Anda di halaman 1dari 2

B.

Kondisi Ekosistem
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi ekosistem
yang ada di Lantebung merupakan sisa jalur hijau yang kini ditetapkan sebagai kawasan
konservasi dan perlindungan ekosistem pesisir berupa kawasan mangrove. Pada tahun
2010 pemerintah Makassar dan masyarakat telah melakukan kegiatan penanaman
mangrove di sepanjang pesisir Lantebung. Sehingga banyak anakan mangrove ditemukan
di bagian bibir pantai. Untuk mendukung keberlanjutan konservasi mangrove di kawasan
Lantebung, maka pemerintah mencanangkan ekosistem mangrove Lantebung sebagai
kawasan ekowisata. Menurut Tuwo (2011) berpendapat bahwa pengembangan ekowisata
merupakan salah satu alternatif pembangunan yang dapat membantu mengatasi masalah
pemanfaatan yang sifatnya merusak dan mengancam kelestarian sumber daya. Dalam hal
ini Nugraha et al (2013) berpendapat bahwa ekowisata merupakan bentuk wisata yang tidak
melampaui daya dukung suatu kawasan. Perhitungan daya dukung kawasan dimaksudkan
untuk membatasi pemanfaatan yang berlebihan dan mencegah kerusakan ekosistem.
Berdasarkan hal tersebut Setyawan (2008) berpendapat bahwa Kerusakan
mangrove menyebabkan menurunnya produktivitas perairan dan menurunnya kesejahteraan
nelayan kecil (subsisten) yang menggantungkan pendapatannya dari perairan dangkal
tersebut. Dengan kondisi kerusakan ekosistem mangrove saat ini maka fungsi ekosistem
mangrove dalam menjalankan perannya semakin berat. Ekosistem mangrove ini masih
menjadi barisan terdepan dalam melindungi 5.642 ha tambak yang ada dari terpaan ombak,
badai, dan gelombang yang menghampiri daratan, mencegah intrusi air laut sejauh mungkin
dari pemukiman penduduk, menyuplai stok benih-benih ikan untuk tumbuh besar dan
ditangkap oleh nelayan, menyediakan ranting-ranting dan kayu bakar ntuk masyarakat,
menghasilkan daun dan buah untuk pakan ternak, serta fungsi lain bagi ekosistem
sekitarnya.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa kondisi ekosistem Mangrove yang ada di
lantebung dalam keadaan baik. Hal ini dapat dilihat dari kerapatan mangrove dimana jumlah
pohon mangrove menunjukkan daya dukung kawasan dan kenyamanan habitat yang ada di
wilayah tersebut dengan kerapatan mangrovenya ±10 ind/100m2. Yang menunjukkan
kondisi ekosistem mangrove Lantebung dalam kategori baik. Hal ini didukung berdasarkan
kerapatan mangrove Kep-MENLH No 201 (2004) bahwa Tingkat kerusakan mengrove <10
ind/100m2 menggambarkan tingkat kerusakan mangrove tinggi dan apabila 10 ind/100m2
maka Tingkat kerusakan mangrove rendah.
Daftar Pustaka

Tuwo A. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut: Pendekatan Ekologi, Sosial-
Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Surabaya: Brilian Internasional.

Nugraha, H.P., Indarjo., Helmi M. (2013). Studi kesesuaian dana daya dukung kawasan
untuk rekreasi pantai di Pantai Panjang Kota Bengkulu. Journal of Marine
Research, 2(2), 130-139.

Setyawan, AD. 2008. Biodiversitas ekosistem mangrove di Jawa: Tinjauan pesisir utara dan
selatan Jawa Tengah. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 17 – 94 hlm.

Kep-MENLH. 2001. Kriteria baku dan pedoman penentuan kerusakan mangrove. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai