Anda di halaman 1dari 7

Prospek Permasalahan Pangan dan Krisis Air Bersih

Kelompok 1
Gilang Putranto/10422024
Bianca Aurelia Jasmine/10422008
M Affan Abdullah/10422036
Hansen Jonathan/10422007
Naila Sartikadewi/10422034

Permasalahan Umum
Tujuan kemanusiaan untuk mengakhiri kemiskinan dan kelaparan ekstrem harus
ditindaklanjuti dengan kebijakan pangan. Namun, terdapat beberapa tantangan untuk
mencapai tujuan tersebut seperti kelangkaan air, krisis energi, dan perubahan iklim. Food and
water insecurity (kerawanan pangan dan air) adalah dua permasalahan besar yang
bersinggungan dan mempunyai dampak signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan
global. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Society for Nutrition,
terdapat hubungan kuat antara kerawanan air dan kerawanan pangan. Studi ini menemukan
bahwa kurangnya akses terhadap air yang cukup dapat menyebabkan kerawanan pangan.
Studi lain menerapkan kerangka analitis makanan-air untuk menyelidiki perubahan dalam
strategi ketahanan pangan nasional sebelum dan sesudah tahun 2008 di negara-negara yang
menghadapi kelangkaan air, seperti Mesir dan Yordania. Studi ini menemukan bahwa
kelangkaan air dapat menyebabkan kerawanan pangan dan negara-negara tersebut perlu
mengembangkan strategi untuk mengatasi kedua masalah tersebut.
Fokus kebijakan pangan seharusnya tetap memperhatikan meningkatnya masalah
kelangkaan air, mengingat peran kuncinya dalam produksi pertanian. Kelangkaan air
berpotensi membatasi produksi, dengan dampak merugikan terhadap ketahanan pangan.
Irigasi, sebagai faktor kunci dalam meningkatkan hasil pertanian, berkontribusi pada
stabilitas produksi pangan dan harga (Hanjra et al., 2010) serta menghasilkan pendapatan di
sektor pertanian.
Peran kritis air dalam pertanian sangat penting untuk menjamin ketahanan pangan
global di masa depan. Namun, peningkatan yang berkelanjutan dalam permintaan air untuk
keperluan non-pertanian, seperti kebutuhan perkotaan dan industri, bersamaan dengan
meningkatnya kekhawatiran tentang kualitas lingkungan, telah menjadikan permintaan air
irigasi mendapat perhatian lebih intens, membahayakan ketahanan pangan (Hanjra et al.,
2010)
Kelangkaan air sudah menjadi masalah mendesak di berbagai belahan dunia. Selain
itu, muncul kekhawatiran publik tentang dampak lingkungan yang substansial terkait dengan
ketahanan pangan (Hanjra et al., 2010). Peningkatan terus-menerus dalam permintaan air
irigasi selama bertahun-tahun telah menyebabkan perubahan aliran air, pembersihan lahan,
dan dengan demikian, penurunan kualitas air sungai. Untuk mengatasi kekhawatiran
lingkungan ini dan memenuhi kebutuhan air perkotaan dan industri yang terus meningkat
akan memerlukan pengalihan air dari irigasi, sehingga mengurangi luas irigasi dan
produksinya, dengan dampak pada ketahanan pangan di masa depan. Oleh karena itu,
diperlukan strategi-strategi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.

Kondisi Permasalahan Pada Tingkat Nasional dan Internasional

Gambar 1 : Peta Ketahanan Pangan Indonesia Berdasarkan Provinsi


Masalah pangan bukan hanya suatu hal yang dihadapi negara Indonesia. Menurut
World Bank (2022), kerawanan pangan (Food Insecurity) dialami oleh 29,6% penduduk
dunia dengan 11,3% diantaranya mengalami kerawanan pangan parah. Hal ini merupakan
data yang cukup memprihatinkan karena menunjukkan kemajuan atas food insecurity yang
telah diusahakan beberapa tahun sebelumnya terhapus. Beberapa faktor yang menyebabkan
naiknya persentase food insecurity adalah pemanasan global dan konflik antar negara seperti
Perang Rusia‐Ukraina (US Departement of Health, 2023).
Di Indonesia sendiri, ketahanan pangan merupakan isu serius yang masih harus diatasi
setiap tahunnya. Menurut Global Food Security Index (2022) ketahanan pangan Indonesia
mengalami peningkatan pada 2022 lalu dengan poin sebesar 69, tetapi masih lebih rendah
dibanding rata‐rata global (62,2). Hal ini merupakan dampak dari kondisi pertanian
Indonesia yang belum mumpuni. Tercatat bahwa 40 juta penduduk Indonesia bekerja di
bidang pertanian. Akan tetapi, sumbangsih sektor pertanian terhadap ekonomi Indonesia
masih cukup kecil yaitu 12% PDB. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa masih
banyak ruang berkembang bagi industri pertanian Indonesia untuk menjadi lebih mumpuni.
Terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk
mengoptimalkan ketahanan pangan dalam negeri. Contoh proyek yang dilakukan adalah
pembangunan 65 bendungan di daerah kawasan pertanian yang tersebar di Indonesia. Proyek
ini diharapkan akan mewujudkan ketahanan pangan dan air secara bersamaan dan
meningkatkan pasokan air sebesar 120 m kubik per kapita per tahun pada 2030. Diketahui
bahwa pada 2020, jumlah pasokan air Indonesia masih 58 kubik per kapita per tahunnya
(PUPR, 2020).

Prediksi Tren ke Depan


Skala krisis kelaparan dan malnutrisi global sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Secara global, kerawanan pangan telah meningkat dan mempengaruhi 11,3% dari populasi global
pada tahun 2022. World Food Programme (WFP) memperkirakan bahwa dari 79 negara, lebih dari
345 juta orang menghadapi kerawanan pangan yang akut pada tahun 2023. Angka ini lebih dari dua
kali lipat jumlah pada tahun 2020 sebelum COVID-10. Selain pandemi, peningkatan ini juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan iklim dan konflik regional. Mengingat
pertumbuhan populasi dan peningkatan pendapatan, diperkirakan bahwa permintaan makanan akan
meningkat 70 hingga 100 persen pada tahun 2050. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Perserikatan
Bangsa-Bangsa pun memperkirakan bahwa produksi di negara-negara berkembang perlu ditingkatkan
hampir dua kali lipatnya.

Perubahan iklim juga berdampak besar pada persediaan air bersih dunia. Saat ini, lebih dari 2
miliar orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman di rumah, dan pada tahun 2025 lebih
dari separuh populasi dunia akan tinggal di daerah yang kekurangan air. Pemerintah, industri, dan
masyarakat sipil akan menghadapi peningkatan risiko ketidakamanan air selama dua dekade
mendatang seiring dengan meningkatnya permintaan dan terbatasnya pasokan. Negara-negara yang
tidak mampu mengatasi tantangan ketersediaan air akan menghadapi berbagai tantangan, termasuk
risiko penyakit yang lebih besar, kesenjangan yang semakin besar, pertumbuhan ekonomi yang buruk,
dan risiko ketidakstabilan politik dalam negeri yang semakin tinggi. Sumber daya air yang digunakan
bersama di antara negara-negara semakin besar kemungkinannya menjadi titik konflik seiring dengan
berkurangnya ketahanan air dan meningkatnya persaingan geopolitik (Office of the director of
National Intelligence, 2021).

Meskipun Indonesia merupakan negara agrikultur, pemenuhan kebutuhan makanan yang


merata masih menjadi tantangan. Beberapa daerah di Indonesia masih dalam kondisi
mengkhawatirkan, seperti Papua dan Papua Barat. Sebaliknya, Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi adalah
daerah dengan kondisi ketahanan pangan yang sangat kuat. Unit Intelijen Ekonomi menganalisis
Indeks Ketahanan Pangan dengan Indeks Ketahanan Pangan Global (GFSI). Hasilnya menunjukkan
bahwa Indeks Ketahanan Pangan Indonesia berfluktuasi atau menunjukkan tren yang meningkat
secara umum (Rozaki, 2021). Situasi produksi pertanian di Indonesia ini masih didominasi oleh beras.
Dibandingkan dengan produksi pangan lainnya, beras memiliki produksi tertinggi dengan peningkatan
signifikan dari tahun 2014 hingga 2018. Sistem pangan tidak le

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) memprediksi empat
kemungkinan skenario yang dapat terjadi pada sistem pangan di masa depan. Pada skenario pertama,
situasi pangan dunia tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kerawanan pangan masih menjadi
masalah krisis dan belum ada solusi yang berdampak. Pada skenario kedua, sudah ada pergerakan
menuju sistem pertanian pangan yang berkelanjutan, namun berlangsung dengan lambat dan tidak
menentu. Pada skenario ketiga, kerawanan pangan semakin memburuk. Pada skenario terakhir,
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) jangka pendek digantikan dengan inklusivitas, ketahanan
dan keberlanjutan sistem pertanian pangan, perekonomian dan lingkungan hidup.

Solusi
Sekitar 800 juta orang di seluruh dunia tidak mendapatkan makanan yang memadai untuk dikonsumsi,
sementara sekitar 1,5 miliar orang lainnya mengalami masalah obesitas. Populasi dunia terus
bertambah dan diperkirakan akan bertambah sekitar 2 miliar orang lagi pada tahun 2050. Perubahan
iklim mengubah daerah pertanian, sehingga para ilmuwan dan pembuat kebijakan sedang berusaha
mencari solusi untuk mengatasi kedua masalah ini. Masalah food and water insecurity ini tidak hanya
disebabkan oleh peraturan pemerintah saja.

Masih banyak faktor penting lainnya yang bertanggung jawab atas masalah ini, seperti perubahan
iklim, pertumbuhan populasi, dan penggunaan sumber daya yang tidak sustainable, secara bertahap
meningkatkan tekanan pada populasi dan pemerintah di seluruh dunia untuk mengubah cara makanan
dan air diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi di seluruh dunia.
Kerangka kebijakan yang baik dapat mengatasi masalah ketidakamanan pangan, baik dari pemerintah
maupun sektor swasta, seperti berikut:
1. Menutup kesenjangan hasil: World Wildlife Fund memperkirakan bahwa hingga tahun 2050, sekitar
120 juta hektar habitat alami akan diubah menjadi lahan pertanian di negara-negara berkembang
(Ahmad et al, 2021). Sementara itu, lahan pertanian di belahan dunia hanya menghasilkan sekitar 50
persen dari kapasitas produksinya. Jika kesenjangan ini ditutup lewat membuat agriculture yang
sustainable, maka 850 juta populasi manusia bisa memperoleh pangan sesuai kebutuhan.

2. Menggunakan pupuk lebih efisien: Penggunaan pupuk pada tanaman gandum, beras, dan jagung
bisa dikurangi hingga 13-29 persen tanpa mengurangi produksi (West et al, 2014). Hal ini tentu saja
dapat mengurangi kelangkaan air lewat pengurangan pencemaran air, sebab kita tahu pupuk mampu
mencemari air pada siklus nitrat.

3. Meningkatkan produktivitas air rendah: Sistem irigasi harus ditingkatkan dan menanam tanaman
yang menggunakan air lebih sedikit dapat mengatasi masalah ini. Namun, perubahan ini bukan hanya
karena petani menanam tanaman berdasarkan nilai pasar. Jadi, kita bisa mengubah ini dengan
memberikan insentif ekonomi, dan perubahan ini harus didasarkan pada perbedaan regional dan
budaya.

4. Menargetkan makanan untuk konsumsi langsung: Dari siklus perpindahan energi kita tahu bahwa
,jika tanaman yang biasanya digunakan sebagai pakan hewan langsung digunakan untuk memberi
makan manusia, maka itu bisa memberikan cukup kalori untuk 4 miliar orang. Karena ketika tanaman
diubah menjadi pakan hewan dan penggunaan non-pangan lainnya, banyak kalorinya hilang. Maka,
dari itu West dan rekan-rekannya menganjurkan gerakan pengurangan konsumsi berbasis daging.

5. Mengurangi pemborosan makanan: Di dunia, 30-50 persen makanan terbuang karena kurangnya
fasilitas penyimpanan dan persiapan yang tidak efektif. Dan menurut PBB, sebenarnya tidak perlu
memproduksi lebih banyak makanan, hanya perlu menghentikan pemborosan makanan yang sudah
ada (Ahmad et al, 2021).
Daftar Pustaka

A Global Food Crisis: World Food Programme. UN World Food Programme. (n.d.).
https://www.wfp.org/global-hunger-crisis

Ahmad, Nafees & Shahnawaz, S K & Alam, Zaid. (2021). Food Insecurity: Concept, Causes,
Effects and Possible Solutions. 2. 105-113. 10.47310/jiarjhss.v02i01.016.

AMERICAN SOCIETY FOR NUTRITION. (2022). Food insecurity and water insecurity go
hand in hand, study finds. [online] available at
https://nutrition.org/food-insecurity-and-water-insecurity-go-hand-in-hand-study-finds/

Balai Wilayah Sungai Sumatera I -. (n.d.).

https://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera1/article/upaya-menjaga-ketahanan-pangan-indonesia#:

~:text=Selain%20pembangunan%20infrastruktur%2C%20upaya%20meningkatkan,terus%20

disosialisasikan%20kepada%20para%20petani.
FAO. (2022). Future of Food and agriculture: Drivers and triggers for Transformation. FOOD
& AGRICULTURE ORG.

Munir A. Hanjra, M. Ejaz Qureshi. (2010). Global water crisis and future food security in an
era of climate change. Food Policy 35(5), Pages 365-377.

Office of the director of National Intelligence. (2021). The Future of Water: Water Insecurity
Threatening Global Economic Growth, Political Stability. Office of the director of National
Intelligence - Global Trends.
https://www.dni.gov/index.php/gt2040-home/gt2040-deeper-looks/future-of-water

Rozaki Z. (2021). Food security challenges and opportunities in indonesia post COVID-19. Advances
in Food Security and Sustainability, 6, 119–168.

West, P. C., Gerber, J. S., Engstrom, P. M., Mueller, N. D., Brauman, K. A., Carlson, K. M., Cassidy,
E. S., Johnston, M., MacDonald, G. K., Ray, D. K., & Siebert, S. (2014). Leverage points for
improving global food security and the environment. Science (New York, N.Y.), 345(6194),
325–328. https://doi.org/10.1126/SCIENCE.1246067

World Bank Group. (2023, October 3). Food security: Rising food insecurity in 2023. World
Bank.
https://www.worldbank.org/en/topic/agriculture/brief/food-security-update#:~:text=The%20F
ood%20and%20Agriculture%20Organization,11.3%25%20of%20the%20global%20populati
on.

Anda mungkin juga menyukai