Disusun oleh :
Cika Sri Hindrayani
Nurul Awaliah Hayati
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ peran guru dalam
pengembangan ramcangan pembelajaran ” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. yang telah
membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni agama Islam.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Proses Pembelajaran..................................................................................
B. Prosedur perancangan pengembangan pembelajaran..............................................4
C. Rancangan Unit Pembelajaran.................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.......................................................................................................9
B. DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, tasawuf dalam
islam merupakan pengembangan metode sufisme sebagai aliran kebaktian dan mistik dalam
tradisi islam, telah menjadi sasaran ketegangan modernisasi yang dialami seluruh dunia
muslim. Peningkatan penduduk perkotanan yang cepat, penyebaran pendidikan non-religious
dan ilmu alam, pengikisan hirerki keluarga dan sosial perkampungan, penggantian kerajaaan
dengan kekuasaan rakyat, peningkatan mobilitas dan akses informasi semuanya telah
mendatangkan tekanan bagi komutitas muslim sama dengan tekanan yang di alami
masyarakat barat dalam proses industrialisasinya.
Bagi sementara kalangan muslim, sufisme atau tasawuf tidak relavan kepada
kemodernan dan semua yang berkaitan tentang itu, bahkan sebaliknya sufisme mereka
pandang sebagai hambatan bagi kaum muslimin dalam mencapai modernitas dan kemajuan
dalam berbagai lapangan kehidupan. Karena itu jika kaum muslimin ingin mencapai
kemajuan, maka sufisme dan berbagai bentuknya haruslah ditinggalkan, karena kemunduran,
dan kelatarbelakangan kaum muslimin karena mereka terperangkap ke dalam berbagai
praktik sufistik memabukkan yang membuat mereka lupa pada dunia. Pandangan ini, yang
menempatkan sufisme sebagai tertuduh, bahkan suatu hal uang baru. Bahkan sejak
bermulanya praktik-praktik sufistik di awal islam, kaum muhadditsin dan fuqaha memandang
sebagai tidak sesuai dengan sunah nabi, eksesif dan spekulatif dalam hal menyangkut tuhan.
Bahkan kebangkitan modernisme dan reformasi islam sejak abad ke 20 menjadikan tasawuf
sebagai salah satu sasaran pembaharuan dan pemurnian islam. Bagi para pemikir dan aktifis
modernis dan reformasi muslim, kaum muslim bisa mencapai kemajuan hanya dengan
meninggalkan kepercayaan dan praktik sufistik yang mereka pandang bercampur dengan
bid’ah khufarat tahayyul dan taqlid kepada pemimpin tasawuf dan tarekat. Pandangan-
pandangan yang seperti ini tampak perlu dikaji ulang setelah lebih dari setengah abad negara-
negara dan masyarakat muslim mengalami modernitas. Kemudian, bagaimana kehidupan
tasawuf di dalam era modern ini? Apakah masih ada eksistensi tasawuf dalam dunia modern?
Dalam beberapa pertanyaan tersebutlah yang menjadi beberapa pemikiran sehingga penulis
mencoba untuk membahas ke dalam bab-bab selanjutnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian tasawuf?
2. Apa pengertian masyarakat modern?
3. Apa saja ciri-ciri masyarakat modern?
4. Apa saja problematika yang dihadapi masyarakat modern?
5. Apa hubungan tasawuf dengan dunia modern?
6. Bagaimana penerapan tasawuf dalam dunia modern?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tasawuf dan masyarakat modern.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dan problematika masyarakat modern.
3. Untuk mengetahui hubungan dan penerapan tasawuf dalam dunia modern.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tasawuf
Dalam mendefinisikan tasawuf, kebanyakan manusia condong pada segi
akhlak. Kecenderungan ini telah tersebar, kecenderungan tersebut antara lain:
Pertama: Ketika orang mendengar kata tasawuf, pasti ia akan memahami makna
zuhud. Kedua: orang mencampur adukkan antara orang sufi dan ‘abid (ahli bid’ah).
Tasawuf bukan hanya akhlak, kezuhudan dan ibadah. Meskipun tasawuf merupakan
akhlak yang tinggi dan ibadah semata ia adalah sesuatu yang lain. Pendapat Al-junaid
yang terhitung sebagai salah satu ulama besar dalam hal tasawuf dan mengemukakan
lagi arti tasawuf.
Tasawuf ialah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan
kebanyakan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (insting) kita,
memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan
hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung kepada ilmu-ilmu
hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasehat
kepada sesama umat manusia, memegang teguh janji kepada Allah dalam hal hakikat,
dan mengikut contoh Rasulullah dalam hal syari’at.
2. Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat modern terdiri dari dua kata yaitu masyarakat dan modern,
Masyarakat adalah suatu unit pergaulan hidup manusia (Himpunan orang yang hidup
bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu).
Masyarakat modern adalah masyarakat yang telah mengikuti kemajuan zaman
yang bertentangan satu sama lain. Perbedaan “Spiritual disebabkan perbedaan
mendasar antar sufisme dan post modernisme dalam melihat peranan”hasrat” di dalam
masyarakat.
Sedangkan kata modern di artikan yan terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan
demikian secara harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan yang hidup
bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon)
sama-sama saling membutuhkan satu sama lainnya, mereka berbaur dalam satu
komunitas yang dinamakan masyarakat. Pembaruan itu kemudian melahirkan
tindakan yang digunakan dan diakui oleh masyarakat secara umum sebagai suatu hal
yang sangat positif, inilah yang nantinya akan menghasilkan kebudayaan.
Pada perkembangan berikutnya mnausia selalu berinteraksi satu dengan yang
lainnya mengakui perubahan sikap dan tingkah laku yang disebabkan adanya interaksi
dalam hidup bermasyarakat dan perubahan pada diri baik secara lahiriyah yaitu
dengan adanya perubahan bentuk tubuh (pertumbuhan) maupun bathiniyah yaitu
perubahan sikap dan tingkah laku yang dipengaruhi oleh kebudayaan yang
bersangkutan.
3. Ciri-ciri Masyarakat Modern
Sebenarnya zaman modern di tandai dengan dua hal sebagai ciri yaitu:
a. Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai wujud dari kemajuan intelektual
manusia
2
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa ciri-ciri masyarakat modern adalah sebagai
berikut:
a. Bersifat Rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran daripada emosi
sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan lebih dahulu ruginya dan
pekerjaan tersebut secara logika menguntungkan.
b. Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang
bersifat sesaat, tapi selalu terlihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
c. Menghargai waktu, yakni selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat
berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
d. Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan
dan perbaikan dari manapun.
e. Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya
bagi masyarakat.
3
5. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Kehidupan Modern
Istilah tasawuf bagi yang sudah mendalami cabang-cabang ilmu dalam agama
islam bukanlah merupakan hal yang asing terdengar. Tasawuf adalah cabang ilmu
dalam islam yang sama pentingnya dengan ilmu fiqih, tafsir, hadits, dan lainnya. Pada
dasarnya praktik tasawuf sudah ada dalam diri tiap manusia, praktiknya berupa
kecenderungan kebaikan attitude kepada sesama manusia, dan pembersihan hati
dengan melakukan ibadah spiritual dan menjauhi perbuatan dosa. Oleh karena itu,
meskipun term ‘tasawuf’ tidak ada, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui apa
yang mereka lakukan merupakan bagian dari tasawuf.
Terdapat hal menarik sering dikatakan oleh para ulama: “Mempelajari fiqih
tanpa tanpa tasawuf adalah zindiq, sedangkan mempelajari tasawuf tanpa fiqih itu
fasiq”. Hal tersebut merupakan sautu kepaduan yang tak terpisahkan. Tasawuf dan
fiqih ibarat dua nilai dalam logam, semuanya saling membutuhkan.
Kehidupan modern merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindari
dari peradaban dibumi. Sejak nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, mereka
diberi gelar khalifah yang ditugasi mengurus bumi yang diciptakan Allah swt. Sejak
saat itulah kehidupan manusia bumi digelar. Jika melihat tasawuf dalam konteks
simple dan keseharian, menurut habib luthfi bib yahya, Pekalongan, telah kita
dapatkan sejak kecil orang tua kita telah mengajarkan makan dan minum
menggunakan tangan kanan, masuk ke kamar mandi dengan mendahulukan kaki kiri,
dan lainnya. Menurutnya hal itu merupakan masuk kategori tasawuf akhlaqi, itu sudah
masuk instrumen-instrumen yang diajarkan Rasulullah. Di samping itu, apabila kita
telah melakukan perbuatan sia-sia seperti tertawa terbahak-bahak lalu kita merenung
apakah itu bermanfaat atau tidak? Jika tidak, maka beristighfar, itu merupakan
tasawuf, tandas habib luthfi. Jadi kita secara tidak sadar melakukan tasawuf dalam
keseharian.
