@@
I
I
P.lsmunandar K.
i
DAHARA PRIZE
TERPILIH & BERHARGA
t
PUS'I'A K DA JATENG
bt SI:NTARANG
f\o. l-ai t. 20 .o d6
1,: tt g5 1, .1
7,8-?t
u
I
i
Sekitar abad ke-ll baik Adipati Harya Santang maupun I
t2
Berbeda dengan daerah lain, di Jogyakarta - lengkapnya
Daerah Istimewa Yokyakarta - para ahli tersebut tidak disebut
jabatannya secara lengkap, melainkan cukup disebut dengan
istilah Kalang saja. Dengan istilah itu orang sudah mengenalnya
sebagai ahli perancang maupun pembuat bangunan tempat
tinggal yang ulung.
Begitulah istilah khas untuk daerah yang satu itu. Semua
pejabat Kalang yang disebutkan di atas berbeda dengan
orang-orang "Kalang" yang berasal dari nenek moyang tertentu
dan sampai sekarang sering melakukan upacara pembakaran
mayat yang disebut "Kalang Obong". Yang dibakar bukan orang
mati melainkan sebuah "puspa", yaitu moneka yang menggambar
kan orang tersebut. Sejak berabad-abad yang lalu sampai
sekarang kelompok "Kalang" tadi tinggal di daerah Tegalgendu,
Kecamatan Kota Gedhe dan di daerah Wonosari, Kebupaten
Gunung Kidul.
l3
2. Bagaimana Tempat
Tinggal Nenek Moyang Dahulu?
t4
lainnya cukup mengencangkan yakni alat-alat batu, ujung panah
dan flakes (kepingan senjata tajam), batu, penggilingan, kapak-
kapak yang sudah diasah (neolithikum), alat-alat dari tulang dan
tanduk rusa. Di samping itu juga ditemukan alat-dat perunggu
dan besi.
Meskipun begitu, banyak pula yang menemukan tulang
belulang manusia (ienis Papua-Melanesoide) dan binatang,
sehingga hampir bisa dipastikan bahwa ceruk-ceruk tersebut
,udah lama menjadi tempat tinggal manusia.
l6
3. Pohon-pohon yang Dipakai
t7
Bagaimanakah ciri-ciri kayu jati yang baik? Orang-orang
yang faham mencatat bahwa kayu jati yang baik ialah kayunya
keras dan mempunyai serabut yang halus serta berminyak
(nglenga). Jenis kayu jati itu menjadi sasaran blandhong (tukang
kayu), dan orang-orang yang berminat dalam masalah petumah-
an. Sepanjang diketahui, pohon tersebut tumbuh di daerah
pegunungan yang tanahnya berwarna merah, tapi menurut
kawruh Kalang (buku pedoman yang berhuruf Jawa yang
menguraikan soal kerangka mangunan, dasar-dasar ukurannya,
hingga bahan-bahan yang umum dipakai dari rakyat sampai raja)
ada I I macam kayu jati yang mendatangkan kebaikan. Tentu
saja, hal itu harus dilihat juga tempa! menanamnya, umurnya dan
cara menebangnya.
Maka, kita harus mengetahui juga kayu jati yang tidak baik,
yakni yang tumbuh di tanah berwarna hitam di daerah
pegunungan juga.Di samping itu ciri-cirinya lunak, bergetah dan
rapuh. Ada 16 macam kayu yang berpengaruh buruk.
Oleh banyak pihak, tanah-tanah tertentu dianggap mempe-
ngaruhi jenis kayu jati yang baik, dengan jaminan tahan puluhan
tahun jika dipakai untuk mendirikan banggnan. Jenis-jenis kayu
jati itu,adalah sebagai berikut:
l. Jati bang, kayunya keras dan halus, serta berminyak (nglenga).
Kayu jenis ini sangat awet bila digunakan sebagai batran ba-
qgunan.
) Jati kembang,atau disebut juga jati sungu (sungu=tanduk).
Warnanya hitam, tapi ada pula yang mengatakan berwarna ke-
klat-coklatan. Uratnya seperti ukiran bunga dan mirip tanduk.
Jenis kayu jati semacam ini bila dipasang pada bangunan ru-
mah cukup baik dan tahan lama. Tetapi tentu saja tidak sekuat
jati bang.
3. Jati kapur batangnya lunak. Urat-uratnya (serabutnya) kasar
warnanya keputih-putihan. Rupanya jenis jati kapur bila digu-
nakan sebagai bangunan tidak dapat bertahan lama. Sehingga
banyak orang yang kurang berkenan mencarinya. Tidak seperti
- jati kembeng maupun jati bang yang daya tahannya lebih lama.
Namun bila jati kapur tadi tumbuh di atas tanah yang berwarna
merah (tanah liat) biasanya mempunyai daya tahan yang lebih
baik bila dibandingkan dengan jati bang yang tumbuh di atas
tanah yang berwarna hitam.
18
Di samping tiga jenis kayu jati yang disebutkan di atas, masih
ada lagi beberapa jenis kayu jati tapi kurang begitu populer,
misalnya jati kunyit, jati doreng, jati keyong, jati eri, jati Landa
dan jati werut.
Jadi, pada umumnya orang memilih yang batangnya keras
dan seratnya halus.
Menurut legenda, kayu jati juga mempunyai "sifat" yang
tidak berbeda dengan manusia, yaitu baik dan buruk. Kayu jati
yang bersifat baik akan mempengaruhi peruntungan (hokki) dan
keselamatan penghuni bangunan atau pemilik rumah. Sedangkan
jati yang bersifat buruk bisa menyebabkan penghuninya menjadi
"apes" (sial). Sekarang marilah kita bahas kayu jati yang
"sifat"nya baik. '
l. Uger-uger, yaitu kayu jati yang berasal dari batang pohon teta
pi cabangnya rangkap. Seseorang yang memiliki kayu terse-
but, akan merasakan kedamaian dan ketenangan. Alangkah
baiknya bila dipakai pada pintu ftori) rumah dan pintu pagar
tembok tinggi (cepuri) yang disebut regol.
2. Trajumas, yaitu kayu jati yang berasal dari sebuah pohon
yang cabangnya tiga. Barangsiapa memasang kayu semacam
ini pada rumahnya, maka akan kebanjiran rejeki (mbanyu mi-
li). Kayu ini cocok untuk kerangka bangunan yang besar yang
letaknya di atas, seperti molo, blander, pengeret dan lain seba-
gainya.
3. Pandhawa, asalnya dari si$uah pohon jati yang bercabang li-
ma. Seperti narnanya, kayu ini sifatnya kuat dan perkasa.
Oleh sebab itu ia harus menjadi "penjaga" pendhapa, teruta-
ma sebagai saka guru ( tiang utama).
4. Mulo, kayu jati dari pohon yang sekelilingnya lembab (dikeli-
Iingi air). Kayu yang disebut Molo ini akan memberikan pera-
saan segar kepada pemiliknya, ditambah lagi dengan banyak
terkabulnya keinginan pemilik rumah. Kayu seperti ini juga bi
sa digunakan untuk saka guru atau tiang utama; tetapi mutu-
nya memang masih di bawah kayu Pandhawa.
5. Tunjung, diambilkan dari pohon jati yang menjadi sarang bu-
rung yang besar-besar seperti elang, dan lain-lainnya. Barang-
siapa mempergunakan kayu jenis ini, si pemilik atau penghuni
bangunan akan memperoleh status sosial yang lebih tinggi.
t9
Walapun kayu ini lebih sesuai bila untuk bangunan kandang
kuda (gedhongan atau istal) atau kandang ternak jenis lain-
nya.
6. Gedam, yaitu kayu jati yang pohonya ditempati bururlg-bu-
rung kecil. Sesudah kayu tersebut dijadikan bangunan peru-
mahan,pasti pemiliknya akan mempunyai banyakkawanyang
sayang kepadanya. Dan jika banyak kawan, secara otomatis
rejeki juga mengalir lancar. Sebaiknya kayunya untuk membu
at kandang kuda (gedhongan).
7. Munggang, yaitu kayu jati yang tumbuh di atas tanah yang
tinggi (gumuk atau punthuk). Watak atau sifat kayu ini tidak
berbeda dengan kayu Tunjung dan Gendam, dan tepat sekali
bila dipakai untuk membuat kerangka bangunan pintu ger-
bang (regol), bangunan untuk istirahat (gerdu), pesanggrah-
an maupun bangunan-bangunan sejenis. Pokoknya bukan ba-
ngunan untuk tempat tinggal tetap seperti dalem atau omah je
ro ( rumah bagian dalam).
8. Gendhong, yaitu kayujati yang tumbuh sebagai tunas dari se-
buah pohon. "Sifat" kayu gendhong ini bisa memberikan ke-
kayaan kepada pemilik rumah atau penghuni bangunan. Sa-
ngat baik dipakai untuk kerangka bangunan.
9. Gedheg, yaitu sejenis kayu jati yang mempunyai tonjolan
(gembolo) Sifat dan fungsionya tidak berbeda dengan gen-
dhong.
10. Gadhu, yaitu kayu jati yang tonjolannya seperti batu giling
(gandhik atau pipisan). Si pemilik atau penghuni rumah yang
diberi kayu semacam ini pada suatu ketika akan mempunyai
banyak hewan-hewan piaraan serta hidup selamat sejahtera.
Kayu gadhug ini cocok untuk bangunan kandang.
20
Soko guru (tiang ulama) di otas, seboiknya dibual dari kayu jati
jenis Pandhawa don Mulo.
2t
Kori, cepuri otdu regu (pintu gerbong) sebaiknya diberi kayu jati
jenb uger-uger.
dari
u
berdirinya sampai tahap-tahap penyempurnaannya selalu diambil-
kan kayu dari hutan Donoloyo, Wonogiri). Dan, untuk bangunan-
bangunan utamanya-seperti Sasana Sewaka, Sasana Parasdya,
dan Sasana Handrawina ditentukan suatu syarat yang membuat
orang geleng-geleng kepaia. Vakni, "Kayu itu harus ditebang dari
pohon yang dijalari benalu, dan usianya minimum 200 tahun".
Jadi, kita bisa membayangkan betapa sulitnya mencari kayu
semacam ltu.
Tapi hal tersebut diduga merupakan syarat-syarat peninggal-
an agama Hindu, walaupun kita semua tahu bahwa kraton-krlton
Jawa pada umumnya mempunyai dasar seni bangunan iaya
Hindu, Islam dan Eropa, Sehingga jelas-jelas si penebang pohon
tak boleh mengabaikan peraturannya.
Para sesepuh (orang tua-tua), yang berpakaian busana
Kejawen lengkap dengan blangkonnya dan biasanya merupakan
ahli kebatinan, ikut menentukan seluk beluk bangunan rumah.
Penentuan lokasi ke tempat yang ditunjuk juga merupakan
tahap-tahap penting pelaksanaan pembangunan. Panitia pemba-
ngunan rumah tidak bekerja sendiri, tapi petunjuk-petunjuk dari
para sesepuh yang sudah disebutkan di atas tidak boleh diabaikan.
Berkat bimbingan mereka, rumahpun bisa dibangun dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia dan
mampu memberi ikatan lahir maupun batin.
Untuk menebang pohon jati dan memotongnya, diadakan
upacara yang khusuk penuh dengan buasana hening mencekam.
Mula-mula sebuah kain cindhe yang berwarna merah diiipitkan di
sekeliling pohon jati. Hal itu dilakukan bila pohon tersebut
merupakan pilihan raja. Berbagai "ubarampe" klebatinan juga
disiapkan atas permintaan tokoh kebatinan yang ditunjuk. Setelah
itu, sang tokoh segera menghaturkan sembah dan berkomat-kamit
mengucapkan mantera. Tidak berapa lama kemudian, dua buah
telapak tangannya bergetar sehingga badannya ikut bergoyang-go-
yang sehingga peluhnya bercucuran keluar. Akhirnya setelah
tenang kembali, tokoh kebatinan tersebut melemparkan tiga butir
telur ke bagian batang pohon yang akan ditebang tadi. Di samping
itu, juru kunci atau penunggu desa itu juga melepaskan seekor
ayam jantan putih mulus yang segera berlari-lari ke semak-semak
di depannya.
Peranan tokoh kebatinan dalam penebangan kayu memang
menonjol, hal itu diperkuat dengan getaran tangannya yang
25
menunjukkan bahwaia sedang berhubungan dengan badan halus.
Sesudah itu, orang yang punya hajat bertugas mengayunkan
kampak yang beruntaikan kembang melati seba4yak tiga kali ke
pokok jati.
Upacara itu diperkuat lagi dengan penaburan rkembhng di
sekitar pohon, sehingga ikut pula mengenai sesaji ylng terdiri dari
tumpeng beraneka warna, golong kencana, ketan salak, pisang
emas,pisang raja, telur tebus, telur mentah yang masing-masing
berjumlah sembilan. Persebahan yang enak tersebut semata-mata
untuk mohon restu kepada Tuhan dengan perantaraan leluhur
Tanah Jawi. Di samping yang berupa makanan, tersedia pula
benang lawe dan sebesek bunga telon.
Kini, dilanjutkan dengan selamatan "kepung tumpeng".
Tumpeng ini dinikmati oleh para blandhong (penebang kayu)
dengan harapan a5at "dhanyang penunggu alas, dhanyang
Kalisari, roh-roh jahat manusia jahat, asu ajak sekancane, macan
ula sabrayate, kalajengking, gegremetan lan sapanunggalane, aja
padha ganggu gawe marang aku kabeh sakancaku" Yang berarti
"Wahai penunggu hutan dan desa Kalisari, roh jahat, manusia
yang jahat, serigala dan gerombolannya, ular harimau, kalajeng-
king, dan segalanya macam binatang melata jangan mengganggu
kepada rombonganku"
Seperti tradisi yang sudah bengakar berabad-abad yang lalu,
dalam upacara itu kalau keadaan memungkinkan tetap diadakan
pertunjukkan wayang, dengan lakon yang disesuaikan dengan
upacara penebangan pohon.
Selain lakon wayang yang disajikan seperti lakon Jatiwasesa,
yakni kisah tentang Raden Gathotkaca yang mencari salaguru
untuk pembangunan kraton Ngamarta atau Babad Alas Wanamar
ta, juga diadakan acara sedekah rebutan.
Acara rebutan (panjat pinang) sempat mengundang ratusan
orang penduduk karena menyaksikan rebutan dua buah pinang
dengan memanjat bambu yang diberi pelicin.
Di samping itu, desa Tamanjang (daerah Blora) menjadi
terkenal karena terdapat pohon jati yang telah berusia dua
keturunan, suatu usia yang cukup langka pada jaman sekarang
ini.
Dalam kelangkaannya itu, KPH (Kesatuan Pemangkuan
Hutan) Randublatung dianggap sebagai gudang pohon jati yang
baik dalam kualitas maupun kuantitas, oleh karena itu banyak
proyek-proyek pemerintah yang mengambil kayunya dari sini,
26
seperti saka guru rnasjid Demak, gedung wanita "Sasana Bakti
\Yanita Tama" di Jogya dan gedung wanita lainnya di Solo, serta
proyek-proyek yang berada dilbukota Jakarta yang jumlahnya
cukup banyak.
21
4. Meratakan Tanah
28
rumah di wilayah Rukun Kampung Tegalgendu yang sangat
angker. Sebabnya, pemiliknya pernah bunuh diri di situ dengan
menggantungkan badannya, di wuwungan (bubungan) rumah.
Karena seseorang yang melakukan perbuatan nekat, maka orang
yang lain akan menanggung akibatnya, yaitu sial, atau sakit-sakit-
an bahkan ikut-ikutan bunuh diri. Dan masih banyak lagi
rumah-rumah yang mempunyai kesan "angker" tetapi berbeda
masalahnya.
Oleh karena itu, orang Jawa sangat hati-hati dalam memilih
tanah maupun tempat-tempat yang layak untuk ditempati.
Cara-cara memilihnya juga tidak begitu sukar, karena masing-
masing tanah mempunyai nama-nama tertentu. Nama-nama tanah
yang baik ialah:
l. Tanah yang miring ke timur disebut Manikmulya,barangsiapa
tinggal di tanah yang demikian itu akan berhindar dari segala
macam penyakit, hidupnya kecukupan, tenteram dan terhin-
dar dari marabahaya. Disebelah selatan tanamilah pohon
"cocor bebek".
2. Tahan yang miring ke utara disebut Indraprasta, nama keraja-
an kaum Pandawa, yang sesungguhnya adalah sebuah ibukota
India (New Delhi) pada jamah dulu. Tetapi tanah ini mempu-
nyai nama lain yakni Telaga Ngayuda atau Bathara. Orang
yang tinggal di sini mudah terpenuhi apa yang diidam-idam-
kan dan kekayaannya akan dinikmati oleh anak-cucunya.
3. Sangsang'buwana atau Kawula katubing kala, tanah yang di-
kelilingi oleh gunung atau perbukitan. Barangsiapa tinggal di
tempat ini akan disegani dan dicintai oleh tetangganya, menja
di kepercayaan orang. Pokoknya segala kebaikan dunia.
4. Bumi Langupulawa, tanah bekas kuburan dan biasanya terle-
tak di atas jurang. Orang yang menempatinya akan bersikap
seperti pendeta (ambek adil paramarta).
5. T'anah yang miring ke Timur dan Kebarat (bagian tengah ba-
gaikan punggung sapi) disebut Darmalungit, tanah yang mem-
bawa rejeki banyak.
6. Sri Nugraha. Tanah yang memberikan kepada penghuninya se
lalu diberkati oleh Yang Mahakuasa baik berupa pangkat atau
kekayaan. Tanah seperti ini bagian baratnya tinggi tapi bagian
timurnya datar.
29
7. Wisnumanitis. Tanah yang naik turun terutama di bagian uta-
ra ini membawa banyak rejeki dari penghuni pertama sampai
beberapa keturunannya.
8. Endragana. Tanah yang datar di bagian tengahnya dan sekitar
nya lebih tinggi (kukuwung), akan memberikan ketenteraman
lahir batin.
9. Srimangepel. Tanah yang terbentang di tengah-tengah lembah
dan banyak sumber airnya. Penghuninya atau pemiliknya
akan kecukupan bahan makanan (pangan).
10. Arjuna. Tanah yang miring ke kanan dan bagian utara mau-
pun selatan tertutup oleh bukit. Tanah ini memberikan sifat
mudah memaafkan serta dih<lrmati oleh sesamanya.
ll. Tigawarna. Tanah yang dikelilingi gunung yang menjorok ke
tanah membuat penghuninya arif bijaksana bagaikan seorang
pertapa.
12. I)anarasa. Tanah yang bagian baratnya tinggi dan bagian uta-
ranya rendah. Orang yang tinggal di sini akan mempunyai ba-
nyak istri atau kawin berkali-kali tapi dianugerahi cukup keka
yaan.
13. Suniyalayu, tanah yang dikelilingi lembah akan menyebabkan
penghuninya-mempunyai banyak anak.
14. Lamurwangke, sebidang tanah yang diapit oleh gunung atau
bukit. Tanah ini sering didatangi oleh kerbau, sapi atau kuda.
Namun orang-orang juga menyadari bahwa disamping tanah
yang ideal untuk dijadikan tempat tinggal juga terdapat tanah
yang tidak sesuai untuk dijadikan perumahan. Tanah-tanah
tersebut ialah:
l. Tanah yang miring ke barat disebut Sri Sadana, orang yang
tinggal di sini kerjanya hanya bertengkar saja dan sering pe-
nyakitan. Oleh sebabitu,dianjurkan untuk menanam pisang
"kluthuk" di bagian timur.
2. Tanah yang miring ke selatan dinamakan orang Gelagah. Me
nyebabkan penghuninya melarat dan sering kematian kelirar
ganya. Maka, sebelum menempati, di tengah-tengah halaman
harus diberi pendaman "mowo" (arang dari sesuatu benda
yang habis terbakat) dan membaca Surat Al Ikhlas dan Surat
An naas.
30
Surat Al Ikhlas.
A. Qul huwallahu ahad.
B. Allahus shamad.
C. Lam yalid wa lam yulad.
D. Wa lam yakun lahu kufuwan ahad.
Surat An Naas.
A. Qul A,'uudzu birqb-bin-naasi.
B. Malikin Naasi.
C. Ilaahin Naasi.
D. Min Syarril Waswasil Khonnaasi.
E. Al Ladzi Yuwaswisu fii shudurin naasi.
F. Minal jin nati Wannaasi.
3. Tanah yan! miring ke selatan dan langsung berhadapan de-
ngan rawa namanya Sekarsinom. Orang yang tinggal di sini bi
sa saja menjadi kaya tetapi barang-barang miliknya sering hi-
Iang. Untuk tumbal, anda harus menyediakan atau menanam
pohon asam dan delima.
4. Kalawisa, tanah yang sebelah tirnur agak tinggi, namun sebe-
lahnya rendah. Tanah yang mempunyai ciri seperti ini kalau di
tempati bisa menyebabkan sakit-sakitan atau mengalami ke-
matian.
5. Tanah yang naik turun menuju ke selatan disebut Siwahboja,
orang yang menempatinya senantiasa mendapat bencana.
6. Tanah yang memancar merah kekuning-kuningan dinamakan
Bramapendhem, tanah ini arnat "sangar" sehingga sering
mendatangkan kematian.
31
7. Tanah yang sekelilingnya mengandung air, disebut Sigarpenja
lin sesuai dengan namanya yaitu sigar (terbelah), tanah ini bi-
sa memecah belah keluarga karena terlalu sering bertengkar.
Sebagai tumbal, pendamlah air (yang sudah ditaruh dalam bo-
tol) di tengah-tengah halaman.
8. Asungelak (anjing haus), tanah yang terletak di bagian barat
gunung, orang yang menempatinya haus akan pertengkaran se
hingga sering diamuk tetangga. Sebelum didirikan bangunan
sebaiknya di tengah-tengah tanah tersebut lemparkanlah
"lungka" (gumpalan tanah liat),
9. Singameta (singa mengamuk;, tanah yang bagian tengahnya
terdapat air atau sumber air. Orang yang tinggal di sini akan
selalu diamuk berbagai macam penyakit. Untuk menghindari
malapetaka tersebut, tanamlah batu di tengah-tengah halaman
dengan membaca Al Fatihan.
A. Bismillahirrahmanirrahim.
B. Alhamdu lillahi rabbil alamin.
C. Arrahmanir rahim.
D. Maliki yaumiddin.
E. Iyyaka na'budu wa iyaaka nastain.
F. Ihdinash shirrathal mustaqim.
G. Shirathal ladzina an'amta 'alaihim, ghairil maghdlubi'ala-
ihim waladldlallin
AAMIIN
Artinya:
32
G. Jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bu-
kan jalannya orang-orang yang Engkau murkai, dan bu-
kan pula jalannya orang-orang yang sesat.
Terimalah ya Tuhanku!
33
a
haladim", kemudian membaca: "Ya dayina yani yanu
yamarkaba yasiyata yasiyara ya'amusa yarimua yadibuda
yadibaya"
Setelah bacaan selesai, di keempat sudut rumah ditanam
semacam jimat sebanyak empat buah yang betuknya sepbrti ini
:dari Kitab Primbon Betaljemur Adammakna):
V c)2111111 6)r-oYAU,l
Para penduduktidakhanya melakukan upacara senthir, tapi
juga upacara tumpeng Di Kota Gede banyak dijumpai upacara
tumpeng, bahkan boleh dikatakan hampir semua penduduk
menjalankannya. Pada umumnya semuanya itu mempunyai
maksud dan tujuan yang satu, yaitu Tuhan Yang Mahaesa. Pada
tumpeng tersebut absolutisme Tuhan dilambangkan dalam bentuk
runcing seperti piramida . . . . dan berkah-Nya diharapkan turun.
Suatu tempat yang akan didirikan bangunan harus dibersih-
kan benar-benar. Kemudian pada sore harinya, yaitu menjelang
magrib fiam 18.00), di tengah-tengah halaman diletakkan sebuah
senthir yang diberi tutup kaleng terbuka agar kalau tertiup angin
tidak padam.
Karena pusat kekuatan jahat umumnya berada di tengah-te-
ngah halaman, maka letaknya senthir juga harus tepat, kalau
perlu diukur dengan tali yang sudah disiapkan pada empat sudut
halaman. Dalam pertemuan silang kedua tdi itulah letaknya
senthir.
Demikian juga dengan upacara tumpeng, gundukan nasi
tersebut ditaruh tepat di tengah-tengah.
Pada saat-saat berlangsungnya upacara, biasanya hanya
dihadiri oleh tetangga dekat saja; beserta kerabat dekat tentunya,
termasuk pejabat setempat seperti Pak Dukun dan Pak RT.
Karena mereka ikut memberikan sambutan sepatah dua patah
kata. Sementara itu, semua tendga yang hadir di situ nantinya juga
terlibat dalam pekerjaan mendirikan rumah. Sebetulnya upacara
ini tidak terlalu penting bila dibandingkan dengan upaqra
menaikkan molo, dan hanya merupakan peleng\pp untuk
mgnghindari pengaruh jahat yang ditimbulkan ol6h "Yang
mbahureksa" (mahluk halus, penguasa desa setempat).
34
Maka jika Pak Kaum yang seharusnya memimpin berhalangan
datang atau sedang ada acara ke luar kota, kepala keluargalah
yang menjadi sibuk karena bertanggung jawab memimpin
upacara.
Hanya saja doa-doa yang dibaca biasanya tidak selancar Pak
Kaum, atau kalau pak kepala keluarga tidak sanggup membaca
doa atau ujubnya, hal itu tidak usah diutarakan.
Di bidang kerohanian, orang yang berkepentingan langsung
dengan bangunan rumah tersebut seperti Pak Dukun berpuasa
antara I sampai 3 hari. Oleh karena itu orang-orang yang akan
rrrendirikan bangunan sebaiknya memberitahukan lebih dahulu
kcpada Pak Kaum agar beliau dapat mempersiapkan diri dengan
bai k.
Selain senthir yang diletakkan di tengah-tengah lapangan,
tcntu saja yang sumbqnya bagus agar pada waktu upacara tidak
padam, yang punya hajat biasanya juga menyediakan alat-alat
lainnya. Khusus untuk upacara Tumpeng, di siapkan perlengkap-
lrrnya berupa nasi pgtih, gudangan, telur, sayuran dan tukon
(jajan) pasar. Tumpe[g yang dibelah menjadi dua bagian dan
tliscbut tumpeng pungkur, di tengah+engahnya diletakkan nasi
Mcgana.
Mengapa disebut lumpeng pungkur? Karena berasal dari
hahasa Jawa mungkur yang artinya bertolak belakang. Sedangkan
rrlsi megana yang berada di tengah-tengah tumpeng tersebut dari
kirta Merga ana, karena ada, yang dimaksud adalah Tuhap. Jadi
rntknanya tumpeng dan nasi megana adalah dengan adanya
'l'ulran, kita harus menghindarkan segala macam kejelekan. Di
surnping tumpeng ditaruh sebuah kendi berisi ari putih yang sudah
tliramu dengan daun dadap srep sebanyak 3 helai dan kembang
Itkrn (tiga macam bunga yang terdiri dari kenanga, kanthil dan
rrrcluti). Kembang tersebut merupakan lambang agar para pekerja
rlln tamu yang menghadiri upacaradikelakkemudian hari akan
nrcrasa senang {an tenteram.
Sedangkan daun dadap srep pada umumnya dipakai untuk
rrrcrryembuhkan penyakit panas. Jadi, rumah ya4g akan dibangun
it u akan terhindar dari.hal-hal yang sifatnya panas (osrep :6intin;
Bacaan lain lagi, yang dipimpin oleh Pak Kaum yaitu
rttcngucapkan terimakasih kepada yang punya hajad, kpmudian
rrrcmbaca doa (uiub). Sementara itu para hadirin duduk bersila di
I unah.
35
"Dhanyang kang rumeksa banjar pekarangan iki, dhanyang
lanang dhanyang wadon nyuwun kinabulane angSen kawula rakit
srana tumbal griya punika, tansah pinaringan kawilujengan,
tinebihna saking tulak sarek, ingkang badhe ngrencana dhateng
bale groya menika, sarana menika dipun kantheni uluk salam
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakber".
Artinya:
"Kaki dhanyang yang menguasai halaman ini, baik laki-laki
maupun perempuan, mohon dikabulkan segala keinginan saya
dalam mencukupi sarana untuk tumbal rumah ini, selalu diberi
keselamatan, dijauhkan dari marabahaya, dari orang{rang yang
punya rencana jahat kepada rumah ini. Saya memulai sarana
dengan mengrft apkan takbir Allahuakbar, Allahuakbar. Allahuak
bar".
r
merkayangan, dan masih banyak lagi) dan yang bersifat menolak
gangguan orang-orang jahat seperti maling, rampok dan
sejenisnya.
Kini, lingkungan di situ sudah dikamuflasekan sedemikian
rupa sehingga orang yang melihatnya akan kecewa, karena tempat
tersebut terlihat sebagai hutan yang penuh dengan tumbuh-tum-
buhan yang lebat maupun duri-duri yang liar. Akibatnya orang
yang mau berbuat tidak baik akan merasa jeri sendiri.
Sementara itu, perlengkapan tulak bala yang terdiri dari daun
awar-awar (berfungsi menawarkan keadaan yang jelek), duri
pohon kemarung atau gembili berfungsi sebagai senjata, dan
rumput alang-alang (menghalangi perbuatan jahat), serta daun
nanas atau belahan kulit bambu yang dibuat mirip keris dengan
warrla selang-seling hitam putih (lambang ular), terakhir
cmpon-empon (rempah-rempah yang merupakan lambang kepahit
an) disiapkan untuk ditanam pada empat penjuru halaman.
Waktu mengadakan upacara, sebaiknya . jangan sampai
diketahui oleh siapapun juga. Hal ini untuk menja5a a5al, jangan
ada tangan jahil atau orang-orang yang tak diunda4g.yang akan
rttengeruhkan suasana. Maklumlah, dalam suasana sepertiitu pasti
banyak orang yang iri hati.
Dengan didampingi oleh Pak Kaum, yang punya hajat
scgera menyiapkan "ubarampe" (peralatan) Seperti yang telah
<lisebutkan di atas. Di samping itu juga memilih hari-hari keramat
nrcnurut perhitungan masyarakat Jawa, yaitu malam Selasa
Khiwon atau Jumat Kliwon. Dan Pak Kaum sendiri harus
herpuasa antara satu sampai tiga hari tak ubahnya dengan upacara
scnthir dan tumpeng. Sebab, dengan melakukan puasa semacam
irri, apa saja yang akan dikerjakan menjadi manjur atau ampuh.
()lch karena itu, jauh-jauh hari Pak Kaum harus sudah diberitahu
ttgar memilih hari yang baik dan menyiapkan moril agar segalanya
tidak mendapatkan suatu rintangan apapun.
Tepat pada hari yang ditentukan, Pak Kaum mulai
rncjalankan tugasnya. Kalau beliau berhalangan hadir karena
\csuatu sebab, maka tugas tidak boleh diwakilkan pada orang
Iuin, karena orang tersebut diragukan kemampuannya. Memang,
tlalam soal-soal yang berhubungan dengan dunia gaib, orang-
()r'ang seperti Pak Kaum mendapat tempat terhormat di
rrrilsyarakat, terutama masyarakat pedesaan.
17
- Mula-nrula Pak Kaunr mengambil cepluk atau empluk, yaitu
serrracanr kuali (periuk kecil) dari.tanah
liat. Cepluk tersebut diisi
dcngan berbagai-bagai tumbuhan seperti yang telah diseburtkan
dimuka, dan jangan lupa, daun dadap srep sr'rta kembang
lekrnnl'a. Seandainya mengalami kesulitan dalam mencari cepluk,
orang boleh rnenggantikannya dengan kain putih atau nrori .
38
5. Memasang Ompak atau Umpak
purus
*
! !
Rumoh Ponggtng-pe dilihot dari samping dan dari depan.
40
Tetapi ada sistem menanam tiang tanpa ompak tetapi langsung
dimasukkan begitu saja ke daram jerambah (lantai). sisteri
semacam ini disebut sistem ceblokan (ceblok=ditanam, atau
jatuh)' Dan bagian bawah lubangnya lebih dahulu harus
diberi
batu.
4t
6. Memasang Lantai
42
-
u
BRUNJUNG ANDER RANCKA
{t-'ruruK NGAMBANG
PENANGGAP
PENITIH
PENINGRAT
DOoOOOO
\ PENINGRAT
oooo
PENITIH /
\/
oooo
\
\./ PENANGGAP /
oooooo
PAMIDANGAN
oooooo
/\./----\
/\
oooooooo
./\
,/\
/\
OE,ooOooo
tL_
45
Namun ada pula orang yang membuatnya clari bambu,
terutama bambu pelung yang dianggap cukup kuat. besar dan
tebal. Sebaliknya untuk tiang-tiang yang kecil cukuplah orang
memakai bambu ori, apus dan wulung.
Bambu untuk tiang tidak sembarangan cara memotong dan
cara menanamnya. Potongannya harus tepat pada ros (ruas). Hal
ini dilakuka\ a9al, tiang itu menjadi kuat dan tidak mudah
dimasuki binatang-binatang kecil seperti tikus maupun binatang
lainnya serta air hujan yang mudah meresap ke dalamnya. Begitu
juga dara menanamnya harus sesuai dengan letak bambu pada
waktu masih berupa pohon tidak berbeda dengan memasang tiang
dari kayu, yaitu bagian bawah tiang harus dijatuhkan pada
pangkal pohon bambu, sedang bagian atas tiang jatuh pada ujung
pohon bambu. Kalau cara memasangnya terbalik, kata orang bisa
menimbulkan akibat yang tidak baik krpada penghuninya seperri
penyakitan dan seterusnya.
Tiang dibuat dengan pethel atau wadung, yaitu kapak kecil
yang letak matanya melintang, kadang-Padang diasah dengan
pasah.
Tidak ada ukuran formal untuk tiang; tetapi yang lazim ialah
12)(12 cm, 1,4 X 14 cm untuk ukuran kecil, dan ukuran yang
besar 40 X 40 cm. Sedangkan tiang bambu harus menyesuaikan
dengan bahan bambu yang ada, termasuk juga tinggi tiang,
disesuaikan dengan tinggi rendahnya bangunan itu dengan
standard ukuran tinggi blandarnya rumah. Namun pada
prinsipnya tiang tidak boleh terdiri dari sambungan-sambungan,
hal ini untuk mencegah agar bangunan tidak roboh.
Susunan konstruksinya sebagai berikut :
untuk tiang kayu biasanya menggunakan sistem konstrusi
purus. Purus yang berfungsi sebagai kunci dimasukkan ke dalam
lubang purus ompak. Untuk sistem ceblokan langsung dimasuk-
I
46
Kelerangan gambor:
a. Bambu
b. Bungkus plustik atau tit
c. Ruos bambu
d. Botusebogoilondasi
e. Tonah
47
Gambar di bawah ini, menunjukkan cara perakitan atau
nstruksi saka guru pada rumah bentuk joglo.
A. Sistem Cothokon'
B. Sislen puns.
kererongon gambor:
48
Tiang yang sudah jadi, biasanya dihias dengan berbagai
macam ukir-ukiran. Tapi yang akan diterangkan di sini hanya
beberapa saja, Seperti Saton, Wajikan, Mirong, dan Praba.
Srton berasal dari kata setu, yaitu kue yang dibuat dengan
cetakan. Dinamakan saton, karena hiasan ini mirip kue satu,
berbentuk bujur sangkar dengan hiasan daun-daunan atau
bunga-br:ngaan.
Ragam hiasnya berbentuk pahatan dengan garis berkotak-
kotak. Setiap kotak berisikan hiasan daun atau bunga, yang.dobel
maupun yang tung,gal. Garis-garis kotaknya selalu sudut-menyu-
dut, hingga bentuk bujur sangkarnya selalu miring.
Hiasan Saton ini yang diukirkan ada rumah tradisional ini tidak
saja polos warnanya, tetapi juga disesuaikan dengan kayunya.
yang berwarna paling-paling hanya terdapat di dalam
keraton, baik di Jogyakarta maupun di Surakarta, sehubungan
dengan latar belakang (back ground) yang berwarna hijau tua
maupun merah tua, dengan sendirinya hiasan saton juga berwarna
seperti itu. Kadang-kasdang ditambah dengan warna kuning emas.
Untuk membuat hiasan saton, harus dipahatkan pada
kerangka bangunan dengan memakai pahat ukir kayu, sehingga
terbentuk relief. Cara memahatnya sebaiknya pada waktu kayu
kerangka bangunan belum dipasang, dan untuk mendapatkan
hasil yang sebaik-baiknya, ukirlah panjang maupun lebarnya
dengan cermat.
Selain diukirkan pada tiang bangunan rumah bagian atas dan
bawah, juga kila dapatkan pada balok-bdok blandlr, sunduk,
pengertt tumpang, snder' sebagai pengisi bidang pada tcbcng
49
pintu dan lain-lainnya. Daram komposisi hiasan, ragam
hias saton
ini merupakan rangkaian atau dasar dengan ragam hias tumpal,
llacapan, sorot dan seterusnya.
Semua hiasan saton, baik yang terdapat pada tiang maupun
balok-balok yang lainnya, seperti telah diterangkan di atas tiaat
bisa terpisahkan dengan hiasan tlacap, tumpal dan sebagainya.
Kalau dipisahkan akan. memberikan hasil hiasan y"ng -tur"ng
baik. .:
Hiasan saton ini dibuat oleh ahli_ahli ukir yang berpenga_
laman serta tekun dalam bekerja. Untuk mengukir tl*g+i*g
rumah bangsawan atau di dalam kraton, ada tukang_tukang
uki;
tersendiri dengan gelar abdidalem wedana.
Kata wajikrn berasal dari kata wajik, ialah nama sejenis
makanan yang dibuat dari beras ketan, dan memakai gula
kjapa
sehingga warnanya menjadi merah tua. Dinamakan wajihan,
sebab bentuknya seperti irisan wajik (belah ketupat
sama sisij, tapi
ada juga yang menyebutnya hiasan sengkulunan, yaitu
motif batik
yang bentuknyajuga belah ketupar.
_ Hiasan ini ada yang memakai garis tepi dan ada yang tidak,
lalu bagian tengahnya merupakan ukiran Oaun_aaunai yang
tersusun memusat. Atau gambar bunga dilihat dari -ara
depan.
meletakkan dapat berdiri dan dapat pula terlentang.
50
PLiSTAKDA JATENG
Rhgam hias ini ditempatkan di tengah-tengah tiang,
atau pada titik-titik persilangan balok-balok kayu yang sudut-
rnenyudut pada pagar kayu bangunan; contohnya bisa dilihat
pada Bangsal Manis Kraton Yogyakarta.
53
bernama praba atau bodhong, tapi untuk seni ukir motif praba
berarti motif sulur yang sama dengan gaya ukir Bali. Khusus
untuk hiasan tradisional Jawa yang dimaksud praba adalah
pahatan ukiran yang menggambarkan sinar atau cahaya.
Hiasan praba yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari
merupakan ukiran relief yang bentuknya melengkung, tinggi dan
tengahnya lancip. Sedang gambaran yang digambarkan seperti
daun-daun pohon yang bulat seperti ekor burung merak yang
sedang "ngigel" (membentangkan ekornya dan berarti tegak,
khusus untuk burung merak) selalu kelihatan bersinar. Hiasan
praba yang dipahatkan pada Bangsal Tamanan Kraton Jogyakarta
(dan sudah tua) mirip dengan hiasan tumpal (corak batik yang
bergaris-garis tiga) yang sederhana.
Hiasan tersebut pada umumnya berwarna seperti kuning
emas dan dibuat dari bahan prada (bubukan) emas. Tetapi
untuk bangunan-bangunan tua (dalam hal ini Bangsal Tanaman
Kraton Jogyakarta) mempunyai hiasan prada yang berwarna
hijau, biru merah dan disungging (diberi gambar dengan
mengecat).
