Disusun oleh :
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana dengan
Rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Tauhid dan Akhlak Tasawuf . Semoga dengan makalah ini, dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca dan menjadi amal ibadah bagi kami sendiri.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sudah berusaha yang terbaik. Maka dari
itu juga, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang sudah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca supaya makalah ini
dapat lebih baik lagi. Terima kasih.
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................
2.1 Asal Usul Tasawuf dalam Islam................................................................................
2.2 Masyarakat Modern.....................................................................................................
2.3 Problematika Masyarakat Modern.............................................................................
2.4 Peranan Tasawuf dalam Masyarakat Modern...........................................................
BAB III....................................................................................................................................
KESIMPULAN.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian cendekiawan muslim menilai bahwa sufisme atau tasawuf tidak sesuai
dengan kemodernan. Sufisme dengan berbagai bentuknya harus ditinggalkan, karena
salah satu sebab kemunduran dan keterbelakangan orang Islam dan terkristalisasi
dalam berbagai praktik sufistik yang akhirnya membuat mereka lupa terhadap
kehidupan dunia. Pendapat tersebut dipengaruhi oleh nalar modern yang bersifat
positivistik dan materialis yang dibawa oleh modernitas Istilah modernitas berasal
dari kata “modern” yang berarti sekarang, baru, atau saat ini .Modernitas dan
metafisik telah lama di pertentangkan, bahkan tokoh-tokoh seperti Marx, Neitsche,
Comte, Durkheim, dll, memprediksikan bahwa yang supranatural, seperti ajaran-
ajaran agama akan hilang dari peradaban manusia modern seperti sekarang ini. Salah
satu teori pemikiran yang berpengaruh dalam perkembangan kehidupan masyarakat
modern adalah teori positivisme yang digagas oleh August Comte pada abad ke-17,
yaitu teori yang memandang bahwa wujud riil adalah yang bersifat positif atau yang
bisa diobservasi melalui panca indera.
Dalam teorinya, Comte membagi pola fikir manusia menjadi tiga tahap,yaitu tahap
mitologi, tahap metafisika dan tahap positif. Manusia modern adalah mereka yang
berfikir posivistik yang lebih mengedepankan akal rasionalnya, sehingga teori
positivisme sangat menolak sesuatu yang bersifat metafisik. Pola fikir positif inilah
yang kemudian melahirkan berbagai macam kemajuan dalam bidang pengetahuan
dan teknologi. Kemajuan tersebut berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan
masyarakat, baik secara sosial, budaya, politik dan ekonomi. Tasawuf atau sufisme
adalah bagian dari ajaran Islam yang sangat kental dengan metafisik. Jika teori
positivisme lebih bersifat fisik, rasional, dan indrawi, maka tasawuf memiliki sifat
yang sebaliknya yaitu metafisik, tidak rasional dan lebih menonjolkan aspek batin
atau pengalaman yang cenderung susah dijelaskan logika. Jika positivisme
dinterpretasikan sebagai sebuah kemajuan dan kemodernan, sebaliknya tasawuf
sebagai interpretasi metafisika, dipandang seolah-olah sebagai kejumudan
dan kepasifan yang menghambat perkembangan modernisasi. Karena hal tersebut
metafisika mempunyai nila-nilai yang berseberangan dengan modernitas. Menurut
Comte, manusia modern akan meninggalkan sesuatu yang bersifat metafisik, karena
tidak sesuai dengan modernitas. Dengan kemajuan sains dan teknologi yang
dihasilkan, modernitas memberikan kebebasan kepada manusia agar mampu
mencukupi kebutuhan yang bersifat materi.
Namun, faktanya modernitas dengan segala kemajuan sains dan teknologi yang telah
menguasai kehidupan manusia. Ia meninggalkan problem dan pengaruh negatif
terutama yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan manusia seperti kehidupan mental,
spiritual dan rohani. Sehingga muncullah berbagai macam krisis, seperti krisis sosial,
krisis struktural, krisis akhlak, krisis spiritual yang akarnya adalah persoalan makna
hidup manusia itu sendiri. Sehingga secara materi mungkin terpenuhi, namun secara
kejiwaan mengalami kekeringan dan kekosongan spiritual. Hal tersebut dikarenakan
peradaban modern yang selama ini dibangun telah meninggalkan hal yang paling
esensial dari kehidupan manusia itu sendiri, yaitu dimensi spiritual, sehingga menurut
Syed Hossein Nasr manusia modern sekarang ini, telah mengalami spiritual crisis
(krisis spiritual).
Padahal, hakekatnya manusia mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi lahir dan
dimensi batin, keduanya harus saling mengisi, yang lahir menyuburkan yang batin,
dan yang batin menjadi jiwa yang lahir. Kebutuhan keduanya diseimbangkan, apabila
manusia cenderug memenuhi kebutuhan yang lahir maka manusia akan sekuler, rusak
hatinya, dan cenderung materialis. Sebaliknya jika hanya kebutuhan batin saja yang
dipenuhi, maka manusia akan lemah fisiknya, lemah ekonominya sehingga keduanya
harus dipenuhi secara seimbang.
Islam merupakan agama samawi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Ajaran-ajaran agama Islam itu sumbernya berasal dari al-Qur’an dan al-Hadist.
Kedua sumber tersebut memuat pedoman dan tuntunan bagi orang yang beriman
supaya mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia serta di akhirat. Sejak awal
diturunkannya, Islam sudah bersinggungan dengan masyarakat yang berpikir
rasional-logis, maupun masyarakat yang masih menyembah patung dan berhala,
sehingga Islam kerap bersinggungan dengan perbedaan dan perselisihan, meskipun
demikian Islam tetap tegas dalam menentukan yang Haq dan Bathil.
Sebagai agama yang kaffah, ajaran Islam menjadi tiga komponen yakni:
“aqidah, Syari’ah dan tasawuf. Dari ketiga komponen tersebut di atas komponen
tasawuf merupakan salah satu komponen yang memiliki banyak perbedaan baik dari
sisi sejarah, definisi maupun pengamalan. Meskipun demikian, secara umum perilaku
tasawuf dibakukan pada tujuh maqamat, yaitu taubat, wara’, zuhud, faqr, sabar,
tawakkal, dan ridla (syukur). Tingkatan-tingkatan tersebut di atas yang dapat
mengarahkan seorang sufi kepada tingkatan (maqam) taqarrub ilallah (mendekatkan
diri kepada Allah). Pembahasan dalam tulisan ini fokus terhadap salahsatu komponen
Islam yaitu Tasawuf. Hal tersebut bertujuan mempersingkat bahasan yang sangat
melebar apabila ditulis secara keseluruhan.
Tasawuf atau sufisme diakui dalam sejarah telah berpengaruh besar atas
kehidupan moral dan spiritual Islam sepanjang ribuan tahun yang silam. Selama
kurun waktu itu tasawuf begitu lekat dengan dinamika kehidupan masyarakat luas,
bukan sebatas kelompok kecil yang eksklusif dan terisolasi dari dunia luar.
Tasawuf dapat menjadi solusi alternatif terhadap kebutuhan spiritual dan
pembinaan manusia modern, karena tasawuf merupakan tradisi yang hidup dan kaya
dengan doktrin-doktrin metafisis, kosmologis dan psiko terapi relegius yang dapat
menghantarkan kita menuju kesempurnaan dan ketenangan hidup yang hampir
hilang atau bahkan tidak pernah dipelajari oleh manusia modern. Maka kehadiran
tasawuf di dunia modern ini sangat diperlukan, guna membimbing manusia agar
tetap merindukan Tuhannya, dan bisa juga untuk orang-orang yang semula hidupnya
glamour dan suka hura-hura menjadi orang yang asketis (zuhud pada dunia).
DAFTAR PUSTAKA
Aboe bakar Aceh. Pendidikan Sufi, Sebuah Upaya mendidik Akhlak Manusia .
Semarang: CV Ramadani, 1970.
Abror, Robby Habiba, dan Muhammad Arif. “Tarekat dan
Kemodernan: Studi atas Ikhwan Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah Yogyakarta.” Jaqfi: Jurnal Aqidah dan
Filsafat Islam 6, no. 1 (13 Juni 2021): 88–111.
https://doi.org/10.15575/jaqfi.v6i1.11873.
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Agus Ahmad Kafabihi, dkk. Jejak Sufi Membangun Moral Berbasis Spiritual.
Kediri: Lirboyo Press, 2011.
Amin Syukur. Nasy’ah al-Tasawwuf al-Islami. Mekkah: Dar–al-
Ma’arif, t.t. Amin Syukur dan Abdul Muhayyan. Tasawuf dan Kritis.
Semarang: Pustaka
Pelajar, 2001.
Anis, Muhammad. “Spiritualitas di Tengah Modernitas Perkotaan.”
Jurnal Bayan 2, no. 4 (2013): 1–15.
Annemarie Schimmel. Mystical Dimensions of Islam. USA: The
University of North Carolina Press, 1975.
Assya’bani, Ridhatullah. “EKO-FUTUROLOGI: Pemikiran Ziauddin
Sardar.”
Dialogia: Islamic Studies and Social Journal 15, no. 2 (1 Desember
2017):
243–63. https://doi.org/10.21154/dialogia.v15i2.1193.
AzyumardiAzra. Pengantar, Urban Sufism. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008.
Cecep Alba. Tasawuf dan Tarekat, Bandung. Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2012.
F. Budi Hardiman. Filsafat Modern: Dari Machiavelli Sampai
Nietzsche. Ja- karta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Haidar Bagir. Buku Saku Tasawuf. Bandung: Mizan, 2006.
———. Epistemologi Tasawuf, Bandung. Bandung: Mizan, 2017.
Ibrahim Basyumi. Nasya’at Al-Tashawuf Al-Islami. Mesir: Dar Al-
Ma’arif, 1996.
Imam Khanafi Al-Jauhari. Pokok-Pokok Ajaran Tasawuf. Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2010.
John Spencer Trimingham. The Sufi Orders In Islam. Oxford:
Clarendon Press, 1971.
M. Amin Syukur. Tasawuf bagi orang awam: menjawab problem
kehidupan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Mohammad Muslih. Pengantar Ilmu Filsafat. Ponorogo: Darussalam
Univer- sity Press, 2008.
Muh. Gitosaroso. “Tasawuf dan Modernitas (Mengikis Kesalahfahaman
Masyarakat Dalam Masyarakat).” Jurnal al-Hikmah 10, no. 01
(2016).
Mujamil Qomar. Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode
Rasional Hingga Kritik. Jakarta: Erlangga, 2007.
Mulyadi Kartaneraga. Mengislamkan Nalar: Sebuah Respon Terhadap
Moder- nitas, Jakarta. Jakarta: Erlangga, 2007.
Nurcholish Madjid. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah
Kritis Ten- tang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan
Kemodernan. Jakarta: Par- amadina, 1992.
———. Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan. Jakarta: Mizan Pustaka,
2018. Ridhatullah Assya’bani. Pandangan ulama Balangan terhadap
pengelolaan sumber daya alam batubara di Balangan dalam perspektif eko-
sufisme.
Amuntai: Hemat, 2019.
Said Aqil Siradj. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam
Sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi. Jakarta: SAS Foundation, 2012.
Seyyed Hossein Nasr. Man And Nature: The Spiritual Crisis Of Modern Man.
London: Mandala Book, 1976.
———. Tasawuf dulu dan Sekarang. Diterjemahkan oleh Abdul W.M.
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985.
Suha Taji Farouki. Beshara and Ibnu Arabi; A Movement of Sufi
Spirituality in Modern World,. Oxford: Anqa Publishing, 2007.
Titus Burckhardt. Introduction to Sufi Doctrine,. Bloomington: World
Wis- dom, 2008.