Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH TAREKAT DAN ALIRAN-ALIRANNYA

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Akhlak Tasawuf

Aiyuhan Nurul Ain, M. Ag.

Disusun oleh:

Fairuz Athaullah Sunny, S.Sn. (32230010)

STIT PEMALANG

2023
KATA PENGANTAR

Sejarah agama telah membentuk dasar budaya dan spiritualitas di berbagai penjuru
dunia. Tarekat dan aliran-aliran keagamaan memegang peran penting dalam perkembangan
sejarah agama, dan tulisan ini bertujuan untuk menggali serta membahas sejarah mereka,
menyoroti pengaruh dan kontribusi dalam perjalanan kehidupan keagamaan.

Pemilihan untuk mengeksplorasi sejarah tarekat dan aliran-alirannya adalah langkah


untuk lebih memahami esensi spiritualitas dan keberagaman yang tercermin dalam kehidupan
masyarakat. Tidak hanya memberikan pandangan historis, sejarah tarekat juga merinci
perkembangannya, pemimpin-pemimpin kharismatik, ajaran-ajaran pokok, dan variasi aliran
yang ada.

Penulis mengucapkan penghargaan kepada semua sumber daya yang telah memberikan
wawasan dan pengetahuan mendalam, serta kepada dosen yang telah memberikan bimbingan
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif bagi
pembaca yang tertarik mengeksplorasi dan memahami sejarah tarekat dan aliran-alirannya.

Pemalang, 7 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. I

DAFTAR ISI............................................................................................................................ II

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3


2.1 Sejarah Tarekat ................................................................................................................. 3
2.2 Konteks Sejarah Terkait Munculnya Tarekat ................................................................... 4
2.3 Tokoh Awal Pendiri Tarekat ............................................................................................ 6
2.4 Perkembangan Tarekat di Dunia Islam ............................................................................ 7
2.5 Penyebaran Tarekat di Wilayah-wilayah Tertenu ............................................................ 8
2.6 Nilai Ajaran Tarekat dalam Kehidupan Sosial ............................................................... 10
2.7 Peran Tarekat dalam Kehidupan Umat Islam pada Masa Tertentu ............................... 11

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 12


3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13


BAB 1

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Sejarah agama memegang peranan sentral dalam membentuk landasan moral dan
spiritualitas dalam perkembangan peradaban manusia. Dalam jangka waktu yang luas ini,
berbagai aliran keagamaan dan tarekat muncul sebagai manifestasi konkret dari pencarian
makna hidup dan relasi manusia dengan kekuatan ilahi. Memahami sejarah mendalam tarekat
dan aliran-alirannya memungkinkan kita menjelajahi dinamika dan evolusi spiritualitas yang
tersembunyi di dalamnya.

Tarekat, sebagai bentuk khusus dari aliran keagamaan, menjadi fokus utama dalam
penelitian ini. Keberagaman tarekat mencerminkan variasi pendekatan manusia terhadap
spiritualitas, membentuk pondasi praktik-praktik keagamaan yang unik. Dari Timur hingga
Barat, tarekat-tarekat ini memberikan identitas khas pada kehidupan keagamaan lokal,
membentuk budaya dan nilai-nilai yang terus berkembang seiring waktu.

Pentingnya pemahaman terhadap sejarah tarekat dan aliran-alirannya tercermin dalam


peran mereka dalam membentuk karakter masyarakat, mengarahkan ritual keagamaan, dan
menjadi tonggak penting dalam pencarian spiritual. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengungkap sejarah tarekat melalui analisis mendalam tentang asal-usul, pemimpin
kharismatik, ajaran-ajaran pokok, dan variasi aliran yang melekat.

Dengan merinci perkembangan dan variasi ini, kita dapat memahami bagaimana tarekat
dan aliran-alirannya berevolusi seiring waktu serta tetap relevan dalam perjalanan spiritual
manusia. Dengan memahami latar belakang ini, diharapkan kita dapat menghargai keragaman
spiritualitas dan memperkaya pandangan kita terhadap peran tarekat dalam sejarah keagamaan
global.

