SKRIPSI SARJANA
E
H
KRISRENDI MASDEO SIREGAR
NIM: 090707012
ii
ANALISIS TEKNIK DAN GAYA PERMAINAN GITAR
KLASIK PADA LAGU SIPATOKAAN DAN BUBUY BULAN
ARANSEMEN IWAN TANZIL
SKRIPSI SARJANA
E
H
KRISRENDI MASDEO SIREGAR
NIM: 090707012
Disetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana seni
dalam bidang Etnomusikologi.
iii
DISETUJUI OLEH:
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
KETUA DEPARTEMEN
iv
PENGESAHAN
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk
melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Seni dalam bidang
Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Medan.
Hari :
Tanggal :
PANITIA UJIAN
1. ............................................................... ( )
2. ............................................................... ( )
3. ............................................................... ( )
4. ............................................................... ( )
5. ............................................................... ( )
v
KATA PENGANTAR
kepadaku” (Filipi 4:13). Penulis mengucap syukur kepada Tuhan Yesus karena
atas kekuatan yang diberikan-Nya lah maka skripsi ini bisa terwujud.
Skripsi yang berjudul Analisis Teknik dan Gaya Permainan pada Lagu
Sipatokaan dan Bubuy Bulan Aransemen Iwan Tanzil ini disusun sebagai
Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya serta sebagai wahana untuk melatih diri
terdapat kekurangan. Hal ini dikarenakan penulis masih dalam tahap pembelajaran
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak
baik dari proses awal penulisan sampai penyelesaian skripsi ini. Dalam
1. Orang tua penulis, yaitu Fitriyani Magdalena Sembiring dan Zul Arfan
Siregar (makasih ma, yah, atas dukungan doa, dana, dan nasehat-nasehat
yang selama ini kalian berikan) dan juga adik penulis, Christy, yang menjadi
i
2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.Si.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
yang telah begitu banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk mengarahkan
5. Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A yang telah bersedia melakukan “diskusi
yang merubah cara berpikir penulis tentang skripsi ini ke arah yang lebih
baik.
7. Bapak Drs. Muhammad Fadlin, M.A, ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd,
dan ibu Arifni Netrirosa, SST yang telah memberikan saran dan kritik
9. Mas Iwan Tanzil, selaku informan penulis yang telah berbaik hati
ii
10. Bang Wonter dan Bang Michael yang telah membantu penulis saat awal
11. Bang Ogan dan Bang Susan, guru-guru gitar yang mengajarkan dasar
bermain gitar klasik kepada penulis. Sebagian besar dari tulisan pada skripsi
12. Sridewi Sartika Bakara, teman terdekat penulis yang tidak pernah merasa
13. Anak-anak Etno ’09, teman-teman satu perjuangan penulis saat menimba
ilmu di USU yang saling mendukung dalam pengerjaan skripsi ini (trutama
leng mania yg sukak ngmpl di DT, “ada bagong klen?” dan bwt yg blum
14. Monang, Itok, Riki, dan Dapit, teman-teman penulis semasa remaja (skses
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.4.2 Lagu Bubuy Bulan .............................................. 42
BAB III PENGENALAN INSTRUMEN GITAR KLASIK DAN
SISTEM NOTASINYA .......................................................... 45
3.1 Pengenalan Instrumen ..................................................... 45
3.1.1 Klasifikasi Gitar Klasik ....................................... 45
3.1.2 Pengenalan Bagian Gitar Klasik .......................... 49
3.1.3 Persiapan Bermain Gitar Klasik ........................... 51
3.2 Sistem Notasi pada Gitar Klasik ...................................... 54
BAB IV ANALISIS TEKNIK DAN GAYA PERMAINAN PADA
LAGU SIPATOKAAN DAN BUBUY BULAN .................... 68
4.1 Partitur Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan ..................... 68
4.2 Analisis Teknik Permainan ............................................. 75
4.2.1 Analisis Teknik Permainan pada Lagu Sipatokaan 75
4.2.1.1 Apagados ............................................... 75
4.2.1.2 Ceja ....................................................... 78
4.2.1.3 Strumming ............................................. 83
4.2.2 Analisis Teknik Permainan pada Lagu Bubuy Bulan 85
4.2.2.1 Scordatura ............................................. 85
4.2.2.2 Sul Ponticello ........................................ 88
4.2.2.3 Harmonik ............................................... 91
4.2.2.4 Slur ........................................................ 97
4.2.2.5 Trill ....................................................... 99
4.2.2.6 Glissando ............................................... 102
4.3 Analisis Gaya Permainan ................................................ 105
4.3.1 Analisis Melodi ................................................... 105
4.3.1.1 Analisis Melodi pada Lagu Sipatokaan .. 107
4.3.1.2 Analisis Melodi pada Lagu Bubuy Bulan 107
4.3.2 Analisis Akor ...................................................... 109
4.3.2.1 Analisis Akor pada Lagu Sipatokaan ...... 111
4.3.2.2 Analisis Akor pada Lagu Bubuy Bulan .. 112
4.3.3 Analisis Ritem ..................................................... 113
v
4.3.3.1 Analisis Ritem pada Lagu Sipatokaan .... 114
4.3.3.2 Analisis Ritem pada Lagu Bubuy Bulan ... 116
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................... 122
vi
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan 1.1 Analisis Teknik dan Gaya Permainan Lagu Sipatokaan dan
Bubuy Bulan Aransemen Iwan Tanzil .................................. 17
Tabel 2.1 Proporsi Jumlah Suku di Indonesia ...................................... 25
Tabel 2.2 Lagu Daerah di Tiap Provinsi Indonesia .............................. 36
Tabel 3.1 Key Signature dan Nada Dasarnya ...................................... 55
Tabel 3.2 Nama, Nilai, Bentuk Not dan Tanda Istirahat ...................... 57
Tabel 3.3 Jenis-Jenis Tempo dan Angkanya pada Metronom .............. 58
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
ABSTRAKSI
Gitar klasik merupakan salah satu jenis gitar yang proses evolusinya
berasal dari Spanyol sehinggga jenis gitar ini sering juga disebut spanish guitar.
Gitar jenis ini dapat dimainkan dalam bentuk permainan solo tanpa didukung oleh
pengiring instrumen lainnya. Adapun bentuk penyajian dari jenis gitar ini telah
memiliki perkembangan yang dilihat dari perbendaharaan lagu yang dimainkan
mulai dari jenis lagu yang diciptakan dari zaman klasik hingga zaman modern,
bahkan dalam konsep musik daerah. Sehingga dalam kesempatan ini, penulis akan
membahas bagaimana lagu daerah dimainkan dalam gitar klasik yang
notabenenya memainkan lagu klasik..
Penulis telah menentukan lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan karya Iwan
Tanzil sebagai objek penelitian dalam skripsi ini. Dalam konsep gitar tunggal,
penulis tertarik untuk menganalisis teknik permainan yang disajikan oleh Iwan
Tanzil sebagai arranger. Juga akan dilakukan analisis terhadap gaya permainan
pada lagu-lagu tersebut setelah diaransemen.
Adapun tulisan ini dimanfaatkan untuk menambah informasi tentang gitar
klasik. Selain aturan-aturan dasar dalam instrumen ini, teknik-teknik dan gaya
permainan dalam dua lagu yang menjadi objek penelitian di atas akan dijelaskan
dalam tulisan ini. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis untuk
membahasnya dalam bentuk kajian ilmiah.
Metode yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji objek penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif yang akan melihat objek penelitian secara
subjektif dalam mengumpulkan informasi-informasi yang didukung dengan
observasi dan wawancara. Untuk itu dalam membantu metode tersebut penulis
menggunakan disiplin lapangan dan disiplin laboratorium dalam proses
pembahasannya.
Adapun bahan kajian dalam skripsi ini dikerjakan berdasarkan teori dan
metode dalam etnomusikologi. Kemudian hasil data tersebut menghasilkan
kesimpulan yang menjadi penyelesaian masalah dalam skripsi ini.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
kebudayaan. Alasannya adalah karena musik merupakan bagian dari budaya dan
tertentu bisa diatur untuk memproduksi suatu suara oleh musisinya. Salah satu
instrumen musik adalah gitar. Gitar merupakan instrumen musik yang populer dan
umum dijumpai di dunia. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya orang di dunia yang
untuk dipelajari dan harga yang terjangkau, membuat gitar menjadi instrumen
musik favorit untuk memulai dalam mempelajari musik. Instrumen ini biasa
klasifikasi lute1 berleher panjang ini, relatif ringan, sehingga mudah dibawa ke
1
Salah satu jenis klasifikasi kordofon (baca Bab II)
1
mana-mana. Banyak masyarakat di seluruh penjuru dunia yang menggunakan
gitar untuk sekedar menghibur diri sendiri ataupun pengiring dalam bernyanyi
Gitar merupakan alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik
menggunakan jari maupun plektrum. 2 Secara umum dilihat dari sumber penghasil
bunyi, gitar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu gitar akustik dan gitar elektrik.
Gitar akustik adalah jenis gitar yang menghasilkan bunyi dari hasil getaran senar
dalam beberapa jenis yaitu gitar klasik yang menggunakan senar nilon, gitar folk
Gitar klasik biasa disebut juga dengan spanish guitar atau gitar Spanyol. Ini
dikarenakan proses perubahan evolusi alat musik ini lebih intens terjadi di
Spanyol. Abad ke-11 banyak bermunculan jenis alat musik mirip gitar di Eropa.
Gittern adalah yang pertama berkembang di benua ini. Dikembangkan dari desain
instrumen petik Asia, gittern sudah mendekati bentuk gitar modern. Hanya saja
senarnya masih terbuat dari catgut4 dan jumlah course5 yang bervariasi antara 3-4
course. Setelah gittern, banyak proses pengembangan pada instrumen ini yang
melahirkan alat-alat petik baru. Contohnya adalah quitarra, guiterre, guitare, lute,
2
Plektrum, yang biasa disebut pick, adalah alat bantu dalam memetik senar gitar yang
dipegang dengan jempol dan telunjuk berbahan utama plastik, tulang, kayu, logam, atau
tempurung kura-kura.
3
Lubang resonator adalah lubang di tengah badan gitar yang berfungsi memperbesar suara
yang dihasilkan oleh getaran senar.
4
Kendati secara harfiah berarti usus kucing, namun sebenarnya catgut merujuk kepada
istilah yang digunakan untuk usus domba.
5
Course adalah jumlah jalur/senar yang dipakai dalam alat musik petik.
2
dan lainnya. Banyaknya jenis pengembangan gittern tidak membuat alat musik ini
Eropa. Karena desain kedua instrumen ini yang semakin estetis dan fungsional,
Pada akhir abad ke-16, vihuela digantikan oleh gitar barok. Pada masa
inilah banyak gitaris dan komposer bermunculan. Namun desain gitar yang
dipakai tiap gitaris tidaklah sama. Tiap gitaris bisa saja memakai desain gitar yang
berbeda dari gitaris yang lainnya. Hal inilah yang membuat Antonio Torres Jurado
(dimensi, rangka, panjang, dan sebagainya) yang masih diterapkan pada dasar
pembuatan gitar klasik hingga sekarang (kecuali jenis senar yang dipakai).7
ada patokan tertentu dalam gitar modern yang masih berpegang pada desain
Torres. Inovasi-inovasi oleh para pembuat gitar yang menghasilkan jenis gitar
6
Dahulunya luthier adalah istilah untuk pembuat gitar klasik. Namun sekarang tidak hanya
gitar klasik, tapi juga jenis gitar lainnya. Bahkan juga dipakai untuk pembuat instrumen musik
yang berdawai dan mempunyai fret.
7
Tahun 1946 adalah pertama kalinya senar berbahan nilon digunakan sebagai pengganti
catgut. Ditemukan pertama kali oleh Albert Agustine, seorang pembuat instrumen musik dari
Amerika. Karena tidak mampu memperoleh bahan catgut akibat pembatasan yang diberlakukan
pada Perang Dunia II, Agustine membuat senar berbahan nilon karena berlebihnya jumlah
persediaan nilon untuk militer.
3
Pada awalnya, gitar klasik memainkan repertoar yang dibuat khusus untuk
instrumen ini oleh komposer gitar klasik seperti Fransesco Tarrega, Aguado,
Carcassi, Carulli, Coste, dan banyak komposer lainnya, dan juga komposisi musik
merupakan bapak gitar klasik dunia, banyak memainkan karya-karya dari sang
Tarrega. Karya Tarrega banyak yang masih dimainkan oleh gitaris klasik hingga
komposisi bagi gitar tunggal. Pentranskripsian musik klasik ke gitar tunggal ini
Chopin, Bach, adalah para komposer yang karyanya digubah oleh gitaris dan
Mengikuti jejak sang guru, Segovia pun melakukan hal yang sama dengan
karyanya yang paling terkenal, Chaconne in D Minor karya J.S. Bach untuk solo
biola. Komposisi mereka inilah yang masih dimainkan oleh para gitaris klasik
hingga sekarang.
dimainkan untuk gitar klasik, beberapa dekade belakangan di Amerika lahir istilah
bisa dikatakan teknik memetik gitar yang menggunakan jari, bukan plektrum yang
biasa dipakai oleh pemain dengan gitar bersenar logam. Bermula ketika sebagian
4
gitaris musik rakyat Amerika (country) memainkan arpegio8 dengan memetik
dan melodi pada saat yang bersamaan dengan satu gitar. Selain senar yang
digunakan, komposisi lagu yang berupa lagu-lagu rakyat atau lagu-lagu populer
pada masa itu adalah salah satu pembeda gitaris fingerstyle dari gitaris klasik yang
lagu pada gitar klasik. Pertukaran informasi melalui media ini menyebabkan batas
antara gitar klasik dan fingerstyle menjadi kabur. Banyak gitaris klasik yang
dalam teknik lagu-lagu yang dimankan di literatur Eropa seperti teknik efek
perkusi yang membuat lagu menjadi lebih ritmis. Begitu juga dengan gitaris
musik, gitaris klasik banyak yang menyertakan musik rakyat atau lagu-lagu
8
Arpeggio berasal dari kata arpa/harpa karena gaya petikan yang mirip dengan harpa, yaitu
bentuk akor yang dimainkan not per not secara berurutan dalam pola tertentu.
5
dan terkesan “itu-itu saja” (monoton) juga faktor yang mempengaruhi gitaris
klasik mulai memainkan lagu-lagu non klasik. Bayangkan lagu Asturias karya
Isaac Albeniz yang selama hampir seabad tidak mengalami perubahan yang
berarti dan telah dimainkan di ribuan panggung dengan gitaris yang berbeda-beda,
serta banyak pengulangan dan durasi memainkannya yang cukup lama. Lambat
laun semakin banyak perbendaharaan lagu gitar klasik yang berasal dari lagu yang
populer di tengah masyarakat di tiap belahan dunia dan tidak sedikit yang
lagu non klasik karya aransemen mereka sendiri. Sebut saja Iwan Tanzil, Benny
M Tanto, Jubing Kristianto, Sie Tjen Lie, dan masih banyak lagi. Dalam skripsi
ini, yang menjadi fokus kajian penulis adalah Iwan Tanzil. Beliau adalah seorang
gitaris dan komponis untuk instrumen gitar, warga negara Indonesia yang bertaraf
internasional. Ia banyak menimba ilmu dari para gitaris tingkat nasional dan dunia
seperti Johny Legoh, Rainer Wildt, Mariangeles Sanchez Benimeli (murid Andres
Segovia dan Emilio Pujol). Masih banyak lagi pengalaman internasional Iwan
Tanzil ini di bidang musik gitar ini. Secara lebih rinci dideskripsikan biografi
gitaris dan komponis untuk instrumen gitar, ia tidak melupakan akar budaya
6
tersebut, ia mencoba mengenalkan lagu-lagu daerah Indonesia ke peringkat
internasional. Dua karya beliau yang menjadi bahan kajian dalam skripsi ini
adalah lagu Sipatokaan dari Sulawesi Utara dan Bubuy Bulan dari kebudayaan
hal ini sebagai seorang gitaris dan komponis untuk instrumen gitar yang
Indonesia. Sisi lain yang menarik adalah bagaimana beliau mengaransemen lagu-
lagu daerah Indonesia (dengan fokus kajian penulis pada dua lagu tersebut)?
sebagai berikut.
Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for
it has always been compounded of two distinct parts, the
musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is
the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither
but takes into account both. This dual nature of the field is marked by
its literature, for where one scholar writes technically upon the
structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat
music as a functioning part of human culture and as an integral part of
a wider whole. At approximately the same time, other scholars,
influenced in considerable part by American anthropology, which
tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary
and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic
context. Here the emphasis was placed not so much upon the
structural components of music sound as upon the part music plays in
7
culture and its functions in the wider social and cultural organization
of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it
is possible to characterize German and American "schools" of
ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The
distinction to be made is not so much one of geography as it is one of
theory, method, approach, and emphasis, for many provocative
studies were made by early German scholars in problems not at all
concerned with music structure, while many American studies have
been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-
4).9
Apa yang dikemukakan oleh Merriam seperti kutipan di atas, bahwa para
munculnya masalah besar dalam rangka menggabungkan kedua disiplin itu. Oleh
karena itu setiap etnomusikolog akan berada dalam fokus keahlian ilmu pada
salah satu bidangnya saja, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut.
Sifat dualisme lapangan studi etnomusikologi ini, dapat ditandai dari bahan-
menulis secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem
musik sebagai suatu bagian dari fungsi kebudayaan manusia, dan sebagai bagian
yang integral dari keseluruhan kebudayaan. Di dalam masa yang sama, beberapa
sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar antropologi Amerika, yang
9
Dalam aplikasi disiplin etnomusikologi di Indonesia dan dunia, terdapat sebuah buku yang
terus populer sampai sekarang ini, dalam realitasnya menjadi “bacaan wajib ” bagi para pelajar
dan mahasiswa etnomusikologi seluruh dunia, dengan pendekatan kebudayan, fungsionalisme,
strukturalisme, sosiologis, dan lain-lainnya. Buku yang diterbitkan tahun 1964 oleh North
Western University di Chicago Amerika Serikat ini, menjadi semacam “karya utama” di antara
karya-karya yang berciri khas etnomusikologis.
8
yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan melakukan studi
musik dalam konteks etnologisnya. Dalam kerja yang seperti ini, penekanan
etnologis yang dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan kajian
struktur komponen suara musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam
Hal tersebut telah disarankan secara bertahap oleh Bruno Nettl yaitu
etnomusikologi ini dengan tidak begitu berbeda, baik dalam geografi, teori,
bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja. Para
dari dua disiplin ilmu dasar yaitu antropologi dan musikologi. Walaupun terdapat
konteks kebudayaannya.
dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Pada tulisan edisi
Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah
9
mengalihbahasakan berbagai definisi etnomusikologi, yang terangkum dalam
buku yang bertajuk Etnomusikologi10 (1995). Dalam buku ini, Alan P. Merriam
kronologi sejarah dimulai oleh Guido Adler 1885 sampai Elizabeth Hesler tahun
1976.
dua bidang telaah, yaitu musikologi dan antropologi, maka sangatlah relevan
gunakan untuk mengkaji bagaimana teknik dan gaya permainan gitar klasik pada
kedua lagu aransemen ini. Sementara di sisi lain, aspek kebudayaan (antropologis)
masyarakat seni pendukung peradaban gitar klasik dunia, serta nilai-nilai tradisi
yang bagaimana yang terdapat dalam lagu ini, khususnya nilai tradisi Sulawesi
10
Buku ini diedit oleh R. Supanggah, diterbitkan tahun 1995. Diterbitkan di Surakarta oleh
Yayasan bentang Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini merupakan
kumpulan enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti: Barbara Krader, George
List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang dialihbahasakan oleh Santosa dan Rizaldi Siagian.
Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga artikel, yaitu: (a) “Beberapa Definisi tentang
‘Musikologi Komparatif’ dan ‘Etnomusikologi’: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,” (b)
“Meninjau Kembali Disiplin Etnomusikologi,” (c) “Metode dan Teknik Penelitian dalam
Etnomusikologi.” Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk “Etnomusikologi.”
Selanjutnya George List menulis artikel “Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.” Pada
akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul “Perumusan Kembali Peran
Etnomusikolog di dalam Penelitian.” Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan
etnomusikolog (Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan
tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan
disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan buku seperti Pengantar Ilmu
Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi
lainnya oleh para pakar generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi Omas Ihromi, Parsudi
Suparlan, Budi Santoso, dan lain-lainnya.
10
Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
dan menuliskannya ke dalam bentuk tulisan ilmiah berupa skripsi, dengan judul:
“Analisis Teknik dan Gaya Permainan Gitar Klasik pada Lagu Sipatokaan
1.3.1 Tujuan
objek yang diteliti yang bertujuan untuk menemukan sebuah kesimpulan dari
2. Untuk mengetahui gaya lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan yang telah
11
1.3.2 Manfaat
luas pada saat membaca penulisan karya ilmiah ini. Adapun manfaat tersebut
antara lain:
4. Sebagai bahan motivasi bagi pembaca tulisan ini, secara khusus gitaris
1.4.1 Konsep
peristiwa kongkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2005 hal
588).
dalam judul tulisan yaitu: Analisis Teknik dan Gaya Permainan pada Lagu
Sipatokaan dan Bubuy Bulan Aransemen Iwan Tanzil. Hal ini dimaksudkan agar
12
Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian itu untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia , Balai Pustaka 2005 hal 43). Analisis yang dimaksudkan penulis pada
tulisan ini adalah penguraian teknik dan gaya permainan lagu daerah yang telah
ditetapkan sebagai objek penelitian dari sisi teknik dan gaya permainannya.
merupakan gambaran mengenai pola atau cara yang dipakai dalam suatu
pertunjukan. Yang dimaksud dengan teknik permainan dalam tulisan ini adalah
teknik permainan gitar klasik, yaitu cara memproduksi nada yang biasa dipakai
bagaimana komposisi lagu disusun oleh unsur-unsur musik baik dalam dimensi
ruang dan waktu. Antara dimensi ruang yang akan dikaji adalah tangga nada,
sejenis setelah lagu tersebut diaransemen. Untuk dimensi waktu akan dikaji
Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan disini merupakan jenis lagu yang
dikategorikan ke dalam lagu daerah. Lagu daerah adalah lagu atau musik yang
berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh
rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Biasanya pencipta lagu daerah
13
tidak diketahui (noname/NN). Lagu daerah biasanya memiliki lirik sesuai dengan
anak-anak, hiburan rakyat, pesta rakyat, dan sebagainya. Ciri lainnya adalah
mempunyai irama khusus yang merujuk bagi daerah asal lagu tersebut dan
Aransemen adalah upaya kreatif menata dan memperkaya sebuah lagu atau
komposisi, ke dalam format dan gaya yang baru. Mediumnya bisa apa saja, mulai
daripada membuat komposisi karena tinggal mengutak-atik bahan yang sudah ada.
