KEAGAMAAN
Mahfud Dardiri
Email : Mahfuddardiri90@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
METODE
Masjid yang menjadi target utama kami adalah Masjid Abdul Qodier tepatnya di Dusun
Brambang Desa Duri Kecamatan Slahung, yang merupakan masjid tertua didesa Duri. Masjid
Abdul Qodier sendiri memiliki beberapa asset dan potensi yang bisa dikembangkan. Potensi dan
asset yang bisa di kembangkan antara lain; Pertama, memiliki asset Pendidikan yaitu berupa
TPQ; Kedua, memiliki Asset kesenian Hadroh yang bisa dikembangkan. Namun disamping hal-
hal tersebut tentu masih ada beberapa kekurangan dan kelemahan terkait Aset dan potensi yang
ada di Masjid Abdul Qodier. Beberapa kekurangan dan kelemahan yang berhasil kami gali dan
temukan antara lain; Pertama, kurangnya tenaga pendidik di TPQ; Kedua, fakumnya kegiatan
kesenian Hadroh yang dulu ada.
Berdasarkan Observasi dan analisis kami, akirnya kami memutuskan untuk mengadakan
pengkaderan tenaga pendidik dan pelatihan Hadroh. Dalam metode ABCD memiliki lima
Langkah kunci untuk melakukan poses riset pendampingan.
1. Discovery ( Menemukan )
Discovery merupakan proses menemukan kembali kesuksesan dilakukan lewat proses
percakapan atau wawancara dan harus menjadi penemuan personal tentang apa yang
menjadi kontribusi individu yang memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha. Pada
tahap ini mulai digali aset apa yang terdapat di Dususn Brambang Desa Duri. Dalam
persfektif ABCD, aset adalah sesuatu yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Fungsi aset tidak hanya sebatas modal sosial saja tetapi juga sebagai embrio perubahan
sosial. Aset juga bisa menjadi jembatan untuk membangun relasi dengan pihak luar.
Dengan keikutsertaan masyarakat itu sendiri sebagai penentu perubahan tersebut dan
sekaligus menstimulasi masyarakat agar mau mewujudakan perubahan tersebut.
Penemukenalan aset ini dilakukan bersama dengan perangkat Dusun Brambang Desa
Duri. Dalam praktek KPM – DDR ini kami mendapatkan informasi asset lebih banyak
dari tokoh masyarakat setempat.
2. Dream ( Impian )
Pada tahap ini, setiap orang mengeksplorasi harapan dan impian mereka baik untuk diri
mereka sendiri maupun untuk organisasi. Sebuah mimpi atau visi bersama terhadap masa
depan yang bisa terdiri dari gambar, tindakan, kata-kata, dan foto. Dari informasi dan
analisis yang telah kami peroleh dan lakukan di Dusun Brambang Desa Duri, kami
memilih untuk mengembangkan Pendidikan TPQ dan kesenian Hadroh disana.
Dikareakan untuk saat ini dua asset itulah yang mengalami kemunduran dan terancam
berhenti. Melihat bahwa Pendidikan Al - Qur’an sangat penting bagi anak-anak sebagai
bekal kehidupan kedepan.
3. Design ( Merancang )
Proses di mana seluruh komunitas terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset
yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif,
dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri.
Proses merancang ini merupakan proses menganalisis kebutuhan yang diperlukan untuk
menunjang kegiatan kami ini. Kebutuhan disini bisa berupa barang, SDM, dan
keterampilan.
4. Define ( Menentukan )
Tujuan dari proses pencarian atau deskripsi mengenai perubahan yang diinginkan.
Pendampingan disini kami lakukan dengan cara interview dengan kominitas masyarakat
dan peserta didik TPQ, serta lobbying kepada grub Hadroh Habsy di sekitar lokasi untuk
membantu mengembangkan asset yang ada.
5. Destiny ( Lakukan )
Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar terus menerus dan inovasi
tentang “apa yang akan terjadi.” Hal ini merupakan fase akhir yang secara khusus fokus
pada cara-cara personal dan organisasi untuk melangkah maju. Langkah yang terakhir
adalah melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati untuk memenuhi impian masyarakat
dari pemanfaatan aset. Untuk menghidupkan kembali kesenian Hadroh Habsy dan
membantu menunjang kelangsungan Pendidikan Al-Quran yang ada dalam masjid.
Hasil Kegiatan
Pelaksnaan pengabdian dimulai sejak diterimanya usilan pengabdian kepada masyarakat.
Masjid adalah salah satu sarana pendidikan terutama dalam bidang akhlak dan pengajaran Al-
Qur’an, apalagi dimasa teknologi yang semakin maju dan akses informasi yang begitu mudah
tentu menimbulkan dampak positif dan negatif, apalagi pada remaja dan anak – anak yang masih
perlu pendampingan agar bisa bijak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Sebagai orang tua,
tentu masih banyak persoalan yang perlu di selesaikan, sehingga terkadang ada sebagian orang
tua yang tidak bisa mendampingi dan membimbing anak dalam memanfaatkan teknologi
tersebut.
Sementara itu untuk kawasan Dusun Brambang Desa Duri sendiri sangat minim dan
kurang adanya sebuah Lembaga Pendidikan yang fokus dalam bidang Keagamaan, sehingga
masyarakat Dusun Brambang Desa Duri memutuskan menjadikan Masjid sebagai salah satu
sentral Pendidikan yang berfokus dalam bidang Akhlak dan Keagamaan, serta sekarang mulai
merambanh bada pengembangan tradisi keagamaan yang bisa berdampak popsitif bagi
masyarakatnya.
Setidaknya ada beberapa faktor pendukung secara internal maupun eksternal, dalam
mendukung pengembangan baik dalam Pendidikan maupun melestarikan sekaligus
mengembangkan tradisi. Faktor internal meliputi kesungguhan peserta didik dan antusias
masyarakat dalam mendukung proses belajar mengajar di Madin Abdul Qodier, serta beberapa
fasiitas yang mampu menunjang terlaksananya kegiatan. Untuk faktor eksternal sendiri mencakup
kepercayaan dan kesadaran masyarakat untuk mendorong putra putrinya agar bisa mengikuti
proses belajar mengajar dan pelatihan yang ada. Ada juga peran dari tokoh masyarakat dan para
anggota ormas yang ikut serta baik tenaga maupun fikirnanya, serta saran – saran dan arahan –
arahan beliau yang sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pengkaderan dan perintisan
Hadroh.
Meskipun terbatas fasilitas yang terbatas, tetapi pelaksanan pelatihan dan perintisan
Hadroh di Dusun Brambang Desa Duri bisa berjalan lancar, tentu itu semua dikarenakan
dukungan dan support dari seluruh lapisan masyarakat. Peran Grub Habsy Hubbun Nabi sendiri
juga sangat membantu sebagai pelatih bembimbing bagi kader – kader personil Hadroh di Dusun
Brambang Desa Duri. Meskipun pada awal perintisan hanya bisa mengumpulkan masa yang tidak
terlalu banyak tetapi seiring berjalannya waktu kegiatan kami mulai disorot oleh kalangan muda
sekitar.
Melihat dukungan dan kontribusi yang besar dari seluruh lapisan masyarakat, akhirnya
kami bisa menjalankan program kerja ini dengan lancar dan bahkan melebihi ekspektasi kami.
Hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian selanjutnya secara garis besar dapat dilihat dari penilaian
beberapa komponen sebagai berikut, meliputi;
1. Keberhasilan mencetak tenaga pengajar di Madin Abdul Qodier
Melihat tenaga pengajar yang minim di Madin Abdul Qodier kami memutuskan merekrut
beberapa generasi muda lingkungan khususnya Remaja Masjid untuk ikut membantu
menjadi tenaga pendidik. Meskipun tidak terlalu banyak yang berminat, tetapi kami telah
membantu merekrut tiga pemuda remaja masjid yang siap membantu mengajar di Madin
Abdul Qodier yang tentu untuk kapasitas saat ini masih mumpuni untuk membantu.
2. Merintis kesenian Hadroh di lingkungan
Kesenian Hadroh yang dulu sempat ada sebelum akhirnya berhenti karena kekurangan
kader kini telah berhasil kami rintis dengan personil 15 orang yang berasal dari pemuda
pemudi lingkungan. Tentu keberhasilan ini bisa tercapai atas kontribusi dan dukungan
dari masyarakat sekitar, dan juga atas bantuan Grub Habsy Hubbun Nabi. Meskipun
dengan alat yang seadanya tetapi semangat para pemuda dalam belajar Hadroh tidak
pudar. Hal ini terbukti dari yang awalnya hanya 7 orang personil bertambah seiring
berjalannya waktu menjadi 15 personil.
Berdasarkan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan dapat diidentifikasikan, beberapa factor
pendukung dan penghambat kegiatan ini, uraian singkatnya sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
a. Dukungan Kyai Masjid Abdul Qodier dan tokoh masyarakat setempat terhadap
program – program kami.
b. Dukungan dan antusiasme dari seluruh masyarakat Dusun Brambang Desa Duri.
c. Dukungan dari Ormas setempat dan dari teman – teman Habsy Hubbun Nabi dalam
membantu mensukseskan proses pengkaderan tenaga pengajar Madin dan perintisan
Grub Hadroh.
d. Ketersediaan asset yang dimiliki Masjid Abdul Qodier.
2. Faktor Penghambat
a. Kendala PPKM yang dilakukan pemerintah, sehingga kami tidak bisa memaksimalkan
kegiatan kami sehingga ada beberapa kegiatan yang terpaksa kami batalkan karena
dilarang oleh pihak pemerintah setempat, berkaitan dengan pengumpulan masa.
b. Kendala kurangnya alat dalam pelatihan Hadroh sehingga kami hanya bisa Latihan
dengan alat seadanya dan beberapa kami juga meminjam alat kepada Grub Habsy
Hubbun Nabi.
KESIMPULAN