Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Makna Tasawuf dan Latar Belakang Tasawuf”

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Tasawuf

Dosen Pengampu: Asep Sarifulloh, S.Ag, M.SI

Oleh

Kelompok 5 :

CUCU NURUL KHOTIMAH


MUNIR ALFAJRI
SITI MARDIAH
SYARIPUDIN

KELAS : PAI 2-H

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM KH. RUHIAT CIPASUNG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah kami dengan judul “Makna Tasawuf dan Latar Belakang
Tasawuf” sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Ilmu Tasawuf.

Tidak lupa Shalawat dan salam selalu kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua sebagai umatnya, yang mana
beliau menyampaikan Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan kerendahan hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya bisa kami revisi kembali. Karena penulis menyadari, bahwa
makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat
kepada setiap pembacanya.

Tasikmalaya, 6 Oktober 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................

C. TUJUAN....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

A. MAKNA TASAWUF................................................................................................

1. Definisi, Istilah, dan Makna Tasawuf..................................................................

2. Dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang Perlunya Tasawuf..............................

3. Karakteristik Ajaran Tasawuf dan Bedanya dengan Kebatinan..........................

4. Prinsip-prinsip ajaran tasawuf..............................................................................

B. LATAR BELAKANG TASAWUF...........................................................................

1. Motif Sosial Lahirnya Ajaran Tasawuf................................................................

2. Motif Politik Lahirnya Ajaran Tasawuf...............................................................

3. Reaksi atas Dominasi Nalar dalam Ajaran Teologi.............................................

4. Reaksi atas Hegemoni Mazhab dan Hukum Islam..............................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

KESIMPULAN......................................................................................................................

SARAN..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tasawuf merupakan salah satu fenomena dalam Islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya menimbulkan akhlak mulia.
Melalui tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan
diri serta mengamalkan secara benar. Dari pengetahuan ini diharapkan ia akan tampil sebagai
orang yang pandai mengendalikan dirinya pada saat ia berinteraksi dengan orang lain, atau
pada saat melakukan berbagai aktivitas yang menuntut kejujuran, keikhlasan, tanggung
jawab, kepercayaan dan lain-lain. Melihat pentingnya peranan tasawuf dalam kelangsungan
hidup manusia seutuhnya, maka tidak mengherankan jika tasawuf akrab dengan kehidupan
masyarakat Islam setelah masyarakat tersebut membina akidah dan ibadahnya melalui ilmu
tauhid dan ilmi fiqih.
B. RUMUSAN MASLAH
1. Apa definisi, istilah, makna tasawuf?
2. Bagaimana dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang perlunya Tasawuf?
3. Bagaimana karakteristik ajaran tasawuf dan bedanya dengan kebatinan?
4. Apa prinsip-prinsip ajaran tasawuf?
5. Apa motif sosial lahirnya ajaran tasawuf?
6. Apa motif politik lahirnya ajaran tasawuf?
7. Bagaimana reaksi atas dominasi nalar dalam ajaran teologi?
8. Bagaimana reaksi atas hegemoni mazhab dan hukum islam?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi, istilah, makna tasawuf.
2. Untuk mengetahui dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang perlunya tasawuf.
3. Untuk mengetahui karakteristik ajaran tasawuf dan bedanya dengan kebatinan.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip ajaran tasawuf.
5. Untuk mengetahui motif sosial lahirnya ajaran tasawuf.
6. Untuk mengetahui motif politik lahirnya ajaran tasawuf.
7. Umtuk mengetahui reaksi atas dominasi nalar dalam ajaran teologi.
8. Untuk mengetahui reaksi atas hegemoni mazhab dan hukum islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAKNA TASAWUF
1. Definisi, istilah, Makna Tasawuf
a. Secara Bahasa
Tasawuf sebagai salah satu tipe mistisisme, dalam bahasa Inggris disebut Sufisme. Kalau
dalam pencarian akar kata tasawuf sebagai upaya awal untuk pendefinisian tasawuf, ternyata
sulit untuk menarik kesimpulan yang tepat, kesulitan serupa ternyata dijumpai pula
pendefinisian tasawuf sebagaimana halnya dalam mendefinisikan filsafat atau mistisisme.
Kesulitan itu nampaknya berpangkal pada esensi tasawuf sebagai pengalaman rohaniah yang
hamper tidak mungkin dijelaskan secara tepat melalui bahasa lisan. Masing-masing orang
yang mengalaminya mempunyai penghayatan yang berbeda dari orang lain sehingga
pengungkapannya juga melalui cara yang berbeda.
Maka muculah definisi sebanyak orang yang mencoba menginformasikan pengalaman
rohaniahnya itu. Di samping faktor tadi juga karena ciri tasawuf yang intuitif dan subjektif,
dipersulit lagi karena pertumbuhan dan kesejarahan tasawuf yang melalui berbagai segmen
dan dalam kawasan kultur, kemunculan tasawuf terlihat hanya sebagian dari unsur-unsurnya
saja sehingga penampilannya tidak utuh dalam suatu ruang dan waktu yang sama.
Dari unsur-unsur yang berserak itulah kemudian disistematisir satu disiplin ilmu yang
disebut tasawuf. Satu disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritual yang mengacu
pada kehidupan moralitas yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Namun begitu, dari
serangkaian definisi yang ditawarkan para ahli, ada satu asas yang disepakati, yakni tasawuf
adalah moralitas-moralitas yang berasaskan Islam. Artinya bahwa pada prinsipnya tasawuf
yang bermakna moral dan semangat Islam, karena seluruh ajaran Islam dan berbagai
aspeknya adalah prinsip moral.
Tasawuf membina manusia agar mempunyai mental utuh dan tangguh, sebab di dalam
ajarannya yang menjadi sasaran utamanya adalah manusia dengan segala tingkah lakunya.
Tasawuf mengajarkan bagaimana rekayasa agar manusia dapat menjadi insan yang berbudi
luhur, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba dalam hubungannya dengan
Tuhan pencipta alam semesta.
Pengertian Tasawuf dilihat dari segi bahasa paling banyak disebutkan para ahli adalah :
Pertama, berasal dari kata ‘shuf’ yang berarti wol kasar, karena orang-orang Sufi selalu
memakai pakaian tersebut sebagai lambing kesederhanaan. Hal ini merupakan reaksi
terhadap kehidupan mewah yang dinikmati oleh birokrat penguasa, baik penguasa dari Bani
Umayyah maupun Bani Abbasiyah. Kaum Sufi ini berusaha menghindari kemaksiatan dan
penyelewengan terhadap contoh teladan yang sudah diberikan oleh Nabi Muhammad Saw.
dan para Sahabat Nabi. Mereka mengasingkan diri dan tekun beribadah serta lebih
mengutamakan kesucian jiwa.
Kedua, tasawuf berasal dari akar kata ‘shafa’ yang berarti bersih, disebut Sufi karena
hatinya tulus dan bersih dihadapan Tuhannya, memang tujuan Sufi adalah membersihkan
batin melalui latihan-latihan yang lama dan ketat.
Ketiga, tasawuf berasal dari kata Ahl As-Suffah, yaitu orang-orang yang tinggal di suatu
kamar di samping masjid Nabi di Madinah. Mereka adalah orang-orang miskin yang telah
kehilangan harta bendanya karena ikut berhijrah dari Makkah ke Madinah bersama Nabi.
Mereka tidur beralaskan batu sebagai bantal. Makan dan minum mereka ditanggung oleh
orang-orang kaya di Madinah. Walaupun miskin, mereka adalah pejuang fi sabilillah untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Teori tentang asal kata tasawuf ini, menunjukkan bahwa
praktik-praktik tasawuf sudah ada sejak zaman Nabi Saw.
Keempat, Tasawuf berasal dari kata ‘Sophos’. Kata tersebut berasal dari Yunani, yang
berarti ‘Hikmah’. Kalau diperhatikan sekilas, memang ada hubungan antara orang Sufi dan
hikamah karena orang Sufi membahas masalah yang mereka persoalkan berdasarkan
pembahasan yang falsafi.
Kelima, Tasawuf berasal dari kata ‘shaf’ makna ‘shaf’ dinisbatkan kepada orang-orang
yang ketika shalat selalu berada di shaf paling depan. Alasannya adalah orang yang shalat di
shaf paling pertama mendapatkan kemulyaan dan pahala dari allah Swt. Kaum Sufi pun,
menurut pendapat ini dimuliakan dan diberi pahala dari Allah SWT.
Keenam, kata Tasawuf berkaitan dengan kata Shifat karena para Sufi mementingkan sifat-
sifat terpuji dan berusaha keras meninggalkan sifat-sifat tercela.
Ketujuh, Tasawuf berasal dari kata ‘shaufan’h’ sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu,
dan banyak tumbuh di padang pasir tanah Arab, dimana pakaian kaum Sufi itu juga berbulu
seperti buah-buahan tersebut dalam kesederhanaannya. Dari ketujuh term itu banyak yang
diakui kedekatannya dengan masa sekarang adalah term pertama yaitu shuf. Mereka yang
mengakui ketujuh term ini antara lain adalah Al-Kalabadzi, Asy-Syuhrawardi, Al-Qusyairi,
walaupun pada kenyataannya tidak setiap kaum Sufi memakai kain wol.
b. Secara Istilah
1. Definisi yang terjadi karena dasar
Manusia dengan fitrahnya tidak akan mencapai seluruh hakikat. Hal tersebut karena
dibalik seluruh hakikat ada hakikat yang paling agung dan dapat menguasai seluruh hakikat.
Dengan fitrahnya, manusia berusaha untuk mendekati-Nya, menyerupai-Nya dan Bersatu
dengan-Nya. Oleh karena itu banyak kaum Sufi yang memberikan pengertian tasawuf
berdasarkan pada fitrahnya, diantaranya sebagai berikut :
 Abu Husein An-Nuri
Sufiah adalah kelompok kaum yang memiliki hati bersih dari segala keburukan yang
diperbuat manusia dan bersih dari penyakit batin serta bebas dari segala bentuk syahwat
sehingga mereka barada di barisan yang pertama dan mendapat derajat yang tinggi serta
kebenaran. Ketika mereka meninggalkan apa-apa selain Allah, jadilah mereka orang-orang
yang tidak memiliki dan dimiliki.
 Al-Junaidi
Tasawuf adalah menyucikan hati sehingga tidak ditimpa suatu kelemahan, menjauhi
akhlak alamiah, melenyapkan sifat kemanusiaan, dan menjauhi segala keinginan nafsu.
 Dzunun Al-Mishri
Sufi adalah orang yang tidak menyusahkan bagi dirinya, dari segala permintaannya, juga
tidak menyusahkan dirinya dari ketiadaan.
2. Definisi dari segi Kesungguhan
Definisi Tasawuf secara kesungguhan atau jahidah, mulai melakukan pendekatan secara
amaliah dengan cara memperindah diri melalui pengalaman agama dalam fadhilah-
fadhilahnya. Atas dasar amaliah ini banyak memberikan pengertian tasawuf diantaranya
adalah:
 Al – Kanani
Tasawuf adalah akhlak barangsiapa yang bertambah akhlaknya, bertambah pula kesuciannya.
 An-Nuri
Tasawuf bukanlah lukisan ataupun ilmu, tetapi akhlak. Bila merupakan lukisan, tasawuf akan
dapat dicapai dengan dasar kesungguhan. Bila merupakan ilmu, Tasawuf akan dapat dicapai
dengan belajar. Akan tetapi tasawuf akan dapat dicapai melalui akhlak, yaitu akhlak Allah.
