Anda di halaman 1dari 12

MASJID SEBAGAI SENTRAL PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN TRADISI

KEAGAMAAN

Mahfud Dardiri

Fakultas Syari’ah, IAIN Ponorogo

Email : Mahfuddardiri90@gmail.com

ABSTRAK
PENDAHULUAN

Desa Duri berada di Kecamatan Slahung yang terletak 20 KM dari pusat


pemerintahan Kabupaten Ponorogo kearah selatan. Desa Duri memiliki luas kurang
lebih 1.216,13 Ha, yang dibagi menjadi pesawahan 211,065 Ha, Perkebunan 4 Ha,
Fasilitas Umum 306,63 Ha, Hutan 107 Ha, dan Tanah Kering 587,445 Ha. Batas-
batas wilayah Desa Duri sebelah Utara berbatasan dengan Desa Janti sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Kambeng dan Desa Wates sebelah Barat berbatasan dengan
Desa Ngilo-Ngilo dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Dadapan, Desa
Gombang, Desa Ngloning, dan Desa Plancungan.
Desa Duri dibagi manjadi 4 ( empat ) wilayah pedukuhan yaitu, Dukuh Tlogo,
Dukuh Pendung, Dukuh Brambang, Dukuh Jenggring, dan terbagi dalam 11
( sebelas ) RW dan 27 ( dua puluh tujuh ) RT.
Adapun sejarah berdirinya desa Duri yang berdasarkan cerita yang diperoleh
dari para sesepuh dan beberapa sumber, asal mula terjadinya desa Duri adalah:
Tersebutlah nama Pangeran ( bukan gelar ) yang datang pertama kali dan
membuka ( babat ) tanah di desa Duri sekarang. Tidak jelas tahun berapa waktu itu,
diperkirakan pada era sesudah runtuhnya Kerajaan Majapahit atau awal berdirinya
Kerajaan Islam Demak. Pangeran diikuti oleh abdi setianya yang bernama Jigang
Joyo. Menurut beberapa sumber, abdi setia beliau yang Bernama Jigang Joyo tersebut
masih beragama Budha.
Setelah beberapa tahun kemudiaan, dengan terbukanya lahan untuk pertanian
dan pemukiman maka lambat laun berdatangan para penduduk sekitar desa atau desa
lainnya yang ingin mengubah nasip bergabung dengan Pangeran. Maka terciptalah
suatu desa yang sekarang Bernama Desa Duri. Tidak disebutkan dengan jelas asal –
usul kenapa dinamakan Desa Duri.
Sesudah wafat, pangeran dimakamkan dilereng bukit sebelah Utara, tepatnya di
selatan Kantor Kepala Desa Duri. Makam tersebut terkena dengan sebutan makam
Dowo ( Panjang ). Sampai sekarang makam tersebut masih terpelihara dengan baik
dan sering dikunjungi para peziarah, terutama masyarakat Desa Duri sebagai rasa
hormat dan terimakasih atas segala perjuangan beliau dalam membangun ( babad )
Desa Duri. Sedangkan makam abdi beliau terletak di Timur Bukit tepatnya di Selatan
pasar Brambang. Makam tersebut terkenal dengan nama makam Mbah Jigang sampai
sekarang masih banyak peziarah yang datang ke makam Mbah Jigang, terutama pada
saat hajatan atau menjelang bulan Puasa.
Profil Wilayah
Jumlah penduduk Desa Duri sebanyak 5.893 jiwa dengan rincian 2.847 jiwa
laki laki dan 3.046 jiwa perempuan dengan memiliki kepala keluarga sebanyak 1.510
jiwa. Mata pencaharian penduduk meliputi, petani, buruh tani, buruh migran, pegawai
negeri sipil, wiraswasta, peternak, tenaga medis, pensiunan TNI / Polri dengan
jumlah usia produktif sebanyak 2.358 orang.
Keadan sosial kemasyarakatan di desa Duri, masyarakat desa Duri terutama di
dusun Brambang mayoritas aktif dalam kegiatan – kegiatan lingkungan seperti
Jama’ah Yasin, pengajian, Majlis Ta’lim dan kagiatatn – kegiatan lainya. Jiwa sosial
yang masih di pegang teguh oleh masyarrkat desa Duri, terbukti dengan gotong
royong bersama dalam membangun rumah warganya tanpa adanya pamrih.
Sementara dalam bidang kebudayaan, di desa Duri sendiri memiliki kelmpok –
kelompok kesenian dan karawitan yang masih dijaga dengan sepenuh hati oleh
masyarakat desa Duri. Bukan hanya para orang tua saja tetapi banya anak muda /
remaja yang turut melestarikan kesenian dan budaya yang sudah turun temurun.
Dan dalam bidang keagamaan, masyarakat desa Duri dusun Brambang sendiri
memiliki keyakinan keagamaan yang sangat kuat dan tidak hanya itu, masyarakat
dusun Brambang sendiri juga menjunjung toleransi umat, baik yang berbeda agama
maupun yang berbeda madzhab. Terbukti dengsan tidak adanya konflik antar agama
meskipun ada beberapa warga yang memiliki agama non – islam ( Katolik ).
Namun pada baru – baru ini terjadi problem dalam bidang pengkaderan dan
kelestarian tradisi keislama, problem ini di ungkapkan secara langsung oleh tokoh
keagamaan setempat ( terkhusus dusun Brambang ). Problem – problem yang
disampaikan oleh tokoh agama tersebut meliputi; kurangnya generasi penerus dalam
bidang keagamaan dan kurangnya amaliah tradisi yang beragam ( barjanzi ).

Tokoh Masyarakat yang berpengaruh


Banyak tokoh masyarakat yang berpengaruh terhadap masyarakat Dukuh
Brambang, terutama perangkat Desa Duri yang begitu mengayomi masyarakat dengan
program – program yang telah tersusun. Perangkat desa yang selalu siap mendampingi
masyarakat demi tujuan untuk mewujudkan masyarakat Desa Duri yang maju dan
mampu bersaing di era modern ini. Dalam bidang keagamaan juga ada tokoh agama yang
senantiasa berperan aktif dalam melakukan pengawalan dan pembimbingan di bidang
keagamaan. Di bidang remaja, Karang Taruna Dukuh Brambang juga sangat berpengaruh
di masyarakat karena pergerakannya dalam bidang apapun selalu mendapat dukungan
oleh masyarakat, karena berkembang pemikiran apabila karang taruna tidak didukung
programnya suatu saat jika masyarakat mempunyai kegiatan dan memerlukan bantuan
juga akan dipersulit oleh karang taruna.
Sedangkan berikut akan kami sebutkan beberapa tokoh masyarakat yang
membantu dalam pelaksanaan program kerja kegiatan KPM – DDR kami, tokoh – tokoh
ini membantu dalam bidang pembimbingan dan menggali problem – problem masyarakat
di dusun Brambang. Tokoh – tokoh tersbut meliputi, Kepala desa Duri sendiri, tokoh
keagamaan di dusun Brambang ( Bapak Mukhtarom, Bapak Slamet, dan Bapak Modin
Harjito ), ustadz Madin Abdul Qodier ( Bapak Parno, dan Mbak Danik ). Selain itu masih
banyak juga masyarakat sekitar yang sangat mensuport kegiatan KPM – DDR ini,
termasuk para Remaja Masjid dan Karang Taruna setempat.
Kegiatan – kegiatan Sosial – Keagamaan masyarakat
Kegiatan sosial – keagamaan yang ada di sekitar dukuh Brambang antara lain
kerja bakti, sholat jamaah lima waktu di masjid, yasinan yang terdiri dari yasinan bapak
dan ibu, dan arisan karang taruna yang diadakan 2 minggu sekali dalam bentuk
anjangsana. Ada juga arisan gilingan padi yang diadakan sebulan dua kali. Untuk
kegiatan anak-anak ada TPQ ( Taman Pendidikan Al- Qur’an ) yang dilaksanakan setiap
hari. Untuk jumlah santriwan- santriwati kurang lebih ada 20 anak. Kegiatan lain seperti
Genduren dan Takziah juga masih tetap lestari di Dukuh ini.
Selama KPM – DDR di Dukuh Brambang ini kami juga ikut aktif dalam kegiatan
masyarakat seperti mengikuti latihatihan bermain gamelan bersama bapak – bapak dan
ibu – ibu PKK Dukuh Brambang, membantu kegiatan yang ada di kantor desa, mengikuti
kegiatan masyarakat seperi takziah, yasinan, arisan dan lain sebagainya . Kami juga
belajar bersama anak-anak madin. Di kalangan Remaja Masjid kami juga mempunyai
program kerja yakni mengadakan pelatihan Hadroh yang kami laksanakan setiap Rabu
dan Kamis. Untuk alat yang dipakai untuk latihan kami meminjam dari group hadroh
yang ada di Slahung dan memanfaatkan sebagian alat yang ada di masjid Abdul Qodier
dan masih bisa digunakan. Harapan kami dengan adanya pelatihan hadroh ini semoga
teman-teman Karang Taruna bisa ikut melestarikan tradisi seni hadroh yang tentunya
nanti dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dusun Brambang sendiri. Untuk tindak lanjut
dari kegiatan tersebut kami pihak KPM – DDR akan mebantu mencarikan pelatih untuk
meneruskan program tersebut, sehingga ketika kami sudah selesai melaksanakan KPM –
DDR program tersebut masih bisa berjalan.

