Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

POLA DAN KARAKTERISTIK AJARAN TASAWUF KONTEMPORER

Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlaq Tasawuf


Dosen Pengampu Supian Munawar, Ssos., SPdI, MM

Disusun Oleh :

Yuni Sri Mulyani

…………..

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM K.H.BADRUZZAMAN

2023
KATAPENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini saya susun sebagai tugas dari mata kuliah Akhlaq Tasawuf dengan judul

“Pola Dan Karakteristik Ajaran Tasawuf Kontemporer”.

Terimakasih saya sampaikan kepada Bpk Supyan Munawar, Ssos., SPdI, MM selaku

dosen mata kuliah Akhlaq Tasawuf yang telah membimbing dan memberikan kuliah

demi lancarnya Terselesaikan tugas makalah ini.

Demikianlah tugas ini saya susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas mata

kuliah Akhlaq Tasawuf dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri

saya dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya

makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan

membangun sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan

makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Cikajang, 21 Juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3

Latar Belakang............... ................................................................................................3

Rumusan Masalah….......................................................................................................4

Tujuan Penulisan.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................5

Pengertian…………………………................................................................................5

Fenomena Tasawuf Kontemporer...................................................................................7

Perkembangan Tasawuf Di Zaman Kontemporer………..............................................10

Analisa Kritis Terhadap Tasawuf Kontemporer.............................................................11

Masalah-Masalah Kontenporer.......................................................................................14

BAB III PENUTUP........................................................................................................15

Kesimpulan.....................................................................................................................15

Saran...............................................................................................................................16

DAFTARPUSTAKA..................................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

peradaban ummat manusia sampai pada puncaknya, pertanyaan yang mendasar

tentang eksistensi kehadirannya di dunia kembali muncul untuk mendapatkan jawaban.

Apa sebenarnya hakikat manusia hidup di dunia? Ketika pertanyaan itu muncul,

peradaban puncak itu runtuh dengan sendirinya. Maka, kehidupan yang masuk fase

digitalisasi, dunia serba di ujung jari1, hanya menjadi tiada berarti. Muncul kegersangan

jiwa dan manusia kembali mencari jati diri dalam bentuk lain. Manusia akhirnya

kembali mencari dan menggali kedalaman makna kehidupan dan hakikat dirinya.2

Eksistensi kehidupan dunia ternyata tak sekedar mencari dan memenuhi hasrat

terhadap materi belaka. Jiwa yang selama ini kurus kering dan berkerontang tak

dipenuhi kebutuhannya meminta untuk diisi dan diberi makan juga. Inilah titik balik

yang membuat beberapa waktu terakhir munculnya fenomena menarik masyarakat kota.

Tumbuhnya pola hidup beragama yang berwajah lain. Agama tak sekedar ritual aktual

tetapi menjadi ritual religi yang menumbuhkan aura kesadaran mendalam atas ibadah

dan pendekatan diri terhadap Pencipta. Jika selama ini agama hanyalah sebuah bentuk

ibadah formal, menyaru kepentingan duniawi atasnya, digali lebih dalam mendekati

titik ketakutan manusia atas kematian nurani yang selama ini telah terbelenggu dalam

kerangkeng materialisme, terkubur di bawa liberalisme dan kapitalisme. Maka agama

kini tak sekedar kegiatan rutin tanpa memberi sentuhan kedekatan bathin terhadap

Pencipta. Dengan kata lain, ketika modernisasi Barat meninggalkan agama,

mempengaruhi semua lini kehidupan, maka atas kesadaran terhadap kekosongan jiwa,
pada saat itulah agama diajak kembali di masa posmodernis saat ini. Dr. KH. Hamdan

Rasyid, di dalam buknya berjudul Sufi Berdasi, Mencapai Derajat Sufi dalam

Kehidupan Modern, mengatakan, fenomena menarik pada sebagian masyarakat di kota-

kota besar sekarang ini, yaitu mereka mulai tertarik untuk mempelajari dan

mempraktikkan pola hidup sufistik. Hal ini dapat dilihat dari banjirnya buku-buku

tasawuf di tokok-toko buku, bermunculannya kajian-kajian tasawuf dan maraknya

tayangan-tayangan, baik di TV maupun radio.3 Inilah sebuah bukti, ternyata agama

telah dibawa untuk hidup di wilayah industry dan digitalisasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian tasawuf kontemporer ?

2. Bagaimana fenomena tasawuf kontemporer ?

3. Bagaimana perkembangan tasawuf kontemporer ?

4. Apa saja analisis dalam tasawuf kontemporer ?

5. Bagaimana Tanggung jawab sosial tasawuf kontemporer pada zaman sekarang?

6. Apa saja permasalahan tasawuf kontemporer ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahu pengertian tasawuf kontemporer

2. Mengetahui fenomena tasawuf kontemporer

3. Mengetahui perkembangan tasawuf kontemporer

4. Mengetahui analisis dalam tasawuf kontemporer

5. Mengetahui Tanggung jawab sosial tasawuf kontemporer pada zaman sekarang

6. Mengetahui contoh permasalahan tasawuf kontemporer


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Sangat rumit untuk mencocokkan fenomena ini sebagai sebuah bentuk actual

kehidupan agama di tengah masyarakat kota. Apalagi tidak ada bimbingan tokoh dan

fase yang menjadi petunjuk dalam kajian ini. Oleh karenanya, penulis mencoba

berangkat dari pengertian dua kata; tasawuf dan kontemporer. Dimana, pengertian-

pengertian itu akan memberi pemahaman dan batasan, baik dari segi waktu maupun

konteks yang akan dibicarakan.

Ahli bahasa masih berbeda pendapat terhadap pengertian tasawuf. Ada yang

menyebut tasawuf dari kata shafa’ yang berarti suci, bersih, ibarat kilatan kaca.

Sebagian yang lain berpendapat bahwa tasawuf itu berasal dari kata shuf, yang berarti

bulu binatang, sebab orang-orang yang memasuki dunia tasawuf dan mengamalkan

ajaran tasawuf (pada masa awal Islam) itu memakai baju dari bulu binatang yang kasar

sebagai bentuk pemberontakan, kebencian terhadap hidup glamour, pakaian indah dan

mahal.

Namun sebagian ahli bahasa juga ada yang menyatakan bahwa kata tasawuf diambil

dari kata shuffah (kaum shuffah), yaitu segolongan sahabat Rasulullah SAW yang

memisahkan diri di satu tempat tersendiri di samping masjid Nabawi, yang mereka ini

mempunyai pola hidup menjauhi kehidupan dunia. Ada juga sebagian ahli bahasia yang

berpendapat bahwa sebenarnya tasawuf berasal dari kata shufanah, yaitu sejenis kayu

mersik yang tumbuh di padang pasir tanah Arab. Bahkan ada juga di antara para ahli

yang menyatakan tasawuf bukanlah berasal dari akar bahasa Arab, tetapi berasal dari

bahasa Yunani Lama yang diarabkan yaitu dari kata Theosofie yang berarti ilmu
ketuhanan, yang kemudian diarabkan dan diucapkan oleh lidah orang Arab menjadi

tasawuf Terlepas dari perbedaan di kalangan ahli bahasa tentang arti dan asal kata

tasawuf, namun ada benang merah dari semua kata tersebut, yaitu tasawuf adalah

sebuah ajaran (Pola Hidup) yang mengajarkan kepada manusia untuk membersih diri

dari sesuatu yang hina dan menghiasinya dengan sesuatu yang baik untuk mencapai

tingkat yang lebih dengan Allah atau sampai pada maqam yang tinggi. Dengan kata lain,

tasawuf adalah ajaran bagaimana berakhlak dengan akhlak rabbaniyah, seperti iman,

amal shaleh, ibadah, dakwah, akhlak dan bakti kepadaorang tua, untuk mencapai

maqam yang tinggi, yaitu dekat dan keredhaan Allah SWT. Atau dengan ungkapan lain,

tasawuf pada dasarnya adalah takhalluq, dan takhalluq pada dasarnya berakhlak mulia

kepada sesama. Meneladani Rasulullah SAW dan mengharap kecintaan denga

meninggalkan nafsu duniawi. Jadi, sufi (orang yang mengamalkan ajaran tasawuf)

adalah orang yang berusaha membersihkan diri dari sesuatu yang hina dan menghiasi

dirinya dengan sesuatu yang baik, yaitu akhlak rabbaniyah, atau sampai pada maqam

tertinggi.7 Dan jika seseorang telah dekat denga Allah dan meraih cinta-Nya, karena

kemuliaan akhlaknya, maka secara otomatis ia pun akan dekat dan dicintai oleh sesama

manusia.

Setelah memahami selintas pengertian tasawuf, penulis kemukakan pengertian istilah

Kontemporer. Istilah dari akar kata bahasa Inggris yang dipungut menjadi istilah bahasa

Indonesia, contemporary, berarti sezaman, sebaya, seumur dan zaman sekarang, dewasa

ini, mutakhir, sedangkan kata mutakhir berarti terbaru atau modern pada masa kini,

misalnya pameran seni lukis kontemporer.9 Secara harfiah, kontemporer dapat dipahami

sebagai waktu sekarang yang aktual. Terkini dan menjadi trend baru.

Beranjak dari pengertian dua akar kata di atas, menurut penulis, kita diajak untuk
menangkap fenomena terkini terhadap perkembangan sosial dunia tasawuf. Dimana

secara garis besar dapat dibagi dua corak, tasawuf akhlaqi, tasawuf falsafi.

Tentu tidaklah mudah untuk menarik kesimpulan dan menformat fenomena tersebut

menjadi sebuah grand teori, karena gejala tersebut justru tengah berlangsung hingga

detik ini. Tetapi secara akademis ilmiah hal ini patut dilakukan, mengingat bagaimana

arah dan tujuan hidup manusia pada perkembangan zaman ini.

B. Fenomena Tasawuf Kontemporer

Bagaimana bisa menyebut tasawuf kontemporer sebagai bentuk baru dari

suasana

beragama dan pencarian manusia terhadap Pencipta. Setidaknya penulis memiliki

tawaran

pemikiran sebagai berikut; Tasawuf kontemporer tidak terlepas dari kontek ajaran

tasawuf

klasik. Tetapi tidak memiliki silsilah secara langsung terhadap tasawuf klasik. Kalau

masih ada silsilah, tentu saja ia masih masuk kategori tasawuf klasik. Tasawuf

kontemporer terdapat di wilayah masyarakat kota mengambil ajaran tasawuf dan

mengemasnya menjadi industry baru berbasis agama karena dibutuhkan oleh

masyarakat kota. Kejenuhan masyarakat kota terhadap persaingan hidup membuat pasar

tasawuf tumbuh dan masuk wilayah komunikasi massa dan teknologi.

Penulis berpendapat, tasawuf kontemporer adalah penamaan yang padadasarnya berakar

dan berada pada barisan neo-sufisme Fazlur Rahman11 dan tasawuf modern, yang

diusung Hamka. Menurut Hamka, tasawuf modern adalah penghayatan keagamaan

esoteris yang mendalam tetapi tidak dengan serta merta melakukan pengasingan diri
(uzlah). Hal ini menurut Nurcholis Madjid, neo-sufism menekankan perlunya

keterlibatan diri dalam masyarakat secara lebih dari pada sufism terdahulu. Neo Sufism

cenderung menghidupkan kembali aktifitas salafi dan menanam kembali sikap

positifterhadap kehidupan.

Pemahaman ini bisa memberi bukti konkrit ketika melihat fenomena yang terjadi di

tengah-tengah masyarakat kota saat ini. Terdapat lembaga-lembaga tasawuf yang tidak

memiliki akar langsung kepada tarekat dan digelar massal juga komersial. Sekedar

misal,

Indonesian Islamic Media Network (IMaN), Kelompok Kajian Islam Paramadina,

Yayasan Takia, Tasauf Islamic Centre Indonesia (TICI). Kelompok ini mencoba

menelaah dan mengaplikasikan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari secara

massal. Misalnya Dzikir Bersama, Taubat, Terapi Dzikir.