1
2.2 Rumusan Masalah

Dalam rangka penelitian mengenai sejarah tarekat dan aliran-alirannya, beberapa


pertanyaan mendasar dapat diidentifikasi sebagai fokus analisis. Pertanyaan berikut
diformulasikan untuk membimbing penelitian menuju pemahaman yang lebih mendalam
terhadap dinamika sejarah tarekat dan variasi aliran-alirannya:

1. Bagaimana asal-usul suatu tarekat tertentu dan bagaimana perkembangannya pada awal
kemunculannya?
2. Siapakah pemimpin-pemimpin dalam sejarah tarekat tersebut, dan bagaimana peran
mereka memengaruhi pengembangan serta penyebaran tarekat?
3. Bagaimana pengaruh tarekat dan aliran-alirannya terlihat dalam kehidupan sehari-hari
para pengikutnya dan dalam perkembangan spiritualitas umat manusia secara
keseluruhan?
4. Sejauh mana tarekat dan aliran-alirannya tetap relevan dalam konteks globalisasi dan
modernisasi yang terus berlangsung?
5. Apakah terdapat tantangan dan kontroversi yang dihadapi oleh tarekat dan aliran-
alirannya, dan bagaimana mereka menanggapi perubahan zaman tersebut?

Dengan merumuskan pertanyaan-pertanyaan ini, diharapkan penelitian ini dapat


mengungkapkan dinamika kompleks dalam sejarah tarekat dan alirannya, serta memberikan
kontribusi pada pemahaman mendalam tentang peran mereka dalam perkembangan
spiritualitas manusia.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tarekat

Tarekat, dalam konteks Islam, merujuk pada suatu bentuk organisasi keagamaan yang
menerapkan metode khusus dalam mengejar tujuan spiritual dan mistik. Sejarah tarekat
melibatkan perkembangan yang kompleks dan memiliki akar dalam konteks sosial, politik, dan
spiritual di dunia Islam. Tarekat umumnya dikaitkan dengan tasawuf. Tujuan bergabung
dengan tarekat muncul setelah berkomitmen pada jalan sufi, dan tasawuf diterima melalui
penyucian hati (tasfiyat at-qalb) (Muhaimin, 1997)1 . Berikut adalah pembahasan lebih rinci
mengenai sejarah tarekat:

1. Awal Mula Tarekat:


Tarekat muncul pada abad pertengahan Islam sebagai respons terhadap
kebutuhan spiritual dan kekosongan dalam pemahaman Islam formal. Dalam periode
ini, banyak tokoh sufi mulai merumuskan ajaran-ajaran spiritual yang lebih intens dan
metode khusus untuk mencapai hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan.
2. Perkembangan Tarekat di Dunia Islam
Seiring berjalannya waktu, tarekat menyebar ke berbagai wilayah Islam. Proses
ini dipengaruhi oleh para mursyid (guru spiritual) yang melakukan perjalanan dan
mendirikan cabang tarekat di berbagai tempat. Tarekat menjadi pusat pengembangan
spiritual dan kebudayaan di banyak kota dan pusat-pusat intelektual.
3. Transformasi Tarekat dalam Sejarah
Tarekat mengalami transformasi signifikan seiring perubahan zaman dan
kondisi sosial-politik. Meskipun tetap berpegang pada nilai-nilai spiritual, tarekat
beradaptasi dengan realitas zaman dan memberikan kontribusi positif dalam
memecahkan masalah sosial dan kebutuhan umat.
4. Perkembangan Modern
Pada abad ke-20 dan ke-21, tarekat menghadapi berbagai tantangan modernisasi
dan globalisasi. Beberapa tarekat mungkin mengalami kritik karena dianggap tidak

1
Abdul Ghoffir Muhaimin, Pesantren and Tarekat in the Modern Era: an Account on the Transmission
of Traditional Islam in Java, Jakarta, Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies, 1997, hlm 6

3
sesuai dengan nilai-nilai modern. Namun, ada juga upaya untuk mempertahankan
relevansi tarekat dalam konteks kehidupan modern.
5. Tantangan dan Kontroversi
Beberapa tarekat terlibat dalam kontroversi terkait kebijakan internal,
kepemimpinan, dan hubungannya dengan negara. Isu-isu ini memunculkan pertanyaan
tentang peran tarekat dalam masyarakat modern dan sejauh mana mereka dapat
beradaptasi dengan dinamika zaman.
Banyak tarekat yang secara organisasi menghilang seiring berjalannya waktu
karena kurangnya dukungan yang memperjuangkan, sebagaimana halnya tarekat-
tarekat yang dikaitkan dengan sufi besar (Riyadi, 2014)2.

Sejarah tarekat mencerminkan dinamika kehidupan spiritual dan sosial di dunia Islam,
menyoroti perubahan dan keteguhan nilai-nilai spiritual dalam berbagai konteks sejarah.
Dengan melihat sejarah ini, kita dapat lebih memahami peran tarekat dalam membentuk dan
memelihara warisan keagamaan Islam.

2.2 Konteks Sejarah Terkait Munculnya Tarekat

Munculnya tarekat tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan kondisi dan dinamika
sosial, politik, dan spiritual dalam dunia Islam pada masa lalu. Konteks sejarah munculnya
tarekat sangat kompleks, melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Berikut adalah
pembahasan lebih mendalam mengenai konteks sejarah munculnya tarekat:

1. Ketidakpuasan Terhadap Formalitas Agama:


Pada awalnya, munculnya tarekat dapat diartikan sebagai respons terhadap
formalitas agama Islam pada masa itu. Mayoritas umat Muslim merasa bahwa hanya
melaksanakan ritual keagamaan tidak mencukupi untuk mencapai pemahaman
mendalam tentang spiritualitas dan hubungan pribadi dengan Tuhan. Tarekat muncul
sebagai alternatif untuk mencapai tujuan spiritual ini melalui metode khusus.
Menurut Erich Fromm yang dikutip dari jurnal Perkembangan Aliran
Spiritualisme di Dunia Islam, kecenderungan otoritarian dalam agama berasal dari sifat
sosial yang menjadi landasan destruksi dalam kehidupan manusia. Agama yang

2
Agus Riyadi, Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf, Semarang, Jurnal At-Taqaddum, 2014, hlm 361.

4
memiliki sifat sosial otoritarian pasti akan menyebabkan dehumanisasi pada manusia
(Rahmatiah, 2018)3.
2. Konteks Sufisme:
Tarekat memiliki akar dalam tradisi sufi, yaitu cabang mistisisme dalam Islam.
Pada periode awal Islam, sufisme berkembang sebagai upaya untuk mencapai
kehadiran Tuhan dan pengalaman spiritual yang lebih mendalam. Tarekat kemudian
muncul sebagai kelompok tertentu di dalam dunia sufi yang ingin menekankan praktik
tertentu dan mengembangkan struktur organisasional yang lebih formal.
3. Krisis dan Kehancuran Politik:
Periode awal munculnya tarekat sering kali disertai dengan krisis politik dan
kehancuran. Banyak wilayah Islam mengalami peperangan dan kerusuhan, yang
menyebabkan ketidakstabilan sosial dan penderitaan bagi banyak orang. Dalam konteks
ini, masyarakat mencari solusi spiritual dan dukungan moral yang ditemukan dalam
tarekat, di mana para penganutnya mencari pelipur lara dan makna hidup di tengah-
tengah kesulitan.
4. Pemimpin Spiritual sebagai Pelopor Tarekat:
Munculnya tarekat sering kali terkait dengan figur pemimpin spiritual yang
karismatik. Tokoh-tokoh seperti Abdul Qadir al-Jilani, Abu al-Hasan al-Shadhili, dan
lainnya, memainkan peran kunci dalam menyebarkan ajaran tarekat. Kehadiran dan
ajaran para pemimpin ini memberikan bentuk yang lebih terorganisir pada gerakan
mistik, menciptakan fondasi bagi pengembangan tarekat.
5. Fokus pada Pengembangan Pribadi dan Kebatinan:
Tarekat menekankan pengembangan pribadi dan kebatinan, yang sering kali
tidak sepenuhnya tercakup dalam struktur formal agama Islam pada waktu itu. Para
penganut tarekat mencari keintiman dengan Tuhan melalui praktik dzikir, meditasi, dan
metode lain yang mendalam, yang tidak selalu diterima secara luas dalam tradisi
keagamaan yang lebih formal.
6. Penyebaran Melalui Sistem Guru-Murid:
Tarekat berkembang melalui sistem guru-murid yang kuat. Pemimpin tarekat,
atau yang sering disebut sebagai mursyid, menjadi mentor spiritual bagi para muridnya.

3
Sitti Rahmatiah, Perkembangan Aliran Spiritualisme di Dunia Islam, Makassar, Sulesana, 2018, hlm
49

5
Hal ini memfasilitasi transfer ajaran spiritual secara langsung dan membantu
menyebarkan tarekat ke berbagai wilayah.

Konteks sejarah munculnya tarekat mencerminkan kebutuhan dan aspirasi spiritual


masyarakat Muslim pada masa itu. Tarekat, dengan penekanannya pada pengalaman pribadi
dan hubungan langsung dengan Tuhan, memberikan respons terhadap tantangan dan perubahan
dalam kehidupan sosial dan politik, menyediakan tempat bagi individu untuk mengejar makna
dan tujuan spiritual dalam tradisi Islam.

2.3 Tokoh Awal Pendiri Tarekat

Sejarah tarekat dalam Islam ditandai oleh kehadiran tokoh karismatik dan spiritual yang
dianggap sebagai pendiri atau pelopor berbagai tarekat. Mereka tidak hanya memberikan
landasan ajaran, praktik spiritual, dan struktur organisasional, tetapi juga membentuk identitas
tarekat tersebut. Berikut adalah pembahasan mengenai beberapa tokoh awal pendiri tarekat
yang memiliki dampak signifikan dalam tradisi sufi:

1. Abdul Qadir al-Jilani (1077-1166) - Tarekat Qadiriyyah


Abdul Qadir al-Jilani, yang dikenal sebagai "Ghous-ul-Azam" (Penolong
Agung), lahir di Persia dan menetap di Baghdad, Irak. Ia mendirikan Tarekat
Qadiriyyah yang menekankan nilai cinta kepada Allah, kerendahan hati, dan pelayanan
sosial. Dalam pendiriannya, Abdul Qadir al-Jilani memberikan penekanan khusus pada
kehidupan sederhana serta pemahaman yang mendalam terhadap keberagaman
manusia.
2. Abu al-Hasan al-Shadhili (wafat 1258) - Tarekat Shadhiliyyah
Al-Shadhili, berasal dari Mesir dan memiliki pengaruh kuat di wilayah
Maghrib, termasuk Maroko. Ia mendirikan Tarekat Shadhiliyyah yang menekankan
praktik dzikir, meditasi, dan penyerahan sepenuhnya kepada Allah. Dalam
pendiriannya, Al-Shadhili sangat menekankan pada pengendalian diri dan
kesederhanaan sebagai elemen kunci dalam mencapai keberhasilan spiritual.
3. Baha-ud-Din Naqshband (1318-1389) - Tarekat Naqshbandiyyah
Naqshband, yang lahir di Bukhara, Uzbekistan, dikenal sebagai "Imam al-
Umam" (Imam bagi seluruh umat). Ia mendirikan Tarekat Naqshbandiyyah yang
mengutamakan pengendalian pikiran dan pernapasan sebagai metode untuk mencapai

6
kesempurnaan spiritual. Selain itu, tarekat ini terkenal karena menanamkan nilai-nilai
sosial dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Tarekat Naqsyabandiyah telah hadir di Indonesia sejak dua abad sebelum
Belanda pertama kali mengenalnya, meskipun bentuk tarekat tersebut mungkin
berbeda. Ulama dan sufi Indonesia yang pertama kali mencatat tarekat ini dalam
tulisan-tulisannya adalah Syaikh Yusuf Makassar yang terkenal (Bruinessen, 1994)4.
4. Ahmad al-Rifa'i (wafat 1182) - Tarekat Rifaiyyah
Al-Rifa'i, berasal dari Irak, mendirikan Tarekat Rifaiyyah yang memiliki
pengaruh luas di Mesir dan Timur Tengah. Tarekat ini menekankan pentingnya
merasakan kegembiraan dalam ibadah serta memiliki kepedulian yang mendalam
terhadap penderitaan umat manusia. Dzikir dan tarian menjadi praktik penting dalam
tarekat ini, membentuk ciri khasnya yang membedakan dan memberikan dimensi
spiritual khusus bagi para penganutnya.
5. Ahmad ibn Idris (1760-1837) - Tarekat Idrisiyyah
Ibn Idris, asal Maroko, mendirikan Tarekat Idrisiyyah yang menggabungkan
unsur tarekat sebelumnya. Tarekat ini menitikberatkan pada kesalehan pribadi,
penekanan pada ilmu pengetahuan, dan pengembangan spiritual melalui Latihan
khusus. Berperan dengan signifikan di wilayah Maghrib dan Sub-Sahara, Tarekat
Idrisiyyah menciptakan warisan spiritual yang mencerminkan perpaduan nilai-nilai
tradisional dan inovasi dalam pendekatan keagamaan.

Setiap tokoh membawa warisan spiritual dan ajaran mistik yang unik, menciptakan
kerangka bagi para pengikut tarekat mereka. Ajaran-ajaran ini tetap menjadi landasan bagi
praktik spiritual di komunitas Islam, dan tarekat-tarekat ini terus berperan dalam
pengembangan spiritualitas umat Islam di berbagai belahan dunia.

2.4 Perkembangan Tarekat di Dunia Islam

Perkembangan tarekat di dunia Islam melibatkan sejumlah aspek, termasuk penyebaran


geografis yang meluas, adaptasi terhadap budaya lokal, interaksi dengan tradisi keislaman
beragam, serta peran dalam pembentukan identitas sosial dan kultural. Seiring waktu, tarekat-

4
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung, Mizan, 1994, hlm 34

7
tarekat Islam menyebar ke seluruh dunia Islam, merambah Asia, Afrika Utara, dan Eropa
Selatan melalui perjalanan para mursyid dan murid-murid mereka.

Mereka tidak hanya berperan sebagai lembaga keagamaan, tetapi juga sebagai pusat
kehidupan sosial dan budaya, mendukung seni, sastra, dan tradisi lokal. Selain itu, banyak
tarekat menjadi pusat pendidikan Islam, memberikan kontribusi pada penyebaran pengetahuan
Islam dan keberlanjutan warisan intelektual. Tarekat-tarekat juga menunjukkan kemampuan
untuk beradaptasi dengan budaya lokal, baik dalam praktik-praktik keagamaan maupun aspek-
aspek kultural lainnya.

Beberapa tarekat memiliki dampak politik yang signifikan, terlibat dalam urusan politik
dan sosial, sementara yang lain mengalami krisis internal yang memicu upaya reformasi.
Meskipun beragam dalam pendekatan dan praktiknya, tarekat-tarekat ini terus memainkan
peran sentral dalam membentuk identitas keagamaan dan kultural di dunia Islam hingga saat
ini.

2.5 Penyebaran Tarekat Di Wilayah-Wilayah Tertentu

Penyebaran tarekat di berbagai wilayah di dunia Islam mencerminkan proses sosial,


politik, dan kultural yang unik di setiap tempat. Faktor seperti perjalanan mursyid, adaptasi
terhadap budaya lokal, dan respons terhadap kebutuhan masyarakat memainkan peran penting
dalam penyebaran tarekat. Berikut adalah pembahasan mengenai penyebaran tarekat di
wilayah-wilayah tertentu:

1. Penyebaran di Timur Tengah


Tarekat seperti Qadiriyyah, Shadhiliyyah, dan Naqshbandiyyah memiliki
pengaruh yang kuat. Tarekat Qadiriyyah, misalnya, merambah ke wilayah Arab dan
Timur Tengah, menyebar melalui perjalanan para mursyid dan pendirian cabang baru.
2. Tarekat dan Islam Nusantara
Tarekat Islam memiliki peran kunci dalam pengembangan Islam. Tarekat
seperti Naqshbandiyyah dan Shattariyyah mencapai kepulauan Indonesia dan Malaysia,
membawa ajaran Islam yang memperkaya tradisi Islam Nusantara.

8
3. Perkembangan di Asia Tenggara

Tarekat pertama yang mendapatkan pengikut massal di Asia Tenggara yang


adalah Sammaniyya. Meskipun didukung oleh sultan Palembang, tarekat ini tampaknya
menemukan banyak pengikut di kalangan rakyat jelata (Bruinessen, Origins and
Development of the Sufi Orders (tarékat) in Southeast Asia, 1994)5.

4. Penetrasi ke Afrika Utara


Tarekat Islam tumbuh subur di wilayah Afrika Utara. Tarekat seperti
Shadhiliyyah memiliki pengaruh yang kuat di Maroko dan wilayah Maghrib lainnya.
Penyebaran tarekat di sini sering kali terkait dengan pertumbuhan dan pengembangan
kota-kota suci seperti Fez dan Marrakech.
5. Penetrasi ke Asia Selatan
Tarekat Islam, terutama Naqshbandiyyah, menyebar ke wilayah Asia Selatan,
termasuk India dan Pakistan. Melalui perjalanan mursyid dan penyebaran literatur
keagamaan, tarekat-tarekat ini mengakar dalam kehidupan spiritual dan keagamaan di
wilayah tersebut.
6. Penyebaran di Asia Tengah
Tarekat Naqshbandiyyah memiliki pengaruh yang besar di Asia Tengah.
Tarekat ini menjadi sangat penting dalam mendukung kehidupan spiritual dan sosial di
negara seperti Uzbekistan, Tajikistan, dan Kazakhstan.
7. Adaptasi dan Integrasi Budaya
Penyebaran tarekat sering kali melibatkan adaptasi dan integrasi dengan budaya
lokal. Misalnya, di Maroko, tarekat Sufi seperti Tijaniyyah dan Qadiriyyah
menggabungkan unsur tradisi lokal dalam praktik keagamaan mereka.
8. Pentingnya Peran Pemimpin Tarekat
Peran pemimpin tarekat atau mursyid sangat krusial dalam proses penyebaran.
Perjalanan mereka, pengajaran langsung kepada murid-murid, dan pembentukan pusat-
pusat spiritual menjadi kunci dalam menyebarkan ajaran dan praktik tarekat.

Penyebaran tarekat di wilayah tertentu menunjukkan adaptabilitas dan fleksibilitas


gerakan ini dalam merespons kebutuhan dan konteks setempat. Faktor seperti perjalanan

5
Martin Van Bruinessen, Origins and Development of the Sufi Orders (Tarekat) in Southeast Asia,
Jakarta, Studia Islamika, 1994, hlm 17-18

9
spiritual, adaptasi budaya, dan peran pemimpin tarekat telah membentuk kerangka kerja yang
beragam dan dinamis di berbagai bagian dunia Islam.

2.6 Nilai Ajaran Tarekat dalam Kehidupan Sosial

Menurut Lindung Hidayat Siregar melalui jurnalnya yang berjudul Sejarah Tarekat dan
Dinamika Sosial (Siregar, 2009)6, Tarekat memiliki nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan
sosial. Berikut adalah nilai-nilainya

1. Zuhud
Konsep zuhud mengandung prinsip nilai hemat dan gaya hidup sederhana, yaitu
mampu menahan diri dari ketergantungan pada kekayaan dan kekuasaan, serta
memanfaatkan harta secara produktif. Dengan demikian, harta tidak hanya
dianggap sebagai aset ekonomi semata, melainkan juga sebagai sarana untuk
mewujudkan keadilan sosial yang mulia, seperti memberikan bantuan kepada
mereka yang kurang mampu.
2. Warak
Pandangan ini menekankan bahwa seseorang harus bersikap tegas dan tanpa
keraguan terhadap hal yang diharamkan. Keputusan untuk tegas terhadap yang
diharamkan akan mengembangkan kehidupan yang suci dan melahirkan individu
yang tulus serta jujur.
3. Fakir
Seorang murid tarekat merasa malu jika meminta lebih dari yang telah diberikan
oleh Allah. Ia bersyukur atas apa yang dimilikinya dan menerima pemberian Allah
dengan ikhlas. Dengan menerapkan sikap fakir, seseorang dapat menjauhkan diri
dari sifat angkuh, rakus, dan tamak, serta menghindari persaingan yang tidak sehat
dalam mencari kekayaan dan posisi. Lebih lanjut, sikap ini membantu menghindari
segala bentuk kecurangan dalam upaya mencapai tujuan.
4. Sabar
Mempunyai sifat sabar akan mendorong seseorang untuk memiliki pendirian
yang kokoh, tidak mudah terombang-ambing, dan mempertahankan keteguhan jiwa
atau hati saat menghadapi kesulitan dalam kehidupan.

6
Lindung Hidayat Siregar, Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosia, Medan, Miqot, 2009, hlm 179-185

10
5. Tawakal
Tawakal bukanlah sekadar menyerahkan diri kepada nasib atau keadaan,
melainkan suatu penyerahan yang harus didahului oleh usaha keras dan keputusan
yang mutlak diserahkan kepada Allah melalui doa. Oleh karena itu, para pengikut
tarekat yakin bahwa mereka harus berusaha sungguh-sungguh dengan melakukan
amalan, kemudian berserah diri kepada Allah dengan harapan mencapai makrifat.
Sifat tawakal ini membawa nilai yang mendorong seseorang untuk menjalani
kehidupan dengan ketenangan, ketentraman, dan tanpa kegelisahan.
6. Rida
Rida merupakan sikap tanpa penyesalan dan tanpa keputusasaan saat
menghadapi kegagalan, serta tanpa kesombongan dan keangkuhan ketika meraih
kesuksesan. Ridla membawa nilai-nilai untuk tidak mudah menyerah dan merasa
kecewa, karena hasil apa pun yang diperoleh dianggap sebagai yang terbaik
menurut pandangan Allah.
7. Dzikir
Al-Quran sering kali menggunakan istilah "pengingat" (dhikr). Istilah ini
berasal dari akar kata dh-k-r. Al-Quran mengidentifikasi dengan kata-kata ini lebih
dari empat puluh kali. Pemahaman mendasar Al-Quran adalah bahwa keturunan
Adam terus terjatuh ke dalam kelalaian dan lupa. Satu-satunya penawar untuk
kekurangan ini adalah mengingat Allah yang disampaikan melalui para nabi
(Chittick, 2011)7.

2.7 Peran Tarekat Dalam Kehidupan Umat Islam Pada Masa Tertentu

Peran tarekat dalam kehidupan umat Islam menunjukkan keragaman yang signifikan
dan sangat tergantung pada konteks sejarah dan geografis tertentu. Berbagai tarekat memiliki
dampak unik yang dipengaruhi oleh dinamika sosial, politik, dan budaya pada saat dan tempat
tertentu. Berikut adalah pembahasan mengenai peran tarekat pada beberapa masa tertentu
dalam sejarah Islam:

1. Masa Klasik Islam: Peran sebagai Pusat Pendidikan dan Spiritualitas


Pada masa klasik Islam, terutama pada Abad Ke-9 hingga Ke-12, tarekat seperti
Qadiriyyah, Naqshbandiyyah, dan Shadhiliyyah memegang peran kunci sebagai pusat
pendidikan dan spiritualitas. Madrasah-madrasah terkait dengan tarekat ini tidak hanya

7
William C. Chittick, Sufism: A Beginner’s Guide, Oxford: Oneworld Publications, 2011

11
mengajarkan ajaran keagamaan, tetapi juga mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan seni. Tarekat juga menjadi penjaga tradisi spiritual dan etika,
menyediakan wadah bagi para pencari kebenaran, dan menjadi pusat pengembangan
pemikiran mistik Islam.
2. Pertengahan Sejarah Islam: Peran Sosial dan Kemanusiaan
Pada masa pertengahan sejarah Islam, tarekat-tarekat seperti Rifa'iyyah dan
Tijaniyyah memainkan peran penting dalam pelayanan sosial dan kemanusiaan.
Melalui pendirian rumah sakit dan penyelenggaraan bantuan masyarakat, tarekat
berkontribusi dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan proses Islamisasi di wilayah-
wilayah yang baru memeluk Islam. Selain itu, tarekat juga memberikan dukungan
moral dan spiritual kepada umat Islam yang mengalami kesulitan selama masa konflik
dan perubahan politik.
3. Masa Kolonial dan Pasca-kolonial: Resistensi dan Pemeliharaan Identitas
Selama periode kolonial dan pasca-kolonial, beberapa tarekat seperti
Sanusiyyah di Afrika Utara dan Ahmadiah di India berperan dalam perlawanan
terhadap penjajahan asing. Mereka menjadi pusat pertahanan terhadap identitas dan
keberlanjutan nilai-nilai Islam di tengah perubahan politik dan sosial yang signifikan.
Tarekat juga memberikan dukungan moral dan spiritual kepada umat Islam yang
mengalami kesulitan selama masa konflik dan perubahan politik.
4. Era Kontemporer: Penyeimbangan Spiritualitas dan Modernitas
Pada era kontemporer, beberapa tarekat berperan dalam menyeimbangkan nilai-
nilai spiritual dengan tuntutan modernitas. Mereka menciptakan program pendidikan
formal yang menggabungkan nilai Islam dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tarekat juga menjadi wadah bagi masyarakat Muslim untuk mengatasi tantangan
sosial, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan ketegangan antarumat beragama.
Selain itu, tarekat dapat memainkan peran sebagai mediator dan agen perubahan sosial
positif.

Dalam setiap periode sejarah, tarekat-tarekat Islam telah beradaptasi dan berperan
sesuai dengan kebutuhan dan konteks masyarakat. Meskipun peran mereka bervariasi, inti dari
peran tarekat selalu terkait dengan pengembangan spiritualitas, pendidikan, dan pelayanan
sosial untuk umat Islam dan masyarakat luas.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejarah dan evolusi tarekat Islam mencerminkan sebuah warisan spiritual yang kaya
dan beragam dalam konteks tradisi Islam. Tarekat muncul sebagai respons terhadap
kebutuhan spiritual individu dan masyarakat pada awal perkembangan Islam. Tokoh
pendiri tarekat, seperti al-Junayd, al-Ghazali, dan Jalaluddin Rumi, memegang peran
sentral dalam membentuk ajaransufisme yang menjadi dasar bagi berbagai aliran tarekat.

Penting untuk diingat bahwa tarekat bukan hanya fenomena sejarah semata, tetapi juga
fenomena yang terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Seiring
berjalannya waktu, tarekat telah mengalami transformasi dan tetap relevan dalam
mengatasi tantangan masyarakat modern. Kontribusi tarekat terhadap kehidupan spiritual
masyarakat modern mencakup pendidikan spiritual, pemberdayaan individu, dukungan
emosional, dan partisipasi dalam pelayanan sosial.

Meskipun terdapat berbagai aliran tarekat dengan karakteristik unik, kesamaan di


antara mereka diakui dalam pencarian spiritualitas, cinta ilahi, dan pengembangan karakter
moral. Aliran tarekat, seperti Naqshbandi, Qadiri, dan Chishti, mencerminkan
keberagaman dan adaptabilitas tarekat dalam memenuhi kebutuhan spiritual yang beragam
dari umat Islam.

Dengan demikian, tarekat tidak hanya menjadi warisan sejarah semata, melainkan juga
menjadi sumber inspirasi dan pedoman bagi umat Islam dalam menggali nilai-nilai
spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai tradisi yang hidup, tarekat terus
memainkan peran penting dalam membimbing umat Islam menuju pencapaian makna
hidup, kedamaian batin, dan kecintaan kepada Tuhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bruinessen, M. V. (1994). Origins and Development of the Sufi Orders (tarékat) in Southeast Asia.
Studia Islamika, 17-18.
Bruinessen, M. V. (1994). Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia. Bandung: Mizan.
Chittick, W. C. (2011). Sufism: A Beginner's Guide. Oxford: Oneworld Publications.
Muhaimin, G. A. (1997). Pesantren and Tarekat in the Modern Era: an Account on the Transmission
of Traditional Islam in Java. Studia Islamika: Indonesian Journal for Islamic Studies, 6.
Rahmatiah, S. (2018). Perkembangan Aliran Spiritualisme di Dunia Islam. Sulesana, 49.
Riyadi, A. (2014). Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf. Jurnal at-Taqaddum, 361.
Siregar, L. H. (2009). Sejarah Tarekat dan Dinamika Sosial. Miqot, 179-185.

14

Anda mungkin juga menyukai