Anda di halaman 1dari 3

Optimalisasi potensi ekonomi

Sulsel di tengah ancaman


krisis global
Oleh Anwar Maga  Selasa, 17 Januari 2023 17:39 WIB

Spot wisata populer di Kabupaten Raja Ampat yakni Piaynemo yang terletak di Desa Pam, Distrik (Kecamatan) Waigeo
Barat Kepulauan. ANTARA/Anwar Maga
Kalau kita serius urus pariwisata, ini peluang yang besar dan belum dimaksimalkan
Makassar (ANTARA) - Potensi krisis ekonomi global pada tahun 2023, yang mungkin saja
merambah Indonesia, sudah didengung-dengungkan oleh berbagai pihak. Bukan hanya analis
ekonomi dunia, sejumlah pengamat domestik juga mengingatkan ancaman serupa.
Apa yang diungkapkan berbagai kalangan itu memang bukan tanpa dasar. Perang Rusia-Ukraina
serta ketegangan negara-negara produsen pangan lain telah mengganggu distribusi pangan
sehingga isu krisis pangan bukan hal yang mengada-ada.

Pabrik terbesar biji-bijian, seperti gandum, kedelai, maupun jagung berasal dari tanah terbaik di
dataran Bumi, yaitu Mollisols yang kini juga disebut tanah hitam atau black soil.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), pada 2022 diperkirakan wilayah utama tanah


hitam ditemukan di Eurasia (Russian Federation mencapai 327 juta hektare (ha), Kazakhstan (108
juta ha), dan Ukraina (34 juta ha), Asia, yakni China (50 juta ha) dan Mongolia (39 juta ha), Amerika
Utara, yang terdiri atas Amerika Serikat (31 juta ha), Kanada (13 juta ha), dan Amerika Latin, yakni
Argentina (40 juta ha), Kolombia (25 juta ha), dan Meksiko (12 juta ha).

Tanah subur yang semula berupa padang rumput dan hutan itu sebagian besar telah berubah
menjadi lahan pertanian penghasil utama biji-bijian dunia.

Rusia yang kini sedang bersitegang dengan Ukraina merupakan wilayah penghasil biji-bijian penting
dengan luas tanah hitam yang dominan.

Pada konteks inilah meskipun produktivitas lahan pertanian saat ini berada pada posisi tertinggi,
negara penghasil pangan utama itu tengah berperang. Demikian pula negara penghasil pangan
lainnya menahan produksinya untuk memenuhi kebutuhan sendiri karena kekhawatiran perang
bakal meluas.

Krisis pangan yang mengancam sejatinya bukan kelangkaan pangan karena gagal panen. Krisis
pangan yang bakal terjadi karena akses pangan terhambat. Akses terhambat karena bermacam
sebab, seperti produsen menahan hasil panen untuk tidak menjual, distribusi terganggu karena jalur
transportasi bermasalah, atau karena harga yang tidak terjangkau sebagai muara dari semua sebab
tersebut.

Populasi rakyat Indonesia yang mencapai 275 juta orang berada pada negara keempat dengan
populasi terbanyak setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat.

Populasi itu membuat beban negara Indonesia paling berat jika terjadi krisis pangan akibat gagal
panen maupun akibat akses distribusi yang terhambat.

Berbeda dengan negara lain, seperti Malaysia dan Singapura, yang populasinya jauh di bawah
Indonesia. Populasi Malaysia hanya 33,3 juta penduduk, sementara populasi rakyat Singapura
hanya 5,6 juta jiwa.

Dengan demikian, peringatan krisis pangan yang disampaikan oleh berbagai kalangan tetap patut
disikapi secara bijak dan realistis.

Kendati demikian, ada beberapa pihak  menyodorkan data bahwa ancaman krisis pangan terlalu
mengada-ada karena produksi pangan dunia justru sedang membaik walau harga pangan memang
melambung.

Bank Indonesia (BI) memaparkan data hasil elaborasi dengan pihak-pihak terkait bahwa ancaman
krisis pangan di Tanah Air pada tahun 2023 masih jauh dari kenyataan, walaupun harga pangan
dunia terkadang melambung dan memicu kecemasan global.

Bank Indonesia juga menyebutkan kemungkinan terjadi resesi di Indonesia pada 2023 sangat kecil,
mengingat sektor energi di Indonesia tetap tangguh dalam menghadapi ancaman tersebut. Negara
ini memiliki beragam sumber daya yang mumpuni untuk mendukung ketahanan dan kemandirian
energi sebagai roda penggerak ekonomi nasional.

Ketika gelombang pandemi COVID-19 melanda dunia dan Indonesia mengalami perlambatan
ekonomi pada akhir 2020 hingga awal 2021, energi fosil berupa minyak, gas Bumi, dan batu bara
masih terbukti menopang pertumbuhan ekonomi terkhusus bagi daerah.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
menyatakan setiap 1 juta dolar AS nilai investasi minyak dan gas Bumi bisa memberikan nilai
tambah hingga 1,6 juta dolar AS, membuka lapangan kerja bagi lebih dari 100 orang, dan
menambah produk domestik bruto (PDB) sekitar 700 ribu dolar AS.

Sumbangsih itu belum termasuk penerimaan negara yang diperoleh dari sektor hulu minyak dan gas
Bumi. Bahkan, jatah hak partisipasi sebesar 10 persen bagi daerah penghasil minyak dan gas Bumi
berkontribusi terhadap pajak dan retribusi daerah, menyerap tenaga kerja lokal, menumbuhkan
bisnis penyedia barang dan jasa lokal, hingga tanggung jawab sosial.

Anda mungkin juga menyukai