Anda di halaman 1dari 55

Pengertian dan Luas Wilayah Kota Merauke

Pengertian Kota sebenarnya tidak dapat di artikan hanya


sebagai suatu wilayah yang di batasi secara fisik maupun
administrasi karena proses urbanisasi atau pengotaan suatu
wilayah tidak pernah berhenti dan akan terus tumbuh baik
secara vertikal maupun horisontal.

Tetapi dalam konteks perencanaan ruang kota maka di


perlukan suatu batasan wilayah kota sebagai daerah acuan
yang akan di rencanakan dan di tata pemanfaatan ruangnya.

KONDISI EKSISTING KOTA


MERAUKE.
Dalam prespektif geografis, wilayah kota adalah suatu kawasan
yang fungsi ruangnya bukan untuk kegiatan pertanian,
melainkan berupa suatu kawasan terbangun (built up area).

Dan secara administratif, kota Merauke hanya terdiri dari 8


daerah kelurahan saja, dari 15 kelurahan/ desa yang ada
di daerah administratif Distrik/ kecamatan Merauke.

Kedelapan kelurahan tersebut adalah Rimba jaya, Kelapa


lima, Maro, Mandala, samkai, karang indah, Bambu Pemali,
dan Seringgu jaya.

Kota Merauke ini Merupakan bagian dari kecamatan Meauke dengan batas
administratif pada bagian utara dengan kecamatan kurik, bagian barat berbatasan
dengan laut Arafuru, bagian timur baerbatasan dengan Negara Papua New Guinea,
dan bagian selatan dengan laut Arafuru.

KONDISI EKSISTING KOTA


MERAUKE.
Delapan daerah kelurahan ini
adalah hasil pemekaran pada
tahun 2000, yang tata batas
daerahnya masih belum
definitif. Sehingga untuk
memudahkan dalam
perencanaannya, maka akan
di jadikan batasan wilayah
adalah batasan geografis,
seperti jalan, sungai, hutan,
bukit,dll. Sehingga nantinya
ke depan,di harapkan wilayah
kota ini dapat menjadi suatu
daerah otonom dengan
pemerintahan kota tersendiri.

Luas wilayah Kota Merauke adalah 5.384 ha


atau proporsinya hanya 0,83% terhadap luas
kecamatan Merauke. Luas kecamatan KONDISI EKSISTING KOTA
Merauke sendiri 6.472 km atau 5,40% dari
luas Kabupaten Merauke.
MERAUKE.
Sumber RTRW kab. Merauke, halaman 50
Sumber RTRW kab. Merauke, halaman 53
Sumber RTRW kab. Merauke, halaman 55
Sumber RTRW kab. Merauke, halaman 58
Sumber RTRW kab. Merauke, halaman 70
PERKEMBANGAN KOTA MERAUKE PERIODE PEMERINTAHAN
KOLONIAL BELANDA (ZUID NEW GUINEA) 1902-1963
Pada tanggal 12 Februari 1902 kapal uap van Goens tiba di
sungai Maro, membawa Asisten Residen van Kroessen. Sebelumnya kapal
uap van Swoll dan Nias telah tiba Iebih dulu. Tanggal 13 Februan
1902, pos keamanan untuk keegiatan pemerintahan pemerintahan mulai
dibangun, dan pada tanggal 14 Februari 1902, yang berlokasi di Rumah
Sakit Umum sekarang. Kemudian bendera Belanda dikibarkan di pos
tersebut. Tempat ini dipilih karena merupakan sebuah lokasi yang baik
untuk mendirikan sebuah dermaga dan ada cukup banyak air.

Dari latar belakang sejarah, Nama kota ini diambil dari nama
sebuah sungai yang melintasi daerah Papua Bagian Selatan, yaitu Sungai
Maro. Nama kota Merauke terjadi karena kesalah pahaman bahasa antara
pendatang (orang-orang Belanda) dan suku Marind (penduduk asli
Kabupaten Merauke). Ketika para pendatang menanyakan kepada
penduduk asli, apa nama sebuah perkampungan ini, mereka menjawab "
Maro-ke" yang sebenarnya berarti "itu sungai Maro". Orang Marind
berpikir bahwa Sungai Maro lebih penting dari nama tempat sebuah hutan,
yaitu Gandin.

KOTA MERAUKE 1902


Diperkirakan sebagai lokasi pembangunan pos Pemerintahan Belanda
Urutan waktu proses pendirian pemerintahan di Merauke :

Sampai tahun 1900 daerah Merauke masih dibawah pemerintahan


Keresidenan Ternate dalam kekuasaan Sultan Tidore dan sudah ada
hubungan antara penduduk pribumi dengan dunia luar.

Pada bulan Oktober sampai Desember 1900 diadakan observasi dalam


rangka rencana pembukaan pemerintahan tersendiri berkedudukan di
Merauke terlepas dari Keresidenan Ternate.

Tanggal 18 Juni 1901 diterbitkan Surat Keputusan Gubernur


No.25/Staatblad 1901 No.239 tentang pembagian wilayah barat dan selatan
Nieuw Guinea.

Tanggal 7 Oktober 1901 diadakan kontrak persetujuan antara Sultan Tidore


dengan Gubernur Jenderal tentang wilayah Nieuw Guinea Selatan menjadi
urusan gubernur yang ditindak lanjuti dengan Surat Keputusan Gubernur
tanggal 23 Nopember 1901 No.26.

PELAKSANAAN PEMERINTAH
BELANDA DI MERAUKE
Pada tahun 1902-1920 dihabiskan untuk mengokohkan kota
Merauke. Karena Merauke berada langsung di bawah kontrol
pemerintahan, maka Gubernur Jenderal meminta ijin untuk melakukan
perdagangan dan pemerintahan kolonial mengijinkan pungutan pajak,
tetapi pertanian dan pertambangan dilarang.

Bangunan-bangunan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda


1902-1963 :
Kantor Residen Pompa Bensin
Pelabuhan Penggilingan Padi
Kantor Pos Bangunan Toko
Sekolah Hunian untuk penderita lepra
Merauke Ziekenhuis
PTT (Post Telephone Telegraph)
RWD (Residen waterstap Dins)
KLM (Konengkleke Luchvaart Maskapai)
HPB (Hofp Platlek Bstuir)
Perumahan Pegawai Belanda
Pompa Air
Gereja (Katolik & Kristen)
Keuskupan
Kantor Residen 1920
Kantor Pos Merauke 1920
Bangunan Sekolah :
SMP Negeri I Lama
Merauke Ziekenhuis 1920
(RSUD)
RWD (Residen waterstap Dins)
1920
BANDAR UDARA MOPAH
MERAUKE

KLM (Konengkleke Luchvaart


Maskapai)
Perumahan Pegawai Belanda, Jl. Sukarelawan
1930-1940
Gereja Pniel 1920
Keuskupan Agung Merauke
1950
Pompa Bensin 1920
Toko Lima 1920
Pada Tahun1942 terjadi perang dunia II, area kota Merauke
dihancurkan oleh Jepang. Kemudian setelah selesai perang
dunia II, area kota dibangun kembali.
SKEMA PERKEMBANGAN KOTA
MERAUKE 1902-1963
SKEMA PERKEMBANGAN KOTA MERAUKE
1902-1963

1902-1910 1920-1930 1940-1950

1910-1920 1930-1940 1950-1960


BATAS WILAYAH KOTA MERAUKE 1902-1963

Pada tahun 1902-1963, batas wilayah kota Merauke yaitu


dari area pelabuhan hingga toko saudara.
PERKEMBANGAN KOTA MERAUKE PERIODE
PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA
(PAPUA)
1963-HINGGA SEKARANG
MASA SESUDAH KMB

*Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) telah mengakhiri


perselisihan Indonesia-Belanda namun bukan berarti KMB
telah menuntaskan semua masalah, salah satunya adalah
masalah Irian Jaya.

*Selepas kepergian Jepang dari Irian pada tahun 1944 Irian


dikuasai kembali oleh Belanda, Merauke merupakan kota
pertama di Irian yang diduduki kembali oleh Belanda saat itu
sudah ada orang Indonesia sebagian diantaranya adalah eks-
tapol yang lainnya adalah personil tambahan Belanda.
Di Merauke walaupun dilarang pemerintah Belanda para
buruh dan eks digulis mendirikan beberapa organisasi
diantaranya:
PPKO (Persatuan Penolong Kesengsaraan Oemoem)
Jong Kei
PRI (Persatuan Rakyat Indonesia)
PSP45 (Persatuan Semangat Pemuda 1945) Pada tahun 1952
Nederlands Nieuw Guinea (Irian) dibagi menjadi 3 wilayah:
Noord Nieuw Guinea ibukota Hollandia (Jayapura)
Zuid Nieuw Guinea ibukota Merauke
West Nieuw Guinea ibukota Sorong
TRIKORA

pada tanggal 17 Agustus 1960 hubungan diplomatik dengan


Belanda diputus dan perjuangan terus ditingkatkan. Dewan
pertahanan merumuskan Tri Komando Rakyat ( Trikora )
yang kemudian diucapkan Presiden Sukarno di Yokyakarta
pada tanggal 19 Desember 1961.
Tanggal 15 Agustus 1962 diadakan perjanjian New York
1 Oktober 1962, Pemerintah Belanda menyerahkan
administrasi pemerintahan kepada UNTEA;
1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan administrasi pemerintahan
ke RI
Pada 4 Juni 1962, di Merauke atau
tepatnya di Distrik Tanah Miring
untuk pertama kalinya dilakukan
penerjunan pasukan RPKAD TNI di
bawah pimpinan Mayor LB.
Moerdani. Penerjunan ini dilakukan
dalam rangka pembebasan Irian Barat
dari penjajan Belanda. Untuk
mengenang LB Moerdani tanggal 2
Oktober 1989 diresmikanlah
berdirinya monumen ini. Monumen
LB Moerdani berbentuk patung
seorang tentara yang sedang terjun
dengan memegang senapan laras
panjang lengkap dengan parasutnya.
Pada monumen yang berjarak sekitar
15 kilometer dari pusat kota ini
terdapat tulisan yang berbunyi
Disini Daerah Penerjunan Dalam
Rangka Pembebasan Irian Barat Yang
Dipimpin Oleh Mayor L. Benny
Moerdani Pada Tanggal 4 Juni 1962.
PEPERA

Pepera dilaksanakan di Merauke tanggal 14 Juli 1969


Tugu Pepera Merauke
Tabel Perbandingan Peserta DMP dan Total Penduduk Papua
Tahun 1969
Setelah berada dalam NKRI
Merauke dipimpin oleh beberapa Bupati antara lain:

*Suyitno (Residen 1962-1963)


*Drs. Anwar Ilmar (1963-1966)
*G. Darmowidigdo (1966-1975)
*Drs. J.Pattipi (1975-1984)
*T.M. Gebze ( 1984-1985)
*Muhadi (1990-2000)
*R.Soekardjo (1990-2000)
*Drs. Johanes Gluba Gebze (2000- 2010)
*Drs. Romanus Mbaraka ( Bupati Sekarang)
*
Pelabuhan Merauke kini
TRANSMIGRASI

* Program transmigrasi di Merauke bahkan sudah dimulai sejak tahun


1964, Angka resmi transmigrasi ke Merauke sejak tahun 1964 adalah
sebesar 12.064 keluarga plus 1.712 keluarga lokal yang menetap di lokasi
transmigrasi.

* Pada tahun 1992 163 keluarga meninggalkan lokasi transmigrasi karena


kurangnya persiapan dan kondisi kekeringan, para transmigran ini
kemudian mencari peruntungan di Kota Merauke dan jumlahnya kian
bertambah setiap tahunnya

* Tahun2000 Pemerintah provinsi mendesak pemerintah pusat untuk


menghentikan pengiriman keluarga transmigran ke Papua dan mulai
memberdayakan warga Papua
Peta wilayah Kababupaten Merauke
Saat ini Merauke telah terdapat fasilitas umum seperti:
*Rumah Sakit
*Sekolah
*Universitas dan Sekolah Tinggi
*Bank
*Bandara dengan 2 pesawat Boeing milik pemerintah daerah
*Pelabuhan
*dsb
Pola perkembangan Kota
Merauke pada masa
pemerintahan Belanda
merupakan perkembangan
yang direncanakan walaupun
masih berpusat disekitar
wilayah pelabuhan,
perencanaan kota dapat
dilihat dari penataan
pemukiman, pusat
pelayanan, perdagangan,
kantor pemerintahan, tempat
ibadah, dan lain lain. Kota lama Merauke 1902-1963
Sumber : wikimapia.org

POLA PERKEMBANGAN KOTA MERAUKE


Setelah perpindahan
kekuasaan pada tahun
1963, pola
perkembangan kota lebih
memusat kearah kota hal
ini bisa dilihat dari pola
perkembangan
pemukiman yang masih
mengelompok pada
bagian poros tengah Kota
Merauke.
Pola pemukiman
mengelompok cenderung acak
berada di Kelurahan Mandala,
Maro, Karang Indah, Seringgu
Jaya dan Bambu Pemali,
sedangkan pola pemukiman
yang cenderung mengelompok
Kota lama Merauke terdapat di Kelurahan Samkai,
Sumber : wikimapia.org Rimba Jaya dan Kelapa Lima.
Beberapa faktor yang menentukan preferensi bermukim di Kota Merauke yang
menyebabkan persebaran pemukiman kota adalah faktor kedekatan dengan pusat
kota dan tempat kerja sehingga cenderung bermukim di kawasan pusat kota.

Alasan lainnya seperti harga lahan


yang murah juga membuat
pemukiman di beberapa kawasan
pinggiran kota. Sementara itu alasan
karena dekat dengan lingkungan
keluarga dan kerabat menunjukan
pemukiman yang terbentuk pada
kelompok-kelompok etnis atau
kesukuan.

Sehingga dapat disimpulkan


bahwa pola perkembangan kota
Merauke secara skematik
berbentuk linear, dimana pola
perkembangan kota Merauke
memusat pada jalan utama kota,
yakni Jalan Raya Mandala.
REFERENSI
Dinas Kebudayaan Kabupaten Merauke

Keuskupan Agung Merauke

Artikel perkembangan Merauke dari media cetak dan internet

Hasil survei, pengamatan dan dokumentasi pribadi

RTRW Kabupaten Merauke Revisi 2005-2015

BWK kabupaten Merauke

Anda mungkin juga menyukai