Perbendaharaan lagu yang bisa diaransemen pun banyak, mulai dari klasik, lagu-
lagu pop, atau lagu daerah. Untuk memperkaya aransemen, kita bisa melakukan
dan dinamika dengan racikan yang baru dapat membuat aransemen akan lebih
menarik. Tapi tentu saja tidak terlalu banyak mengubah esensi musik asli yang
akan dibawakan karena akan mengubah nilai dari arti aransemen yang sebenarnya,
1.4.2 Teori
hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada
14
dan membatasi masalah yang ingin diteliti. Sebagai landasan berpikir dalam
dua lagu aransmen Iwan Tanzil seperti diurai di atas, maka penulis menggunakan
teori teknik permainan gitar klasik dalam budaya Barat. Salah satu buku yang
memuat teori ini adalah pada Classic Guitar Course (T. Koizumi, 1974).
Dalam menganalisis aspek gaya musik pada lagu Sipatokaan dan Bubuy
terhadap hal-hal mendasar pada musik menurut Felix Salzer dalam bukunya yang
pengalaman mendengar musik, menentukan melodi, akor, dan ritem lagu, juga
15
Dalam kaitannya menganalisis gaya dua lagu daerah Indonesia yang telah
diaransemen oleh Iwan Tanzil, maka penulis akan menganalisis: (1) dimensi
ruang yaitu melodi dan akor/harmoni; (2) dimensi waktu yaitu ritem.
Untuk mengkaji dua aspek komposisi dua lagu aransemen Iwan Tanzil di
atas, sesuai dengan teori dasar musikal yang ditawarkan oleh Salzer, maka penulis
menggunakan notasi balok yang ditulis sendiri oleh Iwan Tanzil. Kedua notasi
dibedakan dalam dua jenis notasi menurut tujuannya. Pertama adalah notasi
sebuah komposisi musik). Notasi ini berfungsi tidak lebih dari membantu penyaji
untuk mengingat aspek musikal pada saat melakukan pertunjukan. Kedua adalah
notasi deskriptif, yaitu notasi yang menuliskan semua karakter musikal secara
sangat detil dan rinci, termasuk teknik-teknik yang digunakan bagian per bagian.
16
Bagan 1.1
Analisis Teknik dan Gaya Permainan Lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan
Iwan Tanzil
Gitaris dan Arranger
Internasional
Warga Negara Indonesia
Sipatokaan
& Bubuy Bulan
Etnomusikologi
17
1.5 Metode Penelitian
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari
Dalam rangka kerja penelitian ini, penulis juga berpedoman pada disiplin
yaitu penelitian etnomusikologi dibagi dalam dua jenis pekerjaan yakni kerja
lapangan (field work) dan kerja laboraturium (desk work). Kerja lapangan meliputi
selama penelitian.
Studi kepustakaan bisa diartikan sebagai segala usaha yang dilakukan oleh
peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah
yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku
18
1. Buku Gitarpedia oleh Jubing Kristianto (2007). Buku ini dijadikan
Tulisan ini membahas tentang apa itu etnomusikologi baik itu tentang
etnomusikologi.
ini berisi tentang dasa-dasar bermain gitar klasik dan teori-teori teknik
1.5.2 Observasi
gitar yang banyak mempunyai karya aransemen dalam bentuk gitar tunggal yang
berbahan dasar lagu daerah, dengan tujuan menjadikannya informan kunci. Agar
dapat melakukan kerja laboraturium dengan mudah, penulis mencari gitaris klasik
ini penulis peroleh dari beberapa informan pangkal, yaitu para gitaris-gitaris,
guru, dan pengajar gitar klasik di Medan untuk dapat lebih menjelaskan secara
mendalam tentang gitar klasik dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tulisan ini.
19
Mereka umumnya memang mengakui dan menyarankan untuk mengkaji lagu-lagu
internasional, dan telah diketahui secara baik oleh para informan pangkal ini.
1.5.3 Wawancara
komunikasi yaitu email (gmail.com). Penulis selama tiga kali menanyakan seputar
karya aransemen dan ilmu pengetahuan musik kepada Bapak Iwan Tanzil. Ia pun
sangat merespons dengan baik dan bijaksana. Melalui email ini juga beliau
mendapatkan partitur yang cukup dari informan kunci. Setelah direkam, barulah
mendeskripsikannya. Selain itu, teknik permainan dan sistem penjarian akan lebih
Dalam hal ini penulis lebih dahulu mendapatkan notasi langsung melalui
email dari Iwan Tanzil. Untuk membantu penulis dalam aspek audiovisualnya,
penulis kemudian mencari dua lagu aransemen beliau ini. Akhirnya penulis
20
audiovisual, penulis merekam data-data audiovisual tersebut ke dalam format
mp4.
Seluruh data yang telah dikumpulkan penulis, baik itu dalam bentuk partitur
atau rekaman lagu, akan diolah dalam kerja laboraturium. Dalam kerja
notasi lagu yang telah didapat. Ternyata secara deskriptif apa yang tertulis bisa
dikatakan “sama” dengan notasi yang terlihat. Notasinya dikerjakan dengan amat
permainan gitar klasik yang digunakan untuk memainkan aransemen dua lagu di
atas. Yang kedua adalah menganalisis gaya musik hasil arasmen Iwan tanzil untuk
dua lagu tersebut dengan melakukan identifikasi terhadap melodi, akor, dan ritem.
21
BAB II
2.1 Pengenalan
Pada Bab II ini akan dijelaskan tentang dua hal yaitu: (a) biografi ringkas
Iwan Tanzil sebagai warga negara Indonesia, yang kemudian memiliki reputasi
internasional sebagai gitaris dan arranger lagu-lagu untuk gitar klasik, terutama
yang merupakan bagian dari unsur kebudayaan. Hingga pada akhir bab, penulis
akan fokus terhadap dua lagu daerah (yaitu Sipatokaan dan Bubuy Bulan) yang
Bab ini sebenarnya ingin menerangkan secara umum bahwa Iwan Tanzil
sebagai gitaris dan arranger lagu-lagu daerah Indonesia untuk intrumen gitar
Indonesia. Bagi penulis, Iwan Tanzil memiliki kecerdasan menyiasat zaman dan
22
2.2 Biografi Ringkas
permainan dan struktur musik dari lagu yang telah diaransemen. Pria kelahiran
1963 ini memulai perjalanan musiknya dalam bergitar pada umur 14 tahun.
Iwan Tanzil pernah berguru kepada gitaris Indonesia antara lain Johny
Legoh dan Rainer Wildt. Selesai SMA tahun 1983, ia melanjutkan studi musik di
Hochschule der Kuenste Berlin (Sekolah Tinggi Seni Berlin) di bawah bimbingan
Mariangeles Sanchez Benimeli (murid Andres Segovia dan Emilio Pujol) dan
Prof. Martin Rennert. Selama belajar dia juga aktif mengikuti masterclass dari
gitaris-gitaris top dunia antara lain Javier Hinojosa (spesialis musik Renaisance
dan Barok), Vladimir Mikulka, Angelo Gilardino, Roberto Aussell, dan Manuel
Barrueco.
Milano, Italia. Sejak itu ia aktif konser berkeliling Jerman, Polandia, Italia,
23
Ia telah membuat 5 CD, di antaranya album karya lengkap Heitor Villa-
lobos. Pujian untuk konser dan rekamannya mengalir dari dari majalah Gitarre
und Laute (Jerman dan edisi Jepang), Classical Guitar London (Inggris), Les
dari berbagai kritikus musik di surat-surat kabar di banyak negara Eropa, Afrika,
dan Asia. Sebagai gitaris konser, Tanzil bekerja sama dengan banyak komposer
(Korea), dan masih banyak lagi. Dari kerja sama ini lahir berbagai karya untuk
gitar yang khusus ditulis (dedication) untuknya. Iwan Tanzil juga menjabat
/Verlag Neue Musik (Berlin), AMA Verlag (Brühl), dan Musik Verlag Vogt und
Fritz (Schweinfurt).
Gambar 2.1
Iwan Tanzil
Sumber: www.facebook.com
24
2.3 Letak Geografis Indonesia dan Hubungannya dengan Kebudayaan
NKRI. Secara geografis, Indonesia diapit oleh 2 benua dan 2 samudera. Pada
barat laut Indonesia terdapat benua Asia dan di tenggara Indonesia berbatasan
dengan benua Australia. Letak Indonesia yang berada pada posisi silang ini
menjadikan Indonesia sebagai persimpangan lalu lintas dunia, baik darat, udara,
ataupun laut. Negara kepulauan dan berada di pusat posisi lintas dunia adalah
alasan yang cukup kuat untuk menjawab pertanyaan tentang kekayan kultur di
negeri ini.
Jumlah suku di Indonesia juga tidak sedikit. Ada sekitar 1.128 suku yang
terdaftar oleh BPS (Badan Pusat Statistik) melalui sensus penduduk terakhir
(2000). Tabel di bawah ini hanya mencantumkan suku-suku inti yang ada di
Tabel 2.1
25
Manado
menjadi salah satu negara dengan kekayaan kultur yg mencolok. Hal ini bisa saja
pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti
26
masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti
masyarakat perkotaan.
1. Sistem Bahasa
pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri
terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan
beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa
bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, sub rumpun, keluarga dan sub keluarga.
27
tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat
2. Sistem Pengetahuan
peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan
dalam kehidupannya.
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender
pertanian tradisional yang disebut sistem pranatamangsa yang sejak dahulu telah
lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk
menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini
para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam,
pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga
mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk
28
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak
mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke
hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak
mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk
a. alam sekitarnya;
e. tubuh manusia;
berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari
hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu
29
keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para
peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan
30
b. beternak;
d. menangkap ikan;
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu
daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum
pekerjaan.
6. Sistem Religi
adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada
manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi
tersebut.
31
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi
penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa
religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno
yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan
7. Kesenian
yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi
awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-
teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi
awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni
ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik daerah terdiri atas seni vokal dan
instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat
seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera
pendengaran maupun penglihatan. Seni drama dibagi atas 2 jenis, yaitu drama
tradisional (wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong) dan drama modern (film,
32
2.4 Lagu Daerah di Indonesia
satunya adalah kesenian. Kesenian mengacu pada nilai keindahan yang berasal
dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati mata atau telinga.
Tarian, musik (vokal dan instrumen), dan benda-benda bernilai seni adalah
Seni musik vokal yang ada di daerah dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Lagu Klasik dinilai lebih agung dibandingkan lagu rakyat saat pembawaanya. Ini
disebabkan karena lagu klasik memiliki fungsi yang lain, yaitu diterapkan pada
Lagu rakyat yaitu lagu yang berasal dari rakyat di suatu daerah. Lagu rakyat
tersebar secara alami yang disampaikan secara lisan dan turun-temurun. Contoh
lagu rakyat yaitu lagu yang dipakai untuk pernikahan, kematian, berladang,
berlayar, menenun, dan sebagainya. Perbedaan yang paling mencolok dengan lagu
Lagu daerah, yang akan fokus penulis bahas dalam tulisan ini, lahir dari seni
musik kerakyatan. Iramanya mencirikan kultur dari daerah dimana lagu tersebut
berkembang. Lagu daerah atau musik daerah adalah lagu atau musik yang berasal
33
dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat
daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Lagu daerah juga bisa dikatakan sebagai
suatu bentuk karya seni yang menggunakan medium suara atau bunyi-bunyian,
yang hidup dan berkembang ditengah masyarakat yang sesuai dengan aturan-
menonjolkan sikap perorangan karena musik daerah adalah milik suatu golongan
suku bangsa.
6. Sulit dinyanyikan oleh seseorang yang berasal dari daerah lain karena
kurang maksimal.
34
1. Sebagai sarana upacara adat
fungsi yang sangat penting dalam suatu upacara adat seperti pada upacara
merapu di Sumba atau pada upacara seren taun (panen padi) didaerah sunda.
3. Media komunikasi
Sarana komunikasi dengan musik dapat di lihat pada saat bulan romadhan
4. Media bermain
layanan masyarakat.
6. Iringan pertunjukan
Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari sebuah pertunjukan. Sebuah
tarian tak akan lengkap tanpa musik. Sebuah lagu akan kurang semarak
35
tanpa musik. Pertunjukan kesenaian daerah selalu menggunakan alat musik
ketoprak dll.
Tabel 2.2
36
Lagu Batanghari
37
Lagu Gundhul-gundhul pacul
38
Lagu Tawa-tawa
Lagu To Mepare
Lagu Ma Rencong
Sumber: www.wikipedia.or.id
Indonesia. Disertakan juga dari provinsi mana lagu tersebut berasal. Berdasarkan
39
ciri-ciri lagu daerah yang sudah dibahas sebelumnya, lagu-lagu ini biasanya
mencirikan suku daerah mayoritas yang ada di provinsi tersebut. Irama, pesan,
suasana, dan tentunya juga bahasa teks tersebut. Lagu ampar-ampar pisang, yang
berasal dari Kalimantan Selatan, liriknya berbahasa banjar. Bahasa banjar adalah
bahasa ibu suku Banjar yang banyak mendiami wilayah provinsi Kalimantan
Selatan. Lagu Butet, yang berisi curahan hati seorang ibu kepada anaknya tentang
suaminya yang sedang berperang, juga mempunyai lirik berbahasa batak, bahasa
yang dipakai oleh suku Batak Toba yang mayoritas mendiami provinsi Sumatera
Utara. Begitu juga dengan lagu Rasa Sayange yang menceritakan tentang
masyarakat. Lagu ini tentunya juga mempunyai lirik dengan bahasa asli Maluku.
Selanjutnya akan dibahas lebih detail lagu yang menjadi objek penelitian dalam
Lagu Sipatokaan berasal dari provinsi Sulawesi Utara. Bahasa yang dipakai
dalam lirik lagu ini adalah bahasa yang biasa digunakan oleh suku Minahasa.
Berikut lirik dari lagu Sipatokaan dan artinya dalam bahasa Indonesia.
Sayang-sayang, Si Patokaan
(wahai sayangku Sipatokaan)
Matego tego gorokan Sayang
(orang-orang pucat dan terseok-seok, Sayang)
Sayang-sayang, Si Patokaan
40
(wahai sayangku Sipatokaan)
Matego tego gorokan Sayang
(orang-orang pucat dan terseok-seok, Sayang)
penuturan pantun ini adalah ungkapan perasaan cinta sekaligus khawatir seorang
ibu kepada anaknya yang sudah beranjak dewasa dan telah diwajibkan mencari
nafkah sendiri, biasanya anak lelaki. Tradisi merantau erat kaitannya dengan lirik
lagu tersebut. Bila dilihat lebih dalam, lirik tersebut secara utuh mengandung doa
sekaligus motivasi kepada objek penutur, yaitu anaknya. Tetapi pada bait pertama,
Ibu, sebagai subjek, dengan dewasa mengisyaratkan sisi buruk dari hidup. Bukan
kenyataan bahwa manusia tidak bisa terhindar dari pucat (sakit) dan ada saatnya
menjadi terseok-seok (susah). Apalagi hidup di tanah yang jauh dan asing yang
bisa dirasa sangat berat dan berbeda dengan hidup di tanah sendiri. Pada bagian
41
ini, Ibu memperlihatkan keadaan orang-orang kalah dan sakit, lebih jauh lagi
adalah kematian. Bait pertama dan kedua memiliki hubungan sebab akibat.
Setelah memperlihatkan segala yang buruk, sang Ibu berpesan kepada anaknya
agar berhati-hati pada bait kedua agar tidak terjadi seperti hal yang dijelaskan
Lagu Bubuy Bulan berasal dari provinsi Jawa Barat. Sedikit berbeda dari
lagu daerah yang lainnya, Bubuy Bulan diciptakan oleh Benny Korda. Bahasa
yang dipakai dalam lirik lagu ini adalah bahasa yang biasa digunakan oleh suku
Sunda, suku yang menempati wilayah Jawa Barat. Berikut lirik dari lagu Bubuy
Bubuy bulan
(memepes bulan)
Panon poe
(matahari)
(matahari disate)
42
Unggal bulan
(setiap bulan)
Unggal poe
(setiap hari)
Situ Ciburuy
(danau Ciburuy)
Nyeredet hate
(bergetar hati)
43
(yang berjalan setiap pagi)
Nyeredet hate
(bergetar hati)
dalam bara api. Pada masyarakat Sunda, memasak singkong memakai kayu bakar
(hawu) dengan cara memasukkan singkong langsung ke bara api disebut bubuy
menjadi gosong atau matang. Danau Ciburuy adalah danau di pingir jalan antara
ditinggalkan oleh kekasihnya, tetapi mulai tergoda dengan orang lain karena
11
Pantun adalah salah satu jenis puisi lama dari kesusastraan Melayu. Pantun biasanya terdiri
dari 4 baris. Baris 1 dan 2 terdiri dari sampiran, sedangkan 3 dan 4 merupakan isi. Isi dalam pantun
menceritakan nasehat, pesan moral, cinta, candaan, permainan, dan lain-lain. Sedangkan sampiran
biasanya tidak berhubungan makna dengan isi (walau beberapa pantun mempunyai sampiran yang
berhubungan dengan isi nya). Sampiran biasanya hanya berfungsi sebagai pengantar rima. Salah
satu syarat pokok pantun ialah bersajak ab/ab. Jika diluar sajak tersebut, bisa dikatakan itu bukan
pantun (puisi biasa). Pantun juga diwajibkan memiliki 4-6 kata dan 8-12 suku kata per baris.
Namun aturan yang satu ini sudah banyak dilanggar.
44
BAB III
NOTASINYA
Sebelum meneliti lebih jauh tentang aransemen lagu daerah yang menjadi
latar belakang masalah pada tulisan ini, penulis ingin menjelaskan beberapa hal
yang mendasar tentang gitar klasik. Jika pada bab I telah dijelaskan tentang
sejarah singkat dari gitar klasik, pada bab ini akan dibahas organologi, klasifikasi,
perlengkapan dan posisi bermain, serta hal yang paling mendasar untuk dapat
melanjutkan penelitian ke bab selanjutnya, yaitu sistem notasi pada gitar klasik.
tulisan ini instrumen itu ialah gitar klasik. Pengenalan terhadap komponen-
komponen nya secara khusus juga diperlukan karena berkaitan langsung dengan
Curt Sachs (1913) dan Erich Von Hornbostel (1933) adalah dua ahli
45
penggolongan alat musik Sahcs dan Hornbostel berdasarkan pada sumber
penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik.
2. Idiofon, di mana penghasil bunyi adalah badan atau tubuh dari alat
musik itu sendiri. Contoh adalah gong, simbal, dan alat perkusi.
1. Jenis Busur
2. Jenis Lira
3. Jenis Harpa
4. Jenis Lute
5. Jenis Zither
46
Gambar 3.1
yang mempunyai leher (neck) dan senar yang sejajar dengan lubang resonator.
Gitar sendiri sangat beragam jenisnya. Seperti yang telah dibahas pada bab
jenis gitar baru, yaitu gitar akustik folk. Perintisnya adalah Henry Martin, putra
dari Christian Frederick Martin, pendiri pabrik gitar Martin. Tahun 1920-an
Martin membuat terobosan dengan memproduksi gitar dengan senar yang terbuat
terobosan baru dalam alat musik dawai ini. Lyody Loar dari perusahaan pembuat
gitar Gibson yang diketahui pertama kali melakukan uji coba dengan pick-up12
magnetik pada gitar. Namun yang mewujudkan gitar elektrik untuk pertama
kalinya adalah Paul Bart dan George Beauchamp. Pada tahun 1930-an mereka
12
Pick-up adalah peranti yang berfungsi mengubah energi fisik getaran senar menjadi energi
listrik untuk diteruskan ke amplifier dan diubah menjadi gelombang suara yang bisa didengar.
47
memproduksinya secara komersial yang diikuti oleh perusahaan lainnya termasuk
Gibson, yang malah memimpin pasar gitar elektrik pada masa itu.
Lahirnya gitar selain gitar klasik akibat inovasi dan perkembangan teknologi
membuat banyaknya jenis gitar yang umum dipakai pada saat ini, diantaranya :
amplifier13.
suara yang hampir tak terbatas berkat adanya dukungan dari peranti
13
Piranti elektronik yang memproses dan menguatkan suara dari mikrofon adatu dari
instrumen musik elektrik untuk diteruskan ke loudspeaker atau pengeras suara.
48
3.1.2 Pengenalan Bagian Gitar Klasik
Gambar 3.2
bagian itu juga memiliki bagian-bagian lain yang lebih spesifik. Penamaannya
49
memakai bahasa Spanyol yang merupakan tempat asal instrumen ini. Bagian-
1. Head (cabeza)
- Nut (ceja), bilah kecil keras yang menjadi tempat sandaran senar
2. Fingerboard (diapason)
- Frets (trastes), deretan bilah logam tipis pada leher gitar yang
tertentu.
3. Body (cuerpo)
50
3.1.3 Persiapan Bermain Gitar Klasik
Dalam bermain gitar klasik, ada dua hal yang penting untuk dilakukan
1. Kursi tanpa sandaran, untuk menjaga badan tetap dalam posisi tegak
lurus.
meninggikan posisi lutut dan paha kiri sebagai tempat menaruh bodi
gitar.
Gambar 3.3
Footstool
51
Gambar 3.4
Standbook
Secara umum, hanya ada dua posisi dalam bermain gitar, yaitu berdiri dan
duduk. Gitaris elektrik kebanyakan bermain gitar dengan posisi berdiri dengan
memakai semacam tali untuk menahan gitar. Untuk gitar klasik, posisi bermain
yang dipakai adalah duduk. Bagian samping gitar (sideboard) diletakkan di paha
kiri yang telah ditopang oleh footstool. Kemudian bagian bawah gitar ditahan oleh
paha kanan.
52
Gambar 3.5
gambar di atas. Pada posisi seperti ini, kedudukan gitar sangat stabil dan tangan
53
3.2 Sistem Notasi pada Gitar Klasik
Sistem notasi adalah aturan dalam penulisan karya musik. Dalam notasi
musik, nada dilambangkan dengan not. Aturan standar untuk menuliskan not saat
ini adalah notasi barat/balok, yang didasarkan pada paranada dengan lambang
untuk tiap nada menunjukkan durasi dan ketinggian nada tersebut. Tinggi nada
horizontal.
memiliki simbol/istilah untuk menjelaskan melodi dan ritme, serta unsur musikal
lainnya yang terdapat dalam suatu lagu. Adapun simbol-simbol itu akan
Garis Birama/Bar
vertikal pada paranada. Jarak antara garis birama yang satu dengan
54
3. Tanda ulang/repeat mark, simbol untuk melakukan pengulangan pada
bagian lagu yang diapit simbol ini. Ditandai dengan dua titik vertikal.
5. Key signature, adalah tanda kres (#) atau mol (b) yang diletakkan pada
staff untuk menandai nada dasar yang digunakan dalam sebuah karya
musik. Tanpa key signature, nada dasar dari sebuah komposisi adalah
dan mol berkali-kali pada partitur. Simbol ini bisa berjumlah satu
nada dasarnya.
Tabel 3.1
G mayor/E minor
D mayor/B minor
55
A mayor/F# minor
E mayor/C# minor
B mayor/G# minor
F# mayor/D# minor
C# mayor/A# minor
F mayor/D minor
Bb mayor/G minor
Eb mayor/C minor
Ab mayor/ F minor
Db mayor/Bb minor
Gb mayor/Eb minor
Cb mayor/Ab minor
56
6. Time signature, merupakan dua angka yang diletakkan bersusun pada
sisi kanan clef pada permulaan sebuah lagu. Dalam bahasa Indonesia
Tanda birama di atas adalah yang paling umum dijumpai, yaitu 4/4.
tiap bar. Angka 4 di bawah berarti tiap not ¼ dihitung sebagai satu
beat.
7. Nilai not dan tanda istirahat, akan dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Not ½ Istirahat ½ 2
Not ¼ Istirahat ¼ 1
57
Eighth Note/ Eighth Rest/
Not 1 8 Istirahat 1 8 ½
Tabel 3.3
Lento 60-66
14
Alat untuk menghasilkan ketukan konstan dengan kecepatan yang bisa diatur. Angka pada
metronom maksudnya adalah berapa ketukan yang dihasilkan dalam satu menit. Sebagai contoh,
jika angka pada metronom adalah 120, maka terdapat 120 ketukan permenit. Atau bisa juga
dikatakan 2 ketukan perdetik.
58
Sedang Andante 76-108
Moderato 108-120
Presto 184-208
allegro vivace, yang berarti lebih cepat dari allegro tetapi tidak lebih
cepat dari vivace. Juga penambahan akhiran, seperti –etto yang berarti
yang berarti cepat, jika menjadi allegreto akan menjadi agak cepat
(lebih lambat dari allegro) dan menjadi sangat cepat (lebih cepat dari
hanya ada dua istilah, yaitu forte (keras) dan piano (lembut), dan
dikembangkan menjadi:
- f (keras) - p (lembut)
59
- ff (sangat keras) - pp (sangat lembut)
11. Istilah/simbol lainnya yang lebih khusus dan tentu tidak mungkin
ulangi lagu dari awal dan ketika melewati simbol coda langsung
60
- Da Segno (D.S.), ulangi dari bagian lagu bertanda “S” disilang.
D.S al coda, ulangi lagu dari tanda “S” disilang dan ketika
- Sempre, berkelanjutan/selalu.
notasi barat yang juga dipakai dalam sistem notasi gitar klasik. Namun ada
sama pada penamaan jari tangan kiri pada alat musik jenis gitar lain
61
dan biola, namun berbeda pada penamaan jari tangan kiri karena gitar
Gambar 3.6
Pada gambar di atas dijelaskan penamaan jari pada gitar klasik dan
posisi tangan saat bermain. Gambar tentang penamaan jari, yang akan
lebih fokus dibahas pada bagian ini adalah pada dua gambar yang
tangan kiri yang memakai angka 1-4 (1; telunjuk, 2; tengah, 3; manis,
62
(pulgar) untuk jempol, i (indice) untuk telunjuk, m (medio) untuk
tengah, a (anular) untuk jari manis dan yang terakhir ch (chico) untuk
jari kelingking.
2. Sistem melodi pada gitar, merupakan penamaan nada pada posisi fret
posisi tersebut.
Hal pertama yang harus kita ketahui adalah tangga nada C mayor yang
Gambar 3.7
dan semi tone. Semi tone merupakan satuan jarak terkecil pada sistem
notasi barat, atau biasa yang kita sebut dengan istilah ½ laras. Pada
63
tangga nada di atas, nada-nada yang berjarak semi tone adalah E-F dan
B-C. Dua semi tone merupakan whole tone, biasa kita sebut dengan
whole tone adalah C-D, D-E, F-G, G-A, dan A-B. Pada pembahasan
selanjutnya akan digunakan istilah laras sebagai satuan jarak antar not.
Di gitar, ½ laras merupakan jarak antara fret yang satu dengan satu
Gambar 3.8
Sistem Tala Standar dan Penamaan Posisi Fret pada Gitar Klasik
64
Gambar di atas merupakan sistem tala standar (gambar kiri) pada gitar
klasik dan pengaplikasian not pada posisi di fret gitar (gambar kanan).
tersebut merupakan posisi senar dan fret pada gitar klasik. Tiga kolom
(dan satu kolom kecil untuk open string) menggambarkan fret 1-3
terdapat nada-nada yang ada dalam tangga nada C mayor. Nada pada
gitar dapat dimainkan dari posisi not pada garis paranada berdasarkan
bagan di atas. Sebagai contoh, jika terdapat not yang berada pada garis
paling atas dari garis paranada (nada F, lihat gambar 3.7) kita tinggal
mencari not dengan posisi seperti itu pada bagan. Kemudian dilihat
ada di posisi senar dan fret berapa not tersebut. Pada contoh, dapat
dilihat nada F (terletak pada garis paling atas dari paranada) berada
pada posisi senar 1 dan fret 1. Tentu memerlukan waktu yang lama
jika harus mencari not per not seperti itu dalam memainkan suatu
posisi di atas.
65
teratas/6). Juga dijelaskan nada-nada yang sama frekwensinya pada
senar yang berbeda. Senar open string akan menghasilkan nada yang
sama dengan senar di atasnya jika ditekan pada fret 5, kecuali pada
notasi standar yang memainkan nada pada posisi lain (tidak seperti
posisi standar pada gambar sebelah kanan) yang akan dibahas lebih
posisi senar yang berbeda dari posisi di atas. Misalkan saja nada E
atau bahkan senar 3. Untuk nada E pada senar 2 sudah tertera pada
gambar di atas, yaitu pada fret 5. Untuk mencari nada E pada senar 3
3 berada pada fret 9. Atau bisa juga dengan cara lain, yaitu
menghitung jarak nada open string pada senar 3 dengan nada E. Open
nada E pada senar 3 terhitung 9 fret dari nada G, yaitu fret ke-9.
Pada notasi gitar klasik, ada bentuk perlambangan yang dibuat untuk
memainkan nada dengan senar yang tidak sama dengan posisi standar.
66
ini menunjukkan di senar berapa nada tersebut dimainkan. Untuk lebih
Pada notasi di atas kita dapat melihat 2 not yang berfrekwensi sama
kecil di atas not tersebut, yaitu senar 3. Pada senar 3, nada B berada
pada fret 4.
67
BAB IV
Banyak sekali tehnik permainan pada gitar klasik, seperti slur, slide,
pizzicato dan lain-lain. Namun teknik permainan gitar klasik tidak semuanya
dapat terangkum dalam satu lagu dan tentu berbeda-beda teknik gitar klasik yang
dipakai antara satu lagu dengan lagu yang lainnya. Hal ini dikarenakan struktur
musik yang berbeda pada tiap lagu menghasilkan kebutuhan akan teknik
Pada bab IV ini, penulis ingin melihat teknik-teknik apa saja yang
digunakan oleh Iwan Tanzil dalam mengaransemen lagu Sipatokaan dan Bubuy
gaya permainan dari kedua lagu ini setelah diaransemen dengan melakukan
Partitur ini menjadi patokan penulis dalam menganalisis teknik dan gaya
permainan kedua lagu yang menjadi objek penelitian. Selain partitur dengan
sistem notasi barat di bawah, penulis juga akan menganalisis secara visual
68
69
70
71
72
73
74
4.2 Analisis Teknik Permainan
Dalam menganalisis teknik permainan pada kedua lagu yang menjadi objek
penelitian, penulis menggunakan teori teknik permainan gitar klasik dalam budaya
Barat. Salah satu buku yang memuat teori ini adalah Classic Guitar Course (T.
Koizumi, 1974). Buku yang menjadi pedoman penulis saat pertama kali
mempelajari gitar klasik ini, membahas teknik-teknik gitar klasik secara deskriptif
lagu Sipatokaan, yaitu staccato, ceja, dan strumming. Selanjutnya akan dilakukan
analisis dari ketiga teknik tersebut berdasarkan pengertian secara umum, gambar,
dan video15 yang penulis dapat dari internet, buku, ataupun dokumentasi pribadi.
4.2.1.1 Apagados
Pada lagu Sipatokaan, teknik apagados ditemukan pada birama ke-2 dan 4
(lembar pertama) dan birama ke-75 (lembar ketiga). Dalam notasi, apagados
Birama 1-4:
15
Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=jm9Awi4vl6s
16
Tanda untuk membuat jeda yang berbeda di not yang bersangkutan.
75
Birama 74 -75:
Apagados ialah teknik untuk memainkan not lebih pendek dari nilai yang
tertulis atau bisa juga dikatakan memainkan not dengan nilai sesingkat-
efek bunyi yang tersendat-sendat. Tidak hanya pada gitar klasik, teknik ini pun
sering digunakan di kalangan gitar elektrik. Dalam permainan elektrik, teknik ini
1. Menyentuh senar yang bergetar dengan jari kiri atau kanan untuk
menghentikan bunyinya (untuk not pada open string dan akor dengan
Pada birama 2 dan 4, not dengan staccato mark berada di posisi B (open
string senar 2) dengan nilai ketukan yang berbeda (not B pada birama ke-2
bernilai 1 ketuk dan bernilai ½ ketuk pada birama ke-4). Dapat dilihat pada notasi
di atas, staccato mark yang dilambangkan dengan tanda titik (tanda panah) berada
menjadi bernilai ¼ ketuk, maka bunyi dari nada tersebut dapat digambarkan
76
Birama ke-2:
ketuk.
Birama ke-4:
ketuk.
Birama ke-75:
ketuk.
77
4.2.1.2 Ceja
Teknik ini banyak ditemukan pada lagu Sipatokaan. Penulis melihat, ada 19
kali teknik ceja muncul dalam lagu ini. Oleh sebab itu penulis akan mengambil
dua contoh yang berbeda jenisnya, yaitu pada birama ke-29 (lembar pertama) dan
birama ke-43 (lembar kedua). Dalam notasi, ada beberapa cara untuk
melambangkan teknik ini. Yang paling sering digunakan adalah tanda “C” diikuti
angka yang menunjukkan posisi pada fret berapa teknik ini dimainkan. Namun
ada juga yang hanya sekedar menambahkan garis tegak lurus didepan not-not
Ceja adalah teknik untuk menekan beberapa (dua hingga enam) senar
dengan hanya menggunakan satu jari17. Teknik disebut juga dengan istilah barre.
Teknik ini, atau yang bisa disebut dengan teknik palang, mempunyai
beberapa cara khusus agar mendapatkan kualitas suara yang baik. Cara tersebut
antara lain:
17
Biasanya yang dipakai jari telunjuk. Namun terkadang pada beberapa lagu
fingerstyle/pop, banyak bagian teknik ceja yang memakai jari kelingking dan telunjuk secara
bersamaan. Biasa dimainkan untuk akor yang rumit.
78
1. Usahakan seluruh telunjuk kiri berada tepat di sisi fret (penekanan
tepat di atas fret akan menghasilkan suara yang tidak sempurna) yang
diinginkan.
saja.
menyakiti jari telunjuk. Terlebih jika terdapat lebih dari satu teknik ini
dalam satu lagu. Untuk perpindahan ceja secara langsung dari satu
kurang bagus. Namun sedikit tekanan dengan posisi yang tepat sudah
Berdasarkan jumlah senar yang ditekan, ceja dapat dibagi 2. Ceja yang
ditekan disemua senar (whole barre) dan tidak pada semua senar (half barre).
