DOSEN PENGAMPU :
Khairil Azmi Nasution, S.H.I., M.A.
DISUSUN OLEH :
Hilda Aprima( 2006200455 )
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan mini riset Kemuhammadiyahan ini.
penulis menyusun maini siret ini dengan hasil diskusi bersama. Oleh karena
itu, penulis sangat menghormati dan menghargai pikiran- pikiran penulis lain
yang menjadi sumber acuan dalam menulis makalah ini. Namun, bagaimana pun
hal ini membuat penulis berbuat hati- hati dan tanggung jawab serta upaya yang
maksimal demi terselesainya makalah ini dengan sebaik-baiknya. Dalam
memenuhi unsur kemudahan dalam memahami isi makalah ini, penulis
mengupayakan menggunakan bahasa yang relatif sederhana dan mudah di
pahami. Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam proses kontribusi untuk menyelesaikan tugas makalah
ini.
Bagaimanapun, tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih butuh
banyak pembelajaran. Namun, penulis berharap bahwasanya tugas mini riset yang
penulis buat ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana muhammadiyah sebagai gerakan sosial dan
juga memahami makna kehadiran muhammadiyah sebagai gerakan sosial
tersebut serta mengetahui tentang bagaimana gerakan sosial muhammadiyah
tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan pustaka
Tinjauan pustaka ini berisi tentang kajian tentang bagaimana
muhammadiyah sebagai gerakan sosial
Kerangka Teori
Kerangka teori adalah fakta fakta ilmiah yang bersifat teoritis yang
dijadikan peneliti sebagai landasan berpijak dalam melakukan analisis
terhadap objek penelitian. Pada penelitian ini, objek penelitian adalah
bagaimana muhammadiyah sebagai gerakan sosial
3
tentang masyarakat bebas, sedangkan golongan kedua hidup dalam masyarakat
yang relatif tertutup.
Dengan latar belakang kondisi di atas, terdapat tiga golongan muslim
yaitu golongan muslim yang berorientasi kebudayaan islam yang disebut kaum
santri dengan golongan muslim tradisi atau adat, dan golongan muslim yang
berorientasi pada pemikiran barat. Golong menengah santri memiliki sejarah
yang panjang. Orang peraya bahwa penganjur dan penyebar islam pertama adalah
kaum pedagang di kota-kota sepanjang pantai. Pusat-pusat kaum santri di bagian-
bagian kita yang disebut kaum di kota-kota di Jawa, juga merupakan pusat
perdagangan dan industri.
4
hanya bersifat kuantitatif, bukan perubahan kualitatif terhadap desa-desa di Jawa,
dalam arti bahwa paham radikalisme di bidang pertanian ala SI bukanlah hal
yang baru. Bagaimana pun juga bagi rakyat desa dan kota, serikat islam
merupakan gerakan yang sudah lama ditunggu-tunggu bagi suatu perubahan.
5
penelitian lainnya. Dengan nada yang sama, penelitian Geertz tentang kota-
kota kecil di Jawa timur menemukan bahwa kaum santri perkotaan masuk ke
Muhammadiyah yang beraliran modern dan kaum santri pedesaan bergabung
dengan NU yang beraliran kolot (konservatif), Geertz memandang bahwa
Muhammadiyah lebih sebagai jenis persyarikatan dengan pengorganisasian
yang ketat dan bersemangat agresif. Hal ini mungkin benar di mojokuto pada
tahun 1950-an, namun tidak seluruhnya benar pada tahun-tahun pembentukan
Muhammadiyah. Dukungan kaum yang beraliran modern dengan yang
beraliran tradisi, berbeda dari satu tempat ke tempat lain.
6
C. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Sosial Keagamaan Terbuka
Pendiri Muhammadiyah mendapat sambutan baik dari golongan
menengah perkotaan di Jawa dan Madura. Di Sumatera tempat pembaharuan
agama di barengi oleh munculnya kaum muda, gerakan Muhammadiyah juga di
terima baik. Sedangkan di Jawa bukan hanya golongan menengah dan golongan
yang terdidik, melainkan juga kaum bangsawan setempat, menyambut gerakan
pembaharuan tersebut. Sultan Hamengkubuwono VII di Yogyakarta bahkan
menghibahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah sekolah
Muhammadiyah.
1. Muhammadiyah Gerakan Pemurnian Islam
Gerakan pemurnian oleh Muhammadiyah ditujukan, baik kepada
kalangan tradisional maupun kalang islam dari segala khurafat, sisa-sisa
kebudayaan kuno yang melekat di kalangan abangan, sebagai contoh,
peacock menuju pada sistem kognitif. Jika seseorang abangan akan lebih
mengingat hari lahirnya, seorang Muhammadiyah lebih suka mengingat
tahun kelahirannya. Konsep tentang hari dalam tradisi jawaadalah satu siklus
yang kembali setiap 35 hari. Jarang sekali seorang Jawa dapat mengingat
tanggal dan tahunnya saja, seorang warga Muhammadiyah seperti Ahmad
Dahlan, menanggalkan pandangan siklus kosmologis yang statis dan
menggantikannya dengan pandangan linier yang dinamis, melihat dunia
dalam keadaan selalu berkembang maju.
Muhammadiyah lahir dengan orientasi keagamaan. Muhammadiyah
lebih menampilkan diri sebagai gerakan puritan untuk menghapus beban-
beban kultural islam yang terkena pengaruh budaya agraris. Tampaknya,
Concern terbesar yang melatar belakangi timbulnya gerakan ini adalah untuk
membersihkan islam dari simbol-simbol Agama yang terbentuk dalam
tradisi agraris seperti misalnya haul, berzanji. Manaqib, dan semacamnya.
Bagi Muhammadiyah Symbolic formation semacam itu adalah Bid’ah.
7
demikian juga telah menyebabkan memudarnya otoritas pesantren akibat
dikembangkannya lembaga-lembaga pendidikan baru.
Reaksi Kaum Tradisional
Pada tataran masalah basis sosial inilah, kita meliihat latarbelkang
lahirnya NU. Sesungguhnya NU lahir karena reaksi terhadap dua hal.
Pertama,ia merupakan reaksi terhadap politisasi agama yang
dilakukan oleh SI.
Kedua, merupakan reaksi terhadap gerakan pembaharuan
Muhammadiyah.
Berbeda dengan Muhammaduyah, NU sebenarnya bertujuan untuk
melestarikan lembaga-lembaga dan tradisi-tradisi islam agraris dengan
solidaritas mekanis komunalnya. Tampak sekali bahwa concern terbesar NU
adalah pada upaya-upaya yang lebih utilitarian dalam pengertian peribadatan
mereka semata. Itu sebabnya ia menolak kecenderungan SI untuk
memoblitasi poltik. Disamping itu, karena karakteristik NU adalah
paternilisme kiai dan beririentasi kuat pada mazhab, maka ia menolak
gerakan Muhammadiyah yang antipaternalisme dan non mazhab.
8
dibentuk sturtur organisasi dengan ikatan-ikatan dan jaringan-jarigan
komunal? Inilah mabivensi yang sampai sekarang belum terpecahkan.
Dalam Konteks ini, NU jelas berbeda sekali dengan
Muhammadiyah. Sementara NU mengalmai semacam ambivalensii
orgnaisatoris, Muhammadiyah tampak jauh lebih solid. Ini karena sejak awal
Muhammadiyah membentuk struktur organisasi atas dasar ikatan
asosiasonal; disamping itu juga karena Muhammadiyah tidak mewarisi
beban-beban tradisi komunal-paternalistik seperti yang diidap oleh NU.
Karakter urban dan niaga dari gerekan islam modern tampaknya
juga termanifestasikan dalam gerakan Muhammadiyah yang didirikan pada
tahun 1912. Muhammadiyah mencurahkan usahanya dibidang pendidikan
dan amal – amal sosial, dengan penekannan pada pemurnian agama islam
pada bentuknya yang aslinya dengan menghilangkan beban-beban “kultural”
praktik-praktik keagamaan . gerakan ini telah memancing banyak komentar
dan analisis para sarjana. W.F Wartheim menyimpulkan bahwa ideologi
Muhammadiyah paralel dengan ideologi borjuasi Eropa, khususnya gerakan
Calvinis yang sangat puritan. Cliford geertz menggaungkan kembali analisis
Werheim ini dengan melihat Muhammadiyah sebagai suatu gerakan dengan
tingkat rasionalisasi yang tinggi, yang pada dirinya dapat menjadi basis bagi
peacock yang melihat bahwa dalam gerakan puritan Muhammadiyah
terdapat tendensi yang kuat kearah sikap yang rasional dalam melihat
kehidupan. Singkatnya, dalam muhammadiyah, borjuasi musim muncul
kembali ke permukaan kehidupan sosial, suatu kelas yang dinggap bakal
menjadi elemen penting untuk pembentukan indonesia baru.
9
Perlu Perumusan Ulang Gerakan Sosial Muhammadiyah
Sebagai suatu gerakan dakwah yang bersifat mutideminsional,
Muhammadiyyah mesti akan selalu berubah secara dinamis sesuai dengan
konteks dimana dia hidup. Pada zaman penjajahan misalnya, sudaj barang tentu
multideminsionalitas Muhammadiyah digerakan pada masalah-masalah
pembebasan bangsa dari penjajahan, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lain-
lain. Pada masa berikutnya, tentu terjadi suatu evolusi persepsional yang dinamis,
yang tetap merujuk pada gambaran dakwah yang social reconstrution
multideminsinal tersebut.
Dari perspektif transformasi sosial, muhammadiyah sesungguhnya belum
memiliki konsep gerakan sosial yang jelas. Selama ini, kegiatan pembinaan
warga muhammadiyah lebih diorientasikan kepada gerakan untuk mengelola
pengelompokan-pengelompokan yang didasarkan pada diferensiasi jenis kelamin
dan usia. Umpamanya ada Nasyiatul Aisyiyah dan Aisyiyah,IRM,IMM, dan
sebagainya. Kategori pengelompokan sosial semacam ini sesungguhnya justru
bersifat antisosial, karena pengelompokan berdasarkan usia dan jenis kelamin
cenderung mengabaikan adanya realitas stratifikasi dan diferensiasi sosial suatu
uang kininjustru perlu mendapat lenih banyak perhatian dari Muhammadiyah.
Sesudah berkiprah selama sekitar satu abad sejak berdirinya pada tahun
1912, masih ada saja gejala yang tidak berubah dari basis sosial gerakan
muhammadiyah, yakni bahwa ia masih berada di desa desa, dan kota kota kecil
dan kampung kampungan dalam kota. Dengan kata lain, kita dapat bertanya,
mengapa selama ini muhammdiyah belum menyentuh dinamika sosial dan
budaya metropolitan?
Buah penting yang dihasilkan muhammadiyah adalah etos kerja baru
dalam kerangka masyarakat isdustrial dan organisasional. Muhammadiyah telah
mempersiapkan anggota masyarakat dengan etika,keahlian, dan lembaga yang
sesuai dengan perkembangan masyarakat insdutri dan perdagangan. Sejarah
telahmebuktikan bahwa muhammadiyah telah bnyak melahirkan golongan
wiraswatawan pribumi yang cukup kuat dan bebas. Tampak tradisi
Muhammadiyah lebih dekat kepada golongan pedagang dari pada golongan
priyai dan elit kantoran.
Melihat realitas itu semua, meskipun secara relatif sudah banyak pestasi
yang dicapai, namu demikian muhammaduyah masih dihadapakan pada
tantangan-tantangan ke depan. Amin rais, pada tahun 1993 pernah
10
mengemukakan kendala-kendala yang dihadapi oleh muhammadiyah. Meskipun
pernyataan itu ditulis pada tahun tersebut diatas, sampai sekarang pernaytaan itu
masih terasakan. Menurutnya, muhammadiyah menghadapi tiga kendala untuk
menyongsong tugas-tugas beesarnya mengaplikasikan dakwah dalam arti yang
sangat luas.
Pertama, Muhammadiyah mempunyai kelemahan dalam meletakan
antisipasi kedaepan secara solid melalui think tank dan usaha yang dapat
dikatakan sebagai intellectual Exercises (ijtihad dalam arti luas). Hal ini karena
terjadi kesenjangan. Di saru pihak masalah-masalah sudah begitu jauh, sementara
konseptualisasi yang di miliki oleh muhammadiyah untuk meresponnya masih
belum memadai.
Kedua, kendala bagi muhammadiyah ada dalam aspek kaderisasi guna
mendukung program –program yang sudah dicanangnkan untuk dua puluh tahun
mendatang. Dalam muhaamdiyah persoalan kaderisasi tidak semudah yang
diharapakan, karena dalamhal in muhammadiyah harus membuat dirinya menarik
sehinggga dalam proses rekruitmen kader, dari mana pun datagnya,
muhaamdiyah tinggal menjaring bibit-bibit unggul yang ada ditengah masyarakat
islam pada umumnya dan keluarga muhammadiyah pada khususnya.
Ketiga, sumber daya ekonomi muhammadiyah sangat kecil untuk
menjadikan dirinya sebagai gerakan islam yang berada dibarisan depan,menjadi
lokomotif yang bisa mendorong inisiatif. Persoalan semacam ini dealami oleh
semua gerakan islam yang ada di indonesia. Potert muhammadiyah adalah mesin
segar, paling dinamis dibanding organisasi-organisasi lain yang seusia
dengannya. Muhammadiyah terus berkembang, masih growing,expanding,
bahkan kadang effending. Tetapi kalau sumber daya ekonomi muhammadiyah
semakin lama semakin meredup maka muhammadiyah akan bisa keropos.
Gerakan sosial Muhammadiyah (Revisi)
Beberpa point inti pada gerakan kegiatan sosial muhammandiyah adalah
gerakan untuk membentuk keluarga “sakinah” untuk membentuk “jamaah”
untuk membentuk “qaryah thayyibah”,dan pada akhirnya untuk membentuk
“ummah” hal ini mendominasi cita-cita gerakan sosial muhammadiyah.
Berbagai bentuk kegiatan amal usaha Muhammdiyah jelas sekali membuktukan
hal tersebut.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai gerakan sosial (Social movement) maksudnya
adalah segala upaya yang dilakukan oleh Muhammadiyah bertujuan untuk
mewujudkan kehidupan masyarakat (islam) dalam rangka menegakkan ajaran-ajaran
islam. Dalam konteks sosial, Muhammadiyah telah dan akan terus memberikan
kontribusi dalam segala bidang, politik, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan agama
kepada bangsa dan hal ini telah di lakukan oleh Muhammadiyah sejak
Muhammadiyah di dirikan sampai saat ini. Misi Muhammadiyah dalam bidang sosial
diarahkan kepada terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu
bersaing di dunia global. Dalam mewujudkan gerakan sosial tersebut,
Muhammadiyah mendorong etos kerja dan amanah bagi semua pengemban amal
usaha Muhammadiyah. Dengan etos semacam ini, Syafiq Mughni pernah menyatakan
bahwa, ada orang bilang Muhammadiyah itu seperti jam dinding. tidak kedengaran
bunyinya tapi bergerak terus. Di dalamnya terdapat onderdil yang beragam tapi
membentuk suatu sistem. Masing-masing menjalankan fungsinya dengan baik.
Sekalipun kadang mengalami trouble, ia segera berjalan normal ketika ditangani
dengan baik oleh ahlinya. Analog itu kedengarannya berlebihan, tetapi itulah
penilaian banyak orang. Muhammadiyah dikenal bukan karena suka konflik. Ia
dikenal karena mempunyai banyak amal usaha dan pikiran-pikiran pencerahannya.
Tidak sedikit orang penasaran, apa rahasia di balik performance (kinerja) seperti itu.
Sebagian dari jawabannya ialah karena kesadaran sejarah. Perjalanan
Muhammadiyah masa lampau dengan seluruh Dinamikanya adalah bahan baku bagi
bangunan Muhammadiyah. Orang tidak mungkin memahami jika tidak menghayati
denyut nadinya. Sejarah perjalanan sebuah organisasi sangat penting untuk
kesehatannya, sebagaimana Medical record penting bagi kesehatan seseorang.
12
DAFTAR PUSTAKA
13