Setidaknya relevansi tasawuf dan kehidupan modern telah dipraktikan secara
sederhana dalam ibadah wajib, ibadah nawafil (sunah), mendawamkan dzikir dan
mempraktikkan akhlakul karimah baik dzahir maupun bathin. Seperti tawadhu,
qana’ah, sabar, tawakkal dan lainnya, merupakan bagian dari praktik tasawuf. Orang
yang sudah kuat imannya dengan praktik tasawufnya, dia tidak akan takut
menghadapi berbagai masalah hidup, dia percaya bahwa Allah selalu bersamanya
selama ia menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Namun jika ingin serius menapaki kedalaman tasawuf dan telah memiliki
bekal agama yang baik, jalan thariqah adalah jalan yang baik. Bimbingan mursyid
dengan berbai’at kepadanya, maka kan dibimbing menuju tuhan. Semua ini dilakukan
sebagai orientasi mem-balance-kan kehidupan dunia dan akhirat untuk menggapai
Ridho-Nya.
6. Peran Tasawuf dalam Kehidupan modern
Hakikat tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah melalui penyucian diri
dan amaliyah-amaliyah islam. Dan memang ada beberapa ayat yang memerintahkan
untuk menyucikan diri (tazkiyah an-nafs) di antaranya: “ Sungguh, bahagialah orang
yang menyucikan jiwanya”.(QS. Asy-syam[91:9]).
Jadi, peran tasawuf dalam hidup adalah menjadikan manusia berkepribadian
yang shalih dan berperilaku baik dan mulia serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang
masuk dalam sebuah tharekat atau aliran tasawuf dalam mengisi kesehariannya
4
diharuskan untuk hidup sederhana, jujur, istiqamah, dan tawadhu. Semua itu bila
dilihat pada diri Rasulullah saw. Yang pada dasarnya menjelma dalam kehidupan
sehari-harinya. Jadi, tujaun terpenting dari tasawuf adalah lahirnya akhlak yang baik
dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Dalam kehidupan modern, tasawuf menjadi obat mengatasi krisis kerohanian
manusia modern yang telah lepas dari pusat dirinya, sehingga ia tak mengenal lagi
siapa dirinya, arti dan tujuan dari hidupnya. Ketidak jelasan atas makna dan tujuan
hidup ini membuat penderitaan batin, maka lewat spiritualitas islam ladang kering jadi
tersirami air sejuk dan memberikan penyegaran serta mengerahkan hidup lebih baik
dan jelas arah tujuannya.
5
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapan penyusun simpulkan:
Tasawuf ialah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan makhluk,
berjuang menaggalkan pengaruh budi yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat
kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-
sifat suci kerohanian, dan bergantung kepada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang
penting dan terlebih kekal, menaburkan nasehat kepada sesame ummat manusia, memegang
teguh janji kepada Allah dalam hal hakikat, dan mengikut contoh Rosululloh dalam hal
syari’at.”
Masyarakat moder adalah masyarakat yang telah mengikuti kemajuan zaman yang
bertentangan satu sama lain. Perbedaan” spiritual disebabkan perbedaan mendasar anatar
sufime dan postmodernisme dalam melihat peranan” hasrat “ di dalam masyarakat.
Jadi, fungsi tasawuf dalam hidup adalah menjadikan manusia berkeperibadian yang shalih
den berperilaku baik den mulia serta ibadahnya berkualitas. Mereka yang masuk dalam
sebuah tharekat atau aliran tasowuf dalam mengisi kesehariannya d1haruskan untuk hidup
sederhana, jujur, istiqamah den tawadhu. Semua itu bila dilihat pada diri Rasulullah SAW,
yang pada dasamya sudah menjelma dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi di masa
remaja Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai manusia yang digelari al-Amin, Shiddiq,
Fathanah, Tabligh, Saber, Tawakal, Zuhud, dan terrnasuk berbuat baik terhadap musuh dan
lawan yang tak berbahaya atau yang bisa diajak kembali pada jalan yang benar. Perilaku
hidup Rasulullah SAW yang ada dalam sejarah kehidupannya merupakan bentuk praktis dari
cara hidup seorang sufi. Jadi, tujuan terpenting dari tasawuf adalah lahirnya akhlak yang baik
dan menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Aplikasi tasawuf dalam kehidupan yang serba modern yang berhasil kami angkat dalam tema
pada pertemuan kali ini adalah terdiri dari 4 aplikasi, yakni dimulai dari Zuhud, Tawakkal,
Ikhlas, serta Qona’ah dan Sabar.
6
DAFTAR PUSTAKA
http://itis-itis.blogspot.com/2017/04/makalah-menerapkan-tasawuf-dalam.html?m=1
http://eprints.walisongo.ac.id/7019/2/BAB%20I.pdf