METODE

Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini menggunakan metode Asset Based Community –


Driven Development ( ABCD ) yang mengutamakan pemanfaatan asset dan potensi yang ada di
sekitar dan dimiliki masyarakat. Asset dalam hal ini juga bisa berarti masyarakat dan komunitas
di sekitar lingkungan masyarakat. Dalam hal pengabdian masyarakat yang kami laksanakan ini,
beberapa komunitas / organisasi masyarakat yang terlibat antara lain Karang Taruna, Remaja
Masjid dan komunitas Hadroh di sekitar desa Duri. Dalam pengabdian ini kami memfokuskan
Gerakan di lingkungan Masjid termasuk membantu mengelola SDM di sekitar masjid. Masjid
merupakan Asset berharga untuk mengembangkan tradisi keagamaan bahkan juga sebagai sarana
Pendidikan. Sementara itu untuk membangun serta melestarikan tradisi keagamaan sendiri
memerlukan SDM yang mumpuni dan yang mampu mengikuti perkembangan zaman.

Masjid yang menjadi target utama kami adalah Masjid Abdul Qodier tepatnya di Dusun
Brambang Desa Duri Kecamatan Slahung, yang merupakan masjid tertua didesa Duri. Masjid
Abdul Qodier sendiri memiliki beberapa asset dan potensi yang bisa dikembangkan. Potensi dan
asset yang bisa di kembangkan antara lain; Pertama, memiliki asset Pendidikan yaitu berupa
TPQ; Kedua, memiliki Asset kesenian Hadroh yang bisa dikembangkan. Namun disamping hal-
hal tersebut tentu masih ada beberapa kekurangan dan kelemahan terkait Aset dan potensi yang
ada di Masjid Abdul Qodier. Beberapa kekurangan dan kelemahan yang berhasil kami gali dan
temukan antara lain; Pertama, kurangnya tenaga pendidik di TPQ; Kedua, fakumnya kegiatan
kesenian Hadroh yang dulu ada.
Berdasarkan Observasi dan analisis kami, akirnya kami memutuskan untuk mengadakan
pengkaderan tenaga pendidik dan pelatihan Hadroh. Dalam metode ABCD memiliki lima
Langkah kunci untuk melakukan poses riset pendampingan.

1. Discovery ( Menemukan )
Discovery merupakan proses menemukan kembali kesuksesan dilakukan lewat proses
percakapan atau wawancara dan harus menjadi penemuan personal tentang apa yang
menjadi kontribusi individu yang memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha. Pada
tahap ini mulai digali aset apa yang terdapat di Dususn Brambang Desa Duri. Dalam
persfektif ABCD, aset adalah sesuatu yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Fungsi aset tidak hanya sebatas modal sosial saja tetapi juga sebagai embrio perubahan
sosial. Aset juga bisa menjadi jembatan untuk membangun relasi dengan pihak luar.
Dengan keikutsertaan masyarakat itu sendiri sebagai penentu perubahan tersebut dan
sekaligus menstimulasi masyarakat agar mau mewujudakan perubahan tersebut.
Penemukenalan aset ini dilakukan bersama dengan perangkat Dusun Brambang Desa
Duri. Dalam praktek KPM – DDR ini kami mendapatkan informasi asset lebih banyak
dari tokoh masyarakat setempat.
2. Dream ( Impian )
Pada tahap ini, setiap orang mengeksplorasi harapan dan impian mereka baik untuk diri
mereka sendiri maupun untuk organisasi. Sebuah mimpi atau visi bersama terhadap masa
depan yang bisa terdiri dari gambar, tindakan, kata-kata, dan foto. Dari informasi dan
analisis yang telah kami peroleh dan lakukan di Dusun Brambang Desa Duri, kami
memilih untuk mengembangkan Pendidikan TPQ dan kesenian Hadroh disana.
Dikareakan untuk saat ini dua asset itulah yang mengalami kemunduran dan terancam
berhenti. Melihat bahwa Pendidikan Al - Qur’an sangat penting bagi anak-anak sebagai
bekal kehidupan kedepan.
3. Design ( Merancang )
Proses di mana seluruh komunitas terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau aset
yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara yang konstruktif, inklusif,
dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri.
Proses merancang ini merupakan proses menganalisis kebutuhan yang diperlukan untuk
menunjang kegiatan kami ini. Kebutuhan disini bisa berupa barang, SDM, dan
keterampilan.
4. Define ( Menentukan )
Tujuan dari proses pencarian atau deskripsi mengenai perubahan yang diinginkan.
Pendampingan disini kami lakukan dengan cara interview dengan kominitas masyarakat
dan peserta didik TPQ, serta lobbying kepada grub Hadroh Habsy di sekitar lokasi untuk
membantu mengembangkan asset yang ada.
5. Destiny ( Lakukan )
Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar terus menerus dan inovasi
tentang “apa yang akan terjadi.” Hal ini merupakan fase akhir yang secara khusus fokus
pada cara-cara personal dan organisasi untuk melangkah maju. Langkah yang terakhir
adalah melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati untuk memenuhi impian masyarakat
dari pemanfaatan aset. Untuk menghidupkan kembali kesenian Hadroh Habsy dan
membantu menunjang kelangsungan Pendidikan Al-Quran yang ada dalam masjid.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan Pengabdian
Langkah awal yang kami lakukan adalah melakukan interview kepada tokoh masyarakat
terutama kepada Ustadz-Ustadzah TPQ atau Madin Abdul Qodier. Kami juga melakukan
observasi ke tempat belajar mengajar yang bertepat di Masjid Abdul Qodier, dengan melihat
bagaimana kondisi riil proses belajar mengajar di Madin tersebut. Setelah beragam kegiatan
tersebut akhirnya kami memutuskan asset yang menjadi prioritas adalah Madin dan kami juga
menemukan beberapa alat hadroh, berdasarkan informasi dari para tokoh, dulu pernah ada
kesenian hadroh tetapi sekarang kesenian tersebut mati ( berhenti ) dikarenakan tidak adanya
kader penerus. Melihat hal tersebut kami berusah untuk memulai kembali kesenian tersebut
dengan anggotanya adalah anak – anak Madin. Dengan ini kami bisa membantu mengembangkan
Pendidikan di madin tersebut sekaligus mengembangkan keterampilan peserta didik dan
menghidupkan Hadroh Habsy.

Gambaran Kegiatan Pengaabdian


Kegiatan pengabdian masyarakat ini terdiri dari tiga tahab yaitu observasi dan
komunikasi, koordinasi, dan kegiatan inti. Bab ini mendiskripsikan terkait kegiatan pengabdian
masyarakat yang kami jalankan di Dusun Brambang Desa Duri.
Komunikasi dan Observasi kami lakukan pada hari Senin dan Selasa, tepatnya pada
tanggal 5 – 6 Juli 2021. Kami menjalin komunikasi dengan beberapa tokoh masyarakat setempat
dan termasuk dengan pengurus Masjid Abdul Qodier, disamping itu kami juga mengadakan
Observasi secara langsung. Dan dari kegiatan Komunikasi dan Observasi tersebut diperoleh
gambaran informasi mengenai kegiatan dan proses belajar mengajar serta beberapa asset hadroh
habsy yang masih bisa untuk digunakan dan dikembangkan. Kami juga mendapati peserta didik
di madin Abdul Qodier yang berjumlah 20 anak, serta tenaga pengajar yang berjumlah 2 orang.
Selanjutntya kami juga mengadakan koordinasi dengan masyarakat serta beberapa ormas
yang bisa berperan dalam menyokong kegiatan kami. Beberapa ormas yang kami maksud disini
antara lain; Karang Taruna, Remaja Masjid, Organisasi NU setempat, dan Grub Habsy di sekitar
wilayah tempat kami melangsungkan kegiatan. Kegiatan ini kami laksanakan mulai dari tanggal 7
– 11 Juli 2021, kami juga meminta saran Sesepuh dan Kyai di wilayah pengabdian kami. Kami
juga meminta tolong kepada Ustadz Ustadzah serta beberapa pengurus ormas NU untuk
membantu menyeleksi dan menentukan kader-kader ustad-ustadzah pengajar madin. Sementara
untuk kegiatan hadroh habsy sendiri kami meminta tolong kepada grub habsy Hubbun Nabi dari
Desa Kambeng.
Acara inti kami adalah pengkaderan guru madin, dan perekrutan sekaligus perintisan
Hadroh Habsy. Untuk keguatan perekrutan guru madin kami melibatkan Ustadz, Kiyai, serta
beberapa anggota Ormas NU sebagai tenaga penilai dan penyeleksi. Sementara untuk Hadroh
Habsy sendiri kami meminta bantuan kepada personil Grub Habsy Hubbun Nabi sebagai tenaga
pelatih. Untuk personil Hadroh sendiri kami memfokuskan kepada pemuda Remaja Masjid, dan
dari pihak pemuda Karang Taruna ada Sebagian anggota yang ingin ikut berpartisipasi dalam
kegiatan Hadroh Habsy. Melihat semangat pemuda setempat dan masa yang lumayan cukup
untuk didirikan dua grub Hadroh Habsy, maka kami memutuskan untuk merintis dua grub habsy
sekalligus.
Pelaksanaan keguatan pengkaderan sendiri kami laksanakan pada minggu ke – empat
kegiatan KPM – DDR pada rentang waktu tanggal 26 – 28 Juli 2021. Dan untuk kegiatan
perekrutan personil hadroh sendiri kami laksanakan pada minggu ke – dua kegiatan KPM – DDR.
Sementara pada minggu ke – tiga kegiatan KPM – DDR sendiri kami memfokuskan pada
kegiatan peringatan hari besar Islam, yang bertepatan pada saat itu Hari Raya Idul Adha, dengan
mengikukti kegiatan Kurban bersama masyarakat dan Takbiran bersama pesrta didik madin.

Hasil Kegiatan
Pelaksnaan pengabdian dimulai sejak diterimanya usilan pengabdian kepada masyarakat.
Masjid adalah salah satu sarana pendidikan terutama dalam bidang akhlak dan pengajaran Al-
Qur’an, apalagi dimasa teknologi yang semakin maju dan akses informasi yang begitu mudah
tentu menimbulkan dampak positif dan negatif, apalagi pada remaja dan anak – anak yang masih
perlu pendampingan agar bisa bijak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Sebagai orang tua,
tentu masih banyak persoalan yang perlu di selesaikan, sehingga terkadang ada sebagian orang
tua yang tidak bisa mendampingi dan membimbing anak dalam memanfaatkan teknologi
tersebut.
Sementara itu untuk kawasan Dusun Brambang Desa Duri sendiri sangat minim dan
kurang adanya sebuah Lembaga Pendidikan yang fokus dalam bidang Keagamaan, sehingga
masyarakat Dusun Brambang Desa Duri memutuskan menjadikan Masjid sebagai salah satu
sentral Pendidikan yang berfokus dalam bidang Akhlak dan Keagamaan, serta sekarang mulai
merambanh bada pengembangan tradisi keagamaan yang bisa berdampak popsitif bagi
masyarakatnya.
Setidaknya ada beberapa faktor pendukung secara internal maupun eksternal, dalam
mendukung pengembangan baik dalam Pendidikan maupun melestarikan sekaligus
mengembangkan tradisi. Faktor internal meliputi kesungguhan peserta didik dan antusias
masyarakat dalam mendukung proses belajar mengajar di Madin Abdul Qodier, serta beberapa
fasiitas yang mampu menunjang terlaksananya kegiatan. Untuk faktor eksternal sendiri mencakup
kepercayaan dan kesadaran masyarakat untuk mendorong putra putrinya agar bisa mengikuti
proses belajar mengajar dan pelatihan yang ada. Ada juga peran dari tokoh masyarakat dan para
anggota ormas yang ikut serta baik tenaga maupun fikirnanya, serta saran – saran dan arahan –
arahan beliau yang sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pengkaderan dan perintisan
Hadroh.
Meskipun terbatas fasilitas yang terbatas, tetapi pelaksanan pelatihan dan perintisan
Hadroh di Dusun Brambang Desa Duri bisa berjalan lancar, tentu itu semua dikarenakan
dukungan dan support dari seluruh lapisan masyarakat. Peran Grub Habsy Hubbun Nabi sendiri
juga sangat membantu sebagai pelatih bembimbing bagi kader – kader personil Hadroh di Dusun
Brambang Desa Duri. Meskipun pada awal perintisan hanya bisa mengumpulkan masa yang tidak
terlalu banyak tetapi seiring berjalannya waktu kegiatan kami mulai disorot oleh kalangan muda
sekitar.
Melihat dukungan dan kontribusi yang besar dari seluruh lapisan masyarakat, akhirnya
kami bisa menjalankan program kerja ini dengan lancar dan bahkan melebihi ekspektasi kami.
Hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian selanjutnya secara garis besar dapat dilihat dari penilaian
beberapa komponen sebagai berikut, meliputi;
1. Keberhasilan mencetak tenaga pengajar di Madin Abdul Qodier
Melihat tenaga pengajar yang minim di Madin Abdul Qodier kami memutuskan merekrut
beberapa generasi muda lingkungan khususnya Remaja Masjid untuk ikut membantu
menjadi tenaga pendidik. Meskipun tidak terlalu banyak yang berminat, tetapi kami telah
membantu merekrut tiga pemuda remaja masjid yang siap membantu mengajar di Madin
Abdul Qodier yang tentu untuk kapasitas saat ini masih mumpuni untuk membantu.
2. Merintis kesenian Hadroh di lingkungan
Kesenian Hadroh yang dulu sempat ada sebelum akhirnya berhenti karena kekurangan
kader kini telah berhasil kami rintis dengan personil 15 orang yang berasal dari pemuda
pemudi lingkungan. Tentu keberhasilan ini bisa tercapai atas kontribusi dan dukungan
dari masyarakat sekitar, dan juga atas bantuan Grub Habsy Hubbun Nabi. Meskipun
dengan alat yang seadanya tetapi semangat para pemuda dalam belajar Hadroh tidak
pudar. Hal ini terbukti dari yang awalnya hanya 7 orang personil bertambah seiring
berjalannya waktu menjadi 15 personil.

Jalannya Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan bisa kita nilai dengan melihat antusias dan
support baik dari lapisan masyarakat sekitar maupun kontribusi pihak terkait. Dukungan dari
berbagai kalangan antusias peserta selama kegiatan berlangsung sangatlah besar, mulai dari
membantu secara waktu, tenaga dan fikiran serta saran dari berbagai kalangan sanganatlah
membantu terlaksananya kegiatan kami.
Selama kegiatan ini berlangsung tokoh – tokoh masyarakat berperan sangat aktif.
Kontribusi mereka membantu kami dalam menganalisis sosial di lingkungan tersebut, sehingga
kami bisa menentukan metode pendekatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada. Hal
itu membantu kami dalam penjaringan masa, perekrutan dan inovasi, yang terbukti pada akhirnya
bisa menarik seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berkontribusi membantu mengsukseskan
kegiatan kami.
Kontribusi dari pihak luar pun sangat membantu, mulai dari ormas sekitar hingga teman –
teman Habsy Hubbun Nabi. Selama kegiatan merekalah yang membantukami untuk melahirkan
metode – metode kereatif yang dapat menarik perhatian seluruh kalangan masyarakat. Seperti
kontribusi Ormas NU mulai dari membantu membuat metode perekrutan tenaga pengajar Madin
hingga bimbingan dan pembekalan kepada tenaga pengajar baru agar mereka bisa membantu
serta turut mengembangkan Madin di Dusun Brambang Desa Duri kedepannya.
Sementara untuk Hadroh sendiri, Grub Habsy Hubbun Nabi membantu melatih
keterampilan pemuda – pemudi dengan metode pengajaran yang unik dan sesuai dengan kondisi
masyarakat. Dimana teman – teman pemuda pemudi tidak hanya di latih di tempat saja tetapi ada
yang ikut untuk membantu pentas Habsy Hubbun Nabi. Metode ini bertujuan agar kelak ketika
mereka telah mahir bermain dan siap untuk di pentaskan mereka tidak mengalami yang
dinamakan demam panggung. Tentunya proses ini tidak bisa jika mengajak seluruh personil
sehingga kami mensiasati dengan sistem ( rolling ), jadi teman – teman personil Hadroh
bergantian mengikuti pentas, dimana pentas ini dilaksanakan waktu kegiatan seperti majlisan
kecil – kecilan, istighosah maupun ketika ada kegiatan masyarakat.

Faktor Pendukung dan Penghambat

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan dapat diidentifikasikan, beberapa factor
pendukung dan penghambat kegiatan ini, uraian singkatnya sebagai berikut:

1. Faktor Pendukung
a. Dukungan Kyai Masjid Abdul Qodier dan tokoh masyarakat setempat terhadap
program – program kami.
b. Dukungan dan antusiasme dari seluruh masyarakat Dusun Brambang Desa Duri.
c. Dukungan dari Ormas setempat dan dari teman – teman Habsy Hubbun Nabi dalam
membantu mensukseskan proses pengkaderan tenaga pengajar Madin dan perintisan
Grub Hadroh.
d. Ketersediaan asset yang dimiliki Masjid Abdul Qodier.
2. Faktor Penghambat
a. Kendala PPKM yang dilakukan pemerintah, sehingga kami tidak bisa memaksimalkan
kegiatan kami sehingga ada beberapa kegiatan yang terpaksa kami batalkan karena
dilarang oleh pihak pemerintah setempat, berkaitan dengan pengumpulan masa.
b. Kendala kurangnya alat dalam pelatihan Hadroh sehingga kami hanya bisa Latihan
dengan alat seadanya dan beberapa kami juga meminjam alat kepada Grub Habsy
Hubbun Nabi.

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai