Dosen Pengampu:
Dr. Mukilim, M.Ag
Disusun Oleh:
Monika Arbani
NIM. 2223320071
Monika Arbani
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Problematika Masyarakat Modern............................................................ 3
B. Eksistensi dan Urgensi Akhlak Tasawuf dalam Masyarakat Modern....... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek kerohanian
menusia yang selanjutnya menimbulkan kebaikan akhlak mulia. Pembersihan
aspek rohani manusia selanjutnya dikenal sebagai dimensi esoteric atau
kesadaran paling dalam pada diri manusia.
Dengan harapan mampu membawa manusia kepada pola kehidupan baru
dengan penuh kesadaran dan penemuan kembali nilai-nilai serta makna-makna
kehidupan yang bermoral, beretika yang sarat akan makna spiritualitas dalam
balutan tasawuf. Oleh karena itu, tasawuf menawarkan solusi tercanggih untuk
menanggulangi hal ini, yaitu proses pembersihan jiwa dari sifat tercela baik itu
iri, dengki, hasud, sombong, pamer dan pemarah dengan tips – tips menurut
aturan Tuhan yang merupakan bagian dari nilai-nilai tasawuf.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan problematika masyarakat modern?
2. Jelaskan eksistensi dan urgensi akhlak tasawuf dalam masyarakat modern?
C. Tujusan Penulisan
1. Untuk mengetahui problematika masyarakat modern.
2. Untuk mengetahui eksistensi dan urgensi akhlak tasawuf dalam masyarakat
modern.
v
BAB II
PEMBAHASAN
1
Bernard Raho, Sosiologi, (Yogyakarta: Ledalero, 2016), h.157.
2
Ridhatullah Assya’bani Ghulam Falach, “Peran Tasawuf Di Era Masyarakat Modern:
Peluang dan Tantangan”, Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam Vol.21 No.2 (2021), h. 51.
3
Faridi dan Selamat Ariga, “Kajian Tasawuf dalam Pendekatan Agama Islam (Studi
Deskriptif Tasawuf Konvensional dan Tasawuf Modern serta Implementasinya di Sekolah)”,
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol.6 No.2 (2022), h.16478.
vi
diri. Hal ini akan semakin parah apabila tekanannya pada kebutuhan materi
semakin meningkat sehingga keseimbangan semakin rusak. Oleh karena itu,
manusia memerlukan agama untuk mengobati krisis yang dideritanya. Dalam
berbagai kemajuan teknologi masyarakat modern juga mengalami berbagai
problematika seperti:
1. Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan, yakni dari satu sisi
teknologi memberi nilai tambah, tapi pada sisi lain dapat mengurangi
2. Nilai-nilai manusia yang tradisional, misalnya harus dikorbankan demi
efisiensi.
3. Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang
memecahkannya.
4. Efek negatif teknologi tidak dapat dipisahkan dari efek positifnya.
Teknologi tidak pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi serentak dan
tidak terpisahkan
5. Semua penemuan teknologi mempunyai efek yang tidak terduga.4
Sedangkan di tinjau dari sikap mental kehadiran ilmu pengetahuan dan
teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern
diantaranya:
1. Desintegarasi Ilmu Pengetahuan
Banyak ilmu yang berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tali pengikat dan
penunjuk jalan yang menguasai semuanya, sehingga kian jauhnya manusia
dari pengetahuan akan kesatuan alam. Kehidupan modern antara lain
ditandai dengan adanya spesialisasi di bidang ilmupengetahuan. Masing-
masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandang)nya sendiri
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Split Personality (Kepribadian yang Terpecah)
Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan
yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak, maka
manusianya menjadi pribadi yang terpecah, akibatnya kini tengah
menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah karena jauhnya dari
4
Andika, “Agama dan Perkembangan Teknologi di Era Modern”, Abrahamic Religions:
Jurnal Studi Agama-Agama Vol.2 No.2 (2022), h.136.
vii
ajaran agama. karena dibiarkannya perluasan ilmu-ilmu positif (ilmu yang
hanya mengandalkan fakta-fakta empirik, obyektif, rasional, dan terbatas).
3. Penyalahgunaan Iptek
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari
ikatan spritual, maka iptek telah disalah gunakan dengan segala implikasi
negatifnya, sebagaimana disebutkan di atas. Kemampuan membuat senjata
telah diarahkan untuk tujuan penjajahan satu bangsa atau bangsa subversi
dan lain sebagainya.
4. Pendangkalan Iman
Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan tersebut di atas,
khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat
empiris menyebabkan manusia dangkal imannya, ia tidak tersentuh oleh
informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan informasi yang di bawa oleh
wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap sebagai tidak ilmiah dan
kampungan.
5. Pola Hubungan Materialistik
Pola hubungan satu dengan hubungan yang lainnya dapat memberikan
keuntungan yang bersifat material. Demikian pula penghormatan yang
diberikan seseorang atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana orang
tersebut dapat memberikan manfaat secara material. Akibatnya ia
menempatkan pertimbangan material di atas pertimbngan akal sehat, hati
nurani, kemanusian dan imannya
6. Menghalalkan Segala Cara
Sebagai akibat lebih jauh dari dangkalanya iman dan pola hidup
materialistik sebagaimana disebutkan di atas, maka manusia dengan mudah
dapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara dalam mencapai
tujuan.
7. Stres dan Frustasi
Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia
harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya. Manusia
mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuannya untuk terus
viii
bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan. Sehingga apabila ada hal yang
tidak bisa dipecahkan mereka stres dan frustasi.
8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Mereka menghabiskan masa mudanya dengan memperturutkan hawa
nafsu dan menghalalkan segala cara. Namun ada suatu saat tiba waktunya
mereka tua segala tenaga, fisik, fasilitas dan kemewahan hidup sudah tidak
dapat mereka lakukan, mereka merasa kehilangan harga diri dan masa
depannya.5
B. Eksistensi dan Urgensi Akhlak Tasawuf dalam Masyarakat Modern
Tasawuf dalam arti shafa, shafa mengandung makna “suci dan bersih”,
yaitu orang-orang yang mensucikan dirinya dihadapan Tuhannya, seorang sufi
adalah yang disucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang telah
mensucikan dirinya melalui latihan-latihan berat dan selalu memelihara dirinya
dari berbuat maksiat. Shaf mengandung makna barisan dalam shalat. artishaf
disini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat, yang ketika
shalatnya selalu berada pada shaf paling depan. Kaitannya dengan istilah
tasawaf adalah biasanya orang-orang yang kuat dan suci batinnya memilih
untuk melaksanakan ibadah shalat untuk barisan paling depan dalam
berjama’ah.6
Kehadiran tasawuf di tengah kehidupan modern sesungguhnya
berusahanya menjawab persolan krisis spiritual yang diakibat oleh paham
modernisme dan positivisme yang lebih mengedepankan akal ketimbangan
spiritual. Padahal sejatinya keduanya mesti seiring-sejalan karena keduanya
sama sekali tidak bertentangan melainkan saling mengisi dan melengkapi
kekurangan masing-masing. Tapi sulit dibayangkan jika nilai-nilai agama
hanya mengedepankan nalar saja.
5
Nur Azizah dan Miftakhul Jannah, “Spiritualitas Masyarakat Modern dalam Tasawuf
Buya Hamka”, Academic Journal of Islamic Principles and Philosophy Vol.3 No.2 (2022), h.99-
100.
6
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 13.
ix
Pada masa kemajuan ilmu dan teknologi, orang cenderung lari ke
pencarian spiritual. Hal ini menjadi petanda urgensi dan signifikansi tasawuf
dalam kehidupan masyarakat modern. Ada beberapa faktor yang menandai arti
penting tasawuf bagi kehidupan manusia modern, antara lain:
1. Tasawuf merupakan basis yang bersifat fitri pada setiap manusia. Tasawuf
adalah potensi ilahiyah yang berfungsi, di antaranya, untuk mendesain corak
sejarah dan peradaban dunia. Tasawuf dapat mewarnai segala aktivitas, baik
yang berdimensi sosial, politik, ekonomi maupun kebudayaan.