Kedua jenis teknik ini dapat dilihat pada kedua notasi yang telah disebutkan
Birama ke-29:
G# (senar 1 fret 4)
Pada birama ke-29, ada 2 not yang dimainkan menggunakan teknik ceja
(lingkaran merah). Not-not tersebut ialah G# dan B. Not G# berada pada senar 1
79
fret 4 dan not B berada pada senar 2 open string. Karena teknik ini hanya bisa
dilakukan pada nada di fret yang sama, maka dicari alternatif untuk nada B yang
berada pada posisi open string. Sehingga nada B yang digunakan adalah nada B
yang terdapat pada senar 3 fret 4 (fret yang sama dengan nada G#). Untuk lebih
Gambar 4.1
Half Barre
nada B
nada G#
Pada gambar di atas dapat dilihat teknik ceja yang digunakan untuk
menekan senar 1-3 pada fret 4. Walaupun hanya dua not pada notasi yang
80
dimainkan dengan teknik ini, nada D# yang berada di senar dua otomatis ikut
ditekan, tetapi tidak dipetik. Teknik palang dengan tidak menekan semua senar
Birama ke-43:
B (senar 1 fret 7)
B (senar 5 fret 2)
Pada birama ke-43, ada 3 not yang terlihat memakai teknik ceja dalam
Ketiga not pada birama ke-43 tersebut adalah nada B yang dimainkan di tiga
posisi berbeda (tiga nada yang sama dengan frekwensi yang berbeda). Nada B
tertinggi berada di fret ke-7, sudah tepat berdasarkan petunjuk posisi di atas. Nada
B yang berada di tengah berada di senar 2 open string. Perlu dicari posisi lain agar
bisa memenuhi syarat dalam memainkan teknik ini, yaitu harus berada pada satu
fret. Namun nada B yang dimaksud tidak terdapat pada fret ke-7 di senar
manapun. Jika melakukan teknik palang di fret 7, posisi terdekat nada tersebut
(bisa ditekan dengan jari lain selain telunjuk) adalah di posisi senar 4 fret 9. Jadi
nada tersebut bukan ditekan dengan telunjuk, tetapi jari manis atau tengah (untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah). Untuk nada B yang terendah,
berada di senar 5 fret 2. Untuk menyesuaikan ke teknik ceja pada posisi 7, nada B
81
Gambar 4.2
Barre
nada B
nada B
nada B
Pada gambar di atas dapat dilihat teknik ceja yang digunakan menekan
seluruh senar pada fret 7. Namun hanya ada 3 nada yang dibunyikan (dipetik), 2
nada yang ditekan dengan palang (nada B terendah, senar 6 fret 7 dan nada B
tertinggi, senar 1 fret 7) serta nada B yang ditekan dengan jari manis (senar 2 fret
9). Teknik ceja seperti ini, dengan menekan keenam/seluruh senar, disebut juga
dengan barre.
82
4.2.1.3 Strumming
Birama ke-104:
serentak. Ada yang menyebutnya teknik “genjrengan” atau kocokan. Teknik ini
teknik ini biasanya hanya menggunakan satu jari. Pada lambang notasi untuk
teknik ini, juga dibubuhkan jari yang akan melakukan teknik strumming.
Pada lagu Sipatokaan, teknik strumming ditemukan di bar ke-104. Pada bar
ini terlihat teknik ceja pada posisi ke-2 dimainkan dengan teknik strumming
dengan memakai jari P (jempol). Jempol memetik nada sol, re, fa, si, re, sol (akor
83
Gambar 4.3
Strumming
Birama ke-104 pada notasi menunjukkan enam nada yang akan dibunyikan
dengan teknik ini, yang dimulai dari senar 6 dan berakhir di senar 1. Strumming
hanya pergerakan jari, tetapi ayunan dari pergelangan tangan akan sangat
84
4.2.2 Analisis Teknik Permainan pada Lagu Bubuy Bulan
permainan pada lagu ini, yaitu scordatura, sul ponticello, harmonik, slur, trill, dan
berdasarkan pengertian secara umum, gambar, dan video19 yang penulis dapat dari
4.2.2.1 Scordatura
Pada notasi lagu Bubuy Bulan, teknik ini dijelaskan di bagian awal lagu.
Juga muncul di bagian tengah lagu, yaitu birama ke-22, yang jarang terjadi
digunakan sebanyak lebih dari satu kali pada suatu komposisi untuk gitar klasik.
Birama ke-22:
19
Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=ODwwigMa9P0
85
Scordatura sering juga disebut dengan penalaan alternatif. Teknik ini
merupakan penalaan/tuning dengan urutan nada yang tidak sama dengan nada-
dan sulit dihasilkan dengan tala standar. Teknik ini juga dapat mempermudah jari
tangan kiri gitaris untuk menghasilkan musik yang tidak bisa dihasilkan dengan
penalaan standar.
Formula yang paling banyak dijumpai untuk teknik ini adalah ebgdad.
Hanya menurunkan senar 6 sebanyak satu laras dari “e” menjadi “d”. Hal ini biasa
dilakukan dalam lagu dengan nada dasar D atau Dm(F). Bertujuan untuk
mempermudah memainkan nada bass di nada “d” (senar 6). Berikut penalaan lain
- D, A, G, D, A, D - E, B, G#, E, B, E
senar yang berbeda tuning nya dengan penalaan standar, yaitu senar 3 dan 4
(masing-masing lebih tinggi 1 laras, nada G pada senar 3 menjadi A dan nada D
pada senar 4 menjadi E). Petunjuk penalaannya dijelaskan di awal lagu. Notasi
partitur dua senar yang ditala tetap dituliskan seperti nada standar open string
pada gitar. Hal ini untuk memudahkan gitaris membaca partitur tersebut.
birama ke-22. Gambar notasi yang lebih kecil pada gambar menunjukkan senar 1
86
(nada E) ditala menjadi nada B. Hal ini mengakibatkan senar 1 dan 2 memiliki
nada yang sama, sehingga menimbulkan unisono20 pada bar selanjutnya. Istilah
bebas oleh pemain. Hal ini untuk memudahkan pemain dalam melakukan
penalaan pada pertengahan lagu. Mano sinistra adalah tangan kiri dalam bahasa
Italia. Maksudnya disini adalah gitaris melakukan penalaan dengan tangan kiri
dikarenakan tangan kanan masih memainkan bagian notasi pada gambar. Hal ini
untuk menghindari kesan “kosong” pada lagu. Untuk lebih jelas lagi, notasi ini
partitur.
kedua lagu Bubuy Bulan. Di bawah garis paranada tersebut terdapat tulisan dalam
bahasa Jerman dan Inggris yang menunjukkan cara menurunkan tala senar 1. Jika
diartikan, arti dari kalimat tersebut ialah, “gunakan tangan kiri untuk menurunkan
Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada gambar di bawah. Gambar di bawah
merupakan foto Iwan Tanzil saat memainkan bagian lagu sambil melakukan
teknik scordatura.
20
Dua not identik yang dimainkan/dibunyikan bersamaan.
87
Gambar 4.4
Tangan
kiri melakukan
tuning
Tangan kanan
tetap memetik
Sumber: www.youtube.com
Pada lagu Bubuy Bulan teknik ini muncul sebanyak tiga kali, yaitu pada
Birama ke-51:
88
Pada dasarnya, pemain gitar klasik dianjurkan untuk memetik gitar di depan
lubang resonator. Selain untuk mendapatkan suara yang lembut, hal ini juga
dimaksudkan kepada gitaris pemula karena memetik gitar di posisi tersebut lebih
1. Sul Tasto, adalah teknik memetik senar pada bagian tengah gitar.
Gambar 4.5
Sul Tasto
89
Gambar 4.6
Sul Ponticello
Sul Ponticello adalah salah satu cara yang digunakan gitaris untuk
Pada bagian awal lagu Bubuy Bulan, diinstruksikan untuk memainkan lagu
ini pada posisi sul ponticello. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tulisan “sul
pont” di bawah garis paranada pada gambar. Juga muncul kembali pada birama
ke-42 dan 51. Teknik ini biasanya dilakukan pada satu bagian lagu, bukan hanya
21
Warna suara/tone colour Definisi timbre. Timbre dipengaruhi oleh cara bergetarnya suatu
sumber bunyi. Timbre terjadi karena banyaknya nada tambahan yang menyertai nada dasarnya.
Misalkan seorang pria dan wanita menyanyikan sebuah nada dengan frekwnsi yang sama, akan
tetap dapat dibedakan karena adanya warna suara tersebut.
90
Gambar 4.7
Sumber: www.youtube.com
4.2.2.3 Harmonik
Pada lagu Bubuy Bulan, teknik harmonik ditemukan pada awal dan akhir
lagu. Teknik ini ditandai dengan lambang not yang berbentuk belah ketupat bukan
Birama ke-1:
91
Birama ke-62:
Harmonik adalah efek nada menyerupai suara harpa pada gitar yang didapat
dari memetik nada di posisi tertentu dan menggunakan teknik tertentu. Teknik ini
harmonik yang baik, jari harus menyentuh senar tepat diatas bilah besi.
dilakukan pada fret tertentu, yaitu fret 3, 4, 5, 7, 9, 12, 16, 19, dan 24.
open string.
22
Salah satu jenis dari interval. Interval adalah jarak yang terbentang antara dua not.
Interval dinamai dengan bilangan yang menyatakan urutan not kedua dari not pertama. Contoh: C
ke C disebut unison, C ke D (1 laras) disebut major second, C ke E (2 laras) disebut major third, C
ke F (2 laras) disebut major fourth, C ke G (3 laras) disebut perfect fifth, C ke A (4 laras)
disebut major sixth, C ke B (5 laras) disebut major seventh, dan terakhir C ke C tinggi (6 laras)
disebut perfect eight atau oktaf.
92
- Harmonik 3 menghasilkan nada perfect fifith dari harmonik 5.
artifisial dari nada G (senar 1, fret 3), maka kita melakukannya dengan
cara menekan nada G pada senar 1 fret 3, menyentuh nada oktaf nya
khusus dalam pemakaian jari tangan kanan. Hal ini disebabkan tangan
23
Nada oktaf dalam satu senar berada di fret ke 12 setelah nada tersebut. Misal nada F
(senar 1, fret 1), nada oktafnya berada di fret ke 13 (fret 1 + 12). Hal ini didapatkan dari interval
oktaf yang berjarak 6 laras, sehingga jarak di gitar adalah 12 fret.
93
Dalam pemakaiannya, harmonik sering dipadukan dengan petikan akor dan
bass dengan jempol. Harmonik yang dimainkan bersamaan dengan petikan normal
Dalam notasi, harmonik ditandai dengan kata harm atau arm. Biasanya
disertai juga dengan nomor senar yang akan dipetik dan nomor fret dimana posisi
nadanya akan dimainkan. Namun sudah banyak partitur yang meninggalkan cara
ini. Tanda harm/arm dihilangkan, digantikan menjadi not yang berbentuk belah
ketupat sebagai tanda dimainkan dengan teknik harmonik, dengan not berwarna
putih untuk melambangkan natural harmonic dan not warna hitam untuk
Pada birama ke-1, jelas terlihat jika 10 not seperenambelas pertama dan not
seperempat didepannya berbentuk belah ketupat, tidak bulat seperti not yang
harmonik pada posisi/fret 12 (ceja) dengan jari kelingking (4) dan dipetik dengan
jempol (p). Namun terdapat sedikit kesalahan dalam pengetikan notasi tersebut.
