Anda di halaman 1dari 12

BAGAIMANA ISLAM MENGHADAPI TANTANGAN MODERENISASI

DISUSUN OLEH:
Addini Azizah (2310070150059)
Farmasi Klinis

Dosen Pembimbing:
SYAHRIZAL,S.Th,I.MA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul "Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan
Modernisasi". Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Pendidikan Agama Islam
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak
(Syahrizal, Sth,I, MA.) Selaku dosen pembimbing kami yang memberikan dorongan dan
masukan kepada penulis. Dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada semua pihak yang
terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini

Padang, 16 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................……………i


DAFTAR ISI....................................................................................................…………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................…………...1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................…………...1
C. Tujuan…………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN
A. Paradigma Umat Islam dalam Menghadapi Modernisasi.................…………..2
B. Konsep Islam terhadap Modernisasi……………………………………………3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................………….11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergulatan Islam dan modernitas merupakan salah satu permasalahan krusial yang
dihadapi oleh kaum Muslimin dewasa ini. Secara historis, proses modernisasi di dunia
Muslim sebenarnya sudah berlangsung lama, tepatnya sejak otoritas Islam sebagai kekuatan
politik merosot tajam pada abad ke–18 M. Negara-negara Eropa tidak sekedar melakukan
kolonialisasi tetapi lebih dari itu, mereka juga membawa misi untuk menancapkan mega
proyek yang disebut “modernisasi”, berupa paket besar dari Barat yang di dalamnya
terdapat ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, agama bahkan budaya. Akibat modernisasi
yang kadang-kadang terlihat sengaja dipaksakan itu, telah menimbulkan kontradiksi-
kontradiksi di dunia Islam khususnya Timur Tengah.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana Paradigma Umat Islam dalam Menghadapi Modernisasi ?
2. Bagaimana Konsep Islam terhadap Modernisasi?
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui Paradigma Umat Islam dalam Menghadapi Modernisasi
2. Mengetahui Konsep Islam terhadap Modernisasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Paradigma Umat Islam dalam Menghadapi Modernisasi


Modernisasi selalu terkait dengan liberalisme dan Hak Asasi Manusia. Dua hal
inivadalah anak kandung modernisasi yang tidak bisa ditolak kelahirannya. Makanya
ketikaseseorang membicarakan tentang modernisasi, maka pastilah akan membicarakan
tentangliberalisme. Dan di sisi lain juga membicarakan tentang HAM yang secara konseptual
dikaitkan dengan barat yang modern.Dengan demikian bicara modernisasi juga mesti
dikaitkan dengan barat.Liberalisme sebagai bagian dari proyek modernisasi tentunya
merupakan tantangan yangsangat serius kepada agama. Sebab agama dianggap sebagai
perwujudan daritradisionalisme yang momot dengan keterbelakangan, ketertinggalan dan
kemiskinanyang sangat kentara. Oleh karena itu ketika masyarakat ingin meninggalkan
duniatradisionalnya, maka yang pertama diambil adalah liberalisme atau kebebasan
untukmelakukan sesuatu dalam konteks pragmatisme.
Liberalisme kemudian tidak hanya menjadi suatu bentuk dari gaya hidupyang
menghinggapi kebanyakan orang yang ingin dianggap modern akan
tetapi juga menjadi pedoman unggul di dalam semua perilakunya. Ajaran agama yang berhub
ungan dengan ajaran yang dianggap membatasi kebebasan lalu ditinggalkandan juga
dianggap sebagai penghalang kemajuan. Agama dianggap sebagai penyebab tidak majunya
sebuah masyarakat. Sehingga agama dianggap sebagaicandu masyarakat, agama juga
dianggap sebagai kabar angin dari langit dansebagainya.

Menghadapi suatu bentuk tantangan liberalisme dan modernisasi ini, makaada tiga
sikap yang menghinggapi umat Islam, yaitu: menerima tanpa ada sikap dan pikiran kritis
sedikit pun. Apa yang ada di barat itulah yang dilakukannya. Apa yangdatang dari barat
adalah sebuah kebaikan. Barat identik dengan kemajuan dankehebatan. Jadi agar menjadi
modern maka harus mengikuti seluruh tradisi yangdatang dari barat. Kehidupan yang serba
permisif juga menjadi trennya. Lalumenolak apa saja yang datang dari barat. Semua yang
dari barat harus ditolak dandisingkirkan.

Kemudian, sikap yang diambil oleh sebagian masyarakat lainnya adalahmenerima


dengan sikap kritis. Ada anggapan bahwa ada budaya barat yang positifdan ada budaya barat
yang negatif. Makanya, di dalam suatu tindakan yang diambiladalah dengan mengambil
budaya barat yang positif dan membuang budaya baratyang negatif.

Handphone adalah produk budaya barat yang lebih banyak positifnya.Dengan alat ini
maka jarak tidak lagi menghalangi orang untuk berkomunikasi satudengan lainnya. Bisa
orang berbicara tentang hal-hal yang santai sampai urusan bisnis internasional dapat dikelola
dengan teknologi tersebut. Namun demikian, tidak selamanya Handphone itu positif. Kalau
yangdisimpan di dalam handphone adalah perkara kemungkaran, maka yang terjadiadalah
kejelekan. Akan tetapi, kalau yang disimpan di dalam handphone tersebutadalah ayat Al-
Quran, dan Al-Quran itu dibaca dan dipahami pastilah handphone memiliki sifat
menguntungkan dan juga bermanfaat.Oleh karena itu, masyarakat harus memilih mana yang
dianggap manfaatdan mana yang dianggap mudarat. Jadi tetap saja ada yang manfaat dan ada
yangmudarat dari budaya barat yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, maka umatIslam
harus cerdas mengambil sikap di tengah bentuk modernisasi yang tidak bisa dilawan ini.
Masyarakat Islam harus menjadi modern tetapi harus tetap berada didalam koridor ajaran
Islam yang selalu mengagungkan terhadap penetapan nilainorma-norma yang selalu berguna
bagi umat manusia.

B. Konsep Islam terhadap Modernisasi


Kata ilmu diambil dari bahasa Arab,alima-ya”lamu-ilmanartinyamengetahui,
pengetahuan. Secara etimologis,ilmun artinya jelas, terang, baik proses perolehannya
maupun kajiannya. Kata ilmun dalam Al-Quran di ungkapsebanyak 854 kali. Kata ini
digunakan untuk mengetahui objek pengetahuan dan proses untuk mendapatkannya sehingga
diperoleh suatu bentuk kejelasan.Pengetahuan diperoleh manusia dengan cara
memperdayakan panca indra terhadapsegala objek.Dengan demikian, pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui manusiamelalui tangkapan pancaindra dan hati (al-qalb). Adapun
Ilmu dalam arti sainsatau ilmu pengetahuan atau disebut juga pengetahuan ilmiah adalah
suatu sistem pengetahuan yang menyangkut suatu bidang pengalaman tertentu dan
disusunsedemikian rupa dengan metodologi tertentu sehingga menjadi satu kesatuan.Masing-
masing sistem diperoleh sebagai hasil penyelidikan dan pengkajian yangdilakukan secara
teliti dengan menggunakan metode-metode tertentu.Islam tidak membedakan antara satu
disiplin ilmu dan disiplin ilmulainnya. Semua disiplin ilmu dipandang penting dan mulia di
sisi Allah. Demikian juga, mulialah orang yang mempelajari, menguasai, dan
mengembangkannya.Orang yang menguasai disiplin ilmu disebut‘alim (jamak:‘ulama).
Orang yang berilmu oleh Allah SWT akan dianugerahi kedudukan istimewa. Perhatikan
firmanAllah berikut ini :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

“berlapang-lapanglah kamu dalam majelis”, maka lapangkanlah. Niscaya Allahakan memberi


kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. DanAllah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Mujadalah, 58:11).

1. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)sangat urgen bagi
kehidupan umat manusia. Tanpa menguasai IPTEKmanusia akan tetap dalam lumpur
kebodohan, keterbelakangan dankemiskinan. Penguasaan manusia terhadap IPTEK dapat
mengubaheksistensi manusia dari yang semula manusia sebagai abdullah menjadi
khalifatullah. Oleh karena itu, Islam menetapkan bahwa hukummempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah wajib. Tanpamenguasai IPTEK umat manusia akan
mengalami banyak hambatan dankesulitan dalam menjalani kehidupan di jagat raya ini.
Pada zaman modern seperti sekarang ini, ukuran maju tidaknyasuatu bangsa justru
diukur dari penguasaan bangsa itu terhadap IPTEK. Jikasuatu bangsa itu menguasai IPTEK,
maka bangsa tersebut dikategorikansebagai bangsa yang maju. Sebaliknya, jika suatu
bangsa itu tertinggaldalam penguasaan IPTEK, maka bangsa itu dipandang sebagai bangsa
yang belum maju atau biasa disebut bangsa tertinggal atau disebut bangsa berkembang.
Supaya bangsa Indonesia masuk ke dalam kelompok bangsa yang maju, maka kita wajib
berusaha sekuat tenaga untuk dapat menguasai bidang IPTEK dan mewujudkan IPTEK
untuk kemaslahatan umat manusia.

2. Bidang Ekonomi
Segala bentuk transaksi yang berkaitan dengan produksi, distribusi,dan pemasaran
barang dan jasa yang mendatangkan keuntungan finansialitu merupakan kegiatan ekonomi.
Menurut A. M. Saefudin (1997) ada enam pokok perekonomian, yaitu:
a. Barang dan jasa yang di produksi.
b. Sistem produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barangdan jasa tersebut.
c. Sistem distribusi yang berlaku di antara para pelaku ekonomi.
d. Efisiensi dalam menggunakan faktor-faktor produksi
e. Antisipasi terhadap fluktuasi pasar mulai dari inflasi, resesi, depresi,dan lain- lain.
f. Ikhtiar manajemen produksi dan distribusi agar efisien.
Prinsip ekonomi konvensional berbeda dengan prinsip ekonomiIslam. Ekonomi
konvensional berprinsip “berkorban sekecil-kecilnya untukmendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya”. Suatu prinsip ekonomi tersebut dipergunakan oleh pedagang dan
pengusaha semata-mata untukmencari keuntungan. Dengan modal seadanya pedagang dan
pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan yang sebesar-besarnya atau dengan alatsekecil-
kecilnya. Pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhansecara maksimal.
3. Bidang Politik
Politik dalam Islam disebut siyāsah, merupakan bagian integral (takterpisahkan) dari
fikih Islam. Salah satu objek kajian fikih Islam adalah siyāsah atau disebut fikih politik.
Fikih politik secara global membahasmasalah-masalah berkaitan dengan ketataneg siyāsah
dusturiyyah),hukum internasional ( siyāsah dauliyyah), dan hukum yang mengatur
politikkeuangan negara ( siyāsah māliyyah).
a. Siyāsah dusturiyah
(Hukum tata negara)Materi yang dikaji tentang cara dan metode
suksesikepemimpinan, kriteria seorang pemimpin, hukum mewujudkankepemimpinan
politik, pembagian kekuasaan (eksekutif, legislatifdan yudikatif), institusi pertahanan
keamanan, institusi penegakanhukum (kepolisian) dan lain-lainnya.
b. iyāsah dauliyyah
(Hukum politik yang dapat mengatur hubunganinternasional)Objek kajiannya
adalah hubungan antar-negara Islamdengan sesama negara Islam, hubungan negara Islam
dengan negaranon-muslim, hubungan bilateral dan multilateral, hukum perang dandamai,
gencatan senjata, hukum kejahatan perang dan lain-lain. c.
c. Siyāsah māliyah
(Hukum politik yang mengatur keuangan negara)Konten yang dibahas adalah
sumber-sumber keuangannegara, distribusi keuangan negara, perencanaan anggaran
negaradan penggunaannya, pengawasan dan pertanggungjawaban penggunaan keuangan
negara dan pilantropi Islam.Kesalahpahaman terhadap Islam sering muncul dari ranah
politik.Tidak sedikit orang menilai bahwa Islam disebarkan tiada lain dengan politik
kekerasan bukan dengan cara dakwah dan kultural. Perang, jihad,negara Islam menjadi
bentuk salah paham sebagai metodologi dan tujuanakhir.
4. Bidang Pendidikan
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadisnya, “Tuhanku telah mendidik
aku, dan Tuhanku memberikan pendidikan dengan cara yang amat baik kepadaku”.
Sehingga tujuan pendidikan dalam Islam adalah merealisasikan ubudiah kepada
Allah baik secara individu maupunmasyarakat dan mengimplementasikan khilafah
dalam kehidupan untukkemajuan umat manusia. Untuk mewujudkan tujuan luhur
tersebut,menurut An-Nahlawi, Islam mengemukakan tiga metode yaitu:
a. Pedagogis psikologis yang lahir dalam dirinya. Pendorongnyaadalah rasa khauf
dan cinta kepada Allah, serta ketaatan untukmelaksanakan syariat-Nya karena
ingin menghindarkan kemurkaandan azab-Nya serta mendapat pahala-Nya.
b. Saling menasihati antar-individu dan masyarakat agar menepatikebenaran dan
menetapi kesabaran. Masyarakat, yang cinta kepadasyariat Allah dan segala
kehormatannya, tidak akan pernahmembiarkan kemungkaran dan tidak akan
pernah membenarkan pengabaian salah satu pokok-pokok ajaran Islam seperti
salat, zakat, puasa, haji dan jihad.
c. Menggunakan jalur kekuasaan untuk mengamankan hukum bagimasyarakat
muslim sehingga keamanan berjalan stabil danmasyarakat menikmati keadilan
hukum.Ketiga metode tersebut saling mendukung dalam merealisasikannilai-
nilai Islami di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Kehidupanserupa ini,
oleh An-Nahlawi dinyatakan akan lebih mungkin mencapaikesempurnaan,
kemajuan budaya, kesenangan, kegotong-royongan,ketenteraman, dan istikamah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modernitas yang melanda dunia Umat Islam, dengan segala bentuk efek
positif-negatifnya, menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh umat Islam ditengah
kondisinya yang sedang terpuruk di saat ini. Umat Islam dituntut bekerjaekstra keras
untuk dapat mengembangkan segala potensinya untuk menyelesaikan
permasalahannya. Tajdid sebagai upaya menjaga dan melestarikan ajaran
Islammenjadi pilihan yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh umat Islam.
Upayatajdid harus terus dilakukan, tidak boleh berhenti meski memerlukan biaya
yang besar. Sejalan dengan perkembangan budaya dan pola berpikir masyarakat
yangmaterialistis dan sekularis, maka nilai yang bersumberkan agama
belumdiupayakan secara optimal. Agama dipandang sebagai salah satu aspek
kehidupanyang hanya berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual, karena
itu nilaiagama hanya menjadi salah satu bagian dari sistem nilai budaya; tidak
mendasarinilai budaya secara keseluruhan. Fungsi sosial agama adalah memberi
kontribusiuntuk mewujudkan dan mengekalkan suatu orde sosial (tatanan
kemasyarakatan).Secara sosiologis memang tampak ada korelasi positif antara agama
dan integrasimasyarakat; agama merupakan elemen perekat dalam realitas masyarakat
yang pluralistis.
DAFTAR PUSTAKA

Akmalia, K., Nurkhalis, N., & Wildan, R. (2021). Islam dan Tantangan Moderinitas Perspektif
Nurcholish Madjid. Jurnal Pemikiran Islam, 2(1), 178.
https://doi.org/10.22373/jpi.v2i1.11315
Arsi, Aa., & Nilda Miftahul Janna, D. (2021). Peranan Agama Menghadapi Modernisasi. Journal
Mistar, 1, 1–3.
Cahyani, I., Ainurfitri, Z., & Hanndayani, S. (2017). Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan
Modernisasi. 1–22
Harahap, Syahrin. 2015.Islam dan Modernitas: Dari Teori Modernisasi Hingga Penegakan
Kesalehan Modern.Yogyakarta: Kencana.
Sutrisno & Suyatno. 2015.Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern.Yogyakarta: Kencana
Hajriyaah, H. B. (2020). Modeernisasi Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Industri 4.0.
MOMENTUM : Jurnal Sosial Dan Keagamaan, 9(1), 42–62.
https://doi.org/10.29062/mmt.v9i1.64
Munnir, M. (2018). Modernisasi Penndidikan Islam Dalam Perspektif Nurcholish Maadjid.
Journal EVALUASI, 1(2), 202. https://doi.org/10.32478/evaluasi.v1i2.73
Rusydi, M. (2019). Modernnitas Dan Globalisasi: Taantangan Bagi Peradaban Islam. TAJDID:
Jurnal Ilmu Ushuluddin, 17(1), 91– 108. https://doi.org/10.30631/tjd.v17i1.67
Sugiyoono. (2018). Eduucational Research Methods Quantitative, Qualitative, and R&D
Approaches. Alfa Beta, 114, 6–46.
Modernisasi, Tt. (2014). Bab 8 Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi? 212–234.
Munajah, N. (2021). Agama Dan Taantangan Modernitas. Tahdzib Al Akhlak |, 83(1), 83–92.

Anda mungkin juga menyukai