Anda di halaman 1dari 25

Dari Penulis

Kami para penulis mengucapkan syukur alhamdulillah, atas karunia


Allah Subhana Wata’ala yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-
Nya, terutama dalam konteks menulis buku ini. Walaupun telah puluhan
tahun kami mengumpulkan data, namun dalam masa yang relatif singkat
dan kesibukan sosial yang padat, kami diberi Allah kekuatan, kesehatan,
dan ilmu untuk dapat menyelesaikan penulisan buku ini.
Dalam rangka penulisan buku ini kami mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada segenap keluarga O.K. Adram dan Guru
Sauti di wilayah budaya Serdang, atas segala informasinya mengenai
kedua tokoh yang identik dengan Serampang Dua Belas. Demikian pula
para seniman ronggeng Melayu yang telah memberikan data-data
keilmuan kepada kami, yang tidak disebutkan satu per satu.
Terima kasih yang sebesar-besarnya diucapkan kepada rekan-rekan
di Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah meluangkan waktunya dalam
rangka mendiskusikan materi keilmuan di dalam buku ini. Terima kasih
pula kepada semua organisasi Melayu dan masyarakat Melayu pada
umumnya, yang telah sudi memberikan dukungannya dalam konteks
penelitian dan penulisan buku ini.
Terima kasih kepada segenap Pengurus Besar Majelis Adat Budaya
Melayu Indonesia (MABMI), yang dinakhodai oleh Dato’ Seri Syamsul
Arifin, S.E. Gelar Datuk Lelawangsa Sri Hidayatullah (Suku Melayu
Sahabat Semua Suku). Demikian pula para pendiri dan pengurus majelis
ini, di antaranya T. Yos Rizal (Ketua Pelaksana Harian), Muhammad
Yamin, Yuscan, Tengku Liza Nelita (di bawah Departemen Adat, Seni,
dan Budaya), dan semua pengurus yang tidak disebutkan satu per satu.
Majelis ini mendukung kami para penulis untuk meneliti dan menerbitkan
buku yang bertema rongggeng dan Serampang Dua Belas ini, sebagai
ikon, indeks, dan simbol budaya Melayu Sumatera Timur.
Seterusnya, terima kasih diucapkan kepada entu kami Allahyarham
Tengku Luckman Sinar, yang di akhir-akhir masa hidupnya
mengamanahkan kepada kami untuk terus “menjaga” kelestarian budaya
Melayu. Buku ini kami tulis dalam konteks amanah tersebut. Semoga
Allah menerima entu dalam sisi-Nya, diterima segala pahala semasa di
dunia, dan diampunkan segala dosa-dosanya. Juga kepada keluarga besar
entu, semoga terus melanjutkan cita-cita yang entu arahkan, terutama
mengekalkan budaya Melayu dalam semua konteks sosiobudayanya.
Selanjutnya diucapkan terima kasih kepada Dewan Kesenian Medan
(DKM) yang telah menyelenggarakan Seminar Internasional Serampang
Dua Belas tahun 2006 yang lalu, yang memotivasi kami lebih jauh untuk
mengembangkan dan menuliskan makalah kami dalam seminar tersebut
dalam bentuk buku seperti ini. Di antara pengurusnya adalah Ibu Anita
Daryatmo yang sangat perduli kepada eksistensi Serampang Dua Belas.
Demikian pula sahabat kami, Ben Marojahan Pasaribu yang telah
menggagas seminar ini dan juga berkeinginan untuk menerbitkan
makalah dalam seminar dimaksud, namun sebelum terwujud, beliau telah
dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Semangat dan cita-cita beliau
itu kemudian kami teruskan hingga terbitnya buku ini. Demikian pula
kepada Drs. Asmadi yang juga sebagai penggagas seminar dimaksud,
yang telah bersusah payah menghadirkan para pemakalah dan peserta
seminar. Tentu saja kepada semua pengurus Dewan Kesenian Medan,
yang telah memperhatikan begitu dalam eksistensi Serampang Dua
Belas.
Ucapan terima kasih juga kepada semua narasumber, yang telah
memberikan data-data mengenai ronggeng dan Serampang Dua Belas. Di
antaranya adalah O.K. Zubaidi, Jose Rizal Firdaus, S.H., Singah Zakaria,
Linda Asmita, Nasri Efas, O.K. Thamrin, Tengku Sitta Saritsyah, Tengku
Muhammad Danil, Anjang Nurdin Paitan, Ahmad Setia, Yunil Azlan,
Datuk Abdurrahman, Nafsiah, Nurjanah, Sumarni, Sirtoyono, Tengku
Liza Nelita, dan lain-lainnya.
Secara khusus kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada A. Rahim Noor dan Salim A.Z., yang menulis buku bertajuk Sembilan
Tari Wajib Melayu (1984) yang khusus kami kutip tulisannya dalam
mendeskripsikan Serampang Dua Belas. Demikian pula kepada
Abangnda kami Jose Rizal Firdaus, S.H., yang tulisannya bertajuk
“Teknik Serampang 12 Karya Sauti” yang dipaparkan dalam Seminar
Internasional Serampang 12 tahun 2006 yang lalu, yang kami kutip
secara rinci, khususnya pada bahagian dekripsi kalimat demi kalimat
untuk kedua belas ragam tarian ini. Kedua tulisan ini sangat berguna bagi
kami, dalam mendeskripsikan gerak-gerak tarian ini baik secara umum
atau detil hitungan demi hitungan. Semoga Allah melimpahkan hidayah
dan ilmu kepada penulis dimaksud dan sekali gus tokoh bagi
perkembangan eksistensi kesenian Melayu, termasuk Serampang Dua
Belas.
Terima kasih yang setulusnya diucapkan kepada dua seniman penari
Serampang Dua Belas yang menjadi model dalam buku ini, khususnya
untuk deskripsi tari tersebut. Keduanya adalah Romi Maghribi Ghazali
Aziz dan Kharisma. Foto-foto keduanya diabadikan di kediaman Pak
Fadlin.
Kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
Kelompok Seni Cempaka Deli di bawah arahan Pengurus Besar Majelis
Adat Budaya Melayu, yang telah sudi memberikan informasi dan
menyajikan kesenian-kesenian Melayu Sumatera Utara ke berbagai
tempat di dunia ini, termasuk seni ronggeng dan Serampang Dua belas.
Kelompok ini dipimpin oleh A. Zaidan B.S., dan didukung oleh para
pengurus dan senimannya seperti Datuk Ahmad Fauzi, Ir. Mulkan Azhar,
Ahmad, Eva Gusmala Yanti, S.Sn., Sofyan, Yusti Arbaiyah, dan yang
lain-lainnya.
Terima kasih diucapkan kepada Dra. Tarwiyah Hakim, yang foto
(gambar)nya kami jadikan ilustrasi di dalam buku ini. Kedua gambar itu
adalah pada Gambar 4.4 dan 4.5 saat seniman MABMI pertunjukan
bersama dengan para pemusik kenamaan Malaysia (Ramli Mohram dan
Suhaimi Hj. Chik) di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, tahun
2012 yang lalu.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ibu Nazliana Fadlin, A.Md.
sebagai pimpinan Perusahaan Nazwa Aneka Kue & Catering yang telah
mendanai penelitian ini, dan juga penerbitan buku ini. Semoga Allah
SWT. melimpahkan karunia-Nya kepada ibu dan keluarga besar Nazwa.
Begitu juga terima kasih sekali lagi atas perkenan ibu dalam memberikan
ruang rekaman terhadap tarian ini di Jalan Kapten Muchtar Basri 110
Medan. Melalui rekaman tersebut, maka buku ini bukan saja disajikan
dalam bentuk kalimat demi kalimat, tetapi juga disajikan dalam bentuk
visual, dan lebih memudahkan pembaca untuk mempelajari Tari
Serampang Dua Belas dan Mak Inang Pulau Kampai melalui media
visual tersebut.
Demikian pula ucapan terima kasih kami tujukan kepada pihak
Universitas Sumatera Utara Press (USU Press) yang telah sudi
menerbitkan buku ini. Di antaranya adalah ketua USU Press, ahli layout
dan setting buku ini yaitu saudara Muchsin, Ikhsan, dan lain-lainnya yang
tidak disebutkan satu per satu.
Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada semua penulis yang
dikutip di dalam buku ini, atau yang menjadi bahan bacaan, kami ucapan
terima kasih atas ilmu yang telah disumbangkan dalam konteks
pengkajian, pengembangan, dan enkulturasi budaya Melayu secara
umum.
Tidak ketinggalan pula diucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pemusik, penari, komponis, koreografer dalam
seni pertunjukan Melayu di Sumatera Utara dan Dunia Melayu. Demikian
pula semua masyarakat pendukung seni Melayu dan Nusantara yang
tersebar di seluruh dunia ini. Perjuangan bersama akan lebih terserlah
dalam menegakkan kebudayaan. Semoga saja buku “kecil” ini
bermanfaat bagi kita semua—esa hilang dua terbilang; tak Melayu hilang
di dunia.

Berlayar jauh sebuah kapal,


Membawa air pelepas dahaga,
Ilmu kami hanya sejengkal,
Dalamnya laut tak kan terduga.

Musafir minum air segelas,


Bertiup lembut aluran bayu,
Melihat tari Serampang Dua Belas,
Kagum dan banggaku pada Melayu.

Pergi ibadah ke baitullah,


Salah satunya memakai ihram,
Begitu juga tawaf dan sai,
Serampang Dua Belas kurnia Allah,
Dicipta oleh Orang Kaya Adram,
Disempurna oleh Guru Sauti

Medan, Juni 2014


wasalam kami penulis,

Takari dan Fadlin


Daftar Isi
Dari Penulis ......................................................................................... iv
Daftar Isi ........................................................................................... viii
Daftar Gambar .................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1


1.1 Pengantar ...................................................................................... 1
1.2 Ilmu-ilmu Seni .............................................................................11
1.2.1 Etnomusikologi ....................................................................12
1.2.2 Etnokoreologi .......................................................................15
1.3 Teori dan Metode untuk Kajian ....................................................16
1.4 Pentingnya Kajian ........................................................................ 25

BAB II. SENI PERTUNJUKAN MELAYU DAN KEBUDAYAAN


NASIONAL INDONESIA ..................................................27
2.1 Pengenalan ...................................................................................27
2.2 Musik ...........................................................................................28
2.3 Tari ...............................................................................................33
2.4 Teater ............................................................................................37
2.5 Konsep Kebudayaan Nasional Indonesia........................................42
2.6 Serampang Dua Belas sebagai Pendukung Kebudayaan
Nasional .......................................................................................50

BAB III. RONGGENG DAN SEJENISNYA DI NUSANTARA ......52


3.1 Pengenalan ...................................................................................52
3.2 Persebaran Ronggeng dan Sejenisnya di Nusantara .......................52
3.2.1 Di Jawa ................................................................................ 53
3.2.2 Di Sunda ..............................................................................57
3.2.3 Di Aceh .............................................................................. 61
3.2.4 Di Minangkabau ..................................................................61
3.2.5 Di Jambi ............................................................................... 65
3.2.6 Di Kalimantan ......................................................................66
3.2.7 Di Sulawesi ........................................................................ 66
3.2.8 Di Semenanjung Malaysia dan Selatan Thai .........................67
3.2.9 Di Sumatera Utara ...............................................................69

BAB IV. SEJARAH RONGGENG DAN SERAMPANG


DUA BELAS .......................................................................73
4.1 Hubungan Kultural dalam Sejarah Ronggeng ................................73
4.2 Akar Budaya ................................................................................74
4.3 Masa Penjajahan Bangsa-bangsa Barat .......................................... 78
4.3.1 Akulturasi dengan Tari Branyo .............................................79
4.3.2 Di Sumatera Timur ............................................................. 84
4.4 Masa Kemerdekaan ....................................................................... 90
4.5 Sejarah Serampang Dua Belas....................................................... 93
4.5.1 Kesultanan Serdang sebagai Kawasan
Asal Serampang Dua Belas ..................................................97
4.5.2 Serampang Dua Belas di Kesultanan Deli ........................... 106
4.5.3 O.K. Adram sebagai Pencipta dan Guru Sauti
sebagai Penggubah Tari Serampang Dua Belas ................... 113
4.6 Persebaran dan Perkembangan Tari Serampang Dua Belas.......... 128
4.6.1 Perkembangan dalam Kegiatan Pesta, Pekan Budaya, dan
Festival ............................................................................... 129
4.6.2 Lembaga Serampang Dua Belas ........................................ 131
4.6.3 Dewan Kesenian Sumatera Utara dan Medan ....................... 131
4.6.4 Pengkajian dan Pertunjukan di Berbagai Perguruan
Tinggi ................................................................................ 132
4.6.5 Sanggar-sanggar dan Kumpulan Seni ................................... 136
4.6.5.1 Lembaga Studi Tari Patria ....................................... 136
4.6.5.2 Ikatan Jaka dan Dara Kota Medan ........................... 139
4.6.5.3 Lembaga Kesenian MABMI .................................... 141
4.6.6 Persebaran di Singapura .................................................... 142
4.6.7 Persebaran di Malaysia ..................................................... 144
4.7 Dalam Dunia Maya (Internet) ...................................................... 145

BAB V. STRUKTUR MUSIK RONGGENG DAN


SERAMPANG DUA BELAS .............................................. 151
5.1 Pengenalan ................................................................................. 151
5.2 Ensambel Ronggeng ................................................................... 153
5.3 Pola Dasar Ritme Gendang Ronggeng Melayu
Sumatera Utara ............................................................................ 164
5.3.1 Rentak Senandung ............................................................ 166
5.3.2 Rentak Mak Inang dan Patam-patam ................................ 168
5.3.3 Rentak Lagu Dua............................................................... 171
5.3.4 Saat Masuk Rentak Gendang ............................................ 173
5.4 Teks Lagu-lagu dalam Pertunjukan Ronggeng ............................ 174
5.5 Struktur Rentak dan Melodi Serampang Dua Belas ..................... 177
5.5.1 Rentak .............................................................................. 177
5.5.2 Melodi .............................................................................. 178
5.5.3 Bentuk dan Frase Melodi ................................................... 196
5.5.4 Wilayah Nada dan Tangga Nada ....................................... 198
BAB VI. STRUKTUR TARI RONGGENG DAN
SERAMPANG DUA BELAS ............................................ 200
6.1 Pengenalan ................................................................................. 200
6.2 Tiga Repertoar Utama Tari Ronggeng Melayu ............................ 201
6.2.1 Tari Senandung ................................................................ 201
6.2.2 Tari Mak Inang ................................................................. 202
6.2.3 Tari Lagu Dua .................................................................. 203
6.3 Struktur Tari Serampang Belas ................................................... 204
6.3.1 Pengertian ........................................................................ 205
6.3.2 Analisis Pantun dan Kalimat Guru Sauti yang
Menjelaskan Setiap Ragam Tari Serampang Dua Belas .... 207
6.3.3 Ekspresi Budaya Perkenalan dan Nikah Kawin
dalam Adat Melayu ........................................................... 213
6.3.4 Busana Tari ...................................................................... 215
6.3.5 Berbagai Istilah Gerak dalam Tari Melayu ........................ 218
6.3.6 Aspek-aspek Sosial Budaya Serampang Dua Belas ........... 228
6.3.7 Empat Jenis Gerak Tandak dalam Tari
Serampang Dua Belas ....................................................... 230
6.3.8 Dua Belas Ragam Tari Serampang Dua Belas .................. 231

BAB VII. HUBUNGAN TARI DAN MUSIK RONGGENG DAN


SERAMPANG DUA BELAS ........................................... 266
7.1 Pengenalan ................................................................................. 266
7.2 Ronggeng ................................................................................... 266
7.2.1 Waktu Masuk ................................................................... 266
7.2.2 Siklus ............................................................................... 267
7.3 Serampang Dua Belas ................................................................ 274
7.3.1 Hitungan Tari dan Musik .................................................. 275
7.3.2 Hubungan Struktur Tari dan Musik ................................... 278