Berdasarkan video yang penulis lihat, harmonik pada bagian tersebut dimainkan
dengan teknik harmonik natural. Hal ini tidak sesuai dengan partitur yang
nada-nada tersebut tidak memerlukan penekanan fret dengan tangan kiri (open
string). Oleh karena itu tangan kiri dapat langsung melakukan penyentuhan di fret
yang dimaksud. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah.
94
Gambar 4.8
Jika pada awal lagu ini terdapat teknik harmonik natural, di akhir lagu
terdapat harmonik artifisial yang dipadukan dengan teknik trill. Pada birama
terakhir ini terlihat 5 not seperempat yang dimainkan dengan harmonik artifisial.
Juga tiap not dilengkapi dengan petunjuk di senar berapa dan di fret berapa not
tesebut dimainkan.
Kita ambil contoh not pertama yang dimainkan dengan teknik artifisial.
Terdapat petunjuk senar dan di fret berapa nada A dimainkan. Dalam aturan posisi
dasar dalam gitar klasik, nada si seperti di partitur tersebut dimainkan di senar 3
Kemudian di bawah not si tersebut juga terdapat angka 19 beserta huruf “i” dan
“a”. Maksud dari angka 19 adalah teknik penyentuhan senar dalam harmonik
95
artifisial di senar oktaf dari not dasarnya (fret 7 + 12 = 19). Huruf “i”
melambangkan dengan jari yang dipakai untuk melakukan teknik penyentuhan ini
(telunjuk) dan huruf “a” melambangkan jari yang dipakai untuk memetik (manis).
Begitulah dasar penjelasan untuk not-not dalam bar tersebut yang dimainkan
dengan teknik harmonik artifisial seterusnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Gambar 4.9
sewaktu tangan kiri menekan nada A di senar 4 fret 7. Untuk mendapatkan suara
yang maksimal, biasanya setelah memetik, jari yang menyentuh dengan cepat
diangkat.
96
4.2.2.4 Slur
Teknik ini banyak ditemukan pada lagu Sipatokaan. Penulis melihat, ada 30
kali teknik slur muncul dalam lagu ini. Oleh sebab itu penulis akan mengambil
dua contoh yang berbeda jenisnya, keduanya berada pada satu birama ke 40.
Dalam notasi teknik ini ditandai dengan garis melengkung di atas/bawah dua not
atau lebih.
Birama ke-40:
Slur ialah teknik membunyikan dua not atau lebih dengan bunyi yang
Cara memainkan teknik ialah sebagai berikut. Not pertama di petik dengan
cara biasa. Not kedua (ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya jika lebih dari dua
not) dibunyikan dengan jari tangan kiri memakai 2 cara, yaitu: 1) mengetuknya
(hammer-on/tapping) bila not tersebut lebih tinggi dari not di depan nya, 2)
memetiknya (pull-off) bila not tersebut lebih rendah dari not di depan nya. Bisa
disimpulkan, pada teknik slur pembuat suara dari not ke-2 dan seterusnya adalah
jari pada tangan kiri. Untuk teknik permainan yang lebih tinggi, rangkaian not
97
yang dimainkan dengan teknik ini dapat diperbanyak dan dipadukan dengan
Notasi di atas merupakan birama ke-40 dari lagu Bubuy Bulan. Pada birama
tersebut terdapat dua teknik slur, yaitu hammer-on dan pull-off. Teknik yang
dimainkan dari nada rendah (F) ke nada yang lebih tinggi (A). Selanjutnya
digunakan teknik pull-off. Nada yang dimainkan pada teknik ini dimulai dari nada
Gambar 4.10
Hammer-on
24
Membunyikan serangkaian nada dengan hanya memakai jari kiri, tanpa melibatkan jari
kanan. Menggunakan kombinasi teknik hammer on dan pull off. Dapat dimainkan tersendiri atau
diberi tambahan iringan dengan petikan jari kanan.
98
Gambar 4.11
Pull-off
4.2.2.5 Trill
Sebanyak tiga kali teknik ini muncul pada lagu Bubuy Bulan, yaitu birama
ke-2, 4 dan 62. Teknik trill ditandai dengan “tr” dan garis bergelombang.
Birama ke-4:
99
Trill adalah teknik memainkan sebuah not dengan not yang lebih tinggi
secara berulang-ulang dengan tempo yang cepat. Walaupun dengan tempo yang
cepat, lamanya not yang dimainkan harus tetap diperhatikan. Lamanya not tetap
Teknik ini hampir menyerupai slur namun dengan 2 not yang “itu-itu saja”.
Cara memainkannya pun sama. Nada pertama dengan petikan biasa, dan
seterusnya dengan teknik hammer on dan pull off yang secara bergantian dan
terus-menerus dalam jangka waktu yang ditentukan oleh nilai not tersebut. Biasa
Pada notasi di atas terdapat tiga teknik trill yang dimainkan pada lagu
Bubuy Bulan. Pada paragraf ini akan diambil satu saja contoh dari ketiga notasi
tersebut yaitu pada notasi pertama. Pada birama kedua, nada yang dimainkan
dengan teknik trill adalah nada E (senar 1 fret 12) bernilai 3 ketuk. Nada ini
dipetik, kemudian dilakukan teknik hammer on untuk not yang satu tingkat lebih
tinggi pada tangga nada tersebut, yaitu nada F yang berada satu fret di depannya
(fret 13). Selanjutnya digunakan teknik pull off untuk membunyikan kembali nada
lain, hanya nada pertama saja yang dibunyikan dengan menggunakan petikan
tangan kanan. Tentu saja semua teknik slur ini dimainkan dengan tempo yang
cepat (secepat yang pemain bisa). Begitu seterusnya hingga 3 ketuk berakhir.
Dengan asumsi pemain dapat memainkan 4 nada dengan teknik ini dalam 1 ketuk,
hasil dari teknik ini pada lagu Bubuy Bulan dapat digambarkan pada notasi
berikut.
100
Birama ke-2:
Birama ke-4:
Birama ke-62:
101
Terdapat sedikit perbedaan pada birama ke-62. Seharusnya teknik ini
memainkan satu nada dengan nada yang lebih tinggi satu tingkat dari nada
pertama pada tangga nada yang sama. Jika nada pertama adalah A, seharusnya
nada berikutnya adalah B. Namun dengan adanya simbol not Bb pada birama
Gambar 4.12
Trill
4.2.2.6 Glissando
Lagu Bubuy Bulan menggunakan sebanyak tiga kali teknik glissando, yaitu
pada birama-18, 32, dan 37. Pada notasi, teknik ini ditandai dengan “gliss” dan
102
Birama ke-18: Birama ke-32:
Birama ke-37:
Glissando adalah teknik meluncur (glide) dari satu not ke not berikutnya.
Teknik ini dilakukan pada 2 not dalam satu senar dengan cara memetik not
pertama lalu menggeser (meluncur) jari kiri ke not berikutnya tanpa dipetik
Suara yang dihasilkan oleh not kedua berasal dari “sisa” getaran saat memetik not
pertama. Teknik yang sering juga disebut dengan slide ini, dapat juga
Glissando pada garis birama ditandai dengan garis melengkung di atas garis
lurus. Atau bisa juga garis lurus yang memanjang diantara dua not yang
bersangkutan disertai “gliss” di atas not tersebut. Jika tanpa tanda “gliss”, maka
garis yang menghubungkan not-not tersebut hanya berarti kesamaan jari tangan
kiri dalam menekan not-not tersebut. Bisa juga dengan hanya membuat garis
103
Pada bagian notasi dari lagu Bubuy Bulan di atas, terdapat tiga teknik
glissando yang dimainkan. Pada paragraf ini, hanya akan diambil satu contoh saja,
yaitu pada birama ke-18. Ada dua nada yang dimainkan dengan teknik ini, yaitu F
dan C. Nada F diminta untuk dimainkan dengan teknik ini menuju nada A,
sedangkan nada C menuju nada E. Nada F (senar 1 fret 1) dan C (senar 2 fret 1)
dipetik secara bersamaan selama 1 ketuk. Setelah itu, kedua jari yang menekan 2
senar pada nada F dan C tadi, di”luncur”kan ke nada-nada tujuan pada senar yang
Gambar 4.13
104
4.3 Analisis Gaya Permainan
Bulan, penulis akan melakukan identifikasi terhadap melodi, ritem, dan akor pada
tinggi rendahnya nada ditentukan oleh letak not tersebut dalam garis paranada.
Pada permainan gitar dengan konsep gitar tunggal seperti lagu Sipatokaan
dan Bubuy Bulan, melodi lagu sebagian besar dimainkan bersamaan dengan akor
dan bass. Dalam notasi gitar klasik, melodi ditandai dengan not dengan tungkai ke
Dalam menganalisis, ada tiga hal penting yang akan dibahas yaitu bentuk,
frasa, dan motif. Bentuk adalah suatu aspek yang menguraikan tentang organisasi
musikal. Unit terkecil dari suatu melodi disebut dengan motif, yaitu tiga nada atau
lebih yang menjadi ide sebagai pembentukan melodi. Gabungan dari motif adalah
semi frasa, dan gabungan dari semi frasa disebut dengan frasa (kalimat).
The Near East and Asia (1977:8), bentuk dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
105
2. Ireratif, yaitu suatu bentuk nyanyian yang menggunakan formula melodi
keseluruhan nyanyian.
4. Strofic, yaitu apabila bentuk nyanyian diulang dengan formalitas yang sama
unit.
Dalam hal ini penulis membagi bentuk dalam lagu-lagu yang dianalisa
dengan patokan poin kedua diatas, yaitu membagi dengan berdasarkan frasa-frasa
istirahat.
106
4.3.1.1 Analisis Melodi pada Lagu Sipatokaan
dipisahkan dari partitur hasil aransemen dalam bentuk gitar tunggal. Berikut
hasilnya.
Dari notasi di atas, terdapat 3 frase yang ada dalam melodi lagu Sipatokaan.
Frase A dimulai dari birama pertama sampai 8, frase B dimulai dari birama ke-9
sampai 17, dan frase C dimulai dari birama ke-17 sampai birama terakhir.
Terdapat dua jenis bentuk menurut Malm dalam melodi lagu ini, yaitu
repetitif dan reverting. Bentuk repetitive terdapat pada frase A yang mengalami
Sebelum melakukan analisis melodi, melodi inti lagu Bubuy Bulan akan
dipisahkan dari partitur hasil aransemen dalam bentuk gitar tunggal. Berikut
hasilnya.
107
Dari notasi di atas, terdapat 6 frase yang terdapat dalam melodi lagu Bubuy
Bulan. Frase A dimulai dari birama pertama sampai ke-5, frase B dimulai dari
birama ke-5 sampai 9, frase C dimulai dari birama ke-11 sampai 14, frase D
dimulai dari birama ke-15 sampai 18, frase E dimulai dari birama ke-19 sampai
22, dan frase F dimulai dari birama ke-23 sampai birama terakhir.
Sama seperti pada lagu sebelumnya, yaitu lagu Sipatokaan, terdapat dua
jenis bentuk menurut Malm dalam melodi lagu ini, yaitu repetitif dan reverting.
pada frase C yang mengalami pengulangan pada frase E, namun sedikit berbeda
pada melodi akhirnya. Jika frase E yang merupakan bentuk reverting dari frase C
diganti menjadi frase , maka bentuk keseluruhan dari lagu tersebut adalah A-B-
A-B-C-D- -F.
108
4.3.2 Analisis Akor
Pada sub bab ini, akan dilakukan identifikasi terhadap akor dalam lagu
Sipatokaan dan Bubuy Bulan. Maksud dari identifikasi di sini adalah mencari
akor-akor apa saja yang ada dalam lagu tersebut dan menganalisis nama dari akor-
berdasarkan dua partitur lagu yang menjadi objek penelitian (halaman 70-75).