2. Tasawuf berfungsi sebagai alat pengendali dan pengontrol manusia, agar
dimensi kemanusiaan tidak ternodai oleh modernisasi yang mengarah pada
dekadensi moral dan anomali nilai-nilai, sehingga tasawuf akan
mengantarkan manusia pada tercapainya supremation of morality
(keunggulan dan kejayaan akhlak).
3. Tasawuf memiliki relevansi dan signifikansi dengan problema manusia
modern, karena secara seimbang memberikan kesejukan batin dan disiplin
syari‘ah sekaligus. Tasawuf dapat dipahami sebagai pembentuk tingkah laku
melalui pendekatan tasawuf-suluki (tasawuf akhlaqi), dan dapat memuaskan
dahaga intelektual melalui pendekatan tasawuf-falsafi. Tasawuf juga dapat
diamalkan oleh setiap muslim, dari lapisan sosial manapun dan di tempat
manapun. Secara fisik, mereka menghadap ke satu arah, yaitu kiblat, dan
secara rohaniah mereka berlomba-lomba menempuh jalan (tarekat)
melewati maqamat dan ahwal menuju pada kedekatan (qurb), bahkan
peleburan (fana‟) dengan Tuhan yang Maha Esa, yaitu Allah.7
Ketertarikan manusia modern pada dunia spiritual, pada intinya ingin
mencari keseimbangan baru dalam hidup. Kaum eksistensialisme misalnya,
memandang manusia pada dasarnya ingin kembali pada kemerdekaan dan
kebebasannya yang telah tereduksi dan terpenjara dalam kehidupan saintifik,
materialistik, mekanistik dan sekularistik dunia modern yang ―melelahkan‖.
7
Mahdi, “Urgensi Akhlak Tasawuf dalam Kehidupan Masyarakat Modern”, Jurnal
Edueksos Vol.1 No.1 (2012), h.160.
x
Kehidupan dalam eksistensialisme tersebut dapat dicapai apabila manusia
senantiasa melakukan transendensi secara terus menerus.
xi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana, masyarakat modern terdiri dari dua kata, yakni
masyarakat dan modern. Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang
saling berinteraksi satu dengan yang lain di dalam suatu wilayah tertentu dan
menghayati kebudayaan yang sama.
di tinjau dari sikap mental kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi
telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern diantaranya:
1. Desintegarasi Ilmu Pengetahuan
2. Split Personality (Kepribadian yang Terpecah)
3. Penyalahgunaan Iptek
4. Pendangkalan Iman
5. Pola Hubungan Materialistik
6. Menghalalkan Segala Cara
7. Stres dan Frustasi
8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Tasawuf dalam arti shafa, shafa mengandung makna “suci dan bersih”,
yaitu orang-orang yang mensucikan dirinya dihadapan Tuhannya, seorang sufi
adalah yang disucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang telah
mensucikan dirinya melalui latihan-latihan berat dan selalu memelihara dirinya
dari berbuat maksiat. Shaf mengandung makna barisan dalam shalat. artishaf
disini dinisbahkan kepada orang-orang yang ketika shalat, yang ketika
shalatnya selalu berada pada shaf paling depan. Kaitannya dengan istilah
tasawaf adalah biasanya orang-orang yang kuat dan suci batinnya memilih
untuk melaksanakan ibadah shalat untuk barisan paling depan dalam
berjama’ah. Kehadiran tasawuf di tengah kehidupan modern sesungguhnya
berusahanya menjawab persolan krisis spiritual yang diakibat oleh paham
modernisme dan positivisme yang lebih mengedepankan akal ketimbangan
spiritual.
12
DAFTAR PUSTAKA
13