BAB VIII. PENGGUNAAN DAN FUNGSI RONGGENG DAN


SERAMPANG DUA BELAS ......................................... 279
8.1 Pengertian Penggunaan dan Fungsi ............................................. 279
8.2 Penggunaan Ronggeng dan Serampang Dua Belas ...................... 282
8.3 Fungsi Tari Ronggeng dan Serampang Dua Belas ....................... 282
8.3.1 Fungsi untuk Mencapai Konsistensi Internal Budaya
Melayu ............................................................................. 283
8.3.2 Fungsi untuk Ekspresi Percintaan dan Kontak Sosial ......... 284
8.3.3 Fungsi untuk Kegiatan Ekonomis ...................................... 285
8.3.4 Fungsi Primer dan Sekunder ............................................. 286
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 288
9.1 Kesimpulan ................................................................................ 288
9.2 Saran-saran ................................................................................. 289

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 291


GLOSARI ........................................................................................ 300
DAFTAR INFORMAN .................................................................... 302
Daftar Bagan, Peta, Gambar, dan Notasi
Bagan 1.1 Segi Tiga Makna Ogden dan Richard (1923) ...................24
Peta 2.1 Sumatera dan Semenanjung Malaysia Pusat Budaya
Melayu .........................................................................50
Gambar 3.1 Sepasang Penari Ronggeng dan Ensambel Musik
Pengiringnya di Cirebon Jawa Barat Tahun 1886 ...........54
Gambar 4.1 Suasana Pertunjukan Ronggeng di Taman Lily
Suheiri Pasar Seni dan Kerajinan (Pasker) Tahun
1997, di Depan Dua Ronggeng Nurjannah dan
Sumarni .........................................................................79
Gambar 4.2 Kelompok Tari dan Musik Portugis Melaka Sedang
Menarikan Tarian Branle ................................................80
Gambar 4.3 Noelfelix, Informan Kumpulan Kesenian Portugis
Melaka ..........................................................................80
Notasi 4.1 Lagu Bertajuk Branle du Poitou untuk Iringan
Tarian Branle Eropa .....................................................83
Notasi 4.2 Lagu Tradisional Portugis Bertajuk Branle untuk
Iringan Tarian Branle .....................................................84
Notasi 4.3 Melodi Dasar Lagu Jinkly Nona pada Tarian Branyo
dan Joget Melayu di Melaka ..........................................85
Gambar 4.4 Ensambel Musik Ronggeng, Gabungan Pemusik
MABMI, Ramli Mohram, dan Suhaimi Hj. Chik dari
Universiti Malaya dan RTM di Dewan Bahasa dan
Pustaka Kuala Lumpur 2012 ..........................................91
Gambar 4.5 Acara Ronggeng (Joget Lambak) Bersama Seniman
MABMI dan Pemenang Sayembara Deklamasi Puisi
di Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur 2012 .......92
Bagan 4.1 Asal-usul Serampang Dua Belas dari Ronggeng
Melayu ...........................................................................96
Gambar 4.6 Tuanku Luckman Sinar Basyarshah II, Salah
Seorang Sultan Serdang yang Perduli pada Budaya
Melayu ...........................................................................98
Peta 4.1 Sumatera Timur Dasawarsa 1940-an, Kesultanan
Serdang sebagai Asal Serampang Dua Belas................. 103
Gambar 4.7 Serampang Dua Belas Dipertnjukkan Kelompok
Seni Budaya Sri Indra Ratu di Istana Maimun 1980 ...... 108
Gambar 4.8 Tengku Muhammad Daniel, Suami Tengku Sitta
Syaritsa, Raja dan Penggiat Serampang Dua Belas
Dekade 1960-an dari Kesultanan Deli ........................... 110
Gambar 4.9 Tengku Sitta Syaritsa Pencipta Tari-tarian Melayu ....... 111
Gambar 4.10 Lambang Tari Serampang Dua Belas yang
Diciptakan oleh O.K. Adram (Kata Pantai Cermin
Ditulis Menurut EYD) ................................................. 119
Gambar 4.11 O.K. Zubaidi, Murid Awal O.K. Adram dan Guru
Sauti ............................................................................ 120
Gambar 4.12 Lily Suheiri, Pemimpin Musik RRI (Orkes Simfoni
Medan) yang Menggubah Musik Iringan Serampang
Dua Belas Tahun 1949 ................................................. 121
Gambar 4.13 Penulis Bersama O.K. Thamrin (Cucu O.K. Adram)
dan Nasri Efas Berziarah di Kubur O.K. Adram
2014 ............................................................................ 122
Gambar 4.14 Kuburan O.K. Adram Pencipta Tari Serampang Dua
Belas di Desa Pantai Cermin Kiri, Serdang Bedagai,
2014 ............................................................................ 124
Gambar 4.15 Guru Sauti, Penggubah Tari Serampang Dua Belas
dan Menyebarkannya Secara Nasional ........................ 126
Gambar 4.16 Jose Rizal Firdaus, Penggerak Utama Enkulturasi
Tari Melayu Sumatera Utara, Termasuk Serampang
Dua Belas .................................................................... 138
Gambar 4.17 Ovalyn Sitepu (Miss Tourim International Indonesia
2012 yang Juga Dara Kota Medan 2010) bersama
Dedy Suganda (Jaka Kota Medan 2010) Menarikan
Tari Serampang Dua Belas di China ............................ 140
Gambar 4.18 Puan Som Said Penggiat Tari Serampang Dua Belas
di Singapura ................................................................. 142
Gambar 4.19 Kelompok Seni Sinar Budaya Group dari
Kesultanan Serdang Sedang Mempersembahkan
Serampang Dua Belas .................................................. 148
Gambar 4.20 Kelompok Seni Konsentra Group dari Sumatera
Barat Menampilkan Serampang Dua Belas .................. 148
Gambar 4.21 Kelompok Seni dari Singapura Menampilkan
Serampang Dua Belas Versi O.K. Adram (Delapan
Penari Lelaki) pada Festival Tari Melayu di
Singapura 2012 ............................................................ 149
Gambar 4.22 Dua Penari dari ASKI (Akademi Seni Karawitan
Indonesia) Padang Panjang Menampilkan
Serampang Dua Belas 1991 .......................................... 149
Gambar 4.23 Para Penari dari Riau Menyajikan Serampang Dua
Belas ........................................................................... 150
Gambar 4.24 Para Penari Indonesia Menyajikan Serampang Dua
Belas dalam Rangka Persahabatan Indonesia-
Amerika Serikat ........................................................... 150
Gambar 5.1 Gendang Ronggeng yang Biasa Dipakai Mengiringi
Tari Ronggeng dan Serampang Dua Belas ................... 154
Gambar 5.2 Teknik Menghasilkan Empat Onomatopeik Bunyi
pada Gendang Ronggeng, Termasuk untuk
Mengiringi Tari Serampang Dua belas ........................ 155
Gambar 5.3 Posisi Memainkan Gendang Ronggeng Duduk
Bersila ........................................................................ 156
Gambar 5.4 Taksonomi Gendang Ronggeng yang Biasa Dipakai
Mengiringi Tari Ronggeng dan Serampang Dua
Belas ........................................................................... 156
Gambar 5.5 Motif Tumbuhan pada Baluh Luar Gendang Khas
Buatan Yusuf Wibisono di Medan ............................... 157
Gambar 5.6 Struktur Gendang Ronggeng ........................................ 157
Gambar 5.7 Biola ............................................................................ 158
Gambar 5.8 Akordeon ..................................................................... 158
Gambar 5.9 Akordeon dan Bagian-bagiannya ................................. 159
Gambar 5.10 Tawak-tawak atau Gong untuk Mengiringi Tari
Serampang Dua Belas ................................................. 160
Gambar 5.11 Struktur Tawak-tawak atau Gong ................................. 161
Gambar 5.12 Saksofon ...................................................................... 162
Gambar 5.13 Saksofon dan Bagian-bagiannya .................................. 163
Notasi 5.1 Tiga Rentak Dasar dalam Musik Melayu Sumatera
Utara (Senandung, Mak Inang, dan Lagu Dua),
Rentak Lagu Dua adalah Dasar dari Serampang Dua
Belas ........................................................................... 164
Notasi 5.2 Siklus (Perputaran) Pola Ritme Rentak Senandung ....... 166
Bagan 5.1 Meter Pola Ritme Rentak Senandung ........................... 165
Notasi 5.3 Kombinasi Onomatopeik dan Motif Ritme Rentak
Senandung dalam Musik Ronggeng Melayu ................. 167
Bagan 5.2 Ringkasan Rentak Senandung dalam Musik
Ronggeng Melayu ........................................................ 168
Notasi 5.4 Pola Dasar Ritme Rentak Mak Inang ............................ 169
Notasi 5.5 Kombinasi Tangan Kiri dan Tangan Kanan pada
Pola Rentak Mak Inang ................................................ 169
Bagan 5.3 Struktur rentak Mak Inang ........................................... 170
Notasi 5.6 Variasi Rentak Mak Inang ........................................... 170
Notasi 5.7 Pola Dasar Ritme Rentak Patam-patam ....................... 171
Tabel 5.1 Kombinasi Onomatopeik dalam Pola Ritme Rentak
Lagu Dua .................................................................... 172
Bagan 5.4 Struktur Rentak Lagu Dua ........................................... 173
Notasi 5.8 Tanjung Katung ........................................................... 176
Notasi 5.9 Contoh Hubungan Gendang dan Akordeon .................. 178
Notasi 5.10 Melodi Ekspresi Rasa Cinta pada Musik Barat ............. 179
Notasi 5.11 Melodi Rasa Cemas pada Musik Barat ......................... 179
Notasi 5.12 Melodi dalam Gaya Wals ............................................. 179
Notasi 5.13 Serampang Dua Belas (Varian 1) ................................. 183
Notasi 5.14 Serampang Dua Belas (Varian 2) ................................. 187
Notasi 5.15 Serampang Dua Belas (Varian 3) ................................. 188
Notasi 5.16 Serampang Dua belas (Varian 4) ................................. 189
Gambar 5.14 Ahmad Setia, Pemain Akordion yang Dianggap
Paling Sesuai Mengiringi Serampang Dua Belas
pada Era 1980-an hingga Kini ...................................... 197
Gambar 5.15 Erwansyah, Pemain Akordeon untuk Serampang
Dua Belas di Kalangan Pemusik Muda Melayu
(Murid Ahmad Setia) ................................................... 197
Gambar 5.16 Fadlin dan Muhammad Takari Sedang Memainkan
Gendang Ronggeng Melayu Mengiringi Tari
Serampang Dua Belas dalam Acara Temasya Pantun
di Muara Sungai Duyung Melaka 2012 ........................ 198
Notasi 5.17 Wilayah Nada Permainan Akordeon Ahmad Setia ........ 198
Notasi 5.18 Tangga Nada ............................................................... 198
Notasi 6.1 Gerak Dasar Tari Senandung ....................................... 202
Notasi 6.2 Gerak Dasar Tari Mak Inang ........................................ 203
Notasi 6.3 Gerak Dasar Tari Lagu Dua ......................................... 204
Gambar 6.1 Serampang .................................................................. 206
Bagan 6.1 Gerak Dasar Tari Lagu Dua atau Joget ........................ 214
Gambar 6.2 Busana penari Ronggeng dan Serampang Dua Belas
Perempuan ................................................................... 216
Gambar 6.3 Contoh Busana Penari Serampang Dua Belas
Perempuan.................................................................... 217
Gambar 6.4 Busana Penari Serampang Dua Belas Lelaki ................ 218
Tabel 6.1 Deskripsi Gerak Tari Serampang Dua Belas ................ 233
Gambar 6.5 Kharisma dan Romi Maghribi Ghazali Aziz, Dua
Penari Serampang Dua Belas dari Binjai Sumatera
Utara ........................................................................... 265
Bagan 7.1 Hubungan antara Musik dan Tari dalam Seni
Ronggeng Melayu ........................................................ 267
Notasi 7.1 Hubungan Musik dan Tari dalam Repertoar Kuala
Deli dalam Rentak Senandung ..................................... 269
Notasi 7.2 Hubungan Musik dan Tari dalam Repertoar Mak
Inang Pulau Kampai dalam rentak Mak Inang ............. 271
Notasi 7.3 Hubungan Musik dan Tari dalam Repertoar Tanjung
Katung dalam Rentak Lagu Dua .................................. 273
Bagan 7.2 Hubungan Hitungan Tari dan Musik Serampang
Dua Belas .................................................................... 276
Tabel 7.1 Hubungan Waktu dan Kuantitas Hitungan
(Berdasarkan Beat Tari) Musik dan Tari Serampang
Dua Belas ..................................................................... 276
Bagan 7.3 Pertunjukan Serampang Dua Belas Berdasarkan
Dimensi Waktu dan Ruang ........................................... 277
Bab I: Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

Dalam kehidupan yang kita jalani ini, baik pada dimensi waktu
maupun ruang, pada dasarnya manusia tidak dapat melepaskan diri dari
gerak dan bunyi. Bahkan pada saat manusia lahir di dunia, ia melakukan
aktivitas gerak dan bunyi (menangis). Dalam kehidupan sehari-hari,
gerak tersebut ada yang berupa gerak alamiah, seperti berjalan, berlari,
menulis, melukis, memetik buah, memasak, memanggil, melarang, dan
lainnya—maupun gerak yang telah distilisasi secara estetis seperti gerak
pantomim, mimik muka dalam teater, tarian dengan berbagai gaya
seperti: memetik bunga, menyisir, mendayung perahu, meniti batang, dan
lan-lain. Gerak-gerak yang mengekspresikan segala keindahan ini lazim
pula disebut dengan seni tari. Adakalanya seni tari ini terkait dengan
olahraga seperti senam, silat, lintau, capoeira, judo, karate, wu shu, dan
lainnya. Dalam ekspresi yang sedemikian rupa unsur seni tari dan beladiri
menjadi satu kesatuan.
Selain itu, dalam seni tari, aspek bunyi juga selalu menjadi unsur
pendukungnya. Aspek bunyi dalam tarian ini selalu disebut dengan seni
musik, yang lebih jauh lagi ada yang menyebutnya dengan musik iringan,
atau musik tari. Dalam kebudayaan tertentu, sebuah genre atau judul
tarian bisa saja memiliki arti tari dan musik sekali gus. Misalnya dalam
kebudayaan Melayu, istilah zapin, pastilah merujuk kepada genre musik
dan tari, yang mengandung pengertian sebagai sebuah genre tari, dan
sekaligus pengertian sebagai genre musik. Bicara zapin pasti akan
langsung merujuk kepada tari dan musik zapin. Keduanya menyatu dalam
sebuah genre musik dan tari dalam konteks seni pertunjukan. Kalau dikaji
lebih jauh dari aspek tari pastilah merujuk kepada gerak-gerak yang
memiliki identitas khas zapin seperti: tahtum (tahto), siku keluang,
tandak, anak ayam, dan seterusnya. Begitu juga kepada musiknya yang
khas seperti rentak zapin dalam meter ostinato empat, taqsim (melodi free
meter di awal pertunjukan), senting (intensitas kuat dalam pukulan
gendang), onomatopeik, dan instrumen musik penciri zapin seperti
marwas, gambus atau ‘ud, lagu-lagu khas zapin (bisa saja teks Arab,
Melayu, atau campuran keduanya) seperti: Anak Ayam, Lancang Kuning,
Selabat Laila, Bulan Mengambang, Kasih Budi, Persebatian, dan lain-
lain.
Ronggeng dan Serampang Dua Belas dalam Kajian Ilmu-ilmu Seni

Tari dan musik adalah dua bidang seni yang saling terkait dan saling
mendukung. Keduanya memiliki hubungan dalam dua dimensi yang sama
yaitu waktu dan ruang. Dalam dimensi waktu ini, kedua bidang seni
tersebut disusun oleh satuan-satuan yang lebih kecil lagi seperti tempo,
aksentuasi, fungtuasi, meter (isometer, simetris, dan asimetris), siklus
hitungan, ketukan dasar (pulsa atau beat), ritme, 1 dan unsur-unsur sejenis.
Adakalanya hubungan antara tari dengan musik digarap dalam meter atau
motif ritme yang berbeda untuk memberi kesan poliritme atau ritme yang
kontras. Yang lebih sering adalah membentuk atau berdasar kepada meter
dan ritme yang sama.
Dalam ronggeng Melayu, meter antara musik dan tarinya adalah
relatif sama, terutama dalam tari senandung dan inang. Namun untuk tari
lagu dua terjadi kontras. Di sisi lain, pada tari Serampang Dua Belas
pada kebudayaan Melayu Sumatera Timur, hubungan meter ini juga
adalah “kontras.” Ritme tari adalah dupel dalam hitungan empat dalam
satu siklus metrik. Di lain sisi, musiknya dikomposisikan dalam meter
6/8. Gabungan antara musik dan tari memang sinerji, namun memberi
dampak “poliritme.” Tepatnya ketukan dasar tiga (atau konteks yang
lebih holistik dalam ensambel, 6) dalam dua (dengan hitungan siklus tari
8). Tiga diekspresikan dalam dimensi waktu musik, sementara ketukan
dasar dua dalam tari. Ini menjadi keeksotisan sendiri tari Serampang Dua
Belas.2
Selain dari dimensi waktu, hubungan lainnya antara tari dan musik
adalah dimensi ruang. Dimensi ruang dalam tari, disusun oleh satuan-
satuan yang lebih kecil seperti, bentuk gerak, frase gerak, motif gerak,
pola lantai, setting pentas, getur, sampai pula pakaian, properti tari,

1
Kata ritme adalah unsur serapan dari bahasa Inggris rhythm. Dalam bahasa
Indonesia, kata ini lazim dihubungkan dengan irama. Kata i.ra.ma artinya adalah: 1.
Gerakan berturut-turut secara teratur, turun naik lagu (bunyi dan sebagainya) yang
beraturan, ritme; 2. Dalam sastra artinya adalah alunan yang tercipta oleh kalimat yang
berimbang, selingan bangun kalimat, dan panjang pendek serta kemerduan bunyi (dalam
prosa); ritme; 3. Dalam musik berarti waktu atau tempo, misalnya irama Bengawan Solo
berlainan dengan lagu Jali-jali, 4. Dalam sastra adalah alunan yang terjadi karena
perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi, keras lembut
tekanan dan tinggi rendah nada dalam puisi (Kamus Umum Bahasa Indonesia).
2
Sejauh pengamatan kepustakaan yang kami lakukan, terdapat tiga tipe untuk
menuliskan tari Serampang Dua Belas. Yang pertama, seperti yang ditulis oleh Guru
Sauti adalah Serampang XII. Kedua, adalah mengikuti lambang tarian ini yang dicipta dan
direka oleh O.K. Adram yang menggunakan angka Arabik 12, yaitu Serampang 12. Yang
ketiga adalah versi penulisan penuh secara fonetik yaitu Serampang Dua Belas. Ketiga-
tiganya benar dan tidak ada yang salah, baik dikaji secara teknis penulisan maupun
sejarah seni ini, yang dikaitkan kepada pencipta dan penggubahnya. Dalam buku ini,
penulis menggunakan teknik penulisan yang ketiga, berdasarkan pendekatan fonetis, yaitu
Serampang Dua Belas. Ketiga kata ini dimiringkan (italic) karena merupakan istilah,
setiap huruf di awal kata menggunaan huruf kapital karena dikaitkan dengan judul tari.
Jadi penulisan ini berhubungan dengan kata tarian ini sebagai istilah dan judul sekali gus.
Bab I: Pendahuluan

pencahayaan pertunjukan tari, dan unsur-unsur sejenis. Kalau dimensi


ruang dalam musik lebih menekankan kepada aspek pendengaran (audio),
walau juga tetap mempersembahkan dimensi visual, maka dalam seni
tari, penekanan dan fokus pertunjukan adalah pada dimensi visual yang
bergerak. Namun demikian, dimensi tari ini biasanya harus didukung oleh
dimensi audio musik, walau tidak menjadi sebuah kewajiban.
Sementara dimensi ruang dalam musik, termasuk musik untuk
mengiringi tarian, dapat dikelompokkan dalam dua besaran utama di
bawah dimensi ruang, yaitu melodi dan harmoni. Unsur-unsur melodi di
antaranya adalah: tangga nada (modus), wilayah nada (ambitus kadang
disebut tebanada), nada dasar (nada pusat), interval, formula melodi,
distribusi nada, pola-pola kadensa, dan kontur. Seterusnya unsur-unsur
harmoni dalam musik di antaranya adalah: nada fundamental dan parsial,
interval konsonan dan disonan, akord dan progresinya, akord posisi akar
(root) dan balikan, teknik apergiasi dalam konteks arsitektonik khordal,
aturan-aturan melangkah dan meloncat, hubungan bas dengan suara-suara
di atasnya, berbagai pola-pola kadensa akord seperti kadensa plagal,
kadensa penuh, kadensa deseptif, kadensa setengah, dan seterusnya.
Selain itu, dimensi ruang dalam musik juga disusun oleh teknik
komposisi yang disebut dengan tekstur. Jika bangunan musik tersebut
disusun oleh satu melodi yang sama yang dilakukan oleh beberapa
pemain musik atau vokal, maka tekstur yang seperti ini disebut dengan
monofoni. Selanjutnya apabila bangunan musik tersebut disusun oleh satu
melodi yang sama, yang dilakukan oleh beberapa pemain musik atau
vokal, namun menyertakan nada-nada oktafnya, bisa di bawah atau di
atas, maka tekstur yang seperti ini disebut dengan unisono. Jika bangunan
musik tersebut dibentuk oleh satu melodi pokok yang sama, yang
dilakukan oleh beberapa pemain musik atau vokal, namun setiap musik
atau penyanyi menggarap variasi-variasi melodinya sendiri terhadap
melodi pokok tadi, maka tekstur musik yang seperti ini disebut dengan
heterofoni. Seterusnya, apabila bangunan musik tersebut disusun oleh
beberapa melodi yang berbeda dan ritmenya sama, disajikan dalam waktu
yang bersamaan, namun berdasar kepada prinsip-prinsip harmoni, maka
tekstur musik yang seperti ini disebut dengan homofoni.
Lebih jauh lagi, apabila bangunan musik disusun oleh beberapa
melodi yang berbeda dan ritmenya juga berbeda, disajikan dalam waktu
yang bersamaan, tetapi tetap berdasar kepada prinsip-prinsip harmoni,
maka tekstur musik yang seperti ini disebut dengan polifoni. Selanjutnya,
apabila bangunan musik tersebut disajikan oleh beberapa pemusik atau
penyanyi, tidak berdasar kepada prinsip-prinsip harmoni, maka
teksturnya dapat disebut sebagai disfoni. Jika bangunan musik ini
disajikan oleh beberapa pemusik atau penyanyi, tidak berdasar kepada
prinsip-prinsip harmoni, namun mengacu kepada satu lagu, yang antara
Ronggeng dan Serampang Dua Belas dalam Kajian Ilmu-ilmu Seni

pemusik atau penyanyi memulai lagu itu pada waktu yang berbeda dalam
konteks satu pertunjukan musikal, maka teksturnya disebut dengan
disfoni kanon.
Dalam konteks pertunjukan musik dan tari, dimensi ruang dalam
musik adakalanya berjalan bebas tanpa terikat oleh dimensi ruang dalam
tari, artinya berjalan sendiri-sendiri dalam waktu yang bersamaan.
Adakalanya dimensi ruang antara tari dan musik ini, terjalin sangat erat,
artinya saling menguatkan pertunjukan, seperti yang terjadi di dalam
pertunjukan tari dan musik Serampang Dua Belas.
Selain itu, dimensi lainnya yang paling dieksplorasi dalam tarian
adalah tenaga (power). Setiap penari, biasanya akan mengelola tenaga ini
sesuai dengan komposisi tari yang mendasarinya. Tenaga ini akan
digunakan secara penuh atau lemah, tergantung dari bahagian tari yang
hendak diekspresikan. Secara budaya, ada tarian yang mengekspresikan
sifat wanita yang lemah lembut, penuh kasih sayang, feminimisme,
keibuan, dan sejenisnya yang mengeksplorasi tenaga yang relatif
“lemah.” Sebaliknya ada pula tari yang mengekspresikan kegagahan,
kejantanan, yang berasosiasi kepada ekspresi sifat-sifat pria, yang
berasosiasi dengan kebijaksanaan, ketampanan, maskulinitas, bahkan
sampai sikap kasar dan jahat. Dua sisi penggunaan tenaga ini sangat
dieksplorasi dalam seni tari. Demikian pula yang terjadi dalam
Serampang Dua Belas. Kedua sisi ini, diolah sedemikian rupa menjadi
sebuah harmoni tari. Ada aspek tenaga yang mengekpresikan perempuan
yang lemah lembut, kewanitaan, feminim, kecantikan, kelincahan, malu-
malu (tersipu malu), jinak-jinak merpati, dan seterusnya. Ada pula aspek
tenaga yang digunakan penari laki-laki yang mengekspresikan lelaki,
yang secara hukum alam adalah jantan, gagah, melindungi wanita
pasangannya, tegas, mengambil keputusan, sebagai kepala rumah tangga,
dan lain-lainnya. Sifat dasar pria ini diekspresikan dalam motif gerak
ayam jantan melindungi pasangan, elang balega, ular todung membuka
lingkar, mengepar, dan lain-lainnya.
Dalam musik, sebagimana dimensi tenaga dalam tari itu, dapat
dikaitkan dengan aspek dinamik, yang juga merujuk pada tenaga, walau
ini eksplorasinya tidak seluas yang digunakan dalam tarian. Dinamik
dalam musik mencakup lirih dan kuatnya musik itu disajikan. Dalam
komposisi musik biasanya digunakan saat mana harus lirih dan saat mana
pula harus kuat. Dalam musik Barat dinamik ini diungkapkan dengan
terminologi seperti pianissimo, piano, forte, mezzo forte, fortissimo, dan
lain-lainnya. Ekspresi dinamik dalam musik ini biasanya lebih
mengekspresikan suasana, bisa perasaan atau alam. Demikian pula musik
yang disajikan untuk mengiringi tari Serampang Dua Belas, sebenarnya
mengekspresikan dinamik yang mendukung gerak dan tenaga yang
diekspresikan tarinya. Dengan demikian, sangatlah menarik untuk
Bab I: Pendahuluan

mengkaji dan memahami, bagaimana dan sejauh mana eksplorasi


kultural, etika, dan estetik yang diekspresikan dalam tarian ini.
Lebih jauh, kalau kita mendengar istilah Serampang Dua Belas,
maka pemaknaan kita akan merujuk langsung kepada tarian Melayu.
Jikalau diteruskan pemahaman kita terhadap tari ini, maka akan
mengarahkan kita ke dimensi sejarah seni. Tari Serampang Dua Belas
adalah tari Melayu yang menyumbang kepada kebudayaan nasional
Indonesia. Tarian ini muncul menjelang masa kemerdekaan, dan
kemudian berkembang di masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Saat
itu kita sedang mencari jatidiri kebudayaan nasional. Selain itu, tarian ini
pun kemudian mengalami difusi (persebaran) ke negeri-negeri rumpun
Melayu seperti Malaysia dan Singapura. Bahkan pada saat sekarang ini
terdapat tari Serampang Dua Belas versi Republik Singapura.
Tarian ini berasal dari kawasan Kesultanan Serdang di Sumatera
Timur (kini Provinsi Sumatera Utara), yang diciptakan oleh O.K. Adram
dari Pantai Cermin kemudian digubah dan dikembangkan secara nasional
oleh Guru Sauti dari Perbaungan. Keduanya bekerjasama dalam konteks
mengenalkan, mengembangkan, dan memartabatkan seni tari Melayu
pada khususnya dan budaya Melayu secara umum. Keduanya adalah
indeks dan ikon dari Serampang Dua Belas.
Jauh lebih menukik lagi berdasarkan sejarah, tarian Serampang Dua
Belas ini sebenarnya berakar dari tradisi ronggeng atau joget Melayu,
sebagai tari hiburan sosial masyarakat Melayu di Dunia Melayu.
Seterusnya tarian ronggeng dan sejenisnya juga sangat umum dijumpai
dalam kebudayaan-kebudayaan etnik rumpun Melayu di Nusantara ini,
seperti genre: gamat dan gadih atom Minangkabau, moning-moning
Simalungun, guro-guro aron Karo; ketuk tilu dan joged Sunda; tayuban,
ronggeng, joged Jawa; pajoge Bugis dan Makasar, dan lain-lainnya. Tari
pergaulan sosial ini menjadi identitas umum kebudayaan masyarakat
Melayu Polinesia.
Ronggeng Melayu adalah sebuah genre seni pertunjukan atau
pertunjukan budaya yang terdiri dari tarian sosial berpasangan. Tarian ini
dipertunjukkan oleh ronggeng wanita (bisa lebih dari satu) dan penonton
(bisa laki-laki dan juga perempuan), ditambah sekelompok pemusik yang
menyajikan lagu-lagu Melayu dan juga lagu-lagu etnik Sumatera Utara
dan populer dunia.
Dalam konteks budaya Melayu, seni ronggeng ini terdapat di
berbagai kawasan, dengan penyebutan yang bervariasi. Di Melaka
disebut dengan dondang sayang, ada juga yang menyebutnya joget
lambak. Di Riau disebut joget lambak atau joget dangkung. Di Jambi
disebut joget. Sementara itu di Pesisir Barat Sumatera disebut gamat.
Namun demikian inti fungsional dan struktur pertunjukan ronggeng dan
sejenisnya ini sama, yaitu lagu dan tari disajikan secara berpasangan
Ronggeng dan Serampang Dua Belas dalam Kajian Ilmu-ilmu Seni

dalam satu siklus, tari juga berpasangan antara ronggeng dan penonton,
dengan fungsi utama hiburan dan pergaulan sosial.
Ronggeng juga bertindak sebagai penyanyi. Dalam pertunjukan ini,
penonton membeli karcis (tiket) untuk dapat menari bersama ronggeng.
Para ronggeng biasanya menyanyi secara bersahut-sahutan (litany)3
dengan para penonton yang menari dan telah membeli karcis tadi
berdasarkan pantun-pantun Melayu, yang diciptakan secara spontan.
Jalinan tekstur yang heterofonis terjadi antara vokal ronggeng dan
penyanyi dari penonton bersama-sama alat-alat musik melodis seperti
akordion, biola, kadangkala disertai saksofon, ditambah dengan alat-alat
pembawa rentak seperti gendang ronggeng, ditambah dengan bas
elektrik, dan lain-lainnya. Rentak atau ritme yang biasa dilakukan dalam
pertunjukan ronggeng biasanya adalah senandung (asli), mak inang, lagu
dua (joget), dan lain-lainnya. Dalam satu siklus pertunjukan biasanya
dimulai dari rentak lambat dan menuju ke rentak yang lebih cepat.
Misalnya senandung menuju inang. Atau bisa juga senandung
dipasangkan (pecahannya) lagu dua, atau mak inang dipasangkan dengan
lagu dua. Genre ini sangat populer di dalam kehidupan masyarakat
Melayu.
Dalam konteks sejarah peradaban Melayu, seni ronggeng ini
kemudian menjadi dasar dalam menciptakan tari-tarian dan lagu-lagu
Melayu. Misalnya tari Mak Inang Pak Malau, Mak Inang Pulau Kampai,
Kuala Deli, Anak Kala, dan lain-lainnya dikembangkan dari tradisi
ronggeng ini. Termasuk juga pengembangan dari gerak tari dan musik
rentak lagu dua menjadi tari dan musik Pulau Sari, yang kemudian
dikembangkan lagi dalam bentuk Serampang Dua Belas, menjadi seni
yang melegenda dalam konteks budaya Melayu dan nasional Indonesia.
Dengan demikian, lebih lanjut lagi tentu kita akan bertanya apa arti
kata serampang dan dua belas. Kemudian bagaimana makna-maknanya
dalam konteks budaya Melayu? Apa yang membuat tari ini digemari
masyarakat di kawasan Nusantara atau lazim disebut juga sebagai Dunia
Melayu?
Dunia Melayu secara faktual dan historis telah menunjukkan
eksistensinya yang begitu matang menjadi peradaban (tamadun) terdepan
di Nusantara. Dunia Melayu ini merangkum kawasan-kawasan induknya
di Asia Tenggara, yang kini terdiri dari negara-negera seperti: Indonesia,
Malaysia, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Filipina, dan juga
sebahagian masyarakat Melayu di Kamboja (Kampuchea), Myanmar

3
Dalam konteks disiplin etnomusikologi, jika seorang penyanyi disahuti penyanyi
lainnya, maka teknik seperti ini disebut litany atau sahut-sahutan. Jika seorang penyanyi
disahuti oleh sekelompok penyanyi lain, maka disebut dengan responsorial atau dalam
bahasa Inggris disebut call and response. Selanjutnya jika satu kelompok penyanyi
disahuti oleh sekelompok penyanyi lainnya diistilahkan dengan antifonal.
Bab I: Pendahuluan

(Burma), Laos, dan lainnya. Di lain sisi, masyarakat Dunia Melayu juga
menyebar ke seluruh dunia, yang secara antropologis dikenal dengan
sebutan diaspora Melayu, yang meliputi pelbagai kawasan seperti di
Afrika Selatan, Bangladesh, dan Suriname.
Sementara itu, secara kultural dan rasial, kawasan-kawasan Pasifik
(Oseania) selalu pula digolongkan sebagai kesatuan dengan Dunia
Melayu-Polinesia. Gerakan-gerakan kesadaran akan Dunia Melayu ini di
paruh akhir abad 20 sampai awal abad 21 ini digerakkan terutama rekan-
rekan dari Malaysia, khususnya yang tergabung dalam Gabungan
Persatuan Penulis Nasional (Gapena) Malaysia. Gerakan Dunia Melayu
atau Melayu Raya ini juga telah dirintis oleh Muhammad Yamin dari
Indonesia, Vinceslao D. Vinzons dari Filipina, Tengku Osman dari
Sumatera Utara, Indonesia; Tan Sri Ismail Hussein dari Malaysia, dan
lain-lainnya.
Di lain sisi, secara mikrokosmos, Dunia Melayu itu juga terdiri dari
kawasan-kawasan kecil yang menopang Dunia Melayu yang lebih besar.
Di Indonesia saja misalnya mereka terpolarisasi dalam segmental-
segmental regional kecil di bawah provinsi atau bekas wilayah kesultanan
Melayu. Setiap segmen regional ini diperkenankan menampilkan jatidiri
budaya Melayunya, yang umumnya terorganisasi dalam kumpulan-
kumpuan adat dan budaya Melayu. Di Sumatera Utara ada Majelis Adat
Budaya Melayu Indonesia (MABMI) yang kini dipimpin oleh Dato’ Seri
Syamsul Arifin, S.E., kemudian ada Majelis Adat Budaya Melayu Baru
Indonesia (MABIN) pimpinan Tuan Syarifuddin Siba, S.H., M.H.,
sementara di tataran generasi muda ada Gerakan Angkatan Melayu Muda
Indonesia (GAMMI), Angkatan Muda Melayu Indonesia (AMMI),
Lasykar Melayu Hang Tuah, dan lain-lainnya. Di Riau ada Majelis Adat
Budaya Melayu Riau, di Kalimantan Barat ada Majelis Adat Budaya
Melayu Kalimantan Barat, dan masih banyak organisasi sosial yang
mewadahi masyarakt pendukung kebudayaan Melayu.
Selain itu, setiap segmental regional Melayu, biasanya memiliki
kekhasan-kekhasan kebudayaannya. Misalnya di Sumatera Utara, yang
masa penjajahan Belanda terintegrasi dalam Sumatera Timur (Oostkust
van Sumatra), Langkat memiliki kebudayaan yang kuat mengekspresikan
sufisme (tarekat) di Sumatera, Deli begitu kuat mengekspresikan
akulturasi budaya dunia, Serdang kuat menampilkan seni-seni Melayu
yang dipandang sebagai seni “garda depan” misalnya saja rongggeng
Melayu, teater makyong, teater mendu, dan yang paling fenomenal adalah
tari dan musik Serampang Dua Belas. Sementara Asahan dan
Labuhanbatu kuat mengekspresikan budaya maritim dan kesenian
sinandongnya.
Dari wilayah Serdang, seni Serampang Dua Belas kemudian
mengalami difusi secara nasional dan kemudian di dasawarsa 1960-an
Ronggeng dan Serampang Dua Belas dalam Kajian Ilmu-ilmu Seni

tari ini oleh Bung Karno dijadikan sebagai pendukung budaya nasional.
Selanjutnya tari ini begitu populer juga di kawasan Semenanjung
Malaysia dan Dunia Melayu lainnya. Kepopuleran tari dan musik
Serampang Dua Belas ini, tidak lepas dari pengalaman bangsa Indonesia
dalam rangka berbangsa dan bernegara. Mereka menggunakan bahasa
Melayu sebagai bahasa nasional, yang merujuk kepada aspek historis
bahwa bahasa Melayu menjadi bahasa pengantar (lingua franca) di
kawasan Asia Tenggara, maka tak mustahil dan sangat mungkin
kebudayaan Melayu (termasuk keseniannya) dapat menjadi pengikat
solidaritas nasionalisme di kawasan ini. Bukti-bukti historis
membenarkan kenyataan tersebut, bahwa lingkungan penguasa negeri ini
akrab dengan tari Serampang Dua Belas, terutama dari pihak istri-istri
eksekutif, seperti Ibu Negara Fatmawati dan Megawati Sukarnoputri yang
berdarah Melayu Bengkulu, Ibu Rahmi Hatta Minangkabau, Ibu Mufida
Jusuf Kalla Minangkabau, dan masih banyak yang lainnya. Aspek
pemersatu bangsa ini mendapat dukungan dari semua pihak di Nusantara.
Nusantara adalah sebuah istilah yang dipergunakan untuk merujuk
kepada wilayah geografi dan kebudayaan yang ada di Asia Tenggara,
terutama di kepulauan Alam Melayu. Secara geografi, Nusantara merujuk
kepada pengertian sebagai gugusan pulau-pulau yang ada di antara dua
benua, yaitu Asia di Utara dan Australia di Selatan—di antara dua lautan,
yaitu Lautan Hindia dan Samudera Fasifik. Secara kenegaraan meliputi:
Indonesia, Malaysia, Singapura, Selatan Thailand, Filipina, dan juga
Oseania.
Masyarakat yang menghuni Nusantara, terdiri dari pelbagai etnik.
Ada yang berjumlah besar, seperti Jawa, Sunda, dan Batak. Namun ada
pula yang berjumlah relatif kecil seperti orang Lubu, Siladang, Kubu,
Senoi, Temiar, dan lainnya. Begitu juga dengan kebudayaan yang ada di
kawasan Nusantara ada yang berusia ribuan tahun, namun ada pula yang
berusia relatif muda. Namun demikian, di antara kebudayaan-kebudayaan
yang terdapat di wilayah Nusantara ini terdapat beberapa unsur
kebudayaan yang menyatukan kebudayaan Nusantara secara umum.
Misalnya sebahagian besar masyarakat Nusantara menggunakan bahasa
Melayu sebagai lingua franca (bahasa penghubung), sejak berabad-abad
yang silam. Masyarakat Nusantara juga sadar bahwa mereka adalah satu
rumpun ras yang sama, yaitu ras Melayu atau Melayu Polinesia, yang
terdiri dari ras Melayu Tua dan Melayu Muda.
Faktor lainnya, selain bahasa dan ras, yang menyatukan masyarakat
rumpun Melayu seluruh dunia adalah seni budaya. Misalnya seni zapin
Melayu yang menjadi ikon dari kesenian Melayu. Demikian pula
kesenian tradisional Melayu yang tergabung ke dalam genre asli,
dondang sayang, dendang sayang, gamat, joget, dan sejenisnya menjadi
wahana pemersatu budaya Melayu. Kesenian ini, telah bertapak selama
Bab I: Pendahuluan

eksisnya masyarakat Melayu. Ia telah ada di era animisme dan dinamisme


sampai sekarang ini.
Faktor lainnya yang mengintegrasikan orang-orang Melayu di
seluruh Dunia adalah dengan kesamaan sejarah, yang mengharungi masa
animisme sampai abad pertama, masuknya Hindu-Budha abad pertama
hingga ketiga belas, Islam sejak abad ketiga belas sampai kini. Penjajah
Eropa juga menjadi penggerak menyatunya masyarakat Dunia Melayu.
Mereka merasa sama-sama dijajah dan tolong-menolong untuk mengusir
penjajahan dari bumi Melayu.
Selain itu, masyarakat Melayu mengembangkan kebudayaannya
berdasarkan kepada faktor dalam yaitu inovasi dan faktor luar yang
disebut akulturasi. Kebudayaan Hindu-Budha, Islam, dan Eropa diolah
bersama-sama dengan budaya yang berasal dari dalam peradaban Melayu
itu sendiri, menjadi kebudayaan Dunia Melayu yang eksotik dan menjadi
dasar jatidiri kebudayaannya.
Dalam seni joget dan sejenisnya kebudayaan yang digunakan adalah
hasil dari pengolahan dari unsur dalam dan luar tadi dan telah bersebati
(menyatu) dengan budaya Melayu. Di dalam kesenian ini telah
dipolarisasikan masalah moralitas, estetika, dan nilai-nilai yang selaras
dengan panduan agama Islam dan kebudayaan Melayu sekali gus. Karena
sejak abad ketiga belas nilai-nilai Islam telah dienkulturasikan dalam
kebudayaan Melayu dalam bentuk ketetapan adat bersendikan syarak
dan syarak bersendikan kitabullah. Dalam konteks sedemikian rupa,
ronggeng Melayu tidak sama nilai-nilainya dengan branyo atau branle
Eropa. Ronggeng Melayu telah menyatu dengan budaya Melayu, yang
menerapkan ajaran-ajaran agama yang dipandu oleh wahyu Allah, dan
tidak bersifat sekuler.
Tujuan tulisan ini adalah memaparkan adanya persamaan dan
hubungan budaya antara kebudayaan-kebudayaan etnik di Nusantara
dalam satu kesatuan Dunia Melayu melalui seni joget (ronggeng) rumpun
Melayu. Hal ini membuktikan bahwa kita adalah serumpun dan kita
memiliki budaya yang sama, walau dipisah oleh sekat-sekat kebangsaan.
Namun seharusnya setiap orang di Nusantara wajib mengetahui posisinya
sebagai bahagian Dunia Melayu atau juga Dunia Islam yang menjadi
rahmat kepada seluruh alam.
Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk mengkaji fakta yang
terjadi di lapangan, tentang proses persebaran dan akar budaya seni
Serampang Dua Belas dan joget (ronggeng) dan sejenisnya di Nusantara.
Awal timbulnya, di seluruh Dunia Melayu, kemudian diteruskan
akulturasinya yang kompleks di zaman kesultanan Melaka, diteruskan
dengan akulturasinya dengan budaya Portugis, dan perkembangan
berikutnya di masa penjajahan sampai masa merdeka di negara-negara
bangsa.
Ronggeng dan Serampang Dua Belas dalam Kajian Ilmu-ilmu Seni

Melalui tulisan ini, penulis akan menganalisis dua aspek dari seni
ronggeng dan Serampang Dua Belas, yaitu:
1. Bagaimana sejarah persebaran dan eksistensi sosiokultural seni
ronggeng dan Serampang Dua Belas?
2. Bagaimana struktur seni (musik dan tari) ronggeng dan Serampang
Dua Belas?
Untuk bahagian pertama, secara saintifik perlu dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan sejarah dalam tulisan ini adalah mengacu kepada
pendapat seorang teoretikus sejarah dunia ternama Garraghan (1957).
Menurutnya, yang dimaksud sejarah itu memiliki tiga makna yaitu: (1)
peristiwa-peristiwa mengenai manusia pada masa lampau; aktualitas
masa lalu; (2) rekaman mengenai manusia di masa lampau atau rekaman
tentang aktualitas masa lampau; dan (3) proses atau teknik membuat
rekaman sejarah. Kegiatan sejarah tersebut berkaitan erat dengan disiplin
ilmu pengetahuan. Lengkapnya adalah sebagai berikut.

The term history stands for three related but sharply differentiated
concepts: (a) past human events; past actuality; (b) the record of the same;
(c) the process or technique of making the record.
The Greek , which gives us the Latin historia, the French
histoire, and English history, originally meant inquiry, investigation,
research, and not a record of data accumulated thereby—the usual present-
day meaning of the term. It was only at a later period that the Greeks
attached to it the meaning of “a record or narration of the results of
inquiry.” In current usage the term history may accordingly signify or
imply any one of three things: (1) inquiry; (2) the objects of inquiry; (3) the
record of the results of inquiry, corresponding respectively to (c), (a), and
(b) above (Garraghan, 1957:3).

Tujuan utama dari analisis sejarah sosiokultural ini adalah untuk


mengkaji fakta yang terjadi di lapangan, tentang proses perkembangan
dan difusi seni ronggeng dan Serampang Dua Belas. Awal timbulnya
Serampang Dua Belas, perkembangan dalam bentuk seni Pulau Sari
yang ditata oleh Orang Kaya Adram, dan penataan serta pembakuan
ragam gerak sebanyak dua belas oleh Guru Sauti, kemudian
perkembangannya menjadi tarian nasional, dan persebarannya ke Dunia
Melayu yang lebih luas, pendistorsian karena aspek transmisinya secara
lisan, dan lain-lainnya.
Kemudian pada bahagian kedua, yaitu untuk menganalisis struktur
musik dan tari dipergunakan pendekatan dan teori strukturalisme di
bidang disiplin etnomusikologi dan antropologi tari. Dalam konteks itu,
maka dipergunakanlah notasi balok (Barat) sebagai sarana analisis,
meskipun sebagaimana diakui oleh para ilmuwan seni, notasi ini juga
memiliki berbagai kelemahan, namun sampai kini notasi inilah yang
Bab I: Pendahuluan

paling banyak digunakan sebagai sarana analisis keilmuan seni, serta


telah diselaraskan untuk kepentingan keilmuan seni.
Untuk menganalisis struktur tari ronggeng dan Serampang Dua
Belas sebagai bagian yang diutamakan dalam pertunjukan (persembahan)
akan dideskripsikan dengan sistem kinisiologi tari (penggambaran)
ditambah dengan lukisan garis edar penari, yang kami kutip dari tulisan:
(1) A. Rahim Noor dan Salim A.Z. yang bertajuk Sembilan Wajib Tari
Melayu (1984) juga (2) tulisan Jose Rizal Firdaus (2006) yang berjudul
“Teknik Tari Serampang 12 Karya Sauti.”
Dari semua kenyataan budaya dan sosial tersebut, maka yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji keberadaan seni ronggeng dan Serampang
Dua Belas ini adalah penggunaan ilmu-ilmu seni. Tujuannya adalah
untuk memperoleh hasil kajian yang mengikuti norma-norma yang lazim
digunakan dalam kegiatan ilmiah keilmuan. Untuk itu. Penulis
menggunakan dua ilmu utama untuk mengkajinya, yaitu etnomusikologi
dan etnokoreologi.

1.2 Ilmu-ilmu Seni

Seni adalah salah satu unsur kebudayaan, yang dalam konteks


pengkajiannya diperlukan ilmu-ilmu seni. Seni tumbuh, berkembang, dan
fungsional dalam kebudayaan manusia di seluruh dunia ini. Seni dalam
konteks kebudayaan eksis karena setiap manusia membutuhkan
pemuasan akan keindahan di dalam kehidupannya. Dalam konteks agama
Islam, dijelaskan bahwa Allah itu adalah indah, dan Allah menyukai
keindahan. Jadi kalau Sang Pencipta saja menyukai keindahan, pastilah
makhluk yang diciptakannya, termasuk manusia, menyukai keindahan
pula.
Berbasis kepada keindahan tersebut, maka muncullah berbagai
cabang dan genre seni. Jika manusia memuaskan rasa keindahannya itu
melalui titik, garis, warna, baik dimensi dua atau tiga, maka seni ini
disebut dengan seni rupa. Jika ekspresi keindahan tersebut berbentuk
dimensi pendengaran yang disusun oleh ruang dan waktu, seperti nada,
tangga nada, melodi, harmoni, ritme, dan sejenisnya—maka ini disebut
dengan seni musik. Selain itu tidak jarang bentuk nyanyian dalam musik
dikomposisikan oleh bahasa verbal yang berasal dari seni sastra. Jika
keindahan itu diekspresikan melalui media ruang dan waktu terutama
oleh gerak dan tenaga maka disebut dengan seni tari. Begitu pula jika
kesenian itu diekspresikan melalui pementasan berupa prolog, dialog,
epilog, adegan, cerita, disertai tarian, musik, rupa, pencahayaan, dan hal-
hal sejenis, maka seni ini disebut dengan seni teater.

Anda mungkin juga menyukai