Hiasan ini dibuat dengan jalan dipahatkan pada tiang-tiang
bangunan. Berbentuk relief, menjulang tinggi dan kadang-kadang
berupa lukisan timbul. Tak ubahnya dengan ragam hiasan yang
lain, hiasan yang satu inipun dipahatkan sebelum tiangnya
dipasang. Cara membuat pahatannya harus dilakukan dengan
hari-hati, diukir panjang lebernya agar berbentuk simetris. Kalau
semuanya kelihatan sama, akan menarik dipandang mata.
Ragam hias praba, selain dipahatkan pasa saka guru, juga
pada saka penanggap serta saka panitih. Letaknya pada dua
tempat, yakni yang begian bawah menghadap ke atas danbagian
atas menghadap ke bawah pada keempat sisi masing-amsing tiang.
Ragam hias seperti ini dipahatkan pada tiang-tiang yang
menopang bangunan Bangsal Kencana, Bangsal Witana, Bangsal
Tamanan yang semuanya berada di dalam Kr-ton Jogyakarta
Hadiningrat.
Seperti telah diterangkan di halaman depan, bahwa perkataan
praba berarti sinar atau cahaya. Sebab itu, maksud dari
pemberian ragam hias ini juga untuk membuat tiang-tiang
menjadi bersinar-sinar (bercahaya). Belum lagi jika dipahatkan
ekor burung merak yang kebulat-bulatan, pasti semakin
54
tnenambah kesan mewah. Di samping itu,
juga untuk menambah
gelap
keindahan dan keagungan tiang-tiang besar dan berwarna
itu.
Untuk membuat ragam hias seperti ini, diperlukan tenaga
yangbenar-benar"pinilih"(terpilih).Betapatidak?Karenaorang
i.rr"U,rt harus benar-benar tekun, sabar dan yang tidakkalah
penting: Tekun Tentu saja dengan
semakin erjadi Pula regenerasi di
kalangan k-anak muda yang berhasil
mewarisi kepandaian langka tersebut.
55
8. Memasang Ander
atau Saka Gini dan Molo I
)
56
untuk konstruksi atau rakitan rumah bentuk kampung dan
limasan, ander memang boleh dibanggakan, karena merupakan
penopang molo dan dihubungkan dengan sistem purus.
Cara-cara merakit ander adalah seperti di bawah ini:
riil
gania
I
t!t!_(yLs!t tllti
t7
Anderpenopang molo
59
makhluk hidup secara naturalistis atau alamiah itu dilarang, maka
hiasan flora dan fauna itu .hanya terdapat pada rumah-rumah
biasa (tidak di masjid).
Sedangkan jauh sebelum Hindu maupun Islam datang, atau
yang lebih dikenal dengan istilah jaman Prasejarah, gambai-gam-
bar yang menunjukkan flora dan fauna telah dipahatkan atau
diukirkan pada benda-benda yang terbuat dari perunggu,
misalnya mekara, candrasa, nobat, kapak corong, dan lain-lain-
nya.
60
Flora yang tersebar pada bangunan rumah tradisional Jawa
pada Umumnya bermakna suci, indah, ukirannya halus dan
simetris dan mengandung daya estetika tersendiri (daya yang
menuju kepada keindahan). Adapun flora yang sering dipakai
adalah bagian batang, daun, bunga, buah dan pucuk pohon-po-
honan.o
a. Lunglungan.
Istilah lung-lungan berasal dari kata dasar lung yang artinya
batang tumbuh-tumbuhan yang masih ,muda-, yang masih
melengkung. Selain itu, juga mengandung arti sebagai nama daun
atau ujung ketela rambat, Sedangkan yang disebut dengan Lung
kangkung'ialah salah satu motif kain balik.
Khusus untuk lung-lungan terdiri dari bentuk tangkai, daun,
bunga dan buah yang distilir. Tapi stlirannya berbeda-beda sesuai
dengan daerah asalnya, seperti stiliran model Mataram, Jogyakar-
ta, SUrakarta, Pekalongan, Jepara, Madura dan lain-lainnya.
Bahkan gaya Bali juga sudah mulai tersebar.
Lung-lu.ngofi,
.
6t
a. Untuk warna dasar biasanya merah tua atau merah coklat dan
disebut "cet tuk", sedang lung-lungannya berwarna kuning
emas dari bahan "prada".
b. S'ebagai dasar warna hijau tua, dan lung-lungannya beiwarna
kuning emas dari bahan "prada".
c. Tangkai dan daun tetap berwarna hijau dengan jalan menyung-
ging (pewarnaan dari warna tua sampai warna muda hingga
menjadi putih). Bunga dan buah warnanya merah, juga dengan
cara sunggingan dari warna tua ke warna muda hingga menjadi
putih. Kadang-kadang juga dipergunakan warna ungu, biru
dan kuning.
Dalam hal memahat, halus dan kasarnya sudah tentu di
tangan si pemahat. Di samping itu juga ditentukan oleh materi
yang dimiliki oleh yang punya rumah. Untuk rumah petani yang
sederhana misalnya, pahatannya juga sederhana dan tidak begitu
halus (kurang rata). Sebaliknya untuk rumah bangsawan yang
kaya atau rumah para pengrajin hasil pahatannya sangat halus
dan enak dipandang mata. AIat yang dipakai untuk memahat
berbeda dengan pahat untuk ukir kulit, perak, dan sebagainya.
62
Jenis pohon-pohon yang sering distilir untuk hiasan
lung-lungan adalah: teratai (padma), daun kluwih, bunga melati,
pohon bunga dan daun markisah, buah keben, tanam-tanaman
atau pohon-pohonan yang bersifat melata seperti ketela rambat
dan beringin, dan masih banyak lagi.
Orang-orang yang biasa melakukan pekerjaan ini (membuat
lung-lungan) disebut pengrajin ukir kayu, Khusus untuk daerah
Jogyakarta mempunyai nama depan yang memakai kata: wognyo,
seperti Raden Wadono Wignyowidagdo. Pekerjaan semacam ini
sekarang banyak ditopang oleh lembaga-lembaga yang dianggap
dewa penyelamat seperti Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia
(STSRI) "ASRI". Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) dan
Sekolah Menengah Industri dan Kerajinan (SMIK) Lembagalem-
baga itu mempunyai pelajaran seni kriya (seni pekerjaan) yang di
dalamnya terdapat seni mengukir kayu. Begitu juga dengan Balai
Penelitian Batik dan Kerajinan yang mengadakan semacam
sanggar untuk latihan mengukir kayu.
b. Tlacapan
Kata tlacapan berasal dari kata tlacap yang mendapat
akhiran, yang artinya memakai tlacap. Adapun yang dimaksud
dengan ragam hias tlacap ialah hiasan yang berupa deretan segi
tiga sama kaki, sama tinggi dan sama besar. Selain itu bisa polos,
bisa pula diisi dengan hiasan lung-lungan, daun, atau bunga-bu-
ngaan yang telah distilir. Dengan garis tepi atau tidak memakai
garis tepi.
63
Dalam memberi warna, tergantung pada hiasan yang telah
dipahatkan sebelumnya. Untuk kayu yang polos hiasannya polos
juga. Sedang untuk bangunan yang berhias dan berwarna, ragrun
hiasnya berwarna kuning emas atau warna sunggingan, yaitu hijau
dan merah. Bila memakai garis tepinya, diusahakan wafnanya
sama (warna emas). Sedang warna dasarnya bisa hijau tua atau
merah menurut warna dasar kayu atau balok yang diberi hiasan.
Cara membuat hiasan tlacapan ini ada yang melakukan
dengan cara melukis dan memahat. Kalau dipahat, baik pada
tembok maupun kayu, akan menjadi bentuk relief. Dan
pewarnaannya bisa kuning emas yang polos atau sunggingan dari
warna tua ke warna yang muda hingga menjadi putih.
Setelah dilukis atau dipahat, hiasan tlacapan ini bisa
ditempatkan pada pangkal dan ujung balok kerangka bangunan
seperti dhadhapeksi, blandar, sunduk, pengeret, ander, santen,
saka santen, dan seterusnya. Kalau perlu pada bagian gimbal.
Hiasan tlacapan ini menggambarkan sinar matahari, atau
sinar yang berkilauan. Jadi tidak mengherankan bahwa ada orang
yang menyebut tlacapan ini sebagai sorotan. namun yang pokok
hiasan semacam ini mengandung arti kecerahan atau keagungan.
Molo atau suwunan mdrupakan bagian rumah yang
disamakan dengan kepala manusia. Jadi dianggap sangat vital.
Agar sesudah dipasang pada bangunan rumah nanti mempunyai
kekuatan magis, maka diadakan .upacara lengkap dengan
sajiannya.
Mula-mula kayu yang akan dijadikan molo diletakkan di
suatu tempat yang bersih. Sesudah itu, beberapa orang tukang
ukir yang berpengalaman mulai menatahnya dengan tekun.
Cara menatahnya diusahakan agar tidak dilakukan berulang
kali, tetapi kalau dapat satu kali jadi tanpa membuat kesalahan.
Orang-orang mengharapkan, kalau menatahnya terlepas dari
kesalahan, hal itu akan mempengaruhi kekuatan bangunan
rumah.
Selama molo dalam proses penatahan, harus diusahakan agar
tidak dilompati orang. Sebab menurut kepercayaan, molo yang
sudah pernah di lompati orang, setelah menopang bangunan
rumah akan menyebabkan rumah menjadi sangar dan banyak
menimbulkan malapetaka. Baik kepada orang yang mendiami
maupun kepada tetangga di kiri-kanannya.
&
Waktu yang dipakai untuk menatah molo juga tidak
sembarangan, tetapi diusahakan untuk memakai hari-hari yang
baik menurut penanggalan Jawa, misalnya hari lahir pemiliknya.
Yang dianggap tidak baik ialah hari-hari di mana salah seorang
famili meninggal dunia (gebleg). Misalnya hari kelahiran si
pemilik rumah bertepatan dengan geblag, hal itu bisa diganti
dengan hari lahir istri atau anak sulungnya.
Hari-hari yang dianggap tidak baik atau naas dinamakan
Kalamenga.
Orang-orang yang menatah molo, biasanya tidak enak kalau
ditonton orang, jadi banyak yang mengisolasi diri. Mereka pada
umumnya sudah berusia lanjut dan sudah menikah (walaupun
sudah tua, tapi kalau belum menikah tidak diperbolehkan
menatah molo). Selama pengerjakan molo, diusahakan berpakai-
an bagus dan kalau perlu memakai wangi-wangian serta harus
mbisu (tidak boleh berbicara).
Sebelum upacara dimulai, orang menunjuk Pak Kaum untuk
memimpin upacara menatah molo. Bila Pak Kaum atau sesepuh
lain berhalangan, pak tua yang menatah molo boleh saja
memimpin upacara tersebut.
Setelah alat-alat seperti tatah berbagai ukuran, pukul besi
disiapkan, Termasuk, sesaji yang berupa makanan dan uripurip
(hidup-hidup : maksudnya ayam jantan yang hidup dengan kaki
terikat) serta kemenyan.
Semuanya itu melanbangkan kesuburan, kebahagiaan dan
kekuatan. Sedangkan kemenyan yang dibakar merupakan
persembahan kepada Tuhan agar selama menatah molo tidak
mendapat gangguan suatu apapun. Di samping itu juga untuk
keselamatan para pekerja.
+ Sesudah kemenyan habis terbakar dan maunya semerbak
memenuhi halaman sekitarnya, para pekerja mulai menatah molo
dengan hati-hati dan tidak boleh ditunda-tunda sampai esok
harinya, jadi harus lembur. Sebab kalau sampai proses ini tidak
selesai pada waktunya, dan mengacaukan seluruh acara yang telah
diperhitungkan dengan primbon. Maka, hal itu dianggap suatu
perbuatan yang tercela.
Tetapi jangan lupa, sebelum tangan menyentuh molo untuk
ditatah, masing-masing pekerja harus mengucapkan bismilah
hirrohmanirrohim. di dalam hati, kemudian barulah Pak Kaum
segera membuka do'a:
65
'".rr'ugi.-mu;gi.
anggenipun ngupakara damel menika lan
dumugi nginggahaken, boten wonten'rubeda menapa-menapa.
Allahuakbar, Allahuakbar, Amin' r.
Artinya:
"Mudah-mudahan dalam menggarap pekerjaan menatah
molo ini termasuk menaikkan ke atas, tidak mendapat suatu
halanganapapun. Allah Maha Besar, eAllah Maha Besar. Amin.
rl
;r
li
I
int rl
llr
I
{
6
9. Memasang Dinding
Keterongon:
l. Ruos
2. dinding
3 .4mplokan
Sistem amplokan poda dinding
(penampang dari utas).
67
Di samping untuk menyambung dinding, sistem amplokan
juga dipakai untuk menyambung dinding dengan tiang yang
jumlahnya beberapa buah.
Keterangan:
l. Tiang
2. Dinding
3. Amplokon
Sistem amplokan pada liang
(penampong dari atas)
1
58
10. Memasang Pintu dan Jendela
(r9
Cara membuat pintu juga menurut hari-hari tert€ntu yang
dianggap baik, seperti hari Jumat untuk, memasang pintu depan,
hari Sabtu untuk memasang pintu samping, dan hari Rabu untuk
memasang "lawan gandhok" (pintu beranda) serta yang terakhir,
hari Kamis untuk pintu gerbang regol).
Yang dinamakan pintu samping ialah pintu yang terletak
antara gandhok (beranda) dengan rumah besar; pintu geibang
disebut juga pintu pagar atau teteg, dan pintu rumah ut:rma yaitu
pintu yang terdapat pada pendhapa sampai pringgitan (tempat
yang sering dipakai untuk memainkan wayang) dan dalem (rumah
besar).
mula-mula ada pantangan bagi orang-orang Jawa untuk
meletakkan pintu pekarangan lurus dengan pintu rumah, tetapi
pada jaman sekarang pantangan seperti itu tidak begitu
diperdulikan oran& Pintu dengan posisi danikian biasanya
disebut pintu yang mempunyai bentuk sujen tems (t eiluk suien).
Konon, kata orang-orang, rumah yang memi,liki pintu yang
demikian itu sering dirnasuki maling, atau penghuninya sering
dimasuki angin alias masuk angrn. Sehingga untuk mencegahnya,
banyak rumah tradisional yang pintu halamannya terletak
disamping pintu utama rumah.
Lalu, banyak juga orang yang memakai patokan "kuna"
yaitu panjangnya diukur demudian dibagi lima. Menurut primbon
.tersebut, bila pintunya menghadap ke barat, dihitungnya dari
selatan. Sebaliknya bila pintunya menghadap ke utara penghitung-
annya harus dari barat. Sedangkan bila pintunya menghadap ke
timur, perhitungannya dimulai dari utara.
Dengan hati-hati, orang Jawa membuat perhitungan hukum
kausal atau sebab akibat, termasuk penyesuaian dengan mata
angin, lalu terjadilah apa yang disebut klasifikasi "empat lima".
Selanjutnya klasifikasi tersebu tidak hanya berlaku pada
hitungan pendirian bangunan saja. Dari situlah berkembang
menjadi perhitungan pada pewayangan, kebatinan, pemerintahan,
warna, hukun adat-istiadat, sastra seni dan seterusnya.
Kemudian kami persilahkan para pembaca menyaksikan
bagan di bawah ini.
70
r
IE g
t
ls o S
*
IE la sl! iq, U
.o
soo
lu
IE E
,s
!
sB {tr s
I ta q !:t
s {
ao
!'
E .\a
E
E 6 aJ
ftr
{'U tr
!o lr
E
60
.& oo
a E E
a € .U
V * I
i' -i r+ -i
rycqtuDrml ,ntuog .g Iring Lor l. Mik,slamet
qnAatilnu?utults 't I konX linon-
! mokolehi
m
o1o'otltuosway .g '!/ Io j. Kerusengkala,ala
a0
'.c p
ryapiDut 'tpopuotury 5 4- *ingmaupkewuh
!" .\ s :-
kI R x
G E
G
s' !
G a
]+a : +
OO
G s
:l I
oa
i'
+ f,
s \ s G
0a * E
G
s-
a
F
G
t E.
+
Keterangon:
l. Recik, slanct = t,(lik ddn selomal,
2. kborotg kong tinandon dari,makolehi = Poda prinsipnya,
apo saja yong dikerjakan okon berhasil.
3'. Keno sangkala, ala : kring mendopt keelakaan.
4. Srlng ncmu pakcwuh = sering mengalami atou mendopot
ilnlangan.
5. Saagar, kuraag beci* = Angker, dan kurang baik.
7t
la { l*
I
t9 * u {I
ao o
c;
tr
tr
sE
sl3.
sii !s ss s
s
qia= $ v\ vB a
.j
P
a Y k
-i ^i -; o l-; .'i N q; o\
Keterangan:
L Bumi, baik.
2. Kereta, boik.
3. Kala, buruk.
4. Kali, buruk.
5. Bumi, boik
6. Kereta, baik.
7. Kala, buruk.
8. Kali, buruk.
9. Bumi, baik.
73
Ragam hias garuda yang terbuat dari bahan tembikar dahulu
sangat sederhana. Akan tetapi lama kelamaan para pengrajin
tembikar juga menyempurnakan diri sehingga berhasil membuat
burung garuda dari bahan tembikar yang cukup rumit.
Setelah menerangkan tentang ragam hias panah yang terdapat
pada pintu dan sebagainya, marilah kita membahas ragam hias
panah.
Yang dimaksud panah di sini ialah anak panah. Bukan nama
burung yang terbang di angkasa. Dan panah ini dalam bahasa
Kawinya ialah warayang. Para pengukir biasanya menggambar-
kannya lebih dari satu buah (bahkan sampai delapan) dan arah
atau konsentrasinya menuju ke suatu titik.
Mereka itumenggambarkannya juga secara stilisasi, dan
biasanya berupa segi empat panjang. Kebanyakan menggambar-
kan delapan penjuru angin menuju ke titik-titik silang garis sudut-
menyudutnya. Banyak ujudnya yang menunjukkan- relief
tembus.
Kebanyakan rumah-rumah yang kerangka sampai dinding-
dindingnya (gebyog) tidak dicat, demikian menurut penelitian,
maka hiasan anak panahnya juga tidak dicat alias polos sesuai
dengan kayunya. Dan bila diberi cat, jadilah hiasan anak panah
yang sewarna dengan cat gebyognya. Motifnya bisa bermacam-ma
cam. Banyak yang menggunakan warna hijau dengan garis tepi
kuni.ng gading, maka hiasan anak panahnya juga demikian.
Sejumlah warna yang lain juga tidak berbeda pelaksanaannya.
Warna cat yang bolak-balok, atau yang hanya satu sisi saja tidak
mengurangi keindahan ragam hias anak panah.
76
I
t"+.5
Ragam hias semacam kaligrafi di-atas biasanya menghiasi
pu*ri mirong, songkok pada umpak, sorotan pada balok-balok
kerangka bangunan. Hiasan tersebut berwarna ernas yang terbuat
dari cat kuning atau bahan p*rada. Sedang pada perwujudan
lainnya tidak memiliki warna. Apalagi yang berbentuk profil
suatu umpak, jelas tidak mungkin diberi warna. Kecuali warna
dasar sebelah kanan dan kirinya yaitu merah kecoklatan, atau
hijau tua.
79
cl,lt
r fZ ) f \ (f\ \
r \v/ \Y/ !
<-
/\
--- -----,.,
t1
,r
L___ __ _l
80
11. Memasang Atap
Kelerongon:
I . kndi pcnonggop [pcnit* don pcnongka{J
Sendi tersqbut dihubungkon dengon sbtem cathokon.
2. *adi-sendi wda tampor,t, Digandeng otou dihubungkon
de ngo n s iste m callohan,
3. krdi No rutup kepuh daa klil. jugo dilwbungkoa dengon
si{tem edhokan.
82
a
Kelerongan:
) . Illeng. Merupakan bolok-balok yang, susunonnya secora pirami
da mokin ke atas makin menyempil (berbeda dengan brunjung
yang ber benluk piramido ).
2. Dhadhapeksi otou dhadharnonuk: balok yang melintong yong
terletok di tengah-tengoh pemidhangan.
3. Ander: yaitu penopang Molo (sudah diterongkon di halamon
(depan) Bila sudoh ada empyok, ander tidok usah dipakai lagi.
Keterongon gombar:
l. Penonggop otau Penitih.
2. Penangkur.
3. Emprit Gantil.
4. Dudur.
5 dan 6. Iga-igo.
83
Mungkin karena dipasang perlu untuk memberi ragam hias,
pada atap atau bubungan sering juga diberi ragam hias peksi
gurdha, bahkan Ular Naga.
Berbeda dengan garuda yang begitu populer, maka hiasan
naga masih jauh di bawahnya. Karena munculnya juga bersamaan
dengan seni budaya India.
Dalam cerita Amrtamanthana (salah satu bagian/parwa dari
Mahabarata), tersebutlah seekor ular jelmaan Hyang Basuki yang
melingkari gunung Mandara sehingga keluarlah air kehidupan
(Tirtaamrta) yang akan diminum oleh para dewa supaya hidup
abadi.
I'etapi pada umumnya ragam hias ular selalu diimbangi
dengan ragam hias peksi g3ruda, sebab yang pertama mengandung
unsur kejahatan, jadi harus diimbangi oleh pahlawan kebenaran
yang dilambangkan oleh burung garuda.
Tentu saja bentuk-bentuk ular berbeda satu sama lain
tergantung dari pengamatan para seniman.' Namun pada
umumnya digambarkan secara lengkap dengan memakai mahko-
ta. Tentang mahkota yang dipakai adabermacam-macam bentuk
seperti mahkota pendeta, raja, senopati (panglima perang), dan
seterusnya. Hanya moncongnya saja yang tidak berbeda.
Perwujudan naga ini juga dapat digambarkan, bisa berbentuk
relief, dan bisa juga secara plastis. Mengenai bahannya, anda bisa
menggunakan bahan logam, kayu dan bahan tembok.
84
Pewarnaan ular naga biasanya dengan cara naturalistis,
sunggingan atau polos saja. Bila dengan sunggingan, maka
kelihataniseperti ular naga dalam wayang kulit. Btila memakai
warna polos, warnanya kuning emas, boleh prada, boleh juga
brons. Sedang untukbahan seng, warnanyapolos saja seperti seng
itu sendiri (keabu-abuan).
Tapi dalam hd pembqatannya tentu saja alatnya berbeda,
rnisalnya bahannya dari papan, maka naga dapat digambar biasa,
Kalau bahannya kayu, logam atau tembok harus dipahat.
Setelah selesai, ragam hias ular naga ini dipasangkan pada
bubungan rumah yang kiri kanannya diapit burung garuda. Selain
itu, juga pada pintu gerbang dengan posisi berhadapan, bertolak
belakang, berjajar dan saling membelit.
Ragam hias yang dipasang di tempat-tempat tertentu tersebut
pada umumnya menggambarkan:
a. Ular Aman-thabhoga atau Antaboga, penguasa gempa bumi.
85
Bila bahannya dari tembikar, seringkali cara pembuatannya
dilakukan secara butsir, jadi tidak dicetak, lalu dibakar.
Sebaliknya kalau bahannya dari bahan seng, polanya dibuat dari
kertas lalu digunting dan dipahat yang sesuai. Pada masa
sekarang, pembuatan jago dipangaruhi oleh jago dalam wayang.
, Barang seperti ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu,
jadi tidak dipasarkan.
Bila terbuat dari tembikar, sudah tentu warnanya kecoklatan
(kemerahan). Tapi lama-kelamaan sering berubah menjadi
kehitam-hitaman. Kalau dari seng, juga berwarna seperti seng,
bahkan kadang-kadang dicat hitam. Tetapi kalau sudah lama pasti
berkarat dan warnanya berubah menjadi coklat.
Setelah proses pewarnaan selesai, barulah boleh ditempatkan
di atap. Yang dari tembikar, dijadikan satu dengan genting
bubungan. Dan yang dari bahan seng, dipasang atau dipatri
dengan bubungannya yang juga dari seng.
Orang yang punya rumah memasang jago di atas bubungan
dengan harapan, agar pemilik atau penghuninya bisa diandalkan
dalam segala hal. Jadi bisa menjadi kebanggaan keluarga.
Kalau orang mau memesan jago tersebut, biasanya pergi
kepada para pengrajin tembikar (erabah) yang terdekat. Di
Daerah Istimewa Jogyakarta orang{ratrg sering pergi ke desa
Kasongan, 5 km sebelah selatan kota Jogyakarta. Desa tersebut
terkenal dengan keramik yang karakteristik.
87
Bagaimanapun bentuknya, kalau bahannya tembikar, cara
membuatnya juga sama dengan barang keramik lainnya, ialah
dengan tanah liat. Tetapi tetap tidak dicetak, hanya dibakar biasa.
Untuk bahan seng, pola yang sudah dibuat digunting atau
dipahat, tak ubahnya dengan membuat wayang kulit.
Tadi telah disebutkan bahwa ragam hias gunungan telah
dipasang pada bubungan rumah di bagian tengah. Namun dijaga
oleh hiasan gambar binatang (garuda atau ayam jantan) di sebelah
kiri dan kanannya. Untuk bahan yang terbuat dari bahan
tembikar, .hiasannya menjadi satu dengan genting bubungannya.
Pada bahan sengrsang jagolgrnungan dipatrikan atau dikeling
dengan bubungannya yang sama-sama dari bahan seng.
Bagi masyarakat Jawa, gunungan atau kayon dianggap
Iambang jagad raya dengan puncak gunungnya yang merupakan
lambang keagungan dan keesaan. Pada bagian tengah-tengah
gunungan dari hujan dan panas. Dari apa yang termaktub di situ
orang bisa mengambil kesimpulan bahwa rumah yang dihiasi
gunungan diharapkan mendapatkan ketenteraman lahir batin,
serta berteduh (berlindung) kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Pada saat ini kebutuhan untuk membuat hiasan seperti di atas
sudah jarang. Oleh sebab itu tukang-tukang grabah, seperti
88
pembuat genting, pembuat bubungan, Pot, belanga dan
lain-lainnya hanya menerima pesanan saja. Jadi pada prinsipnya
barang-barang tersebut tidak dijual.
Setelah gunungan, sekarang kita membahas ragam hias
makutho. Dalam kamus "Baoesastra Jawa" yang disusun oleh
WJS Purwadarminta, makutha artinya sebangsa topi yang dipakai
oleh raja bila sedang mengadakan upacara kebesaran. Jadi yang
dimaksud di sini adalah mahkota. Tetapi pada umumnya yang
dipakai adalah mahkota tokoh-tokoh wayang seperti Bima,
Kresna, Rahwana dan sebagainya. Mahkota semacam itu banyak
menghiasi rumah-rumah penduduk di daerah Kabupaten Gunung
kidul. Untuk kota Jogyakarta misalnya bisa disaksikan di atas
bubungan Pendapa Agung Taman Siswa yang juga sebagai
lambang Ibu Pawiyatan (Induk sekolah-sekolah) tersebut. Di
samping itu lambang negara kita, yakni Garuda Pancasila, sering
pula menghiasi bubungan rumah Joglo yang merupakan kantor
Kelurahan dan sebagainya.
(
D
Makulhoq
Kadang-kadang topong-topong wayang
tersebut diberi warna
hitam pada sisinya meniru datamp:.*"v""-J*. padahar kita tahu
bahwa hiasan mahko.ta- yang ditemp"Ikrn
pada bubungan
rata-rata memang tidak berwarna.
Hai itu beriaku ;;.;il;
bahan seng maupuntembikar.
ang pada bubungan? Karena
ng mempunyai mahkota. Jadi
maka pahlawan Amarta ini
a semua penghuni rumah dari
90
Bab II
BENTUK-BENTUK RUMAH JAWA
92
a. Rumah Bentuk Joglo
93
\__ - v,
I
\u
/
./\
z1
t I
\\
\ lr
ll I
!
I I
V
I. Rumah Joglo lonpongon
Joglo jompongan ialah bentuk
.- Rumoh
pengeret
Rumoh Joglo memakai dua
buah dengan denah bujur sangkar. Beniuk iumoh ioglo
mi merupokan bentuk dosor dari bentuk joglo
94
N' 7l
t\
I
t
I I
I I
t /
I
c / I
I t
t ) I
I
I
t
I
I
I
I
I
\
I \
I
I ttt
I / a
I [.1
t/
95
Empyak BombutAnlum
-71
l.
I t'
V
3. RumohJolgo Coblokan
Rumah Joglo Ceblokon
pe nd hem ( te rdapot bogion
bentuk ini tidak memaka
kai sunduk'
go mbo r rnemo
SundukBondhang Llsukrigereh Bohu donyang
96
I
97
rJii;e-tfN
.E:5*:.1+{
\'/
t'..
\____z ,
./' \
/\
98
\/\/
I
I
I
99
7t
I
..-l
I00
I'USTAKDA JATENG
E. Runah Jolgo Scmar Tlnandhu.
Rumoh Joglo kmar Tinondhu (Semor diusung) ioloh Rumah'
t0l
\ --/.
I
f
,/ I
I i I
I
r. I f I
, I
rl
t02
r
is \/
I
lt
v- - - - - -!
lo Apitan, Rumoh toglo lni
lumpang, memokol slngiP,
memokoi geganja don memokoi tikar lumqiong r
l0s
I I. Rumah Joglo Hageng
ilJ4
w-
\..../,
\-/\/
\/\/
.\.t. '/\
tll
/\
\--<'
/\
/'\
/'\
,at
/ta aaa!
l.
/\\- - __
,.
at
lo7
r\J.
\/\/
\/
I
t'rta
I
I
'i-r-.l.rr
J..
/\ t\
t.. ,/' .
L--/-_i_ _-\: J I
I5 RunahLhnsnCcblo*an I
I
l
108
f'
s 7
a a,
! /.
\/
\/
/ - --\
./\
,!t I.
,l
JJ
L--/_
,,{
----t,l
17. Rumah Limosan Pacul Gowang
a \ , a I
\/\-/ I
I )
)--- - --\\ I
./\ t
a a a I
, 18. RumohllmasanGaiahNgombe
Gajah ngombe berarti gajo minum, Rumoh Limasan Goioh
Ngombe ialah Rumah Limason memakoi sebuoh empyak (atap)
emper terletok poda solah salu sbi samping (sisi pendek),
sedongkan sbi lainnyo memakai otap trebil dan kedua sisi poniong
diberi cukil attu triiison. (Gb. 18).
110
r a a
,l
I I
t I
l\
I a I
\ ,,,
I
l
)'-----(
/\ I
r1 a I
ta' \ I
I
t
I
at \ I
L >,
lll
iI
I
,lr-l- /
ll\.
,I
L--
20.- Rumoh Limasan Gojah Mungkur
I
-\ I
I
l.
I *--- I
t
I
+ -- -- --!
l13
ri
I
I
I
I
ll4
- ? -.-i-l--t
I
,a ,
I
\./\,/\
\/\Z
I
\/
I
I
,'f. I I
,
I
I
a
I
I
./\/r /t\
I ,/\/ \/\
I Y '/
t_. \. J
--
il5
"-----:l-
h
/l
I
I
I
tv_ .'l
l/
ll6
\.1 |
tt7
5
I / I
I
\/
/\ F-< I
/\l
,tt
_\
!
27. Rwnoh Llnosoa Lambongsorl
ll8
!r/
,/
,/
ll9
I
I A
I
,,4
l_ _t_ )-l
_ _1._
a \ ! a I
\-\/ I
\/ I
,/ -\ I
,/\ I
a a t I
t/ \J
IE. Rumah Llmasan Gaiah Ngombe
Gajoh ngombe berarti gaja minum. Rumoh Limasan Gqiah
Ngombe islah Rumah Limasan memakai sebuoh empyak (atap) I
rzt
J
I
122
\ v
I
I
\ I
! I
I
I
I I
t
\ I
I I
I
I
I
/ I I
lr
I
lr
I
I
J
{.
[.i
I
V
32, Rumah Linasan Trajunos Lambong Tcplok
Lihot no. 30 Poda rumoh ini coro memberi atap tiltison pado otap
brunjung berbedo dengon gb. 30. Usuk otop tritison tersebut
diperponjang lewat (diatos) blandar, sedangkon penguatnya tidak
diberi penyanggo meloinkan diberi bolok penahan pada sebelol:
dslam antara usuk tdi denganu.suk alop brujung.
Molong kmirang Kraton Cirebon.
123
/.
\./
,/\
lar
124
c. Rumatr Betuk Kampung
125
31. Rwrnh Kampung Pohok
r I I
lI
a
I
L-- I
1
I I
g t
I I
I
I
I
t I I
I
I
rn
I
hurEkpqht,#
2&
RznmhKompungApimn bloh rumoh Kolp4 y4 ttntptttyoi
ebuah onder di tengahlengoh molo, Biosonya rumah ini tidok
bsr,
1Z:8
1
l- a . I
I
I
1
I
I t I I
_t
129
10. Rut ah lbrnpung fun G.pdc
Rumah Kompung Dara Gepok ioloh rumoh kompung yang
mempunyoi olap emper podo kempt sbinyo. fundingkan dcngon
Gb. 16 jiko soloh sotu slsi samping memokoi otap kejen dbebut
Rumah Kompung Baya Mongap (buaya mengongo).
130
itl t
a.
I
I
t
rl I
rl I
I
I
a I
I
I I
I
I
I
_L_
a a
r3!
_l--
a
--_l
I
I
I
I I
t I
I
I
I
I
I I
I
I I I I
I
I
I i
I I
I
]
!
r___r___L*r I I
_l
132
i\_ 4
\ I
I I I
,I
a a
I
, \
Li
13. Rurnoh Kan.putt omfuq Tcplok Saau Ttnadlw
r33
ll; I
i,s
l'f .
-!F --
' -'-- -r1 .'
I
llrl
,il
I
134
I
l3t
. $. Rumah kampung Cerc Gancet
136
d. Rumah Bentuk Masjid dan Tajug
t31
[-- - -.7
./\ _
rl
IL
138
--1
I a a a al I
if a-)J:
\/
.Y,.\/
/\
,/\
TatujTttqMl
49.
139
Bahu danyang
,/\
tl\
140
\arrgga luwak
\ID
\,/'\/
\. '/
\,/
I
,/\
x
/\
./\
,/\
t'
51. TajugSemarTlnandu
l4l
I
v
I
I
.\r/ I
\^.r' I
t*t I
' I
,"' I
t42
)
I
I
I
I
I
I
I I
I
I
',/
.- \l
53. Masjid Payung Agung
143
Muslaka
fumbungan
tofirbongsori
rs-- ;-
l\!
l.t.. I
1\
t
lt ' I
I
.. I
I ,/\ I
I
I I
!.
It I , I
l. r' t t. I
I
I
rL. I
V a a
\l
54. Tajug Lambong furi
t4
r
n
\-_-
l\
tl\rr.rr
,.4!
_-<
./1
I
I
lla..rra
r(-: l.
. i ,l'l------;z1'i.
\
I I l^.. /-l I
I
| . t I t'.'
'l'il ,'. li'i
I
I t. I,
I
,l.Ilr'
X I
".Ii.i.
/
(------'-.{
t
I
/ ;-;-;-.\1, t I
I
t
I
'al
145
l1 3
t\ (r
t/
\a
! at\
146
Soka bentung
\.
\/
/\
I.
t __z :t
57. Tqlug Scrr,0,t Slnongsong Lombary Gannnj
rn
brunjung
\./
)..
,/\
I
148
r
tubhampagstt t
.1
,/
\ ,tt
\/
\,/
/\
,
Lt
59. Tajug Mangkurat
t49
\.4 .1,
/
/
/.
\\
D\
\
\r
Jry
150
n-.**DA
.aaaJla
. l."tt.* . . ,,''-.1
' l' ,r"' ' 'l ll
,
'
' l. ""\.
. ,/)^1'.. .l -./\.
/\.\
/\ .
6). TajugCeblokon
l5r
e. Rumah Bentuk Panggang-Pe
t52
I
I
t I I
! t a
153
I
I
I
I
),.
t
p,
ir
t:
a
Empyok etangkep berorti otap setongkup. Jcnis ini (Ob. 65) poda
dosornya dua buoh panggong yong dipeilemukan pado sbi
deponnya dan saling memakoi tiang dep,n esamanya.
154
-'l I
I I
I
I
i
I
t
I
t I
155
liIl
l,
i(--_ii
F______-r_
67. Runah Panggang-pc kntuk Kios
T I
t
I
I
I
J
r51
_t
L- I I
- --.
70. Ruttalr Pcirggug-p. C.n Cf,rat.
158
.r
_--l_
t3
I
,D
-l
r59
r
'f I
I
I
rl rl
I I
.l nl
I
I
I
I
I
cf rl I
I I
I
I I
tl .l I
'l
72. Rumah panggont-pe Barcngon
h ponggang-pe Borengon
aon beberspa rumah
me.mbelakangi yang
loin
, dan liang s*amanya.
k gudang beras.
fOU izj.
160
r
Bab II[
UPACAYA.UPACARA YANG
TERAKHIR
r62
Bunyi ujub tersebut seperti di bawah ini:
"Bagindha Haleluyar, Bagindha Kilir Ngali, Ingkang
rumeksa lautan,, daratan, mbokbilih wonten kalepalau
anggenipun nyawuk toya sacawuk, angggnipun nyoklck
kayu sacoklek, anggenipun anyerateni wilujengan, nyuwun
berkah, salumahing bumi, salumahing langit, kutu-kutu
walang atogo, nganut serengating Kanjeng Nabi dipun
suwun barokah pangestunipun wilujeng rpunika. Amin.
Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar-
ArtinYa:
163
./
rumah joglo ditambah dengan darah kambing jantan yang
sebelumnya sudah disembelih di atas uleng (tumpukan kayu di
atas saka guru rumah joglo).
malamnya diadakan tirakatan dengan jalan lek-lekan (tidak
tidur semalam suntuk) setelah sebelumnya menikmati hidangan
kenduri.
Di samping upacara seperti di atas, setelah 35 hari (selapan)
diadakan upacara tambahan yang disebut selapan. Upacara ini
tidak berbeda dengan yang dilakukan para ibu yang sedang
mengadung yakni bulan ke 3,7 dan ke 9. Yang jelas kalau sudah di
atas 35 hari rumah iersebut sudah dianggap kokoh.
Tepat pada hari yang ditentukan, yaitu sesudah Isya,
orang-orang sudah hadir semuanya. Banyak pula yang telah
mengadakan persiapan agar malamnya kuat berjaga (tidak tidur)
sampai pagi. Tidak lama kemudian hidangan kenduri sudah
disiapkan dalam suasana yang cukup khidmat.
Soal hidangan yang disediakan, hal itu tergantung dari
kemampuan si pemilik rumah. Kalau ia cukup mampu, maka
hidangan selapanan berupa tumpeng lengkap yang diletakkan di
antara besek yang berjajar. Tumpang itu berisi nasi putih dengan
sayur-mayur yang lengkap. Ditambah lagi dengan kue-kue seperti
jenang sengkala atau jenang makutha, jenang putih, jenang ireng
(hitam), jenang dhadhu, dan jenang merah. Semuanya ini untuk
menghormati saudara yang berada di dalam badan wadag kita,
yaitu sedulur papat lima pancer (termasuk tembuni yang dianggap
bernyawa). Kalau yang bersedia di atas tikar hanya besek dan lauk
gudhangan (sayuran yang diramu dengan parutan kelapa), pisang
raja dan tempe, berarti yang punya hajad termasuk orang yang
tidak mampu.
Setelah semua hadirin (yang memakai sarung dan kopiah).
memasuki rumah, mereka segera bersila di atas tikar. Setelah Pak
Kaum mengucapkan doa ala kadarnya, tumpeng boleh dipotong-
potong untuk dinikmati secara bersama-sama. Kadangkadang ada
yang langsung pulang membawa besek.
t@ i
l'.
I
I
Buku lcin ycng perlu crndcr
dcrpotkon segercl
J
. .lri
P.Igmunandar K.