Anda di halaman 1dari 3

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH

Desa Ranupani merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Senduro, Kabupaten
Lumajang, Provinsi Jawa Timur dengan mayoritas penduduknya berasal dari Suku Tengger.
Desa ini terletak pada kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sehingga
digolongkan sebagai enclave atau desa dengan lahan milik pihak ketiga yang terletak pada
kawasan hutan didasarkan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Desa Ranupani. Desa Ranupani
menjadi desa terakhir dan tertinggi pada pendakian Gunung Semeru, dimana Gunung Semeru
merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, sehingga keberadaan desa ini cukup terpencil dan
sulit diakses dengan kendaraan ringan.

Sumber: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/ranupani
Desa Ranupani terletak pada kawasan taman nasional dan berada pada lereng Gunung
Semeru dengan topografinya berupa dataran tinggi yang dikelilingi oleh perbukitan pada
ketinggian 2.200 mdpl. Desa ini berada pada posisi geografis dengan koordinat antara 08° 00'
20.4583" LS dan 112° 55' 51.6481" BT dengan luasan area mencapai 3.578,75 Ha (Anggiana
et al., 2014). Lahan di desa ini banyak dimanfaatkan sebagai lahan pertanian komoditas
tanaman semusim, seperti kentang, daun bawang, dan kubis, serta permukiman masyarakat
setempat. Bahkan, kegiatan pertanian ini dijadikan sumber mata pencaharian utama
masyarakat setempat karena menjanjikan dan didukung oleh kondisi lingkungannya
(Budiyanti, 2015). Desa Ranupani memiliki kondisi iklim yang cukup berbeda signifikan,
yaitu suhu yang berkisar antara -4 – 20 ℃. Hal ini dikarenakan tingginya lokasi desa dan
jarang dijamah oleh masyarakat luar dalam jumlah yang besar. Selain kegiatan pertaniannya,
Desa Ranupani ini juga dijadikan tempat wisata juga persinggahan para pendaki Gunung
Semeru karena view yang disuguhkan dan keberadaan danau sebagai sumber penghidupan
utama masyarakat. Dikutip dari laman Jejaring Desa Wisata Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif, setidaknya terdapat tiga danau di Desa Ranupani yang dijadikan destinasi
wisata, yaitu danau ranupani, danau ranu regulo, dan danau ranu kumbolo (Sumber:
jadesta.kemenparekraf.go.id). Di samping dijadikannya tempat wisata, danau-danau tersebut
juga dimanfaatkan masyarakat setempat untuk menunjang aktivitas sehari-harinya, seperti
perairan, peribadatan, dan pemenuhan sumber air bersih.
Penggunaan lahan di Desa Ranupani masih berfokus pada kegiatan bercocok tanam dengan
komoditas utama berupa tanaman semusim yang dilakukan di lereng gunung yang curam,
yaitu berkisar antara 45 – 80°. Kemiringan lahan yang curam dengan vegetasi penutup yang
kurang akan memiliki potensi yang besar untuk terjadinya bencana alam seperti banjir dan
longsor. Terlebih desa ini berada pada kawasan taman nasional yang ekosistemnya turut
berpengaruh terhadap keseimbangan alam (Astriyantika et al., 2014). Pada bulan Oktober
tahun 2022 ini, Desa Ranupani mengalami ketidakseimbangan alam yang berujung pada
terjadinya bencana alam, yaitu banjir dan longsor. Bencana ini menyebabkan terisolasinya
masyarakat setempat sehingga kegiatan sehari-hari terhambat. Hal ini dikarenakan banjir
yang terjadi membawa sedimentasi dari longsoran pada lahan pertanian yang lebih tinggi
menuju rumah warga. Bahkan, sedimentasi yang berasal dari kegiatan pertanian dan limbah
rumah tangga masuk ke dalam danau yang menyebabkan pendangkalan dan penurunan
kualitas air (Fath, 2013). Budiyanti (2015) menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi di
Desa Ranupani ini disebabkan oleh tidak tepatnya upaya pengelolaan lahan yang berdampak
pada kerusakan tanah juga penurunan kualitas air. Permasalahan utama yang terjadi di Desa
Ranupani ada pada penurunan kualitas tanah akibat degradasi lahan yang disebabkan oleh
penggunaan pupuk kimia atau insektisida secara berlebihan. Selain itu, terbentuknya
sedimentasi dan terjadinya eutrofikasi di danau ranupani akibat penerapan pola pertanian
monokultur tanpa adanya upaya mekanis atau vegetative yang mendukung.
Mendasari permasalahan ini, minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat sebagai
pelaku utama kegiatan di lahan Desa Ranupani dapat menghambat perkembangan kegiatan
yang ada dan menunjang kelestarian lingkungan. Masuknya Desa Ranupani pada kawasan
taman nasional tidak lepas dari tanggung jawab dan pengawasan pihak-pihak dari
kelembagaan taman nasional dan institusi yang membawahinya. Pemberdayaan masyarakat
guna mendukung konservasi ekosistem, khususnya tanah dan air, perlu dilakukan dalam
bentuk mekanisme pelaksaaan kegiatan pertanian yang sesuai dengan kondisi lahan.
Kelembagaan terkait juga memiliki wewenang dalam upaya konservasi pada zona ekowisata
yang juga dijadikan sumber kehidupan utama masyarakat setempat (Fatanti et al., 2022).
Anggiana, Versa, & Bergas. (2014). Pembangunan pariwisata dan perampasan ruang hidup
rakyat: KSPN menjawab masalahnya siapa? LAPORAN PENELITIAN TIM BROMO
TENGGER SEMERU, 1–31.
Astriyantika, M., Arief, H., Sunarminto, T., Departemen, M., Sumberdaya, K., Dan
Ekowisata, H., Dosen, ), Konservasi, D., Hutan, S., & Ekowisata, D. (2014). STUDI
KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM HAYATI PADA MASYARAKAT
TENGGER DI RESORT RANU PANI, TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER
SEMERU Study of Biological Resources Conservation in Tengger Society at Ranu Pani
Resort, Bromo Tengger Semeru National Park. Media Konservasi, 19(1), 1–11.
Budiyanti, S. (2015). ANALISIS DESKRIPTIF AKTIVITAS DAN POTENSI
KOMUNITAS DESA ‘ENCLAVE’ RANU PANE PADA ZONA PEMANFAATAN
TRADISIONAL, KECAMATAN SENDURO, KAB. LUMAJANG, WILAYAH
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU (TNBTS). Journal of Sosiology,
8(2), 1–11.
Fatanti, M. N., Rozakiyah, D. S., Pratiwi, S. S., Hadi, N., A. Perguna, L., & Widianto, A. A.
(2022). Kajian Potensi Sosial Budaya dan Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis
Rapid Rural Appraisal di Desa Ranupani Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Jurnal
Komunitas : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 98–105.
https://doi.org/10.31334/jks.v5i1.2007
Fath, R. Al. (2013). Persepsi Petani Terhadap Pendangkalan Danau Dan Hubungannya
Terhadap Produktivitas Lahan Pertanian (Studi Kasus Pendangkalan Danau Ranupani,
Desa Ranupani, Kec.Senduro, Kab.Lumajang).

Anda mungkin juga menyukai