Ketinggian desa Ngadas berada sekitar 2175 m diatas permukaan laut. Desa
Ngadas berbatasan langsung dengan Bagian timur memiliki batas dengan desa
memiliki batas dengan desa Mojo Rejo Kecamatan Tosari Pasuruan, dan Bagian
Selatan memiliki batas dengan Kecamatan Senduro Lumajang desa Ranu Pani.
cenderung tinggi saat musim hujan dan sering berkabut. Saat musim panas suhu
dapat mendekati 0o C dan sampai bersalju. Menurut data, Desa Ngadas, wilayah
desa mempunyai luas kurang lebih 395 Ha dengan luas lahan terpecah ke
Umumnya desa Ngadas memiliki ciri dari segi Geologis yaitu tanah warna
hitam, amat pantas digunakan lahan perkebunan dan pertanian. Tanah di desa
Ngadas bisa dibilang sangat subur dan tanah dapat ditanami berbagai jenis
sayuran seberti Kubis, Kentang dan Daun Bawang yang dapat dipanen dengan
rata-rata menghasilkan 40 ton/Ha. Dan hasil panen ini di jual ke berbagai daerah
dari Jawa Tengah sampai Jakarta. Karena kentang yang di hasilkan dengan
kualitas sangat bagus memungkinkan juga para petani mengirim hingga luar
jawa.
38
Dan tekstur tanah hitam yang lembek serta bergerak bisa mengakibatkan
jalanan cepak mengalami kerusakan. Maka dari itu masyarakat desa Ngadas
Dari cerita rakyat pada masa lampau Desa Ngadas ini adalah hutan yang
ditumbuhi Adas Pulo Waras yang kemudian datang Mbah Sedek dan
keluarganya yang lahir dari daerah Jawa Tengah yang bertempat di daerah
Surakarta atau Solo. Mbah Sedek melaksanakan babat alas, dengan keluarga
serta kerabatnya sampai perkembangannya jadi suatu kampung dan nama Desa
Ngadas bersal dari Adass Pulo Waras dan sampai detik ini Desa Ngadas adalah
desa yang kental dan kuat dengan adat istiadatnya akibatnya semua peraturan
4.2 Penduduk
Ngadas di buatkan kepala Dusun yang saat itu Dusun Ngadas tergolong dalam
wilayah dari Desa Gubu Klakah, berikut kepala Desa Ngadas diantaranya :
sesudah pemecahan desa telah disetujui maka pemilihan pejabat kepada Desa
dan data di bawah ini adalah data nama kepala Desa dan lama menjabatnya
sebagai berikut :
39
1. Bapak Ngateno : 6 tahun menjabat
10. Bapak Mujianto Mugi Raharjo : Dari menjabat tahun 2013 dan
penduduk desa sebanyak 1761 orang, dimana banyak laki-laki 907 laki-laki
497 KK. Dalam total 497 KK ada 84 jiwa termasuk penduduk miskin. Guna
usia. Maka dari itu, dibuatlah tabel supaya lebih jelas saat identifikasi
kependudukan, diantarnya :
40
Gambar 4.1 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Ngadas
Ngadas dari usia 20-60 Tahun dengan banyak penduduk kurang lebih 1.055 atau
mendekati 59%. Hal ini tersebut dapat ditarik kesimpulan jika penduduk Ngadas
adalah modal bermakna bagi pengadaan tenaga produtif dan Sumber Daya
Masyarakat (SDM).
41
4.3 Mata Pencaharian
Bersumber pada data desa Ngadas ada sebagian bidang mata pencaharian
warga desa Ngadas yaitu bidang jasa atau perdagangan, pertanian , pariwisata,
industri dan sebagainya. Dari data yang ada, terdapat warga yang bekerja
pertanian memiliki jumlah 481 orang, dan bekerja dalam bidang lain 22 orang.
Maka dari itu banyak warga desa Ngadas yang memiliki mata pencaharian
sebanyak 1462 orang. Untuk detailnya sudah dibuat tabel banyaknya penduduk
42
4.4 Pendidikan
Peran pendidikan di masyarakat Ngadas adalah salah satu hal yang menjadi
warga bisa merampungkan sekolah di tingkat pendidikan (SD dan SMP) selama
9 tahun. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya sarana dan prasarana pendidikan.
43
melanjutkan di tingkat pendidikan SMA berada di wilayah lain dengan jarak
4.5 Agama
Menurut sejarah, agama Budha adalah agama pertama mulai desa Ngadas
dibuka. Di tahun 1717 menjadi masuknya agama Budha di desa Ngadas. Pada
saat itu ajaran yang dipatuhi oleh masyarakat desa Ngadas yaitu Budha
Jawasanata (Budha Jawa). Sampai detik ini masyarakat desa Ngadas masih
konsisten dengan ajaran agama nenek moyang. Pokok dari ajaran warga desa
Ngadas ialah “Welas Asih” seperti halnya ajaran Buddhisme pada kebanyakan.
Tetapi perbedaan terdapat dari metode, sebab telah berbaur dengan budaya Jawa.
Agama islam di desa Ngadas masuk diawali dari bapak Takat dimana
beliau pendatang dari kecamatan Tumpang. Pada saat itu secara tidak sengaja
beliau kawin dengan perempuan dari Desa ngadas yang berstatus agama Budha.
Namun dengan berjalan waktu bertemu dengan bapak Suriyanto mengajak Pak
44
Di masa kerajaan majapahit yang beragama Hindu dan Budha menjadi awal
Cerita dari bapak Timbul khususnya yang sudah tua memilih melarikan diri di
daerah Bromo dan yang masih muda melarikan diri Ke Timur di daerah Bali.
Pak Timbul sebagai tokoh agama Hindu sebelum adanya beberapa agama di
Suku Tengger sudah terdapat agama hindu disini, hal ini terbukti saat salah satu
dari mbah dukun membaca suatu mantra-mantra ketika melakukan adat tengger
terdapat ajaran Hindu dalam ucapannya. Namun di desa Ngadas ini agama
Bisa dibilang persentase agama Budha sebanyak 60%, Islam 30% dan
Hindu 10%. Meskipun dengan adanya 3 agama ini di dalam satu desa tidak
agama. Dan menjadikan mereka saling toleransi antar agama dan selalu
Ngadas. Dan sistem demokratis inilah yang di terapkan di Desa Ngadas dalam
pemilihan Kepala Desa dan pemilihan lainnya, kegiatan pemilihan ini akan
45
Hal yang dapat di rasakan saat berkunjung ke Desa Ngadas adalah
dan lainnya. Terbukti, saat kita akan menanyakan alamat mereka langsung tau
dimana rumah yang kita tuju dan tidak segan-segan mengantar hingga kedepan
masyarakat Ngadas kesusahan, atau punya hajat maka tetangganya akan saling
Karena desa Ngadas adalah salah satu desa suku Tengger bahasa yang
digunakan oleh suku Tengger selain bahasa Indonesia dan bahasa jawa yaitu
bahasa jawa tengger. Bahasa jawa tengger berbeda dengan bahasa jawa pada
umumnya. Bahasa Jawa Tengger lebih menggunakan huruf vokal ‘A’ untuk
pengucapannya.
Ritual Entas-entas merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan mulai
zaman nenek moyang mereka sampai detik ini. Ritual Entas-entas termasuk
Entas-entas adalah ritual untuk mengangkat arwah para leluhur yang telah tiada
ritual yang ada sebagai berikut yakni, pada malam pertama akan diadakan
malam resik yang bertujuan untuk membersikan harta yang akan digunakan
dalam melaksanakan ritual dan mensucikan diri. alat yang digunakan biasanya
46
air suci yang telah dibacakan doa oleh romo dukun dan membakar kemenyan
Lalu yang kedua adalah mepeg, yang berarti memenuhi segala kebutuhan
memberitahukan apa saja hal-hal yang perlu di siapkan untuk ritual yang harus
Dan dilanjutkan oleh Prepegan, Banten cilik dan Banten Gede sebagai acara
utama, yaitu proses pengangkatan atma dilakukan dengan mengisi kulak atau
bumbung yang berbahan dari bambu dengan beras dan uang. Selanjutnya,
upacara ini, dalam sudut pandang warga Ngadas yakni guna mengembalikan
Adma atau roh yang dientas harus diwakili oleh orang yang hidup,
walaupun itu tidak terdapat jalinan saudara. Adapun salah satu persyaratan
warga yang mau mewakili adma tersebut tidak boleh memakai baju, untuk
tubuh wanita atau biasanya disebut dengan sewek/jarik yang secara historis
umum ditemui di daerah Jawa dan Bali. Karena dalam prespektif masyarakat
Ngadas, orang yang sudah meninggal itu tidak memakai sehelai baju ataupun
lainnya.
47
Orang-orang yang mewakili adma itu selanjutnya dipayungi dengan
menggunkan kain putih, yakni ialah anak-anak, muda ataupun dewasa sesuai
dengan roh yang diwakili. Selanjutnya mereka diberi mantra atau doa-doa oleh
dukun.
Dan yang terakhir adalah lukatan atau romo dukun memberikan bacan
ke tempat pembakaran atau danyang oleh romo sepuh guna di sempurnakan dan
48