Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Dakwah
Dosen Pengampuh :
Dr. M. Anis Bachtiar, M.Fil.I
Disusun Oleh :
Muhammad Khoiron fakhriyyan 04020123036
Rahilla An-Najwa 04020123042
Ariono Mudji Raharja 04040123053
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt karena atas berkat, rahmat, dan
nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Dakwah yang berjudul “Fenomena Dakwah dan Problem Modernitas.” Kami berharap dengan
adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
Alhamdulillah atas limpahan karunia kesehatan dan kesempatan yang Allah Swt berikan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat disusun melalui beberapa sumber referensi yaitu
melalui kaian pustaka maupun media internet. Ucapan terima kasih tidak henti hentinya kami
ucapkan terhadap semua pihak yang telah memeberikan kami semangat dan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini. Terutama terhadap Bapak Dr. M. Anis Bachtiar, M.Fil.I selaku
dosen pengampu mata kuliah filsafat dakwah yang selalu menemani kegiatan pembelajaran.
Serta tidak lupa teman-teman seperjuangan yang telah membantu kami dalam menulis makalah
ini.
Tentunya kami menyadari baha makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki makalah kami selanjutnya.
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fenomena dakwah?
2. Apa pengertian problem modernitas?
3. Apa saja bentuk tantangan-tantangan dakwah di era modern?
1
Awaludin Pimay, “Dinamika Dakwah Islam Modern”, dalam jurnal ilmu dakwah (Semarang : Walisongo,
2021) hal. 1-2
1
4. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi modernitas dakwah?
5. Strategi apa yang diperlukan dalam menghadapi modernitas dakwah?
6. Apa manfaat dan dampak era modern bagi fenomena dakwah?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian fenomena dakwah dan problem modernitas
2. Mengetahui bentuk tantangan-tantangan dakwah di era modern serta
bagaimana cara menyikapinya?
3. Mengetahui startegi yang diperlukan dalam berdakwah di era modern
4. Mengetahui manfaat dan dampak era modern bagi fenomena dakwah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dini Maulina, “Dakwah Sebagai Media Integritasi Agama dan Ilmu Pengetahuan”, dalam jurnal
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (Banda Aceh : PKP, 2021) hal. 104
3
sebagai langkah meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan kecerdasannya, maka
manusia modern sesungguhnya harus menjadi semakin bijaksana, namun nyatanya
banyak manusia yang mempunyai kualitas manusia yang lebih rendah dari kemajuan
pemikiran dan teknologi yang dicapai.
3
Awaludin Pimay, “Dinamika Dakwah Islam Modern”, dalam jurnal ilmu dakwah (Semarang : Walisongo,
2021) hal. 50.51
4
kemajuan teknologi menjadi tantangan bagi tersendiri bagi seseorang da’i. Pengaruh
media, memungkinkan seorang da’I memperoleh popularitas dimata pemirsanya
seperti layaknya seorang selebriti (publik figur) dan tidak menutup kemungkinan
pula setiap kegiatan dakwahnya, sering dinilai dengan materi.
Dakwah bagi umat Islam, sesungguhnya menjadi kewajiban yang
menyeluruh. setidaknya, umat Islam yang dimaksud adalah yang termasuk dalam
kategori individu yang sudah bisa dikenai beban tanggung jawab dan individu yang
telah mampu membedakan antara yang benar dan salah, serta antara baik dan buruk.
Kewajiban dakwah Islam ini ada yang bersifat individual secara pribadi dan masing-
masing ada yang berbentuk kolektif melalui kelompok, jamaah atau organisasi.
Dengan demikian menjadi umat Islam pada hakekatnya berkewajiban untuk
berdakwah. Menjadi muslim bisa diidentikkan sebagai da’i, atau juru dakwah
menurut proporsi dan kapasitas masing-masing. Dalam ruang lingkup kewajiban
berdakwah yang luas itu, sebuah hadist mengatakan: “Ibda’ binafsika tsumma biman
ta’ula”, mulailah kewajiban kewajiban agama itu dari dirimu sendiri, baru kemudian
kepada orang-orang diseputarmu.
Namun dalam kehidupan bermasyarakat, kewajiban berdakwah kemudian
diperankan oleh para pengemban risalah Nabi Muhammad Saw, yakni para ulama,
da’i, atau mubaligh. Karena tugas menyampaikan risalah agama itu harus dilakukan
secara tertib dan kontinu, sehingga memerlukan keahlian dan pemahaman
keagamaan yang lebih baik, disamping ketentuan-ketentuan lain, sehingga tidak
setiap orang Islam mampu berdakwah. Persoalannya, zaman terus berubah, sehingga
pola dan metode berdakwah yang dilaksanakan para juru dakwah juga ikut berubah.
Tidak terkecuali pola dan model dakwah yang dikembangkan para da’i diera
teknologi komunikasi dan informasi seperti sekarang ini.
Pada kenyataannya dakwah Islam itu tidak bebas dari berbagai kendala dan
tantangan. Realitas dakwah Islam menjadi problem keagamaan yang krusial dan
terkadang dilematis. Terlebih lagi, bila kita mengamati dakwah Islam diera teknologi
dan informasi seperti sekarang ini, maka tantangan dan kendalanya akan semakin
kompleks. Dewasa ini, setidaknya tantangan dakwah Islam tersebut berkaitan
dengan ekses globalisasi dan kenyataan pluralitas agama.
5
D. Tantangan Dakwah di Era Modern
Tantangan dakwah beraneka ragam bentuknya, selama ini kita mengenal
dalam bentuk klasik, bisa pada penolakan, cibiran, cacian maupun teror bahkan
sampai pada tataran fitnah. Banyak para da’i mampu mengatasi tantangan atau
rintangan tersebut dengan baik baik karena niatnya memang telah kuat sebagai
pejuang. Meski demikian ada pula yang tidak mampu untuk mengatasinya sehingga
tersingkir dari kancah dakwah. Jalan dakwah bukan rentang yang pendek dan bebas
hambatan, bahkan jalan dakwah sebenarnya penuh dengan kesulitan, amat banyak
kendala dengan jarak tak terkira jauhnya. Tabiat ini perlu diketahui dan dikenali
setiap aktivitas dakwah, agar para juru dakwah bersiap diri menghadapi segala
kemungkinan yang akan terjadi diperjalanan sehingga revolusi informasi dan
komunikasi di jalan dakwah bisa kita atasi.4
Ujian tersebut sesunggunya diperlukan oleh orang-orang mukmin justru
untuk meningkatkan kapasitasnya. Adanya ujian dan kendala- kendala riil ditengah
kehidupan ini akan terbukti siapa saja yang yang benar pengakuannya dan siapa pula
yang dusta. Problematika yang dihadapi para aktivitas dakwah di medan dakwah
terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu.
Dakwah Islam di era modern memiliki dua tantangan :
Pertama adalah tantangan keilmuan dakwah yang hingga sekarang belum
tampak perkembangannya yang menggembirakan.
Kedua, problem atau tantangan praksis dakwah. Ilmu dakwah tampak
stagnan dalam tataran pengembangan keilmuannya.
Jika mengacu pada dimensi pengembangan keilmuan tersebut pada tulisan-
tulisan ilmu dakwah yang sangat menonjol, maka rasanya tidak kita jumpai karya
akademis outstanding tentang dakwah tersebut. Banyaknya buku atau jurnal yang di
dalamnya menjadi instrumen bagi pengembangan ilmu dakwah maka tentu akan
menjadi ajang bagi pengembangan ilmu dakwah tersebut.
Masyarakat modern memiliki ciri-ciri :
Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan pribadi
Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan suasana
yang saling mempengaruhi
4
Nur Ahmad, “Tantangan Dakwah di Era Teknologi dan Informasi”, dalam jurnal Komunikasi Penyiaran
Islam (Kudus : AT-TABSYIR, 2013) hal. 21-22
6
Kepercayaan yang kuat akan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana
untuk meningkatkan kesejahateraan masyarakat
Masyarakat modern tergolong ke dalam bermacam-macam profesi yang
dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, ketrampilan,
dan kejuruan
Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata
Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks
Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas
penggunaan uang dan alat-alat pembayaran lain.
Dakwah modernitas adalah dakwah yang pelaksanaannya menyesuaikan
materi, metode, dan media dakwah dengan kondisi masyarakat modern (sebagai
objek dakwah) yang mungkin saja situasi dan kondisi yang terjadi di zamana
modern itu tidak terjadi pada zaman sebelumnya, terutama di zaman klasik. 5
5
Zulkarnaini, “Dakwah Islami di Era Modern”, dalam jurnal risalah (Yogyakarta : Jurnal Dakwah) hal. 1
7
Jauhi sikap ta'ashub (fanatik), baik dengan pemikiran, aliran, kelompok
ataupun pendapat pribadi. Selalulah ber-husnuzhan dan berusaha merangkul
semua pihak, termasuk yang berbeda pandangan dengan kita. Sebab dakwah yang
santun dan inklusif akan lebih diterima oleh hati nurani, dibandingkan dakwah
yang eksklusif dan penuh dengan caci-maki dan fanatisme kelompok.
8
untuk mendorong perubahan menuju kualitas moral yang lebih baik. Lembaga
keagamaan harus bersinergi meningkatkan kepekaannya untuk menyikapi proses
perubahan yang menyimpang dari nilai-nilai universal. Dalam pengertian ini, strategi
dakwah dirancang untuk lebih menekankan upaya pemberdayaan masyarakat dalam
segala aspek kehidupan, dibutuhkan dakwah yang berorientasi pada sosial budaya.
Karena strategi dakwah yang berkembang pada zaman Rasulullah termasuk dalam
gerakan menuju adanya transformasi sosial. Oleh karenanya, dakwah digambarkan
sebagai adanya gerakan pembebasan dari suatu eksploitasi, kemudian dominasi, serta
penindasan dan ketidakadilan dalam segala aspeknya.
Strategi dakwah ke depan harus memiliki beberapa agenda, antara lain:
Mendasarkan proses dakwah pada sisi kepentingan oleh masyarakat.
Mengintensifkan pola hubungan dan terlibatnya masyarakat.
Fasilitasi komunitas sehingga Anda dapat memecahkan masalah Anda dan
mencapai transformasi sosial yang Anda inginkan.
Dalam berdakwah sebagai salah satu strateginya, karena media televisi dan
kepentingan media memiliki pengaruh langsung yang sangat kuat terhadap
penggunanya. Karena masyarakat saat ini tidak hanya mengandalkan ulama sebagai
satu-satunya sumber untuk memperoleh ilmu agama.6
6
Awaludin Pimay, “Dinamika Dakwah Islam Modern”, dalam jurnal ilmu dakwah (Semarang : Walisongo,
2021) hal. 52-53
9
murah dan kapan saja. Hal ini tentu patut disambut optimis dan patut diapresiasi
lantaran meningkatnya animo umat Islam menikmati dakwah di medsos bisa diartikan
sebagai meningkatnya kesalehan kaum muslim. Lihat saja betapa menjamurnya
pengajian online di kanal-kanal medsos, mulai dari Facebook, YouTube,
Instagram dan platform media sosial lainnya.
Namun, di sisi lain fenomena dakwah digital di media sosial juga menimbulkan
sejumlah dampak negatif. Antara lain menjamurnya ustadz medsos yang hanya
berdakwah hanya bermodalkan keterkenalan alias popularitas, penampilan yang
menarik dan gaya tutur atau komunikasi yang atraktif. Fenomena ini sebenarnya sudah
ada jauh hari sejak mewabahnya dakwah Islam melalui televisi yang memunculkan
sejumlah nama ustadz selebritis. Greag Fealy dan Sally White dalam
bukunya Expressing Islam: Religious Life and Politics in Indonesia menyebutkan
bahwa fenomena tele-dai atau pendakwah populer di televisi merupakan akumulasi dari
perkembangan dakwah Islam yang bertemu dengan kepentingan kapitalistik industri
media televisi. Apa yang terjadi di ranah media sosial agaknya hanya menduplikasi apa
yang telah terjadi di dunia televisi. Nuansa komodifikasi agama dalam dakwah di media
sosial pun agaknya tidak dapat dinafikan.
Selain itu, menjamurnya ustadz medsos yang rajin melakukan dakwah di ranah
digital juga diwarnai oleh banyaknya konten dakwah yang bisa dibilang menyimpang.
