupakan pendekar

silat harimau yang juga merupakan anak dari diplomat Indonesia, Anak Marhaen

Hanafi100. Ia mulai belajar silat harimau dari ayahnya tersebut sejak usia anak-

anak, kemudian ia berlatih silat di perguruan setia hati dan pendekar Kiyai Hadji

Komar di Jawa Barat. Tidak hanya silat, Adityo Hanafi juga memperdalam ilmu

beladiri Shotokan Karate kepada master Masatoshi Nakayama, tujuannya ialah

agar ia dapat mempraktekkan kekuataan pukulan karate dalam ilmu silat yang

dikuasainya. Ia bahkan membantu Nakayama dalam mendirikan Persatuan

Olahraga Karate Indonesia.

Di awal tahun 1960an, Adityo Hanafi mulai mengajarkan silat

minangkabau di Negara Kuba, tempat ayahnya saat itu bertugas sebagai duta

98
Orang minang menyembunyikan segala hal yang menunjukkan identitas
keminangannya untuk menghindari sentimen anti minang pada saat itu.
99
Tribal History, Black Triangle Silat.Com, diakses pada tanggal 16 Juli 2018 pada pukul
13.17 Wib.
100
Anak Marhaen Hanafi merupakan Ajudan Soekarno yang pernah menjabat sebagai
menteri urusan tenaga rakyat (1957-1960) dan duta besar republik indonesia di kuba (1963-1965),
setelah kejatuhan soekarno, ia meminta suaka ke perancis dan tinggal disana hingga meninggal
dua pada 2004 lalu.

42
besar. Setelah beberapa tahun di Kuba, ia dengan kedua orang tuanya menetap di

Perancis dan mulai mendirikan perguruan silat disana pada tahun 1971. Ditahun

yang sama, ia juga mendirikan asosiasi pencak silat yang disebut dengan Palero

Pencak Silat Association101.

Sementara di dalam negeri, khususnya Sumatera Barat. Munculnya

perguruan-perguruan beladiri dari luar seperti karate, taekwondo dan judo

membuat kondisi sasaran silat tradisional menjadi semakin terpuruk. Anak-anak

muda pada waktu itu (khususnya di Kota Padang dan Bukittinggi) lebih tertarik

untuk belajar beladiri luar tersebut ketimbang silat tradisional Minangkabau yang
102
diambang kepunahan tersebut . Dalam kondisi Silat Minangkabau yang

memprihatinkan tersebut, muncul sebuah gagasan dari salah seorang pengurus


103
IPSI Sumatera Barat saat itu Emral Djamal Datuak Rajo Mudo untuk

menghimpun kembali aliran-aliran silat tradisional Minangkabau yang sudah

jarang diketahui oleh masyarakat minang itu sendiri104.

Berkat kerja keras IPSI Sumatera Barat saat itu, Festival Silat

Minangkabau yang pertama berhasil diadakan di kota Padang. Kehadiran tersebut

kembali memberikan gairah baru bagi sasaran-sasaran silat tradisi yang mulai

hilang untuk eksis kembali dan silat tradisional minangkabau kembali menjadi

101
Tribal History, Black Triangle Silat.Com,diaksestanggal 16 Juli 2018
102
Wawancara dengan Tarmizi Akbar (Pengurus IPSI Sumbar dan sesepuh silat di
Bukittinggi) di Bukittinggi 10 Juli 2018
103
Seorang Budayawan minangkabau dan tokoh yang berjasa dalam pelestarian silat
minangkabau. Dia merupakan Pengurus IPSI Sumatera Barat periode 1981 hingga 2012.
104
Emral Djamal Datuk Rajo Mudo, Wikipedia, diakses pada tanggal 16 Juli 2018 pada
pukul 19.44 Wib.

43
digemari oleh masyarakat minang itu sendiri 105 . Kehadiran festival ini juga

menjadi tonggak bagi berdirinya perguruan-perguruan silat tradisional

minangkabau di Sumatera Barat. Selain itu, kehadiran dari perguruan-perguruan

Kungfu yang bertranformasi menjadi perguruan pencak silat106 menjadi motivasi

bagi sasaran-sasaran silat tradisional tersebut untuk membentuk sebuah perguruan

yang berada dibawah naungan IPSI107.

Sejak saat itu, di beberapa kota di Sumatera Barat, mulai berdiri

perguruan-perguruan silat tradisi Minangkabau yang mengadopsi sistem

perguruan IPSI. Di Kota Bukittinggi, beberapa perguruan telah hadir lebih dahulu

seperti Perguruan Baringin Sakti di Panganak (1972), serta perguruan-perguruan

aliran Silek Tuo seperti Perguruan Alang Ponggongan di Birugo (1978) dan

Perguruan Pusako Minang di Pintu Kabun (1986). Sementara di Kota Padang,

mulai hadir perguruan-perguruan aliran Silek Pauh seperti Camar Putih (1983)

dan Empat Bambu (1984), kedua-duanya terletak di Kecamatan Koto Tangah108.

Pada tahun 1990an, silat tradisi Minangkabau mendapatkan

momentumnya untuk kembali diminati oleh masyarakat ramai. Pada Festival

Galanggang Siliah Baganti yang ke IX yang diselenggarakan di GOR Haji Agus

Salim Kota Padang pada Desember 1990. Peserta silat pada waktu itu tidak hanya

105
Galanggang Siliah Baganti, Wikipedia, diakses pada tanggal 16 Juli 2018 pada pukul
19.44
106
Wawancara dengan Tarmizi Akbar (Pengurus IPSI Sumbar dan sesepuh silat di
Bukittinggi) di Bukittinggi 10 Juli 2018
107
Contohnya perguruan pencak silat Tangan Mas dan Perguruan Taimin yang pada
awalnya merupakan perguruan kungfu. Namun, karena di Indonesia tidak ada organisasi yang
membawahi kungfu, perguruan-perguran ini bertransformasi menjadi perguruan pencak silat.
108
Wawancara dengan Tarmizi Akbar di Bukittinggi tanggal 10 Juli 2018

44
diikuti oleh perguruan lokal, namun juga diikuti oleh perguruan silat minang yang

ada di luar negeri seperti Malaysia dan Austria109.

Silat Minangkabau kembali diperkenalkan ke masyarakat Indonesia

melalui serial TVRI pada tahun 1991 yang berjudul Sengsara Membawa

Nikmat 110 . Pada serial tersebut juga dipertontonkan budaya minangkabau serta

aksi dari silat tradisional minangkabau dan falsafah dari silat itu sendiri. Aksi silat

yang dipertontonkan pada serial tersebut dibawakan oleh Perguruan Silat Satria

Muda Indonesia111 yang pada saat itu dipimpin oleh Edward Lebe112. Semenjak

adanya serial TV tersebut, pamor Silat Minangkabau kembali membaik dimata

masyarakat Indonesia 113 . Hingga saat ini, perguruan Silat Minangkabau telah

berkembang dengan cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan mulai banyaknya

sasaran-sasaran yang mengadopsi sistem perguruan yang diterapkan oleh IPSI.

Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan beladiri lain semacam karate dan

taekwondo, silat minangkabau masih menjadi tamu dirumah sendiri.

109
Darwis Rajo Putiah. 1999. Buku Pedoman Perguruan Pencak Silat Pauh. IPSI
KotaPadang Hal 1-4
110
Sengsara Membawa Nikmat merupakan Serial TV yang merupakan adaptasi dari novel
Tulis Sutan Sati dengan judul yang sama.
111
Salah satu perguruan silat minangkabau yang merupakan pecahan dari perguruan silat
baringin sakti.
112
Seorang Grandmaster silat minangkabau yang telah mengembangkan silat tradisional
minangkabau di Amerika Serikat dibawah naungan perguruan silat baringin sakti minangkabau.
113
Wawancara dengan Tarmizi Akbar (Pengurus IPSI Sumbar dan sesepuh silat di
Bukittinggi) di Bukittnggi 10 Juli 2018

45
BAB III

PERGURUAN PENCAK SILAT TALAGO BIRU INDONESIA (1987-2017)

A. 30 Tahun Perjalanan PPS Talago Biru Indonesia

1. Dari Sasaran Silat Tradisional menjadi Sebuah Perguruan

(Sebelum 1987)

Perguruan Pencak Silat Talago Biru merupakan sebuah lembaga yang

bergerak dibidang pelestarian seni beladiri minangkabau yang berdiri pada 4 April

1987 di kota Bukittinggi. Perguruan ini didirikan oleh Afrizal Chan Sutan Rajo

Mudo. Perguruan ini berfokus pada pengembangan Silat Tradisi Minangkabau

Aliran Silek Taralak dan Silek Gadang. Afrizal Chan merupakan putra Agam

kelahiran 4 April 1952 di Koto Gadang, Maninjau.

Pada awalnya ia belajar Silek Taralak pada usia 13 tahun, sekitar tahun

1965 kepada pamannya Angku Sutan Mahyudin di Sasaran Sariak, Koto Gadang,

Maninjau. Dihari dan tanggal yang sama ia juga belajar Silek Gadang di Sasaran

Angku Palimo Basa yang juga bertempat di Koto Gadang, Maninjau. Seperti

kebanyakan remaja pada masa itu, ia mulai berlatih dengan teman-teman

sebayanya. Latihan dimulai pada malam hari selepas isya, lazimnya latihan

diadakan setelah kegiatan mengaji di Surau114.

114
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru) di
Padang 5 Mei 2018

46
Silek Taralak merupakan aliran silatyang termasuk dalam salah satu Aliran

Tuo Silek Minangkabau115. Tidak ada sumber tertulis mengenai dimana silek ini

berasal, namun Silek Taralak ini sudah berkembang di berbagai daerah, tidak

hanya di Sumatera Barat, aliran silat ini juga telah berkembang di berbagai daerah

di Pulau Sumatera bahkan hingga ke Malaysia116.

Silataliran ini terkenal dengan silat yang keras, silat ini merupakan anti

tesis dari Silek Tuo yang menyatakan bahwa “satiok tangkok ado palapehnyo”,

yang berarti setiap kuncian ada cara untuk melepaskannya, sementara dalam silek

taralak kuncian itu diibaratkan dengan istilah “sakali pancuang putuih”, yang

artinya setiap kuncian tersebut haruslah mampu melumpuhkan lawan dalam

sekejap117.

Menurut Penuturan Afrizal Chan, Silek Taralak konon berasal dari

Semenanjung Arab. Aliran Silat ini dibawa oleh perantau minang dari tanah suci

Mekah ke Kepulauan Nusantara melalui jalur laut. Sempat singgah di India, Cina

Daratan, Aceh, Mandailing Natal dan berakhir di Pesisir Selatan. Cerita ini

diperkuat dengan adanya kemiripan Silek Taralak dengan beberapa beladiri

didaerah yang disebutkan diatas, seperti Kungfu Bajiguan di Cina Daratan dan

Silat Taralak Nata di Mandailing Natal. Kesamaan dari beberapa beladiri ini

115
Aliran Silat Minangkabau yang dianggap sebagai salah satu yang tertua.
116
Hamzah bin Ahmad, 1967, Pesaka Hulubalang Melayu : Silat Terlak Nata, Dewan
Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia : Kuala Lumpur.
117
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo di Padang 5 Mei 2018

47
adalah pola serangannya yang lurus dan lebih dominan menggunakan hantaman

bahu dan siku118.

Aliran silat ini pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Maninjau

oleh orang Pesisir Selatan. Sebelum mengenal Silek Taralak, beladiri asli orang

Maninjau adalah Silek Catuih Api 119 . Namun seiring berjalannya waktu, silek

taralak mulai digemari oleh masyarakat sekeliling Danau Maninjau dan menjadi

aliran silek yang dominan dimainkan oleh masyarakat Maninjau120. Kata Taralak

dapat diartikan sebagai Tawaduk (rendah hati), hal ini menjadi sesuatu yang

memang harus menjadi prinsip dari seorang pendekar yang pantang untuk menjadi

sombong karena ilmu yang dimilikinya. Ibarat pepatah minang “Gunakanlah ilmu

padi, semakin berisi semakin menunduk”.

Sementara Silek Gadang merupakan salah satu aliran silatyang juga

berkembang di sekitar Danau Maninjau, pada dasarnya silat ini mirip dengan

aliran silek tuo yang ada di daerah Tanah Datar, namun oleh masyarakat

disekitaran danau maninjau silat ini disebut dengan silek gadang. Langkah dan

tangkapan dari silat ini mirip dengan silek tuo, yaitu tangkok lapeh seperti yang

118
Bajiquan, Wikipedia. Diakses tanggal 12 Juli 2018 pukul 18.19 wib
119
Silek Catuih Api merupakan sejenis ilmu tenaga dalam yang menggunakan api sebagai
media perantaranya, masyarakat Aceh menyebutnya dengan Sewah Gayueng Api. Didaerah lain di
minangkabau Silek Catuih Api biasa disebut juga dengan Gayuang Api.
120
Ada sebuah cerita yang cukup terkenal didaerah danau maninjau mengenai penyebab
kenapa silek taralak sangat diminati oleh masyarakat disana. Pada awal mula kedatangan guru
silek taralak ke maninjau, ia ditantang oleh masyarakat disana untuk menjatuhkan buah kelapa dari
pohonnya.. Seorang guru silek catuih api menendang batang pohon kelapa tersebut yang membuat
puncaknya rontok dan membuat seluruh buahnya jatuh ketanah. Sementara guru taralak tersebut
cukup menunjuk buah kelapa dan seluruh buah kelapa pun jatuh berguguran ke tanah. Semenjak
kejadian itu, guru-guru silek catuih itu mulai belajar silek taralak dan secara perlahan mulai
meninggalkan silek catuih api yang dimilikinya.

48
sudah dijelaskan di paragraf atas121. Makmur hendrik dalam novel giring-giring

perak menjelaskan bahwa silat ini adalah silat yang bersifat defensif dengan rasio

tangkapan satu banding satu, artinya setiap sebuah serangan yang diberikan lawan

juga akan dibalas dengan sebuah serangan atau pun sebuah kuncian.

Afrizal Chan pertama kali mulai melatih silat tradisi pada tahun 1970 di

Lubuk Linggau, pada masa itu ia bekerja sebagai penjahit. Setahun kemudian ia

pindah ke Jambi dan melanjutkan melatih silat disana, sambil bekerja sebagai

penjahit. Selang dua tahun, tepatnya tahun 1973, ia pindah ke Kota Bukittinggi

dan melanjutkan melatih silat disana sambil bekerja sebagai tukang reparasi jam.

Pada masa ini, Afrizal Chan masih melatih silat secara tradisional dan belum

berbentuk perguruan.

Sambil melatih, Afrizal Chan menyempatkan diri untuk memperdalam

ilmu Silek Taralak di Kukuban, Sungai Batang, Maninjau. Ia berlatih di sasaran

Angku Jahidin Sampono pada tahun 1977. Selain itu, ia juga belajar kepada

Angku Tan Ameh di tahun yang sama dan juga bertempat di Nagari Sungai

Batang, Maninjau122. Setelah sekitar 13 tahun melatih silat tradisi di Bukittinggi,

Afrizal Chan diajak oleh Erma Rasyid (Ketua IKPPTR pada waktu itu) untuk

membentuk perguruan silat yang dinamai dengan Talago Biru IKPPTR 123 pada

awal tahun 1987 di Gurun Panjang, Kota Bukittinggi. Talago Biru IKPPTR

121
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo Tanggal 5 Mei 2018.
122
Ibid.
123
IKPPTR merupakan singkatan dari Ikatan Pemuda-Pemudi Tanjung Raya yang
merupakan sanggar seni yang semua anggotanya merupakan masyarakat sekeliling danau
maninjau yang berada di kota Bukittinggi.

49
memiliki peminat yang cukup banyak pada waktu itu, bahkan anggotanya

mencapai 60 orang. Namun, hanya beberapa bulan Afrizal Chan melatih disana, ia

pun mengundurkan diri dari Talago Biru IKPPTR124.

Alasan pengunduran dirinya adalah, karena perbedaaan prinsip dengan

ketua IKPPTR pada waktu itu yang menganggap bahwa silek taralak adalah milik

orang Maninjau dan hanya boleh dipelajari oleh orang Maninjau saja. Selain itu,

Talago Biru IKPPTR hanya berfokus pada latihan silat tradisi tanpa adanya niat

untuk pengembangan ke arah yang lebih modern. Setelah keluar dari Talago Biru

IKPPTR, Afrizal Chan mulai mendirikan perguruan atas namanya sendiri yang

dinamakan PPS Talago Biru pada tanggal 4 April 1987. Nama Talago Biru sendiri

terinspirasi dari sebutan masyarakat Maninjau terhadap danau yang ada di

kampung mereka. Alasan dia mendirikan perguruan ini adalah, ia beranggapan

bahwa silek taralak harus diajarkan dan dikembangkan. Silek Taralak tidak hanya

milik orang Maninjau, semua orang berhak untuk mempelajarinya. Ia

beranggapan bahwa, jika silat ini tidak dikembangkan, ia akan habis dan tidak

akan ada orang yang mengetahuinya lagi.

Tujuan dari dibentuknya PPS Talago Biru adalah untuk melestarikan dan

mengembangkan silat tradisional minangkabau (khususnya aliran silek taralak)

serta menempa generasi muda untuk menjadi pendekar bangsa yang berjiwa

kesatria dan bertawa kepada Allah (tuhan yang maha esa). Selain itu, PPS Talago

Biru juga bertujuan untuk menjadi wadah bagi para pendekar yang disiplin, kuat

124
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo Tanggal 5 Mei 2018.

50
lahir bathin, pemberani, bijaksana dan sopan santun, berbudi pekerti luhur dan

kasih sayang serta bertaqwa kepada Allah (tuhan yang maha esa).

Hal senada tercermin dalam Falsafah PPS Talago Biru yaitu Luruih, Bana,

Saba, Lillah yang berarti keteguhan di jalan yang lurus untuk selalu menegakkan

kebenaran dan bersabar dengan segala apa yang terjadi, serta mendasarkan semua

niat, fikiran dan tindakan karena dan berharap keredhaan Allah SWT.Sebagai

sebuah perguruan (lembaga) yang terdaftar di IPSI, Perguruan Pencak Silat

Talago Biru tentunya harus memiliki bentuk dan struktur organisasi yang jelas.

Tidak mudah untuk mendirikan perguruan, apalagi untuk secara terang-

terangan menentang sebuah aturan yang telah dibentuk oleh masyarakat disebuah

kaum. Pada awal mendirikan perguruan Talago Biru, Afrizal Chan mendapatkan

pertentangan dari para sesepuh silek taralak di Selingkar Danau Maninjau. Ia

dilarang untuk mengajarkan silek taralak kepada orang yang bukan berasal dari

Maninjau. Ketakutan dari para sesepuh itu adalah, apabila silat ini dikuasai oleh

orang lain, pamor orang Maninjau sebagai pewaris silek taralak akan turun atau

mungkin tidak dianggap lagi125.

Karena mendapat dukungan dari empat orang gurunya yaitu Angku

Mahyudin, Angku Palimo Basa, Angku Jahidin Sampono dan Angku Tan Ameh.

Dia memberanikan diri untuk membuka perguruan sendiri dan melatih anak-anak

125
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo Tanggal 5 Mei 2018.

51
dari luar Maninjau126. Meskipun mendapatkan pertentangan pada awalnya, seiring

dengan berjalannya waktu dan prestasi yang telah ditunjukkan oleh PPS Talago

biru, pada akhirnya para sesepuh silek taralak di Maninjau memberikan izin

kepada Afrizal Chan untuk mengembangkan silek taralak keluar Daerah

Maninjau.

Setelah mendapatkan restu dari empat orang gurunya, Afrizal Chan

langsung mendaftarkan Perguruannya ke IPSI kota Bukittinggi pada tanggal 4

April 1987 dengan nama PPS Talago Biru. Alasan didaftarkannya PPS Talago

Biru ke IPSI adalah agar PPS Talago Biru dapat berpartisipasi dalam setiap

kegiatan atau event yang berkaitan dengan silat tradisi yang diadakan oleh

pemerintah Kota Bukittinggi. Beberapa perubahan yang dialami ketika menjadi

sasaran tradisional ke bentuk perguruan adalah adanya sistem pembelajaran yang

jelas dan terstuktur dengan standar baku dari IPSI. Selain itu PPS Talago Biru

dapat memperkenalkan silek taralak kepada masyarakat dan bisa melakukan

pengembangan ke bidang prestasi ataupun pelestarian budaya silat tradisi.

Dalam tata cara penerimaan murid pun berubah dari yang mulanya

tradisional menjadi lebih modern. Pada mulanya, seseorang yang ingin belajar

bersilat haruslah diantarkan oleh mamaknya (paman) sambil membawakan syarat-

syaratnya secara lengkap didalam sebuah carano 127 yang dihadapkan langsung

126
Menurut pengakuan Afrizal Chan, dari 60 orang teman-teman yang sama-sama latihan
dengannya, hanya dia seorang yang mendapatkan amanah dari guru-gurunya untuk
mengembangkan silek taralak keluar daerah maninjau.
127
Carano merupakan sebuah benda berbentuk dulang berkaki dari kuningan. Didalamnya
berisi daun sirih, kapur, gambir, pinang dan tembakau.

52
kepada gurunya. Setelah menjadi perguruan, tata cara penerimaan murid menjadi

lebih praktis, cukup dengan mengisi formulir pendaftaran dengan tanda tangan

orang tua/wali, calon murid bisa langsung diterima menjadi anggota perguruan.

Pada awal pendiriannya, PPS Talago Biru melakukan latihan di Sasaran

Tambuo dengan jumlah murid sebanyak 7 orang. Dengan ketujuh orang muridnya

ini, ia mulai menyusun Anggaran Dasar dan AnggaranRumah Tangga serta materi

yang akan dibakukan untuk menjadi kurikulum dari Perguruan Talago Biru

sendiri. Beberapa orang muridnya itu diantaranya adalah Erizal Chan dan Irman.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPS Talago Biru dibuat pada akhir

tahun 1987128.

2. Bergabung Dengan IPSI Hingga Puncak Prestasi (1987-2005)

Perguruan Pencak Silat Talago Biru mengalami perkembangan yang

cukup pesat di tahun-tahun awal berdirinya. setelah terdaftar dan bergabung

dengan IPSI kota Bukittinggi, PPS Talago Biru langsung mengambil kesempatan

untuk memperkenalkan Silek Taralak sekaligus Perguruan itu sendiri kepada

masyarakat umum. Pada saat itu PPS Talago Biru memperkenalkan aliran silatnya

dengan mengikuti berbagai kegiatan IPSI seperti festival silat dan kejuraan-

kejuaraan yang diadakan oleh IPSI Kota Bukittinggi.

Selain mengikuti festival-festival dan kejuaraan-kejuaraan, PPS Talago

Biru juga mengadakan kegiatan-kegiatan seperti Silek Galombang pada acara

pernikahan maupun acara-acara yang diadakan oleh lembaga pemerintahan Kota


128
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo Tanggal 5 Mei 2018.

53
Bukittinggi. Selain itu PPS Talago Biru juga membangun jaringan dengan

perguruan-perguruan lain yang ada di Kota Bukittinggi pada masa itu dengan cara

melaksanakan latihan gabungan dan Event Silaturahmi lainnya, beberapa

perguruan tersebut diantaranya adalah Perguruan Silat Satria Muda Indonesia,

Sinlamba, Minsai, Pusako Minang dan perguruan silat lain yang ada di Kota

Bukittinggi.

Kedekatan hubungan dengan tokoh-tokoh silat yang ada di Kota

Bukittinggi dimanfaatkan oleh Afrizal Chan untuk memperdalam ilmu tentang

organisasi untuk mengembangkan perguruan yang sedang dibangunnya tersebut.

Pada tahun 1988 Afrizal Chan diundang oleh dewan guru Perguruan Silat Satria

Muda Indonesia untuk melakukan pelatihan kader di Cikole, Bandung. Dari

pelatihan inilah dia mendapatkan banyak pendidikan tentang materi silat Satria

Muda Indonesia dan manajemen organisasi129.

Pada tahun 1989, Afrizal Chan berangkat ke Banten untuk memperdalami

ilmu tenaga dalam di Perguruan Sinlamba yang pada saat itu dipimpin oleh Haji

Harun. Dengan berbekal ilmu yang didapatinya dari pelatihan-pelatihan tersebut,

Afrizal Chan mempergunakannya untuk mengembangkan Perguruan yang sedang

ia bangun. Baik dari segi materi maupun dari segi manajemen organisasi. Tujuan

utama dari PPS Talago Biru pada saat itu adalah untuk memperkenalkan Silek

Taralak kepada masyarakat umum. Selain dengan mengikuti kegiatan-kegiatan

129
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo Tanggal 5 Mei 2018.

54
yang berkaitan dengan IPSI dan pemerintah Kota Bukittinggi, PPS Talago Biru

mengembangkan perguruannya dengan memperbanyak sasaran (tempat latihan).

Setelah Sasaran Tambuo, PPS Talago Biru mulai membuka Sasaran baru

di Simpang Aur Kuning, tepatnya di Bengkel Pelita (disamping SMAN 3

Bukittinggi) pada tahun 1988. Pembukaan sasaran ini merupakan permintaan

langsung dari pemilik Bengkel Pelita pada saat itu yakni Erman Sofyan yang juga

merupakan ketua dari PPS Talago Biru. Disasaran Bengkel Pelita inilah mulai

diadakan latihan bagi anak-anak usia sekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar

sampai Sekolah Menengah Atas130.

Setahun berselang PPS Talago Biru mulai membuka sasaran di Sekolah

Teknik Menengah Bukittinggi (sekarang SMKN 1 Bukittinggi), tujuan dibukanya

sasaran di sekolah ini adalah untuk menciptakan atlet-atlet yang akan dibina untuk

berkompetisi di tingkat lokal maupun nasional. Selain mendirikan sasaran baru,

PPS Talago Biru juga mendirikan anak perguruan yang dibawahi oleh PPS Talago

Biru, diantaranya adalah PPS Talago Sakti, PPS Talago Binuang Sakti dan PPS

Talago Surya Sakti131. Secara keseluruhan, baik anggota, struktur dan materi dari

anak perguruan memiliki kesamaaan dengan PPS Talago Biru. Tujuan dibalik

pembentukan anak perguruan tersebut adalah untuk memperbanyak kuota dari

atlet-atlet PPS Talago Biru yang akan bertanding di kejuaraan-kejuaraan ataupun

festival-festival yang diadakan oleh IPSI maupun pemerintah kota.

130
Wawancara dengan Anton Martin (Guru Muda dan Atlet Berprestasi dari PPS Talago
Biru) di Bukittinggi 5 Mei 2018.
131
Ibid.

55
Tidak hanya di Kota Bukittinggi, PPS Talago Biru juga membuka sasaran

di daerah lain. Diantaranya di Kecamatan X Koto, Kabupaen Tanah Datar pada

tahun 1991, dan dua sasaran di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam pada

tahun 1993. Sasaran di Kecamatan X Koto dibina oleh Guru 9, sementara dua

sasaran lainnya di Kecamatan Tanjung Raya dibina oleh Alfian di Maninjau dan

Tomo di Palembayan.

Setelah tahun 1993, tidak terlihat perkembangan yang signifikan dari

jumlah sasaran di PPS Talago Biru. Di awal tahun 1990an PPS Talago Biru lebih

berfokus kepada pengembangan prestasi atlet, beberapa kejuaraan yang diikuti

PPS Talago Biru pada tahun 1990an diantarnya adalah Galanggang Siliah Baganti

IX, Kejuaraan IPSI kota Bukittinggi, Kejuaraan Silat Semen Padang Terbuka,

Festival Pencak Silat Se Sumbar dan Luar Negeri dan beberapa kejuaraan yang

diadakan oleh perguruan-perguruan di Kota Bukittinggi.Perguruan Pencak Silat

Talago Biru merupakan perguruan pencak silat yang cukup disegani di Kota

Bukittinggi maupun Provinsi Sumatera Barat pada dekade awal 1990an tersebut.

Hal ini dibuktikan dengan berbagai prestasi yang diraih oleh PPS Talago Biru

dalam Kejuaraan-Kejuaraan maupun Festival-Festival yang ada.

Tidak hanya berlaga di tingkat kota dan provinsi, PPS Talago Biru bahkan

pernah mengirim atletnya hingga ke tingkat nasional. Permulaan PPS Talago Biru

mengikuti kejuaraan dan festival silat dimulai pada awal tahun 1991, pada saat itu

PPS Talago Biru ikut berpartisipasi dalam Festival Silat Tradisi Galanggang

Siliah Baganti yang ke IX di Kota Padang pada bulan Januari 1991. Pada saat itu

56
PPS Talago Biru tampil mewakili Kontingen Kota Bukittinggi dan berhasil

meraih Juara Umum.

Setelah kejuaraan tersebut, PPS Talago Biru mulai dikenal di Kota

Bukittinggi dan memiliki kepercayaan diri dalam mengikuti berbagai kejuaraan

yang akan datang. Diawal dekade 1990an PPS Talago Biru mulai menjadi

Perguruan yang cukup ditakuti oleh lawan-lawannya. Pada rentang tahun 1991

hingga 1995 PPS Talago Biru berhasil memenangkan 12 Kategori dari 10

Kejuaraan yang mereka ikuti132, diantaranya Juara I Silat Berpasangan Putra Usia

7-12 tahun Kejuaraan Cabang IPSI Kota Bukittinggi 1991 dan Pencak Silat Laga

Kelas A Yunior Putra tahun 1992, Juara II Festival Pencak Silat Tradisional Setia

Budi di Kota Bukittinggi pada tanggal 13-14 November 1993.

Selain mengikuti kejuaraan yang diadakan oleh IPSI, PPS Talago Biru

juga melaksanakan kegiatan Festival Pencak Silat Tradisional pada 27-29 Agustus

1994 di Kota Bukittinggi. Pada saat itu PPS Talago Biru berhasil meraih

penghargaan Pesilat Terbaik Putra Usia 7-12 Tahun. Di tahun yang sama PPS

Talago Biru kembali memenangkan Juara I Silat Berpasangan Putra Usia 7-12

Tahun IPSI Cabang Kota Bukittinggi. Kejuaran tingkat provinsi yang pertama kali

diikuti oleh PPS Talago Biru adalah Kejuaraan Silat Remaja Semen Padang

Terbuka di Kota Padang Tanggal15-19 Juni 1994. Pada kejuruan tersebut PPS

Talago Biru berhasil meraih Juara III Pencak Silat Laga Kelas B Putra.

132
Lihat lampiran halaman 6-10.

57
Setahun kemudian PPS Talago Biru berhasil mendapatkan penghargaan

Pesilat Terbaik Putra Usia 13-18 tahun pada Festival Pencak Silat Tradisional Se

Sumbar dan Luar Negeri yang diadakan di Kota Bukittinggi Tanggal 30 Agustus

1995. Selain itu PPS Talago Biru juga berhasil mendapatkan Juara II Pencak Silat

Laga Kelas B Putra pada Kejuaraan Silat Remaja Semen Padang Terbuka di Kota

Padang tanggal 8-12 September 1995.

Dilihat dari beberapa prestasi yang didapatkan pada periode awal tersebut,

PPS Talago Biru berhasil memenangkan kejuaraan-kejuaraan pada kategori usia

anak-anak dan remaja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perguruan ini

mampu menciptakan atlet-atlet yang berprestasi dimasa itu. Hal yang pertama

adalah kemampuan dari Afrizal Chan dalam menggembleng murid-muridnya

yang pada waktu itu, kebanyakan masih di usia sekolah, untuk menjadi atlet yang

dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan yang ada pada saat itu.

Sistem pengajaran pada masa itu pun memang difokuskan untuk mencetak

atlet-atlet yang berprestasi. Tujuannya adalah untuk menaikkan nama PPS Talago

Biru itu sendiri, dengan semakin dikenalnya PPS Talago Biru maka secara

otomatis Silek Taralak yang dibawakannya pun mulai disukai oleh masyarakat133.

Pada saat itu, sistem kenaikan tingkat dari PPS Talago Biru berlangsung sangat

ketat dan ekslusif. Setiap pesilat diwajibkan untuk melaksanakan tes kenaikan

tingkat perorangan, sehingga setiap pesilat yang naik ketingkat yang lebih tinggi

133
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru) di
Padang 5 Mei 2018

58
adalah pesilat yang benar-benar memiliki kemampuan dan benar-benar pantas

untuk menyandang gelar tersebut134.

Keberhasilan PPS Talago Biru dalam memenangkan kejuaraan-kejuaran

dan perkembangan sasaran yang mulai menyebar ke beberapa daerah membuat

para pengurus perguruan untuk mulai membenahi manajemen organisasi. Pada

tanggal 28 Juli 1995, PPS Talago Biru melaksanakan Musyawarah Besar Pertama.

Ada beberapa poin yang dihasilkan pada musyawarah besar tersebut, diantaranya

adalah pembentukan kesekretariatan PPS Talago Biru yang terletak di Bengkel

Pelita, Simpang Aur Kuning, Kota Bukittinggi. Fungsi dari Kesekretariatan ini

adalah untuk mengkoordinir unit-unit yang tersebar di beberapa tempat, baik yang

ada di Kota Bukittinggi maupun yang ada di luar Kota Bukittinggi135.

Pada Musyawarah Besar Pertama ini juga ditetapkan kurikulum perguruan

serta pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah dibuat

sejak tahun 1987. Pada Mubes ini juga dilakukan peresmian Sasaran Maninjau

sebagai unit khusus tradisi PPS Talago Biru. Pada Musyawarah Besar yang

pertama ini Boy Razar terpilih sebagai ketua PPS Talago Biru, sementara Afrizal

Chan terpilih sebagai ketua Dewan Guru.

134
Wawancara dengan Anton Martin (Guru Muda dan Atlet Berprestasi dari PPS Talago
Biru) di Bukittinggi 5 Mei 2018.
135
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo di Padang 5 Mei 2018

59
Struktrur Kepengurusan PPS Talago Biru pada tahun 1995

Ketua : Boy Razar

Wakil Ketua : Herman S Gucci

Sekretaris : Syahrul Z

Sesepuh : Datuak Tan Ameh

Dewan Guru : Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo

Pembina : Yulizar Hasan

Sesuai dengan hasil dari Musyawarah Besar Pertama tersebut ditetapkan

Struktur Organisasi PPS Talago Biru yang terdiri dari Struktur Kepengurusan dan

Struktur Tekhnis. Dalam Struktur Kepengurusan terdapat Kesekretariatan

(Pengurus Pusat) yang membawahi Pengurus Cabang dan Pengurus Unit, setiap

kepengurusan di PPS Talago Biru memiliki tanggung jawab dan tugas yang

berbeda disetiap tingkatannya. Pada Musyawarah Besar Pertama tersebut PPS

Talago Biru juga menetapkan Sistem Kurikulum dan Jenjang Tingkatan yang

terstruktur guna menciptakan pesilat-pesilat yang berkualitas. Dalam Sistem

Kurikulum PPS Talago Biru, diajarkan bentuk pelatihan yang berjenjang dan

terskuktur sesuai dengan tingkatan yang dimiliki oleh setiap anggota perguruan

(pesilat).

Pembenahan yang dilakukan dalam sistem organisasi dan kurikulum

tersebut tampak memberikan hasil yang positif bagi PPS Talago Biru. Pada tahun

1997 PPS Talago Biru kembali meraih Juara I Pencak Silat Laga Kelas A Putra di

Kejuaraan Cabang IPSI Kota Bukittinggi. Selain di bidang prestasi,PPS Talago

60
Biru mulai mengembangkan sayapnya dengan membentuk cabang-cabang diluar

kota dan luar provinsi Sumatera Barat. Cabang pertama diluar Provinsi Sumatera

Barat adalah cabang Kota Medan yang didirikan pada tahun 1998 136. Pendirian

cabang Kota Medan ini tidak terlepas dari Iwan Okmedia, salah seorang pelatih

PPS Talago Biru di Bukittinggi yang bertekad untuk memperkenalkan Silek

Taralak keluar daerah Provinsi Sumatera Barat.

Iwan Okmedia yang pada saat itu masih berusia 18 tahun, terus berpindah-

pindah daerah demi memperkenalkan Silek Taralak ke berbagai daerah. Dia

bertekad untuk terus mendirikan cabang disetiap daerah yang ia singgahi dengan

prinsip bahwa melatih Silek merupakan salah satu jalan dakwah. Baginya melatih

Silekbukan sekedar mengajarkan cara-cara membela diri, namun lebih dari itu,

melatih Silek merupakan cara terbaik untuk membentuk karakter seseorang

menjadi lebih baik137.

Selang setahun tinggal di Medan, ia kemudian pindah ke Bandar Jaya,

Metro, Provinsi Lampung dan mendirikan cabang disana pada tahun 1999

Bermodal ijazah STM 138 dan keahlian pangkas rambut, ia bertahan hidup

diperantauan dengan bekerja serabutan. Pada tahun 2000, ia mendirikan dua buah

cabang yang terletak di dua Provinsi yang berbeda, yakni di Kota Palembang

136
Wawancara dengan Iwan Okmedia (Guru Utama PPS Talago Biru) di Padang 12 Mei
2018
137
Ibid.
138
Sekolah Teknik Menengah.

61
Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Februari dan di Duri, Kabupaten Bengkalis

Provinsi Riau pada bulan Desember.

Periode tahun 1999 hingga 2002 bisa dikatakan sebagai puncak prestasi

dari PPS Talago Biru. Pada periode tersebut PPS Talago Biru berhasil meraih 14

gelar dari 12 kejuaraan yang mereka ikuti. Pada periode ini pula PPS Talago Biru

berhasil mengirimkan atletnya untuk berlaga di kejuaraan nasional.Salah satu

prestasi terbaik yang berhasil diraih PPS Talago Biru adalah menjadi Juara dalam

Kejuaraan Pekan Olahraga Pelajar Daerah Sumatera Barat yang diselenggarakan

di Kota Padang pada tanggal 15 Maret 1999.

Pada kejuaraan tersebut PPS Talago Biru berhasil menjadi Juara I

dikategori Pencak Silat Laga Kelas C Putra, sehingga berhak mewakili Provinsi

Sumatera Barat dalam Kejuaraan Pekan Olahraga Pelajar Nasional yang

diselenggarakan di Kota Surabaya pada tanggal 24-29 Oktober 1999. Masih

ditahun yang sama, PPS Talago Biru juga berhasil meraih Juara III Pencak Silat

Laga Kelas A Putra pada Pekan Olahraga Daerah Sumatera Barat Ke VII di Kota

Payakumbuh tanggal 11-18 September 1999.

Setelah penampilannya di pentas nasional tersebut, PPS Talago Biru

menjadi populer dikalangan praktisi silat maupun masyarakat awam. Bahkan

Afrizal Chan sering terpilih sebagai ketua tim teknik untuk kontingen Kota

Bukittinggi dan Kabupaten Agam dalam kejuaraan tingkat provinsi.Tren Positif

dari PPS Talago Biru terus berlanjut diawal dekade tahun 2000an, ditahun 2000

PPS Talago Biru berhasil meraih beberapa gelar.

62
Diantaranya, Juara I Pencak Silat Laga Kelas D Putra Kejuaraan Pandeka

Minang Semen Padang se Sumbar-Riau-Jambi-Palembang di Kota Padang

Panjang pada tanggal 5-10 Juli 2000, serta Juara I Pencak Silat Laga Kelas A

Putra Kejuaran Pandeka Harimau Agam di Lubuk Basung pada tanggal 18-19

November 2000.Pada tahun 2002, PPS Talago Biru kembali berhasil

mengirimkan atletnya untuk berlaga di tingkat nasional. Kali ini mereka tampil

untuk kontingen Sumatera Barat dalam Kejuaraan Nasional Pencak Silat di

Jakarta pada tanggal 25 Agustus hingga 1 September 2002.

Setelah penampilan yang kedua kalinya di kejuaraan tingkat nasional, PPS

Talago Biru terus mengembangkan organisasinya keluar daerah dengan

mendirikan cabang di Kota Jambi pada tahun 2002. Cabang ini didirikan oleh

Zulbahri yang merupakan salah seorang murid Iwan Okmedia di Medan. Setahun

berselang PPS Talago Biru mendirikan cabang baru di Kota Batam. Di kota ini

PPS Talago Biru memiliki 3 buah sasaran yang terletak di dua pulau yang berbeda,

diantaranya adalah di Batu Haji dan Bengkong yang terletak di Pulau Batam, serta

satu sasaran yang terletak di Pulau Belakang Padang.

Pendirian Cabang Batam ini merupakan permintaan dari IPSI Kota Batam

yang tertarik dengan Perguruan Pencak Silat Talago Biru setelah melihat

pertandingan Kejuraan Cabang IPSI Kabupaten Bengkalis tahun 2003. Pada

pertandingan itu, Iwan Okmedia yang pada saat itu menjadi pelatih di Duri,

berhasil meraih medali emas pada pertandingan laga kelas 50-55 kg139. Setelah

139
Wawancara dengan Iwan Okmedia di Padang 12 Mei 2018

63
pertandingan tersebut, Iwan Okmedia diminta untuk mendirikan cabang PPS

Talago Biru di Kota Batam. Pada saat itu IPSI kota Batam sedang mempersiapkan

diri untuk berlaga pada Pekan Olahraga Batam yang pertama, dengan adanya

cabang PPS Talago Biru di kota Batam, opsi untuk atlet yang akan dipilih untuk

dibawa ke Pekan Olahraga Batam pun menjadi bertambah.

Ditahun yang sama, PPS Talago Biru juga mendirikan Cabang baru di

Kota Padang yang didirikan pada tahun 2003 oleh Arinal Meska. Alasan pendirian

cabang ini lebih kepada faktor geografis Kota Padang yang terletak di Ibukota

Provinsi sehingga memudahkan bagi perguruan untuk berurusan dengan

kepengurusan IPSI Provinsi Sumatera Barat.Cabang ini sempat vakum pada tahun

2007 karena putusnya regenarasi pelatih140. Namun cabang ini kembali diaktifkan

pada tahun 2014 atas inisiatif dari beberapa pelatih PPS Talago Biru yang

menetap di Kota Padang pada saat itu. Alasannya karena melihat perkembangan

dari perguruan-perguruan silat tradisi di Kota Padang yang mulai meningkat dan

posisinya yang strategis seperti yang telah diceritakan, membuat mereka melihat

peluang yang baik untuk kembali mengaktifkan cabang Kota Padang141.

Setahun setelah pendirian pendirian cabang Padang, cabang Pasaman

didirikan di Lubuk Sikaping pada tahun 2004. Pendirian kedua cabang ini tidak

terlepas dari peran Afrizal Chan sebagai tokoh sesepuh silat yang cukup disegani

140
Kebanyakan pelatih PPS Talago Biru cabang Padang saat itu merupakan mahasiswa,
namun karena satu persatu dari mereka menyelesaikan studinya, secara perlahan anggota-anggota
yang dilatih oleh mereka pun mulai meninggalkan perguruan hingga perguruan ini terpaksa harus
vakum karena tidak ada lagi anggota yang tersisa.
141
Wawancara dengan Salmi Destiawan (Ketua Cabang Talago Biru Padang periode
2015-2016) di Padang tanggal 2 Maret 2018

64
didaerah tersebut. Pendirian cabang Pasaman merupakan permintaan dari IPSI

Pasaman kepada Afrizal Chan untuk mempopulerkan Silek Taralak disana,

alasannya karena pada saat itu di Pasaman jumlah perguruan silatnya sangat

sedikit, sehingga dengan adanya PPS Talago Biru diharapkan dapat menjadi

pemantik agar timbulnya perguruan-perguruan lain didaerah tersebut142.

