Anda di halaman 1dari 15

Peranan Hukum

Adat dalam
mengantisipasi
dampak Globalisasi.
• Undang-Undang No 6 tahun 2014 Tentang Desa secara
signifikan telah memberi perubahan terhadap dinamika
ketatanegaraan di Indonesia. UU Desa secara tegas
memberikan kejelasan status desa dalam sistem
pemerintahan Republik Indonesia. Kejelasan status memiliki
arti penting mengingat ini akan memberikan kemandirian
lebih bagi desa untuk mengembangkan potensi lokal,
memberikan akses pelayanan publik yang lebih mudah kepada
masyarakat, yang pada akhirnya akan memberikan
kesejahteraan yang merata bagi masyarakatnya, dimana
tujuan pengaturan desa yaitu:
• Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang
sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia;     
• Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa
dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi
mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;     
• Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya
masyarakat Desa;     
• Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat
Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna
kesejahteraan bersama;
• Membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan
efektif, terbuka, serta bertanggung jawab;     
• Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa
guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;     
• Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara
kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
• Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi
kesenjangan pembangunan nasional; dan
• Memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
• Satu poin yang perlu dicermati, UU Desa juga dapat dikatakan
menjadi bukti konkret komitmen negara dalam rangka
menghormati masyarakat hukum adat, melalui pengaturan desa
adat. Desa adat tentu memiliki perbedaan dengan desa tanpa
embel-embel “adat”, dimana desa adat adalah kesatuan
masyarakat hukum adat yang masih hidup, dan tidak
bertentangan dengan kepentingan dan prinsip NKRI. Pengaturan
desa adat dalam UU Desa juga memberikan perlindungan secara
yuridis terhadap eksistensi hukum adat yang berlaku dalam suatu
masyarakat hukum adat, karena dalam kenyataan empiriknya
kadangkala banyak bermunculan berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat adat Indonesia ketika hukum adat berhadapan
dengan hukum positif, dimana dalam hal ini masyarakat hukum
adat dapat dipastikan berada dalam posisi lemah.
• Desa adat sendiri sebenarnya telah secara “tidak langsung”
diakui eksistensinya dalam masyarakat. Sebagai contoh, Di
Provinsi Riau sudah ada 10 desa di Siak yang mengusulkan diri
menjadi desa adat kepada Kementerian Dalam Negeri. Jumlah
ini belum termasuk ratusan desa adat lainnya yang belum atau
terlambat mendaftar. Selanjutnya di Provinsi Bali kini tercatat
1.453 desa adat. Eksistensi desa adat di Bali menjadi sorotan,
karena desa pekraman (sebutan desa adat di Bali)
memberikan corak tersendiri terhadap berjalannya
pemerintahan daerah Bali, dimana terdapat dua jenis desa
yakni desa dinas dan desa adat.
• Selama ini kedua sistem pemerintahan itu berjalan saling
melengkapi, dimana desa dinas mengurus masalah-masalah
yang berkaitan dengan masalah pemerintahan, sedangkan
desa adat mengurus masalah yang berkaitan dengan adat. Dua
contoh diatas dapat memberikan gambaran secara umum
bagaimana desa adat dengan tradisi serta norma yang berlaku
di dalamnya tetap mempu bertahan di masa kekinian.
• Berbicara mengenai masa kekinian, tentunya berkaitan
dengan fenomena globalisasi yang tengah melanda Indonesia.
Globalisasi dapat dipahami sebagai perubahan-perubahan
dalam bidang ekonomi dan sosial yang berkombinasi dengan
pembentukan saling hubungan regional dan global yang unik,
yang lebih ekstensif dan intensif dibandingkan dengan periode
sebelumnya, yang menantang dan membentuk kembali
komunitas politik, dan secara spesifik, negara modern.
• Globalisasi telah membuka lebar jalinan interaksi dan
transaksi antar individu, kelompok dan antar negara yang
membawa implikasi politik, ekonomi, sosial dan budaya
beserta iptek pada tingkat dan intensitas yang berbeda.
Indonesia, jelas tidak dapat terlepas dari pengaruh globalisasi
yang massive, terlihat dari bagaimana kecenderungan
masyarakat yang lebih memilih untuk menggunakan produk
dan kebudayaan asing.
• Dalam konteks hukum, globalisasi memberikan pengaruh yang
besar, dimana Perkembangan Sistem Hukum Indonesia yang
cenderung lebih memilih civil law dan common law system
dan politik hukum Indonesia yang mengarah pada kodifikasi
dan unifikasi hukum.Keadaan ini praktis menyebabkan
memudarnya peranan pranata hukum adat di Indonesia.
Padahal disadari atau tidak, hukum adat merupakan pranata
hukum yang justru mampu menangkal pengaruh globalisasi
yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur maupun hukum
positif yang ada di Indonesia.
• Globalisasi, yang sebagian besar merupakan hasil pemikiran
bangsa Barat, tentu tidak dapat sepenuhnya diadaptasi oleh
bangsa Timur (termasuk Indonesia) yang juga memiliki budaya
serta norma yang secara moril menjadi suatu hal yang harus
dijalankan oleh masyarakatnya. Hingga saat ini, pluralisme
hukum adat di Indonesia yang tumbuh kembang secara
dinamis mengikuti perkembangan masyarakatnya dengan
tetap bertumpu pada karakteristik masyarakat adat dan pola
pikir participerend coschmish.
• Pola pikir yang mengedepankan keseimbangan ini diyakini
masih relevan untuk diterapkan dalam perkembangan saat ini,
karena nyatanya pola pikir ini sangatlah selaras dengan
semangat sustainable development atau pembangunan
berkelanjutan. Selain itu, memberikan hukum adat ruang
untuk tetap ada, berarti juga memberikan keadilan bagi
masyarakat hukum adat, karena dengan begitu, dapat
memastikan hak-hak masyarakat hukum adat yang
diamanatkan konstitusi tetap terjaga, sehingga tidak lagi
termaginalkan.
• Selain memberikan proteksi, diperlukan juga ruang bagi
hukum adat untuk berperan sebagai filter terhadap pengaruh
globalisasi yang tidak kompatibel dengan tradisi dan budaya
Bangsa Timur. Salah satu bukti bahwa peranan masyarakat ada
dalam hal ini adalah bagaimana desa adat di Bali terus
bertambah dan tetap dengan konsisten menjalankan kegiatan
adat, di tengah pesatnya pembangunan objek wisata kelas
global di seluruh pulau Bali.
• Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan negara
terhadap eksistensi masyarakat hukum adat sangatlah tinggi,
dimana kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh pengaturan terkait
desa adat dalam UU Desa. Harapannya, di masa mendatang
hukum adat mampu terus berkembang dan memberi corak
tersendiri bagi hukum positif di Indonesia, yang pada akhirnya
akan memberikan rasa adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai