Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Disusun oleh :
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
1.1 Pengertian...................................................................................................................3
1.2 Fenomena Tasawuf Kontemporer............................................................................4
1.3 Perkembangan Tasawuf Di Zaman Kontemporer.................................................7
1.4 Analisa Kritis Terhadap Tasawuf Kontemporer....................................................8
1.5 Tanggung Jawab Sosial Tasawuf Pada Masa Sekarang (Kontemporer).............9
1.5.1 Tanggung jawab spiritual..................................................................................9
1.5.2 Tanggung jawab spiritual................................................................................10
1.5.3 Tanggung jawab Politik...................................................................................10
1.5.4 Tanggung jawab Pluralisme Agama...............................................................10
1.5.5 Tanggung jawab Intelektual............................................................................11
BAB III MASALAH-MASALAH KONTEMPORER.......................................................13
BAB IV KESIMPULAN........................................................................................................14
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................14
4.2 Saran.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TASAWUF
DAN MASALAH-MASALAH KONTEMPORER” ini dengan lancar dan tepat pada
waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Akhlak
Tasawuf Ibu Diyah Pertiwi Setyawati, S.Pd., M.M. atas bimbingan dan arahannya dalam
penulisan makalah ini. Dan juga kepada teman-teman yang telah mendukung sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini. Dan kepada semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu di dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap, makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, sehingga dapat
menambah wawasan kita mengenai Fiqih Ibadah. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Eksistensi kehidupan dunia ternyata tak sekedar mencari dan memenuhi hasrat
terhadap materi belaka. Jiwa yang selama ini kurus kering dan berkerontang tak dipenuhi
kebutuhannya meminta untuk diisi dan diberi makan juga. Inilah titik balik yang membuat
beberapa waktu terakhir munculnya fenomena menarik masyarakat kota. Tumbuhnya pola
hidup beragama yang berwajah lain. Agama tak sekedar ritual aktual tetapi menjadi ritual
religi yang menumbuhkan aura kesadaran mendalam atas ibadah dan pendekatan diri
terhadap Pencipta. Jika selama ini agama hanyalah sebuah bentuk ibadah formal, menyaru
kepentingan duniawi atasnya, digali lebih dalam mendekati titik ketakutan manusia atas
kematian nurani yang selama ini telah terbelenggu dalam kerangkeng materialisme,
terkubur di bawa liberalisme dan kapitalisme. Maka agama kini tak sekedar kegiatan rutin
tanpa memberi sentuhan kedekatan bathin terhadap Pencipta. Dengan kata lain, ketika
modernisasi Barat meninggalkan agama, mempengaruhi semua lini kehidupan, maka atas
kesadaran terhadap kekosongan jiwa, pada saat itulah agama diajak kembali di masa
posmodernis saat ini.
Dr. KH. Hamdan Rasyid, di dalam buknya berjudul Sufi Berdasi, Mencapai Derajat
Sufi dalam Kehidupan Modern, mengatakan, fenomena menarik pada sebagian masyarakat
di kota-kota besar sekarang ini, yaitu mereka mulai tertarik untuk mempelajari dan
mempraktikkan pola hidup sufistik. Hal ini dapat dilihat dari banjirnya buku-buku
tasawuf di tokok-toko buku, bermunculannya kajian-kajian tasawuf dan maraknya tayangan-
tayangan, baik di TV maupun radio.3
Inilah sebuah bukti, ternyata agama telah dibawa untuk hidup di wilayah industri
dan digitalisasi. Maka kitab suci masuk ruang internet, diolah ke dalam MP3, pesantren
virtual, dan segala macamnya. Fenomena ini makin menarik dikaji mengingat betapa
1
2
pongahnya masyarakat modern ketika puncak kehidupannya yang rasional, empiris telah
membawa mereka ke puncak peradaban.4
Makalah ini mencoba masuk pada kajian, apakah ini bentuk tasawuf kontemporer? Dari
mana akar peradabannya?
1.1 Pengertian
Sangat rumit untuk mencocokkan fenomena ini sebagai sebuah bentuk aktual
kehidupan agama di tengah masyarakat kota. Apalagi tidak ada bimbingan tokoh dan fase
yang menjadi petunjuk dalam kajian ini. Oleh karenanya, penulis mencoba berangkat dari
pengertian dua kata; tasawuf dan kontemporer. Dimana, pengertian- pengertian itu akan
memberi pemahaman dan batasan, baik dari segi waktu maupun konteks yang akan
dibicarakan.
Ahli bahasa masih berbeda pendapat terhadap pengertian tasawuf. Ada yang
menyebut tasawuf dari kata shafa’ yang berarti suci, bersih, ibarat kilatan kaca.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa tasawuf itu berasal dari kata shuf, yang berarti bulu
binatang, sebab orang-orang yang memasuki dunia tasawuf dan mengamalkan ajaran
tasawuf (pada masa awal Islam) itu memakai baju dari bulu binatang yang kasar sebagai
bentuk pemberontakan, kebencian terhadap hidup glamour, pakaian indah dan mahal.
Namun sebagian ahli bahasa juga ada yang menyatakan bahwa kata tasawuf diambil
dari kata shuffah (kaum shuffah), yaitu segolongan sahabat Rasulullah SAW yang
memisahkan diri di satu tempat tersendiri di samping masjid Nabawi, yang mereka ini
mempunyai pola hidup menjauhi kehidupan dunia. Ada juga sebagian ahli bahasia yang
berpendapat bahwa sebenarnya tasawuf berasal dari kata shufanah, yaitu sejenis kayu
mersik yang tumbuh di padang pasir tanah Arab. Bahkan ada juga di antara para ahli yang
menyatakan tasawuf bukanlah berasal dari akar bahasa Arab, tetapi berasal dari bahasa
Yunani Lama yang diarabkan yaitu dari kata Theosofie yang berarti ilmu ketuhanan, yang
kemudian diarabkan dan diucapkan oleh lidah orang Arab menjadi tasawuf.5
Terlepas dari perbedaan di kalangan ahli bahasa tentang arti dan asal kata
tasawuf, namun ada benang merah dari semua kata tersebut, yaitu tasawuf adalah sebuah
ajaran (Pola Hidup) yang mengajarkan kepada manusia untuk membersih diri dari sesuatu
yang hina dan menghiasinya dengan sesuatu yang baik untuk mencapai tingkat yang lebih
dengan Allah atau sampai pada maqam yang tinggi.
3
4
Dengan kata lain, tasawuf adalah ajaran bagaimana berakhlak dengan akhlak
rabbaniyah, seperti iman, amal shaleh, ibadah, dakwah, akhlak dan bakti kepada
orang tua, untuk mencapai maqam yang tinggi, yaitu dekat dan keredhaan Allah SWT.
Atau dengan ungkapan lain, tasawuf pada dasarnya adalah takhalluq, dan takhalluq pada
dasarnya berakhlak mulia kepada sesama. Meneladani Rasulullah SAW dan mengharap
kecintaan denga meninggalkan nafsu duniawi.6
Jadi, sufi (orang yang mengamalkan ajaran tasawuf) adalah orang yang berusaha
membersihkan diri dari sesuatu yang hina dan menghiasi dirinya dengan sesuatu yang baik,
yaitu akhlak rabbaniyah, atau sampai pada maqam tertinggi.7 Dan jika seseorang telah
dekat denga Allah dan meraih cinta-Nya, karena kemuliaan akhlaknya, maka secara
otomatis ia pun akan dekat dan dicintai oleh sesama manusia.
Beranjak dari pengertian dua akar kata di atas, menurut penulis, kita diajak untuk
menangkap fenomena terkini terhadap perkembangan sosial dunia tasawuf. Dimana
secara garis besar dapat dibagi dua corak, tasawuf akhlaqi, tasawuf falsafi.10
Tentu tidaklah mudah untuk menarik kesimpulan dan menformat fenomena tersebut
menjadi sebuah grand teori, karena gejala tersebut justru tengah berlangsung hingga detik
ini. Tetapi secara akademis ilmiah hal ini patut dilakukan, mengingat bagaimana arah dan
tujuan hidup manusia pada perkembangan zaman ini.
di wilayah masyarakat kota mengambil ajaran tasawuf dan mengemasnya menjadi industri
baru berbasis agama karena dibutuhkan oleh masyarakat kota. Kejenuhan masyarakat kota
terhadap persaingan hidup membuat pasar tasawuf tumbuh dan masuk wilayah komunikasi
massa dan teknologi.
Pemahaman ini bisa memberi bukti konkrit ketika melihat fenomena yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat kota saat ini. Terdapat lembaga-lembaga tasawuf yang tidak
memiliki akar langsung kepada tarekat dan digelar massal juga komersial. Sekedar misal,
Indonesian Islamic Media Network (IMaN), Kelompok Kajian Islam Paramadina,
Yayasan Takia, Tasauf Islamic Centre Indonesia (TICI). Kelompok ini mencoba menelaah
dan mengaplikasikan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari secara massal. Misalnya
Dzikir Bersama, Taubat, Terapi Dzikir.
Wajah tasauf dalam bentuk lain dilakukan —dan sangat laku— Emotional
Spritual Question (ESQ) di bawah pimpinan Ari Ginanjar. Konon, konsep awal ESQ ini,
dilakukan oleh kaum nashrani di Eropa dan Amerika dalam mengantisipasi kebutuhan jiwa
masyarakat kota setempat.
Selain bentuk lembaga, dalam pengembangannya melibatkan komunikasi massa.
Misalnya, promosi dalam bentuk buku, pamflet, iklan, adventorial, program audio visual
CD, VCD, Siaran Televisi, hingga internet (misalnya, www.sufinews.com,
www.pesantrenonline.com, gusmus.net, myquran.com). Siaran televisi yang sehari-hari
dapat ditonton, memperlihatkan kecenderungan yang sama besarnya dengan booming
sinetron misteri dengan tayangan dzikir bersama dan ceramah agama. Berawal dari Televisi
Manajemen Qolbu (MQ TV) di Bandung di bawah pimpinan Abdullah Gymnastiar (Aa
Gym), muncul beberapa nama lain menyusulnya. Sekedar menyebut, Arifin Ilham, Ustazd
Jefri.
6
Karena masuk pada ranah industri dan bersentuhan dengan komersialisme, tasauf
terkesan menjadi alat untuk mengedepankan perilaku keagamaan yang katarsis. Bersedih
dan disedih-sedihkan. Taubat, sebuah jendela masuk tasawuf menjadi arena penyesalan
yang dipertontonkan. Dzikir, sebagai lapazkan secara bersama-sama panduan yang terpaksa
khusu’, Do’a yang disandiwarakan dengan tetes air mata.
Artinya, jika tidak hati-hati, pola seperti ini akan terjerumus dalam
pseudo tasawuf. Tasawuf yang hanya mengedepankan tontonan daripada substansi
penghayatan.
Karena ia masuk dalam wadah publikasi, maka ongkos (bahasa yang lebih sopan
digunakan; mahar) yang harus dibayar adalah tumbuhnya idola baru yang menjadi
pujaan. Berbeda dengan tasawuf klasik dan tarekat yang memiliki rasa hormat yang tinggi
terhadap guru spiritual, yang terjadi pada tasawuf kontemporer adalah pemujaan idola yang
tiada berbeda dengan pemujaan manusia sekuler terhadap Madonna. Dan janganlah heran,
jika hari lebaran, salah satu baju “wajib” dibeli kaum muslim adalah baju (simbol) yang
dipakai sang idola. Suasana religius yang terpaksa hadir itu juga dibayar mahal jika akan
menghadirkan sang idola ke sebuah majelis. Sungguh naif, bila dipandang dari segi ajaran
tasawuf itu sendiri.
Selain bentuk-bentuk di atas, tanpa mengurangi kehadiran tasauf klasik yang masih
berkembang bersamaan juga dengan tarekat yang sudah pula masuk ke kota besar, tasawuf
kontemporer juga ditunjukkan dalam bentuk terapi pengobatan. Seperti terapi Narkoba
dengan Dzikir Abah Sepuh dan Abah Anom di Pesantren Suralaya. Pengamalan ibadah
agama—shalat wajib, shalat sunat—yang lengkap dan metode tasauf (taubat, dzikir) yang
dijalankan selama 24 jam dengan paket pengobatan yang mahal pula.13
Agaknya, inilah yang lebih spesifik dalam tasawuf kontemporer. Sebuah bentuk
baru yang ada di tengah masyarakat kota. Kalau begitu, apa beda antara tasawuf
kontemporer? Dalam segi semangat, tidak ada beda. Hanya segi waktu dan model yang
ditawarkan. Jika masa modern banyak dihadapkan pada semangat untuk kembali kepada
bentuk lebih positif dan kemurnian ajaran agama, maka pada tasawuf kontemporer
beralihnya model dari sifat tasawuf individual kepada wilayah massa. Hal ini berangkat dari
kegagalan dalam pencitraan dan kekosongan jiwa, setidaknya pada massa, terdapat
pengakuan terhadap diri individu yang masuk kelompok ibadah tersebut. Wilayah massa itu
adalah, dimana masyarakat yang memiliki wadah komunikasi massa dan teknologi
informasi. Tasawuf
7
masuk menjadi bagian dari perangkat hidup dengan wajah baru yang sesuai pada selera
zamannya.
Kembali kepada sejarah bahwa lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam
diawali (secara internal) dari ketidakpuasan terhadap praktek Islam yang cendrung
formalisme dan legalisme, dan juga sebagai reaksi terhadap ketimpangan politik, moral,
dan ekonomi di kalangan umat Silam, khususnya di kalangan penguasa. Pada saat dmeikian
tasawuf tampil memberikan solusi.
Gerakan tersebut di satu sisi bisa dikatakan sebagai reaksi sosial, dan di sisi lain
bisa dikatakan sebagai tanggung jawab sosial. Gerakan seperti ini adalah cocok pada masa
itu, namun pada masa sekarang perlu dipertanyakan.
Ketika hal ini dibicarakan, maka akan teringat pendapat Emile Durkheim, bahwa
pemikiran dan perkembangan pribadi tidak bisa terlepas sama sekali dari setting sosialnya
(Doyle, Paul Johasan, 1994, Emile Durkheim, 1993)
8
Tasawuf pada masa sekarang mempunyai tanggung jawab sosial lebih berat dari
pada masa lalu. Untuk memberi jawaban bagaimana tanggung jawab sosial tasawuf
pada zaman modern ini, maka terlebih dahulu akan diketengahkan bagaimana ciri
masyarakat modern itu.
Seperti yang pernah diungkapkan oleh Azyumardi Azra. Azyumardi membagi tiga
bentuk tasawuf yang menyita masyarakat akhir-akhir ini, pertama Student Sufism,
Convensional Sufism dan Urban Sufism.14
Pencapaian yang hendak ditujukan oleh tasawuf kontemporer adalah sama dengan
konsep para sufi terdahulu (sufi klasik). Seperti kedekatan terhadap Pencipta, kehadiran
Pencipta dalam kehidupan sehari-hari, menjadi insan kamil. Melihat coraknya,
pengembangan tasauf kontemporer mengarah kepada tubuhnya tasawuf akhlaqi, dimana
mengedepan sikap kesahajaan dan ibadah yang banyak untuk mencapai kedamaian hidup
dan kedekatan diri dengan Pencipta.
9
Tetapi, apresiasi positif yang patut diberikan kepada mereka yang mengusung
tasawuf dengan wajah baru ini adalah, mereka masuk dalam mewarnai zaman. Tak
terbayangkan, jika mereka tidak ada. Kekosongan pada wilayah massa akan membuat
kepercayaan diri (confidence self) beragama masyarakat akan terus menurun. Tentu saja,
nuansa keagamaan akan tidak terlihat lagi di permukaan. Setidaknya, mereka sekarang
sudah memulainya untuk menjawab kebutuhan rohani masyarakat. Lebih dari itu, tasawuf
kontemporer merupakan bentuk alternatif beragama sebagai pilihan setelah goncangan
ketiadaan dan kekosongan jiwa. Dimana jiwa yang kurus kering tidak pernah mendapat
sentuhan religi, sementara jiwa memiliki kebutuhan tersebut tetapi tidak pernah diberikan.
Kehilangan visi keilahian ini bisa mengakibatkan timbulnya gejala psikologis, yakni
adanya kehampaan spiritual. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta filsafat
nasionalisme tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai
transenden, satu kebutuhan vital yang hanya bisa digali dari sumber wahyu Ilahi.
Melihat gejala manusia modern yang penuh problema tersebut, Husen Nasr, seorang
ulama' Iran menawarkan alternatif terapi agar mereka mendalami dan menjalankan praktek
tasawuf. Sebab tasawuflah yang dapat memberikan jawaban- jawaban terhadap kebutuhan
spiritual mereka. Dalam pandangan tasawuf, penyelesaian dan perbaikan keadaan itu tidak
dapat tercapai secara optimal jika hanya dicari dalam kehidupan lahir.
Memang diakui oleh para ahli tasawuf, bahwa manusia dalam kehidupanmya
selalu berkompetisi dengan hawa nafsunya yang selalu ingin menguasainya. Agar hawa
nafsu seseorang dikuasai oleh akal yang telah mendapat bimbingan wahyu, maka dalam
dunia tasawuf diajarkan berbagai cara, seperti riyadhah (latihan) dan mujahadah
(bersungguh-sungguh) sebagai sarana untuk melawan hawa nafsunya tadi. Cara
pembinaannya melalui tiga tahapan, yakni tahap pembersihan dan pengosongan jiwa
dari sifat-sifat tercela (takhalli), tahap kedua ialah penghiasan diri dengan sifat-sifat terpuji
(tahalli) dan ketiga tercapainya sinar Ilahi (tajalli).
Pluralitas masyarakat modern dipandang sebagai sesuatu yang wajar, sebab telah
menjadi sunnatullah, tidak ada hidup tanpa pluralitas dalam arti antar umat. Dan dalam
pengertian yang sudah luas lagi, pluralitas dalam berbagai bidang pun tidak bisa dipungkiri
11
lagi, seperti ras, suku, watak, dan sebagainya. Di sini tasawuf akan melihat hakikat manusia
sebagai makhluk Tuhan yang berasal-usul satu, yakni Adam a.s.
Tuntutan yang muncul dari akibat modernisasi dan industrialisasi tersebut, ialah
pengembangan kemampuan intelektual muslim sehingga memiliki kemampuan
dialogis dan fungsional terhadap perkembangan IPTEK.
Secara epistimologis tasawuf memakai methode intuitif, yang pada abad ini dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif dan rasionalisme dan empirisme dan membantunya
untuk melakukan terobosan baru dalam berbagai hal.[3]
Diakui bahwa intuisi itu berbeda, karena akal maupun indera merupakan insturmen
yang lebih berkompeten untuk menghadapi obyek-obyek materi serta hubungan-hubungan
kuantitatif.
David Truebood menjelaskan, paling tidak ada tiga hal yang harus dipenuhi agar
kebenaran pengetahuan intuitif ini dapat diterima, di antaranya :
1. Moralitas subyek
2. Akal sehat
3. Keahlian subyek secara tepat.
12
Jika demikian, maka tasawuf bukan lagi menjadi tempat pelarian bagi sementara
orang, namun merupakan suatu keniscayaan yang sungguh perlu diperhatikan oleh
semua orang. Dan ketika itu, tasawuf akan eksis di tengah-tengah percaturan dunia modern.
Dan di sinilah letak peranan dan tanggung jawab sosialnya.
BAB III
MASALAH-MASALAH KONTEMPORER
2. Pendapat kedua : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan
jika sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya
bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh
menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-
hatian. Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli,
salah seorang ulama dari madzhab Syafi’I (Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul
Muhtaj : 7/416).
4. Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap
benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani, ataupun disholati. Sehingga bisa
dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan
pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
BAB III
MASALAH-MASALAH KONTEMPORER
13
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Tasawuf kontemporer adalah tasawuf bercorak kekinian yang masih berakar pada
tasawuf klasik dan konvensional. Bila tasawuf konvensional hanya menyebar melalui buku-
buku, tetapi tasawuf kontemporer menggunakan instrumen teknologi. Pada tataran ini, bila
nilai tasawuf menjadi kecil atau justru menjadi bahan dari teknologi, maka tasawuf
kontemporer diragui akan keotentikannya. Ia hanya menjadi bagian kecil dari teknologi
maju. Bukan sebagai subjek dari kemajuan.
Walau pun secara tidak langsung ada akar klasik dan konvensional, sesungguhnya
mereka mempelajari secara mendalam setiap ajaran yang sudah dan mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut analisa penulis, ada kerinduan masyarakat
kota untuk kembali hidup pada akar budaya agama yang mengedepan marwah beragama.
Tidak sekedar formalitas aktual tetapi juga memiliki makna yang dalam terhadap kehidupan
sehari- hari. Tetapi jika kita lihat lebih jauh, semestinya harus terus diawasi karena tasawuf
ini bersentuhan dengan industri yang cenderung bermata dua.
Terlepas dari plus dan minus ajaran, juga corak dan potret kehidupannya yang nyaris
mengarah kepada pseudo tasawuf, semangat dan pengaruhnya membawa arti penting bagi
agama Islam di tengah masyarakat. Lebih-lebih masyarakat kota yang memang merindukan
khazanah kehidupan beragama
14
15
4.2 Saran
Demikianlah makalah yang bisa penulis susun, semoga apa yang kita rumuskan,kita
pelajari mendapatkan anugerah dan inayah dari Allah swt serta bermanfaat bagi kita
semua.Dengan semangat belajar yang tinggi,semoga dapat megamarket ibadah-ibadah sunah
yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rahman, Drs, M.Ag, Sastra Ilahi, Ilham Sirriyah Tuangku Syaikh Muhammad Ali
Hanafiah, Penerbit Hikmah Mizan, Cet. 1 Bandung, 2004
Halim, Abdul Mahmud, Prof Dr, Tasawuf di Dunia Islam, Penerbit, Pustaka Setia, Jakarta,
2002
Hamka, Prof. Dr. , Tasawuf Modern, Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta, 2005
Rasyid, Hamdan Dr KH, MA, Sufi Berdasi, Mencapai Derajat Sufi dalam Kehidupan
Modern, Al-Mawardi, Jakarta, 2006
Solihin Dr M MAg, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, Rajawali Pers, Jakarta,
2005
Nurcholis Madjid, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Islam
dalam Sejarah, Yayasan Paramadina, Jakarta, 1995
Seyyed Hossein Nasr, dkk, Warisan Sufi, Sufisme Klasik dari Permulaan hingga Rumi
(700-1300 M), Jogjakarta, Pustaka Sufi 2002.
Abdullah Khusairi, Hipokrisi dalam Posmodernisme, Harian Pagi Padang Ekspres
Minggu, 17 Desember 2006. www.khusairi.blogspot.com
Muhammad Zaki Ibrahim, Tasawuf Hitam Putih, Solo; Penerbit Tiga Serangkai 2004
Nazib Zuhdi, Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia Inggris, Penerbit, Fajar Mulya
Surabaya, 1993
WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka 1999
Drs. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta, Rajawali Pers, 1996
https://www.slideshare.net/RatihSuprapti1/masalah-masalah-kontemporer-dalam- islam?
subscription_success_banner=show
16