DISUSUN OLEH:
Addini Azizah (2310070150059)
Farmasi Klinis
Dosen Pembimbing:
SYAHRIZAL,S.Th,I.MA
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Paradigma Umat Islam dalam Menghadapi Modernisasi.................…………..2
B. Konsep Islam terhadap Modernisasi……………………………………………3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................………….11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergulatan Islam dan modernitas merupakan salah satu permasalahan krusial yang
dihadapi oleh kaum Muslimin dewasa ini. Secara historis, proses modernisasi di dunia
Muslim sebenarnya sudah berlangsung lama, tepatnya sejak otoritas Islam sebagai kekuatan
politik merosot tajam pada abad ke–18 M. Negara-negara Eropa tidak sekedar melakukan
kolonialisasi tetapi lebih dari itu, mereka juga membawa misi untuk menancapkan mega
proyek yang disebut “modernisasi”, berupa paket besar dari Barat yang di dalamnya
terdapat ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, agama bahkan budaya. Akibat modernisasi
yang kadang-kadang terlihat sengaja dipaksakan itu, telah menimbulkan kontradiksi-
kontradiksi di dunia Islam khususnya Timur Tengah.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana Paradigma Umat Islam dalam Menghadapi Modernisasi ?
2. Bagaimana Konsep Islam terhadap Modernisasi?
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui Paradigma Umat Islam dalam Menghadapi Modernisasi
2. Mengetahui Konsep Islam terhadap Modernisasi
BAB II
PEMBAHASAN
Menghadapi suatu bentuk tantangan liberalisme dan modernisasi ini, makaada tiga
sikap yang menghinggapi umat Islam, yaitu: menerima tanpa ada sikap dan pikiran kritis
sedikit pun. Apa yang ada di barat itulah yang dilakukannya. Apa yangdatang dari barat
adalah sebuah kebaikan. Barat identik dengan kemajuan dankehebatan. Jadi agar menjadi
modern maka harus mengikuti seluruh tradisi yangdatang dari barat. Kehidupan yang serba
permisif juga menjadi trennya. Lalumenolak apa saja yang datang dari barat. Semua yang
dari barat harus ditolak dandisingkirkan.
Handphone adalah produk budaya barat yang lebih banyak positifnya.Dengan alat ini
maka jarak tidak lagi menghalangi orang untuk berkomunikasi satudengan lainnya. Bisa
orang berbicara tentang hal-hal yang santai sampai urusan bisnis internasional dapat dikelola
dengan teknologi tersebut. Namun demikian, tidak selamanya Handphone itu positif. Kalau
yangdisimpan di dalam handphone adalah perkara kemungkaran, maka yang terjadiadalah
kejelekan. Akan tetapi, kalau yang disimpan di dalam handphone tersebutadalah ayat Al-
Quran, dan Al-Quran itu dibaca dan dipahami pastilah handphone memiliki sifat
menguntungkan dan juga bermanfaat.Oleh karena itu, masyarakat harus memilih mana yang
dianggap manfaatdan mana yang dianggap mudarat. Jadi tetap saja ada yang manfaat dan ada
yangmudarat dari budaya barat yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, maka umatIslam
harus cerdas mengambil sikap di tengah bentuk modernisasi yang tidak bisa dilawan ini.
Masyarakat Islam harus menjadi modern tetapi harus tetap berada didalam koridor ajaran
Islam yang selalu mengagungkan terhadap penetapan nilainorma-norma yang selalu berguna
bagi umat manusia.
2. Bidang Ekonomi
Segala bentuk transaksi yang berkaitan dengan produksi, distribusi,dan pemasaran
barang dan jasa yang mendatangkan keuntungan finansialitu merupakan kegiatan ekonomi.
Menurut A. M. Saefudin (1997) ada enam pokok perekonomian, yaitu:
a. Barang dan jasa yang di produksi.
b. Sistem produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barangdan jasa tersebut.
c. Sistem distribusi yang berlaku di antara para pelaku ekonomi.
d. Efisiensi dalam menggunakan faktor-faktor produksi
e. Antisipasi terhadap fluktuasi pasar mulai dari inflasi, resesi, depresi,dan lain- lain.
f. Ikhtiar manajemen produksi dan distribusi agar efisien.
Prinsip ekonomi konvensional berbeda dengan prinsip ekonomiIslam. Ekonomi
konvensional berprinsip “berkorban sekecil-kecilnya untukmendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya”. Suatu prinsip ekonomi tersebut dipergunakan oleh pedagang dan
pengusaha semata-mata untukmencari keuntungan. Dengan modal seadanya pedagang dan
pengusaha berusaha memenuhi kebutuhan yang sebesar-besarnya atau dengan alatsekecil-
kecilnya. Pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi kebutuhansecara maksimal.
3. Bidang Politik
Politik dalam Islam disebut siyāsah, merupakan bagian integral (takterpisahkan) dari
fikih Islam. Salah satu objek kajian fikih Islam adalah siyāsah atau disebut fikih politik.
Fikih politik secara global membahasmasalah-masalah berkaitan dengan ketataneg siyāsah
dusturiyyah),hukum internasional ( siyāsah dauliyyah), dan hukum yang mengatur
politikkeuangan negara ( siyāsah māliyyah).
a. Siyāsah dusturiyah
(Hukum tata negara)Materi yang dikaji tentang cara dan metode
suksesikepemimpinan, kriteria seorang pemimpin, hukum mewujudkankepemimpinan
politik, pembagian kekuasaan (eksekutif, legislatifdan yudikatif), institusi pertahanan
keamanan, institusi penegakanhukum (kepolisian) dan lain-lainnya.
b. iyāsah dauliyyah
(Hukum politik yang dapat mengatur hubunganinternasional)Objek kajiannya
adalah hubungan antar-negara Islamdengan sesama negara Islam, hubungan negara Islam
dengan negaranon-muslim, hubungan bilateral dan multilateral, hukum perang dandamai,
gencatan senjata, hukum kejahatan perang dan lain-lain. c.
c. Siyāsah māliyah
(Hukum politik yang mengatur keuangan negara)Konten yang dibahas adalah
sumber-sumber keuangannegara, distribusi keuangan negara, perencanaan anggaran
negaradan penggunaannya, pengawasan dan pertanggungjawaban penggunaan keuangan
negara dan pilantropi Islam.Kesalahpahaman terhadap Islam sering muncul dari ranah
politik.Tidak sedikit orang menilai bahwa Islam disebarkan tiada lain dengan politik
kekerasan bukan dengan cara dakwah dan kultural. Perang, jihad,negara Islam menjadi
bentuk salah paham sebagai metodologi dan tujuanakhir.
4. Bidang Pendidikan
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadisnya, “Tuhanku telah mendidik
aku, dan Tuhanku memberikan pendidikan dengan cara yang amat baik kepadaku”.
Sehingga tujuan pendidikan dalam Islam adalah merealisasikan ubudiah kepada
Allah baik secara individu maupunmasyarakat dan mengimplementasikan khilafah
dalam kehidupan untukkemajuan umat manusia. Untuk mewujudkan tujuan luhur
tersebut,menurut An-Nahlawi, Islam mengemukakan tiga metode yaitu:
a. Pedagogis psikologis yang lahir dalam dirinya. Pendorongnyaadalah rasa khauf
dan cinta kepada Allah, serta ketaatan untukmelaksanakan syariat-Nya karena
ingin menghindarkan kemurkaandan azab-Nya serta mendapat pahala-Nya.
b. Saling menasihati antar-individu dan masyarakat agar menepatikebenaran dan
menetapi kesabaran. Masyarakat, yang cinta kepadasyariat Allah dan segala
kehormatannya, tidak akan pernahmembiarkan kemungkaran dan tidak akan
pernah membenarkan pengabaian salah satu pokok-pokok ajaran Islam seperti
salat, zakat, puasa, haji dan jihad.
c. Menggunakan jalur kekuasaan untuk mengamankan hukum bagimasyarakat
muslim sehingga keamanan berjalan stabil danmasyarakat menikmati keadilan
hukum.Ketiga metode tersebut saling mendukung dalam merealisasikannilai-
nilai Islami di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Kehidupanserupa ini,
oleh An-Nahlawi dinyatakan akan lebih mungkin mencapaikesempurnaan,
kemajuan budaya, kesenangan, kegotong-royongan,ketenteraman, dan istikamah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modernitas yang melanda dunia Umat Islam, dengan segala bentuk efek
positif-negatifnya, menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh umat Islam ditengah
kondisinya yang sedang terpuruk di saat ini. Umat Islam dituntut bekerjaekstra keras
untuk dapat mengembangkan segala potensinya untuk menyelesaikan
permasalahannya. Tajdid sebagai upaya menjaga dan melestarikan ajaran
Islammenjadi pilihan yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh umat Islam.
Upayatajdid harus terus dilakukan, tidak boleh berhenti meski memerlukan biaya
yang besar. Sejalan dengan perkembangan budaya dan pola berpikir masyarakat
yangmaterialistis dan sekularis, maka nilai yang bersumberkan agama
belumdiupayakan secara optimal. Agama dipandang sebagai salah satu aspek
kehidupanyang hanya berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual, karena
itu nilaiagama hanya menjadi salah satu bagian dari sistem nilai budaya; tidak
mendasarinilai budaya secara keseluruhan. Fungsi sosial agama adalah memberi
kontribusiuntuk mewujudkan dan mengekalkan suatu orde sosial (tatanan
kemasyarakatan).Secara sosiologis memang tampak ada korelasi positif antara agama
dan integrasimasyarakat; agama merupakan elemen perekat dalam realitas masyarakat
yang pluralistis.
DAFTAR PUSTAKA
Akmalia, K., Nurkhalis, N., & Wildan, R. (2021). Islam dan Tantangan Moderinitas Perspektif
Nurcholish Madjid. Jurnal Pemikiran Islam, 2(1), 178.
https://doi.org/10.22373/jpi.v2i1.11315
Arsi, Aa., & Nilda Miftahul Janna, D. (2021). Peranan Agama Menghadapi Modernisasi. Journal
Mistar, 1, 1–3.
Cahyani, I., Ainurfitri, Z., & Hanndayani, S. (2017). Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan
Modernisasi. 1–22
Harahap, Syahrin. 2015.Islam dan Modernitas: Dari Teori Modernisasi Hingga Penegakan
Kesalehan Modern.Yogyakarta: Kencana.
Sutrisno & Suyatno. 2015.Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern.Yogyakarta: Kencana
Hajriyaah, H. B. (2020). Modeernisasi Pendidikan Agama Islam Di Era Revolusi Industri 4.0.
MOMENTUM : Jurnal Sosial Dan Keagamaan, 9(1), 42–62.
https://doi.org/10.29062/mmt.v9i1.64
Munnir, M. (2018). Modernisasi Penndidikan Islam Dalam Perspektif Nurcholish Maadjid.
Journal EVALUASI, 1(2), 202. https://doi.org/10.32478/evaluasi.v1i2.73
Rusydi, M. (2019). Modernnitas Dan Globalisasi: Taantangan Bagi Peradaban Islam. TAJDID:
Jurnal Ilmu Ushuluddin, 17(1), 91– 108. https://doi.org/10.30631/tjd.v17i1.67
Sugiyoono. (2018). Eduucational Research Methods Quantitative, Qualitative, and R&D
Approaches. Alfa Beta, 114, 6–46.
Modernisasi, Tt. (2014). Bab 8 Bagaimana Islam Menghadapi Tantangan Modernisasi? 212–234.
Munajah, N. (2021). Agama Dan Taantangan Modernitas. Tahdzib Al Akhlak |, 83(1), 83–92.