Dangkalnya pemahaman keislaman para pendakwah di media sosial kerapkali
melahirkan kesalahpahaman dalam memahami ajaran Islam. Alhasil, materi dakwah
mereka pun tidak jarang menyinggung satu kelompok, membuat resah publik dan
menimbulkan perpecahan umat. Lebih parah dari itu, banyak materi dakwah di medsos
yang disusupi oleh paham radikal keagamaan yang berlawanan dengan dasar dan
falsafah negara, yakni Pancasila. Dalam perkembangan selanjutnya, fenomena dakwah
digital di medsos lebih banyak mengarah pada penyimpangan. Dakwah digital di
medsos menjadi seperti ruang publik terbuka yang tidak berisi pencerahan, alih-alih
pembodohan dan penyesatan. Alhasil, terjadi pendangkalan atas pemahaman ajaran
Islam di tengah masyarakat.7
7
Nurrochman, “Dakwah Digital, Ustadz Medsos dan Pendangkalan Islam”, dalam arsip artikel informasi
damai (Bogor : Jalan Damai, 2023) hal. 1
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah dalam arti paling sempit adalah memanggil dan mengajak seseorang
atau sekelompok orang untuk mengamalkan ajaran Islam. Sementara itu, arti yang
lebih luas dakwah bisa dipahami sebagai upaya peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, pengentasan kemiskinan, memerangi kebodohan dan keterbelakangan, serta
pembebasan. Dalam kehidupan modern, dakwah harus berorientasi kepada mad'u
dengan pendekatan "bil hikmah wal mauizah hasanah dan dengan pemanfaatan media
(bi al-tadwin). Langkah tersebut juga dimbangi dengan para da'i -baik individu maupun
kelompok yang berkualitas, mempunyai pengetahuan serta wawasan yang luas,
menguasai pesan atau materi dakwah, metode, dan media yang relevan dengan melihat
kondisi dan situasi pada kemajuan masyarakat modern yang sedang dihadapinya.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa masih banyak ulama yang masih
melakukan dakwah dengan cara konvensional. Di zaman modern dakwah diharuskan
mampu mengikuti perkembangan zaman dalam penyebarannya, yaitu melalui media
social. Dimana hampir seluruh kalangan masyarakat mengenal internet dan media
sosialnya maka jika dakwah menampakkan diri dalam kemajuan teknologi di zaman
modern ini dakwah akan menjadi awam bagi masyarakat. Oleh karena itu dakwah
perlu menerapkan e-dakwah, yaitu pelaksanaan dakwah melalui bantuan teknologi
informasi, terutama internet. Dimana internet ini adalah hal yang sudah sangat awam
bagi masyarakat.7
B. Saran
Manusia tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil sikapnya, kadang-kadang
manusia berbuat yang tidak masuk akal. Oleh sebab itu, manusia perlu sekali tahu
mengenai diri. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini,
baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat kami
harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
7
Awaludin Pimay, “Dinamika Dakwah Islam Modern”, dalam jurnal ilmu dakwah (Semarang : Walisongo,
2021) hal. 55-56
12
ini. Semoga dengan berbagai kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan
manfaat dari mempelajari mata kuliah Filsafat Dakwah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pimay, Awaludin. 2021. “Dinamika Dakwah Islam Modern” dalam jurnal ilmu
dakwah (hlm. 1-2). Semarang : Walisongo
Maulina, Dini maulina, 2021. “Dakwah Sebagai Media Integritasi Agama dan
Ilmu Pengetahuan” dalam jurnal Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (hlm. 104) Banda
Aceh : PKP
Pimay, Awaludin. 2021. “Dinamika Dakwah Islam Modern” dalam jurnal ilmu
dakwah (hlm. 50-51). Semarang : Walisongo
Ahmad, Nur. 2013. “Tantangan Dakwah di Era Teknologi dan Informasi”
dalam jurnal Komunikasi Penyiaran Islam (hlm. 21-22) Kudus : AT-TABSYIR
Zulkarnaini. “Dakwah Islami di Era Modern” dalam jurnal risalah (hlm. 1)
Yogyakarta : Jurnal Dakwah
Pimay, Awaludin. 2021. “Dinamika Dakwah Islam Modern” dalam jurnal ilmu
dakwah (hlm. 52-53). Semarang : Walisongo
Nurrochman. 2023. “Dakwah Digital, Ustadz Medsos dan Pendangkalan Islam”
dalam arsip artikel informasi damai (hlm. 1) Bogor : Jalan Damai
Pimay, Awaludin. 2021. “Dinamika Dakwah Islam Modern” dalam jurnal ilmu
dakwah (hlm. 55-56). Semarang : Walisongo
14