Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SENI BUDAYA NASIONAL


KEBUDAYAAN SUKU MADURA

Disusun oleh :
Nama : Silvi Nur Safitri
NIM : 2005121028
Kelas : MICE 2B

PROGRAM STUDI MICE


POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebudayaan Suku
Madura”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Desri Wiana, S.S., M. Hum selaku dosen
Mata Kuliah Seni Budaya Nasional yang telah memberikan saya kesempatan untuk membuat
makalah ini. Tak lupa, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan sebaik-
baiknya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami tentang karakteristik Suku Madura
dalam upaya menambah wawasan akan budaya nusantara. Makalah ini saya susun dengan
mencari informasi dari berbagai sumber.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan saya harapkan dan terima dengan senang
hati demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu
pengetahuan lebih luas bagi para pembaca pada umumnya.

Medan, 24 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul ........................................................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Suku Madura ................................................................................................ 3
2.2 Bahasa Suku Madura ................................................................................................. 3
2.3 Sistem Mata Pencaharian Suku Madura .................................................................... 4
2.4 Sistem Pengetahuan Suku Madura ............................................................................ 5
2.5 Sistem Kesenian Suku Madura ................................................................................... 6
2.6 Sistem Religi Suku Madura ....................................................................................... 7
2.7 Upacara Adat Suku Madura ...................................................................................... 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 9
3.2 Saran .......................................................................................................................... 9

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suku bangsa atau etnisitas adalah suatu golongan manusia yang anggota–anggotanya
mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang
dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas
kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis.
Dalam hal ini, Suku Madura yang merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia dengan
kebudayaan yang unik sangatlah menarik untuk dipelajari. Suku Madura adalah suku yang
memiliki karakter yang sangat kuat, baik dari sisi bahasa, kesenian, teknologi dan unsur
kebudayaan lainnya. Persebaran orang-orang yang berasal dari Suku Madura tidak hanya
terfokus di satu daerah, melainkan di berbagai daerah di Indonesia. Namun, masyarakat Suku
Madura cukup teguh dalam mempertahankan kebudayaannya. Kebudayaan Suku Madura masih
bisa bertahan meski sedikit perubahan dalam masyarakat yang terus bergerak secara dinamis.
Berkenaan dengan pentingnya mengetahui karakteristik Suku Madura dalam upaya
menambah wawasan akan budaya nusantara, perlu disusun sebuah makalah yang mampu
menjadi wahana untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan konsep kebudayaan pada Suku
Madura, baik secara teoritis maupun secara praktis. Penyusun membuat makalah yang berjudul
“KEBUDAYAAN SUKU MADURA, JAWA TIMUR”.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana asal mula dan sejarah Suku Madura?
 Apa bahasa yang digunakan oleh Suku Madura?
 Bagaimana sistem mata pencaharian Suku Madura?
 Bagaimana sistem pengetahuan di Suku Madura?
 Bagaimana kesenian di Suku Madura?
 Bagaimana sistem religi masyarakat Suku Madura?
 Sebutkan jenis-jenis rumah adat Suku Madura!
 Jelaskan beberapa upacara adat di Suku Madura!

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengemukakan gambaran mengenai Suku Madura, sehingga
bisa lebih memahami mengenai kebudayaan Suku Madura. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk :
 Mengetahui asal mula dan sejarah Suku Madura
 Mengetahui bahasa yang digunakan oleh Suku Madura.
 Mengetahui sistem mata pencaharian Suku Madura.
 Mengetahui sistem pengetahuan di Suku Madura.
 Mengetahui kesenian di Suku Madura.

1
 Bagaimana sistem religi masyarakat Suku Madura.
 Mengetahui jenis-jenis rumah adat Suku Madura.
 Mengetahui beberapa upacara adat di Suku Madura.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Suku Madura

Dikisahkan bahwa ada suatu negara yang bernama "Mendangkamulan" dengan


seorang Raja yang bernama "Sangyangtunggal", beliau mempunyai anak gadis
bernama "Bendoro Gung". Suatu hari hamil dan diketahui Ayahnya. Raja marah karena
kehamilan putri kesayangannya tidak bisa masuk akal, akhirnya dia menyuruh sang Patih yang
bernama "Pranggulang" untuk membunuh anaknya itu. Karena tidak tega melihat putri
Bendoro Gung, maka ia tidak membunuh anak raja itu, melainkan mengasingkan ke tepi laut
sambil berucap pergilah ke “Madu Oro” (waktu itu hanya sebuah dua bukit di tengah laut yang
kemudian sekarang tempat tersebut disebut Gunung Geger di Bangkalan dan bukit yang kedua
adalah Gunung Pajudan Sumenep) dan patih yang baik hati itu tidak kembali ke Istana dengan
tujuan takut di bunuh oleh raja. Karena telah melalaikan tugas dia merubah namanya dengan Ki
Poleng serta melepas pakaian kebangsawan dan di ganti dengan kain tenun (kain sederhana yang
kemudian menjadi ciri khas orang Madura). Putri raja yang hamil yang malang merasa perutnya
sakit dan segera ia memanggil Ki Poleng dengan cara mengepakkan kakinya ke bumi sebanyak
tiga kali sesuai petunjuk nya dulu. Tidak lama kemudian Ki Poleng datang dan mengatakan
bahwa Bendoro Gung akan melahirkan anak. Akhirnya putra tersebut yang diberi nama Raden
Segoro (artinya laut, sebab dia lahir ditengah laut).

Maka dapat disimpulkan bahwa istilah Madura berasal dari akar kata “Madu Oro” yang
merupakan lontaran dari patih yang bijaksana dalam menyimbolkan dua bukit ditengah lautan.
Sedangkan asal usul penduduk pulau Madura merupakan anak cucu dari Raden Segoro dari ibu
Bendoro Gung.

2.2 Bahasa Suku Madura

Bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia dengan manusia yang lainnya,
sehingga terjadi proses interaksi antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok,
dan kelompok dengan individu yang bertujuan menyampaikan pesan atau informasi. Bahasa
Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur
kurang lebih 14 juta orang, dan terpusat di Pulau Madura, Ujung Timur Pulau Jawa atau di
kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai
Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan. Bahasa Kangean, walau
serumpun, dianggap bahasa tersendiri. Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura terpusat di
kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di
Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan
Kapuas.

Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-
Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.

3
Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain
sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai
akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang
berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu
dengan lafal yang berbeda. Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta
sifatnya yang temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin,
dan rajin bekerja.

Contoh :
1. Bhila (huruf “a” dibaca [e] (info)) sama dengan bila = kapan.
2. Oreng = orang.
3. Tadha’ = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak).
4. Dhimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau).
5. Tanya = sama dengan Tanya.
6. Cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis : cakalang tapi tidak sengau).
7. Onggu = sungguh, benar (dari kata sungguh).
8. Kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau “kemana”)

2.3 Sistem Mata Pencaharian Suku Madura

Orang Madura tipe pekerja keras. Hidup bagi orang Madura haruslah bermakna.
Sebab jika dalam hidup bermanfaat, akan mengangkat harga dirinya di hadapan orang lain.
Bekerja memang adalah sebuah tuntutan untuk bisa hidup. Sebab secara geografis, alam Madura
gersang dan sulit ditanami. Dengan kondisi alam seperti saat ini, sangat sulit ekonomi
masyarakat Madura berkembang.

Masyarakat hidup dalam tingkat ekonomi yang cukup. Ini ditandai dengan muncul nya
industri garam. Juga dimulai dengan penanaman tembakau, khususnya Madura di bagian
timur,di era tahun 60-an sampai tahun 80-an. Namun andalan komoditi lokal ini semakin lama
semakin merosot. Harga garam anjlok. Industri garam lesu. Kondisi ini semakin parah dalam
beberapa tahun belakangan ini. Tidak berbeda dengan tembakau. Beberapa tahun belakangan
harga tembakau anjlok. Petani tembakau banyak yang rugi. Bahkan pemerintah daerah seperti
Pamekasan dan Sumenep, berusaha mencari tanaman alternatif pengganti tembakau.

Secara keseluruhan, Madura termasuk salah satu daerah miskin di provinsi Jawa Timur.
Tidak seperti Pulau Jawa, tanah di Madura kurang cukup subur untuk dijadikan tempat pertanian.
Kesempatan ekonomi lain yang terbatas telah mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan.
Faktor-faktor ini telah mengakibatkan emigrasi jangka panjang dari Madura sehingga saat ini
banyak masyarakat suku Madura tidak tinggal di Madura. Penduduk Madura termasuk peserta
program transmigrasi terbanyak. Pertanian subsistem (skala kecil untuk bertahan hidup)
merupakan kegiatan ekonomi utama. Jagung dan singkong merupakan tanaman budi daya utama
dalam pertanian subsisten di Madura, tersebar di banyak lahan kecil. Ternak sapi juga merupakan
bagian penting ekonomi pertanian di pulau ini dan memberikan pemasukan tambahan bagi

4
keluarga petani selain penting untuk kegiatan karapan sapi. Perikanan skala kecil juga penting
dalam ekonomi subsistem Suku Madura.

Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura ialah tembakau. Tanah di pulau
ini membantu menjadikan Madura sebagai produsen penting tembakau dan cengkeh bagi industri
kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan
pengekspor utama garam. Bangkalan yang terletak di ujung barat Madura telah mengalami
industrialisasi sejak tahun 1980-an. Daerah ini mudah dijangkau dari Surabaya, kota terbesar
kedua di Indonesia, dan dengan demikian berperan menjadi daerah suburban bagi para penglaju
ke Surabaya, dan sebagai lokasi industri dan layanan yang diperlukan dekat dengan Surabaya.
Jembatan Suramadu yang sudah beroperasi sejak 10 Juni 2009, diharapkan meningkatkan
interaksi daerah Bangkalan dengan ekonomi regional. Selain itu, Suku Madura terkenal dengan
berjualan makanan khas sate yang sering disebut sate Madura. Sehingga banyak orang Madura
yang merantau ke provinsi-provinsi lain untuk mengadu nasibnya sebagai penjual sate.

2.4 Sistem Pengetahuan Suku Madura

Sistem pengetahuan Suku Madura sangat rendah, karena tingkat pendidikan suku Madura
tidak terlalu tinggi. Suku Madura cenderung melanjutkan ke pesantren daripada ke jenjang lebih
tinggi. Bahkan menurut Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh
menyatakan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan di Madura masih sangat rendah, baik di
tingkat provinsi maupun di tingkat nasional. Orang Madura lebih peduli mendengarkan dan
mengikuti ucapan, nasehat atau petuah, serta perilaku kyai sebagai pemimpin informal daripada
petunjuk atau arahan pemimpin formal, seperti kepala desa, camat, bupati, atau pejabat-pejabat
pemerintahan lainnya.

Karena mayoritas agama yang dianut suku Madura adalah agama islam. Secara hierarkis,
masyarakat Madura memiliki empat figur, yaitu buppa`, babbu, guru, ban rato (bapak, ibu, guru,
dan pemimpin pemerintahan). Figur-figur utama itulah kepatuhan hierarkis orang-orang Madura
menampakkan wujudnya dalam kehidupan sosial budaya mereka.

