Anda di halaman 1dari 15

NOTULENSI

SEMINAR BHAKTI DESA II : MEMBANGUN NEGERI DARI DESA

- Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2016 di Gedung Widyasabha Universitas
Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung.
- Acara ini dihadiri oleh 3 pembicara, antara lain Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Jendral TNI (Purn.) Luhut Binsar Panjaitan; Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, H. Marwan Jafar, SE., SH., MM.,
MSi; serta Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Undangan dihadiri oleh sejumlah
kepala desa (perbekel), lurah, kepala dusun, dan bendesa adat se-Bali.
- Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Doa. Acara
diawali sambutan Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika,
Sp.PD.KEMD
- Pada sambutannya, Prof Suastika menegaskan bahwa penyelenggaraan seminar ini
penting tidak hanya penting bagi Bali, tetapi melainkan bagi perjalanan bangsa ini dalam
menjalankan pembangunan, khususnya di desa. Tema Membangun Negeri dari Desa
yang langsung dihadiri oleh Menkopolkam dan Menteri Desa. Seminar ini diharapkan
bisa memberikan inspirasi dan menggugah cara pikir kita untuk membangun Indonesia ke
arah yang lebih maju.
- Universitas Udayana memandang pula bahwa seminar dengan tema ini mengandung
bobot yang sangat penting dan strategis. Hal ini karena kita akan dapat memahami
implementasi kebijakan pemerintah terhadap paradigma pemerintah dalam pemberdayaan
pembangunan desa. Komitmen dari pemerintah adalah menghapuskan kesenjangan
pembangunan antara kota dan desa dan tentunya arah pembangunan yang bisa
menyentuh semua aspek desa. Pilihan atas model kebijakan ini pemberdayaan ekonomi
masyarakat desa dan optimalisasi seluruh potensi desa yang ada. Kebijakan ini juga
berkomitmen dalam konsep kesemestaan tanpa ada deskriminasi pembangunan.
Pembangunan tidak hanya fokus dalam pembangunan fisik saja, melainkan menyentuh
pula pada pembangunan manajemen, keuangan, dan administrasi. Era baru dalam
pembangunan desa yang ditandai dengan pemberian keuangan yang cukup besar tentunya
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola desa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara benar.
- Pembangunan dengan paradigma baru secara implementasi harus didukung oleh semua
pihak. Dibutuhkan kesamaan tekad agar pembangunan desa yang diharapkan bisa
tercapai. Tentunya banyak kendala dan tantangan yang harus dihadapi. Pada konteks ini,
Universitas Udayana siap memberikan pendampingan dan kontribusi dalam
pembangunan desa ini. Unud memiliki banyak tenaga ahli yang terampil yang siap
memberikan pelatihan dan pendampingan teknis. Mudah-mudahan Universitas Udayana
bisa memberikan kontribusi besar dalam pembangunan desa.
- Acara dilanjutkan dengan Sambutan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika.
- Gubernur mengapresiasi terselenggaranya kegiatan seminar ini sebagai salah satu wujud
komitmen untuk senantiasa menyatukan pemikiran dan langkah dalam menbghadapi
dinamika pemerintahan dan pembangunan masyarakat terutama pasca
diimplementasikannya UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Sesuai dengan agenda ke tiga
Nawacita, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa
dalam kerangka NKRI, membangun desa dan pemberdayaan masyarakat desa menjadi
salah satu prioritas penting dalam pembangunan nasional sehingga di daerah harus siap
melaksanakannya. Apresiasi terhadap Unud, yang secara berkelanjutan
menyelenggarakan seminar ini. Diharapkan melalui seminar ini didapatkan kesamaan
pandangan dan langkah seluruh komponen di Bali dalam merumuskan pembangunan
desa secara terintegrasi.
- Di Bali terdapat dua jenis desa. Desa pakraman atau desa adat yang sudah ada sejak
jaman dahulu. Desa dinas yang telah diatur dalam Undang-Undang. Keberadaan dua jenis
desa ini adalah dualitas, atau seringkali dikatakan sebagai dualism. Hal ini keliru, karena
realiast dua desa ini berjalan bersamaan, parallel bersama-sama seiring sejalan dan
seraah. Tidak ada dualism tumpang tindih, saling silang menyilang, Hal ini harus
dipahami, berbeda dengan desa adat di daerah lain. Desa pakraman di Bali, dibentuk
sekitar 1000 tahun yang lalu oleh Mpu Kuturan. Hal inilah yang mempersatukan Umat
Hindu yang sebelumnya terdiri dari sekte-sekte, yang berperang dan bersengketa satu
sama lain.
- Untuk mempersatukan sekte-sekte ini dibentuk desa pakraman yang dihuni krama desa
yang memiliki sekurang-kurang 3 Pura yang disebut kahyangan 3 serta satu setra
(kuburan). Inilah syaratnya. Semua krama desa tunduk pada aturan yang disebut awig-
awig dan perarem yang dibuat oleh desa pakraman bersangkutan. Setiap krama terikat
dengan desa pakramannya masing-masing. Contohnya saya sendiri masuk Krama Desa
Petemon, Seririt Buleleng. Saya tinggal di Tohpati, Desa Pakraman Penatih. Saya tidak
terikat awig-awig dan perarem Desa Penatih, melainkan saya terikat dan taat dengan
awig-awig dan perarem yang ada di Desa Petemon, Buleleng. Kalau saya meninggal saya
tidak boleh diaben di Penatih, Denpasar , melainkan jenasah saya dibawa ke Petemon.
Begitu pula kalau mengawinkan anak laki-laki, potong gigi dan segala aktifitas manusia
yadnya, dewa yadnya, titra yadnya harus dilaksanakan di desa pakramannya, dimana
warga itu menjadi krama desa. Inilah yang berbeda dengan daerah lain karena desa
tersebut menyangkut tata cara upacara agama. Sehingga kalau ada pertanyaan ada berapa
jenis upacara yang dijalankan masyarakat Hindu Bali? Jawabannya ada ribuan. Minimal
sejumlah desa pakraman bersangkutan. Dua desa pakraman yang bersebelahpun berbeda.
Belum lagi di Bali dikenal trah atau soroh. Inilah yang harus dipahami terkait dengan
desa di Bali.
- Hanya di Bali dikenal ada istilah desa dinas. Desa dinas di bawahnya ada dusun dan
kepala lingkungan. Desa Pakraman terdiri atas banjar dan masing-masing ada kelihan.
Kalau desa dinas kepala desanya disebut perbekel, sedangkan desa pakraman disebut
bendesa. Desa pakraman memiliki pengadilan sendiri disebut kerta desa serta ragam
peraturan, antara lain awig-awig sebagai undang-undang dasar, perarem sebagai undang-
undang serta peraturan-peraturan lainnya. Untuk menegakkan aturan ini terdapat polisi
desa yang disebut pecalang. Hal ini yang unik dari bali. Hal inilah yang seringkali
muncul pertanyaan bagaimana Bali mempertahankan keberadaan desa di tengah
kencenderungan perkembangan global, turisme dan pendatang, namun Bali tetap terjaga
dengan desa pakraman yang menjaga adat, tradisi, budaya dan agama di Bali. Sehingga
adat tidak bisa dijadikan desa seperti yang diatur oleh Undang-Undang Desa, karena
wilayah desa adat terkadang bisa meliputi dua kecamatan bahkan dua kabupaten.
