Anda di halaman 1dari 15

Draft (Diskusi)

PROPOSAL

Seminar dan Workshop


Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2021
UPAYA PEMENUHAN KETAHANAN PANGAN DESA DENGAN CARA
PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN SECARA
BERKELANJUTAN AGAR DESA MAMPU MENYIAPKAN SEDINI
MUNGKIN MENGHADAPI KRISIS PANGAN

I. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kelaparan tertinggi ke 3 (tiga) se Asia


Tenggara (Global Hunger Index,2021). Untuk itu desa harus segera bersiap
melaksanakan langkah-langkah pencegahan krisis pangan. Disamping hal tersebut,
Indonesia juga memiliki tantangan yang cukup besar dalam hal upaya pemenuhan
ketahanan pangan, disebabkan wilayah Indonesia memiliki karakter yang beragam dan
laju pertumbuhan penduduk yang terus bertambah 1,1% per tahun (setara dengan 2,5
Juta orang).

Tingginya tingkat kelaparan tersebut juga berdampak besar pada aspek kesehatan di
Indonesia, terutama terkait dengan pemenuhan gizi. Hal ini dibuktikan berdasarkan
Data Survey Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat
ini masih berada pada angka 24,4% atau 5,33 juta balita. Untuk menghadapi kondisi
krisis pangan tersebut, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
mengamanatkan bahwa tujuan Pembangunan Desa adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana
Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan secara berkelanjutan. Hal ini kemudian diperkuat dengan adanya
Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2021 tentang APBN yang menyatakan bahwa
Dana Desa ditentukan penggunaannya untuk program ketahanan pangan dan hewani
paling sedikit 20% (dua puluh persen), dengan harapan mampu menyiapkan sedini
mungkin Desa menghadapi krisis pangan.

Krisis Pangan 2022

Krisis pangan 2022 adalah peningkatan harga pangan dan krisis pasokan pangan di


seluruh dunia yang terjadi di tahun 2022. Berbagai kondisi secara bersama-sama
menjadi penyebab mengapa krisis ini terjadi, seperti masalah geopolitik, ekonomi, dan
bencana alam seperti gelombang panas, banjir, dan kekeringan akibat perubahan
iklim. Pandemi COVID-19 juga menyebabkan masalah ketahanan pangan yang masih
berlanjut di tahun 2022.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, FAO dan berbagai pengamat pasar
komoditas pangan memperingatkan bahwa keruntuhan pasokan pangan akan terjadi
dan akan menyebabkan harga pangan meningkat. [1][2][3][4][5] Kekhawatiran ini terutama
terkait berkurangnya pasokan berbagai komoditas penting seperti gandum, jagung,
dan minyak nabati yang dapat meningkatkan harga.[3] Invasi juga menyebabkan
meningkatnya harga bahan bakar yang juga akan meningkatkan harga pupuk, sehingga
akan menyebabkan krisis pangan yang makin berkepanjangan. [5]
Bahkan sebelum perang di Ukraina berlangsung, harga pangan sudah mencapai titik
tertingginya. Berdasarkan data FAO, di bulan Februari 2022, harga pangan year-on-
year sudah meningkat 20 persen.[6] Perang semakin meningkatkan harga pangan
sehingga secara YOY sudah meningkat 40 persen di bulan Maret. [7] Masalah yang
berlapis seperti pandemi COVID-19, invasi Rusia di Ukraina, dan kegagalan pangan
terkait perubahan iklim diperkirakan akan membalikkan upaya global yang sudah
dicapai dalam hal pengurangan kelaparan dan malnutrisi.[8] Berbagai analis
menyebutkan bahwa peningkatan harga pangan ini adalah yang terburuk sejak krisis
pangan 2007-2008.[7]

Penyebab

Krisis energi
Gas alam adalah bahan baku produksi amonia melalui proses Haber yang kemudian
digunakan dalam produksi pupuk.[10] Pengembangan sumber nitrogen anorganik ini
telah secara signifikan menyokong populasi dunia, dan diperkirakan saat ini hampir
setengah warga dunia memiliki persediaan pangan yang dihasilkan dari lahan yang
menggunakan pupuk nitrogen anorganik ini. [11]
Krisis energi global di tahun 2021–2022 telah merambat hingga ke produksi pupuk
dan industri pangan.[12][13][14] Hal ini telah menyebabkan berbagai harga pupuk telah
mencapai titik tertingginya sejak tahun 2008. Dan ini, menurut Independent Commodity
Intelligence Services adalah masalah serius karena setengah suplai pangan dunia
disokong oleh pupuk nitrogen anorganik.[15]