Kepatuhan kepada bapak dan ibu (buppa’ ban babbu’) sebagai orang tua kandung
(nasabiyah) sudah jelas, tegas, dan diakui keniscayaannya. Kepatuhan orang-orang Madura
kepada figur guru berposisi pada level hierarkis. Penggunaan dan penyebutan istilah guru
menunjuk dan menekankan pada pengertian kyai (pengasuh pondok pesantren), atau sekurang-
kurangnya ustadz pada “sekolah-sekolah” bercorak keagamaan. Peran dan fungsi guru lebih
ditekankan pada konteks moralitas yang dipertalikan dengan kehidupan eskatologis terutama
dalam aspek ketenteraman dan penyelamatan diri dari beban, atau derita di alam kehidupan
akhirat (morality and sacred world). Ketaatan orang-orang Madura kepada figur guru menjadi
penanda khas budaya mereka. Kepatuhan orang Madura kepada figur rato (pemimpin
pemerintahan) menempati posisi hierarkis keempat. Figur rato dicapai oleh seseorang dari mana
pun etnik asalnya, bukan karena faktor genealogis, melainkan karena keberhasilan dalam meraih
status.

5
Masyarakat Madura juga terkenal dengan pengobatan tradisional, yaitu jamu. Secara
umum, minum jamu yang diracik dari tumbuh-tumbuhan telah menjadi kebiasaan keluarga dan
masyarakat Madura, khususnya yang masih berdarah biru (keturunan dan kerabat raja).
Kebiasaan minum jamu yang begitu melekat ini telah menimbulkan suatu prinsip “lebih baik
tidak makan daripada tidak minum jamu”. Ramuan Jamu Madura mengandung banyak resep
untuk keperluan menjaga kesehatan, misalnya jamu perawatan tubuh, jamu pasca melahirkan,
jamu mempertahankan stamina, dan lain-lain. Pada zaman dahulu, potensi pengetahuan akan
racikan tumbuhan obat ini didukung dengan tersedianya berbagai macam tumbuhan yang bisa
menjadi tanaman pekarangan masyarakat. Sekarang ini, tumbuh-tumbuhan tersebut
keberadaannya menjadi sangat sulit ditemukan atau menjadi liar seiring dengan keengganan
masyarakat untuk memanfaatkan dan menanamnya. Hilangnya pengetahuan pribumi
dikhawatirkan lebih cepat dibandingkan dengan menyusutnya keanekaragaman hayati tumbuh-
tumbuhannya sendiri. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus, maka dikhawatirkan kepunahan
tidak hanya terjadi pada tumbuhannya saja, tetapi pengetahuan tentang tumbuhan obat pada
masayarakat Madura tersebut akan punah pula.

2.5 Sistem Kesenian Suku Madura

Madura kaya akan kesenian tradisional yang amat banyak, beragam dan bernilai. Dalam
menghadapi dunia global yang membawa pengaruh materialisme dan pragmatisme. Kesenian
tradisional dalam hidup bermasyarakat di Madura sangat diperlukan, agar kita tidak terjebak
pada moralitas asing yang bertentangan dengan moralitas lokal. Berikut contoh keseniannya :

1. Tembang Macapat

Tembang macapat adalah tembang yang dipakai sebagai media untuk memuji Allah
sebelum dilaksanakan shalat wajib, tembang tersebut penuh sentuhan lembut dan membawa
kesyahduan jiwa. Selain berisi puji-pujian tembang tersebut, juga berisi ajaran, anjuran serta
ajakan untuk mencintai ilmu pengetahuan, ajaran untuk bersama-sama membenahi kerusakan
moral dan budi pekerti, mencari hakikat kebenaran, serta membentuk manusia berkepribadian
dan berbudaya. Melalui tembang ini setiap manusia diketuk hatinya untuk lebih memahami dan
mendalami makna hidup. Syair tembang macapat merupakan manivestasi hubungan manusia
dengan alam, serta ketergantungan manusia kepada Sang Penguasa Alam Semesta.