Ditahun yang sama, cabang Kota Pekanbaru didirikan pada tahun 2004

oleh Muhammad Fauzi dan Hidayat Warman, keduanya merupakan murid dari

Arinal Meska. Pendirian cabang ini lebih kepada faktor etnis, karena daerah Riau

(khususnya Kota Pekanbaru) memiliki jumlah Etnis Minang (perantau) yang

banyak, sehingga Silek Taralakbisa menjadi salah satu obat rindu bagi para
143
perantau tersebut . Perkembangan cabang-cabang tersebut tampaknya

berbanding lurus dengan prestasi PPS Talago Biru. Pada tahun 2004 hingga 2005

PPS Talago Biru berhasil memenangkan beberapa kejuaraan. Diantaranya, Juara

II Pencak Silat Laga Kelas A Putra dan Juara III Pencak Silat Laga Kelas B Putri

pada Pekan Olahraga Daerah Sumatera Barat ke IX di Kabupaten Solok tanggal

30 Januari 2004.

Ditahun yang sama PPS Talago Biru juga berhasil meraih Juara I Pencak

Silat Laga Kelas 50-55 kg pada Pekan Olahraga Batam tanggal 24-31 Juli 2004.

Ditahun 2005, PPS Talago Biru berhasil meraih Juara I Pencak Silat Laga Kelas

45-50 kg pada Piala Gubernur Kepualauan Riau di Kecamatan Gunung Kijang

142
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru) di
Padang 5 Mei 2018
143
Wawancara dengan Hidayat Warman (Guru Utama Talago Biru Padang) di Padang
tanggal 16 November 2017

65
Tanggal 17 Februari 2005 dan Juara II Pencak Silat Laga Kelas 45-50 kg pada

Pekan Olahraga Batam II di Kota Batam pada tanggal 23-31 Juli 2005.

3. Paceklik Gelar dan Perkembangan Cabang Ke Luar Negeri 2009-

2017

Penurunan Prestasi PPS Talago Biru telah dimulai sejak tahun 2006.

Meskipun mereka tetap mengikuti kejuaraan-kejuaraan yang ada, mereka

kesulitan untuk mendapatkan trofi maupun medali yang dipertandingkan. Hal ini

disebabkan oleh regenerasi atlet yang berjalan tidak sesuai seperti yang

diharapkan.PPS Talago Biru kesulitan untuk memenangkan kejuaraan bergengsi

atas nama perguruan, pamor mereka pun seolah-olah mulai menurun sejak saat itu.

Semenjak tahun 2009, PPS Talago Biru Praktis hanya menjadi

penggembira dalam kejuaraan-kejuaraan yang diikutinya. Hal ini disebabkan oleh

sistem pengkaderan yang mulai mandek. Seiring dengan perkembangan zaman

saat ini, yang mana peminat dari Silat Tradisional khususnya generasi muda yang

semakin menurun. Kesulitan untuk mencari minat di kalangan pelajar pun

membuat PPS Talago Biru merubah sistem kenaikan tingkat yang semula sangat

ketat menjadi lebih longgar.

Hal ini disebabkan oleh Anggota PPS Talago Biru yang semula diisi oleh

kebanyakan anak-anak usia sekolah menjadi lebih didominasi oleh orang dewasa

yang menyebabkan sistem pengkaderan yang lama tersebut tidak bisa diterapkan

terhadap anggota-anggota mereka yang sudah dewasa tersebut. Ketertarikan dari

dua kelompok usia ini untuk bergabung dengan PPS Talago Biru Pun berbeda.

66
Anak-anak usia sekolah cenderung lebih tertarik untuk mempelajari ilmu

berkelahi (Pencak Silat laga) 144 untuk menemukan jati diri mereka. Sementara

kelompok usia dewasa cenderung lebih tertarik mempelajari ilmu beladiri (Silat

Tradisional) serta falsafah dari ajaran beladiri tersebut.

Dalam sistem latihan lama PPS Talago Biru, seorang murid baru akan

mendapatkan izin untuk mengikuti latihan silek taralakapabila telah bisa

menguasai materi sabuk merah polos. Itu artinya, murid tersebut baru akan

diajarkan silek taralak apabila telah mengikuti latihan pencak silat laga minimal 1

tahun dan telah lulus dua kali ujian kenaikan tingkat. Bagi anak-anak usia sekolah,

latihan tersebut sangat menyenangkan karena lebih berfokus pada kekuatan fisik.

Sementara Bagi orang usia dewasa, mengikuti latihan memukul dan menendang

selama satu tahun adalah hal yang sulit dan membosankan145.

Sehingga, untuk menggaet pasar orang-orang dewasa tersebut PPS Talago

Biru memberikan kelonggaran dengan tetap memberikan latihan silek

taralaktanpa harus mengikuti pencak silat laga. Hal ini menimbulkan dampak

yang sangat buruk bagi perkembangan bibit-bibit perguruan karena kebanyakan

pelatih bahkan guru mereka tidak menguasai materi pencak silat laga tersebut.hal

ini merupakan sebuah kemunduran, karena sebelumnya PPS Talago Biru dikenal

144
Merupakan materi khusus yang dibuat oleh perguruan sesuai dengan regulasi yang
diberikan oleh IPSI. Materi ini digunakan untuk menunjang kemampuan atlet dalam pencak silat
laga dan beladiri praktis.
145
Wawancara dengan Anton Martin (Guru Muda dan Atlet Berprestasi dari PPS Talago
Biru) di Bukittinggi 5 Mei 2018.

67
sebagai perguruan yang mampu menghasilkan atlet-atlet laga yang berkualitas dan

mampu bersaing hingga tingkat nasional.

Dengan demikian, pada saat ini satu-satunya hal yang membuat orang

tertarik untuk bergabung dengan PPS Talago Biru adalah perguruan ini

merupakan perguruan yang menjadi Role Model dalam pelestarian Silat

Tradisional aliran Taralak. Silek Taralak menjadi nilai jual yang mampu menarik

orang-orang untuk bergabung dengan PPS Talago Biru.

Kemandekan dalam hal prestasi membuat PPS Talago Biru memfokuskan

kepada pengembangan cabang keluar Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 2009

PPS Talago Biru secara perlahan mulai merambah ke pulau Jawa bahkan sampai

ke luar negeri, cabang pertama yang berdiri di Pulau Jawa adalah cabang Jakarta

yang berdiri pada awal tahun 2009 di daerah Slipi, Jakarta Barat. Iwan Okmedia

menjadi orang yang berperan dalam pendirian cabang tersebut, dengan

kegigihannya dalam mengembangkan cabang tersebut, secara perlahan PPS

Talago Biru mulai menambah sasarannya di Daerah Ibukota Jakarta, diantaranya

adalah di daerah Pondok Ungu tahun 2010, Pondok Gede tahun 2011 dan Pondok

Hijau tahun 2012146.

Pengembangan cabang di Daerah Jakarta dilanjutkan ke daerah Kota

Bekasi dengan mendirikan unit baru di SMK Negeri PGRI Bekasi pada tahun

2013. Selang beberapa tahun, tepatnya tahun 2018 PPS Talago Biru juga mulai

mendirikan Unit lain di daerah Tambun yang juga terletak di Kota Bekasi.

146
Wawancara dengan Iwan Okmedia di Padang 12 Mei 2018

68
Pendirian cabang di Ibukota ini lagi-lagi karena faktor geografis Kota Jakarta

yang merupakan Ibukota negara dan pusat dari segala kegiatan pengembangan

Pencak Silat berada disana, tepatnya di Padepokan Pencak Silat yang juga

merupakan kantor Pengurus Besar IPSI yang terletak di dalam kawasan Taman

Mini Indonesia Indah147.

Sementara untuk pengembangan di luar negeri, PPS Talago Biru

mendirikan cabang Kairo, Mesir pada tahun 2010. Cabang ini didirikan oleh Absil

Abdulrahman, salah seorang pelatih PPS Talago Biru di Maninjau yang

melanjutkan studi di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir 148 . Meskipun jumlah

anggotanya tidak terlalu banyak, dengan adanya cabang Mesir ini PPS Talago

Biru telah mampu memperkenalkan Silek Taralak sampai ke daerah Timur

Tengah.

Meskipun telah berhasil mendirikan banyak cabang di berbagai daerah,

prestasi yang diraih oleh PPS Talago Biru berbanding terbalik dengan jumlah

cabang yang telah mereka dirikan. Semakin bertambahnya cabang malah

membuat prestasi dari PPS Talago Biru semakin merosot. Hal ini disebabkan oleh

cabang-cabang yang didirikan tersebut tidak bergerak dalam satu rantai komando.

Setiap cabang tersebut lebih bersifat independen dan bergerak dengan cara mereka

sendiri.

147
Wawancara dengan Iwan Okmedia (Guru Utama PPS Talago Biru) di Padang 12 Mei
2018
148
Ibid

69
Penyebabnya adalah kepengurusan pusat yang dibentuk tidak memiliki

kuasa atas cabang-cabang yang dibawahinya. Meskipun secara aturan organisasi

mereka merupakan pimpinan tertinggi di Perguruan, namun dalam kenyataannya

banyak keputusan-keputusan dari kepengurusan pusat yang tidak dijalankan oleh

cabang-cabang tersebut. Contohnya adalah pola latihan yang telah ditetapkan di

Panduan Materi yang telah dibuat oleh Kepengurusan Pusat, sebagian besar dari

cabang-cabang tersebut tidak menjalankan sesuai dengan panduan tersebut.

Dalam pelaksanaan latihan, kebanyakan guru atau pelatih yang melatih di

cabang mereka masing-masing tidak menjalankan latihan maupun ujian kenaikan

tingkat149 sesuai dengan yang telah ditetapkan tersebut. sehingga kebanyakan dari

murid-murid yang telah mencapai tingkatan tertentu, tidak memiliki kemampuan

sesuai dengan kualifikasi yang ada untuk berada pada tingkatan tersebut 150. Hal

ini berdampak pada terputusnya generasi-generasi emas PPS Talago Biru karena

ketidakmampuan guru maupun pelatih untuk menciptakan atlet-atlet yang

berprestasi.

Selain itu, ketokohan guru ataupun pelatih menjadi salah satu faktor yang

menjaga kelangsungan hidup dari PPS Talago Biru. Kedekatan emosional antara

guru dengan murid tersebut sangat berdampak pada keutuhan dari perguruan

tersebut. Seorang guru yang mampu memberikan pelatihan yang baik dan variatif

akan berdampak pada banyaknya anggota yang bergabung dengan perguruan

149
Ujian Kenaikan Tingkat merupakan serangkaian tes yang dilakukan terhadap murid
untuk bisa naik ke tingkatan selanjutnya.
150
Wawancara dengan Anton Martin (Guru Muda dan Atlet Berprestasi dari PPS Talago
Biru) di Bukittinggi 5 Mei 2018.

70
tersebut. Karena penurunan dari kualitas guru dan pelatih tersebut membuat

banyak anggota PPS Talago Biru yang keluar dari perguruan karena tidak

mendapatkan pengalaman latihan seperti yang mereka inginkan151.

Hal ini sangat disadari oleh Kepengurusan Pusat PPS Talago Biru, namun

ketidakberdayaan mereka untuk melakukan intervensi terhadap cabang-cabang

tersebut kembali menjadi persoalan yang tidak bisa diselesaikan. Pada Tanggal

30 Juni - 2 Juli tahun 2017, PPS Talago Biru melakukan Musyawarah Besar

Kedua yang diselenggarakan di Maninjau, Kabupaten Agam. Salah satu yang

menjadi fokus dari agenda ini adalah untuk mengadakan revisi terhadap Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang lama serta pengesahan AD/ART baru

yang telah dibuat pada tahun 2015. Serta menegaskan kembali kedudukan

Kepengurusan Pusat sebagai lembaga tertinggi yang mengatur dan membawahi

cabang-cabang PPS Talago Biru152.

Pada Musyawarah Besar yang kedua ini juga ditetapkan pergantian nama

PPS Talago Biru menjadi PPS Talago Biru Indonesia serta pergantian lambang

dengan menambahkan tulisan Indonesia di lingkaran bawah. Pada lambang lama,

tulisan PPS Talago Biru disebelah atas biasanya diikuti oleh nama cabang

dibagian bawah. Hal ini menimbulkan kesan bahwa setiap cabang PPS Talago

Biru merupakan cabang independen yang tidak terikat dengan kepengurusan pusat.

Karena hal tersebut, perubahan dilakukan dengan penambahan kata Indonesia

151
Wawancara dengan Anton Martin di Bukittinggi 2 Mei 2018
152
Wawancara dengan Salmi Destiawan (Wakil Sekretaris Pusat PPS Talago Biru
Indonesia) di Padang tanggal 2 Maret 2018.

71
dilingkaran bawah. Contoh perbedaan antara logo Talago Biru yang lama dengan

Talago Biru Indonesia yang baru :

Lambang PPS Talago Biru Lambang PPS Talago Biru


Cabang Padang Indonesia
Tahun 2003-2017 Tahun 2017 - sekarang

Selain itu pada agenda tersebut juga dilakukan penambahan tingkatan

sabuk yang semula hanya 10 menjadi 12 tingkatan 153 . Penambahan tingkatan

tersebut diantaranya adalah pada tingkatan Guru Madya dan Guru Tuo (Guru

Besar). Hal ini disebabkan oleh bertambah banyaknya jumlah pelatih dan cabang-

cabang yang juga semakin berkembang, sehingga tingkatan yang lama dianggap

sudah tidak relevan dengan zaman sekarang 154 . Selain penambahan, terdapat

pengurangan dan pergantian nama dari beberapa tingkatan, seperti tingkat pelatih

diganti dengan tingkat pendekar sementara tingkat sesepuh dihilangkan dan

digantikan oleh tingkat Guru utama. Tingkatan Anggota PPS Talago Biru setelah

Musyawarah Besar kedua adalah sebagai berikut :


153
Tingkatan Anggota PPS Talago Biru dapat dilihat di lampiran.
154
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPS Talago Biru Indonesia, tahun 2015

72
Tingkatan anggota di tandai dengan selendang atau sabuk yang di

rincisebagai berikut :

Warna Selendang/Sabuk Tingkatan

 Putih Polos Murid Muda

 Kuning Polos Murid Madya

 Merah Polos Pesilat Muda

 Merah Strip Putih I Pesilat Madya

 Merah Strip Putih II Pesilat Utama

 Hitam Polos Pendekar/Pelatih

 Hitam Strip Putih I Pendekar Madya

 Hitam Strip Putih II Pendekar Utama

 Hitam Strip Putih II Baju Putih Guru Muda

 Hitam Bis Putih Guru Madya

 Hitam Bis Putih Bis Kuning Guru Utama

 Hitam Bis Kuning Bis Merah Guru Tuo / Guru Besar

Pada Musyawarah ini dilakukan penambahan dalam Struktur Organisasi

dan Srtruktur Teknik Perguruan. Hal ini dilakukan mengingat telah menyebarnya

cabang-cabang Perguruan ke berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri.

Pada Musyawarah ini juga ditetapkan Kepengurusan Pusat yang membawahi

seluruh cabang PPS Talago Biru Indonesia, baik yang didalam negeri maupun di

luar negeri. Ibukota DKI Jakarta ditetapkan sebagai pusat administratif perguruan

dan Kecamatan Tanjung Raya ditetapkan sebagai unit Pusat Khusus yang

73
membawahi hal-hal yang bersifat teknis Silat Tradisional di Perguruan Pencak

Silat Talago Biru Indonesia155.

Dalam Prakteknya PPS Talago Biru telah menjalankan organisasi sesuai

dengan ketentuan tersebut, namun terdapat banyak kelemahan dalam menjalankan

roda organisasi seperti yang seharusnya. Dari segi struktural organisasi,

Kepengurusan Pusat PPS Talago Biru Indonesia tidak mampu menjalankan

tugasnya sebagai dewan tertinggi di perguruan. Mereka kesulitan untuk mengatur

cabang-cabang yang tersebar diberbagai daerah untuk bisa satu tujuan dengan

mereka, sementara Kepengurusan Daerah yang seharusnya mampu menjadi

perpanjangan tangan Kepengurusan Pusat tidak menampakkan kerja mereka,

seolah-seolah Kepengurusan Daerah ini hanya menumpang nama saja.

Persoalan di kepengurusan ini disebabkan oleh tidak adanya tokoh yang

mampu mengatur jalannya roda organisasi dengan baik. Afrizal Chan sebagai

pendiri sekaligus Ketua PPS Talago Biru Indonesia saat ini memang merupakan

orang yang sangat dihormati di Perguruan, namun ia tidak memiliki kecakapan

dalam mengomandoi sebuah organisasi yang sudah terlanjur besar tanpa adanya

koordinasi dengan pusat. Sehingga untuk menyatukan kembali cabang-cabang

yang tersebar di berbagai daerah tersebut merupakan pekerjaan yang sangat berat

baginya.

Sementara dari segi teknis, pengkaderan yang tidak berjalan dengan baik

mengakibatkan kemandekan dalam pengembangan prestasi PPS Talago Biru.

155
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru) di
Padang 5 Mei 2018

74
Banyak diantara Dewan Guru maupun Pelatih PPS Talago Biru yang tidak

memiliki kemampuan teknis yang baik, baik itu dari segi kepemimpinan maupun

kemampuan dalam mencetak atlet berprestasi. Bahkan, ada diantara Dewan Guru

maupun Pelatih tersebut yang tidak menguasai materi pencak silat laga. Bisa

dikatakan, banyak dari Dewan Guru PPS Talago Biru yang gagal menjalankan

tugasnya dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu persilatan itu sendiri.

Pada Musyawarah Besar PPS Talago Biru Indonesia yang ketiga di

Maninjau pada bulan Juli tahun 2017 lalu, terpilihlah Kepengurusan Pusat PPS

Talago Biru Indonesia. Strukturnya diantaranya adalah :

Ketua Umum : Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo

Wakil Ketua I : Rahmatsyah Imam Rajo Endah

Wakil Ketua II : Benny Dwi Putra

Sekretaris Umum : Iwan Okmedia

Wakil Sekretaris I : Salmi Destiawan

Wakil Sekretaris II : Kifralwi Suparda Katik Sinaro Sati

Bendahara Umum : Agus Feriyanto Piliang

Wakil Bendahara I : Fajrin Utama Malik

Wakil Bendahara II : Mirzal Bayyinudin

Langkah terdekat yang sedang dikejar oleh kepengurusan PPS Talago Biru

Indonesia saat ini adalah untuk menjadikan perguruannya sebagai organisasi yang

berbadan hukum, PPS Talago Biru telah memiliki notaris pada saat ini dan sedang

dalam proses pendaftaran di Kesbangpol dan Pengadilan Negeri Sumatera

75
Barat 156 . Pada Musyawarah Besar yang Kedua tersebut, PPS Talago Biru juga

melakukan perombakan terhadap sistem ranji perguruan.

Sampai tahun 2015, PPS Talago Biru telah mengangkat 98 orang guru

diantaranya adalah tahun 1999 berjumlah 9 orang, tahun 2009 berjumlah 21 orang,

tahun 2011 berjumlah 9 orang, 2015 berjumlah 15 orang. Namun dalam

perjalanannya beberapa orang yang sudah diangkat sebagai guru tidak

menjalankan tugas dengan semestinya, sehingga pada ulang tahun PPS Talago

Biru yang ke 30 pada tahun 2017 mulai diadakan perombakan besar-besaran

terhadap sistem ranji dan dewan guru dari PPS Talago Biru Indonesia157.

Pada tanggal 2 Juli 2017 diadakan pengukuhan 32 orang Guru Utama, 47

orang Tingkek Guru serta 19 orang Pendekar Madya. Kegiatan ini dihadiri oleh

Wakil Bupati Agam Trinda Farhan Satria, Pengurus IPSI Sumbar, IPSI Agam,

Camat Tanjung Raya, Wali Nagari serta tuo-tuo silek 158 dari Salingka Danau

Maninjau 159 . Hingga saat ini PPS Talago Biru telah memiliki 10 cabang di

Provinsi Sumatera Barat, 5 Cabang di Beberapa Provinsi di Indonesia dan 1

Cabang Luar Negeri dengan total anggota berjumlah sekitar 450 orang diseluruh

cabang yang tersebar di berbagai daerah. Namun, hal itu merupakan sebuah

156
Wawancara dengan Salmi Destiawan (Wakil Sekretaris Pusat PPS Talago Biru
Indonesia) di Padang tanggal 2 Maret 2018
157
Ibid.
158
Para Sesepuh Silat Tradisional Minangkabau.
159
PPS Talago Biru Kukuhkan 32 Guru Utama. Padang Ekspress, Minggu, 2 Juli 2017
hlm 12

76
penurunan mengingat di tahun 2012 anggota PPS Talago Biru mencapai 600

orang160.

Data Jumlah Cabang dan Prestasi PPS Talago Biru Indonesia dari tahun

1987 hingga 2017161.

20
18
16
14 1987-1992
12 1992-1997

10 1997-2002

8 2002-2007

6 2007-2012
2012-2017
4
2
0
Cabang Prestasi

Di usianya yang lebih dari 3 dekade ini, PPS Talago Biru seolah-olah

tenggelam oleh kejayaan masa lalunya. Meskipun memiliki Cabang di berbagai

daerah dan jumlah anggota yang cukup banyak, dalam hal prestasi PPS Talago

Biru mengalami kemandekan. Mereka seolah kesulitan untuk mencetak atlet-atlet

yang berprestasi seperti pada masa kejayaannya dulu. Tidak seperti masa-masa

kejayaannya itu, yang mana mereka berjuang untuk meraih prestasi tertinggi.

160
Wawancara dengan Iwan Okmedia (Guru Utama PPS Talago Biru) di Padang 12 Mei
2018
161
Wawancara dengan Salmi Destiawan (Wakil Sekretaris Pusat PPS Talago Biru
Indonesia) di Padang tanggal 2 Maret 2018(data ini merupakan perkiraan dari pengurus pusat PPS
Talago Biru Indonesia).

77
Untuk masa sekarang, PPS Talago Biru bekerja keras untuk menunjukkan

eksistensinya yang sudah mulai pudar. Salah satu caranya adalah dengan lebih

berfokus kepada pelestarian Silat Tradisional Aliran Taralak daripada mencetak

atlet yang berkualitas dan berprestasi.

Kegiatan yang dilakukan oleh PPS Talago Biru dalam pelestarian tersebut

diantaranya adalah dengan mengikuti festival-festival silat tradisi, mengadakan

kegiatan latihan gabungan dengan perguruan silat dan komunitas seni

minangkabau lainnya serta mengadakan kegiatan silek galombang yang sudah

mulai punah pada saat sekarang ini. Sejak 14-15 Desember 2003, PPS Talago

Biru Indonesia bergabung dengan Perhimpunan Aliran Silat Tradisi Minangkabau

(PASTI Minangkabau)162.

Hingga tahun 2017 PPS Talago biru Indonesia telah mengukuhan 32 orang

Guru Utama, 47 orang Tingkek Guru 163 serta 19 orang Pendekar Madya 164 .

Namun, sejauh ini hal tersebut tidak mampu mengangkat prestasi maupun pamor

dari perguruan. Meskipun begitu, pembenahan terus dilakukan oleh PPS Talago

Biru Indonesia agar menjadi lebih baik dikemudian hari. Dari sekian banyak

Pelatih maupun Guru di PPS Talago Biru, hanya sedikit dari Pelatih dan Guru

tersebut yang benar-benar mampu memenuhi kriteria. Kelonggaran-kelonggaran

yang diberikan untuk mencapai tingkatan tersebut menjadi kesalahan yang harus

162
PASTI Minangkabau merupakan Paguyuban yang diisi oleh budayawan dan para
pendekar/sesepuh Silat Tradisi Minangkabau yang bertujuan untuk melestarikan silat tradisional
minangkabau yang terancam punah.
163
Tingkat Guru.
164
Wawancara dengan Hidayat Warman (Guru Utama Talago Biru Padang) di Padang
tanggal 16 November 2017

78
dibayar mahal, Hal tersebutlah yang mengakibatkan terputusnya generasi emas

yang berprestasi dari PPS Talago Biru.

Saat ini, PPS Talago Biru lebih memfokuskan diri untuk menciptakan

pelatih-pelatih dan tingkat guru yang menguasai silek taralaksebagai fokus utama.

Sementara untuk menciptakan atlet yang berprestasi, PPS Talago Biru Indonesia

ingin melakukan langkah pembenahan dari segi organisasi ketimbang mencetak

atlet-atlet yang berprestasi.

79
B. Manajamen Organisasi PPS Talago Biru dalam Menghadapi Tantangan

Modernisasi Dunia Beladiri

1. Pembentukan Perguruan dan Kurikulum Pelatihan (1987 hingga

1990)

Di era Globalisasi dan perkembangan teknologi abad ke 21 ini, gaya hidup

dan cara berfikir masyarakat sangat banyak di pengaruhi oleh budaya populer

yang berkembang secara global tersebut. Hal ini mengakibatkan mulai timbulnya

kesan kuno dari masyarakat awam terhadap peninggalan kebudayaan-kebudayaan

lama, termasuk Silat Tradisi. Stigma masyarakat awam terhadap Silat Tradisi

yang lemah gemulai, serta kurangnya inovasi dan keberanian untuk membuka diri

dari perguruan-perguruan silat tersebut mengakibatkan beladiri-beladiri luar

menjadi lebih diminati, karena dirasa oleh masyarakat awam lebih efektif dan

efisien jika digunakan dalam perkelahian sebenarnya.

Menghadapi perkembangan beladiri di Kota Bukittinggi pada dekade

tahun 1980an yang didominasi oleh perguruan beladiri asing seperti Karate dan

Taekwondo. Beberapa Sasaran Silat Tradisional di Kota Bukittinggi mulai

berbenah dan mengadopsi sistem perguruan yang pada saat itu masih termasuk

baru. Salah satunya adalah PPS Talago Biru yang pada awalnya merupakan

SanggarSilat Tradisional Minangkabau yang pada mulanya bernama Talago

BiruIKPPTR(Ikatan Pemuda-Pemudi Tanjung Raya) 165 . Namun karena sifat

165
IKPPTR merupakan singkatan dari Ikatan Pemuda-Pemudi Tanjung Raya yang
merupakan sanggar seni yang semua anggotanya merupakan masyarakat sekeliling danau
maninjau yang berada di kota Bukittinggi.

80
ekslusif dari Talago Biru IKPPTR yang hanya membolehkan orang-orang dari

Tanjung Raya saja untuk menjadi anggota, membuat salah satu pendirinya yaitu

Afrizal Chan meninggalkan Talago Biru IKPPTR tersebut dan mendirikan

perguruan baru yang dinamakan PPS Talago Biru.Dihilangkannya nama IKPPTR

adalah untuk menghilangkan kesan ekslusif masyarakat Tanjung Raya yang

melekat di Talago Biru IKPPTR 166.

Perguruan Pencak Silat Talago Biru didirikan oleh Afrizal Chan Sutan

Rajo Mudo di Kota Bukittinggi pada awal bulan April tahun 1987. Setelah

mendapatkan restu dari empat orang gurunya, Afrizal Chan langsung

mendaftarkan Perguruannya ke IPSI kota Bukittinggi pada tanggal 4 April 1987

dengan nama PPS Talago Biru. Alasan didaftarkannya PPS Talago Biru ke IPSI

adalah agar PPS Talago Biru dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan atau event

yang berkaitan dengan silat tradisi yang diadakan oleh pemerintah Kota

Bukittinggi.

Ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi oleh PPS Talago Biru

pada saat bergabung dengan IPSI diantaranya adalah yang pertama, PPS Talago

harus mematuhi syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh IPSI sebagai

induk organisasi. Kedua, dengan adanya ketentuan dari IPSI tersebut, PPS Talago

Biru harus membuat kurikulum pengajaran yang sesuai dengan konsep kurikulum

dari IPSI, seperti jenjang tingkatan anggota dan materi ajar.

166
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru) di
Padang 5 Mei 2018

81
Sebagai sebuah perguruan yang pada awalnya hanya mengajarkan silat

tradisi, perubahan tersebut tentunya menjadi sebuah tantangan bagi para pendiri

PPS Talago Biru. Untuk mensiasati hal tersebut, Afrizal Chan bersama dengan

tujuh orang muridnya berupaya untuk membuat sebuah Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Perguruan yang mengacu kepada AD/ART IPSI.Selain

itu, Afrizal Chan beserta tujuh muridnya tersebut mulai membuat jenjang

tingkatan anggota perguruan, kurikulum dan materi ajar yang sesuai dengan

standar IPSI. Pembuatan kurikulum dan materi ajar ini juga dibantu oleh guru dari

Afrizal Chan sendiri yaitu Angku Sutan Mahyudin167.

Kurikulum dan Materi Ajar PPS Talago Biru merupakan perpaduan dari

Silat Tradisional Minangkabau aliran Silek Taralak dan Silek Gadang yang telah

disesuaikan dengan Standar Baku IPSI 168 . Dari perpaduan dua aliran silat

tradisional tersebut, PPS Talago Biru menciptakan jurus perguruan yang menjadi

ciri khas dari perguruan itu sendiri. Selain jurus yang diciptakan tersebut, ada

beberapa teknik seperti macam-macam pukulan, tendangan dan kombinasi yang

merupakan teknik standar dari IPSI yang dikemas dalam bentuk baru dan

dimasukan dalam materi ajar PPS Talago Biru. Materi yang diciptakan ini disebut

juga dengan materi pencak, sementara untuk materi tradisi merupakan teknik silat

tradisi yang memang telah diajarkan secara turun-temurun oleh masyarakat

Maninjau.