Wajah tasauf dalam bentuk lain dilakukan —dan sangat laku— Emotional

Spritual Question (ESQ) di bawah pimpinan Ari Ginanjar. Konon, konsep awal ESQ ini,

dilakukan oleh kaum nashrani di Eropa dan Amerika dalam mengantisipasi kebutuhan

jiwa masyarakat kota setempat. Selain bentuk lembaga, dalam pengembangannya

melibatkan komunikasi massa. Misalnya, promosi dalam bentuk buku, pamflet, iklan,

adventorial, program audio visual CD, VCD, Siaran Televisi, hingga internet (misalnya,

www.sufinews.com, www.pesantrenonline.com, gusmus.net, myquran.com). Siaran

televisi yang sehari-hari dapat ditonton, memperlihatkan kecenderungan yang sama

besarnya dengan booming sinetron misteri dengan tayangan dzikir bersama dan

ceramah agama. Berawal dari Televisi Manajemen Qolbu (MQ TV) di Bandung di

bawah pimpinan Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), muncul beberapa nama lain

menyusulnya. Sekedar menyebut, Arifin Ilham, Ustazd Jefri.


Karena masuk pada ranah industri dan bersentuhan dengan komersialisme, tasauf

terkesan menjadi alat untuk mengedepankan perilaku keagamaan yang katarsis.

Bersedih dan disedih-sedihkan. Taubat, sebuah jendela masuk tasawuf menjadi arena

penyesalan yang dipertontonkan. Dzikir, sebagai lapazkan secara bersama-sama

panduan yang terpaksa khusu’, Do’a yang disandiwarakan dengan tetes air mata.

Artinya, jika tidak hati-hati, pola seperti ini akan terjerumus dalam pseudo tasawuf.

Tasawuf yang hanya mengedepankan tontonan daripada substansi penghayatan. Karena

ia masuk dalam wadah publikasi, maka ongkos (bahasa yang lebih sopan digunakan;

mahar) yang harus dibayar adalah tumbuhnya idola baru yang menjadi pujaan. Berbeda

dengan tasawuf klasik dan tarekat yang memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap guru

spiritual, yang terjadi pada tasawuf kontemporer adalah pemujaan idola yangtiada

berbeda dengan pemujaan manusia sekuler terhadap Madonna. Dan janganlah heran,

jika hari lebaran, salah satu baju “wajib” dibeli kaum muslim adalah baju (simbol) yang

dipakai sang idola. Suasana religius yang terpaksa hadir itu juga dibayar mahal jika

akan menghadirkan sang idola ke sebuah majelis. Sungguh naif, bila dipandang dari

segi ajaranta sawuf itu sendiri.

Selain bentuk-bentuk di atas, tanpa mengurangi kehadiran tasauf klasik yang masih

berkembang bersamaan juga dengan tarekat yang sudah pula masuk ke kota besar,

tasawuf kontemporer juga ditunjukkan dalam bentuk terapi pengobatan. Seperti terapi

Narkoba dengan Dzikir Abah Sepuh dan Abah Anom di Pesantren Suralaya.

Pengamalan ibadah agama—shalat wajib, shalat sunat—yang lengkap dan metode

tasauf (taubat, dzikir) yang dijalankan selama 24 jam dengan paket pengobatan yang

mahal pula.

Agaknya, inilah yang lebih spesifik dalam tasawuf kontemporer. Sebuah bentuk baru
yang ada di tengah masyarakat kota. Kalau begitu, apa beda antara tasawuf

kontemporer? Dalam segi semangat, tidak ada beda. Hanya segi waktu dan model yang

ditawarkan. Jika masa modern banyak dihadapkan pada semangat untuk kembali kepada

bentuk lebih positif dan kemurnian ajaran agama, maka pada tasawuf kontemporer

beralihnya model dari sifat tasawuf individual kepada wilayah massa. Hal ini berangkat

dari kegagalan dalam pencitraan dan kekosongan jiwa, setidaknya pada massa, terdapat

pengakuan terhadap diri individu yang masuk kelompok ibadah tersebut. Wilayah massa

itu adalah, dimana masyarakat yang memiliki wadah komunikasi massa dan teknologi

informasi. Tasawuf masuk menjadi bagian dari perangkat hidup dengan wajah baru

yang sesuai pada selera zamannya.

C. Perkembangan Tasawuf Di Zaman Kontemporer

Tasawuf mempunyai potensi besar karena mampu menawarkan pembahasan

spiritual, mengajak manusia mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya mengenal

Tuhannya. Dan ini merupakan pegangan hidup manusia yang paling ampuh, sehingga

tidak terombang-ambingkan oleh badai kehidupan ini. Ia menjadi penuntun hidup

bermoral, sehingga dapat menunjukkan eksistensi manusia sebagai makhluk termulia di

muka bumi ini. Kembali kepada sejarah bahwa lahirnya tasawuf sebagai fenomena

ajaran Islam

diawali (secara internal) dari ketidakpuasan terhadap praktek Islam yang cendrung

formalism dan legalisme, dan juga sebagai reaksi terhadap ketimpangan politik, moral,

dan ekonomi di kalangan umat Silam, khususnya di kalangan penguasa. Pada saat

dmeikian tasawuf tampil memberikan solusi.


Solusi tasawuf terhadap formalisme dan legalisme dengan spiritualitasi ritual,

pembenahan dan transformasi tindakan fisik ke dalam tindakan batin. Sedangkan reaksi

terhadap sikap politik, penguasa dan ekonomi sebagai akibat diraihnya kemakmuran,

yang menimbulkan sikap kefoya-foyaan materiil, adalah dengan penampakan sikap

isolasi diri dari hiruk pikuknya kehidupan yang berorientasi dunawi, dan menanamkan

sikap sedia miskin.

Gerakan tersebut di satu sisi bisa dikatakan sebagai reaksi sosial, dan di sisi lain bisa

dikatakan sebagai tanggung jawab sosial. Gerakan seperti ini adalah cocok pada masa

itu,

namun pada masa sekarang perlu dipertanyakan.

Sebenarnya gerakan seperti tersebut merupakan gerakan individual. Padahal

pengingkaran kekayaan adalah tidak mungkin, tidak praktis dan hanya bersifat

individual.

Desakan etika mencari yang halal untuk melegitimasikan kemiskinan itu adalah sikap

ketidakberdayaan kaum tertindas sebagai keompensasi atas penderitaan dari dua hal,

materialisme dan spitirtualisme.

Ketika hal ini dibicarakan, maka akan teringat pendapat Emile Durkheim, bahwa

pemikiran dan perkembangan pribadi tidak bisa terlepas sama sekali dari setting

sosialnya

(Doyle, Paul Johasan, 1994, Emile Durkheim, 1993)

Tasawuf pada masa sekarang mempunyai tanggung jawab sosial lebih berat dari

pada masa lalu. Untuk memberi jawaban bagaimana tanggung jawab sosial tasawuf

pada zaman modern ini, maka terlebih dahulu akan diketengahkan bagaimana ciri

masyarakatmodern itu.
Masyarakat modern ditandai oleh lima ciri pokok, yakni:

1. Berkembangnya massa culture.

2. Tumbuhnya sikap-sikap yang lebih mengakui kebebasan bertindak, manusia

bergerak menuju perubahan masa depan.

3. Tumbuhnya kecenderungan berpikir rasional.

4. Tumbuhnya sikap hidup yang materialistik.

5. Meningkatnya laju urbanisasi. (Atha' Muzhar, 1993)

D. Analisa Kritis Terhadap Tasawuf Kontemporer

Pemaparan di atas sesungguhnya belum final dan butuh analisa bersama dalam

diskursus kajian fenomena tasawuf. Namun penulis mencoba menghantarkan, bahwa

tasawuf kontemporer sebuah bentuk aktual corak beragama masyarakat kota. Jika tidak

hati-hati, atau salah dalam pengajaran dan aplikasinya akan membawa bentuk pseudo

tasawuf. Atau lebih ekstrim lagi, tasawuf kontemporer yang bersentuhan dengan corak

sufistik, hanyalah mengambil semangat yang tidak utuh dari tasawuf konvensional yang

dikenal selama ini. Apabila kita memahami corak sufistik, seakan-akan hanya mengarah

kepada dunia tasawuf, bukan masuk ke dalam ranah tasawuf secara total.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Azyumardi Azra. Azyumardi membagi tiga

bentuk tasawuf yang menyita masyarakat akhir-akhir ini, pertama Student Sufism,

Convensional Sufism dan Urban Sufism.

Pencapaian yang hendak ditujukan oleh tasawuf kontemporer adalah sama dengan

konsep para sufi terdahulu (sufi klasik). Seperti kedekatan terhadap Pencipta, kehadiran

Pencipta dalam kehidupan sehari-hari, menjadi insan kamil. Melihat coraknya,

pengembangan tasauf kontemporer mengarah kepada tubuhnya tasawuf akhlaqi, dimana


mengedepan sikap kesahajaan dan ibadah yang banyak untuk mencapai kedamaian

hidup

dan kedekatan diri dengan Pencipta.

Tetapi, apresiasi positif yang patut diberikan kepada mereka yang mengusung tasawuf

dengan wajah baru ini adalah, mereka masuk dalam mewarnai zaman. Tak

terbayangkan, jika mereka tidak ada. Kekosongan pada wilayah massa akan membuat

kepercayaan diri (confidence self) beragama masyarakat akan terus menurun. Tentu

saja, nuansa keagamaan akan tidak terlihat lagi di permukaan. Setidaknya, mereka

sekarang sudah

memulainya untuk menjawab kebutuhan rohani masyarakat. Lebih dari itu, tasawuf

kontemporer merupakan bentuk alternatif beragama sebagai pilihan setelah goncangan

ketiadaan dan kekosongan jiwa. Dimana jiwa yang kurus kering tidak pernah mendapat

sentuhan religi, sementara jiwa memiliki kebutuhan tersebut tetapi tidak pernah

diberikan.

E. Masalah-Masalah Kontenporer

Masalah – Masalah Kontemporer dalam Islam diantaranya sebagai berikut:

Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh Imam Ghazali berpendapat,

menggugurkan

janin sebelum peniupan roh hukumnya tetap haram. Dalilnya, sperma sudah tertanam

dalam rahim dan siap menerima kehidupan. Namun, beberapa Ulama memiliki pendapat

tentang hukum menggugurkan janin sebelum peniupan roh.

1. Pendapat pertama : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh.

Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat.
( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 ) Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi,

Syafi’I, dan Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya izin dari kedua orang

tuanya (Syareh Fathul Qadir : 2/495. Adapun dalilnya adalah hadist Ibnu Mas’ud di

atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan

penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan).

2. Pendapat kedua : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan

jika sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa

waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin

jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian. Pendapat ini dianut

oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli, salah seorang ulama dari

madzhab Syafi’I (Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416).

3. Pendapat ketiga : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram.

Dalilnya bahwa sperma sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum

wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan

kejahatan. Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir, Imam Ghozali, dan Ibnu Jauzi

(Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386).

4. Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap

benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani, ataupun disholati. Sehingga bisa

dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan

pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tasawuf kontemporer adalah tasawuf bercorak kekinian yang masih

berakar pada tasawuf klasik dan konvensional. Bila tasawuf konvensional

hanya menyebar melalui buku-buku, tetapi tasawuf kontemporer

menggunakan instrumen teknologi. Pada tataran ini, bila nilai tasawuf menjadi
kecil atau justru menjadi bahan dari teknologi, maka tasawuf kontemporer

diragui akan keotentikannya. Ia hanya menjadi bagian kecil dari teknologi

maju. Bukan sebagai subjek dari kemajuan. Tasawuf kontemporer masih

berlandaskan Al-Quran dan Hadits, tetapi mengedepankan packaging dari pada

esensi. Walau pun demikian, mereka yang terlibat di dalam dunia tasawuf

kontemporer terus mencoba dan menggali serta merasakan, juga mengakui

mereka sudah masuk dalam dunia tasawuf.

Menurut analisa penulis, tentulah tidak akan mampu marwah tasawuf

yang pernah ada pada masa lalu bisa dijemput secara total tanpa mengetahui

secara utuh ajaran tasawuf masa lalu tersebut. Apalagi hanya mencomot

bagian-bagian penting dan menjadikannya bahan dari apa yang dikomersilkan

— karena dibutuhkan pasar— kepada masyarakat kota. Walau pun secara

tidak langsung ada akar klasik dan konvensional, sesungguhnya mereka

mempelajari secara mendalam setiap ajaran yang sudah dan mengamalkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Menurut analisa penulis, ada kerinduan

masyarakat kotauntuk kembali hidup pada akar budaya agama yang

mengedepan marwah beragama.

Tidak sekedar formalitas aktual tetapi juga memiliki makna yang dalam

terhadap kehidupan sehari-hari. Tetapi jika kita lihat lebih jauh, semestinya

harus terus diawasi karena tasawuf ini bersentuhan dengan industri yang

cenderung bermata dua.

Terlepas dari plus dan minus ajaran, juga corak dan potret kehidupannya yang

nyaris mengarah kepada pseudo tasawuf, semangat dan pengaruhnya


membawa arti penting bagi agama Islam di tengah masyarakat. Lebih-lebih

masyarakat kota yang memang merindukan khazanah kehidupan beragama

B. Saran

Untuk para pembaca yang budiman, penulis menyadari bahwa apa yang

disuguhkan oleh penulis jauh dari sempurna, namun setidaknya sudah berusaha

menyampaikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang

penulis miliki, dan semoga bisa memberikan wawasan serta wacana yang

berkaitan dengan manajemen kurikulum pendidikan, dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikan, tak lupa penulis juga mohon kritik, saran serta

masukan sebagai acuan untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Dan jika ada

kesalahan maupun kekeliruan dalam penulisan makalah ini, secara pribadi

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rahman, Drs, M.Ag, Sastra Ilahi, Ilham Sirriyah Tuangku Syaikh Muhammad

Ali Hanafiah, Penerbit Hikmah Mizan, Cet. 1 Bandung, 2004

Halim, Abdul Mahmud, Prof Dr, Tasawuf di Dunia Islam, Penerbit, Pustaka Setia,

Jakarta, 2002

Hamka, Prof. Dr. , Tasawuf Modern, Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta, 2005

Rasyid, Hamdan Dr KH, MA, Sufi Berdasi, Mencapai Derajat Sufi dalam Kehidupan
Modern, Al-Mawardi, Jakarta, 2006

Solihin Dr M MAg, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, Rajawali Pers, Jakarta,

2005

Nurcholis Madjid, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relevansi Islam

dalam Sejarah, Yayasan Paramadina, Jakarta, 1995

Seyyed Hossein Nasr, dkk, Warisan Sufi, Sufisme Klasik dari Permulaan hingga Rumi

(700-1300 M), Jogjakarta, Pustaka Sufi 2002.

Abdullah Khusairi, Hipokrisi dalam Posmodernisme, Harian Pagi Padang Ekspres

Minggu, 17 Desember 2006. www.khusairi.blogspot.com

Muhammad Zaki Ibrahim, Tasawuf Hitam Putih, Solo; Penerbit Tiga Serangkai 2004

Nazib Zuhdi, Kamus Inggris-Indonesia, Indonesia Inggris, Penerbit, Fajar Mulya

Surabaya, 1993

WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka 1999

Drs. Asmaran As, M.A, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta, Rajawali Pers, 1996

https://www.slideshare.net/RatihSuprapti1/masalah-masalah-kontemporer-dalam-

islam?subscription_success_banner=show

Anda mungkin juga menyukai