Invasi Rusia terhadap Ukraina


Harga gandum dunia telah mencapai harga tertingginya sejak 2008 merespon invasi
Rusia di tahun 2002.[16] Pada saat invasi berlangsung, Ukraina merupakan
eksportir jagung dan gandum terbesar nomor empat di dunia, dan eksportir minyak biji
bunga matahari terbesar dunia. Rusia dan Ukraina secara bersama-sama merupakan
penyuplai 27 persen gandum dunia dan 53 persen biji bunga matahari dan minyak biji
bunga matahari dunia.[17] World Food Programme memperingatkan di bulan Maret
bahwa perang di Ukraina dapat menyebabkan krisis pangan global mencapai level yang
belum pernah dilihat sebelumnya.[18]
Wells Fargo menyatakan bahwa Ukraina akan mengalami kesulitan dalam bercocok
tanam di musim semi 2002 dan akan kehilangan satu musim tanam, sedangkan
embargo yang diterapkan terhadap Rusia akan semakin meningkatkan inflasi di sektor
harga pangan. Mengembalikan kemampuan Ukraina dalam bercocok tanam ke kondisi
semula akan membutuhkan waktu beberapa tahun bahkan setelah peperangan
berakhir.[23]
Pada bulan Maret, FAO dan PBB melaporkan bahwa indeks harga pangan dunia telah
mencapai level tertingginya dengan peningkatan sebesar 24 persen year-over-year,
dan analis memperkirakan bahwa invasi akan memiliki dampak yang berkepanjangan
terhadap harga pangan.[28][29]
Pada akhir bulan Maret, berdasarkan pernyataan wakil sekretaris negara Amerika
Serikat, invasi Rusia, secara spesifik blokade laut dan serangan terhadap kapal kargo
sipil, telah menyebabkan kelangkaan pangan di Ukraina; kondisi yang akan merambat
ke berbagai belahan dunia.[30] Ditambah lagi dengan hambatan ekspor yang dialami
Rusia akibat sanksi ekonomi karena mereka adalah salah satu eksportir
utama potas, amonia, urea, dan nutrien tanah lainnya dan dapat mengganggu
ketahanan pangan di berbagai negara.[31][32][33] Peningkatan harga gas alam juga akan
menaikkan harga pupuk, dan akan berkontribusi pada peningkatan harga pangan
secara global.[34] Sejak sebelum perang dimulai, Rusia telah menerapkan larangan
ekspor amonium nitrat untuk memenuhi kebutuhan petani dalam negeri merespon
tingginya harga pupuk dunia yang sudah meningkat. [35]

Krisis iklim

Perubahan Iklim dan Pertanian


Kejadian gelombang panas, banjir, dan kekeringan yang berulang antara tahun 2020
dan 2022 secara signifikan mempengaruhi suplai pangan dunia. Berbagai cuaca
ekstrim ini terkait dengan perubahan iklim yang menjadikan sistem pangan kurang
mampu bertahan dari guncangan selevel seperti perang di Ukraina. Jumlah cadangan
gandum dunia sejak awal tahun 2022 sudah sangat rendah akibat cuaca ekstrim yang
telah terjadi tersebut.[39]
Di Irak, perubahan iklim telah menyebabkan kelangkaan air yang dapat memiliki
dampak pada negara itu selama beberapa tahun ke depan. [40] Suplai air Irak amat
bergantung pada sistem sungai Eufrat–Tigris yang sedang mengalami penurunan debit
aliran.[41]
Kekeringan di Afrika Timur telah terjadi sejak tahun 2021 dan semakin intens pada
tahun 2022 sebagai akibat dari datangnya La Nina.[42][43] Tiga musim hujan hadir dalam
kondisi yang kering di kawasan tersebut, mematikan tanaman pertanian dan sejumlah
besar hewan ternak.[42] PBB memperkirakan dua puluh juta rakyat Afrika berada dalam
risiko kelaparan.[42] Sejumlah besar hewan ternak dan satwa liar mati akibat kekeringan
ini.[42] Berbagai kondisi ini memperparah dampak wabah belalang gurun di tahun 2019–
2021 yang menghancurkan sejumlah besar area lahan pertanian. [42]
Krisis iklim juga terjadi di Eropa. Kekeringan yang terjadi saat musim dingin di Spanyol
dan Portugal pada awal tahun 2022 diprediksi dapat mengurangi hasil pertanian di
beberapa area hingga sebanyak 80 persen. [45] Hujan yang turun di awal Maret dan April
tidak cukup membantu kondisi kekeringan. [46] Di Prancis, hujan yang dingin membeku
justru terjadi di saat pembentukan kuncup, mematikan bakal bunga dan mengurangi
hasil tanaman buah.[47]
Kekeringan di Italia telah mengurangi jumlah debit air yang mengalir di sungai Po, yang
berkontribusi penting terhadap 40 persen hasil tani di negara itu. Intrusi air asin di
pesisir dapat mengurangi hasil tani hingga 30 persen. [48]
Semenjak krisis pangan terjadi, India mengekspor lebih banyak gandum demi mengisi
kekosongan suplai gandum dunia yang diakibatkan peperangan di Ukraina. [49] Namun di
India sendiri, gelombang panas menyebabkan suplai pangan terganggu dan harga di
beberapa tempat meningkat. Masalah juga diakibatkan oleh peperangan yang
menyebabkan harga pupuk dunia meningkat.[50] Gelombang panas hadir di akhir musim
tanam, membunuh tanaman sebelum mereka siap dipanen. [51][52] Gelombang panas ini
telah menyebabkan pemerintah India mengubah kebijakannya terhadap suplai gandum
dunia dengan menghentikan ekspor gandum. [53] Gelombang panas juga sangat
mempengaruhi hasil panen buah di Balochistan.[54]
Gelombang panas telah menyebabkan Argentina, Uruguay, Paraguay, dan Brazil
selatan, kawasan yang juluki dengan "kerucut selatan", mengalami penurunan hasil
panen jagung, kedelai, dan serealia lainnya, sehingga secara signifikan mempengaruhi
harga komoditas tersebut di seluruh dunia. [55][56][57][58]
Banjir parah di New South Wales, Australia pada Februari 2022 telah menghancurkan
ladang kedelai dan sawah padi serta menurunkan sekitar 36 persen hasil
kacang makadamia.[59] Sejumlah besar kawanan hewan ternak terganggu dan berbagai
infrastruktur pertanian dan peternakan rusak parah akibat banjir, yang disebut sebagai
bencana alam perusak hasil pertanian terbesar ketiga di Australia. [60]

II. TUJUAN SEMINAR DAN WORKSHOP KETAHANAN PANGAN DI DESA

1. Pemerintahan Desa mampu dan mau merencanakan, menganggarkan, dan


melaksanakan program/kegiatan ketahanan pangan di Desa;
2. Menyusun acuan bagi Desa dalam penggunaan dana Desa untuk
program/kegiatan ketahanan pangan di Desa;
3. Tersusun acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi,
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian dalam membina
penyelenggaraan ketahanan pangan di Desa.

III. TUJUAN KETAHANAN PANGAN DI DESA


1. Meningkatkan ketersediaan pangan baik dari hasil produksi masyarakat Desa
maupun dari lumbung pangan Desa;
2. Meningkatkan keterjangkauan pangan bagi warga masyarakat Desa; dan
3. Meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman,
higienis, bermutu, tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, serta berbasis pada potensi sumber daya lokal.
IV. GAGASAN PROGRAM KETAHANAN PANGAN DESA DENGAN SISTEM
PERTANIAN TERPADU
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam UUD 1945. Pentingnya
menguatkan ketahanan pangan selain karena merupakan fondasi bagi pembangunan sektor-
sektor lainnya juga karena adanya ancaman krisis pangan dunia sebagai akibat dari fenomena
perubahan iklim, pandemic covid 19, perang Rusia Ukraina dan tren populasi penduduk dunia
yang meningkat.  Termasuk di Indonesia pemenuhan kebutuhan pangan nasional bagi lebih
dari 270,2 juta penduduk perlu menjadi perhatian serius.
Upaya pemerintah untuk penguatan ketahanan pangan telah dilakukan dalam berbagai
kebijakan. Salah satunya melalui Peraturan Presiden nomor 104 tahun 2021 tentang Rincian
APBN TA 2022 disebutkan bahwa Dana Desa ditentukan penggunaannya untuk program
ketahanan pangan dan hewani paling sedikit 20% (dua puluh persen). 
Penggunaan Dana Desa untuk ketahanan pangan perlu dilakukan melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat agar masyarakat desa memiliki kemampuan yang cukup dalam
memenuhi kebutuhan pangan di desa secara mandiri. Dana Desa diharapkan mampu
mendukung kegiatan dari mulai produksi, penyediaan lahan dan infrastruktur penunjang,
pengolahan dan pemasaran.
Strategi penguatan ketahanan pangan harus berawal dari kebutuhan masyarakat/pasar. Semua
harus bersinergi baik di Pusat maupun Daerah agar dapat terwujud pola kolaborasi hulu dan
hilir.  Penggunaan dana Desa untuk ketahanan pangan perlu dipastikan berjalan dengan efektif.
Jadikan desa sebagai lumbung pangan maka kemandirian pangan nasional dapat tercapai.
Mengusung Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming)
Integrated farming (integrated agriculture) merupakan daur energi yang setiap bagian
menempati relung ekologisnya, dan bukan semata-mata memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini
berbeda dengan pertanian modern yang berpusat pada komoditas monokultur untuk memenuhi
kebutuhan pasar yang menggiurkan. Kendati demikian, implementasi pertanian terpadu ini
tetap berpusat pada kepentingan manusia yang menjadi perpangkalan dari keberhasilan sistem
ini.
Kebun
Buah-buahan Hortikultura
Nursery

SAYUR
kekkkemasan sayuran Ekoenzim/Pupuk hayati
Pangan, Energi & & bahan organik
Produk olahan
Pangan,
PendapatanEnergi
Produk olahan
Tepung
dan Pendapatan (Bakso ) Ikan
Kolam, Keramba,
Ikan & Kepiting dan tambak

Tepung
Tulang
Daging, Telur Ternak ayam, Bebek
Susu petelur dan
Pedaging Penetasur

Ternak ruminansia besar


(penggemukan sapi)

Gambar hubungan jejaring komponen dalam pertanian terpadu


Subsistem dalam Integrated Farming
Sistem Pertanian terpadu merupakan gabungan dari berbagai subsistem yang
merupakan sebuah siklus dan jejaring ekologi. Subsistem tersebut terdiri atas beberapa
komponen, antara lain :
1. Manusia
Pangkal dari pengelolaan pertanian terpadu ada pada manusia. Manusia sebagai
penyeimbang sekaligus manajer dalam pertanian terpadu dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip di atas. Untuk memenuhi pangan dan
pendapatan, manusia membutuhkan energi sebagai motor kehidupannya.
Dengan integrated farming sistem, manusia tidak hanya mendapatkan keuntungan
finansial tetapi juga kecukupan dan kemandirian pangan sebagai kebutuhan primer
serta tersedianya energi terbarukan yang sesewaktu siap sedia untuk dimanfaatkan.
Manusia juga sebagai penyeimbang dari kepentingan pemenuhan kehidupan dan
kepentingan alam.
2. Ladang/lahan perkarangan
Sebagai pemanen energi matahari secara langsung, keberadaan tanaman
(ladang/lahan perkarangan) sangat vital. Tanaman tidak saja dipanen hasilnya
tetapi juga sebagai penyedia pakan untuk ternak. Hasil samping pertanian berupa
hijauan dan sisa biomasa yang lain dapat digunakan sebagai pakan ternak dan ikan,
pembuatan biogas dan kompos. Secara teknis memungkinkan pula dikembangkan
tanaman khusus untuk kebutuhan ekosistem lahan, misalnya penanaman
leguminosa untuk peningkatan kesuburan tanah atau jenis tanaman untuk pestisida
nabati dan pupuk.
Dalam budidaya tanaman pangan dan sayuran, pendekatan pola pergiliran
tanaman, tumpang sari, tumpang gilir serta multiple croping ataupun stripe croping
mestinya diterapkan. Hal ini tidak saja sebagai penyangga ekonomi rumah tangga
petani, akan tetapi juga teknis budidaya ini terbukti mampu secara efektif
memelihara kesuburan tanah, menjamin kesehatan ekosistem lahan dan tidak
merusak komposisi hara dalam tanah. Bisa disebutkan, secara keseluruhan berjalan
dalam kesetimbangan yang tinggi dan harmoni alami.
3. Peternakan
Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan penggerak ekonomi
dalam integrated farming sistem. Sumber energi berasal dari daging, susu, telur
serta organ tubuh lainnya termasuk kotoran hewan. Kotoran hewan memainkan
peran untuk memutar ulang daur ekosistem pertanian. Sebagai penggerak
ekonomi didapatkan dari hasil utama ternak yang dapat dijual untuk pemenuhan
pendapatan.
Secara teknis penggabungan antar jenis ternak memerlukan syarat kelayakan.
Beberapa jenis hewan yang dicampur bisa menjadi lebih riskan, terlebih lagi dengan
merebaknya wabah aneka penyakit menular yang bersumber dari hewan (seperti
afian influensa).
4. Perikanan
Budidaya ikan air tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air (keruh),
perawatan mudah dan memiliki nilai ekonomis dipilih untuk melengkapi sistem
pertanian terpadu. Beberapa jenis ikan seperti nila, emas, gurami dan lele dapat
dipelihara baik secara tunggal maupun campuran. Perbedaan jenis dan perilaku
makan akan menjadi pertimbangan dalam budidaya ikan campuran. Sistem
longyam (balong dan ayam) atau kolam dan kandang ayam merupakan sistem
budidaya yang lazim dan berpotensi untuk dikembangkan.

6. Pengelolaan Limbah
Komponen pengelolaan limbah sangat penting dalam penyediaan energi dan
menekan pencemaran lingkungan. Beberapa yang dapat dilakukan antara lain
adalah:

 Pengolahan Limbah Rumah Tangga

Untuk konteks isu pertanian terpadu, pengolahan Limbah rumah tangga yang
dimaksud ada limbah organic. Limbah organic ini bisa dikelola menjadi ekoenzim
dan pakan maggot BSF. Salah satu kegunaan ekoenzim merupakan pupuk
kompos cair yang berguna sekali sebagai penyubur tanah dan penyubur
ekosistem air di samping banyak kegunaan lainnya.

Limbah organic yang difermentasi bisa dimanfaatkan sebagai pakan maggot


BSF. Maggot BSF merupakan sumber utama protein untuk konsumsi ternak
unggas rumah tangga dan budidaya ikan. Dengan menghasilkan pupuk sendiri
dan sumber protein untuk pakan unggas dan budidaya ikan, kita dapat menekan
cost semurah mungkin dalam kegiatan usaha tani, misal budidaya tanaman,
unggas dan ikan. Karena cost terbesar kegiatan budidaya pertanian, peternakan
dan perikanan adalah cost pupuk dan pakan. Dengan pemanfaatan limbah
organic tersebut kita bisa menekan cost produksi hingga 60-80 %.

 Pengelolaan limbah ternak.

Limbah ternak (kotoran ternak) terdiri dari limbah cair dan limbah padat yang
keduanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kompos (pupuk organik).
Bersama limbah lainnya seperti hijauan, kotoran ternak (feces dan urine) dapat
diproses menjadi pupuk organik, termasuk sebagai bahan baku utama untuk
pembuatan POC (Pupuk Organik Cair).
Selain sebagai penyubur tanah, pupuk kompos juga berperan dalam
memperbaiki struktur tanah, daya simpan air dan pengayaan mikroba tanah.
Nilai manfaat tersebut secara simultan akan meningkatkan daya tahan tanah dan
tanaman untuk antisipasi perubahan iklim. Selain itu penambahan pupuk kompos
yang diperkaya dengan bakteri tertentu juga menjadi pilihan untuk menjaga
kesehatan dan kesuburan tanah.
 Biogas

Selain sebagai bahan pembuat kompos, kotoran ternak juga dapat diproses
untuk penyedia energi (Biogas). Biogas terbentuk dari hasil penguraian kotoran
hewan oleh mikroorganisme yang terdiri atas karbondioksida (CO 2) dan metana
(CH4) serta unsur lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk memasak, sebagai
pemanas maupun penerangan.
Produksi metana ditentukan oleh jenis dan jumlah ternak yang dibudidayakan.
Banyaknya metana yang dihasilkan juga menentukan daya listrik yang
dihasilkan. Sebagai ilustrasi satu meter kubik metana ekivalen dengan 10 kWh
atau 0,6 liter bensin, mampu menghidupkan lampu 100 watt selama 6 jam.

Ilustrasi proses pembuatan biogas

7. Industri Hilir
Contoh industry hilir, yaitu:

a) Lakukan penggilingan daging. Daging segar bisa langsung digiling


tanpa pembekuan terlebih dahulu. Daging digiling dengan garam,
bawang putih dan sebagian besar es.
b) Daging giling kemudian diaduk dan dihaluskan dalam meat cutter.
Setelah adonan daging rata dan halus, masukan bumbu dan sodium
tripolipospat dengan tepung sedikit demi sedikit dan terus diaduk.
Selama penggadukan, masukan air es sedikit-sedikit sampai didapat
adonan yang kalis. Penggadukan dianggap selesai jika terbentuk
adonan yang rata, halus dan dapat dibulatkan bila diremas dengan
tangan.
c) Lakukan pencetakan bakso secara manual, adonan diremas- remas
dengan tangan, kemudian dibentu bulatan dan dikeluarkan melalui
lubang yang dibentuk oleh telunjuk dan ibu jari. Bulatan adonan
dibentuk dengan sendok.

V. METODE PERTEMUAN
1. SEMINAR
Seminar dilakukan untuk memberi masukan kepada Kepala Desa agar faham
persoalan, konsepsi, strategi dan kerangka kerja membangun system ketahanan
pangan di desa masing-masing. Beberapa narasumber akan diminta paparan berkaitan
dengan materi-materi seperti :
 Seberapa genting isu tentang ketahanan pangan di Indonesia
 Pemahaman Regulasi yang di-drive oleh pemerintah agar ketahanan pangan
tersebut dapat diwujudkan
 Masukan pakar tentang gagasan, strategi, metode hingga konsepsi perwujudan
tentang membangun ketahanan pangan di desa
 Penyusunan perencanaan dan anggaran untuk program atau kegiatan
ketahanan pangan di desa.

2. WORKSHOP
Workshop dilakukan oleh kepala desa. Tentunya panitia membantu merumuskan
materi-materi bahasan yang bersumber dari masukan narasumber dalam bentuk draft
yang sudah siap dibahas. Antara lain draft :
 PEDOMAN KETAHANAN PANGAN DI DESA
 KEBIJAKAN DAN INDIKATOR KETAHANAN PANGAN DI DESA
 PROGRAM KETAHANAN PANGAN DI DESA
 PERAN KELEMBAGAAN DI DESA
Mekanisme workshop dimulai dengan pembahasan melalui diskusi kelompok. Masing-
masing kepala desa membentuk kelompok sebanyak jumlah draft yang akan dibahas.
Kemudian dipresentasi dalam rapat pleno. Hasil pembahasan dan kesepakatan dalam
pleno kepala desa merupakan buah hasil dari kegiatan workshop yang dilakukan.

VI. PESERTA SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Umum
2. Kepala Desa
VII. JADWAL KEGIATAN SEMINAR DAN WORKSHOP

HARI WAKTU AKTIVITAS PENANGGUNG


JAWAB

PERTAMA 08.00-09.00 Registrasi Peserta PANITIA

(SEMINAR)

09.00-10.00 Pembukaan Seminar dan workshop PANITIA

10.00-12.00 Sesi I MODERATOR 1

Gentingnya persoalan ketahanan


pangan di Indonesia dan dunia

Regulasi-regulasi pemerintah
mewujudkan ketahanan pangan di
Desa

12.00-13.00 ISHOMA PANITIA

13.00-16.00 Sesi II MODERATOR 2

gagasan, strategi, metode hingga


konsepsi perwujudan tentang
membangun ketahanan pangan di
desa

Penyusunan perencanaan dan


anggaran untuk program atau
kegiatan ketahanan pangan di desa

KEDUA 08.00-09.00 DISKUSI KELOMPOK FASILITATOR


(workshop)
 PEDOMAN KETAHANAN PANGAN DI
DESA (Draft I)
 KEBIJAKAN DAN INDIKATOR
KETAHANAN PANGAN DI DESA (Draft
II)
 PROGRAM KETAHANAN PANGAN DI
DESA(Draft III)
 PERAN KELEMBAGAAN DI DESA
(Draft IV)

09.00-10.00 Pembahasan Hasil-Hasil Dari Diskusi FASILITATOR


Kelompok Peserta

10.00-10.15 BREAK KOPI PANITIA

10.15-12.00 Lanjutan Pembahasan Hasil-Hasil


Dari Diskusi Kelompok Peserta
FASILITATOR

12.00-13.00 ISHOMA PANITIA

13.00-14.00 Rumusan Kesepakatan dan FASILITATOR


rekomendasi

14.00-15.00 PENUTUPAN PANITIA

VIII. PENANGGUNG JAWAB PROGRAM


Majelis Wilayah KAHMI SUMATERA UTARA BIDANG PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA

Jalan Cassia Raya Blok OO No. 3A kOMPLEKS Taman Setiabudi Indah, Tj. Rejo, kec.
Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara

IX. ANGGARAN PROGRAM

Anggaran program diusulkan sebesar …………….. (……………) dengan rincian


terlampir.

X. PENUTUP

Demikian proposal ini kami sampaikan semoga Bapak Bupati dapat memakluminya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Referensi

1. ^ Julia Horowitz (12 March 2022). "War has brought the world to the brink of a
food crisis". CNN. Diakses tanggal 2022-04-01.
2. ^ Lynch, Colum. "U.N. to Keep Beasley at WFP as Food Crises Roil the
World". Foreign Policy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-01.
3. ^ Lompat ke:a b McDonough, Siobhan (2022-02-27). "What the Russian invasion
of Ukraine could mean for global hunger". Vox (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2022-04-01.
4. ^ Nicas, Jack (2022-03-20). "Ukraine War Threatens to Cause a Global Food
Crisis". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses
tanggal 2022-04-01.
5. ^ Lompat ke:a b c Good, Keith (2022-03-21). ""Global Food Crisis" Possible- - "No
Precedent Even Close to This Since World War II" • Farm Policy News". Farm
Policy News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-05.
6. ^ Reuters (2022-03-05). "Food prices jump 20.7% yr/yr to hit record high in Feb,
U.N. agency says". Reuters (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-
01.
7. ^ Lompat ke:a b c Braun, Phillip. "How The Russia-Ukraine War Has
Compounded The Global Food Crisis". Forbes (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2022-04-01.
8. ^ "Global food security: These are the main challenges to feeding the world –
and how we can solve them". World Economic Forum (dalam bahasa Inggris).
Diakses tanggal 2022-04-01.
9. ^ Philpott, Tom. "As Russia's invasion roils supply chains, the world grows
hungrier". Mother Jones (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-07.
10. ^ Mulvaney, Dustin (2011). Green Energy: An A-to-Z Guide. SAGE.
hlm. 301. ISBN 978-1-4129-9677-8.
11. ^ Erisman, Jan Willem; MA Sutton, J Galloway, Z Klimont, W Winiwarter
(October 2008). "How a century of ammonia synthesis changed the
world". Nature Geoscience. 1 (10): 636–
639. Bibcode:2008NatGe...1..636E. doi:10.1038/ngeo325. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 23 July 2010. Diakses tanggal 22 October 2010.
12. ^ "Energy crisis today – fertiliser and food crisis tomorrow?". Euractiv. 19
October 2021.
13. ^ "'I'm afraid we're going to have a food crisis': The energy crunch has made
fertilizer too expensive to produce, says Yara CEO". Fortune. 4 November 2021.
14. ^ "Soaring fertilizer prices put global food security at risk". Axios. 6 May 2022.
15. ^ "Fears global energy crisis could lead to famine in vulnerable countries". The
Guardian. 20 October 2021.
16. ^ Swanson, Anna (24 February 2022). "Ukraine Invasion Threatens Global
Wheat Supply". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli  tanggal 24
February 2022. Diakses tanggal 25 February 2022.
17. ^ "Ukraine War to Compound Hunger, Poverty in Africa, Experts Say". VOA
News. 19 March 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 March 2022. Diakses
tanggal 23 March 2022.
18. ^ Durisin, Megan; Elkin, Elizabeth; Parija, Pratik (9 March 2022). "The World's
Next Food Emergency Is Here as War Compounds Hunger Crisis". Bloomberg
News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 March 2022. Diakses tanggal 10
March 2022.
19. ^ "Crisis in Ukraine Drives Food Prices Higher Around World". VOA News. 6
March 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 March 2022. Diakses
tanggal 23 March 2022.
20. ^ "UN food agency official alarmed by Afghan food, fuel prices". Associated
Press. 18 March 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 April 2022. Diakses
tanggal 7 April 2022.
21. ^ "Afghanistan's Hungry Will Pay the Price for Putin's War". Foreign Policy. 1
April 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 April 2022. Diakses tanggal 7
April 2022.
22. ^ "As many as 28 million people across East Africa at risk of extreme hunger if
rains fail again". Oxfam. 22 March 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25
March 2022. Diakses tanggal 23 March 2022.
23. ^ "Russia's invasion of Ukraine will likely ratchet American food prices even
higher, experts say". The Washington Post. 26 February 2022. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 27 February 2022. Diakses tanggal 26 February 2022.
24. ^ "How tensions in Ukraine could rile Egypt". The Economist. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 24 February 2022. Diakses tanggal 25 February 2022.
25. ^ Yusuf, Mohammed (2022-03-19). "Ukraine War to Compound Hunger, Poverty
in Africa, Experts Say". VOA (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi
asli tanggal 24 March 2022. Diakses tanggal 2022-03-23.
26. ^ "海关总署公告 2022 年第 21 号(关于允许俄罗斯全境小麦进口的公告)
[General Administration of Customs Notification 21/2022]". General
Administration of Customs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 February 2022.
Diakses tanggal 6 March 2022.
27. ^ Tang, Frank (24 February 2022). "China lifts all wheat-import restrictions on
Russia amid Ukraine crisis". South China Morning Post (dalam bahasa Inggris).
Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 February 2022. Diakses tanggal 26
February 2022.
28. ^ "Food prices jump 24.1% yr/yr to hit record high in Feb, U.N. agency
says". Reuters. 4 March 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2022.
Diakses tanggal 5 March 2022.
29. ^ "Food Price Index hit record high in February, UN agency reports". UN News.
4 March 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2022. Diakses
tanggal 5 March 2022.
30. ^ "Putin has created a "global food crisis" with war in Ukraine, US deputy
secretary of state says" (dalam bahasa Inggris). CNN. 29 March 2022.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 March 2022. Diakses tanggal 30
March 2022.
31. ^ "As sanctions bite Russia, fertilizer shortage imperils world food
supply". Reuters. 23 March 2022.
32. ^ "FAO Information Note: The importance of Ukraine and the Russian
Federation for global agricultural markets and the risks associated with the
current conflict, 25 March 2022 Update" (PDF). Food and Agriculture
Organization. 25 March 2022.
33. ^ "Soaring fertilizer prices put global food security at risk". Axios. 6 May 2022.
34. ^ "Russia-Ukraine war worsens fertilizer crunch, risking food supplies". NPR. 12
April 2022.
35. ^ Thomas, Aled; Bland, William; Bobylov, Alexandre (2022-02-02). "Russia bans
ammonium nitrate exports until April to support domestic
farmers". www.spglobal.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-05-
02.
36. ^ "Food crisis due to Ukraine war calls for demand-side action: less animal
products, less waste, and greening EU agricultural policy — Potsdam Institute
for Climate Impact Research" (dalam bahasa Inggris). Potsdam Institute for
Climate Impact Research. Diakses tanggal 18 April 2022.
37. ^ "Auswirkungen des Ukraine-Kriegs auf Ernährungssicherheit". Science Media
Centre Germany (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 18 April 2022.
38. ^ Bentley, Alison (22 March 2022). "Broken bread — avert global wheat crisis
caused by invasion of Ukraine". Nature (dalam bahasa Inggris). 603 (7902):
551. Bibcode:2022Natur.603..551B. doi:10.1038/d41586-022-00789-x. PMID 35
318475 Periksa nilai |pmid= (bantuan). Diakses tanggal 18 April 2022.
39. ^ Lee, Meredith. "'We see the storm coming': U.S. struggles to contain a
deepening global food crisis". POLITICO (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2022-04-07.
40. ^ "'All the trees have died': Iraqis face intensifying water crisis". Al Jazeera. 5
November 2021.
41. ^ "Severe water shortages strain wheat harvest in Iraq". Associated Press. 29
May 2022.
42. ^ Lompat ke:a b c d e MULVANEY, KIERAN (2022-03-14). "Historic drought looms
for 20 million living in Horn of Africa". National Geographic: Environment (dalam
bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-05.
43. ^ "Severe drought threatens 13 million with hunger in Horn of Africa". UN
News (dalam bahasa Inggris). 2022-02-08. Diakses tanggal 2022-04-05.
44.
45. ^ "Extreme winter drought devastates crops in Spain and
Portugal". euronews (dalam bahasa Inggris). 2022-02-13. Diakses tanggal 2022-
04-05.
46. ^ Torres Benayas, Victoria (8 April 2022). "El marzo menos soleado en 40
años". El País.
47. ^ "Late frost ices over French vineyards, threatens fruit crops". AP
NEWS (dalam bahasa Inggris). 2022-04-04. Diakses tanggal 2022-04-05.
48. ^ "Italy's longest river, fed by melt from the Alps, dries up, threatening
agricultural collapse". Daily Kos. Diakses tanggal 2022-05-19.
49. ^ Bhardwaj, Mayank (16 March 2022). "EXCLUSIVE India acts to seize gap in
wheat export market left by Ukraine war". Reuters (dalam bahasa Inggris).
Diakses tanggal 30 April 2022.
50. ^ "Explained: How heatwave might thwart India's dream to feed the
world". Firstpost (dalam bahasa Inggris). 2022-04-20. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2022-04-24. Diakses tanggal 2022-04-24.
51. ^ Vaughan, Adam. "Severe Indian heatwave will bake a billion people and
damage crops". New Scientist (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2022-04-26. Diakses tanggal 2022-04-27.
52. ^ Kumar, Hari; Ives, Mike (28 April 2022). "The Extreme Heat Pummeling India
and Pakistan Is About to Get Worse". The New York Times. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 28 April 2022. Diakses tanggal 30 April 2022.
53. ^ Business, Diksha Madhok, CNN. "India offered to help fix the global food crisis.
Here's why it backtracked". CNN. Diakses tanggal 2022-05-17.
54. ^ Ellis-Petersen, Hannah; Meer Baloch, Shah (2 May 2022). "'We are living in
hell': Pakistan and India suffer extreme spring heatwaves". The Guardian (dalam
bahasa Inggris). Diakses tanggal 12 May 2022.
55. ^ "GRAINS-Soybeans steady as South America rain chances
assessed". Successful Farming (dalam bahasa Inggris). 2022-01-14. Diakses
tanggal 2022-04-05.
56. ^ by (2022-01-10). "La Niña puts record harvests at risk". California18 (dalam
bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-05.
57. ^ Heath, Maximilian (2022-01-06). "Heatwave to hit Argentina, further stressing
corn, soybean crops". Reuters (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-
04-05.
58. ^ GRANT, DANIEL. "Argentine crops in 'grave danger;' Brazilian estimates
fall". FarmWeek Now.
59. ^ "'All of our crops are completely submerged': Total crop losses expected in
northern NSW flood zone". ABC News (dalam bahasa Inggris). 2022-03-03.
Diakses tanggal 2022-04-05.
60. ^ "Floods and livestock losses leave NSW and Queensland farmers reeling from
third disaster in three years". the Guardian (dalam bahasa Inggris). 2022-03-01.
Diakses tanggal 2022-04-05.

Anda mungkin juga menyukai