167
Wawancara dengan Afrizal Chan di Padang 5 Mei 2018
168
Standar Baku dari IPSI merupakan teknik dasar jurus yang dibagi dalam beberapa
tingkatan secara berurutan, dimulai dari batang jurus, kembangan dan aplikasi jurus. Sistem ini
juga diterapkan dalam silat tradisi, namun tidak pernah dibuatkan standar baku.

82
Selain kurikulum dan materi ajar, dalam tata cara penerimaan pun juga

berubah dari yang mulanya tradisional menjadi lebih modern. Pada mulanya,

seseorang yang ingin belajar bersilat haruslah diantarkan oleh mamaknya (paman)

sambil membawakan syarat-syaratnya secara lengkap didalam sebuah carano169

yang dihadapkan langsung kepada gurunya. Namun, setelah menjadi perguruan,

tata cara penerimaan murid menjadi lebih praktis, cukup dengan mengisi formulir

pendaftaran dengan tanda tangan orang tua/wali, calon murid bisa langsung

diterima menjadi anggota perguruan.

Dengan adanya sistem penerimaan murid yang baru tersebut, PPS Talago

Biru memiliki murid yang beragam dari semua kalangan. Sebelum menjadi

perguruan, murid yang latihan silat tradisi rata-rata pada usia remaja atas hingga

dewasa. Hal ini disebabkan oleh sistem latihan silat tradisi yang keras, sehingga

membutuhkan mental dan fisik yang kuat. Setelah adanya tingkatan dan materi

ajar yang baru, anak-anak usia sekolah dasar dapat mengikuti latihan silat dengan

metode latihan yang telah disesuaikan dengan tingkatannya masing-masing.

Selain itu, jadwal latihannya pun juga disesuaikan dengan usia peserta. Untuk usia

anak-anak dan remaja awal,latihan diadakan pagi dan sore, sementara untuk usia

remaja atas dan dewasa latihan pada malam hari selepas sholat isya.

Sistem dan capaian latihan juga berbeda untuk kedua kategori usia tersebut.

Untuk tingkat anak-anak, latihan lebih difokuskan pada pembentukan karakter

serta kepercayaan diri agar mereka dapat menjadi atlet yang mampu bersaing

169
Carano merupakan sebuah benda berbentuk dulang berkaki dari kuningan. Didalamnya
berisi daun sirih, kapur, gambir, pinang dan tembakau.

83
pada kejuaraan-kejuaraan pencak silat dan mengharumkan nama perguruan.

Sementara untuk remaja awal dan dewasa, latihan lebih difokuskan pada

pembentukan mental serta loyalitas anggota, dengan tujuan agar dapat membentuk

semangat dari orang-orang tersebut untuk melestarikan dan mengembangkan silat

yang telah mereka pelajari. Dengan adanya sistem latihan seperti ini, tujuan dari

PPS Talago Biru untuk dapat berprestasi serta mengembangkan silat tradisi

minangkabau dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan170.

Bergabung dengan IPSI juga memberikan beberapa manfaat bagi PPS

Talago Biru, diantaranya adalah PPS Talago Biru bisa mendapatkan kesempatan

untuk memperkenalkan Silek Taralak sekaligus Perguruan itu sendiri kepada

masyarakat umum. Pada saat itu, PPS Talago Biru memperkenalkan aliran

silatnya dengan mengikuti berbagai kegiatan IPSI seperti festival silat dan

kejuraan-kejuaraan yang diadakan oleh IPSI Kota Bukittinggi. Selain itu, PPS

Talago Biru juga ikut berpartisipasi dalam kegiatankebudayaan yang diadakan

oleh lembaga pemerintahan Kota Bukittinggi seperti kegiatan Silek Galombang171.

Dalam manajamen organisasi, PPS Talago Biru merupakan lembaga

independen yang bergerak dalam pelestarian serta pengembangan silat tradisional

minangkabau. Sebagai sebuah lembaga independen, sumber pendanaan lembaga

berasal dari swadaya anggota perguruan. Selain iuran anggota, PPS Talago Biru

juga mendapatkan pendanaan dari pemerintah maupun pihak swasta dalam bentuk

170
Wawancara dengan Iwan Okmedia di Padang 12 Mei 2018
171
Wawancara dengan Anton Martin (Guru Muda dan Atlet Berprestasi dari PPS Talago
Biru) di Bukittinggi 5 Mei 2018.

84
sponsor pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian silat tradisi

seperti festival dan lain sebagainya. Selain itu PPS Talago Biru juga memiliki ide

untuk membentuk unit usaha perguruan, namun karena keterbatasan sumber daya

pada saat itu kegiatan ini belum terealisasi.

Pada masa awal berdirinya PPS Talago Biru telah mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Dalam waktu satu tahun, PPS Talago Biru telah

berhasil membuka tiga sasaran latihan di Kota Bukittinggi. Diantaranya sasaran

Tambuo, sasaran Bengkel Pelita dan sasaran STM Negeri Kota Bukittinggi.

Dengan adanya tiga buah sasaran latihan, tentunya sulit bagi Afrizal Chan untuk

melatih sekaligus mengelola perguruan yang terus berkembang dan anggota yang

semakin banyak.

Untuk mensiasati hal tersebut, dibuatlah sistem yang memisahkan antara

struktur organisasi dan struktur teknis. Struktur organisasi bertugas untuk

mengelola organisasi seperti administrasi anggota, pendanaan dan pengembangan

perguruan. Sementara struktur teknis bertugas untuk meningkatkan mutu pesilat

serta merevisi kurikulum pengajaran sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Pembinaan Atlet dan Perkembangan Cabang ke Berbagai Daerah

(1990-2009)

Pada awal dekade 1990an, perkembangan PPS Talago Biru mulai terlihat

menjanjikan. PPS Talago Biru mulai dikenal diluar Kota Bukittinggi setelah

Afrizal Chan (bersama Ramli Pandeka Garang) terpilih sebagai ketua tim teknis

Kontingen Kota Bukittinggi untuk mengikuti Festival Silat Tradisi Galanggang

85
Siliah Baganti yang ke IX di Kota Padang pada bulan Januari 1991. Pada Festival

tersebut Kontingen Kota Bukittinggi berhasil meraih Juara Umum, hal ini

membuat nama Afrizal Chan mulai dikenal dikalangan guru-guru silat tradisional

di Sumatera Barat. Hal ini tentunya juga berdampak pada PPS Talago Biru,

setelah festival tersebut PPS Talago Biru mulai membuka cabang perguruan diluar

Kota Bukittinggi172.

Sasaran pertama yang dibuka oleh PPS Talago Biru diluar Kota

Bukittinggi adalah di Kecamatan X Koto, Kabupaen Tanah Datar pada tahun 1991.

Meskipun berada diluar Kota Bukittingggi, namun sasaran ini masih berada

didalam struktur organisasi PPS Talago Biru yang berada di Kota Bukittinggi.

Begitu pula dengan dua sasaran di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam

yang dibuka pada tahun 1993.

Seiring dengan berjalannya waktu, sasaran-sasaran PPS Talago Biru yang

berada diluar Kota Bukittinggi juga mulai berkembang dengan jumlah anggotanya

yang mulai bertambah banyak. Jaraknya yang cukup jauh dari pusat perguruan

membuat pengelolaan terhadap sasaran-sasaran tersebut bisa menjadi tidak

maksimal. Karena pada saat itu, sasaran-sasaran tersebut hanya berada dibawah

pengawasan pelatih tanpa ada struktur organisasi untuk pengelolaan sasaran-

sasaran tersebut.

Untuk membenahi hal tersebut, pada tanggal 28 Juli 1995, PPS Talago

Biru melaksanakan Musyawarah Besar Pertama. Ada beberapa poin yang

172
Wawancara dengan Afrizal Chan di Padang 5 Mei 2018

86
dihasilkan pada musyawarah besar tersebut, diantaranya adalah perubahan status

sasaran-sasaran latihan yang pada awalnya dikelola oleh seorang pelatih. Diganti

menjadi unit latihan yang memiliki struktur organisasi sendiri. Unit-unit latihan

ini nantinya akan berada dibawah naungan Kesekretariatan PPS Talago Biru yang

berada di Kota Bukittinggi. Selain itu pada Musyawarah Besar tersebut juga

dilakukan pembentukan kesekretariatan PPS Talago Biru yang terletak di Bengkel

Pelita, Simpang Aur Kuning, Kota Bukittinggi. Fungsi dari Kesekretariatan ini

adalah untuk mengkoordinir unit-unit yang tersebar di beberapa tempat, baik yang

ada di Kota Bukittinggi maupun yang ada di luar Kota Bukittinggi173.

Pada Musyawarah Besar Pertama ini juga ditetapkan kurikulum perguruan

serta pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah dibuat

sejak tahun 1987. Pada Mubes ini juga dilakukan peresmian Sasaran Maninjau

sebagai unit khusus tradisi PPS Talago Biru.Sesuai dengan hasil dari Musyawarah

Besar Pertama tersebut ditetapkan Struktur Organisasi PPS Talago Biru yang

terdiri dari Struktur Kepengurusan dan Struktur Tekhnis. Dalam Struktur

Kepengurusan terdapat Kesekretariatan (Pengurus Pusat) yang membawahi

Pengurus Cabang dan Pengurus Unit, setiap kepengurusan di PPS Talago Biru

memiliki tanggung jawab dan tugas yang berbeda disetiap tingkatannya.

Sementara Struktur Tekhnik Silat PPS Talago Biru merupakan badan

yang bertugas dalam pembuatan dan Revisi Kurikulum Perguruan. Struktur

Tekhnis Silat ini terdiri dari Dewan pembina, Sesepuh (Tuo Silek), Dewan Guru

173
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru) di
Padang 5 Mei 2018

87
dan Dewan Pelatih. Setiap Struktur Teknik Silat di PPS Talago Biru memiliki

tanggung jawab dan tugas yang berbeda disetiap tingkatannya174.

Pada Musyawarah Besar Pertama tersebut PPS Talago Biru juga

menetapkan Sistem Kurikulum dan Jenjang Tingkatan yang terstruktur guna

menciptakan pesilat-pesilat yang berkualitas. Dalam Sistem Kurikulum PPS

Talago Biru, diajarkan bentuk pelatihan yang berjenjang dan terskuktur sesuai

dengan tingkatan yang dimiliki oleh setiap anggota perguruan (pesilat).

Pola pengajaran biasanya dimulai dari pengenalan jurus, pembentukan,

kekuatan, kecepatan dan kemantapan. Latihan fisik biasanya dilakukan pada pagi

hari sekitar pukul 7.30 sampai dengan pukul 10.00. sementara untuk pemantapan

materi diadakan pada malam hari pada pukul 20.00 sampai dengan pukul 22.00.

Dalam pelaksanaan latihan, ada beberapa faktor yang dapat menunjang setiap

pesilat dalam pelatihannya, diantaranya daya ingat, ketepatan, kecepatan,

kekuatan, kemantapan, pernafasan, kemauan, kemampuan, disiplin serta kerja

keras.

PPS Talago Biru Indonesia memiliki Ragam Bentuk Jurus yang dibagi

dalam tiga bagian diantaranya adalah Jurus Dasar Satu, Jurus Dasar Dua dan Jurus

Dasar Tiga. Setiap Jurus memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Jurus

Dasar Satu Merupakan Jurus yang dibuat sendiri oleh Afrizal Chan dibantu oleh

murid-muridnya yang pertama. Sementara Jurus Dasar Dua dan Dasar Tiga

174
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPS Talago Biru tahun 1995.

88
merupakan Silat Tradisional Minangkabau Aliran Taralak yang dipelajari oleh

Afrizal Chan di Maninjau175.

Sedangkan Jurus Kombinasi merupakan Gerakan-Gerakan yang

merupakan gabungan dari berbagai jurus yang dikombinasikan menjadi sebuah

gerakan yang indah dan bersinambungan. Dalam PPS Talago Biru Indonesia ada

lima Jurus Kombinasi diantaranya adalah Kombinasi Satu, Kombinasi Dua,

Kombinasi Tiga, Kombinasi Empat dan Kombinasi Lima. Selain itu, PPS Talago

Biru Indonesia juga memiliki bermacam materi seperti Ragam Bentuk Pukulan,

Ragam Bentuk Tendangan, Ragam Bentuk Jatuhan dan Beladiri Praktis.

Sementara dalam Sistem Tingkatan, setiap pesilat mendapatkan materi

yang berbeda dan berjenjang pada setiap tingkatannya. Untuk setiap tingkatan,

setiap pesilat wajib mengikuti pelatihan minimal 6 bulan, hal ini merupakan

ketentuan yang harus diikuti oleh setiap pesilat untuk dapat mengikuti ujian

kenaikan tingkat. Lama waktu latihan yang dibutuhkan setiap pesilat untuk naik

tingkat diantaranya adalah176 :

 Sabuk Putih : 6 Bulan (156 Jam)

 Sabuk Kuning : 1 Tahun (312 Jam)

 Sabuk Merah Polos : 1 Tahun 6 Bulan (468 Jam)

 Sabuk Merah Strip Satu : 2 Tahun (624 Jam)

 Sabuk Merah Strip Dua : 2 Tahun 6 Bulan (780 Jam)

175
Wawancara dengan Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru) di
Padang 5 Mei 2018
176
Panduan Materi Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia.

89
 Sabuk Hitam Polos : 3 Tahun (938 Jam)

Syarat untuk naik tingkat di PPS Talago Biru Indonesia adalah dengan

mengikuti ujian kenaikan tingkat yang diadakan setiap 6 bulan. Setiap pesilat,

mulai dari sabuk putih hingga sabuk merah strip dua, akan di evaluasi setiap

materi yang telah mereka pelajari melalui ujian kenaikan tingkat yang telah

mereka lakukan177.

Setiap pesilat yang telah mencapai tingkatan Sabuk Hitam Polos (Pelatih)

akan dievaluasi dari pelaksanaan tugas yang diberikan. Untuk naik ketingkatan

selanjutnya, setiap pesilat harus memenuhi syarat dan kriteria yang telah

ditentukan oleh peguruan. Selain itu ada satu tingkatan yaitu tingkatan Sesepuh

(Tuo Silek)yang diberikan kepada Guru Silat Tradisional Minangkabau Aliran

Silek Taralak yang dianggap berjasa dalam pengembangan perguruan dan Silek

Aliran Taralak itu sendiri. Pengangkatan Sesepuh diadakan pada Musyawarah

Besar dan disepakati oleh seluruh anggota perguruan. Dengan adanya sistem

organisasi dan kurikulum yang berjenjang tersebut PPS Talago Biru diharapkan

mampu menjadi perguruan yang kredibel dan mampu bersaing dengan beladiri

lain dalam pengembangan silat tradisional serta meraih prestasi dalam berbagai

ajang yang diikuti.

177
Ibid. (tanpa halaman)

90
3. PPS Talago Biru dalam mempertahankan Eksistensinya di Era

Modern (2009-2017)

Semenjak tahun 2009, PPS Talago Biru mulai kesulitan untuk bersaing di

kejuaraan-kejuaraan Pencak Silat yang diikutinya. Hal ini disebabkan oleh sistem

pengkaderan yang mulai mandek. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini,

yang mana peminat dari Pencak Silat (khususnya silat tradisional) terus berkurang,

terutama minat dari generasi muda yang semakin menurun. Meskipun pada masa

ini PPS Talago masih menggunakan masih menjalankan sistem pelatihan dan

kurikulum yang sama seperti sebelumnya. Namun dalam pelaksanaannya, terdapat

kelonggaran dalam sistem kenaikan tingkat. Khususnya untuk pengangkatan

Tingkat Guru, dalam beberapa kasus, kebanyakan tingkat guru yang diangkat

tidak melalui proses ujian kenaikan tingkat yang telah ditetapkan oleh perguruan.

Kebanyakan tingkat guru diangkat, merupakan murid-murid yang

mengikuti silat tradisi namun tidak pernah mengikuti latihan pencak. Karena hal

tersebut, banyak diantara tingkat guru PPS Talago Biru yang tidak menguasai

materi kurikulum latihan pencak tersebut. Padahal sistem kurikulum pencak ini

merupakan sistem latihan dasar pencak silat nasional yang sangat penting untuk

pelatihan di bidang prestasi. Hal inilah yang menjadi penyebab mulai

berkurangnya anggota perguruan usia anak-anak dan remaja awal. Pada dasarnya

mereka adalah bibit-bibit atlet yang dimiliki oleh PPS Talago Biru untuk bisa

91
dibina dan diikutkan dalam kejuaraan-kejuaraan pencak silat yang diadakan oleh

IPSI.178

Hal ini mengakibatkan PPS Talago Biru yang semula diisi oleh

kebanyakan anak-anak usia sekolah menjadi lebih didominasi oleh orang dewasa

yang menyebabkan sistem pengkaderan dan kurikulum pencak tidak bisa

diterapkan terhadap anggota-anggota mereka yang sudah dewasa tersebut.

Ketertarikan dari dua kelompok usia ini untuk bergabung dengan PPS Talago Biru

Pun berbeda. Anak-anak usia sekolah cenderung lebih tertarik untuk mempelajari
179
ilmu berkelahi (Pencak Silat laga) untuk menemukan jati diri mereka.

Sementara kelompok usia dewasa cenderung lebih tertarik mempelajari ilmu

beladiri (Silat Tradisional) serta falsafah dari ajaran beladiri tersebut.

Dalam sistem latihan lama PPS Talago Biru, seorang murid baru akan

mendapatkan izin untuk mengikuti latihan silek taralak apabila telah bisa

menguasai materi sabuk merah polos. Itu artinya, murid tersebut baru akan

diajarkan silek taralak apabila telah mengikuti latihan pencak silat laga minimal 1

tahun dan telah lulus dua kali ujian kenaikan tingkat. Bagi anak-anak usia sekolah,

latihan tersebut sangat menyenangkan karena lebih berfokus pada kekuatan fisik.

178
Wawancara dengan Anton Martin (Guru Muda dan Atlet Berprestasi dari PPS Talago
Biru) di Bukittinggi 5 Mei 2018.
179
Merupakan materi khusus yang dibuat oleh perguruan sesuai dengan regulasi yang
diberikan oleh IPSI. Materi ini digunakan untuk menunjang kemampuan atlet dalam pencak silat
laga dan beladiri praktis.

92
Sementara Bagi orang usia dewasa, mengikuti latihan memukul dan menendang

selama satu tahun adalah hal yang sulit dan membosankan180.

Sehingga, untuk menggaet pasar orang-orang dewasa tersebut PPS Talago

Biru memberikan kelonggaran dengan tetap memberikan latihan silek taralak

tanpa harus mengikuti pencak silat laga. Hal ini menimbulkan dampak yang

sangat buruk bagi perkembangan bibit-bibit perguruan karena kebanyakan pelatih

bahkan guru mereka tidak menguasai materi pencak silat laga tersebut. hal ini

merupakan sebuah kemunduran, karena sebelumnya PPS Talago Biru dikenal

sebagai perguruan yang mampu menghasilkan atlet-atlet laga yang berkualitas dan

mampu bersaing hingga tingkat nasional.

Dalam hal perkembangan cabang perguruan, PPS Talago Biru terus

berkembang dan mendirikan cabang di beberapa daerah, bahkan hingga ke luar

negeri.Namun, kebanyakan cabang tersebut hanya mengajarkan materi silat

tradisional saja. Sementara untuk materi dan pelatihan yang sesuai dengan

kurikulum IPSI tidak diajarkan di beberapa cabang tersebut. Hal ini disebabkan

oleh sistem pengkaderan tingkat guru yang tidak mengikuti sistem ujian kenaikan

tingkat yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perguruan.

Sistem pengangkatan ini dalam pelaksanaannya cukup baik untuk

perkembangan perguruan. Karena, dengan bertambahnya jumlah guru yang

diangkat, otomatis akan mempermudah untuk mengembangkan silat tradisional

maupun untuk perkembangan perguruan itu sendiri. Namun, disisi lain sistem

180
Wawancara dengan Anton Martin di Bukittinggi 5 Mei 2018

93
seperti ini memiliki banyak kekurangan, terutama dalam hal menciptakan bibit-

bibit atlet yang idealnya harus dibina dari usia anak-anak. Pembinaan bibit atlet

ini menjadi tidak merata karena kebanyakan guru-guru di beberapa cabang PPS

Talago Biru hanya menguasai materi silat tradisional saja. Tentunya pengajaran

untuk anak-anak tidak bisa dilakukakan dibeberapa cabang, karena silat tradisi

hanya boleh dipelajari oleh kalangan remaja atas dan orang dewasa (akil baligh)181.

Meskipun cabang PPS Talago Biru terus berkembang dibeberapa daerah,

namun dalam pengelolaannya cabang-cabang tersebut bisa dikatakan tidak

dikatakan tidak bergerak dalam satu komando. Kebanyakan dari pendiriancabang-

cabang tersebut bersifat aksidental. Cabang-cabang tersebut dapat berdiri karena

para pelatih ataupun guru yang mendirikan cabang tersebut secara kebetulan

merantau ke beberapa daerah dan mendirikan cabang PPS Talago Biru disana. Hal

ini dapat terjadi karena para pelatih maupun guru dari PPS Talago Biru telah

mengamalkan janji perguruan yang menyatakan bahwa ilmu yang diperdapat akan

diajarkan kembali kepada yang berhak serta akan menjaga nama baik perguruan

dimana saja berada182.

Selain itu, ketokohan guru ataupun pelatih menjadi salah satu faktor yang

menjaga kelangsungan hidup dari PPS Talago Biru. Kedekatan emosional antara

guru dengan murid tersebut sangat berdampak pada keutuhan dari perguruan

tersebut. Seorang guru yang mampu memberikan pelatihan yang baik dan variatif

181
Wawancara dengan Salmi Destiawan (Wakil Sekretaris Pusat PPS Talago Biru
Indonesia) di Padang tanggal 2 Maret 2018
182
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPS Talago Biru tahun 1995.

94
akan berdampak pada banyaknya anggota yang bergabung dengan perguruan

tersebut. Hal yang terjadi di PPS Talago Biru justreu sebaliknya, karena

penurunan dari kualitas guru dan pelatih tersebut membuat banyak anggota PPS

Talago Biru yang keluar dari perguruan karena tidak mendapatkan pengalaman

latihan seperti yang mereka inginkan183.

Hal ini sangat disadari oleh Kepengurusan Pusat PPS Talago Biru, namun

ketidakberdayaan mereka untuk melakukan intervensi terhadap cabang-cabang

tersebut kembali menjadi persoalan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Hal ini

disebabkan oleh jarak dari masing-masing cabang yang tersebar di berbagai

daerah menjadikan sulitnya untuk melakukan pengawasan dan koordinasi 184 .

Untuk mensiasati hal tersebut, pada musyawarah besar yang kedua di Maninjau

pada juli 2017, PPS Talago Biru membentuk kepengurusan pusat yangbertugas

untuk menetapkan standar kurikulum, pelatihan, ujian kenaikan serta pembinaan

terhadap seluruh cabang PPS Talago Biru.

Untuk mempertahankan Eksistensinya ditengah maraknya cabang beladiri

yang hadir di Indonesia (Khususnya Sumatera Barat) pada saat ini. Membuat PPS

Talago Biru harus menyesuaikan dengan peminat dari ilmu beladiri itu sendiri.

Untuk menarik minat dari masyarakat awam, PPS Talago Biru harus

menyesuaikan program latihan dan pengembangan beladirinya sesuai dengan tren

yang ada pada saat ini. Tren orang-orang ingin belajar beladiri pada saat ini adalah

183
Wawancara dengan Iwan Okmedia (Guru Utama PPS Talago Biru) di Padang 12 Mei
2018
184
Wawancara dengan Salmi Destiawan (Wakil Sekretaris Pusat PPS Talago Biru
Indonesia) di Padang tanggal 2 Maret 2018

95
selain untuk mempelajari kemampuan mempertahankan diri, juga sebagai sarana

olahraga dan rekreasi. Selain itu, beberapa masyarakat yang memiliki kesibukan

dalam pekerjaan, tentunya tidak bisa mengikuti pelatihan berjenjang yang

diadakan perguruan karena keterbatasan waktu tersebut.

Karena mulai beragamnya tujuan masyarakat untuk belajar beladiri. Sejak

tahun 2017, PPS Talago Biru mulai membuat program pelatihan baru yang

memungkinkan orang-orang untuk berlatih silat tanpa harus bergabung dengan

perguruan. Program Pertama yaitu Program Workshop Beladiri Tradisional

Minangkabau Aliran Silek Taralak. Program Workshop ini dibuat seperti kelas

beladiri,yang mana setiap peserta membayar untuk mengikuti pelatihan sesuai

dengan level yang diambil185.

Level yang dibuat diantaranya, level pemula yang berisi materi dasar silat,

level ini biasanya diikuti oleh orang-orang yang belum memiliki basic beladiri

sehingga mereka harus memulai dari materi dasar. Level berikutnya adalah level

lanjutan, pada level ini materi yang diajarkan adalah aplikasi (kembangan) dari

materi silat tradisi. Diantaranya teknik beladiri tangan kosong dan penggunaan

senjata. Umumnya kelas ini diikuti oleh orang-orang yang sudah memiliki basic

beladiri. Selain itu PPS Talago Biru juga memiliki kelas beladiri praktis yang

berisi materi pembelaan diri yang bersifat situasional dan praktis. Kelas ini

kebanyakan diikuti oleh wanita dan pegawai kantoran.

185
Wawancara dengan Salmi Destiawan di Padang tanggal 2 Maret 2018

96
Program Workshop Beladiri Tradisional ini menjadi salah satu unit usaha

dari PPS Talago Biru Indonesia. Meskipun dalam pelaksanaannya masih belum

bisa dijadikan agenda rutin, namun untuk tahap awal adanya Workshop Beladiri

ini menjadi modal bagi PPS Talago Biru Indonesia untuk bersaing dengan

perguruan beladiri lainnya yang sudah terlebih dahulu menerapkannya.

97
BAB IV
KESIMPULAN

Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia merupakan sebuah lembaga

yang bergerak dibidang pelestarian budaya Minangkabau, khususnya silat

tradisional Minangkabau. Dalam mewujudkan tujuannya tersebut, PPS Talago

Biru Indonesia bergabung dengan IPSI agar mampu menunjukkan eksistensinya

dalam kejuaraan-kejuaraan maupun festival-festival yang diadakan, baik tingkat

lokal maupun nasional.

Dalam perjalanannya selama 30 tahun, PPS Talago Biru Indonesia telah

menyebar ke berebepa daerah di Indonesia maupun di luar negeri. Pekembangan

cabang tersebut tidak terlepas dari peran pelatih-pelatih dari PPS Talago Biru

yang merantau ke berbagai daerah sambil terus mempraktekkan ilmu silatnya

dengan cara membuka cabang perguruan baru di tempat mereka menetap. Selain

cabangnya yang terus berkembang, PPS Talago Biru menjadi perguruan yang

disegani di era 1990an hingga awal 2000an karena berhasil meraih kemenangan

diberbagai kejuaraan baik ditingkat lokal maupun tingkat nasional.

Namun seiring berjalannya waktu, meskipun cabang dari PPS Talago Biru

terus berkembang ke berbagai daerah, dalam segi prestasi justru mengalami

kemunduruan. Kemunduran prestasi ini disebabkan oleh kegagalan sistem

kaderisasi yang mengakibatkan kebanyakan Guru maupun Pelatih yang diangkat

oleh PPS Talago Biru adalah orang-orang yang tidak kompeten dalam

menjalankan tugasnya, sehingga mereka kesulitan dalam mencetak atlet-atlet yang

98
berprestasi. Selain itu, kurangnya minat generasi muda (usia sekolah) terhadap

silat tradisi juga menjadi penyebab dari kesulitan untuk mencari bibit unggul yang

bisa diproyeksikan untuk menjadi atlet.

Pada saat sekarang ini, PPS Talago Biru yang telah berusia lebih dari 3

dekade sudah tidak lagi menjadi penantang serius dalam perebutan gelar juara.

Saat ini mereka lebih fokus kepada pengembangan silat tradisional aliran taralak

dengan terus mengikuti festival silat tradisi maupun kegiatan silek galombang.

Selain itu, PPS Talago Biru juga tengah berjuang untuk kembali menjadi

perguruan yang besar dengan membenahi manajemen perguruan yang selama ini

berjalan tidak sesuai dengan haluan organisasi yang telah ditetapkan saat

perguruan ini didirikan.

99
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Hamzah bin Ahmad. 1967. Pesaka Hulubalang Melayu : Silat Terlak Nata,
Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia : Kuala
Lumpur.

Indrayuda Dkk. 2013. Randai, Suatu Aktivitas Kesenian dan Media Pendidikan
Tradisional. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat.

Kuntiwijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : PT. Bentang Pustaka.

Makmur Hendrik. 1977. “Pentingnya Pembinaan Silat Bagi Generasi Muda” .


Jakarta : Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.

Mid Djamal. 1986. Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau.


Bukittinggi : CV. Tropic.

O’ong Maryono. 1999. Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta : Yayasan


Galang.

Piotr Sztompka. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media


Group.

Stephen P.Robbins. 1994. Teori Organisasi Struktur,Desain dan Aplikasi.


Jakarta : Arcan.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

MAKALAH & ARTIKEL JURNAL

Donn F. Dragaer. 1992. Weapons and Fighting Arts of Indonesia. Jurnal. Rutland,
Vt : Charles E.Turtle Co.. ISBN 9780804817165.

Endang Kumaidah. 2012. Penguatan Eksistensi Bangsa Melalui Seni Tradisional


Pencak Silat. Makalah Jurusan Fisiologi Universitas Negeri Depok.

Isral Saputra. Silek Kumango : Keberadaan, Pewarisan dan Kearifan Lokal


Minangkabau, Wacana Etnik. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. ISSN
2098-8746. Volume 2. Nomor 1. April 2011. Padang: Pusat Studi
Informasi dan Kebudayaan Minangkabau (PSIKM) dan Sastra Daerah FIB
Universitas Andalas.

Mohamad Djoemali. 1959. Pentjak Silat Diteropong dari Sudut Bangsaan


Indonesia. Jogjakarta : Seksi Pentjak/Silat Bangkes Djakb. Kem. P.P.& K..

O’ong Maryono. 1999. Pencak Silat in the Indonesian Archipelago. RAPID


Journal. Vol 4 No 2.

Raudatul Hayati Dkk. 2013. Bentuk Penyajian Silek Galombang di Nagari


Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.E-Jurnal
Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang Vol 2 No 1. Seri D.

Seiji Murao. A Cultural Antrhopological Study Of Body Techniques For


Protection : The Case Study Of Indonesian Minangkabau. Ars Vivendi
Journal. No 3. February 2013.

Vika Haristianti. Perancangan Pusat Pengembangan Pencak Silat Dengan


Pendekatan Modernisasi Nilai. Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
dan Desain. Vol 2. No 1. November 2013.

MANUSKRIP

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPS Talago Biru Indonesia. 2015

Darwis Rajo Putiah. 1999. Buku Pedoman Perguruan Pencak Silat Pauh. IPSI
Kota Padang.

Panduan Materi Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia. 2015

SKRIPSI, TESIS & DISERTASI

Amran Habibi. 2009. “Sejarah Pencak Silat Indonesia, Studi Historis


Perkembangan Persaudaraan Setia Hati Terate di Madiun Periode Tahun
1922-2010”. Yogyakarta : Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.

Dewi Aina Etopiya. 2010. “Perguruan Pencak Silat Camar Putih, Suatu Tinjauan
Historis (1983-2007)”. Padang : Skripsi Universitas Negeri Padang.
Muhammad Arief. 2016. “Film Surau dan Silek : Ketika Anak-Anak Menemukan
Makna”. Solo : Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Surakarta.

Suwaryo. 2008. “Peranan Organisasi Perguruan Seni Bela Diri Pencak Silat
Dalam Meminimalisasi Kejahatan”. Semarang : Tesis Universitas
Diponegoro.

KORAN &INTERNET

Baringin Sakti Silat.Com. diakses pada tanggal 16 Juli 2018


Black Triangle Silat.Com. diakses pada tanggal 16 Juli 2018

Padang Ekspress. Minggu. 2 Juli 2017


Tempo.Co. diakses pada tanggal 14 Juli 2018

Wikipedia. diakses pada tanggal 16 Juli 2018

WAWANCARA

Afrizal Chan Sutan Rajo Mudo (Guru Tuo PPS Talago Biru). Wawancara.
Padang.

Anton Martin (Guru Muda yang juga merupakan Atlet Berprestasi dari PPS
Talago Biru). Wawancara. Bukittinggi.
Fadli (Ketua Cabang Talago Biru Padang periode 2014-2015). Wawancara.
Padang.

Hidayat Warman (Guru Utama Talago Biru Padang). Wawancara. Padang .

Iwan Okmedia (Guru Utama PPS Talago Biru). Wawancara. Padang.

M. Yusuf (Wakil Bidang Organisasi IPSI Kota Padang). Wawancara. Padang.

Salmi Destiawan (Wakil Sekretaris Pusat PPS Talagi Biru Indonesia) Wawancara.
Padang.

Tarmizi Akbar (Pengurus IPSI Sumbar dan sesepuh silat di Bukittinggi).


Wawancara. Bukittnggi.
LAMPIRAN

Arti Lambang Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia

Lambang perguruan pencak silat Talago Biru Indonesia di wujudkan

dalam bentuk gambar yang terdiri dari 4 (empat) kaki, untaian padi dan kapas

serta silang tangan pesilat.

Arti lambang PPS Talago Biru diuraikan sebagai berikut :

a. Gambar kaki warna hitam 4 (empat) kearah penjuru angin mengartikan

langkah 4 (empat) pada silat PPS Talago Biru, dimana aliran silat ini

dapat di kembangkan keempat penjuru angin berdasarkan falsafah

perguruan.

b. Gambar silang tangan pesilat mengartiakan pesilat yang mempunyai

pertahanan lahir bathin guna menjadi keutuhan silaturrahmi dalam

hidup bermasyarakat.

c. Untaian padi mengartikan pesilat yang bijaksana dan berhati mulia

ibarat padi,makin berisi makin merunduk.

d. Kapas lambing kelembutan hati yang suci seorang pesilat dalam

bertindak dengan langkah seorang pendekar.

1
e. Tulisan “Talago Biru” mengandung pengertian untuk membentuk

manusia yang berjiwa tenang dalam semangat memperjuangkan cita-

cita luhur.

f. Lingkaran bulat yang di warnai dengan merah putih melambangkan

bahwa PPS Talago Biru adalah milik bangsa Indonesia yang setia pada

UUD’45 dan Pancasila.

g. Warna biru mengartikan keluasan dan kedalaman ilmu, penuh rasa

kasih sayang, serta bertaqwa kepada Allah SWT.

h. Warna kuning dalam lingkaran tengah mengartikan sikap pesilat yang

meyakini keagungan dan kebesaran Allah SWT dengan keteguhan dan

kekokohan jiwa.

2
Janji Perguruan

a. Saya berjanji akan latihan dengan penuh disiplin.

b. Saya berjanji akan mengikuti seluruh peraturan perguruan

c. Saya berjanji akan mengikat rasa persaudaraan lahir dan bathin dengan

sesama saudara perguruan.

d. Saya berjanji bahwa ilmu yang saya perdapat akan saya pergunakan

untuk menegakkan kebenaran.

e. Saya berjanji bahwa ilmu yang saya perdapat akan saya ajarkan

kembali kepada yang berhak.

f. Saya berjanji tidak akan berkhianat kepada Guru, Pelatih dan saudara

seperguruan.

g. Saya berjanji akan menjaga nama baik perguruan di mana saja saya

berada.

3
Tingkatan Anggota

Tingkatan anggota di tandai dengan selendang atau sabuk yang di

rinci sebagai berikut :

WarnaSelendang/Sabuk Tingkatan

 PutihPolos MuridMuda

 KuningPolos Murid Madya

 MerahPolos PesilatMuda

 Merah Strip Putih I PesilatMadya

 Merah Strip Putih II PesilatUtama

 HitamPolos Pelatih

 Hitam Strip Putih I PendekarMadya

 Hitam Strip Putih II PendekarUtama

 Hitam Strip Putih II BajuPutih Guru Muda

 HitamBisPutih Guru Madya

 HitamBis PutihBisKuning TuoSilek

 Hitam Bis Kuning BisMerah Guru Besar / Guru Tuo

4
Jenis Sabuk di Perguruan Pencak Silat Talago Biru Indonesia

Garis Koordinasi Kepengurusan PPS Talago Biru Indonesia

5
Prestasi PPS Talago Biru Indonesia

NO. Tahun Penghargaan

1. 1990 Berpartisipasi dalam kontingen kota bukittinggi di

Galanggang Siliah Baganti Ke IX tahun 1991 di kota

padang.Pada saat itu Kontingen Bukittinggi Berhasil

menjadi Juara Umum.

2. 1991 Juara I Silat Berpasangan Putra Usia 7-12 tahun Kejuaraan

Cabang IPSI Kota Bukittinggi .

3. 1992 Juara I Pencak Silat Laga Kelas A Putra Yunior Kejuaraan

Cabang IPSI Kota Bukittinggi.

4. 1993 Juara II Festival Pencak Silat Tradisional Setia Budi di

Kota Bukittinggi pada tanggal 13-14 November 1993

5. 1994 Juara I Silat Berpasangan Putra Usia 7-12 tahun Festival

Pencak Silat Tradisional Talago Biru di Kota Bukittinggi

Tanggal 27-29 Agustus 1994

6. Pesilat Terbaik Putra Usia 7-12 tahun Festival Pencak Silat

Tradisional Talago Biru di Kota Bukittinggi Tanggal 27-29

Agustus 1994

7. Juara I Silat Berpasangan Putra Usia 7-12 tahun Kejuaraan

Cabang IPSI Kota Bukittinggi

8. Juara III Pencak Silat Laga Kelas B Putra Kejuaraan Silat

Remaja Semen Padang Terbuka di Kota Padang Tanggal 15-

19 Juni 1994

6
9. Juara I Pencak Silat Laga Kelas B Putra Yunior Minsai Cup

II di Kota Bukittinggi Tanggal 6-9 Juli 1994

10. 1995 Juara I Silat Berpasangan Putra Usia 13-18 tahun Festival

Pencak Silat Tradisional Se Sumbar dan Luar Negeridi Kota

Bukittinggi Tanggal 30 Agustus 1995

11. Pesilat Terbaik Putra Usia 13-18 tahun Festival Pencak Silat

Tradisional Se Sumbar dan Luar Negeridi Kota Bukittinggi

Tanggal 30 Agustus 1995

12. Juara II Pencak Silat Laga Kelas B Putra Kejuaraan Silat

Remaja Semen Padang Terbuka di Kota Padang 8-12

September 1995

13. Juara II Pencak Silat Laga Kelas A Putra Kejuaraan Cabang

IPSI Kota Bukittinggi

14. 1997 Juara I Pencak Silat Laga Kelas A Putra Kejuaraan Cabang

IPSI Kota Bukittinggi

15. 1999 Juara I Pencak Silat Laga Kelas A Putra Kejuaraan Cabang

IPSI Kota Bukittinggi

16. Juara III Pencak Silat Laga Kelas A Putra Pekan Olahraga

Daerah Sumatera Barat Ke VII di Kota Payakumbuh

Tanggal 11-18 September 1999

17. Juara I Pencak Silat Laga Kelas C Putra Kompetisi Olahraga

Pelajar Sumatera Barat di Kota Padang Tanggal 27

7
Februari-2 Maret 1999

19. Juara II Pencak Silat Laga Kelas D Putra Pekan Olahraga

Pelajar Nasional Ke V di Kota Surabaya 24-29 Oktober

1999

20. 2000 Juara I Pencak Silat Laga Kelas D Putra Kejuaraan Pandeka

Minang Semen Padang se Sumbar-Riau-Jambi-Palembang

di Kota Padang Panjang Tanggal 5-10 Juli 2000

22. Juara I Pencak Silat Laga Kelas A Putra Kejuaran Pandeka

Harimau Agam di Lubuk Basung Tanggal 18-19 November

2000

23. Juara II Kejuaraan Pencak Silat Tradisional Jam Gadang di

Kota Bukittinggi

24. Juara I Festival Pencak Silat Tradisional IPSI Cabang Kota

Bukittinggi

25. 2001 Juara I Pencak Silat Laga Kelas D Putra Yunior Kejuaraan

Pandeka Minang II Semen Padang se Sumbar-Riau-Jambi-

Sumut-Palembang di Kota Padang Panjang Tanggal 11-16

Juli 2001

26. Juara Terbaik Putra Kejuaraan Pandeka Minang Semen

Padang se Sumbar-Riau-Jambi-Palembang di Kota Padang

Panjang Tanggal 11-16Juli 2001

27. 2002 Juara I Pencak Silat Laga Kelas A Putra Kejuaraan Cabang

8
IPSI Kabupaten Bengkalis di Kecamatan Mandau Duri

Tanggal 22-27 April 2002

28. Berpartisipasi di Kontingen Sumatera Barat dalam

Kejuaraan Nasional Pencak Silat di Jakarta Tanggal 25

Agustus- 1 September 2002

29. Berpartisipasi dalam kontingen kota bukittinggi di

Galanggang Siliah Baganti Ke X tahun 2002 diKabupaten

Solok.Pada saat itu Kontingen Bukittinggi Berhasil menjadi

Juara Umum.

30. 2004 Juara II Pencak Silat Laga Kelas A Putra Pekan Olahraga

Daerah Sumatera Barat ke IX di Kabupaten Solok Tanggal

30 Januari 2004

31. Juara III Pencak Silat Laga Kelas B Putri Pekan Olahraga

Daerah Sumatera Barat ke IX di Kabupaten Solok Tanggal

30 Januari 2004

32. Juara I Pencak Silat Laga Kelas 50-55 kg Pekan Olahraga

Batam tanggal 24-31 Juli 2004

33. 2005 Juara I Pencak Silat Laga Kelas 45-50 kg Piala Gubernur

Kepualauan Riau di Kecamatan Gunung Kijang Tanggal 17

Februari 2005

34. Juara II Pencak Silat Laga Kelas 45-50 kg Pekan Olahraga

Batam II Tanggal 23-31 Juli 2005

35. 2009 Juara I Pencak Silat Laga Kelas B Putra Kejuaran Kompak

9
Pencak Silat Cup di Kota Bukittinggi Tanggal 22-24 Maret

2009

36. 2013 Berpartisipasi dalam kontingen Kabupaten Agam di

Galanggang Siliah Baganti Ke XI tahun 2013 diKota

Padang.Pada saat itu Kontingen Kabupaten Agam Berhasil

menjadi Juara Umum.

37. 2016 Berpartisipasi dalam kontingen Kabupaten Agam di

Galanggang Siliah Baganti Ke XII tahun 2016 diLubuk

Basung.Pada saat itu Kontingen Kabupaten Agam Berhasil

menjadi Juara Umum.

38. 2017 Berpartisipasi dalam kontingen Kabupaten Agam di Festival

Pencak Silat Internasional diGalanggang Olahraga Semen

Padang, Kota Padang.Pada saat itu Kontingen Kabupaten

Agam Berhasil menjadi Juara III.

10
Dokumentasi

AD/ART PPS Talago Biru dari tahun 1995 hingga 2015

Ujian kenaikan Tingkat PPS Talago Biru Wilayah Sumatera Barat


di Lapangan Lanud Tabing, Padang tahun 2015

11
Afrizal Chan bersama Ketua IPSI Sumatera Barat Fauzi Bahar

Kegiatan Silek Galombang PPS Talago Biru Indonesia

12
Medali dan Piala yang dimenangkan oleh PPS Talago Biru Indonesia

13
Wawancara Penulis dengan Tarmizi Akbar (Sesepuh Silek di
Bukittinggi) dan Anas (Guru Silek Perguruan Ulak Cimano) di Kota Bukittinggi

Website PPS Talago Biru Indonesia Cabang Mesir

14

Anda mungkin juga menyukai