Wilayah desa pakraman disebut sebagai wewengkon. Jadi tidak mesti persis sama antara
wilayah desa dinas dengan desa adat. Ada satu desa dinas terdapat lima desa pakraman,
begitu pula satu desa pakraman terdiri atas tiga hingga empat desa dinas. Sehingga
hitungannya desa dinas jumlahnya 716 termasuk kelurahan yang terdiri atas 638 desa dan
80 kelurahan, sedangkan desa pakraman jumlahnya 1488 desa pakraman.
- Dualitas desa ini keberadaannya saling melengkapi dan saling mendukung sesuai dengan
kewenangan dan bidang kemasyarakatan yang ditanganinya. Secara geografis,wilayah
dualitas desa ini terdapat beberapa tipe. Ada satu desa pakraman wilayahnya sama
dengan desa dinas. Ada satu wilayah desa dinas yang meliputi beberapa desa pakraman.
Satu desa pakraman terdiri atas beberapa desa dinas. Terdapat pula desa pakraman yang
terdapat pada kecamatan dan kabupaten yang berbeda. Desa pakraman sebagai lembaga
desa tradisional telah teruji sebagai benteng kebudayaan bali dari derasnya arus
globalisasi. Desa pakraman dibentuk berdasarkan filofosi tri hita karana, yaitu filofosofi
yang mengatur hubungan kepada Tuhan, manusia dan lingkungan sebagai syarat mutlak
terwujudnya kebahagiaan hidup. Dalam kerangka kehidupan ketatanegaraan saat ini, desa
adat diakui ekstistensinya bersama dengan desa dinas dan sama-sama berperan penting
dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
- Kondisi ini pula terbukti membawa Bali berkembang dan maju seperti sekarang sehingga
pola dan system ini wajib dipertahankan. Kehadiran UU Desa secara substansial
bertujuan mengatur kedau jenis desa inisesuai kedudukan, sifat, hakikat dan funsginya
masing-masing dalam kehidupan bernegara. Namun ketika ditegaskan ada pilihan
penetapan desa, antara desa adat dan desa dinas, muncul kisruh pandangan terlebih
pemerintah pusat menyediakan alokasi anggaran dana desa yang sangat besar dalam
upaya mendorong akselerasi pembangunan desa. Kemiskinan adalah produk
pembangunan yang tidak mengikutsertakan masyarakat secara menyeluruh di dalamnya.
Kemiskinan merupakan masalah bersama yang membutuhkan pendekatan terpadu dan
terintegrasi. Selama ini banyak program pembangunan yang mengarah ke desa, baik
program pemeirntah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota.
Hanya saja hingga saat ini program tersebut belum terintegrasi, bahkan cenderung
tumpang tindih dan mubazir. Kondisi ini tidak siginifikasn dalam mengurangi angka
kemiskinan.
- Pemprov Bali berkomitmen mengurangi angka kemiskinan secara bertahap, berjenjang
dan berlanjut dengan desa sebagai fokus utama. Yang sudah berjalan sejak tahun 2010
madalah Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu). Program ini
mengintegrasikan semua program pembangunan yang ada di desa dengan tujuan utama
pengentasan kemiskinan dan pemberdaayaan masyarat. Prioritas lain dalam pengurangan
angka kemiskinan adalah bedah rumah, jaminan kesehatan, sistem pertanian terintegrasi
dan beasiswa miskin adalah menyasar masyarakat miskin desa. Bagi desa pakraman
direalisasikan dengan pemberian bantuan sesuai fungsinya dalam melestarikan adat dan
budaya bali, terutama realisasinya pengalokasian bantuan keuangan khusus (BKK)
sebesar Rp. 200 juta setiap tahun per desa . Hal ini terus ditingkatkan setiap tahunnya.
Dulunya bantuan keuangan ini diberikan hibah, namun belakangan jadi masalah kalau
hibah katanya tidak boleh diberikan terus menerus dan alasan lainnya, sehingga banyak
terganjal aturan ketika pemprov memberikan hibah kepada desa pakraman. Terpaksa hal
ini diganti menjadi BKK. Hanya saja kemudian rambu-rambunya tidak boleh ke desa
pakraman dan diharuskan ke desa dinas. Sehingga hal ini lah yang kerap menjadi
persoalan.
- Uang BKK kita transfer ke desa dinas, dan selanjutnya diserahkan desa dinas dalam
bentuk program kepada desa pakraman karena harus masuk dalam APBDes. Hal inilah
yang kemudian seringkali terganjal oleh peraturan-peraturan. Alangkah efektifnya kalau
Pemprov diperbolehkan melakukan transfer langsung ke desa pakraman tanpa harus
melalui desa dinas. Hal di lapangan yang seringkali menjadi masalah adalah soal
hambatan administrasi karena harus masuk APBDes. Sedangkan realitasnya, desa dinas
juga harus mengelola alokasi dana lain yang berasal dari pusat. Ini problem karena di satu
sisi harus mengurus administrasi keuangan desa pakraman, di sisi lain kepala desa harus
mengurus uang yang diperoleh dana desa. Ini problem terberat yang harus dihadapi oleh
kepala desa.
- Harapannya Unud bisa menghasilkan riset yang bisa menghasilkan formulasi dan
dijadikan masukan kepada pemerintah pusat agar pemerintah provinsi bali bisa diberikan
porsi berbeda dalam hal pertanggungjawaban administratif keuangan desa. Sebab hal ini
bisa menimbulkan kekisruhan apalagi kalau bendesa adat tidak cocok dengan
perbekelnya. Problem yang harus diambila jalan tengah, desa dinas menjalankan
pembangunan berdasarkan undang-undang, sedangkan desa adat menjalankan
kewenangannya berdasarkan awig-awig, perarem dan kesepakatan krama desa. Selain itu
desa adat harus mengurus hal yang berkaitan dengan Tri Hita Karana yakni parahyangan
(berkaitan dengan Tuhan), pawongan (berkaitan dengan manusia), palemahan (berkaitan
dengan alam lingkungan). Tri hita karana ini menjadi filosofi pembangunan Bali dimana
dalam RPJMD harus mengacu pada aspek Tri Hita Karana termasuk pula dalam adopsi
pembangunan yang mengarah pula pada pro growth, pro poor, pro job , pro environment
dan pro culture. Bali tidak meminta otonomi khusus, melainkan otonomi asimetris. Hal
ini tidak sama karena di Bali ada perbedaan dan persoalan, adat, budaya dan agama, yang
unik di Bali. Perbedaan ini seperti Desa Adat saya di Petemon dengan desa adat
sebelahnya Lokapaksa, tata cara upacaranya berbeda. Jadi adat budaya di Bali sangat
banyak dan ikatannya adalah pada Panca Srada yaitu lima keyakinan yang terdiri dari,
Brahman, Atman, Karma Pala, Reinkarnasi, dan Moksa. Namun dari segi upacara
(upakara), ritual semuanya bisa beda dan beragam. Hal yang berbeda ini justru kekayaan
di Bali dan menarik pariwisata. Hal ini yang harus diperhatikan dan dipertahankan.
- Jadi Provinsi memohon kepada Pemerintah Pusat untuk mencari bentuk yang pas dan
tidak bertentangan dengan UUD 1945 namun juga bisa menjaga taksu Bali, spirit
spiritual yang ada di Bali, karena roh kami ini. Ke depan, Provinsi berupaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan desa dinas maupun desa adat agar
bisa berjalan sesuai dengan program nawacita.Kehadiran menteri diharapkan data
memberikan pandangan komprehensif tentang pembangunan desa dan semakin
mendorong komitmen pemerintah di daerah untuk membangun desa dinas dan desa
pakraman secara simultan dan terintegrasi. Hal ini agar seluruh pemangku kepentingan di
Bali, terutama kepada desa dinas dan bendesa adat, bisa bertanggungjawab atas eksistensi
pembangunan desa ke depan dan dapat memahami substansi kebijakan pembangunan di
desa dan dapat menjadi pedoman bagi semua pihak dalam mengambil langkah kebijakan
pembangunan selanjutnya.
- Materi dilanjutkan dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, H. Marwan Ja'far, SE., SH., MM., MSi.
- Menteri Marwan berharap dari terselenggaranya seminar desa ini bisa dijadikan sebagai
wadah informasi dan menumbuhkan inovasi bagi penggiat pembangunan desa, baik desa
adat dan desa dinas dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sekaligus dalam
rangka memperingati Hardiknas, kementerian desa memberikan apresiasi mendalam bagi
penggiat pendidikan di Provinsi Bali. Ilmu dan pengetahuan adalah salah satu pondasi
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Contohnya adalah lahir dari semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang menjasi semboyan perdamaian di nusantara pasti lahir dari
buah ilmu dan pengetahuan pendahulu bangsa Indonesia. Harapannya juga senantiasa
para penggiat pengetahuan di semua level agar senantiasa meningkatkan kinerja melalui
transformasi ilmu kepada para peserta didik sebagai calon penerus generasi bangsa.
- Selama 74 tahun Indonesia merdeka, pembangunan di Indonesia masih belum
menunjukkan hasil menggembirakan. Berdasarkan potensi sumber daya yang dimiliki
bangsa Indonesia belum mampu memberikan peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat. Misalnya, Papua yang dikenal kekayaan sumber daya alam hutan bahwa
bahan galian A, B dan C, kekayaan bahari dan gas alam, belum mampu mewujudkan
kesajehtaraan masyarakat. Di sisi lain masih terdapat 1122 daerah tertinggal yang
ditetapkan dalam RPJMN tahun 2015-2019 dan Papua merupakan salah satu wilayah
dengan daerah tertinggal terbanyak yaitu 33 daerah tertinggal. Dengan rincian ada total
6269 desa di Papua, sebanyak 4960 atau 79% adalah desa yang sangat tertinggal dan
1126 desa atau 18 % adalah desa tertinggal. Potret pembangunan di Indonesia secara
keseluruhan masih menunjukkan tingginya ketimpangan dan kemiskinan. Beberapa fakta
diantaranya jumlah penduduk miskin di Indonedengan jumlah 10,96 persen atau 27,7 juta
jiwa dengan persentase 62,65 persen penduduk miskin ada di desa. Hal ini berdasarkan
data BPS Tahun 2015. Ketimpangan ekonomi antara wilayah perdesaan dengan kota juga
masih tinggi. Berdasarkan data BPS, indeks ratio gini per September 2015 di perkotaan
sebesar 0,41, sedangkan di pedesaan besarnya ratio gini masih stagnan di angka 0,33.
Arus urbanisasi yang semakin tinggi pada tahun 1980-an sekitar 78% jumlah penduduk di
Indonesia ada di pedesaan. Namun saat ini antara jumlah penduduk desa dan kota hampir
berimbang. Jika trend urbanisasi ini dibiarkan maka akan bisa diperkirakan tahun 2025
sekitar 65% penduduk Indonesia akan berada di wilayah perkotaan.
- Apabila ini dibiarkan maka angka ketimpangan yang ada di kota semakin tinggi. Desa
menyimpan begitu banyak potensi yang besar untuk bisa dikembangkan, sehingga bukan
hal berlebihan jika ada ungkapan bahwa bersama desa kita bangun Indonesia. Atau
dengan kata lain desa membangun Indonesia. Beberapa potensi yang dimiliki oleh desa
diantaranya adalah sebesar 50,21 persen penduduk Indonesia bertempat tinggal di desa.
52,9 persen merupakan penduduk usia produktif (usia angkatan kerja). Dari jumlah
74.754 desa di Indonesia menyimpan potensi. Sebesar 82,77 persen desa memiliki
potensi bidang pertanian. 86, 44 persen memiliki potensi energi baru terbarukan, 26,89
persen desa memiliki potensi perkebunan. Sebanyak 2037 desa berada di wilayah hutan.
19.247 desa berlokasi di wilayah sekitar hutan. Sehingga hal tersebut berpotensi besar
mendukung kegiatan produktif namun dengan catatan status fungsi hutan adalah hutan
produksi. Sebanyak 12.827 desa berbatasan langsung dengan laut sehingga bisa
dimanfaatkan masyarakat dengan kegiatan penangkapan ikan, budidaya perikanan ,
menambak garam, dan wisata bahari.
- Keberadaan UU tentang Desa merupakan horizon baru pembangunan. Desa diletakkan
sebagai pusat arena pembangunan. Secara substansi UU Desa memberikan pengakuan
dan penghormatan serta memberikan kewenangan berdasarkan asal usul desa dan
kewenangan skala lokal, sebagaimana diamanatkan UUD 1945 pasal 18b ayat 2. Sejalan
yang disampaikan Gubernur Bali, Pemerintah Pusat sangat menghormati budaya dan
tradisi lokal, sebab UU Desa ada pengakuan dan penghormatan hak asal usul tentang
desa. Pembangunan di desa harus dilakukan secara terencana yaitu berdasarkan analisis
SWOT kebijakan dan kajian menyeluruh terhadap potensi yang menyangkut kekuatan
dan peluang, serta permasalan kelemahan dan hambatan yang dihadapi desa. Berdasarkan
data Indeks Desa Membangun (IDM), -- data resmi yang dimiliki Kementerian Desa,
berbeda dengan indeks pembangunan desa yang dimiliki Bapennas—melalui kajian
menyeluruh dan sudah diluncurkan tahun 2015.
- Provinsi Bali memiliki 716 desa dengan kriteria sebanyak 279 desa berkembang, 248
desa maju, 27 desa mandiri, 78 desa tertinggal, 4 desa sangat tertinggal. Provinsi Bali
dikenal sebagai salah satu pariwisata besar dengan bukti masuknya Bali sebagai 10
destinasi favorit dunia lainnya. Sepanjang tahun 2015 tercatat kurang lebih 4 juta
wisatawan asing, 7 juta wisatawan domestic berumjung di Bali. Besarnya potensi wisata
ini diharapkan menimbulkan multiplier effect dan meningkatkan kesejahetaraan
masyarakat. Merujuk pada hukum ekonomi, supply dan demand ketika permintaan
wisatwan naik, maka akan berdampak pada meningkatnya penawaran penunjang wisata.
Dengan besarnya wisatawan yang berkunjung ke Bali, akan berdampak pada permintaan
di berbagai sektor penunjang sektor wisata, seperti restoran, transportasi, homestay,
barang kerajinan, hotel, yang seringkali dicari wisatawan.
- Diharapkan para penggerak UKM di level desa kelurahan dan desa adat dapat menjadi
pemanfaat langsung maupun tidak langung dari kenaikan jumlah wisatawan yang masuk.
Kementerian Desa berkomitmen meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian desa dan
desa adat melalui program atau kegiatan pembangunan seperti penguatan kearifan lokal.
Salah satunya kebijakan mengarahkan penguatan pemanfaatan dana desa untuk
peningkatan sarana dan prasarana dan kapasitas masyarakat terkait potensi wisata di desa
dinas dan desa adat.
- Berdasarkan Peraturan Menteri Desa Nomor 21 Tahun 2015 prioritas penggunaan dana
desa tahun 2016 adalah untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang
berdasarakan tipologi desa. Tentunya penetapan penggunaan dana desa setiap keputusan
desa yang diambil berdasarkan musayawarh desa yang melibatkan seluruh elemen
masyarakat desa yang mempertimbangkan ketewarkilan laki-laki dan perempuan, lansia,
remaja, kelompok kesenian, kelompok keagamaan,dsb. Hal ini telah diatur melalui
Peraturan Menteri Desa Nomor 22 Tahun 2015. Bagi desa dinas dan desa adat di Bali
yang memiliki potensi pariwisata, dana desa bisa digunakan untuk pembangunan atraksi
seni dan budaya, pengadaan sarana dan prasarana pengolahan sampah terpadu di area
wisata, pelatihan pengembangan makanan lokal dan kerajinan tangan sebagai komoditas
strategis ekonomi wisata dan hal lainnya. Bagi desa dengan potensi pertanian, dana desa
bisa dikembangkan untuk pengembangan saluran irigasi, embung dan revitalisasi
lumbung padi, pelatihan bagi petani. Peraturan Menteri Desa Nomor 21 Tahun 2015
telah memberikan amanat kepada desa untuk wajib membangun infrastruktur pedesaan.
Hal ini karena fokus bangsa adalah pembangunan infrastruktur baik ber skala besar,
menengah maupun kecil. Salah satu upaya ini diarahkan pada pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja.
- Dana desa yang digelontorkan tahun 2015 adalah kurang lebih 20,7 triliun rupiah.
Masing-masing desa kurang lebih mendapatkan dana 300 juta rupiah secara merata. Dari
dana desa 20,7 triliun ini diharapkan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan
ekonomi kurang lebih 0,2 persen. Hal ini Berdampak pula bagi penyerapan tenaga kerja
3-6 bulan minimal menyerap 1800 tenaga kerja. Diingatkan pula pada para kepala desa
dalam rangka pembangunan infratsruktur desa pelaksanaannya harus bersih dan bersifat
padat karya dengan melibatkan swakelola masyarakat. Tidak boleh dipihak ketigakan,
tidak boleh dikontraktorkan, karena harus melibatkan tenaga dari desa bersangkutan.
Tidak boleh mengambil tenaga dari desa atau kecamatan lain. Usahakan semua tenaga
kerjanya dari desa bersangkutan. Bahan bakunya, seperti batu, pasir juga diusahakan
berasal dari desa setempat, kecuali semen atau besi boleh dari kecamatan lain. Sepanjang
desa tersebut punya potensi harus berasal dari desa itu. Hal ini karena prinsipnya uang
harus berputar di desa dan bukan di kota.
- Prioritas berikutnya, adalah untuk membangun sarana dan prasarana desa. Seperti untuk
membuat atau mengembangkan posyandu, membuat / pengembangan poliklinik desa,
pengembangan PAUD. Prioritas ketiga, membuat kapasitas ekonomi lokal, seperti
pariwisata desa, membuat BUMDes, seperti di provinsi Bali, telah terdapat 300 an
BUMdes. Hal ini diharapkan terus didorong mengingat di BUMDes derajat ekonomi
akan berjalan dan menggairahkan perekonomian nasional. Membuat koperasi desa,
membuat UMKM desa, membuat peternakan, perkebunan desa, pertanian desa, dll.
Semua diarahkan apda penguatan kapasitas ekonomi lokal desa. Itulah prioritas
penggunaan keuangan desa. Tidak boleh untuk membuat atau membangun kantor desa,
membeli ambulan, membeli motor mobil, pagar, dll. Bukan berarti hal ini intervensi,
selebihnya adalah kesepakatan masyarakt desa.
- Hal ini harus diungapkan agar terdapat panduan pemanfaatan agar pemanfaatan dana
desa benar-benar tepat sasaran sesuai penggunaannya. Sebenarnya sudah terdapat 3
menteri antara lain menteri desa, mendagri dan menteri keuangan juga sama dalam
rangka akselerasi percepatan penyaluran dana desa. Maka diterbitkan aturan ini Mendagri
telah mengirim kepada seluruh Bupati dan Walikota mungkin belum tersosialisasi dengan
baik. Dalam SKB diatur antara lain penggunaan keuangan desa. Terdapat tiga hal yang
secara nasional harus kita dikomitmenkan, antara lain minimal secara nasional
tercapainya angka penyerapan tenaga kerja, peningkatan angka pertumbuhan ekonomi
dan menekan angka kemiskinan di desa. Hal ini adalah alasan fokus dana desa adalah
pembangunan infrastruktur di pedesaan.
- Kami juga berpesan pada aparat keamanan dan penegak hukum agar kepala desa jangan
dicari kesalahan atau kasu-kasusnya karena akan berdampak serius pada penyaluran dana
desa karena terlampau ketakutan. Kepala desa namun juga harus amanah, akuntabel, dan
tranparan terhadap pertanggungjawaban dana desa. Penegak hukum juga tidak boleh
mencari cari kesalahan dalam penyaluran dana ini. Dalam SKB sudah diberikan panduan
supaya pelaksanaannya tidak berbelit belit. Diberikan contoh pada lampiran peraturan ini
bahwa untuk APBDes hanya dua lembar penggunaannya dan tidak lebih dari itu.
- Oleh karena itu Kepala PMD Kabupaten/Kota tidak boleh mempesulit pencairan dana
desa, mempermudah validasi, serta tidak boleh terlalu birokratis. Dalam rangka
pertanggungjawabanya hanya dituntut dua lembar. APBDes cukup dua lembar dan tidak
berbelit-belit. Pertanggungjawaban keuangan masing-masing juga dua lembar. Sehingga
tidak ada alasan kalau sampai hari ini para kepala desa tidak memberikan laporan
keuangan tentang penggunaan dana desa ini. Tahun 2015 penyaluran dana ada tiga tahap,
yaitu proporsi 40%, 40% dan 20%, Di tahun 2016 lebih disederhanakan, yaitu 60%, 40
%. Kami berpesan agar para bupati dan walikota Perbup atau Perwallinya harus
menyesuaikan sebanyak dua tahap sehingga lebih sederhana. Usulan awalnya adalah satu
tahap dan langsung diberikan kepada kepala desa namun aturan dari kementerian
keuangan masih keberatan sehingga yang disetujui adalah dua tahap.
- Pengalokasian dana ini masih melibatkan Kabupaten dan Kota. Hal ini dipandang untuk
menagih komitmen bupati dan walikota dalam rangka mewujudkan alokasi 10 persen dari
Dana Alokasi Umum (DAU) untuk alokasi dana desa (ADD). Harapannya, di Bali
alokasi 10 % dari DAU untuk ADD sudah tercapai dengan baik. Tahun 2016 dana desa
naik 100% lebih, dari 20,7 triliun menjadi 47 triliun. Per desa bisa jadi dari angka 300
juta menjadi 700-800 juta per desa. Hal ini menyiratkan bahwa janji kampanye
pemerintah dulu sudah terbukti. Hitunganya kalau dana desa ditambah dengan ADD
maka besarannya adalah sekitar rata-rata 1,2 milyar perdesa. Hal ini karena dana desa
bersumber APBN dan ADD dari alokasi APBD. Tahun 2017 hingga 2019 tentunya dana
desa akan senantiasa mengalami kenaikan signifikan. Pemerintah mengharapkan agar
pengunaannya sesuai peraturan yang ada.
- Kementerian Desa juga sudah membentuk kelompok kerja (Pokja) di kalangan
masyarakat sipil untuk mengawal penggunaan dana desa. Pokja masyarakat sipil sudah
tergabung sekitar 300 NGO / LSM di seluruh Indonesia. Juga sudah terbentuk satgas
dana desa, pokja universitas, termasuk Unud yang sudah melakukan MoU antara Unud
dan Kementerian Desa. Upaya ini adalah untuk melibatkan seluruh pemangku
kepentingan dan masyarakat dalam pembangunan desa di seluruh Indonesia. Untuk
mewujudkan pembangunan masyarakat desa sesuai yang diamanatkan UU Desa tentu
masih memerlukan waktu panjang dan biaya yang tidak sedikit. Diperlukan proses
edukasi panjang untuk membangkitkan kemampuan berinovasi dan bertindak sesuai
dengan kondisi lingkungannya. Disinilah diharapkan peran utama dari Perguruan Tinggi,
sebagai rumah bagi akademisi dan peneliti.
- Selain itu salah satu instrumen efektif untuk menumbuhkan kemampuan tersebut adalah
melalui pemaksimalan usaha pendampingan masyarakat. Oleh karena itu pendampingan
komprehensif semua elemen masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah,
pemerintah desa, LSM, perguruan tinggi dan masyarakat sendiri sangat diperlukan.
Sangat diperlukan sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan
dan desa agar realisasi nawacita yang ke tiga yaitu membangun dari pinggiran, dari desa,
kampung dan perbatasan, bisa terwujud. Pemerintah tentunya tidak bisa berjalan sendiri,
maka perlu peran serta perguruan tinggi masyarakat, tokoh agama dan tokoh politik guna
mewujudkan bersama ketercapaian nawacita ketiga ini. Hal ini adalah terobosan luar
biasa dan futuristik dari pemerintah dalam membangun negara yang perlu kita dukung
bersama.
- Materi dilanjutkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan (Menkopolhukam), Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan.
- Luhut Binsar Pandjaitan, menurut data-data ekonomi nasional, Bali menunjukkan
capaian pembangunan di atas rata-rata nasional. Bali dengan jumlah penduduk 4,2 juta
jiwa bisa menjadi model tempat-tempat lain terutama dalam penataan pembangunan
ekonomi. Bahasan pertama dimulai dari pemberantasan narkoba. Narkoba menjadi
masalah penting karena data tahun 2015 yang terlibat dalam kasus ini adalah 5,9 juta
orang. Itupun yang ada di permukaan belum yang sifatnya laten (dibawah). Diharapkan
Kepala Desa memberikan perhatian lebih dari penanganan kasus-kasus narkoba yang
terjadi termasuk penanganan radikalisme yang laten muncul di pedesaan. Hampir 75%
peredaran narkoba dimanage dari dalam penjara.Lapas Kerobokan misalnya juga menjadi
rawan atas kasus ini. Sehingga ada perhatian untuk rencana pemisahan antara tahanan
pidana, narkoba dan teroris. Kebetulan Pemda memiliki lahan 20 hektar sehingga
dimungkinkan adanya pemindahan sehingga persoalan kerusuhan dan peredaran narkoba
di lapas bisa diatasi.
- Apalagi lapas kerobokan terkait dengan kapasitas dunia internasional, apalagi Bali
sebagai pintu masuk atau pintu gerbang internasional, sehingga kesannya tidak baik kalau
di lapas sendiri masih kerap terjadi persoalan. Termasuk penetapan hukuman mati bagi
pengedar narkoba menjadi perhatian pemerintah yang sangat serius. Perlu digarisbawahi
Indonesia adalah negara mandiri dengan hukum positif dan jangan mau didikte negara
lain, termasuk persoalan penetapan hukuman mati. Perlu kearifan dan tidak perlu
senantiasa ribut-ribut untuk menerapkan hukuman mati. Peningkatan kasus narkoba
sangat pesat. Hal ini mengindikasikan Indonesia perlu penanganan sangat serius dalam
kejahatan peredaran narkoba.
- Penggunaan sabu sangat meningkat, sebanyak 350% dan ekstasi 250%.
Pengkonsumsinya tentunya adalah masyarakat. Melihat hal ini desa dinas dan desa
pakraman bersinergi dalam menangani persoalan ini demi melindungi nilai-nilai dari
masyarakat Bali. Pemulihan korban narkoba juga sangat sulit sehingga berpesan agar
mahasiswa jangan terjerumus pada kejahatan ini. Narkotika identik pula dengan
penyebaran HIV AIDS karena terkait dengan pemakaian jarum suntik. Sekali lagi
aparatur desa diminta untuk mewaspadai dengan pencegahan, karena serangan ini tidak
memandang jabatan, suku, agama atau yang lainnya. Hal ini seperti penyebaran HIV
AIDS dimana di Bali capaiannya adalah 0,68 persen. Mohon semua pihak agar senantiasa
waspada. Hal ini sama berbahayanya dengan serangan terorisme dan musuh kita bersama
yang perlu mendapatkan perhatian.
- Perlu ada sosialisasi dari Pemda Bali serius menangani. Kepala desa menjadi ujung
tombak dalam sosialisasi ini. Logikanya apabila terdapat penggunaan dana desa yang
baik dan sehat, sekaligus bisa menggerakkan kedisiplinan masyarakat maka dapat
mereduksi angka penggunaan narkoba di Bali. Lembaga Permasayarkatan juga perlu
diperbaiki. Semua harus ditangani secara cepat dan perlu memberikan contoh. Kunci
kesemuanya ini adalah keteladan yang baik. Jangan meniru kekonyolan yang sudah
dibuat dari generasi sebelumnya. Ekonomi Indonesia sejak tahun 2011 karena menaruh
harapan pada harga komoditi, trend nya terus menurun. Hal ini sangat mengkhawatirkan.
Saat mendesain ekonomi Indonesia, beban paling berat adalah subsidi. Subsidi inilah
yang melahirkan kondisi untuk keluar dari masalah, termasuk efisiensi dan keterbukaan.
Kwartal ketiga tahun 2015 ekonomi Indonesia naik dari 0,66%, 0,79%, 0,54%. Sehingga
tahun lalu pertumbuhan ekonomi kita mencapai per 4,8% sehingga kita keluar dari krisis.
Kalau kwartal berikutnya capaian pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2%, maka kita akan
memasuki proses pertumbuhan ekonomi yang baik. Inflasi juga sangat terkendali, dimana
diakhir tahun 2015 lalu dibawah 3%. Hal tentunya berdampak pada penurunan suku
bunga, sehingga kondisi yang bisa memacu pertumbuhan ekonomi senantiasa didorong.
- Hal ini sangat berkaitan erat antara ekonomi dan penciptaan stabilitas keamanan. Kalau
ekonomi tidak stabil pasti akan terjadi guncangan ekonomi. Termasuk kebutuhan stok
pangan, kenaikan dan penurunan harga BBM. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
keduanya harus berjalan beriringan. Salah satu komitmen pemerataan adalah pemberian
dana desa. Peranan kepala desa sangat penting karena ujung tombak perekonomian di
desa. Kepala desa bisa menciptakan lapangan kerja dan mereduksi angka rentenir melalui
BUMDes sehingga bunganya untuk pemberdayaan kegiatan ekonomi bisa berjalan.
- Untuk pertama kalinya semenjak tahun 2011, Gini Ratio membaik, yaitu 0,41 dan 0,40 di
tahun 2015. Artinya kesenjangan di Indonesia menjadi berkurang. Hal ini karena adanya
pembangunan infratsruktur yang sifatnya padat karya. Kepala desa sangat berperan
penting dalam pembangunan ekonomi. Peran universitas menjadi penting sebagai
pendamping. Strategi pembangunan harus berfokus pada pemerataan di seluruh Indonesia
dan tidak jawa sentris. Siap dengan tantangan dan mentransformasikan commodity base
menjadi industrial base.Sehingga kalau harga komoditi turun hal ini bisa diantisipasi. Di
Bali tentunya banyak industri kreatif yang bisa mendukung kenaikan pertumbuhan
ekonomi. In efisiensi di semua lini pada negara kita juga harus mendapatkan perhatian.
Tingkat in efisiensi di Indonesia mencapai 14,1 persen. Mahalnya mengirim barang
menjadi penyebab atas hal ini, sehingga diatasi dengan pembangunan infrastruktur 7-8
point. Tingkat harga di Indonesia ternahal di Asia. Hal ini dipengaruhi oleh fasilitas
prasarana yang mendukung bagi pertumbuhan ekonomi. Gap antara SDM jawa dan luar
jawa juga masih tinggi, termasuk saat terjadinya bonus demografi.
- Terkecuali Bali yang masih baik diantara rata-rata nasional. Ini adalah cerminan
kepemimpinan di Bali yang baik. Hal ini obyektif berdasarkan data statistik yang ada.
Unud adalah universitas yang baik, termasuk yang diproyeksikan pengembangan health
tourism. Kedisiplinan orang Bali patut diacungi jempol karena adanya kedisiplinan.
Disiplin ini bisa jadi karena adanya kepatuhan atas kepercayaan pada struktur agama dan
budaya (seperti karma, dll) dimana memiliki pembeda dengan tempat lain di Indonesia.
Indonesia bisa pecah bukan karena agama namun karena ketidakadilan. Kalau
kesenjangan masih ada maka orang cenderung berontak. Oleh karena itu ketidakadilan
dijadikan musuh bersama. Mahasiswa harus memikirkan keseimbangan baik pada Tuhan,
Sesama dan Lingkungan. Hampir 20% anggaran habis untuk subsidi energi. Berdasarkan
hasil studi, selama lima tahun 2009-2014 anggaran 1500 triliun habis.
- Efisiensi ini dilakukan agar bisa dialokasikan pada jaminan sosial dan kesehatan. Fokus
utama pemerintah adalah pembangunan infrastruktur, dengan alokasi 300 triliun karena
diyakini akan bisa mereduksi inefisiensi sehingga biaya transportasi bisa turun dan bisa
berefek pada menurunnya inflasi. Harus ada keberanian membuat keputusan apabila
menguntungkan dan mendatangkan kemanfaatan. Infratsruktur dianggarkan sebesar
hampir 1000 triliun selama lima tahun kedepan, seperti bina marga, cipta karya, jalan,
bendungan, pemerataan irigasi, perumahan dll. Petani juga bisa diproyeksikan panen padi
2,5-3 kali setahun dan bisa menghasilkan 5-7 ton perhektar, sehingga apabila hal ini
terjadi maka swasembada tidak hanya isu besar bagi bangsa ini. Mengenai dana desa
hampir 37,5 % dari total APBN turun ke desa. Pemerintah memang memiliki pemikiran
bertahap 50% anggaran akan diturunkan di desa dan daerah, agar benar-benar terfokus
membangun dari pinggiran. Hanya saja hal ini terkendala dari pengelolaan pekerjaan
yang masih cenderung tidak holistik, sendiri-sendiri dan tumpang tindih sehingga
menyebabkan efisiensi.
- Belajar dari pengalaman yang dimodelkan di Papua, Pemerintah Pusat mensinergikan 7
program, antara lain pendidikan, kesehatan, perekonomian, keamanan, infratsruktur, dll.
Ternyata anggaran kementerian yang ada di daerah selama ini besarannya mencapai 21
triliun rupiah. Hal ini tidak efektif sehingga perlu diadakan ragam pendekatan termasuk
pendekatan antropologis, dengan pendekatan pada 7 wilayah adat, dengan fokus enclave.
Hal ini diproyeksikan hingga 50%. Kalau organisasi dikelola secara efisien maka akan
menghasilkan keuntungan yang besar. Dana-dana dari APBN kita akan di berikan ke
desa, ADD dan Dana Desa. Ke depan dana ini akan berkait langsung dengan jumlah
APBN kita. PDB kita saat ini mencapai 1 miliyar dollar. Dengan adanya anggaran desa
ini maka 2-3 tahun maka kenaikannya bisa mencapai 1,3 milyar dollar dan tentunya dana
desa akan terus ditingkatkan. Hampir 90 persen dana desa dibagi habis dan kriteria 10
persen.
- Hanya saja di beberapa tempat menyisakan ketidakadilan, sebab ada kondisi desa yang
penduduknya berjumlah 2000 tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai 60 ribuan. Di
Papua, ada satu desa 20-30 KK dan harus mengelola dana 1,2 milyar rupiah. Tentunya
hal ini perlu dimanajerialsasi secara baik dan lebih difokuskan pendidikan dan kesehatan.
Kalau efisiensi bisa berjalan maka dana desa setiap tahunnya akan mengalami kenaikan.
Peran dari perguruan tinggi dibutuhkan agar memberikan pendampingan terhadap
penggunaan dana desa. Maka kalau dana desa bisa dimanajemen secara baik maka capain
sasarannya akan bisa baik pula. Kunci keberhasilannya adalah manajemen yang baik.
Kalau ada 2000 desa dan diberikan masing-masing 1 milyar, maka sekitar dua trilyun
rupiah dana yang berputar di bawah. Asal tidak terjadi kasus KKN maka pemanfaatan
dana ini akan optimal terutama dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi di tingkat
desa.
Kalau penggunaan dana desa ini benar-benar melibatkan komponen masyarakat termasuk
peran perguruan tinggi, dalam waktu 2 tahun desa bisa lebih mandiri. Pembangunan di
Bali ditandai dengan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional yaitu 6,01 persen.
Harus ada sinergi dengan semua pihak yang harus benar-benar terlibat dalam usaha
pembangunan dengan mengedepankan kedisiplinan. Menyangkut IPM di Bali salah satu
terbaik di tingkat nasional, hal ini harus diteladani. Bali punya potensi berkembang
dengan pertumbuhan ekonomi 7 persen dua tahun ke depan. Bali juga memiliki modal
dasar yang baik dalam pembangunan, termasuk infrastruktur dan upaya pemertahanan
sebagai lumbung pangan nasional. Masyarakat Bali harus senantiasa bisa memberikan
teladan kedisiplinan, budaya rajin dan ketertiban. Pendidikan harus dikomitmenkan
untuk ditingkatkan dan hal ini harus senantiasa pula difasilitasi oleh Universitas Udayana.
- Acara dilanjutkan dengan dua sesi diskusi. Acara ini dimoderatori oleh Prof. Dr. I
Ketut Rai Setiabudi,S.H.,M.S. Pertanyaan pada sesi pertama sebagai berikut :
- Pertanyaan dari Nyoman Yoga (Bendesa Desa Pekraman Nusa Penida, Klungkung)
Saya tidak bertanya pak, cuma ingin menyampaikan sedikit informasi karena apa yang
telah di jelaskan terutama yang di jelaskan Pak Gubernur dan kedua mentri kami. Selama
kami tahu Pak Gubernur untuk mengehentaskan kemiskinan di seluruh Bali menurut
pandangan dan pikiran kami sulit sekali. Bendesa Desa Pekraman di Klungkung hanya
mendapat insentif Rp 500.000 per bulan. Bagaiamana seorang yang pendapatannya Rp
500.000 per bulan bisa membantu untuk menghentaskan kemiskinan karena paling tidak
yang berinteraksi langsung ke masyarakat itu adalah Bendesa. Maaf pak Gubernur terima
kasih.
- Pertanyaan anonim dari Kampung Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung. Saya ingin
bertanya kepada bapak Mentri Desa dalam hal ini apa yang telah di programkan oleh
Mentri Desa itu untuk mengucurkan dana ke desa-desa itu saya apresiasi dengan baik,
yang jumlahnya cukup besar dan banyak untuk membangun desa dari pinggiran. Namun
yang jadi pertanyaan saya di sini adalah ketika desa di kasi dana untuk bekerja lebih berat
karna untuk mengelola dana yang cukup besar dengan tanggung jawab yang besar pak,
karna kita tahu aparat desa itu tidak ada istilah sarjana, mungkin ada tetapi sedikit, hanya
tamatannya SMA, nah kemudian di kasi dana kalau pada saat di kasi dana itu pak kami
memang bangga dan juga kami harus melihat dampak dari dana itu adalah kejalur hukum
itu pak salah menggunakan dana, karna apa bahasa-bahasa yang di pakai di undang-
undang itu penapsirannya sangat berbeda-beda. Sehingga dari aparat desa itu memang
ketakutan selama ini untuk menggunakan dana desa itu.
Aparat desa di Kabupaten Klungkung sekarang ini setelah undang-undang itu banyak
yang ingin mengundurkan diri yang paling riskan adalah kaur keuangan dan
pembangunan yang sering di periksa terus-terusan. Saya sebagai kepala desa sempat
kebingungan kalau saya tekan untuk bekerja lebih dia akan mengundurkan diri kalau saya
paksakan saya hanya mendapat Rp 1,5 juta dan bermain-main dengan hukum. Kepada
bapak Mentri Desa di dalam mengeluarkan sebuah program mohon juga di pikirkan jerih
payah mereka pak jangan sampai pekerjaan yang di ambil oleh kabupaten di ambil oleh
desa baik dalam perencanaan, penyusunan RAB tetapi kesejahteraan mereka tetap seperti
itu tetap di ambil oleh kabupaten dan pekerjaan di ambil oleh desa.
- Pertanyaan dari I Gusti Nyoman Susila (Perbekel Desa Bona-Gianyar). Terkait UU No.6
Tahun 2014 tentang desa untuk tentu desa sangat bergembira karna sudah di berikan
mandat untuk membangun desa oleh karena demikian dengan terbitnya UU No.6 dengan
turunannya dimana desa di berikan kewenangan penuh untuk mengatur desa oleh karena
demikian sesuai dengan itu dimana disampaikan dengan teman-teman dengan perangkat
yang ada tentu perlu menjadi pemikiran kita bersama dengan pemerintah pusat termasuk
regulasi apa yang di sampikan oleh bapak Menteri tadi dengan APBDes cukup dua
lembar dan pertanggungjawabannya juga dua lembar tetapi kenyataannya di lapangan
tidak seperti itu, perlu ada carikan solusi dengan SKPD terkait kabupaten apa yang
menjadi regulasi itu benar-benar apa yang menjadi kebijakan pemerintah pusat sehingga
ketika sampai di desa baik dari penyusunan APBDes maupun pertanggungjawaban yang
terkait penggunaan dana desa tersebut, jadi kami memiliki 3 poin yang pertama,
keberadaan pendamping terus terang ketika desa di berikan pendamping lokal desa
termasuk tenaga ahli yang ada di desa, kami berharap ketika pemerintah desa kurang
memahami, kurang menguasai mungkin perlu ada gaeding pendamping lokal terkait
dengan apakah termasuk penyusunan argument perencanaan sampai eksekusi anggaran
oleh karna demikian staf pendamping sangat strategis di desa oleh karena demikian
bagaimana kedepan bapak betul-betul bisa memperdayakan pendamping. Bagaimana
yang disampaikan teman-teman tadi ketika desa mengalami kesulitan benar-benar
pendamping mampu mengaiding pemerintah desa. Bagaimana pendamping betul-betul ke
depan menguasai, apakah nanti dana itu di sampaikan ke desa adat dan desa adat
mempergunakan dana itu sehingga pendamping harus menguasai bagaimana ketika
requitment jadi bagaimana requitment itu juga benar-benar menguasai.
Kedua, regulasi dimana kementrian desa dan kemendagri perlu ada titik temu yang bisa
memudahkan memberikan regulasi yang sangat sederhana sehingga desa dengan
keterbatasan sumber daya yang ada sampai saat ini benar-benar bisa mengexsekusi
anggaran itu dengan tepat guna, tepat sasaran, transparasi, efektif, disiplin, akuntabel ini
perlu bagaimana ke depan bapak bisa memikirkan perangkat desa yang ada, karena
begitu undang-undang, PP sampai sekian. UU No. 6, PP 43 No.7 pemendagri dan
permendesnya begitu banyak. Apalagi belum tersosialisasi samapi ke desa dengan
maximal perlu ada langkah-langkah strategis sehingga pemerintah desa benar-benar bisa
menguasai itu. Kedepan bisa benar-benar menjadi desa membangun negeri.
Ketiga, tentang perangkat desa yang ada sekarang itu, satu kepala desa, satu sekretaris
desa dan lima perangkat desa dengan dana sebesar itru yang di manage sekian perangkat
desa dengan keterbatasan yang ada mungkin perlu ke depan menjadi pemikiran tentang
sumber-sumber daya termasuk sumber daya yang ada dengan tahun 2015 Rp 300 juta
dengan ADD nya dan pendapatan dimana tahun 2016 Rp 3 M dengan perangkat yang
sedemikian rupa dengan keberadaan segitu lalu di bebani oleh anggaran yang demikian
besar di kelola oleh desa dengan transparasi seperti tadi itu juga menjadi tantangan ke
depan sehingga bagaiaman bapak mekakulasi ke depan dengan pemendagri No. 83
tentang struktur perangkat desa ternasuk nanti job description perangkat desa itu menjadi
pemikiran sehingga betul-betul pemerintah desa bisa efektif. Status desa dimana
pemerintah desa sekarang sekretaris desa di tarik sehingga terdapat satu PNS di desa
sedangkan perangkat-perangkat yang lain non PNS bagaimana dengan undang-undang
yang ada sekdes rencana akan di tarik atas perintah undang-undang, bagaimana kalau
sekdes di tarik ke induknya sehingga sekdes betul-betul di gantikan kepala desa sehingga
benar-benar menjadi suatu sistem satu perangkat satu team yang betul-betul solid apakah
tidak mungkin juga ke depan dengan undang-undang dengan penambahan perangkat desa
dengan begitu beban yang ada tidak termungkinkan struktur perangkat desa di tambah,
karena sekarang ada pelaksanaan infrastruktur yang tadi perlu ada tenaga-tenaga teknis
karena perangkat-perangkat yang ada tidak tahu tentang itu.
- Jawaban dari narasumber :
- Jawaban Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
(Menkopolhukam), Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan
Respon yang luar biasa dan pemahaman dari bapak-bapak juga cukup baik dan saya piker
ada beberapa hal yang tumpang tindih dengan hal ini dan memang ada tumpang tindih
dengan masalah ini antara kemendagri dan kementrian desa, saya sudah buat beberapa
catatan di sini karena mendagri berada di bawah saya. Nanti akan kita luruskan bersama
kemendagri, kementrian desa dn mentri keuangan. Seperti contoh apakah gaji kepala desa
ini dia mendapat apa kemudian terkait dengan desa adat dan seterusnya. Kita akan coba
cari dan feedback kita teruskan demikian, tadi saya di bisiki pak Gubernur kalau dana
desa disini dapat 85%-90% terserap dengan baik itu sangat berdampak pada pemerataan
dan pertumbuhan ekonomi di sini, terus terang saya bangga sekali dengan antusiasme dan
pemahaman bapak-bapak kepala desa tentang dana desa juga sangat baik.
- Jika terdapat hal-hal yang namanya dirasakan kurang seperti ini, itu di respon saja dan di
email, kita juga ada email. Terdapat beberapa masalah di sini, itu akan segera saya respon
dan saya akan infokan gubernur hasil pembicaraan saya mungkin selesai ini saya akan
telpon mereka itu Tanya jadi cepat. Apapun yang kita buat bersama ini bermuara pada
leadership kepemimpinan. Saya memberikan contoh kepemimpinan presiden Jokowi itu
menurut hemat saya adalah dengan ketauladanan jadi memberikan contoh dengan hal
yang sederhana dan tidak di buat-buat. Sejak saya kenal 10 tahun yang lalu samapi hari
ini, jadi sesuai kata dengan apa yang dikerjakan tidak di buat-buat, jadi saya harap bapak-
bapak bisa memberikan 70%-80% performanya karna Bali termasuk tourist destination
terbaik, karena Bali bagus itu akan memberikan kontribusi ke nasional yang baik.
- Jawaban Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, H.
Marwan Ja'far, SE., SH., MM., MSi.
Tentang aparatur desa SMA, masih mending di Bali dan Jawa yang rata-rata SMA.
Indonesia bagian timur, di bawah SMA, rata-rata kepala desa kita seluruh Indonesia
adalah SMP di lihat dari data statistiknya. Yang kita butuhkan adalah pemahaman yang
utuh dan kepemimpinan. Kepala desa itu adalah pemimpin politik, pemimpin masyarakat
dan pemimpin umat. Pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat dan punya strata sosial
yang tinggi. Dana desa ini lahir karena adanya feedback politik negara kepada desa-desa,
selama ini rakyat di peras secara politik hari ini desa-desa kita di beri kebijakan berupa
dana desa tersebut. ini adalah sebuah insentif pada desa-desa, ini sebenarnya adalah
insentif demokrasi terhadap demokratisasi yang ada di desa selama ini.
- Mengenai persoalan gaji yang kurang, dana dari pusat sebetulnya tidak ada, dana desa
bukan di prioritaskan untuk itu namun bisa di siasati dari dana ADD, ini peran bupati dan
walikota, di perlukan peraturan gubernur di sini dalam mensejahterakan kepala desa kita.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas aparatur desa ada pelatihan-pelatihan yang
letaknya di kemendagri dengan anggaran Rp 1,2 T.
- Mengenai jawaban pertanyaan Bapak Nyoman kami sebenarnya sudah melakukan
deregulasi, merombak peraturan yang ada, menyederhanakan, makanya PP itu kami
perbaiki terus menerus, mentri keuangan hanya minta 1 pasal yang 3 kali menjadi 2 kali
tersebut. Kami juga masih memperbaiki PP yang ada agar dana desa tidak menjadi
kesenjangan di antara wilayah di Indonesia.

- Jawaban Gubernur Bali, Made Mangku Pastika.


Memang harus diakui semakin hari beban beban berat kepala desa dan perangkatnya
semakin berat karena mengelola sumber daya yang semakin banyak, apalagi di era
sekarang dengan penuh keterbukaan, akuntabilitas, persoalan-persoalan hukum yang
tidak hanya di desa melainkan juga kabupaten/kota, provinsi hingga pemerintah pusat.
- Masih beruntung kepala desa di Bali ini tingkat pendidikan ada S1 bahkan S2 sehingga
tingkat pemahaman tentang dana desa cukup baik. Saya sependapat jika pendapatannya
di tingkatkan, karena mengelola uang milyaran begitu tidak sederhana, tanggungannya
besar dan pekerjaannya lebih banyka apalagi dengan undang-undang ini dulu masih
bergantung pada kabupaten/kota sekarang harus mandiri ini juga problem.
- Tentang jero bendesa tadi, konsep desa pekraman memang perlu kita perbaiki. Karena
bendesa itu ngayah sistemnya cumin sekarang kan sudah tidak bisa ngayah lagi. Ngayah
itu berkaitan dengan agama, semangat berkorban demi kepentingan krama namun dia
juga harus makan dan menghidupi anak serta istrinya. Problemnya apakah bendesa itu
harus di gaji , pecalang harus di gaji, jika iya itu harus di buatkan sistemnya terkait
eksistensi desa pekraman karena dari dulu bendesa itu bukan pekerjaan, karena ada yang
merupakan keturunan tidak di pilih oleh oleh rakyat. Dana provinsi Rp 5 Trilyun sudah di
bagi untuk desa pekraman, subak, perbaikan pura upacara dan sebagainya. Sudah sekitar
Rp 800 M lebih utuk menjaga adat dan tradisi budaya kita. Ini yang harus kita
perjuangkan agar kita mendapatkan hasil dari kontribusi dolar yang kita hasilkan untuk
pusat.
- Pada sesi diskusi kedua, pertanyaan pertama dilontarkan oleh Jero Gede Putu Sukadesa
dulu bernama Wayan Putu Suena (Bendesa Agung atau Ketua Majelis Utama Desa
Pekraman Bali dan juga Bendesa Desa Muncan-Karangasem).
- Desa Adat sesuai dengan UUD No 6 Tahun 2014 mau dibawa kemana, karena di
pertemuan-pertemuan sebelumnya ini menjadi masalah masalah yang kursial karena Desa
Pekeraman sudah ada jauh sebelum negara ini merdeka . Sesuai UU 45 pasal 18 ayat 2
mengakui dan menghormati masyarakat, hukum adat yang masih hidup dan berkembang
sesuai dengan perinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga pertanyaan kami
maudibawa kemana Desa Pekraman ini dan setatus nya seperti apa?
Pernahkah Udayana penelitian tentang anggaran yang dikeluarkan Desa Pakraman di Bali
untuk membeli keperluan upacara selama setahun kami hanya menginginkan status yang
jelas sesuai dengan amanat UUD 45.
- Pertanyaan kedua dikemukakan oleh Prof. Sukardika (Perbekel Dawan-Klungkung).
Status ekonomi asimetris untuk Bali. Bagaimana jika rumah sakit internasional di jadikan
medical tourism karena banyak masyarakat kita yang berobat ke Singapura dan Malaysia.
- Pertanyaan ketiga dikemukakan oleh Wayan Merta (Denpasar).
Terkait pendamping desa, mohon di evaluasi. Peranan pemerintah daerah tentang
dekonsentrasi bahwa pendaftaran online di rasa sentralistik. Posisi pendamping untuk
PLD 30% kosong karena gajinya hanya Rp 2 juta.
- Jawaban dari narasumber :
- Jawaban dari narasumber Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, H. Marwan Ja'far, SE., SH., MM., MSi.
- Menteri keuangan tidak mampu memberikan dana lebih banyak katrena di sesuaikan
dengan UMR di masing-masing daerah. PNPM adalah program dari tahun 2007 yang
telah berakhir pada 31 Desember 2014 dan resmi berakhir melalui dirjen kemendagri
sudah mengirim surat kepada gubernur di seluruh Indonesia bahwa tugas PNPM sudah
berakhir jadi itu tugas Dirjen Kemendagri. Setelah serah terima dari Kemendagri ke
Kementrian Desa tentang pendamping sesuai dengan UU No.6 tahun 2014 sehingga
terjadi peminjaman fasilitator dari PNPM karena masih kurangnya pendamping desa.
Tahun 2016 kami membuka kesempatan pada Kabupaten / Kota dan universitas untuk
ikut menyeleksi calon pendamping dimana pendamping berasal dari desa bersangkutan
dan juga gaji dan penempatan dari pada pendamping di atur oleh BPMPD Provinsi.

Anda mungkin juga menyukai