Anda di halaman 1dari 11

Belajar dari kebangkrutan "tani-hub" setiap kata "tani" tidak sama dengan "kemakmuran".

Aku memutuskan bertani


sebagai "pengabdian". Gak usah sok revolusioner dalam hal ketahanan pangan! Itu urusan serius banget!

Bisa saja sama halnya di setiap kata "ikan" dan "nelayan" selalu diasosiasikan pekerja keras namun tetap miskin. Dan itu
gak bisa diatasi dengan juara coding atau matematika.

Masyarakat kita jauh lebih pinter dan auto-pilot dari dunia politik maupun sains/matematika dalam memenuhi kebutuhan
pangan. Dan masyarakat kita jauh lebih kuat/tabah dari semua imaji tentang kekalahan.

Di desaku orang gak ngomong ancaman resesi sama sekali dan mereka hidup baik-baik
saja. Sejujurnya mereka juga gak peduli subsidi minyak/gas.

Di desaku orang gak ngomong ancaman resesi sama sekali dan mereka hidup baik-baik
saja. Sejujurnya mereka juga gak peduli subsidi minyak/gas.

Lihat saja dua tahun corona pekerja panggung/hiburan merengek tapi petani tetap
menanam?! Faaak! Itu keluhan urban dan gak fundamental dalam ketahanan pangan!

Pangan adalah senjata dan lagu-lagu adalah penyemangat buat kita untuk selalu
menanam dan penggembira saat memetik hasilnya. Buktikan saja kata-kata ini ketika kita
gak bisa manggung lag

Persis, relasi tradisional dengan petani tidak bisa segampang itu diintervensi start-up
skala nasional/internasional. Menurutku setiap desa harusnya bisa berfungsi sebagai
distributor langsung kepada end user. Tapi sulit kalo susu Amsterdam harus dikirim ke
Den Haag

Bertani untuk mendukung ketahanan pangan bisa dilakukan asal dengan dukungan yg
jelas trtma dukungan ahli pertanian, dlm hal deteksi dan penanganan penyakit, edukasi
petani utk pupuk, pengembangan varietas unggulan baru, dll. bgmn dgn inovasi bidang
pertanian kita ?

Meski Tani dipandang sebagai rendahan nyatanya ga sedikit masyarakat kota sangat
menikmati kehidupan desa yang wilayahnya masih dipenuhi persawahan. Apabila ruang
tersedia untuk ditanami kesempatan untuk kayanya pertanian Indonesia masih ada.
Berkah selalu Tani Indonesia
Bertani itu butuh konsistensi, tidak hanya sekedar teori dan ekspektasi, ilmu
pengetahuan wajib dikembangkan, tanam komoditas jangan ikut ikutan, pasar penuh tak
ada serapan, buyar lah harapan

Ketahanan pangan itu hanya slogan profokatif agar orang desa memberi makan orang
(sok) kota. Subsidi, bantuan sosial hanya alat kuasa agar petani desa mau memberi
makan mereka.

Petani harus jadi pedagang, urusan dagang bicara volume,kontinuitas biar posisi tawar
naik, banyaknya petani pun sudah saling tidak percaya satu sama lain... Disinilah kapital
terbahak-bahak

Berbagai macam penghambat dan ketidakkemampuan penguasa akan menghadapi


kendala2 yg ada membuat pelaku utama jadi medioker nasibnya

sehebat apapun platform kalo isinya bukan petani/penanam (hanya tukang IT) gak akan
berhasil..

Petani di bahasa bali disebut pengayah, yang juga bermakna pengabdi. Di sejarah
Nusantara petani kenal dengan tani berorientasi menjual pada era cultuurstelsel.
Sebelumnya bertani yang pengabdian & pemenuhan subsistensi. Tani berorientasi cari
duit itu jejak kolonialisme

inovasi kt kalah jauh dgn negara ttgga, petani kt msh bergantung dgn pupuk kimia yg
semakin hari malah smkin menurunkan hasil pertanian, klo ga dikasih malah drop sm
sekali. dan 1 lg, mengedukasi petani dan merubah kebiasaan petani jga sangat sulit
dilakukan.

Ya, benar. Desa nda perlu mikir resesi. Yg perlu desa pikirkan adl gimana hrs merespon kl
ternyata di tanah mrk ada potensi tambang yg menarik perhatian para big boys from the
city.
Urbanisasi memang jadi masalah utama Indonesia. Itu fakta... Uang bukanlah kebutuhan
pokok. Uang hanya alat pembayaran untuk mencukupi kebutuhan pokok, yakni; pangan.
Sebenarnya nelayan & petani lebih berdaulat tapi dimonopoli kebijakan harga.

Revolusi Hijau itu sesuatu yang bagus, actually. Skenario alternatif yang likely terjadi tanpa Revolusi Hijau adalah
meningkatnya frekuensi kelaparan massal di berbagai negara berkembang dan masifnya penggunaan lahan untuk
pertanian.

Tanpa Revolusi Hijau yang menghasilkan perbaikan dalam metode pertanian, irigasi,
mekanisasi, dan varietas tanaman pangan yang lebih superior, likely kita harus
ngegundulin lebih banyak hutan untuk menghasilkan produksi pangan yang sama

Tentu harus diakui trade-offnya di sini, yaitu ketergantungan berlebih terhadap pupuk,
kehilangan hara tanah, dan berbagai masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat
lainnya

Langkah Indonesia dalam mengadopsi revolusi hijau untuk kebijakan pangan dan
pertanian telah menghasilkan ketimpangan antara petani pemilik lahan luas dengan
petani gurem dan petani tanpa lahan, padahal mayoritas petani di Indonesia adalah para
pelaku kecil dan penggarap.

Selain itu, dampak panjang yang masih dirasakan adalah ketergantungan akut tanah
pada pupuk dan pestisida kimia, serangan hama dan penyakit yang semakin resisten,
serta penurunan produksi sementara ongkos-ongkos produksi semakin meningkat

Hal ini diakibatkan dari banyaknya tinggalan-tinggalan pestisida kimia, yang karena
digunakan dalam skala besar, berakibat pada ekosistem dan kesuburan tanah

Buku Melawan Ketergantungan: Kebijakan Pangan dan Pengalaman Pengroganisasian


Tiga Desa menunjukan berbagai permasalahan pangan yang berbeda-beda. Buku ini
merupakan hasil pengalaman pengorganisasian di tiga desa di Sulawesi.
Revolusi hijau // swasembada beras dari Orba ini membentuk persepsi kuat “kalau
belum makan nasi berarti belum makan” padahal sebelum itu orang Indonesia punya
makanan pokok sumber karbohidrat bermacam rupa tiap daerahnya.

Gelombang Ketiga adalah Politik Pangan (1970-1980an). Sembari berslogan Pancasila-


Bhinneka, Soeharto menyeragamkan pangan menjadi beras. Ini dimungkinkan setelah
ada Revolusi Hijau pertanian di mana panen bisa 2-3 kali/tahun dengan intensifikasi
(pengairan, bibit unggul, pupuk).

Belajar dari Soeharto? Maksudnya Revolusi Hijau yang merusak ekosistem dan
mempertajam ketimpangan agraria, militerisasi desa lewat HKTI untuk membungkam
gerakan tani, swasembada beras yang bikin rakyat Papua dipaksa makan beras lewat
Food Estate?

Semuanya bermula dari Revolusi Hijau: kebergantungan petani thd pupuk, yg justru
mengakibatkan tanah "sakit"/rusak, dan petani terjebak hutang. Revolusi Hijau, yg
digadang2 sbg bag dr modernisasi pertanian, sebenarnya tdk berpihak pada kaum tani

Ingat bhw penekanan thd penggunaan pupuk kimia itu


dimulai dr Revolusi Hijau, suatu kebijakan yg diterapkan di
negara2 berkembang yg juga mrpkn bag dr strategi
pemberantasan komunis & pelemahan kekuatan kaum
tani. Yg akan menanggung permasalahan lahan2 kritis ini lagi2 adalah petani, selain
buruh2 tani & kebun yg mengalami dampak dr penggunaan pupuk kimia

Sejak "Revolusi hijau" lambat laun petani kehilangan "kemampuan tradisionalnya".


pertanian merupakan suatu jenis kegiatan yang bersifat produktif dengan cara
mengelola proses pertumbuhan dan hewan (termasuk tanaman, ternak, dan ikan) untuk
menghasilkan produk yang jauh lebih baik dari pada jika tumbuh-tumbuhan dan hewan
tersebut hidup secara alami

Produk tersebut pada gilirannya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia


dalam rangka mempertahankan hidup. Produk pertanian ini terutama berupa pangan.
Dengan demikian teknologi di bidang pertanian ini berarti suatu upaya manusia untuk
menghasilkan produk pertanian, khususnya pangan secara lebih baik melalui penerapan
dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dari pelaku teknologi pertanian

khususnya
yang telah ada dapat kita saksikan betapa teknologi,

bioteknologi telah dengan spektakuler menghasilkan


revolusi di bidang pertanian, baik yang dikenal sebagai
revolusi hijau maupun revolusi biru. Jadi jangan Bangga di
hulu kalau hilirnya gagal atau mandeg . PERTANIAN ITU
HOLISTIk. Jangan terlalu anti bioteknologi , kita hidup dari jasad renik yg
menopang segala hal , BAYANGKAN JIKA TIDAK ADA ASPERGILUS mau dibuangkemana
kotoran yang kita hasilkan setiap hari , hiduplah berdampingan dengan alam tanpa
curiga dengan niat baik orang lain

Baru baca satu buku yang amat bagus soal program pembangunan desa dari
pemerintah Amerika Serikat. Namanya Cooperative Land-Use Planning. Jadi bagaimana
Dept Pertanian AS waktu itu merumuskan satu kebijakan pembangunan yang sinkron
dari bawah ke ata
Pada waktu itu AS mengalami masa Depresi dan jutaan orang masuk ke kemiskinan.
Pemerintahan Roosevelt meninggalkan pola laisse faire dan segera mengambil kebijakan
yang berdampak langsung

Awalnya, pemerintah menetapkan kebijakan Agriculture Adjustment Act (AAA) yang


membayar petani untuk mengurangi produksi, kemudian terdapat program seperti Soil
Convertion Service (SCS) utk menangulangi erosi tanah, Farm Security Administration
( FSA)dan Resettlement Adm (RA)

Pada 1939, model “Cooperative Land-Use Planning” ini diluncurkan, sebuah komite
dibentuk dari tingkat lokal, kota, negara bagian hingga federal. Setiap komite mencakup
perwakilan petani laki2 dan perempuan, dan kemudian ada perwakilan berjenjang dari
tingkat bawah ke atas
Selain keberadaan warga, komite akan dibantu oleh agen pemerintahan dan penyuluh
dari universitas setempat. Salah satu penakanan di kebijakan ini adalah menjadikan
warga sebagai aktor utama pembangunan dengan proses dan pendidikan bersama antar
warga, birokrat, dan tugas ahli

Bisa kita lihat dari pendidikan bersama yang perlu diambil oleh warga yang menjadi
anggota komite, jangan lupa konteks pada 1938-1941 ketika demokrasi dalam titik nadir
dengan menguatnya Stalinisme dan Fasisme di benua Eropa. Makanya Demokrasi AS
betulan sedang diuji coba
Secara proses, komite ini dibagi dalam tiga tahap: penyiapan organisasi pendidikan,
pemetaan pengunaan lahan (land use research) dan satu tindakan terpatu (unified
action)

Pada tahap pemetaan tata guna lahan, komite akan melakukaan pemeetaan lahan
pertanian berdasarkan tingkat keparahan erosi, kesuburan, komoditas tanam, dan data
sosial ekonomi

Lewat pemetaan tata guna lahan yang dilakukan secara demokratis dari bawah, komite
akan menentukan program yang dilakukan. Satu tindakan terpadu ini meliputi
pelaksanaan berbagai program pemerintah yg ada (AAA, FSA, SCS, RA) dengan bantuan
dari unit pemerintah yang ada

Salah satu contoh terbaik dari kebijakan ini terletak di Greence County. Kebijakan
pertama yang diambil dari komite ini adalah penganggulan erosi tanah seluas 65rb
hektar, kemudian terkait hubungan tuan tanah-penggarap,dan kompensasi bagi petani
bagi hasil.

Kemudian, lewat dana pinjaman yang diberikan FSA, komite ini menyetujui membangun
sekolah dan skema koperasi layanan kesehatan bagi 500 lebih keluarga, di mana setiap
keluarga membayar 12-20 dollar untuk meliputi setiap layanan kesehatan seperti obat
dan rumah sakit

Kemudian komite juga mengambilan rekomendasi dan kebijakan terkait pentingnya


perubahan pola diet bagi seluruh warga di county-level. Termasuk juga melakukan
perbaikan hunian para petani yang ada

Kebijakan ini sebenernya berfondasi pada bagaimana


kebijakan pertanian menjadi jawaban bagi masalah
pedesaan di Amerika, dan dengan berbagai program
pemerintah yg ada, satu corak pembangunan dari bawah
perlu dibangun agar program tersebut dapat jadi padu
Model perencanaan ini menjadi alternatif dari pola pembangunan seperti biasa. Di mana
pemerintah membuat kebijakan dari atas, ada ahli yang memberikan rekomendasi, dan
warga/petani dalam hal ini menjadi penerima pasif dari kebijakan yang ada

Lewat “cooperative land-use planning” komite petani akan menjadi soko guru
perubahan yang ada dari bawah, dan menentukan program apa yang perlu dan akan
dilakukan lewat anggaran yang ada

Sebenernya cukup menarik kalau kita sandingkan dengan birokrasi kelompok tani di
Indonesia, hampir mirip. Ada kelompok tani dan penyuluh pertanian dari BPP tiap
kecamatan. Lantas apa yang membuat program ini menjadikan anggota komite terkesan
lebih aktif?

Jujur ini salah satu buku yang menurutku terlampau padat informasi dan mesti ditelan
pelan-pelan. Ada isu krusial seperti: pembangunan dari bawah, pendidikan orang dewasa
lewat keterlibatan politik, juga semangat komuntarian yang bisa dibangun dari kebijakan
pusat.

Isu-isu yang begitu krusial dan mungkin menjawab frustasi kita saat ini, kenapa kebijakan
malah jadi menyulitkan kita? Bukankah pemerintah itu diberi mandat untuk
menyelesaikan masalah kita?

Anda mungkin juga menyukai