Anda di halaman 1dari 5

Dimensi Struktural Kemiskinan

Oleh: Sunyoto Usman

Sunyoto Usman, lahir di Jember 16 Desember 1950.


Alumni FIsipol UGMdan Program Doktordiselesaikandi
Flinders Uriiversity, Austria. Selain sebagai dosen
tetap pada almamaternya ia juga sebagai Pengelola
Program Studi Sosioiogi Pasca Sarjana- UGM. Pernah
melakukan Penelitian tentang "Kiat Kelompok Miskin
Menepis l^emiskinan di BantuI dan Semarang".

Pendahuluan - keadilaa Bahkan pada waktu itu ditegaskan


Keinginan menanggulangi lagi bahwa hasil-hasil pembangunan
kemiskinan sebenamya bukan suatu hal hendaknyameratakeseluruhpenjuru tanah
baru. Kalau kita simak lagi lembar-lembar airbukan hanya dinikmati oleh segolongan"
PJPT I, disana terlihat bahwa 'menjelang masyarakat, tetapi dapat dirasakan oleh
pelaksanaan Repelita Ketiga (1979/1980 - segenap aiiggota masyarakat
1983/1984) yang lalu pemerintah Pemerintah kemudian ^^emakin
mencanangkan dua pokok kebij^anaan berperan aktif, terutama dengan
pembangunan yaitu: mengurangi jumlah menempatkan kedudukannya sebagai
penduduk yang hidup di bawah garis pelaksanakebijaksanaan ekonomi; sebagai
kemiskinan, dan melaksanakan delapan konsumen, produsen sekaligus investor;
jalurpemerataan yang meliputi pemerataan sebagai pengelola perusahaan (negara);
pembagian pendapatan, penyebaran serta sebagai pengatur masyarakat (regula
pembangunan di segenap daerah, tor). Sebagai pelaksana kebijaksanaan
kesempatan memperoleh pendidikan, ekonomi, pemerintah secara aktif
kesehatan,. kesempatan keija, berusaha, melakukan perubahan dan pembenahan
beq)artisipasi dalam kegiatanpembangunan masalah-masalah keu^gan, perdagangan,
serta kesempatan memperoleh keadilaa perindustrian, dsb. Pemerataan dengan
Pada waktuitu disepakati bahwaprogram- melalui lembaga-lembaga pasar, secara
program pembangunan yang dilaksanakan aktifmempengaruhi peijalanan serta proses
'bukan hanya mengejar kemajuan lahiriah penawar^n dan permintaan. Sebagai
seperti:' sandang, pangan, papan dan konsumen, pemerintahmendorongkegiatan
kesehatan, melainkan juga bagi memenuhl yang bersentuhan langsung dengan barang-
kepuasanbatiniah seperti.:pendidikan, rasa barang yang dikonsumsi. Hal serupa
aman, bebas m'engeluaikanpendapat, rasa dilakukannya pula dalam kedudukannya

.31
UNISIA, NO. 21 TAHUNXIVTRIWULAN I -1994

sebagai produsen dan investor. Dalam program pembangunan ekonomi yang


konteks ini pemerintah tidak 'netral', tetapi selama ini dicanangkan pemerintah tidak
mencampuri proses produksi- Sebagai 'efektif? Mengapa bermacam-macam
pengelolaperusahaan (negara),pemerintah bantuan dikucurkan pemerintah tidak
secara aktif mempengaruhi pasar dan menyentuhkelompokmiskin?Tidakmudah
pemasaran disamping memberi stimulan menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam
tumbuh dan berkembangnya perusahaan- ini. Persoalan iiu memaksakan kita unluk-
perusahaan swasta. Akhimya sebagai menelaah kembali dimensi struktural
pengatur masyarakat (regulator), kemiskinan itu sendiri.
pemerintah menyusun perundang-
und^gan yang memuat peraturan dan Secara sosiblogis dimensi struktural
sangsi, sehingga derap pembangunan kemiskinan itu dapat- ditelusiiri melalui
ekonomi be^alan berada pada jalur yang institusional arrangements yang hidup dan
dikehendaki. Antuasisismemodemisasi dan berkembang dalam masyarakatkita. Asumsi
rasionalisasi semacam itulah yang kelak dasamya adalah bahwa kemiskinan tidak
semakin menempatkan pemerintah pada semata^mataberakarpada"kelemahandiri",
posisi amat sentral dalam kegiatan yang lazim digambarkan secara individual
pembangunan ekonomi, serta cenderung ditandai sifat yang lazim disebut a strong
mendominasi model perencanaan dan feeling of marginality seperti: sikap
implementasi - proyek-proyek parohial, apatisme, fatalisme atau pasrah
pembangunan. pada nasib, boros, tergantung dan inferior
dan secara kolektif hidup dalam keluarga
yang ditandai free union or consensual
Dimensi Stniktural Kemiskinan marriages, serta tidak terintegritas secara
efektif dengan instltusi-institusi
Upaya-upaya menanggulangi masyarakat. Kemiskinan dalam hal ini
kemiskinan sampai saat ini masih dinilai terutama sebagai kpnsekuensi dari pilihan-
belum berjalan sesuai dengan yang pilihan strategi pembangunan ekonomi
diharapkan. Kemiskinan belum berkurang yang selama ini-dicanangkan serta
dan isu-isu ketimpangan malah semakin pengambilan posisi pemerintah dalam
deras mencuat di permukaan. Benar perencanaan dan implementasi
memang ada sejiimlah pakar yang pembangunan ekonomi itu sendiri.
menyatakan bahwa apabila dibandingkan Di pedesaan telah lama teijadi apa
dengan keadaan beberapa negara di Asia, yang lazim disebut green revolution, yaitu
masyarakat kita sudah memasuki kategori suatu bentuk transfonnasi dahsyat dari
moderate inequality artinya perbedaan sistem pertanian sederhana menjadi sistem
tingkat kemakmuran antara berbagai pertanian niodern. Transformasi itu
golongan dalam masyarak^ mulai .dilakukan melalui intensifikasi,
mendekat. .Tetapi dalam kenyataannya ektensifikasi dan komersialisasi pertanian
jumlah golongan miskin masih besar, untuk menghasilkan pangan yang sebesar-
bahkan terns raeihbengkak. Mengapa besamya guna memenuhi kebutuhan
demikian? Mengapa bermacam-macam nasional. Buahnya adalah telah mengangkat

32
Sunyoto Usman, DimensiStrukturalKemiskinan

negarakitadarisalahsatunegarapengiinpor lembagarlembaga yang dibentuk untuk


beras nomer satu di dunia, menjadi negara menunjang teknologi pertanian itu sendiri.
berswasenibada pangan. Kebeihasilan ini Leinbaga-lembaga itu dibentuk untuk ^
disamping secara akademik telah mengakomodasi fungsi produksi, struktur
menggugat kemapanan teori involusi pasar serta preferensi^ konsumen. Tetapi
pertaiiian, juga membuka mata dunia ddam keriyataannya hanya petani-petani
bagaimana negara ini telah mampu kaya ymg banyak menikmati jasa-jasa
meningkatkanproduksi padi secara besar- kelerabagaan. Mereka adalah kelompokelit
besaran dalam waktu yang relatif sin^caL yang kerapkali sangat determinan dalam
• * . '
proses pehgambilan keputusan-keputusan
Sebagai ilustrasi, ken^an pioduksi padi krusial. ,
di Jawa d^ 1,81 ton per hektar menjadi
3,01 ton perhektarmemakah waktu kurang Lalu bagaimana yang terjadi di
dari 14 tahuh. Sementara itu kenaikan perkotaan? Kondisinya hampir sama saja,
piodulbi pada di Jepang dari 2 ton per meskipun dengan wajah yang agak berbeda.
hektar menjadi 3,28 ton per hektar Parapengusahayangmemperoleh kucuran
membutuhkanwaktu kurang lebih 68 tahun dana • untuk menunjang proses
(1880-1948) DiTaiwan, kenaikan dari 1,35 industrialisasi, temyata banyak. yang
ton per hektar menjadi 3,1 ton per hektar melakukan manipulasi dan monopoli.
memeiiukan waktu 57 tahun (1913-1970). Dengan dalih efektivitas dan efisiensi
mereka telah "merampas" tanah dan tenaga
Tetapimengapa isu kemiskinan keija yang murah d^am proses produksi.
masih belum teipecahkan? Bukankah baik Ironisnya, beberapa kebijaksanaan justru
petani kaya maupun petani gurem memperlicin proses perainpasan itu. Di
memperoleh kesempatan yang sama dalam samping itu' golong^w nienengah kota kita
memanfaatkan fasilitas yang diintroduksi? juga masih belum terbentuk, masih semu.
Persoalaimya memang tidak sederhana. Di dalam diri mereka belum terbentuk
Banyakstudimempeiiihatkanbahwaproses pandangan'dan kepentingan politik yang
introduksi itu temyata dibingkai oleh iklim terintegrasi bag! perkembangan ekonomi
ketidak-adilan. Banyak barang dan jasa secara keseluruhan. Di dalam diri mereka
terdistribusi mengikuti jalur kekuasaaii; belumi tumbuh kesadaran kelas, karena itu
mereka yang berkuasa lebih banyak mereka, riiemperoleh sebutan kelas
memonopoli barang dan jasa. Proses menengah sebetulnya^ hanyalah d.alam
monopoli itu dapat dijelaskan melalui cy konsep lohggar sehari-hari saja, bukan
cles sebag^ berikut: Pertama bericaitan dalam konsep ideologi. Karena itu menjadi
dengan akumulasi modal. Petani kaya mudah dimengerli apabila kehiudian
memperoleh kesempatan lebih banyak sejumlah pakar dengan •sinis
mendapatkan aset-aset tambahari yang menggolongkan mereka sebagai subelite
datang bersaitiaan dengan teknologi yang feodalistik dan quasiiibe'ral. Bahkan
pertanian 'modem. Mereka lebih cepat langkah-langkah yang mereka ambil
berkembang dibandingk^ dengan petani kerapkali justru menutup akses kelompok
miskin. Kedua, berkaitan dengan'fungsi miskin pada kegiatan perekonomian.

1 \ 33
UNISIA, NO. 21 TAHUN XIVTRIWULAN I- 1994

Suniberdaya Manusia Biaya belajar perguruan tinggi swasta kini


semakin mahal, terutania karena sebagian
Masalahlain yang berkait erat dengan besar dari anggaran pendidikandibcbankan
kemiskinan adalah sindrpn inertia (l^ban kepada mahasiswa. Di sinllah kerap kali
dan statis), sebagai akibat dari rendahnya terlihatpincang. Di satu pihak, mahasiswa
kualitas sumberdaya manusia. Sebpnamya dari keluarga kaya memperoleh subsidi
pemerintah telah berusaha membenahi d^ pendidikan karena dapat diterima di
menyusun berbagai macam kebijaksanaan perguruan tinggi negeri.Tetapi di lainpihak,
pendidikan yarig diharapk^dapatmemacu mahasiswadari keluarga yang relaiifmiskin
pengembangan sumberdaya manusia. ^harus membayar mahal (bahkan mungkin
Kebijaksanaan itu mencakup usaha dieksploitasi) karena hanya diterima di.
, peningkatan ketrampilan teknis melalui perguruan tinggi swasta.
pendidikan kejuruan serta peningkatan
keahlian (profesion^sme). Peningkatan itu Secara Jujur hams diakui bahwa
antara lain dilakukan-melalui pendekatan belum. banyakJumlahnya perguman tinggi
perluasan sarana seita mutu pendidikan kita baik negeri maupun swasta yang sudah
dal^ semua sektor, serta peningkatan mampu menghasilkan saijana-sarjana yang
produktivitas tenaga kerja." Tetapi mandiri dan- secara profesional dapat
sayangnyasekplah-sekolalidanperguruan- menciptakan atau mengisi kesempatan
perguruan tinggi kita masih belum keija. Kualitas mereka banyak. belum
teijangkau oleh masyarakat umum. Jagad memuaskan. Tidak mudah menerangkah
pendidikan kita masih kemasan barang mengapa kenyataan semacam" ini masih
luxury, terlalu mewah,. terus teijadi. Masih banyak stat* pengajar
Perguman-perguruanTinggi Negeri yang belum benar-benar liiemiliki
hampirdi seluruh penjuru tanah air, dalam kemampuan mengembahgkan'perspektif
beberapa tahun terakhir ini memahg untuk menelaah ' masalah-masalah
memperoleh kucuran anggaran yang kemasyarakatan. Kurikulum yang
lumayan besar. Kebutuhan-kebutuh^ yang ditawarkan juga belum mampu menjawab
berkaitan dengan proses belajar-mengajar persoalan-persoalan yang muncul di
semakin diperbesar. Rasio dosen - manusia lapangan. Demikiaii pula silabus yang
terns diusahakan diperkecil. Tetapi dibuat belum terjabarkan dan belum
persoalannya siapa yang menikmatinya? menjawab luntulan atau perkembangan
Kelihatannya kebanyakan anak-anak dari keadaan. Unit-unit perpustakaanjuga belum
golongan' menengah ke atas. Orang tua tennanfaalkan secara optimal. Semua
mampu membayar pendidikan ekstra di kenyataan itu telah menyulitkan proses
luarjani pelajaransekolah. Karena itu tidak peningkatan sumberdaya manusia yang
mengherankan apabilameiekalebih mampu handal.
mengeijakan ujian saringan yang masih
dominan menggunakan test obyektif itu." Program IDT
Mereka yaaig gagal diterima di perguruan Sejak pertemuan Kepala Negara
tinggi riegeri kemudian berbondong- dengan 14 Mcnteri Kabinei Pcmbangunan
bondong masuk ke perguruan tinggi swasta. VI pada awal bulan April 1993 yang lalu.

34
Sunyoto Usman, DimensiStrukturalKemiskinan

pemerintah kembali menegaskan tekad pembangunan yangpotensial bagi tumbuh-


piehanggulangi kemiskinan. Realisasinya suburnya kolonialisme internal,
adalah mulai bulan April 1994 ini kebijaksanaan yang membri peluang
diluncurkan program Inpfes Desa kelompokkayamemeras kelompokmiskin,
iTertinggal (Inpres No. 5/1993) pada dan diskriminasi dalam pola peningkatan
sebanyak20.633 desamiskin.Program DDT sumberdaya manusia. Bagi mereka
ini diharapkanmenjadi gerakanmoralyang penanggulangan kern iskinan bukan semata-
memberi kesempatan pada semua pihak, mata membagi bantuan uang kemudian
terutama penduduk miskin itu sendiri. melibatkanaparaturpemerintah, tetapi lebih
Penduduk miskin yang tergabung dalam daripada itu adalah keharusan menata
kelompok-kelompok swadaya masyarakat ..kembali struktur sosial yang selamajni
memperoleh dana Rp 20 juta setiap desa membelenggukehidupankelompokmiskin.
berupa modal keija untuk menggerakkan Lalubagaim^aseharusnyasikapkita?Saya
kegiatan perekonomian. Secafa spesifik kira kita tidak perlu sinis terhadap IDT.
sasaran program ini adalah meningkatkan Inpres ini sedang dalam tahap "uji coba"
kesejahteraan.sosial-ekonomi penduduk karena itu lentu butuh waktu bagi
miskin melalui upaya peningkatan kualitas penyempurnaannya. Akan lebih bijak
sumberda^a manusia, peningkatan menempatkan IDT sebagai salah satu pro
kemampuan permodalan, pengembangan gram, dan bukan satu-satunya program.
usaha dan pemantapan kelembagaan usaha Dengan demikian semua pihak ditantang
bersama kelompok miskin tersebut: Ptot berkreasi menciptakan program-program
gi^ itu beijalan seiring dengan Inpres- penanggulangan kemjskinan yang lain.
fopres lain seperti: Inpres desa, kabupaten,
Daftar Bacaan
provinsi, jalan, penghijauan, SD dan
"Alfian, Mely G.Tan dan Selo ^oemardjo (ed.),
kesehatan.
1980, Kemiskinan Struktural, Suatu
Sejumlah kalangan tertentu merasa
Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Ilmu-
optimistik IDT bisa sukses. Sepanjang yang Ilmu Sosial.
sudah berjalan, proyek-proyek Bayliss-Smith, Tim P. and Sudhir Wanmali
pembangunan di bawah label Inpres relatif (ed),'1986,Understanding GreenRevo-
berjalan mulus sekalipun terdapat lutions, Cambridge : Cambridge Uni
kebocoran. Proyek-proyek Inpres terlihat versity Press.
lebih rekat dengan pejabat baik daerah Jennett, Cristine and Randal G. Stewart (ed),
maupun pusat dibandingkan dengan 1987,Three WorldsofInequality, Race,
proyek-proyek di luar Inpres. Seolah-olah Class and Gender, Melbourne : The
kara "pres" (presiden) yang melekat dalam. MacMillan Company of Australia Pty
Ltd.
nama proyek itu telah menjadi kata magis
Valentine, Charles A., 1970, Culture and
yang dapat memberi stimulan hebai. Tetapi Proverty, Critique and Counter-Propos
sejumlah kalangan tertentu lainnya merasa als, Chicago: TheUniversityof Chicago
pesimistik IDT bisa berhasil. Alasan yang Press.
disampaikan berkaitan dengan dimensi Waxman, Chaiam I., 1977, The Stigma ofPov
struktural kemiskinan seperti telah erty, A Critique of Poverty Theories and ,
diuraikan di depan, antara lain: strategi Policies, New York: Pergamon Press.

35

Anda mungkin juga menyukai