Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN


4.1 Profil Desa Ngadas

Wilayah Ngadas bertempat di Kabupaten Malang Kecamatan Poncokusumo.

Ketinggian desa Ngadas berada sekitar 2175 m diatas permukaan laut. Desa

Ngadas berbatasan langsung dengan Bagian timur memiliki batas dengan desa

Ngadisari Kecamatan Suka Pura Probolinggo Bagian Barat memiliki batas

dengan desa Gubug Klakah Kecamatan Poncokusumo Malang, Bagian utara

memiliki batas dengan desa Mojo Rejo Kecamatan Tosari Pasuruan, dan Bagian

Selatan memiliki batas dengan Kecamatan Senduro Lumajang desa Ranu Pani.

Rata-rata suhu di Desa Ngadas mencapai 16o C – 22o C, curah hujan

cenderung tinggi saat musim hujan dan sering berkabut. Saat musim panas suhu

dapat mendekati 0o C dan sampai bersalju. Menurut data, Desa Ngadas, wilayah

desa mempunyai luas kurang lebih 395 Ha dengan luas lahan terpecah ke

beberapa fungsi. Tanah digunakan untuk pemukiman penduduk, fasilitas umum,

lahan pertanian, perkebunan dan kegiatan ekonomi lainnya.

Umumnya desa Ngadas memiliki ciri dari segi Geologis yaitu tanah warna

hitam, amat pantas digunakan lahan perkebunan dan pertanian. Tanah di desa

Ngadas bisa dibilang sangat subur dan tanah dapat ditanami berbagai jenis

sayuran seberti Kubis, Kentang dan Daun Bawang yang dapat dipanen dengan

rata-rata menghasilkan 40 ton/Ha. Dan hasil panen ini di jual ke berbagai daerah

dari Jawa Tengah sampai Jakarta. Karena kentang yang di hasilkan dengan

kualitas sangat bagus memungkinkan juga para petani mengirim hingga luar

jawa.

38
Dan tekstur tanah hitam yang lembek serta bergerak bisa mengakibatkan

jalanan cepak mengalami kerusakan. Maka dari itu masyarakat desa Ngadas

menggunakan teknologi dari bahan-bahan yang cukup tahan lama guna

membangun jalan di daerah Desa Ngadas.

Dari cerita rakyat pada masa lampau Desa Ngadas ini adalah hutan yang

ditumbuhi Adas Pulo Waras yang kemudian datang Mbah Sedek dan

keluarganya yang lahir dari daerah Jawa Tengah yang bertempat di daerah

Surakarta atau Solo. Mbah Sedek melaksanakan babat alas, dengan keluarga

serta kerabatnya sampai perkembangannya jadi suatu kampung dan nama Desa

Ngadas bersal dari Adass Pulo Waras dan sampai detik ini Desa Ngadas adalah

desa yang kental dan kuat dengan adat istiadatnya akibatnya semua peraturan

yang disusun oleh Pemerintah harus diterapkan oleh seluruh masyarakatnya.

4.2 Penduduk

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan zaman Dusun

Ngadas di buatkan kepala Dusun yang saat itu Dusun Ngadas tergolong dalam

wilayah dari Desa Gubu Klakah, berikut kepala Desa Ngadas diantaranya :

1. Pak Tuminah : durasi masa jabatan 50 Tahun

2. Pak Lamidin : durasi masa jabatan 10 Tahun

Kemudian seiring tingginya penduduk yang ada di Dusun Ngadas

selanjutnya dirasa telah memiliki syarat mendirikan Desa sendiri, kemudian

sesudah pemecahan desa telah disetujui maka pemilihan pejabat kepada Desa

dan data di bawah ini adalah data nama kepala Desa dan lama menjabatnya

sebagai berikut :

39
1. Bapak Ngateno : 6 tahun menjabat

2. Bapak Legisah : 9,5 tahun menjabat

3. Bapak Bromo Rejo : 20 tahun menjabat

4. Bapak Asmokerto : 25 tahun menjabat

5. Bapak Ratmojo : 4 tahun menjabat (PJS)

6. Bapak Purnomo Mujiharjo : 21 tahun menjabat

7. Bapak Mulyadi Bromo Putro : 8 tahun menjabat

8. Bapak Samsuri : 1 tahun menjabat (PJS)

9. Bapak Kartono Noto Raharjo : 14 tahun menjabat

10. Bapak Mujianto Mugi Raharjo : Dari menjabat tahun 2013 dan

sampai tahun 2021 masih menjabat sebagai Kepala Desa

Dalam data pemerintahan di Desa Ngadas di tahun 2019, banyaknya

penduduk desa sebanyak 1761 orang, dimana banyak laki-laki 907 laki-laki

sedangkan 854 perempuan. sehingga jumlah penduduk desa tergabung dalam

497 KK. Dalam total 497 KK ada 84 jiwa termasuk penduduk miskin. Guna

mendapatkan informasi kependudukan jauh lebih sempurna, sudah di

indentifiksi kependudukan di desa Ngadas dan menitik beratkan pada kategori

usia. Maka dari itu, dibuatlah tabel supaya lebih jelas saat identifikasi

kependudukan, diantarnya :

40
Gambar 4.1 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Ngadas

Sumber : Data Administrasi Pemerintah Desa Ngadas

Data tersebut mendeskripsikan jika terlihat usia produktif warga desa

Ngadas dari usia 20-60 Tahun dengan banyak penduduk kurang lebih 1.055 atau

mendekati 59%. Hal ini tersebut dapat ditarik kesimpulan jika penduduk Ngadas

adalah modal bermakna bagi pengadaan tenaga produtif dan Sumber Daya

Masyarakat (SDM).

41
4.3 Mata Pencaharian

Bersumber pada data desa Ngadas ada sebagian bidang mata pencaharian

warga desa Ngadas yaitu bidang jasa atau perdagangan, pertanian , pariwisata,

industri dan sebagainya. Dari data yang ada, terdapat warga yang bekerja

dibidang jasa /perdagangan sejumlah 36 orang, disamping itu pada sektor

pertanian memiliki jumlah 481 orang, dan bekerja dalam bidang lain 22 orang.

Maka dari itu banyak warga desa Ngadas yang memiliki mata pencaharian

sebanyak 1462 orang. Untuk detailnya sudah dibuat tabel banyaknya penduduk

dilihat dari mata pencaharian.

Tabel 4.2 Macam-macam mata pencaharian serta jumlah dari

masyarakat desa Ngadas

Sumber : Data dari administrasi Desa Ngadas

42
4.4 Pendidikan

Peran pendidikan di masyarakat Ngadas adalah salah satu hal yang menjadi

hal utama. Pendidikan di Desa Ngadas guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat secara general serta khususnya pada pertumbuhan ekonomi.

Semakin tinggi tingkat pendidikan berati semakin menumbuhkan tingkat

kemampuan masyarakat di berbagai macam hal. Berikut ini adalah identifikasi

riwayat pendidikan warga Ngadas berbentuk Tabel berisi tingkat rata-rata

pendidikan masyarakat Ngadas.

Tabel 4.3 Riwayat Pendidikan sekolah masyarakat Ngadas

Sumber : Data administrasi pemerintah desa Ngadas

Dilihat dari tabel idetifikasi riwayat pendidikan warga Ngadas, kebanyakan

warga bisa merampungkan sekolah di tingkat pendidikan (SD dan SMP) selama

9 tahun. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya sarana dan prasarana pendidikan.

Hal lain adalah permasalahan ekonomi sekaligus sudut pandang masyarakat

mengenai pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan di Desa Ngadas hanya

ada di tingkat pendidikan dasar sembilan tahun. Disamping itu guna

43
melanjutkan di tingkat pendidikan SMA berada di wilayah lain dengan jarak

tempuh waktu kurang lebih 60 menit dari Ngadas.

Di karenakan tingkat pendidikan yang kurang ini juga mempengaruhi

kualitas Sumber Daya Manusianya, jadi pemerintah setempat sering

memberikan alternatif pendidikan seperti pelatihan yang dapat diikuti oleh

masyarakat desa Ngadas. Program pelatihan dibuat untuk menciptakan SDM

dengan kualitas yang jauh lebih baik.

4.5 Agama

Menurut sejarah, agama Budha adalah agama pertama mulai desa Ngadas

dibuka. Di tahun 1717 menjadi masuknya agama Budha di desa Ngadas. Pada

saat itu ajaran yang dipatuhi oleh masyarakat desa Ngadas yaitu Budha

Jawasanata (Budha Jawa). Sampai detik ini masyarakat desa Ngadas masih

konsisten dengan ajaran agama nenek moyang. Pokok dari ajaran warga desa

Ngadas ialah “Welas Asih” seperti halnya ajaran Buddhisme pada kebanyakan.

Tetapi perbedaan terdapat dari metode, sebab telah berbaur dengan budaya Jawa.

Agama islam di desa Ngadas masuk diawali dari bapak Takat dimana

beliau pendatang dari kecamatan Tumpang. Pada saat itu secara tidak sengaja

beliau kawin dengan perempuan dari Desa ngadas yang berstatus agama Budha.

Di Awal penyebaran agama islam didesa Ngadas bapak Takat dengan

sembunyi-sebunyi. Dikarenakan saat itu warga desa Ngadas masih tidak

menerima Agama islam dikarenakan dirasa Agama yang mengajarkan negatif.

Namun dengan berjalan waktu bertemu dengan bapak Suriyanto mengajak Pak

Takat untuk membangun Mushollah yang sederhana dan mengajak warga

Ngadas untuk belajar bersama-sama di Mushollah sampai saat ini.

44
Di masa kerajaan majapahit yang beragama Hindu dan Budha menjadi awal

mula masuknya Agama Hindu di desa Ngadas. Tepatnya tahun 1478 M

Majapahit sedang mengalami keruntuhan. Hingga akhirnya warga dari

majapahit kabur ke hutan-hutan salah satunya di daerah hutan Gunung Bromo.

Cerita dari bapak Timbul khususnya yang sudah tua memilih melarikan diri di

daerah Bromo dan yang masih muda melarikan diri Ke Timur di daerah Bali.

Pak Timbul sebagai tokoh agama Hindu sebelum adanya beberapa agama di

Suku Tengger sudah terdapat agama hindu disini, hal ini terbukti saat salah satu

dari mbah dukun membaca suatu mantra-mantra ketika melakukan adat tengger

terdapat ajaran Hindu dalam ucapannya. Namun di desa Ngadas ini agama

Hindu termasuk minoritas dari ketiga agama tersebut.

Bisa dibilang persentase agama Budha sebanyak 60%, Islam 30% dan

Hindu 10%. Meskipun dengan adanya 3 agama ini di dalam satu desa tidak

membuat masyarakat saling selisih paham tentang adat istiadat masing-masing

agama. Dan menjadikan mereka saling toleransi antar agama dan selalu

menjunjung tinggi perdamaian antara umat beragama.

4.6 Budaya Masyarakat

Terdapat perubahan dinamika politik di Indonesia menyebabkan sistem

politik di Indonesia menjadi demokratis. Akibatnya, memberikan pengaruh ke

masyarakat guna menerapkan mekanisme sistem politik yag demokratis di desa

Ngadas. Dan sistem demokratis inilah yang di terapkan di Desa Ngadas dalam

pemilihan Kepala Desa dan pemilihan lainnya, kegiatan pemilihan ini akan

melibatkan masyarakat Ngadas secara keseluruhan.

45
Hal yang dapat di rasakan saat berkunjung ke Desa Ngadas adalah

kerukunan masyarakatnya. Disini masyarakatnya saling mengenal antara satu

dan lainnya. Terbukti, saat kita akan menanyakan alamat mereka langsung tau

dimana rumah yang kita tuju dan tidak segan-segan mengantar hingga kedepan

rumahnya. Karena tingkat kerukunanya sangat tinggi, ada kalanya jika

masyarakat Ngadas kesusahan, atau punya hajat maka tetangganya akan saling

membantu dan begitu pula sebaliknya.

Karena desa Ngadas adalah salah satu desa suku Tengger bahasa yang

digunakan oleh suku Tengger selain bahasa Indonesia dan bahasa jawa yaitu

bahasa jawa tengger. Bahasa jawa tengger berbeda dengan bahasa jawa pada

umumnya. Bahasa Jawa Tengger lebih menggunakan huruf vokal ‘A’ untuk

pengucapannya.

4.7 Ritual Entas-entas

Ritual Entas-entas merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan mulai

zaman nenek moyang mereka sampai detik ini. Ritual Entas-entas termasuk

ritual untuk memperingati kematian seseorang. Entas-entas berasal dari bahasa

jawa entas yang berarti mengangkat. Dapat disimpulkan bahwasannya ritual

Entas-entas adalah ritual untuk mengangkat arwah para leluhur yang telah tiada

untuk di tempatkan di tempat yang lebih baik.

Pada umumnya Ritual Entas-entas ini dilaksanakan 3 hari 2 malam, karena

memiliki beberapa prosesi upacara adat. terdapat beberapa tingkatan prosesi

ritual yang ada sebagai berikut yakni, pada malam pertama akan diadakan

malam resik yang bertujuan untuk membersikan harta yang akan digunakan

dalam melaksanakan ritual dan mensucikan diri. alat yang digunakan biasanya

46
air suci yang telah dibacakan doa oleh romo dukun dan membakar kemenyan

atau dupa untuk memanggil para leluhur dan Para Dewata.

Lalu yang kedua adalah mepeg, yang berarti memenuhi segala kebutuhan

yang dibutuhkan saat ritual berlangsung. Biasanya romo sepuh akan

memberitahukan apa saja hal-hal yang perlu di siapkan untuk ritual yang harus

dipenuhi oleh keluarga yang akan melaksanakan Entas-entas.

Hari selanjutnya akan dilanjutkan oleh medhuhuk yang berarti menyembelih

hewan ternak. Umumnya menyembelih kambing berwarna putih, atau sapi

sesuai dengan kemampuan yang punya hajat.

Dan dilanjutkan oleh Prepegan, Banten cilik dan Banten Gede sebagai acara

utama, yaitu proses pengangkatan atma dilakukan dengan mengisi kulak atau

bumbung yang berbahan dari bambu dengan beras dan uang. Selanjutnya,

seluruh keluarga berkumpul dibawah kain putih panjang yang dibentangkan

dukun setempat. Kemudian , prosesi Entas-entas baru dilakukan. pokok dari

upacara ini, dalam sudut pandang warga Ngadas yakni guna mengembalikan

arwah pada unsur alaminya, yaitu kayu, tanah, dan api..

Adma atau roh yang dientas harus diwakili oleh orang yang hidup,

walaupun itu tidak terdapat jalinan saudara. Adapun salah satu persyaratan

warga yang mau mewakili adma tersebut tidak boleh memakai baju, untuk

perempuan diharuskan memakai kemben, pakaian tradisional pembungkus

tubuh wanita atau biasanya disebut dengan sewek/jarik yang secara historis

umum ditemui di daerah Jawa dan Bali. Karena dalam prespektif masyarakat

Ngadas, orang yang sudah meninggal itu tidak memakai sehelai baju ataupun

lainnya.

47
Orang-orang yang mewakili adma itu selanjutnya dipayungi dengan

menggunkan kain putih, yakni ialah anak-anak, muda ataupun dewasa sesuai

dengan roh yang diwakili. Selanjutnya mereka diberi mantra atau doa-doa oleh

dukun.

Dan yang terakhir adalah lukatan atau romo dukun memberikan bacan

mantra-mantra penutup sebagai akhir bahwasannya adma telah di entas dan

upacara Entas-entas telah selesai dilakukan, selanjutnya seluruh Petra di bawa

ke tempat pembakaran atau danyang oleh romo sepuh guna di sempurnakan dan

agar Petra tidak di tinggali oleh roh jahat.

48

Anda mungkin juga menyukai