Anda di halaman 1dari 3

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

di darat maupun di laut, dan terutama diwilayah pesisir. Salah satu keragaman

hayati yang ada diwilayah pesisir yakni ekosistem mangrove. Mangrove

merupakan ekosistem yang unik karena hutan mangrove ini tumbuh di daerah

pesisir pantai dan di daerah pertemuan antara air laut dan air tawar.

Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap

unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi (Zainuddin, 2014:79).

Mangrove merupakan istilah yang digunakan untuk mengelompokkan

sekumpulan pepohonan yang biasa tumbuh di area sekitar garis pantai yang

dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut, serta berada pada tempat yang

mengalami akumulasi bahan organik dan pelumpuran. Ekosistem mangrove

termasuk sumber daya yang bisa dipulihkan (renewable resources) yang dapat

menyediakan berbagai jenis produk (barang dan jasa) dan juga sebagai pelayanan

lindungan lingkungan.

Hutan mangrove di Indonesia merupakan salah satu yang mempunyai

wilayah hutan mangrove terbesar di dunia. Persebaran hutan mangrove hampir

ada diseluruh pulau-pulau Indonesia, dari Sumatera hingga ke Papua (Spalding

et.al, 2010;24). Luas ekosistem hutan mangrove di Indonesia memiliki 20-25%

sekitar 3 juta Hektare (Ha) tumbuh di 95.000 km² sepanjang pesisir pantai di

Indonesia dari total keseluruhan hutan mangrove di dunia sekitar 16.530.000

Ha(Giri et al. dikutip Janova Elsa 2020).

Menurut Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL)

Sumatera Barat, luas hutan mangrove tersebar di tujuh provinsi di Sumatera Barat
yaitu Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan

Sumatera Barat sekitar 477.471,49 Ha.

Dalam portal pesisirselatankab.go.id menerangkan bahwasanya ancaman

terhadap hutan bakau di Indonesia masih berlangsung termasuk di Kabupaten

Pesisir Selatan karena peralihan fungsi hutan bakau oleh berbagai pihak, seperti

reklamasi sentra perikanan budidaya, bahkan kayu untuk bahan bakar bagi

masyarakat pesisir. Hutan bakau yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan memiliki

luas sekitar 400 Ha yang tersebar di berbagai wilayah, salah satu wilayahnya yang

memiliki hutan bakau ialah Nagari Mandeh.

Nagari Mandeh terletak di daerah pesisir barat pantai Sumatera, yang

merupakan bagian dari wilayah administrasi Kecamatan XI Koto Tarusan,

Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Nagari ini terletak di pesisir

pantai yang dikenal dengan istilah masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir menurut

Satria Arif dalam (Satria, 2009:24) ialah sekumpulan masyarakat yang hidup

bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan

yang khas berkaitan dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya

pesisir.

Nagari Mandeh merupakan salah satu daerah dimana tempat hutan

mangrove berada. Masyarakat Mandeh menggunakan istilah bakau dalam

menyebut ekosistem mangrove tersebut. Hutan bakau diwilayah Mandeh tersebut

mengalami penurunan luasan wilayah yang diakibatkan oleh faktor-faktor

kepentingan oleh manusia, seperti adanya pelestarin hutan mangrove, pembukaan


lahan, dan ekploitasi. Sebagaimana yang dikutip dari Dale, et.al. (dalam Suryani,

2018) Ekosistem hutan mangrove mengalami ancaman baik oleh faktor alam

maupun manusia, sehingga menimbulkan kerusakan hidup ekosistem ini dalam

jangka panjang.

Hal tersebut juga terjadi pada masyarakat di nagari Mandeh, dalam

pemanfaatannya masyarakat nagari Mandeh mengolah hasil hutan bakau sebagai

produk barang seperti kayu bakar, arang, alat tangkap ikan dan tempat

penangkapan jenis ikan, udang, dan kepiting. Pemanfaatan ini merupakan bagian

dari keberlangsungan dalam bertahan hidup di dalam masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari. Namun pemanfaatan ini terjadi secara terus menerus

sehingga terjadinya kerusakan hutan yang berdampak buruk bagi ekosistem hutan

bakau tersebut. Sehingga keberadaan bakau khususnya di nagari ini menjadi

cukup terancam. Akibat dari eksploitasi tersebut membuat pemerintahan setempat

mengambil tindakan untuk melarang masyarakat dalam memanfaatkan hutan

bakau seperti sebelumnya.

Dalam sisi Antropologi, munculnya permasalahan sosial yang terjadi pada

kehidupan masyarakat akibat dari pelarangan dalam memanfaatkan hutan bakau

tersebut

Anda mungkin juga menyukai