Pada diri seseorang tidak akan diterima akhlak yang bersifat ketuhanan bila melalui ilmu dan
lukisan.
 Sahl bin Abdullah
Tasawuf adalah menyedikitkan makan, sungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah
dan lari dari manusia.
3. Definisi dari segi yang dirasakan
Tasawuf dari segi ini, yaitu orang yang sudah memasuki dunia Sufi harus mampu
menggerakan jiwa pada kegiatan-kegiatan tertentu untuk mendapatkan suatu perasaan yang
berhubungan dengan wujud Tuhan yang mutlak atau kehidupan rohani yang berusaha
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbagai cara, seperti memperbanyak amalan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah pembersihan diri.
Dengan kata lain, tasawuf merupakan suatu perpindahan kehidupan, yaitu kehidupan
kebendaan pada kehidupan kerohanian.
Menurut sejumlah ulama seperti Ibnu Taimiyyah, Ibn Qayim Al-Jauziyah tasawuf tak
lebih dari etika Islam, tasawuf diberi label sebagai moralitas Islam, dengan demikian tujuan
tasawuf adalah sama dengan tugas Nabi Muhammad Saw. “Tidaklah aku diutus kecuali
untuk menyempurnakan akhlak yang luhur”.
Sebenarnya cakupan tasawuf tidak sekedar etika, juga estetika atau keindahan. Tidak
hanya bicara soal baik dan buruk tapi juga berbicara tentang keindahan, ia terkait dengan
jiwa, ruh dan intuisi. Ia tidak hanya membangun dunia yang bermoral, tapi juga membangun
dunia yang indah dan penuh makna. Tasawuf tidak hanya menciptakan manusia hidup benar,
rajin beribadah, berakhlakul karimah, tapi juga bisa merasakan indahnya hidup dan
nikmatnya ibadah.
Tasawuf juga berusaha menjawab persoalan esensial mengapa manusia harus berakhlakul
karimah. Apabila etika dapat melahirkan semangat keadilan dan kemampuan merespon
segala sesuatu dengan tepat, tasawuf dapat menumbuhkan makna dan nilai, serta menjadikan
tindakan dan hidup manusia lebih luas dan kaya.
B. Dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang Perlunya Tasawuf
Tasawuf yang merupakan pembersihan jiwa dari sifat yang jelek, maka pada umumnya
orang-orang Sufi lebih mengutamakan kehidupan bathin dan kehidupan akhirat walaupun
tidak mengurangi aktifitasnya di dunia, dasar yang mereka pegang adalah sesuai dengan Al-
Qur’an dan al-Hadits, banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang pola hidup mereka, tentang
maqam taqwa, sabar, tawakkal, Syukur, mahabbah, dan sebagainya, diantaranya adalah :
1. Mujahadah diantaranya QS. Al-Ankabut (29 : 69)
‫ِس ِن‬ ‫ِإ‬ ‫ِد‬ ‫ِف‬ ‫َّلِذ‬
‫َو ا ي َن َج ا َه ُد وا ي َنا َلَنْه َيَّنُه ْم ُسُبَلَنا ۚ َو َّن ال َّلَه َلَم َع ا ْل ُم ْح ي َن‬
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhoan kami,benar-
benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami.Dan sesungguhnya
Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.
2. Tentang Taqwa, QS. Al-Hujurat (49 : 13)
‫ُش و ا ا ِئ‬ ‫ِم‬ ‫ِإ‬
‫ُع ًب َو َقَب َل‬ ‫ْن َذَك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َج َع ْل َنا ُك ْم‬ ‫َيا َأُّيَه ا الَّنا ُس َّنا َخ َلْق َنا ُك ْم‬
‫ِب‬ ‫ِل‬ ‫ِإ‬ ‫ِه‬ ‫ِلَتَع ا َر ُفوا ۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد‬
‫َخ ي ٌر‬ ‫ال َّل َأْتَق ا ُك ْم ۚ َّن ال َّلَه َع ي ٌم‬
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
Perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang
yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
3. Tentang maqam taubat, QS At-Tahrim (66 : 8)
‫ِت‬ ‫ِه‬ ‫ِإ‬ ‫ِذ‬
‫َيا َأُّيَه ا ا َّل ي َن آ َم ُنوا ُتو ُبوا َلى ال َّل َتْو َبًة َنُص و ًح ا َع َس ٰى َر ُّبُك ْم َأْن ُيَك ِّف َر َع ْن ُك ْم َس ِّيَئا ُك ْم‬
‫ِب َّلِذ‬ ‫ِت‬ ‫ِم‬ ‫ٍت‬ ‫ِخ‬
‫َو ُيْد َلُك ْم َج َّنا َتْج ِر ي ْن َتْح َه ا اَأْلْنَه ا ُر َيْو َم اَل ُيْخ ِز ي ال َّلُه الَّن َّي َو ا ي َن‬
‫آ َم ُنوا َم َعُهۖ ُنو ُر ُه ْم َيْس َع ٰى َبْي َن َأْيِد ي ِه ْم َو ِبَأْيَم ا ِنِه ْم َيُق و ُلو َن َر َّبَنا َأْتِم ْم َلَنا ُنو َر َنا‬
‫ٍء ِد‬ ‫ِإ‬ ‫ِف‬
‫َو ا ْغ ْر َلَنا ۖ َّنَك َع َلٰى ُك ِّل َش ْي َق ي ٌر‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu
dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya Sungai-sungai, pada
hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dia,
sedangkan Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambal
mengatakan Ya Tuhan kami sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu”.
4. Maqam Syukur, QS Ibrahim (14 : 7)

‫َو ِإْذ َتَأَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِئْن َش َك ْر ُتْم َأَلِز ي َد َّنُك ْم ۖ َو َلِئْن َك َف ْر ُتْم ِإَّن َع َذ ا ِبي َلَش ِد ي ٌد‬
Artinya : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti kami akan menambahkan (nikmat)
kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih”.
5. Maqam Mahabbah,QS. Al-Maidah (5 : 54)
‫ِب ٍم ِح‬ ‫ِت‬ ‫ِد ِنِه‬ ‫ِم‬ ‫ِذ‬
‫َيا َأُّيَه ا ا َّل ي َن آ َم ُنوا َمْن َيْر َتَّد ْن ُك ْم َع ْن ي َفَس ْو َف َيْأ ي ال َّلُه َق ْو ُي ُّبُه ْم‬
‫َو ُيِح ُّبو َنُه َأِذ َّلٍة َع َلى ا ْلُم ْؤ ِمِني َن َأِع َّز ٍة َع َلى ا ْلَك ا ِفِر ي َن ُيَج ا ِه ُد و َن ِفي َس ِبي ِل‬
‫َش ا ۚ ال َّل ا ِس‬ ‫ال َّلِه اَل ا ُفو َن َل َة اَل ِئٍم ۚ َٰذ ِلَك َفْض ال َّلِه ْؤ ِتي ِه‬
‫ُه‬
‫ُي َمْن َي ُء َو َو ٌع‬ ‫ُل‬ ‫ْو َم‬ ‫َو َيَخ‬
‫ِل‬
‫َع ي ٌم‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu murtad dari
agamanya, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut kepada orang mukmin, yang bersikap
keras terhadap orang yang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut pada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) dan Maha Mengetahui.”
Landasan Hadits Nabi diantaranya yang dapat difahami banyak yang mengajak manusia
agar mencintai Allah dengan hati yang bersih, berikut beberapa matan hadits yang dapat
difahami dengan pendekatan tasawuf :
a. “Barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri maka akan mengenal Tuhannya”
b. “Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian aku ingin dikenal
maka Ku ciptakan makhluk dan melalui Aku, merekapun kenal kepada-Ku”
Hadits Qudsi : “Sangat pantas bila seorang hamba senantiasa mendekatkan diri kepada-
Ku melalui amalan-amalan sunat sehingga Aku mencintainya. Bila mencintainya, jadilah
aku pendengarannya, yang dia pakai untuk mendengar dan jadilah aku matanya yang dia
pakai untuk melihat, dan lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, dan tangannya yang dia
pakai untuk mengepal, dan kakinya yang dia pakai untuk berusaha, maka dengan-Ku lah, dia
mendengar, melihat, berbicara, berfikir, meninjau, dan berjalan.”
Dari beberapa contoh di atas sudah cukup alasan untuk mengatakan, bahwa tidak ada
keraguan lagi tentang sumber tasawuf, ia digali dari sumber Al-Qur’an yang dikembangkan
berdasarkan kehidupan Nabi dan para sahabatnya.
Memang dalam unsur-unsur tertentu ada kemiripannya dengan karakteristik mistisisme
pada umumnya. Namun seperti telah diuraikan terdahulu, gambaran itu tidak cukup kuat
untuk dijadikan argumentasi bahwa tasawuf bersumber dari luar Islam. Kemiripan dan atau
kesamaan itu terjadi karena berakar pada universalitas hakikat manusia itu.

C. Karakteristik Ajaran Tasawuf dan Bedanya dengan Kebatinan


Seorang sufi pastilah seorang zahid, tapi belum tentu seorang yang zahid itu adalah sufi.
Seorang salik (pejalan spiritual) jika ia ingin belajar tasawuf maka ia harus dibawah
bimbingan seorang mursyid yang nasabnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Di
tangan mursyid inilah salik diajarkan cara berdzikir, menyucikan jiwa, dan latihan-latihan
spiritual yang sulit dan jalan yang panjang.
Inti ajaran sufi sebagai suatu ilmu pengetahuan adalah mempelajari cara dan jalan
bagaimana seseorang dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Untuk selalu dekat
dengan Allah SWT maka harus ada kesungguhan dalam mengendalikan diri pribadi atau
sikap kontrol diri yang disebut dengan mujahadah dan latihan jiwa (riyadhah) yang ketat dan
disiplin tinggi.
Dalam perjalanan ini sang sufi menempuh jalan panjang yang berisi maqamat (stages)
merupakan jamak dari maqam dan hal (states) yang merupakan jamak dari ahwal. Jalan yang
ditempuh ini sangat licin dan menghendaki usaha yang berat dan waktu yang tidak singkat.
Terkadang seorang sufi harus bertahun-tahun tinggal dalam satu maqam. Maqamat bisa
berbeda-beda antara satu tokoh sufi dengan tokoh sufi lainnya baik penamaan maupun
urutannya, karena memang pengalaman spiritual ini bersifat subyektif. Contoh maqamat Al-
Sarraj : Tobat – wara’- zuhud – kefakiran – sabar – tawakal – ikhlas. Sedang Al-Ghazali:
tobat – sabar – kefakiran – zuhud – tawakal – cinta – ma’rifat – kerelaan.
Hal merupakan keadaan mental seperti perasaan senang, perasaan sedih, perasaan takut
dan sebagainya; diperoleh sebagai anugrah dan rahmat dari Tuhan; dan bersifat sementara.
Ciri lain dari ajaran sufi adalah tarekat. Para tokoh sufi biasanya mendirikan tarekat yang
nama tarekatnya diambil dari nama pendirinya. Tarekat artinya dapat sebagai suatu jalan
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan; atau artinya juga dapat sebagai tasawuf yang sudah
melembaga atau bisa juga disebut ordo sufi/organisasi sufi. Dengan tarekat ini ajaran atau
pemikiran seorang tokoh sufi dapat dilestarikan secara turun temurun dan menjangkau murid
yang lebih banyak. Organisasi/ordo sufi ini memiliki hierarki kepemimpinan, inisiasi atau
baiat, formula zikir, dan silsilah yang diyakini sampai kepada shahabat Nabi SAW.
Dalam sejarah Islam, tarekat menghasilkan budaya perkembangan intelektual di
seluruh dunia Islam. Peran tarekat sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di dunia
seperti India, Afrika dan Asia Timur. Sebagian besar Asia Tengah dan selatan Rusia
dimenangkan Islam melalui karya tarekat, dan Indonesia, di mana tentara Muslim tidak
pernah menginjakkan kaki, Islam masuk dengan dipengaruhi oleh pedagang Muslim dan para
Sufi. Di setiap wilayah, umumnya mereka mendirikan zawiya atau khanqah sebagai tempat
pertemuan, pendidikan dan latihan spiritual atau meditasi berat. Contohnya adalah Hilaliyya
Zawiya di Suriah dan banyak Zawiya sekarang terletak di Lefka, Siprus dan wilayah –
wilayah yang termasuk bagian dari Naqshbandiyah. Ada beberapa organisasi atau sub-
zawiyah berafiliasi dengan Zawiya ini yang tersebar di seluruh dunia.
Masjid Sufi ditemukan di banyak masyarakat Muslim di seluruh dunia, dan disebut
dengan banyak nama. Dulu para sufi beribadah di rumah-rumah, namun seiring
berkembangnya waktu di mana pengikut aliran tasawuf bertambah, pada akhirnya
didirikanlah institusi tempat tarekat untuk belajar dan mendalami tasawuf.
Khanqah atau khaniqah adalah sebuah bangunan yang dirancang khusus untuk
pertemuan-pertemuan dari persaudaraan Sufi, atau tarekat. Khanqah sangat sering ditemukan
satu wilayah dengan dargah, masjid dan madrasah (sekolah Islam). Dargah adalah kuil Sufi
Islam yang dibangun di atas makam seorang pendiri sebuah tarekat, tokoh agama dan Sufi
yang dihormati. Lokal Muslim dapat mengunjungi kuil untuk melakukan praktik
mengunjungi kuburan (ziyarah). Mereka biasanya termasuk sebuah masjid, ruang pertemuan,
sekolah-sekolah agama Islam (madrasah), tempat tinggal bagi para guru atau pengasuh,
rumah sakit, dan ruangan untuk sufi yang ingin melanjutkan zikir mereka dalam tenang dan
isolasi, dan bangunan lain untuk tujuan masyarakat. Istilah ini berasal dari kata Persia.
Beberapa Muslim percaya bahwa dargah dimana mereka dapat meminta doa dan berkat
almarhum. Yang lain memegang pandangan bahwasannya tempat ini cukup dikunjungi
sebagai sarana berdoa untuk membayar penghormatan kepada orang saleh yang meninggal.
Mereka ditemukan di seluruh Islam pengaruh Persia khususnya Iran, Asia Tengah, dan Asia
Selatan.
Di dunia Arab, terutama Afrika Utara, disebut sebagai zawiyya. Di Turki dan daerah
Ottoman seperti Albania dan Bosnia, mereka secara lokal disebut sebagai tekke atau takijah.
Semua tempat, terlepas dari ukuran, memiliki aula tengah yang besar. Salat dan doa ritual
harian kewajiban semua Muslim diadakan di aula ini, karena ini adalah bentuk khusus
tasawwuf dari zikir, meditasi, dan perayaan.
Ada Ribat yang pada awalnya digunakan sebagai istilah tempat di perbatasan sebagai
benteng pertahanan dan perlindungan jalur perdagangan di mana pengembara (terutama
tentara) bisa tinggal. Istilah berubah dari waktu ke waktu dan menjadi dikenal sebagai tempat
perkumpulan dan pusat persaudaraan Sufi dan kaum Muslim pengasingan. Biasanya ribat
dihuni oleh Ulama dan tamunya diizinkan untuk datang dan belajar darinya. Tempat ini
digunakan sebagai tempat ibadah dan semacam sekolah di mana sang ulama bisa mengajar
murid-muridnya cara-cara tarekat sufi tertentu.
Saat ini, banyak gerakan sufi telah dilarang di beberapa negara mayoritas Muslim
(seperti sekuler Turki, Islam Iran, Wahabi Saudi Arabia, atau Komunis dan negara-negara
pasca Komunis Asia Tengah). Di negara-negara ini, tempat – tempat zawiya atau khanqah
telah diubah menjadi museum atau masjid. Di negara lain, tasawuf bertahan dan khanqah
lama masih digunakan.
Pada Tasawuf dan kebatinan terdapat dasar-dasar pemikiran yang sama dalam
mencapai tujuan meskipun titik tolaknya agak berbeda. Dalam tasawuf misalnya, terdapat
dasar pemikiran bahwa roh manusia itu ibarat cermin yang dapat menjadi kotor karena
perbuatan-perbuatan yang tidak bermoral. Maka untuk dapat menerima dan memancarkan
cahaya Tuhan, cermin itu harus dibersihkan dengan melakukan perbuatan baik atas dasar
akhlakul karimah. Sebaliknya dalam pemikiran Kebatinan bahwa inti manusia adalah rohani
bukan jasmani. Supaya rohani menjadi kuat dan sempurna, maka jasmani dilemahkan. Untuk
melemahkan jasmani harus menjalankan laku, diantaranya berbuat yang baik dan
meninggalkan segala yang dilarang. Penghindaran atau pengambilan jarak dari dunia materi
(distansi) pada tasawuf dilakukan dengan zuhud dan uzlah, bahkan zuhud ini menurut Sejarah
merupakan bibit Tasawuf yang dilakukan dengan cara makan, minum dan berpakaian secara
sederhana. Sedangkan pada mistik kebatinan distansi dilakukan dengan asketik, tapa brata,
mengurangi makan, minum dan tidur, puasa pati geni dan lain-lain. Dengan demikian
perwujudan distansi itu berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu untuk mensucikan batin, dengan
cara melemahkan jasmani, karena jasmani itulah yang menjadi saluran-saluran nafsu.
Hanya saja terdapat kecenderungan Kebatinan memandang dunia sebagai penderitaan
yang perlu dihindari sehingga dunia ini dihadapi secara pasif dan pandanannya seakan hanya
tertuju kedalam dirinya saja untuk mencari kelepasan dari penderitaan. Sebaliknya tasawuf
mempunyai kecenderungan untuk menghadapi dunia secara aktif, pandangan diarahkan ke
luar dirinya, oleh karena keaktifan dalam menghadapi dunia ini sebagai perwujudan dan
pelaksanaan perintah Allah ataupun meninggalkan segala yang dilarang-Nya, sesuai tuntutan
syari’at.
Berkenaan dengan syari’at itu pula, satu hal yang membedakan secara umum antara
Tasawuf dengan Kebatinan bahwa untuk mencapai tujuan, Tasawuf tidak bisa dilepaskan dari
syari’at, justru syari’at merupakan jembatan untuk tercapainya tujuan Tasawuf. Lain halnya
dengan Kebatinan, meskipun pada umumnya penganut Kebatinan adalah orang-orang yang
beragama Islam, maka di dalamnya tidak terdapat keharusan untuk melaksanakan syari’at,
seperti shalat, puasa, menurut syari’at Islam. Hal itu dapat dimaklumi mengingat apa yang
mereka ikuti dalam Kebatinan merupakan suatu bantuk penghindaran terhadap syari’at agama
Islam, lantaran keawaman mereka yang berstatus sebagai orang Islam abangan.

D. Prinsip-Prinsip Ajaran Tasawuf


Tasawuf bertujuan membantu seseorang untuk tetap berada di jalan Allah SWT. Dengan
tasawuf seseorang kemudian menjadi tidak berlebihan dalam hal duniawi serta tetap fokus
pada iman dan takwa yang ia miliki.
Terdapat beberapa prinsip yang dapat dilakukan dalam ber-tasawuf. Menurut ahli sufi,
Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf yang bisa dilakukan
adalah sebagai berikut.
1. Zikir
Zikir sebagai suatu proses pemurnian hati, pembersihan serta pelepasan. Orang-orang
yang melakukan zikir kemudian bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa serta
melantunkan lafaz zikir.
2. Fikr (Meditasi)
Saat pikiran merasa bingung atau bertanya-tanya, pusatkanlah perhatianmu yang kamu
miliki ke dalam diri dengan berkonsentrasi pada satu titik. Meditasi sebagai suatu perjalanan
kegiatan mental dari dunia eksternal menuju suatu esensi diri.
3. Sahr (Bangkit)
Dengan Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran mata
dan telinga. Selain itu juga sebagai suatu proses mendengarkan hati, serta proses meraih
akses menuju potensi diri yang tersembunyi.
4. Ju’i (Merasa Lapar)
Merasakan lapar pada hati dan pikiran untuk kemudian bertahan mencari serta
mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini kemudian melibatkan hasrat dan keinginan yang
mendalam untuk tetap tabah serta sabar dalam mencari jati diri.
5. Shumt (Menikmati Keheningan)
Berhenti berpikir serta mengatakan berbagai hal yang tidak perlu. Kedua hal ini
merupakan proses menenangkan lidah serta otak serta mengalihkan dari godaan eksternal
menuju Tuhan.
6. Shawm (Puasa)
Tidak hanya pada tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini kemudian
termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk dapat melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak
serta pandangan atau persepsi indera eksternal.
7. Khalwat (Bersunyi Sendiri)
Berdoa dalam kondisi sunyi atau kesunyian, baik secara eksternal maupun internal akan
membantu melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap akan mendekatkanmu dengan orang lain
atau di tengah orang banyak.
8. Khidmat (Melayani)
Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang yang menemukan jalan jiwa untuk
pelayanan dan pertumbuhan diri.

E. Motif Sosial Lahirnya Ajaran Tasawuf


https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-tasawuf/

Anda mungkin juga menyukai