Akor adalah kesatuan bunyi dalam musik yang mengandung 3 nada atau
lebih. Kombinasi jarak antar not menentukan nama akor bersangkutan. Terdapat
dua jenis akor yang paling sering digunakan dalam musik Barat, yaitu mayor dan
minor. Akor mayor terdiri dari nada do, mi, dan sol (1, 3, 5), dan akor minor
terdiri dari nada do, ri, dan sol (1, 3b, 5). Tetapi bila trinada dasar mendapat
tambahan nada baru, namanya akan berubah sesuai not yang ditambahkan.
- Dominan 7 (C7) = 1, 3, 5, 7b
- Mayor 6 (C6) = 1, 3, 5, 6
109
- Minor 13 (Cm13) = 1, 3b, 5, 7b, 9, 11, 13
Angka 9, 11, dan 13 menunjukkan urutan not dihitung dari not dasar (1)
atau yang sering kita sebut dengan root (akar). Contohnya dalam akor Cmaj9, not
ke-9 dihitung dari C (1) yang merupakan root. Dengan begitu, Cmaj9 akan berisi
C, E, G, B, D.
Pada gitar, sulit untuk mempraktekkan bunyi semua not ini. Karena itu ada
sebagian not-not yang dihilangkan. Contoh pada akor C11, di gitar cukup dengan
memainkan nada C, Bb, D, dan F (1, 7b, 9, dan 11). Meski tidak lengkap, namun
bunyi yang dihasilkan sudah cukup efektif untuk memenuhi fungsinya sebagai
akor dominan.
biasanya dengan melihat nada dasar (root) yang dipakai sebagai root chord
stratum/bass stratum dan trinada dari hasil inversi bass stratum atau yang biasa
disebut dengan chord stratum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah.
Melody Stratum
Chord Stratum
Bass Stratum
110
4.3.2.1 Analisis Akor pada Lagu Sipatokaan
Penulis melihat ada 5 jenis akor dalam lagu Sipatokaan, yaitu B mayor, B
dominan 7, F# mayor, F#7, dan E mayor. Semua akor itu bisa saja muncul lebih
dari satu kali, oleh karena itu akan diambil contoh pada satu birama saja.
F# = 5
B=1
B7 (birama ke-36):
D# = 3
A = 7b
B=1
C# = 5
F# = 1
F# = 1
A# = 3
E = 7b
F# = 1
B=5
E=1
111
Pada akor F# dan B# di atas, hanya ada dua jenis nada yang menjadi
formulanya, yaitu nada 1 dan 5 saja. Biasanya dengan formula 1 dan 5, bisa
teridentifikasi 2 kemungkinan akor, yaitu akor mayor dan minor. Namun dengan
melihat tangga nada (tangga nada B mayor) pada notasi ini, akor minor harus
menambahkan nada 3b. Sehingga kedua akor di atas adalah akor mayor.
Penulis melihat ada 3 jenis akor dalam lagu Bubuy Bulan, yaitu A minor, D
minor, dan E suspended. Semua akor itu bisa saja muncul lebih dari satu kali,
oleh karena itu akan diambil contoh pada satu birama saja.
E=5
A=1
F = 3b
A=5
D=1
B=5
A=4
E=1
25
Seharusnya nada G, tetapi karena teknik scordatura yang telah dibahas sebelumnya
menyebabkan not ini menjadi nada A. Begitu juga not D pada notasi, dalam prakteknya menjadi
nada E.
112
Pada akor A minor di atas, hanya ada dua jenis nada yang menjadi
formulanya, yaitu nada 1 dan 5 saja. Biasanya dengan formula 1 dan 5, bisa
teridentifikasi 2 kemungkinan akor, yaitu akor mayor dan minor. Namun dengan
melihat tangga nada (tangga nada C mayor) pada notasi ini, akor mayor harus
Pada akor D minor dan Esus, akor dimainkan dengan teknik arpeggio.
Teknik ini adalah teknik memainkan nada-nada pada akor dengan memetiknya
Ritem adalah variasi lamanya bunyi not dimainkan. Ritem menurut penulis
adalah unsur yang paling penting dalam musik. Sekumpulan ritem saja akan
menghasilkan musik yang masih indah jika didengar walau tanpa melodi. Namun
hasilnya tidak akan sama jika memainkan serangkaian melodi tanpa ritem..
Dalam menganalisis ritem lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan ini, penulis
melakukan pendekatan dengan melihat tempo dan pola ritem yang digunakan.
Tempo akan dijelaskan dengan mengacu pada simbol “M.M.” pada awal lagu,
sedangkan dalam menganalisis pola ritem kedua lagu tersebut penulis akan
menampilkan ritem iringan pada notasi yang baru. Kemudian akan dicari motif
Pada notasi ini, ada dua simbol dalam bentuk not. Not yang berada pada
garis paranada paling atas melambangkan chord strattum, sedangkan not yang
113
4.3.3.1 Analisis Ritem pada Lagu Sipatokaan
Sipatokaan dengan “memisahkan” ritem notasi chord stratum dan bass stratum
dari partitur aransemen Iwan Tanzil. Hasilnya dapat dilihat pada notasi di bawah
ini.
Tempo pada notasi di atas menunjukkan angka 126. Angka ini menunjukkan
bahwa pada lagu tersebut setiap satu menit terdapat 126 ketukan. Dengan tanda
birama menunjukkan angka 2/4, maka dengan kata lain 63 birama dari lagu ini
114
membahas bagian per bagian dari lagu ini. Bagian-bagian tersebut adalah intro
(birama 1-19), awal lagu (birama 20-28), dan bagian refrain (birama 29-44).
- Motif A - Motif B
- Motif A2 (pengembangan A)
Setelah ditentukan motif dari ritem pada intro, dapat ditentukan pola
ritemnya. Pola ritem pada bagian intro lagu Sipatokaan adalah A-A-B-A1-A1-A1-
B-C-A2.
- Motif D
Setelah ditentukan motif dari ritem pada bagian awal lagu, dapat ditentukan
pola ritemnya. Pola ritem pada bagian awal lagu Sipatokaan adalah D-D-D-D dan
115
3. Bagian refrain, terdapat 2 motif:
Setelah ditentukan motif dari ritem pada bagian refrain lagu, dapat
ditentukan pola ritemnya. Pola ritem pada bagian refrain lagu Sipatokaan adalah
Bubuy Bulan dengan “memisahkan” ritem notasi chord stratum dan bass stratum
dari partitur aransemen Iwan Tanzil. Hasilnya dapat dilihat pada notasi di bawah
ini.
116
117
Tempo pada notasi di atas menunjukkan angka 72. Angka ini menunjukkan
bahwa pada lagu tersebut setiap satu menit terdapat 72 ketukan. Dengan tanda
birama menunjukkan angka 4/4, maka dengan kata lain 18 birama dari lagu ini
membahas bagian per bagian dari lagu ini. Bagian-bagian tersebut adalah intro
(birama 1-25), awal lagu (birama 26-41), dan bagian refrain (birama 42-63).
- Motif A - Motif B
- Motif C - Motif D
karakteristik yang sama, yaitu pada ketiga birama bermotif C (birama ke-10, 19,
dan 21) pengiring hanyalah bass stratum. Sedangkan pada keempat birama
bermotif D (birama ke-12, 14, 16, dan 18) pengiring hanyalah berupa chord
118
stratum karena senar rendah (bass stratum) berganti peran menjadi pembawa
melodi.
Setelah ditentukan motif dari ritem pada bagian intro lagu, dapat ditentukan
pola ritemnya. Pola ritem pada bagian intro lagu Bubuy Bulan adalah A-A-C-A-
D-A-D-A1-D-A1-D-C-A1-A1-C-C-B-B-B-B-B1-B1-B1-B1.
- Motif E - Motif F
untuk “mengantar” kepada motif yang baru. Motif-motif pengantar ini hanya
dari motif sebelumnya. Motif F1 juga menjadi pengantar bagi motif pada bagian
melodi dalam lagu ini, namun dalam motif ritem yang berbeda (variasi 1dan 2).
Setelah ditentukan motif dari ritem pada bagian awal lagu, dapat ditentukan
pola ritemnya. Pola ritem pada bagian awal lagu Bubuy Bulan adalah E-E-E-E-E-
E-E-E1-F-F-F-F-F-F-F-F1.
119
3. Bagian refrain, terdapat 8 motif:
- Motif I
- Motif I1
Sama dengan bagian awal lagu, pada bagian ini pengembangan dari motif
dalam 2 kali pengulangan bagian melodi refrain. Pada refrain pertama, digunakan
120
variasi ritem 3 dan 4. Sedangkan pada pengulangannya, digunakan variasi 5 di
Setelah ditentukan motif dari ritem pada bagian refrain lagu, dapat
ditentukan pola ritemnya. Pola ritem pada bagian refrain lagu Bubuy Bulan adalah
G-G-G-G1-H-H-H-H1-I-I-I-I-I-I-I1-E1-E1-E11-E11.
121
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
lagu Sipatokaan dan Bubuy Bulan aransemen Iwan Tanzil pada bab sebelumnya,
menekan lebih dari satu senar hanya dengan satu jari. Ini
memungkinkan jari lain dapat menekan posisi yang lain. Teknik ini
jauh. Pada lagu Bubuy Bulan yang bernada dasar A minor, rasanya
tidak mungkin untuk memainkan melodi pada fret yang jauh jika senar
3 dan 4 tidak ditala menjadi nada A dan E. Fungsi nomor dua pada
122
bunyi di gitar. Strumming membuat “rasa” yang berbeda dengan
tersendiri bagi permainan gitar klasik. Namun ada jug yang memiliki
memproduksi nada. Pemain tidak perlu lagi bermain pada posisi fret
ritem, terdapat banyak jenis petikan baik dari lagu Sipatokaan maupun
123
menyusul dengan nada yang lebih tinggi tetapi tetap pada senar
mars26. Namun pada melodi dan akor, tidak banyak perubahan yang
berarti. Melodinya tidak banyak berubah dari lagu aslinya karena tidak
monoton). Akor-akor yang dipakai pun hanya sebatas akor mayor dan
minor. Terhitung hanya sekali dipakai akor selain mayor minor pada
setiap lagu. F#maj7 pada bagian akhir lagu Sipatokaan dan Asus4
pada birama ke-31 lagu Bubuy Bulan. Namun berbicara tentang lagu
gitar klasik dengan irama khas Sunda pada birama ke-8 sampai 25.
menyimpulkan bahwa arranger dari kedua lagu ini, Iwan Tanzil, ingin
tetap mempertahankan rasa dan suasana asli dari kedua lagu daerah
tersebut.
26
Musik untuk mengiringi parade/prosesi dengan birama 2/4, 4/4, atau 6/8 yang
mempunyai aksen di setiap ketukannya.
27
Perubahan nada dasar dalam satu komposisi.
124
DAFTAR PUSTAKA
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York: The Free
Press of Glencoe.
Malm, William P. 1977. Music Cultures of The Pasific, The Near East, and Asia.
New Jersey: Prentice Hall. Terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh
Muhammad Takari, 1993. Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah,
dan Asia. Medan: Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
Harahap, Irwansyah. 2004. Alat Musik Dawai. Medan: Lembaga Pendidikan Seni
Nusantara.
Sumber Internet
http://www.notasimusik.com
http://www.jubing.net
http://www.chordwizard.com/theory.html
125
DAFTAR INFORMAN
Alamat : Jerman
Alamat : Jakarta
Alamat : Medan
Alamat : Medan
Alamat : P.Siantar
126
Lampiran
127
128
129
130
131