Disusun Oleh :
…………..
2023
KATAPENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
Makalah ini saya susun sebagai tugas dari mata kuliah Akhlaq Tasawuf dengan judul
Terimakasih saya sampaikan kepada Bpk Supyan Munawar, Ssos., SPdI, MM selaku
dosen mata kuliah Akhlaq Tasawuf yang telah membimbing dan memberikan kuliah
Demikianlah tugas ini saya susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata
kuliah Akhlaq Tasawuf dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri
saya dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan
membangun sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3
Rumusan Masalah….......................................................................................................4
Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................5
Pengertian…………………………................................................................................5
Masalah-Masalah Kontenporer.......................................................................................14
Kesimpulan.....................................................................................................................15
Saran...............................................................................................................................16
DAFTARPUSTAKA..................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apa sebenarnya hakikat manusia hidup di dunia? Ketika pertanyaan itu muncul,
peradaban puncak itu runtuh dengan sendirinya. Maka, kehidupan yang masuk fase
digitalisasi, dunia serba di ujung jari1, hanya menjadi tiada berarti. Muncul kegersangan
jiwa dan manusia kembali mencari jati diri dalam bentuk lain. Manusia akhirnya
kembali mencari dan menggali kedalaman makna kehidupan dan hakikat dirinya.2
Eksistensi kehidupan dunia ternyata tak sekedar mencari dan memenuhi hasrat
terhadap materi belaka. Jiwa yang selama ini kurus kering dan berkerontang tak
dipenuhi kebutuhannya meminta untuk diisi dan diberi makan juga. Inilah titik balik
yang membuat beberapa waktu terakhir munculnya fenomena menarik masyarakat kota.
Tumbuhnya pola hidup beragama yang berwajah lain. Agama tak sekedar ritual aktual
tetapi menjadi ritual religi yang menumbuhkan aura kesadaran mendalam atas ibadah
dan pendekatan diri terhadap Pencipta. Jika selama ini agama hanyalah sebuah bentuk
ibadah formal, menyaru kepentingan duniawi atasnya, digali lebih dalam mendekati
titik ketakutan manusia atas kematian nurani yang selama ini telah terbelenggu dalam
kini tak sekedar kegiatan rutin tanpa memberi sentuhan kedekatan bathin terhadap
mempengaruhi semua lini kehidupan, maka atas kesadaran terhadap kekosongan jiwa,
pada saat itulah agama diajak kembali di masa posmodernis saat ini. Dr. KH. Hamdan
Rasyid, di dalam buknya berjudul Sufi Berdasi, Mencapai Derajat Sufi dalam
kota besar sekarang ini, yaitu mereka mulai tertarik untuk mempelajari dan
mempraktikkan pola hidup sufistik. Hal ini dapat dilihat dari banjirnya buku-buku
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sangat rumit untuk mencocokkan fenomena ini sebagai sebuah bentuk actual
kehidupan agama di tengah masyarakat kota. Apalagi tidak ada bimbingan tokoh dan
fase yang menjadi petunjuk dalam kajian ini. Oleh karenanya, penulis mencoba
berangkat dari pengertian dua kata; tasawuf dan kontemporer. Dimana, pengertian-
pengertian itu akan memberi pemahaman dan batasan, baik dari segi waktu maupun
Ahli bahasa masih berbeda pendapat terhadap pengertian tasawuf. Ada yang
menyebut tasawuf dari kata shafa’ yang berarti suci, bersih, ibarat kilatan kaca.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa tasawuf itu berasal dari kata shuf, yang berarti
bulu binatang, sebab orang-orang yang memasuki dunia tasawuf dan mengamalkan
ajaran tasawuf (pada masa awal Islam) itu memakai baju dari bulu binatang yang kasar
sebagai bentuk pemberontakan, kebencian terhadap hidup glamour, pakaian indah dan
mahal.
Namun sebagian ahli bahasa juga ada yang menyatakan bahwa kata tasawuf diambil
dari kata shuffah (kaum shuffah), yaitu segolongan sahabat Rasulullah SAW yang
memisahkan diri di satu tempat tersendiri di samping masjid Nabawi, yang mereka ini
mempunyai pola hidup menjauhi kehidupan dunia. Ada juga sebagian ahli bahasia yang
berpendapat bahwa sebenarnya tasawuf berasal dari kata shufanah, yaitu sejenis kayu
mersik yang tumbuh di padang pasir tanah Arab. Bahkan ada juga di antara para ahli
yang menyatakan tasawuf bukanlah berasal dari akar bahasa Arab, tetapi berasal dari
bahasa Yunani Lama yang diarabkan yaitu dari kata Theosofie yang berarti ilmu
ketuhanan, yang kemudian diarabkan dan diucapkan oleh lidah orang Arab menjadi
tasawuf Terlepas dari perbedaan di kalangan ahli bahasa tentang arti dan asal kata
tasawuf, namun ada benang merah dari semua kata tersebut, yaitu tasawuf adalah
sebuah ajaran (Pola Hidup) yang mengajarkan kepada manusia untuk membersih diri
dari sesuatu yang hina dan menghiasinya dengan sesuatu yang baik untuk mencapai
tingkat yang lebih dengan Allah atau sampai pada maqam yang tinggi. Dengan kata lain,
tasawuf adalah ajaran bagaimana berakhlak dengan akhlak rabbaniyah, seperti iman,
amal shaleh, ibadah, dakwah, akhlak dan bakti kepadaorang tua, untuk mencapai
maqam yang tinggi, yaitu dekat dan keredhaan Allah SWT. Atau dengan ungkapan lain,
tasawuf pada dasarnya adalah takhalluq, dan takhalluq pada dasarnya berakhlak mulia
meninggalkan nafsu duniawi. Jadi, sufi (orang yang mengamalkan ajaran tasawuf)
adalah orang yang berusaha membersihkan diri dari sesuatu yang hina dan menghiasi
dirinya dengan sesuatu yang baik, yaitu akhlak rabbaniyah, atau sampai pada maqam
tertinggi.7 Dan jika seseorang telah dekat denga Allah dan meraih cinta-Nya, karena
kemuliaan akhlaknya, maka secara otomatis ia pun akan dekat dan dicintai oleh sesama
manusia.
Kontemporer. Istilah dari akar kata bahasa Inggris yang dipungut menjadi istilah bahasa
Indonesia, contemporary, berarti sezaman, sebaya, seumur dan zaman sekarang, dewasa
ini, mutakhir, sedangkan kata mutakhir berarti terbaru atau modern pada masa kini,
misalnya pameran seni lukis kontemporer.9 Secara harfiah, kontemporer dapat dipahami
sebagai waktu sekarang yang aktual. Terkini dan menjadi trend baru.
Beranjak dari pengertian dua akar kata di atas, menurut penulis, kita diajak untuk
menangkap fenomena terkini terhadap perkembangan sosial dunia tasawuf. Dimana
secara garis besar dapat dibagi dua corak, tasawuf akhlaqi, tasawuf falsafi.
Tentu tidaklah mudah untuk menarik kesimpulan dan menformat fenomena tersebut
menjadi sebuah grand teori, karena gejala tersebut justru tengah berlangsung hingga
detik ini. Tetapi secara akademis ilmiah hal ini patut dilakukan, mengingat bagaimana
suasana
tawaran
pemikiran sebagai berikut; Tasawuf kontemporer tidak terlepas dari kontek ajaran
tasawuf
klasik. Tetapi tidak memiliki silsilah secara langsung terhadap tasawuf klasik. Kalau
masih ada silsilah, tentu saja ia masih masuk kategori tasawuf klasik. Tasawuf
masyarakat kota. Kejenuhan masyarakat kota terhadap persaingan hidup membuat pasar
dan berada pada barisan neo-sufisme Fazlur Rahman11 dan tasawuf modern, yang
esoteris yang mendalam tetapi tidak dengan serta merta melakukan pengasingan diri
(uzlah). Hal ini menurut Nurcholis Madjid, neo-sufism menekankan perlunya
keterlibatan diri dalam masyarakat secara lebih dari pada sufism terdahulu. Neo Sufism
positifterhadap kehidupan.
Pemahaman ini bisa memberi bukti konkrit ketika melihat fenomena yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat kota saat ini. Terdapat lembaga-lembaga tasawuf yang tidak
memiliki akar langsung kepada tarekat dan digelar massal juga komersial. Sekedar
misal,
Yayasan Takia, Tasauf Islamic Centre Indonesia (TICI). Kelompok ini mencoba
Wajah tasauf dalam bentuk lain dilakukan —dan sangat laku— Emotional
Spritual Question (ESQ) di bawah pimpinan Ari Ginanjar. Konon, konsep awal ESQ ini,
dilakukan oleh kaum nashrani di Eropa dan Amerika dalam mengantisipasi kebutuhan
melibatkan komunikasi massa. Misalnya, promosi dalam bentuk buku, pamflet, iklan,
adventorial, program audio visual CD, VCD, Siaran Televisi, hingga internet (misalnya,
besarnya dengan booming sinetron misteri dengan tayangan dzikir bersama dan
ceramah agama. Berawal dari Televisi Manajemen Qolbu (MQ TV) di Bandung di
bawah pimpinan Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), muncul beberapa nama lain
Bersedih dan disedih-sedihkan. Taubat, sebuah jendela masuk tasawuf menjadi arena
panduan yang terpaksa khusu’, Do’a yang disandiwarakan dengan tetes air mata.
Artinya, jika tidak hati-hati, pola seperti ini akan terjerumus dalam pseudo tasawuf.
ia masuk dalam wadah publikasi, maka ongkos (bahasa yang lebih sopan digunakan;
mahar) yang harus dibayar adalah tumbuhnya idola baru yang menjadi pujaan. Berbeda
dengan tasawuf klasik dan tarekat yang memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap guru
spiritual, yang terjadi pada tasawuf kontemporer adalah pemujaan idola yangtiada
berbeda dengan pemujaan manusia sekuler terhadap Madonna. Dan janganlah heran,
jika hari lebaran, salah satu baju “wajib” dibeli kaum muslim adalah baju (simbol) yang
dipakai sang idola. Suasana religius yang terpaksa hadir itu juga dibayar mahal jika
akan menghadirkan sang idola ke sebuah majelis. Sungguh naif, bila dipandang dari
Selain bentuk-bentuk di atas, tanpa mengurangi kehadiran tasauf klasik yang masih
berkembang bersamaan juga dengan tarekat yang sudah pula masuk ke kota besar,
tasawuf kontemporer juga ditunjukkan dalam bentuk terapi pengobatan. Seperti terapi
Narkoba dengan Dzikir Abah Sepuh dan Abah Anom di Pesantren Suralaya.
tasauf (taubat, dzikir) yang dijalankan selama 24 jam dengan paket pengobatan yang
mahal pula.
Agaknya, inilah yang lebih spesifik dalam tasawuf kontemporer. Sebuah bentuk baru
yang ada di tengah masyarakat kota. Kalau begitu, apa beda antara tasawuf
kontemporer? Dalam segi semangat, tidak ada beda. Hanya segi waktu dan model yang
ditawarkan. Jika masa modern banyak dihadapkan pada semangat untuk kembali kepada
bentuk lebih positif dan kemurnian ajaran agama, maka pada tasawuf kontemporer
beralihnya model dari sifat tasawuf individual kepada wilayah massa. Hal ini berangkat
dari kegagalan dalam pencitraan dan kekosongan jiwa, setidaknya pada massa, terdapat
pengakuan terhadap diri individu yang masuk kelompok ibadah tersebut. Wilayah massa
itu adalah, dimana masyarakat yang memiliki wadah komunikasi massa dan teknologi
informasi. Tasawuf masuk menjadi bagian dari perangkat hidup dengan wajah baru
Tuhannya. Dan ini merupakan pegangan hidup manusia yang paling ampuh, sehingga
muka bumi ini. Kembali kepada sejarah bahwa lahirnya tasawuf sebagai fenomena
ajaran Islam
diawali (secara internal) dari ketidakpuasan terhadap praktek Islam yang cendrung
formalism dan legalisme, dan juga sebagai reaksi terhadap ketimpangan politik, moral,
dan ekonomi di kalangan umat Silam, khususnya di kalangan penguasa. Pada saat
pembenahan dan transformasi tindakan fisik ke dalam tindakan batin. Sedangkan reaksi
terhadap sikap politik, penguasa dan ekonomi sebagai akibat diraihnya kemakmuran,
isolasi diri dari hiruk pikuknya kehidupan yang berorientasi dunawi, dan menanamkan
Gerakan tersebut di satu sisi bisa dikatakan sebagai reaksi sosial, dan di sisi lain bisa
dikatakan sebagai tanggung jawab sosial. Gerakan seperti ini adalah cocok pada masa
itu,
pengingkaran kekayaan adalah tidak mungkin, tidak praktis dan hanya bersifat
individual.
Desakan etika mencari yang halal untuk melegitimasikan kemiskinan itu adalah sikap
ketidakberdayaan kaum tertindas sebagai keompensasi atas penderitaan dari dua hal,
Ketika hal ini dibicarakan, maka akan teringat pendapat Emile Durkheim, bahwa
pemikiran dan perkembangan pribadi tidak bisa terlepas sama sekali dari setting
sosialnya
Tasawuf pada masa sekarang mempunyai tanggung jawab sosial lebih berat dari
pada masa lalu. Untuk memberi jawaban bagaimana tanggung jawab sosial tasawuf
pada zaman modern ini, maka terlebih dahulu akan diketengahkan bagaimana ciri
masyarakatmodern itu.
Masyarakat modern ditandai oleh lima ciri pokok, yakni:
Pemaparan di atas sesungguhnya belum final dan butuh analisa bersama dalam
tasawuf kontemporer sebuah bentuk aktual corak beragama masyarakat kota. Jika tidak
hati-hati, atau salah dalam pengajaran dan aplikasinya akan membawa bentuk pseudo
tasawuf. Atau lebih ekstrim lagi, tasawuf kontemporer yang bersentuhan dengan corak
sufistik, hanyalah mengambil semangat yang tidak utuh dari tasawuf konvensional yang
dikenal selama ini. Apabila kita memahami corak sufistik, seakan-akan hanya mengarah
kepada dunia tasawuf, bukan masuk ke dalam ranah tasawuf secara total.
Seperti yang pernah diungkapkan oleh Azyumardi Azra. Azyumardi membagi tiga
bentuk tasawuf yang menyita masyarakat akhir-akhir ini, pertama Student Sufism,
Pencapaian yang hendak ditujukan oleh tasawuf kontemporer adalah sama dengan
konsep para sufi terdahulu (sufi klasik). Seperti kedekatan terhadap Pencipta, kehadiran
hidup
Tetapi, apresiasi positif yang patut diberikan kepada mereka yang mengusung tasawuf
dengan wajah baru ini adalah, mereka masuk dalam mewarnai zaman. Tak
terbayangkan, jika mereka tidak ada. Kekosongan pada wilayah massa akan membuat
kepercayaan diri (confidence self) beragama masyarakat akan terus menurun. Tentu
saja, nuansa keagamaan akan tidak terlihat lagi di permukaan. Setidaknya, mereka
sekarang sudah
memulainya untuk menjawab kebutuhan rohani masyarakat. Lebih dari itu, tasawuf
ketiadaan dan kekosongan jiwa. Dimana jiwa yang kurus kering tidak pernah mendapat
sentuhan religi, sementara jiwa memiliki kebutuhan tersebut tetapi tidak pernah
diberikan.
E. Masalah-Masalah Kontenporer
menggugurkan
janin sebelum peniupan roh hukumnya tetap haram. Dalilnya, sperma sudah tertanam
dalam rahim dan siap menerima kehidupan. Namun, beberapa Ulama memiliki pendapat
Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat.
( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 ) Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi,
Syafi’I, dan Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya izin dari kedua orang
tuanya (Syareh Fathul Qadir : 2/495. Adapun dalilnya adalah hadist Ibnu Mas’ud di
atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan
penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan).
2. Pendapat kedua : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan
jika sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa
waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin
jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian. Pendapat ini dianut
oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli, salah seorang ulama dari
Dalilnya bahwa sperma sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum
wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan
kejahatan. Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir, Imam Ghozali, dan Ibnu Jauzi
4. Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap
benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani, ataupun disholati. Sehingga bisa
PENUTUP
A. Kesimpulan
menggunakan instrumen teknologi. Pada tataran ini, bila nilai tasawuf menjadi
kecil atau justru menjadi bahan dari teknologi, maka tasawuf kontemporer
esensi. Walau pun demikian, mereka yang terlibat di dalam dunia tasawuf
yang pernah ada pada masa lalu bisa dijemput secara total tanpa mengetahui
secara utuh ajaran tasawuf masa lalu tersebut. Apalagi hanya mencomot
Tidak sekedar formalitas aktual tetapi juga memiliki makna yang dalam
terhadap kehidupan sehari-hari. Tetapi jika kita lihat lebih jauh, semestinya
harus terus diawasi karena tasawuf ini bersentuhan dengan industri yang
Terlepas dari plus dan minus ajaran, juga corak dan potret kehidupannya yang
B. Saran
Untuk para pembaca yang budiman, penulis menyadari bahwa apa yang
disuguhkan oleh penulis jauh dari sempurna, namun setidaknya sudah berusaha
penulis miliki, dan semoga bisa memberikan wawasan serta wacana yang
mewujudkan tujuan pendidikan, tak lupa penulis juga mohon kritik, saran serta
masukan sebagai acuan untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Dan jika ada
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rahman, Drs, M.Ag, Sastra Ilahi, Ilham Sirriyah Tuangku Syaikh Muhammad
Halim, Abdul Mahmud, Prof Dr, Tasawuf di Dunia Islam, Penerbit, Pustaka Setia,
Jakarta, 2002
Hamka, Prof. Dr. , Tasawuf Modern, Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta, 2005
Rasyid, Hamdan Dr KH, MA, Sufi Berdasi, Mencapai Derajat Sufi dalam Kehidupan
Modern, Al-Mawardi, Jakarta, 2006
2005
Nurcholis Madjid, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Islam
Seyyed Hossein Nasr, dkk, Warisan Sufi, Sufisme Klasik dari Permulaan hingga Rumi
Muhammad Zaki Ibrahim, Tasawuf Hitam Putih, Solo; Penerbit Tiga Serangkai 2004
Surabaya, 1993
WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka 1999
Drs. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta, Rajawali Pers, 1996
https://www.slideshare.net/RatihSuprapti1/masalah-masalah-kontemporer-dalam-
islam?subscription_success_banner=show