Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
Oleh
Kelompok 5 :
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM KH. RUHIAT CIPASUNG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul “Makna Tasawuf dan Latar Belakang
Tasawuf” sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Ilmu Tasawuf.
Tidak lupa Shalawat dan salam selalu kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua sebagai umatnya, yang mana
beliau menyampaikan Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya dengan kerendahan hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya bisa kami revisi kembali. Karena penulis menyadari, bahwa
makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat
kepada setiap pembacanya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................
C. TUJUAN....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
A. MAKNA TASAWUF................................................................................................
KESIMPULAN......................................................................................................................
SARAN..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tasawuf merupakan salah satu fenomena dalam Islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya menimbulkan akhlak mulia.
Melalui tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan
diri serta mengamalkan secara benar. Dari pengetahuan ini diharapkan ia akan tampil sebagai
orang yang pandai mengendalikan dirinya pada saat ia berinteraksi dengan orang lain, atau
pada saat melakukan berbagai aktivitas yang menuntut kejujuran, keikhlasan, tanggung
jawab, kepercayaan dan lain-lain. Melihat pentingnya peranan tasawuf dalam kelangsungan
hidup manusia seutuhnya, maka tidak mengherankan jika tasawuf akrab dengan kehidupan
masyarakat Islam setelah masyarakat tersebut membina akidah dan ibadahnya melalui ilmu
tauhid dan ilmi fiqih.
B. RUMUSAN MASLAH
1. Apa definisi, istilah, makna tasawuf?
2. Bagaimana dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang perlunya Tasawuf?
3. Bagaimana karakteristik ajaran tasawuf dan bedanya dengan kebatinan?
4. Apa prinsip-prinsip ajaran tasawuf?
5. Apa motif sosial lahirnya ajaran tasawuf?
6. Apa motif politik lahirnya ajaran tasawuf?
7. Bagaimana reaksi atas dominasi nalar dalam ajaran teologi?
8. Bagaimana reaksi atas hegemoni mazhab dan hukum islam?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi, istilah, makna tasawuf.
2. Untuk mengetahui dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang perlunya tasawuf.
3. Untuk mengetahui karakteristik ajaran tasawuf dan bedanya dengan kebatinan.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip ajaran tasawuf.
5. Untuk mengetahui motif sosial lahirnya ajaran tasawuf.
6. Untuk mengetahui motif politik lahirnya ajaran tasawuf.
7. Umtuk mengetahui reaksi atas dominasi nalar dalam ajaran teologi.
8. Untuk mengetahui reaksi atas hegemoni mazhab dan hukum islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKNA TASAWUF
1. Definisi, istilah, Makna Tasawuf
a. Secara Bahasa
Tasawuf sebagai salah satu tipe mistisisme, dalam bahasa Inggris disebut Sufisme. Kalau
dalam pencarian akar kata tasawuf sebagai upaya awal untuk pendefinisian tasawuf, ternyata
sulit untuk menarik kesimpulan yang tepat, kesulitan serupa ternyata dijumpai pula
pendefinisian tasawuf sebagaimana halnya dalam mendefinisikan filsafat atau mistisisme.
Kesulitan itu nampaknya berpangkal pada esensi tasawuf sebagai pengalaman rohaniah yang
hamper tidak mungkin dijelaskan secara tepat melalui bahasa lisan. Masing-masing orang
yang mengalaminya mempunyai penghayatan yang berbeda dari orang lain sehingga
pengungkapannya juga melalui cara yang berbeda.
Maka muculah definisi sebanyak orang yang mencoba menginformasikan pengalaman
rohaniahnya itu. Di samping faktor tadi juga karena ciri tasawuf yang intuitif dan subjektif,
dipersulit lagi karena pertumbuhan dan kesejarahan tasawuf yang melalui berbagai segmen
dan dalam kawasan kultur, kemunculan tasawuf terlihat hanya sebagian dari unsur-unsurnya
saja sehingga penampilannya tidak utuh dalam suatu ruang dan waktu yang sama.
Dari unsur-unsur yang berserak itulah kemudian disistematisir satu disiplin ilmu yang
disebut tasawuf. Satu disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritual yang mengacu
pada kehidupan moralitas yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Namun begitu, dari
serangkaian definisi yang ditawarkan para ahli, ada satu asas yang disepakati, yakni tasawuf
adalah moralitas-moralitas yang berasaskan Islam. Artinya bahwa pada prinsipnya tasawuf
yang bermakna moral dan semangat Islam, karena seluruh ajaran Islam dan berbagai
aspeknya adalah prinsip moral.
Tasawuf membina manusia agar mempunyai mental utuh dan tangguh, sebab di dalam
ajarannya yang menjadi sasaran utamanya adalah manusia dengan segala tingkah lakunya.
Tasawuf mengajarkan bagaimana rekayasa agar manusia dapat menjadi insan yang berbudi
luhur, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba dalam hubungannya dengan
Tuhan pencipta alam semesta.
Pengertian Tasawuf dilihat dari segi bahasa paling banyak disebutkan para ahli adalah :
Pertama, berasal dari kata ‘shuf’ yang berarti wol kasar, karena orang-orang Sufi selalu
memakai pakaian tersebut sebagai lambing kesederhanaan. Hal ini merupakan reaksi
terhadap kehidupan mewah yang dinikmati oleh birokrat penguasa, baik penguasa dari Bani
Umayyah maupun Bani Abbasiyah. Kaum Sufi ini berusaha menghindari kemaksiatan dan
penyelewengan terhadap contoh teladan yang sudah diberikan oleh Nabi Muhammad Saw.
dan para Sahabat Nabi. Mereka mengasingkan diri dan tekun beribadah serta lebih
mengutamakan kesucian jiwa.
Kedua, tasawuf berasal dari akar kata ‘shafa’ yang berarti bersih, disebut Sufi karena
hatinya tulus dan bersih dihadapan Tuhannya, memang tujuan Sufi adalah membersihkan
batin melalui latihan-latihan yang lama dan ketat.
Ketiga, tasawuf berasal dari kata Ahl As-Suffah, yaitu orang-orang yang tinggal di suatu
kamar di samping masjid Nabi di Madinah. Mereka adalah orang-orang miskin yang telah
kehilangan harta bendanya karena ikut berhijrah dari Makkah ke Madinah bersama Nabi.
Mereka tidur beralaskan batu sebagai bantal. Makan dan minum mereka ditanggung oleh
orang-orang kaya di Madinah. Walaupun miskin, mereka adalah pejuang fi sabilillah untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Teori tentang asal kata tasawuf ini, menunjukkan bahwa
praktik-praktik tasawuf sudah ada sejak zaman Nabi Saw.
Keempat, Tasawuf berasal dari kata ‘Sophos’. Kata tersebut berasal dari Yunani, yang
berarti ‘Hikmah’. Kalau diperhatikan sekilas, memang ada hubungan antara orang Sufi dan
hikamah karena orang Sufi membahas masalah yang mereka persoalkan berdasarkan
pembahasan yang falsafi.
Kelima, Tasawuf berasal dari kata ‘shaf’ makna ‘shaf’ dinisbatkan kepada orang-orang
yang ketika shalat selalu berada di shaf paling depan. Alasannya adalah orang yang shalat di
shaf paling pertama mendapatkan kemulyaan dan pahala dari allah Swt. Kaum Sufi pun,
menurut pendapat ini dimuliakan dan diberi pahala dari Allah SWT.
Keenam, kata Tasawuf berkaitan dengan kata Shifat karena para Sufi mementingkan sifat-
sifat terpuji dan berusaha keras meninggalkan sifat-sifat tercela.
Ketujuh, Tasawuf berasal dari kata ‘shaufan’h’ sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu,
dan banyak tumbuh di padang pasir tanah Arab, dimana pakaian kaum Sufi itu juga berbulu
seperti buah-buahan tersebut dalam kesederhanaannya. Dari ketujuh term itu banyak yang
diakui kedekatannya dengan masa sekarang adalah term pertama yaitu shuf. Mereka yang
mengakui ketujuh term ini antara lain adalah Al-Kalabadzi, Asy-Syuhrawardi, Al-Qusyairi,
walaupun pada kenyataannya tidak setiap kaum Sufi memakai kain wol.
b. Secara Istilah
1. Definisi yang terjadi karena dasar
Manusia dengan fitrahnya tidak akan mencapai seluruh hakikat. Hal tersebut karena
dibalik seluruh hakikat ada hakikat yang paling agung dan dapat menguasai seluruh hakikat.
Dengan fitrahnya, manusia berusaha untuk mendekati-Nya, menyerupai-Nya dan Bersatu
dengan-Nya. Oleh karena itu banyak kaum Sufi yang memberikan pengertian tasawuf
berdasarkan pada fitrahnya, diantaranya sebagai berikut :
Abu Husein An-Nuri
Sufiah adalah kelompok kaum yang memiliki hati bersih dari segala keburukan yang
diperbuat manusia dan bersih dari penyakit batin serta bebas dari segala bentuk syahwat
sehingga mereka barada di barisan yang pertama dan mendapat derajat yang tinggi serta
kebenaran. Ketika mereka meninggalkan apa-apa selain Allah, jadilah mereka orang-orang
yang tidak memiliki dan dimiliki.
Al-Junaidi
Tasawuf adalah menyucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu kelemahan, menjauhi
akhlak alamiah, melenyapkan sifat kemanusiaan, dan menjauhi segala keinginan nafsu.
Dzunun Al-Mishri
Sufi adalah orang yang tidak menyusahkan bagi dirinya, dari segala permintaannya, juga
tidak menyusahkan dirinya dari ketiadaan.
2. Definisi dari segi Kesungguhan
Definisi Tasawuf secara kesungguhan atau jahidah, mulai melakukan pendekatan secara
amaliah dengan cara memperindah diri melalui pengalaman agama dalam fadhilah-
fadhilahnya. Atas dasar amaliah ini banyak memberikan pengertian tasawuf diantaranya
adalah:
Al – Kanani
Tasawuf adalah akhlak barangsiapa yang bertambah akhlaknya, bertambah pula kesuciannya.
An-Nuri
Tasawuf bukanlah lukisan ataupun ilmu, tetapi akhlak. Bila merupakan lukisan, tasawuf akan
dapat dicapai dengan dasar kesungguhan. Bila merupakan ilmu, Tasawuf akan dapat dicapai
dengan belajar. Akan tetapi tasawuf akan dapat dicapai melalui akhlak, yaitu akhlak Allah.
Pada diri seseorang tidak akan diterima akhlak yang bersifat ketuhanan bila melalui ilmu dan
lukisan.
Sahl bin Abdullah
Tasawuf adalah menyedikitkan makan, sungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah
dan lari dari manusia.
3. Definisi dari segi yang dirasakan
Tasawuf dari segi ini, yaitu orang yang sudah memasuki dunia Sufi harus mampu
menggerakan jiwa pada kegiatan-kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan yang
berhubungan dengan wujud Tuhan yang mutlak atau kehidupan rohani yang berusaha
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbagai cara, seperti memperbanyak amalan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah pembersihan diri.
Dengan kata lain, tasawuf merupakan suatu perpindahan kehidupan, yaitu kehidupan
kebendaan pada kehidupan kerohanian.
Menurut sejumlah ulama seperti Ibnu Taimiyyah, Ibn Qayim Al-Jauziyah tasawuf tak
lebih dari etika Islam, tasawuf diberi label sebagai moralitas Islam, dengan demikian tujuan
tasawuf adalah sama dengan tugas Nabi Muhammad Saw. “Tidaklah aku diutus kecuali
untuk menyempurnakan akhlak yang luhur”.
Sebenarnya cakupan tasawuf tidak sekedar etika, juga estetika atau keindahan. Tidak
hanya bicara soal baik dan buruk tapi juga berbicara tentang keindahan, ia terkait dengan
jiwa, ruh dan intuisi. Ia tidak hanya membangun dunia yang bermoral, tapi juga membangun
dunia yang indah dan penuh makna. Tasawuf tidak hanya menciptakan manusia hidup benar,
rajin beribadah, berakhlakul karimah, tapi juga bisa merasakan indahnya hidup dan
nikmatnya ibadah.
Tasawuf juga berusaha menjawab persoalan esensial mengapa manusia harus berakhlakul
karimah. Apabila etika dapat melahirkan semangat keadilan dan kemampuan merespon
segala sesuatu dengan tepat, tasawuf dapat menumbuhkan makna dan nilai, serta menjadikan
tindakan dan hidup manusia lebih luas dan kaya.
B. Dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang Perlunya Tasawuf
Tasawuf yang merupakan pembersihan jiwa dari sifat yang jelek, maka pada umumnya
orang-orang Sufi lebih mengutamakan kehidupan bathin dan kehidupan akhirat walaupun
tidak mengurangi aktifitasnya di dunia, dasar yang mereka pegang adalah sesuai dengan Al-
Qur’an dan al-Hadits, banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang pola hidup mereka, tentang
maqam taqwa, sabar, tawakkal, Syukur, mahabbah, dan sebagainya, diantaranya adalah :
1. Mujahadah diantaranya QS. Al-Ankabut (29 : 69)
ِس ِن ِإ ِد ِف َّلِذ
َو ا ي َن َج ا َه ُد وا ي َنا َلَنْه َيَّنُه ْم ُسُبَلَنا ۚ َو َّن ال َّلَه َلَم َع ا ْل ُم ْح ي َن
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhoan kami,benar-
benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami.Dan sesungguhnya
Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.
2. Tentang Taqwa, QS. Al-Hujurat (49 : 13)
ُش و ا ا ِئ ِم ِإ
ُع ًب َو َقَب َل ْن َذَك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َج َع ْل َنا ُك ْم َيا َأُّيَه ا الَّنا ُس َّنا َخ َلْق َنا ُك ْم
ِب ِل ِإ ِه ِلَتَع ا َر ُفوا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد
َخ ي ٌر ال َّل َأْتَق ا ُك ْم ۚ َّن ال َّلَه َع ي ٌم
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
Perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang
yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
3. Tentang maqam taubat, QS At-Tahrim (66 : 8)
ِت ِه ِإ ِذ
َيا َأُّيَه ا ا َّل ي َن آ َم ُنوا ُتو ُبوا َلى ال َّل َتْو َبًة َنُص و ًح ا َع َس ٰى َر ُّبُك ْم َأْن ُيَك ِّف َر َع ْن ُك ْم َس ِّيَئا ُك ْم
ِب َّلِذ ِت ِم ٍت ِخ
َو ُيْد َلُك ْم َج َّنا َتْج ِر ي ْن َتْح َه ا اَأْلْنَه ا ُر َيْو َم اَل ُيْخ ِز ي ال َّلُه الَّن َّي َو ا ي َن
آ َم ُنوا َم َعُهۖ ُنو ُر ُه ْم َيْس َع ٰى َبْي َن َأْيِد ي ِه ْم َو ِبَأْيَم ا ِنِه ْم َيُق و ُلو َن َر َّبَنا َأْتِم ْم َلَنا ُنو َر َنا
ٍء ِد ِإ ِف
َو ا ْغ ْر َلَنا ۖ َّنَك َع َلٰى ُك ِّل َش ْي َق ي ٌر
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya Sungai-sungai, pada
hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dia,
sedangkan Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambal
mengatakan Ya Tuhan kami sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu”.
4. Maqam Syukur, QS Ibrahim (14 : 7)
َو ِإْذ َتَأَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِئْن َش َك ْر ُتْم َأَلِز ي َد َّنُك ْم ۖ َو َلِئْن َك َف ْر ُتْم ِإَّن َع َذ ا ِبي َلَش ِد ي ٌد
Artinya : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti kami akan menambahkan (nikmat)
kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih”.
5. Maqam Mahabbah,QS. Al-Maidah (5 : 54)
ِب ٍم ِح ِت ِد ِنِه ِم ِذ
َيا َأُّيَه ا ا َّل ي َن آ َم ُنوا َمْن َيْر َتَّد ْن ُك ْم َع ْن ي َفَس ْو َف َيْأ ي ال َّلُه َق ْو ُي ُّبُه ْم
َو ُيِح ُّبو َنُه َأِذ َّلٍة َع َلى ا ْلُم ْؤ ِمِني َن َأِع َّز ٍة َع َلى ا ْلَك ا ِفِر ي َن ُيَج ا ِه ُد و َن ِفي َس ِبي ِل
َش ا ۚ ال َّل ا ِس ال َّلِه اَل ا ُفو َن َل َة اَل ِئٍم ۚ َٰذ ِلَك َفْض ال َّلِه ْؤ ِتي ِه
ُه
ُي َمْن َي ُء َو َو ٌع ُل ْو َم َو َيَخ
ِل
َع ي ٌم
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu murtad dari
agamanya, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut kepada orang mukmin, yang bersikap
keras terhadap orang yang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut pada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) dan Maha Mengetahui.”
Landasan Hadits Nabi diantaranya yang dapat difahami banyak yang mengajak manusia
agar mencintai Allah dengan hati yang bersih, berikut beberapa matan hadits yang dapat
difahami dengan pendekatan tasawuf :
a. “Barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri maka akan mengenal Tuhannya”
b. “Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian aku ingin dikenal
maka Ku ciptakan makhluk dan melalui Aku, merekapun kenal kepada-Ku”
Hadits Qudsi : “Sangat pantas bila seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepada-
Ku melalui amalan-amalan sunat sehingga Aku mencintainya. Bila mencintainya, jadilah
aku pendengarannya, yang dia pakai untuk mendengar dan jadilah aku matanya yang dia
pakai untuk melihat, dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, dan tangannya yang dia
pakai untuk mengepal, dan kakinya yang dia pakai untuk berusaha, maka dengan-Ku lah, dia
mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninjau, dan berjalan.”
Dari beberapa contoh di atas sudah cukup alasan untuk mengatakan, bahwa tidak ada
keraguan lagi tentang sumber tasawuf, ia digali dari sumber Al-Qur’an yang dikembangkan
berdasarkan kehidupan Nabi dan para sahabatnya.
Memang dalam unsur-unsur tertentu ada kemiripannya dengan karakteristik mistisisme
pada umumnya. Namun seperti telah diuraikan terdahulu, gambaran itu tidak cukup kuat
untuk dijadikan argumentasi bahwa tasawuf bersumber dari luar Islam. Kemiripan dan atau
kesamaan itu terjadi karena berakar pada universalitas hakikat manusia itu.