Anda di halaman 1dari 8

PRANATA HUKUM BERBASIS KEARIFAN LOKAL

DALAM TATA KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

M. Hudi Asrori S
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
E-mail: hudisayuti@gmail.com

Abstract

In the transition system of modern life with all the phenomena that arise, at present, there are patterns of
local wisdom and the life that holds fast to the principle ofl ifeis based on national values and moral, as well as
discipline and obedience to the rules applicable in the environment. It exists in the Java community, especially in the
Palace of Yogyakarta Sultanate. The conceptof national and state basis for a civilizednation Indonesia based on the
persistence of religion and practice their religion according to their beliefs. Constitutionally this concept set for thin
the Grundnorm Pancasila and Undang Dasar1945. Institutions based on local wisdom (Java) as aservicein the life of
the nation is to up hold the principle of national unity Bhineka Tunggal Ika, the work ethic Tan Hana Dharma
Mangrowa, based on the principle, Manunggaling Kawulo Gusti, Golong Gilig implemented, with the credo of
service Nyawiji, Greget, Sengguh and Ora Mingkuh, to realize Hamemayu Hayuning Bawono as a primary goal
in the life of the nation is prosperous, fairly and prosperous.

perlindungan. Hal inipun nampak pada lembaga


A. Pendahuluan kepemimpinan nasional, anggota wakil rakyat dan
pejabat negara banyak terlibat korupusi, kekerasan
sampai dengan tindakan asusila. Semuanya itu
Fenomena kehidupan di awal abad ke-21 ini
mengancam terhadap integritas dan identitas bangsa.
diwarnai dengan terjadinya reformasi di berbagai
bidang kehidupan manusia. Pengaruh kemajuan di
bidang teknologi dan informasi menyingkap tabir Di tengah proses peralihan pola dan tatanan
pembatas hubungan antar bangsa-bangsa di dunia kehidupan, saat ini, ternyata di dalam suatu
dengan berbagai dampak positif maupun negatif bagi lingkungan tata kehidupan bangsa Indonesia masih
bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Tak ada, hidup dan berkembang pola dan tatanan
terkecuali Negara Indonesia, dalam usianya yang ke kehidupan yang memegang teguh prinsip kehidupan
67 harus mengikuti tuntutan perkembangan berdasarkan nilai-nilai kebangsaan dan budi pekerti
kehidupan dunia internasional tersebut dengan segala bangsa, dan sangat disiplin dan taat terhadap
konsekuensinya. Interaksi di antara bangsa-bangsa peraturan yang berlaku di lingkungannya. Salah satu
telah mempengaruhi pola hidup dan tuntutan-tuntutan lingkungan kehidupan tersebut adalah lingkungan
baru yang selama ini tidak pernah diperolehnya. masyarakat Jawa, khususnya Keraton Kasultanan
Namun demikian diantara dampak timbul, kiranya Yogyakarta. Prinsip hidup “hamemayu hayuning
lebih banyak dampak negatifnya bagi tatanan bawono” dengan kredo nyawiji, greget, sengguh dan
kehidupan bangsa Indonesia. Pola kehidupan ora mingkuh, merupakan kunci utama tetap
bermasyarakat beralih ke induvidualis, kehidupan terjaganya pola dan tatanan hidup yang
musyawarah beralih ke tata cara vootingdan mengedepankan kebersamaan, tata krama, budi
kontroversi, kehidupan konsumtif menjadi pilihan pekerti dan ketaatan terhadap peraturan. Oleh
lebih utama. Perubahan pola dan tatanan kehidupan karenanya sebagai suatu bukti pranatakehidupan
ini berakibat luas, diantaranya, korupsi seakan berbangsa dan bernegara berbasis kearifan lokal
menjadi hal yang biasa, konflik dengan kekerasan yang melembaga kiranya perlu diungkap untuk dapat
menjadi model penyelesaian masalah, serta disiplin dipakai sebagai refleksi terhadap pola dan tata
dan ketaatan terhadap peraturan menjadi lemah. kehidupan bangsa Indonesia, saat ini.
Munculnya premanisme di tengah masyarakat seakan
tak terkendali, akibatnya warga masyarakat hanya
dapat melihat dan menjadi korban, tanpa tahu apa
yang harus dilakukan dan kemana mencari tempat

Yustisia Vol.1 No.2 Mei – Agustus 2012 Pranata Hukum Berbasis Kearifan... 194
B. Pranata Kehidupan Berbangsa dan Bernegara berkembang di dalam kehidupan bangsa Indonesia itu
sendiri. Salah satu bukti berupa data lengkap secara
Pada dasarnya kebutuhan akan konsep visual maupun dokumen terdapat di dalam
pranata untuk memberikan kontribusi pemikiran lingkungan kehidupan Keraton Kasultanan
terhadap berbagai permasalahanyang timbul di dalam Yogyakarta. Secara visual di dalam Keraton
penguatan nilai-nilai kebangsaan dan budi pekerti Kasultanan Yogyakarta masih terlihat pola dan tata
bangsa, serta peningkatan disiplin dan ketaatan kehidupan organisasi, tata kerja birokrasi,
terhadap peraturan, sangat mendesak. Kontribusi kedisiplinan dan ketaatan semua pihak terhadap
yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pranata hukum. Sistem kerja antar lembaga dan
pemikiran terhadap pengembangan ilmu hukum, permasalahan yang timbul di dalamnya diselesaikan
khususnya mengenai konsep kearifan lokal dalam secara santun dengan metode musyawarah sesuai
mengembangkan sumber daya manusia dengan pola tradisi yang berlaku turun temurun.
dan tata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengkajian terhadap kearifan lokal dari
Konsep pola dan tata kehidupan lembaga adat yang ada di dalam Keraton Kasultanan
berbangsa dan bernegara berbasis kearifan lokal Yogyakarta, kiranya tidak berlebihan, mengingat
inilah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi sejarah perjuangan bangsa Indonesia sampai
informasimengenai arti pentingnya mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia tidak
pola dan tata kehidupan yang sudah ada dan hidup di pernah lepas dari peran serta dan eksistensi lembaga
lingkungannya sehingga terjaga integritas dan kerajaan, di bawah kepemimpinan Sri Sultan
identitasnya. Selanjutnya dapat diperoleh model Hamengkubuwana IX. Hal ini dilakukan sebagai
implikasi pola dan tata kehidupan, yang dapat upaya penguatan nilai-nilai kebangsaan dan budi
memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan budi pekerti pekerti bangsa, sehingga disiplin dan ketaatan
bangsa, serta displin dan ketaatan terhadap peraturan. terhadap peraturan dapat ditingkatkan. Bahwasanya
. model kearifan lokal dalam mengembangkan sumber
daya manusia sudah ada di dalam kepribadian dan
cita hukum bangsa Indonesia, yang dicontohkan oleh
Isu strategis yang dihadapi bangsa dan
para pejuang dan pahlawan kusuma bangsa dengan
negara Republik Indonesia, saat ini, adalah
ajaran yang bernilai luhur sejak dahulu kala. Namun
rendahnya nilai-nilai integritas dan identitas nasional.
Berkurangnya sikap dan rasa nasionalisme adalah saat ini sudah banyak ditinggalkan, bahkan sudah
sebagai akibat pengaruh globalisasi di segala sektor tidak diketahui oleh sebagian generasi muda penerus
estafeta perjuangan kehidupan berbangsa dan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Di samping itu,
bernegara Republik Indonesia.
bersifat lebih mendasar, adalah dilakukannya
perubahan-perubahan terhadap pola dan tata
kehidupan berbangsa dan bernegara melalui
amandemen Undang-Undang Dasar 1945,
diaplikasikan ke dalam peraturan perundangan C. Eksistensi Pranata Hukum Dalam Kehidupan
sebagai hukum positif yang berlaku dan mengikat Berbangsa dan Bernegara
seluruh bangsa Indonesia. Akibat dari perubahan
tersebut bersifat positif dan negatif, namun akibat Di dalam kehidupan berbangsa dan
negatif nampak lebih dominan. Konflik dan bernegara di jaman modern ini, pola perilaku dan tata
perbedaan pendapat seakan hanya dapat diselesaikan kehidupan manusia diatur dengan suatu peraturan
dengan kekerasan, pelanggaran hukum menjadi perundangan yang dibuat oleh lembaga yang
kebiasaan, tata krama dan toleransi semakion jauh berwenang. Peraturan perundangan dibuat secara
ditinggalkan. Fenomena ini terjadi di hampir semua tertulis dan merupakan peraturan formal. Secara
lapisan masyarakat, sehingga secara sistemik akan normatif ketentuan-ketentuan di dalamnya
melemahkan kualitas manusia/bangsa Indonesia yang merupakan hukum positif yang berlaku mengikat
berakibat tidak mempunyai daya saing dengan semua warga negara.
bangsa-bangsa lain.
Hukum positif merupakan konsekwensi dari
Oleh karena itu sangat diperlukan adanya eksistensinya di dalam suatu sistem hukum.
kajian terhadap fenomena ini dengan menggali Descartes, merintis tradisi berpikir rasional dan
kembali nilai-nilai integritas dan identitas bangsa atomistic (dengan cara memecah dan memilah-
Indonesia dari kearifan lokal yang berakar, hidup dan milah), dalam perkembangan disambut oleh Issac
Yustisia Vol.1 No.2 Mei – Agustus 2012 Pranata Hukum Berbasis Kearifan... 195
Newton, dengan melihat alam sebagai suatu institusi beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
yang sistematis, mekanistis, linier dan deterministik. dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
Pikiran Cartesian-Newtonian inilah yang kemudian permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial
mengilhami kaum positivis yang menghendaki agar bagi seluruh rakyat Indonesia. Mencermati kata-
hukum modern pun harus dipahami, digarap dan kata di dalam kelima sila di atas, dapat diketahui
diselenggarakan secara sistematis, logis dan rasional. bahwa kehendak para pendiri Negara Republik
Menurut Hart (1972: 89-92), senantiasa ada Indonesia adalah sangat arif dan berbudaya,
hubungan erat antara institusi hukum dengan artinya negara ini didirikan dengan cita-cita
perkembangan organisasi masyarakatnya. Hubungan kesejahteraan lahir dan batin, yaitu berniat untuk
itu oleh Hart secara teoritis dideskripsikan sebagai ibadah kepada Tuhan Yang Esa, ditegakkannya
bentuk-bentuk penginstitusionalan hukum, yang peri kemanusiaan yang adil dan beradab, dengan
dimulai dari bentuknya yang paling sederhana sampai mengedepankan persatuan berdasarkan
ke bentuk yang rumit, sesuai dengan perkembangan permusyawaratan untuk mencapai keadilan sosial
masyarakatnya.John Austin (Friedmann, Wolfgang – bagi seluruh rakyat Indonesia.
terjemahan Muhammad Arifin, 1993), hakikat hukum Prisip-prinsip bernegara dan berbangsa
terletak pada unsur perintah. Hukum adalah perintah yang luhur tersebut dijabarkan di dalam Undang-
penguasa. Hukum dipandang sebagai sistem yang Undang Dasar 1945.Dengan demikian, pada
tetap, logis dan tertutup. Dikatakan sebagai sistem dasarnya, Negara Republik Indonesia adalah
“tertutup” karena hanya pihak penguasa sajalah yang negara hukum (Rechtsstaat) bukan negara
dapat menentukan apa yang diperbolehkan dan apa kekuasaan (Maachtsstaat).Berdasarkan landasan
yang tidak diperbolehkan. Penguasa, dengan konstitusional inilah semua kehidupan bernegara
kekuasaannya dapat memberlakukan hukum dengan dan berbangsa, serta semua kebijakan yang
cara menakut-nakuti dan mengarahkan tingkah laku ditentukannya, harus dilaksanakan berdasarkan
seseorang ke arah yang diinginkannya. hukum negara dalam bentuk peraturan
perundang-undangan. Produk hukum yang
Berpijak pada kajian hukum dalam bentuk dikeluarkan oleh negara melalui lembaga yang
peraturan perundangan terhadap kenyataan sosial diberi kewenangan untuk itu oleh Undang-
bahwa, hukum sering dikatakan mempunyai “double- Undang Dasar 1945 merupakan hukum negara.
faceted characters” (Cotterrell, 1984: 3) yang dapat Dengan pola pikir seperti itu maka hukum negara
diungkapkan dengan berbagai cara, yaitu hukum merupakan peraturan perundang-undangan yang
terdiri dari ketentuan-ketentuan yang seharusnya mempunyai bentuk formal dan bersifat yuridis
subjek legal berperilaku, dan pada waktu yang sama normatif.
hukum merupakan suatu fenomena sosial yang hanya Tata cara pembuatan suatu peraturan
terjadi apabila ketentuan perilaku mempunyai perundang-undangan dilakukan berdasarkan
beberapa efek terhadap cara orang-orang berfikir dan hukum dasar negara dan peraturan perundang-
berperilaku. Apa yang dianggap keadilan atau undangan yang telah ditetapkan. Tata cara
ketidakadilan, kebijaksanaan atau efisiensi, tersebut meliputi tata susunan (hirarki) peraturan
signifikasi atau politik hukum bukan merupakan perundang-undangan yang telah ditetapkan dan
dasar untuk memahami hukum selama peraturan- proses pembuatan sejak pengusulan rancangan
peraturan hukum dapat dinyatakan dengan jelas. undang-undang sampai dengan ditetapkan dan
Hanya ketika ketentuan-ketentuan hukum sulit untuk disahkannya menjadi undang-undang. Suatu
dipahami, ketika peraturan-peraturan tidak jelas atau peraturan perundang-undangan mempunyai
aplikasinya terhadap suatu kasus baru menimbulkan kekuatan berlaku dan mengikat, bagi warga
keraguan, “unsur-unsur yang merupakan fenomena negara berlaku asas asas iedereen wordt geacht de
sosial dari hukum” harus dipertimbangkan. Unsur- wet te kennen
unsur fenomena sosial tersebut, salah satunya, adalah Semua produk peraturan perundang-
budaya hukum. undangan merupakan hukum negara yang
Negara Republik Indonesia mempunyai kekuatan berlaku dan mengikat
menyatakan sebagai negara hukum. Hukum di semua bangsa negara Republik Indonesia tanpa
sini diartikan sebagai hukum modern yang kecuali.Sejarah mencatat bahwa, sejak merdeka
beraliran positivistik. Namun demikian tanggal 17 Agustus 1945, Negara Republik
substansial dari hukum di Indonesia berbasis Indonesia telah megalami dua kali perubahan
kearifan lokal bangsa Indonesia. Hal ini tercermin mengenai kewenangan pembuatan peraturan
dari sila-sila dalam Pancasila, yaitu Ke-Tuhan-an perundang-undangan.
yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
Yustisia Vol.1 No.2 Mei – Agustus 2012 Pranata Hukum Berbasis Kearifan... 196
Pada awalnya ditentukan di dalam Perubahan kedua,sistem perundang-
Konsideran, bagian menimbang, huruf b, undagan di Indonesia tersebut diubah dengan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang
Sementara (MPRS) No. XX/MPRS/1966 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong yang memiliki implikasi teoritik dan praktis
Royong mengenai sumber tertib hukum Republik terhadap ketatanegaraan Republik Indonesia.
Indonesia dan tata urutan perundangan Republik Secara formal hierarki peraturan perundang-
Indonesia menyatakan bahwa untuk terwujudnya undangan ditentukan di dalam ketentuan Pasal 7
kepastian dan keserasian hukum, serta kesatuan ayat (1) UU No. 10 Tahun 2005 yaitu Undang-
tafsiran dan pengertian mengenai Pancasila dan Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
pelaksanaan UUD 1945 perlu adanya perincian Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
dan penegasan mengenai sumber hukum tertib Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan
hukum dan tata urutan peraturan perundangan Peraturan Presiden, Peraturan Daerah
Republik Indonesia. Bentuk-bentuk peraturan Lembaga yang berwenang membuat
perundang-undangan di dalam Keputusan MPRS suatu peraturan perundang - undangan
No. XX/MPRS/1966 adalah Undang-Undang disesuaikan dengan bentuk peraturan perundang-
Dasar Republik Indonesia 1945, Ketetapan undangan yang akan dibuatnya. Negara Republik
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melakukan perubahan mendasar
Indonesia, Undang-Undang / Peraturan mengenai lembaga pembuat undang-undang
Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan dengan dilakukannya amandemen terhadap
Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan- Undang-Undang Dasar 1945 sebagai upaya untuk
peraturan pelaksanaan lainnya, seperti Peraturan mewujudkan ide hukum menjadi kenyataan.
Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lain Proporsi ini berada pada tataran law making
sebagainya. Penyebutan bentuk-bentuk peraturan institutions dalam hal ini legilslatif dan
perundangan dalam Ketetapan Majelis eksekutif.Sedangkanproporsisanctioning
Permusyawaratan Rakyat Sementara No. institutions/guardian law institutions berada
XX/MPRS/1966 mempunyai sifat hierarkhis, dalam kewenangan Mahkamah Konstitutsi.
artinya peraturan perundangan yang disebut lebih Dalam konteks ini peranan masyarakatberada
dahulu mempunyai kedudukan lebih tinggi dari dalam role occupant.
pada peraturan perundangan yang disebutkan
sesudahnya. tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Dari uraian di atas dapat diketahui
D. Budaya Hukum Dalam Pranata Kehidupan
bahwa puncak dari sifat hierarchis dari tata urutan
Berbangsa dan Bernegara
peraturan perundangan di Indonesia adalah
Undang-Undang Dasar 1945 yang di dalam
pembukaannya terdapat Pancasila. Tata urutan Teori budaya hukum muncul pertama kali
peraturan perundangan berdasar Teori Jenjang pada masa menjelang akhir abad ke 20 atau sekitar
(Stufenbautheorie), dalam bentuk piramida tahun 1960 an. Budaya hukum diperkenalkan
berpuncak piramida Grundnorm sebagai norma pertama kali oleh Lawrence M. Friedman (1975: 15),
hukum tertinggi. dengan istilah “social force” atau kekuatan-
Perubahan pertama, ketentuan di dalam kekuatan sosial, yang diartikan bahwa social force as
Konsideran, bagian menimbang, huruf b, constantly at work on the law-destroying here,
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat renewing there; inigorating here, deadening there;
Sementara (MPRS) No. XX/MPRS/1966 tentang choosing what parts of “law” will operate, which
memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong part will not, what substitute, detours, and by passes
Royong mengenai sumber tertib hukum Republik will spring up; what changes will take place openly
Indonesia dan tata urutan perundangan republik or secretly. For want of a better term, we can call
Indonesia, sudah dinyatakan tidak berlaku some of these forces the legal culture. It is the
berdasarkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan element of social attitude an value.Lebih lanjut
Rakyat No. I/MPR/2003. Selanjutnya Ketetapan Friedman mengemukakan (1975: 193), the term legal
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. culture has been loosly used to discribe a number of
XX/MPRS/1966 tersebut diubah dengan related phenomena. It refers to public knowledgeof
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. and attitudes and behavior patterns toward the legal
III Tahun 2000. system. Do people feel and act as if courts are fair ?
Yustisia Vol.1 No.2 Mei – Agustus 2012 Pranata Hukum Berbasis Kearifan... 197
When are they willing to use courts ? What part of manusia. Sistem tata kelakuan manusia yang
the law do they consider legitimate ? What do they tingkatannya lebih konkrit, seperti norma-norma,
know about the law in general ? These attitudes differ hukum dan aturan-aturan khusus, semua berpedoman
from person to person, but one can also speak of the kepada sistem nilai budaya.Law varies also with
legal culture of a country or a group, if there are culture(Cotterrell, 1984: 14). Pada kalimat
patterns that distinguish it from the culture of the selanjutnya dengan mengutip pendapat Black (1976:
countries or groups... 63), bahwa where culture is sparse so is law, where it
is rich, law flourishes, Cotterel menjelaskan, law
Tipe-tipe budaya hukum, menurut Satjipto varies also with collective organisation in a society.
Rahardjo (2004: 79), secara garis besar ada dua, yaitu The more organisational complexity and diversity,
individual (sebagaikmana budaya hukum di the more law. And so on.
Amerika), dan kolektif-komunal (sebagaimana
budaya hukum di Jepang).Friedman, sebagaimana
dikutip Soerjono Soekanto (1998: 166-167),
membedakan budaya hukum ke dalam beberapa E. Pranata Hukum Berbasis Kearifan Lokal
kategori, yaitu 1) budaya hukum yang berpengaruh
secara positif atau negatif terhadap hukum nasional,
Satjipto Rahardjo (2004: 76-79), sejak
2) Budaya hukum internal dan budaya hukum
muncul Budaya hukum, sistem hukum dipercaya
eksternal, dan 3) Budaya hukum tradisonal dan dengan satu komponen yang tidak berupa peraturan
budaya hukum modern.Mochtar Lubis (1993: 114- formal maupun institusi-institusi, melainkan sesuatu
115) mengungkapkan, sama sekali tidak ada jaminan
yang lebih bersifat spiritual. Budaya hukum
bahwa orang yang berotak tajam dan orang yang
merupakan semacam kekuatan yang menggerakkan
amat pintar, otomatis juga adalah manusia yang baik,
bekerjanya hukum. Budaya hukum berupa nilai-nilai,
berbudi, beradab, dan berbudaya. Banyak manusia
tradisi, dan lain-lain kekuatan spiritual yang
yang berotak tajam atau jenius, mempergunakan menentukan bagaimana hukum itu dijalankan dalam
kejeniusan mereka untuk berbuat kejahatan. Lebih
masyarakat.
lanjut, dikatakannya, dan seandainya kekuasaan
dipegang oleh manusia-manusia pintar demikian dan
mereka tidak pula memiliki sesuatu nilai-etis, tidak Dari pemikiran tersebut di atas, untuk
berbudaya, tidak bermoral, alangkah luar biasanya dapat melakukan kehidupan berbangsa dan bernegara
bencana yang dapat ditimbulkannya bagi manusia yang berbudaya setiap Warga Negaradan setiap
lain atau masyarakatnya sendiri. Oleh karenanya, Pelaksana Pemerintahan harusmemahami, menyadari
menurut Mochtar Lubis (1993: 15), agar seorang dan menempatkan dirinya sebagai hambaTuhan Yang
anak manusia menjadi manusiawi, lingkungan MahaKuasa. Dengan kata lain, kehidupan berbangsa
hidupnya perlu pula satu lingkungan yang penuh nilai dan bernegara harus dilandasi dengan ajaran agama.
manusiawi, dan masyarakatnya pun harus pula terikat Pada dasarnya konsep dasar ajaran agama adalah
untuk mendukung nilai-nilai manusiawi, dan semua budi pekerti dan tata krama. Sebagai contoh, ajaran
ini harus tercermin dalam sistem politik masyarakat Agama Islam adalah al-akhlaq wal adab artinya
itu, dalam tingkah laku penguasa dan seluruh anggota mengedepankan budi pekerti dan tata krama sebagai
masyarakat. konsep intensitas kehidupan yaitu rahmatan lil
‘alamin.
Budaya meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia yang menyangkut segi nilai-nilai, etika, Konsep dasar kehidupan berbangsa dan
moral dan peradaban. Subbudaya hukum sangat bernegara bagi bangsa Indonesia yang berbudaya
penting karena menjadi penyebab atau penentu tipe- dilandasi dengan ketekunan melaksanakan ibadah
tipe sikap dan perilaku hukum masyarakat (Soerjono menurut agama dan kepercayaan masing-masing
Soekanto, 1993: 164).Hubungan antara kebudayaan itulah kepribadian bangsa Indonesia.Dengan bekal
dan hukum, dikemukakan oleh Koentjaraningrat kehidupan beragama, manusia berbudaya akan selalu
(1987: 25), sebagai suatu sistem nilai budaya terdiri ingat bahwasanya perilaku nyata akan membawa
dari komponen-komponen yang hidup dalam alam konsekwensi pada pertanggung jawaban terhadap
pikiran sebagian besar masyarakat mengenai hal-hal perilakunya tersebut. Oleh karenanya para pelaku
yang harus mereka anggap amat bernilai dalam yang berada pada tataran law making institutions dan
hidup. Karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya sanctioning institutions/guardian law institutions
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kekuatan harus memperhatikan hal itu supaya tidak merugikan

Yustisia Vol.1 No.2 Mei – Agustus 2012 Pranata Hukum Berbasis Kearifan... 198
pihak yang berada pada tataran role occupant, yaitu berbangsa dan bernegara, yaitu negara
masyarakat. sebagai suatu lembaga pemerintah dan
lembaga-lembaga kenegaraan, pimpinan
Kepribadian berbasis kearifan lokal (Jawa) lembaga serta pejabat negara dan warga
sebagai pengabdian di dalam kehidupan berbangsa negara merupakan sinergi yang demokratis
dan bernegara tersebut dapat dirunut dari konsep dan mengejewantah pada profesionalisme
dasar semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana secara proporsional menurut kedudukan,
Dharma Mangrwa’.Frasa ini merupakan kutipan dari tugas dan kewajiban masing-masing.
sebuah buku Jawa Kuna yaitu kakawin atau Kitab
Sutasoma, karangan Mpu Tantular, pada masa 2. Mendasarkan pengabdian di dalam kehidupan
Kerajaan Majapahit, abad ke-14.Hanya semboyan berbangsa dan bernegara pada sikap Tan
‘Bhinneka Tunggal Ika’, tercantum dalam Lambang Hana Darma Mangrowa, artinya tidak ada
Negara Republik Indonesia‘Garuda Pancasila’. darma bakti yang mendua. Pengabdian abdi
Sedangkan ‘Tan Hana Dharma Mangrwa’ tidak dalem berawal dari niat diri sendiri bukan
dicantumkan, padahal itu merupakan satu kalimat paksaan, sehingga di dalam pengabdiannya
yang mengndung makna secara holistik tidak disertai motivasi dan pamrih yang
bertentangan dan/atau merugikan eksistensi
Negara Indonesia sebagai negara hukum
Kalimat tersebut berasal dari Pupuh 19, berdasarkan pranatan dan paugeran yang
Gatra atau Bait ke lima, secara lengkap berbunyi telah ditetapkan di dalam peraturan
sebagai berikut :
perundang-undangan.
Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangkang Jinatwa kalawan Śiwatatwa Kedua prinsip dasar tersebut,kemudian
tunggal, banyak dikembangkan oleh para pemimpin kerajaan
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma ataupun para pujangga. Salah satunya oleh Pangeran
mangrwa. Mangkubumi yang kemudian bertahta dengan gelar
Sri Sultan Hamengku Buwana. Implementasi
pengabdian semua unsur penopang kehidupan
Terjemahan: berbangsa dan bernegara dengan prinsip
Manunggaling Kawulo Gusti, atinya manunggalnya
Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat para pemimpin negara dan seluruhnya rakyatnya,
yang berbeda. serta manunggalnya pemimpin negara sebagai hamba
Mereka memang berbeda, tetapi makhluk ciptaan Tuhan dengan Tuhannya
bagaimanakah bisa dikenali? (Jatiningrat: 2008). Istilah ‘pemimpin’ memfokus
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa pada fungsi kebenaran bukan fungsi kebaikan.
adalah tunggal Implikasi sumpah jabatan kenegaraan. bukan hanya
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. melekat pada diri pemimpin tetapi untuk semua unsur
Tidak ada kerancuan dalam kebenaran kehidupan manusia dan budaya. Eksistensi para
pejabat negara dan pemerintahan serta rakyatnya
merupakan bagian yang menyatu secara holistik
Secara harfiah, pengertian ‘Bhinneka untuk menuju pada kehidupan yang ayom, ayem
Tunggal Ika’ adalah ‘Beraneka Satu Itu’, yang tentrem, sejahtera lahir dan batin di dunia dan di
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada akherat. Prinsip ini (Manunggaling Kawula Gusti)
hakikatnya merupakan satu kesatuan. Semboyan ini telah dibuktikan oleh Pangeran Mangkubumi yang
digunakan untuk menggambarkan persatuan dan berhasil mencegah intervensi dan penetrasi
kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik kekuasaan Kolonial Belanda di dalam sistem
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, Kerajaan Mataram pada waktu itu, sehingga
bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan melahirkan Perjanjian Giyanti (Jatiningrat, 2009).
kepercayaan. Dengan pengertian ini diharapkan : Oleh karenanya di dalam kehidupan berbangsa dan
1. Memegang teguh prinsip Bhineka Tunggal bernegara, prinsip Manunggaling Kawulo Gusti
Ika, Artinya meskipun Bangsa Indonesia tersbut diimplementasikan dengan niat :
mempunyai keanekaragaman latar belakang
kehidupan tetapi tetap merupakan satu a. Bertekad bulat secara Golong Gilig
kesatuan yang menyatu sebagai kekuatan (menyatu secara bulat), sebagai suatu sinergi
budaya. Semua unsur penopang kehidupan
Yustisia Vol.1 No.2 Mei – Agustus 2012 Pranata Hukum Berbasis Kearifan... 199
yang utuh dan kokoh, sehingga tidak mudah F. Penutup
goyah di dalam pengabdian kepada agama,
nusa, bangsa dan Negara Republik Indonesia. Konsep kearifan lokal di dalam pranata
Prinsip ini dvisualisasikan oleh Sri Sultan kehidupan berbangsa dan bernegara seperti diuraikan
Hamngku Buwana I (Pangeran Mangkubumi) di atas, apabila dipahami, dihayati dan dilaksanakan
dalam bentuk sebuat “Tugu” di Yogyakarta, akan terwujud tujuan utamanya yaitu tata kehidupan
pada awal berdirinya Karaton Nagyogyakarta yang harmonis dan berbudaya antara para pemimpin
Hadiningrat (Waseso Winoto: 2009) dan rakyatnya, serta penegakan hukum dan keadilan
sehingga tercapai tata kehidupan yang sejahtera, adil
b. Mempunyai kredo pengabdian Nyawiji dan makmur bagi seluruh bangsa Negara Republik
(menyatu secara holistik), Greget (semangat Indonesia. Dalam tata kehidupan dan hukum modern
dan prospektif), Sengguh (berkepribadian sekarang ini, lebih didominasi oleh paham
yang kuat) dan Ora Mingkuh (tidak akan lari positivistik dengan berbagai kritik yang berawal dari
dari tugas dan tanggung jawab), sebagai konsistensi tekstual perundang-undangan. Oleh
wujud jiwa Kesatria yang berbekal idealisme karenanya secara hermanutik, memerlukan penafsiran
yang prospektif, komitmen kepribadian yang yang lebih mendasar dari latar belakang pengaturan
teguh dilandasi integritas moral yang suatu gejala hukum dan fenomena hukum yang
berbudaya, nurani yang bersih tanpa pamrih, terjadi.
konsisten di dalam sikap, perkataan dan
perbuatan, serta bertanggungjawab.
Eksistensi pranata berbasis kearifan lokal
3. Polapikir Hamemayu Hayuning Bawono menjadi sangat penting karena telah menyatu dalam
merupakan desiderata utama di dalam kehidupan tata kehidupan masyarakat. Substansinya tersirat di
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tata dalam Grundnorm Pancasila dan UUD 1945, namun
kehidupan yang tata titi tentrem kartaraharja di dalam peraturan perundang-undangan belum
secara demokratis yang diridhoi oleh Tuhan Yang mendapat tempat yang semestinya sehingga
Maha Esa, berdasarkan kehidupan agama yang menimbulkan perilaku yang menyimpang dari tata
harmonis dan selaras dengan pelestarian dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya
pengembangan budaya, adat dan tradisi untuk Semboyan Bhinneka Tungal Ika seyogyanya
kesejahteraan kehidupan bersama. dilengkapi sesuai aslinya yaitu Tan Hana Dharma
Hangrowa. Para pemimpin negara bukan sekedar
politicus tetapi ‘negarawan’ yang dapat menerapkan
manunggaling kawula gusti secara golong gilig
dengan rakyatnya, dan bekerja dengan nyawiji,
greget, sengguh dan ora mingguh, dengan tujuan
utama hamemayu hayuning bawono.

Yustisia Vol.1 No.2 Mei – Agustus 2012 Pranata Hukum Berbasis Kearifan... 200
DAFTAR PUSTAKA

Blaks. D. J., 1976, The Behavior of Law, Academic Press, London.

Cotterell, Roger, 1984, The Sosiology of Law : In Introduction, London: Butterworth & Co. (Publishers) Ltd.

Friedmann, Wolfgang, 1953, Legal Theory, London: Stevens & Sons, London. Diterjemahkan oleh Mohammad
Arifin, 1993, Teori dan Filsafat Hukum, Telaah Kritis Atas teori-Teori Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Hart., H.L.A., 1972, The Concept of Law, London: Oxford University Press

Jatiningrat, K.R.T. H.,S.H., 2008, Letak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Makalah, Untuk kalangan sendiri.

_______________________, 2009, Alasan Mengapa Terjadi Perjanjian Giyanti, Makalah, Untuk kalangan sendiri..

Koentjaraningrat, KebudayaanMentalitasdan Pembangunan, Cet. Ke-13, P.T. Gramedia, Jakarta, 1987.

Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Social Science Perspective, New York :Russel Sage Foundation, 1975.

MochtarLubis, ManusiaEtisatauManusiaMahaPintar?, dalamBudaya, MasyarakatdanManusia Indonesia, Himpunan


“CatatanKebudayaan” MochtarLubis di MajalahHorison, Cet. Kedua, YayasanObor Indonesia, Jakarta,
1993, hlm. 114-115.

SatjiptoRahardjo, IlmuHukum: Pencarian, PembebasandanPencerahan, Muhammadiyah University Press,


Surakarta, 2004, hlm. 76-79.

SoerjonoSoekanto, et. Al. DisiplinHukumdanDisiplinSosial, Rajawali Press, Jakarta, 1998, 166-167.

Waseso Winoto, KRT., Drs. 2009, Tugu Golong Gilig, Makalah, Untuk kalangan sendiri.

Yustisia Vol.1 No.2 Mei – Agustus 2012 Pranata Hukum Berbasis Kearifan... 201

Anda mungkin juga menyukai