2. Duplang

Tari duplang merupakan tari yang spesifik, unik dan langka. Keunikan dari tarian ini
disebabkan karena tarian ini merupakan sebuah penggambaran kehidupan seorang wanita desa.
Wanita yang berkerja keras sebagai petani yang selama ini terlupakan. Dijalin dan dirangkai
dalam gerakan-gerakan yang sangat indah, lemah-lembut, dan lemah gemulai.

3. Karapan Sapi

6
Sebuah perlombaan dengan menggunakan sapi sebagai media, akan tetapi sekarang
jarang dilakukan karena dianggap menyakiti hewan yang juga makhluk hidup.

2.6 Sistem Religi Suku Madura

Suku Madura mayoritas memeluk agama islam. Selain itu, juga ada yang menganut
agama kristen protestan dan katolik. Orang Madura merupakan salah satu suku yang dikenal
identik dengan tradisi islam yang sangat kuat. Islam begitu meresap dan mewarnai pola
kehidupan masyarakat Madura. Bagi masyarakat Suku Madura betapa pentingnya nilai-nilai
keagamaan yang terungkap dari ajaran abantal syahadat, asapo’ angina, apajung Allah yang
artinya suku Madura sangat religius. Suku Madura merupakan salah satu pemeluk agama islam
yang sangat taat, sehingga mereka akan merasa aneh ataupun kurang simpati bahkan jika
identitas kemaduraannya hilang lingkungan sosial ‘akan menolak’ dan orang yang bersangkutan
akan merasa terasingkan dari akar Madura, apabila ada orang Madura yang tidak memeluk
agama islam. Namun, ada juga masyarakat Madura yang memeluk agama lain selain islam.
Bukan karena faktor bawaan dari lahir, melainkan faktor perkawinan silang dan transmigrasi
penduduk ke luar pulau Madura.

Bagi orang Madura, naik haji mempunyai makna sosial. Di samping mempunyai arti
telah menunaikan rukun Islam yang ke lima, orang telah naik haji akan dipanggil tuan, dan
prestisnya akan naik sehingga akan memperoleh penghargaan dan penghormatan oleh
masyarakat lingkungannya. Tujuan hidup orang Madura yang utama adalah menunaikan ibadah
haji ke Mekkah.

Orang Madura umumnya sulit membedakan antara Islam dan (kebudayaan) Madura. Hal
ini tampak pada praktek kehidupan mereka sehari-hari yang tidak bisa lepas dari dimensi agama
islam. Selain shalat lima waktu, orang-orang Madura melaksanakan pula kewajiban-kewajiban
yang berkaitan dengan peringatan hari-hari penting agama Islam. Misalnya, selama bulan
Asyuro, mereka membuat selamatan jenang suro, selama bulan Safar diadakanlah se lamatan
jenang sapar, di bulan Maulud mereka memperingati dengan selamatan Mauludan. Di bulan
Ramadhan, mereka menunaikan ibadah puasa kegiatan keagamaan, seperti mengaji, membayar
zakat fitrah dan sebagainya.

2.7 Rumah Adat Suku Madura

Provinsi Jawa Timur, suku bangsa Madura memiliki rumah adat yang tidak termasuk
dalam rumah adat serontong, limasan atau joglo. Rumah adat suku Madura dibedakan
berdasarkan jenis bangunan dan bentuk atap bangunan.

Berdasarkan jenis bangunan dikenal rumah adat:


1. Slodoran atau Malang Are, disebut demikian karena memiliki bentuk memanjang dan tidak
memiliki kamar.

7
2. Sedanan, yang memiliki jenis bangunan berkamar – kamar.

Sedangkan berdasarkan bentuk atap dikenal rumah adat :


1. Gandrim, yaitu bangunan memiliki bubungan dua.
2. Ekodan, yaitu bangunan memiliki mpat tiang pokok.

3. Pacenanan, yaitu bangunan yang pada dua ujung atap nya memiliki tonjolan seperti ular.

Ciri khas dari rumah adalah gaya tradisional yang kuat dengan bagian dalam ruangan yang
tidak memiliki dinding pemisah (sekat). Konstruksi bangunan rumah adat Madura terbuat dari
kayu dan bahan bangunan yang umumnya diambil dari alam sekitar. Rata-rata rumah adat
Madura dibangun dengan arah orientasi utara, selatan atau menghadap ke arah matahari. Posisi
pintu dalam rumah adat Madura tidak begitu diperhatikan, terkadang berada di samping atau
belakang rumah.

Sedangkan jendela umumnya tidak dipasang atau merupakan rumah tanpa jendela atau
lubang angin lainnya. Pengaruh Islam dalam rumah adat Madura terlihat dengan adanya langgar
di hampir semua rumah, sedangkan budaya Tiongkok terlihat dari ragam hiasan ular naga laut
yang diletakan di pintu masuk rumah.

2.8 Upacara Adat Suku Madura

Perkawinan merupakan upacara paling sakral dalam perjalanan kehidupan manusia.


Suatu kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas beberapa Suku Bangsa, Agama, Adat Istiadat yang
berbeda, dengan latar belakang sosial budaya yang beraneka ragam. Masing-masing daerah
mempunyai tata cara tersendiri tak terkecuali dalam adat prosesi perkawinannya, baik Jawa,
Sumatera, Kalimantan, dan Madura pada umumnya. Pada Upacara Perkawinan biasanya kedua
mempelai dirias berbusana secara khusus. Berbeda apa yang mereka pakai pada pesta-pesta
resepsi sehari-hari. Tata rias dan busana pengantin menjadi pusat perhatian. Masyarakat dan
khususnya menarik perhatian para tamu yang hadir dalam pesta itu. Oleh karena itu, hal yang
demikian itu ternyata juga dilakukan oleh suku bangsa Madura pada umumnya dan khususnya
Sumenep sendiri.

Pakaian pengantin dan alat-alat rias disediakan secara khusus serta pemakainya
mempunyai tata cara dan aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi, maka diharapkan salah satu
tujuan tata rias akan berhasil yaitu pengantin akan kelihatan (benne bahasa madura) atau
pengantin putri akan tampak lebih cantik dan anggun, pengantin pria nampak tampan. Tata rias
pengantin, kecuali mengandung arti keindahan (estetis) religius dan ada kalanya mengandung
arti simbolis serta fungsi dalam kehidupan masyarakat.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat Madura yang memiliki beragam budaya ini perlu dilestarikan, terlebih lagi nilai-
nilai budaya yang masih sarat dengan nilai-nilai Islam. Dengan mengetahui budaya Madura, kita
juga dapat mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang Madura,
karena sebenarnya orang Madura itu tidak lah seperti anggapan orang kebanyakan, bahwa orang
Madura itu kasar dan suka membunuh.

3.2 Saran

Akan sangat disayangkan jika seni Dongkrek nantinya hanya tinggal kenangan saja, untuk
itu sangat diharapkan bantuan dari pihak-pihak yang terkait dalam bidang kesenian khususnya
di wilayah Kabupaten Madiun untuk bersama-sama melestarikan kembali kesenian asli Kota
Caruban ini, jangan sampai generasi muda nantinya benar-benar tidak mengenal kesenian yang
berasal dari daerahnya sendiri. Jika hanya masyarakat sendiri yang melestarikan pasti akan
sangat kesulitan untuk berkembang dan cenderung akan hilang tapi berbeda jika ada campur
tangan dari pihak pemerintah setempat hasilnya pasti akan jauh berbeda dan bermakna.

9
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Yogi. 2012. Suku Madura. https://yogisetiawan92.wordpress.com/2012/12/12/suku-


madura/ (diakses tanggal 16 Maret 2021)
Fatih, Muhammad Reza. 2016. Suku Madura. http://mrezafatih.blogspot.com/2016/01/suku-
madura_18.html (diakses tanggal 16 Maret 2021)

10

Anda mungkin juga menyukai