Anda di halaman 1dari 12

MASYARAKAT INDONESIA DALAM SISTEM AGAMA, HUKUM

DAN SOSIAL
M.Ridwan
Universitas Islam Syekh Yusuf, Tangerang
2003020117@student.unis.ac.id
Yuli Nur Nabila
Universitas Islam Syekh Yusuf, Tangerang
2003020079@student.unis.ac.id
Siti Robbikhatus Sholikhah
Universitas Islam Syekh Yusuf, Tangerang
2003020091@student.unis.ac.id

Abstrack
This study aims to determine the religious system in Indonesia, the legal system in Indonesia, the
social system in Indonesia, system theory and functional structuralists, types of society in the
context of mechanical or organic solidarity, conflict theory as a social process, and conflict
management to solve problems.
Keywords: solving problems in religious, legal, and social systems.

Abstrack
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem agama di Indonesia, sistem hukum di
Indonesia, sistem sosial di Indonesia, teori sistem dan strukturalis fungsional, tipe-tipe
Masyarakat dalam konteks solidaritas mekanik atau organi, teori konflik sebagai proses sosial,
dan manajemen konflik untuk menyelesaikan masalah.
Kata Kunci : menyelesaikan masalah dalam sistem agama, hukum, dan sosial.

A. Pendahuluan diri dalam konteks sosial budaya


Islam sebagai agama wad’un ilāhiyyun, (Islamicate) pada masing-masing
senantiasa sejalan dengan budaya wilayah atau kawasan.
masyarakat selama budaya tersebut
tidak bertentangan dengan doktrin Hasil budaya tersebut menjadi kekayaan
Islam, karena doktrin tersebut umat Islam dan menjadi peradaban yang
memasuki masyarakat dan mewujudkan spesifik. Agama merupakan sebuah
sistem nilai yang memuat sejumlah menerus menyertai agama sepanjang
konsepsi mengenai konstruksi realitas, sejarahnya.
yang berperan besar dalam menjelaskan
struktur tata normatif dan tata sosial Sejak awal kelahiran-nya, Islam tumbuh
serta memahamkan dan menafsirkan dan berkembang dalam suatu kondisi
dunia sekitar. yang tidak hampa budaya. realitas
dalam kehidupan ini, memiliki peran
Sementara kebudayaan merupakan yang cukup signifikan dalam
ekspresi cipta, karya, dan karsa manusia mengantarkan Islam menuju
yang berisi nilai-nilai dan pesan-pesan perkembangannya yang aktual sehingga
religiusitas, wawasan filosofis dan sampai pada suatu peradaban yang
kearifan lokal (local wisdom). Agama mewakili dan diakui oleh masyarakat
maupun kebudayaan, keduanya dunia. Salah satu contoh konflik hukum
memberikan wawasan dan cara pandang yang nyata dan sekaligus contoh yang
dalam menyikapi kehidupan sesuai berulang dikemukakan adalah konflik
kehendak Tuhan dan kemanusiaannya. hukum adat dan hukum negara. 
Undang-undang No. 5 Tahun 1960 (UU
Agama melambangkan nilai ketaatan Pokok Agraria) dengan jelas
kepada tuhan, sedangkan kebudayaan memberikan pengakuan terhadap hak
mengandung nilai dan simbol supaya masyarakat hukum adat dalam
manusia bisa dinamis dalam penguasaan tanah dan SDA, tetapi
kehidupannya. Keberadaan sistem masih ada regulasi lain yang
agama yang melingkupi masyarakat, menegasikan prinsip tersebut, UU
mengandung makna kolektifitas yang Kehutanan (UU No. 41 Tahun 1999) 
saling memberi pengaruh terhadap misalnya yang mengakui keberadaan
tatanan sosial keberagamaan secara hutan adat, akan tetapi UU tersebut
totalitas, namun tidak dapat dipandang menempatkan hutan adat sebagai bagian
sebagai sistem yang berlaku secara dari hutan negara. Konflik sistem
abadi di masyarakat. hukum tersebut  tidak jarang berujung
pada konflik horizontal maupun vertikal
Namun, terkadang dialektika antara dan menggambarkan bahwa
agama dan budaya berubah menjadi sesungguhnya terdapat gap atau
ketegangan karena budaya sering kesenjangan antara pembentuk hukum
dianggap tidak sejalan dengan agama (institusi negara) dengan pengemban
sebagai ajaran ilahiyat yang bersifat hukum (masyarakat). Konflik demikian
absolut. terkadang juga menjadi penyebab
mandulnya hukum negara dalam
Islam secara teologis, merupakan sistem pelaksanaannya. Hal ini seolah
nilai dan ajaran yang bersifat ilahiyah menegaskan bahwa munculnya
dan transenden. Sedangkan dari aspek penolakan terhadap hukum negara
sosiologis, Islam merupakan fenomena bukan sekedar persoalan keterbatasan
peradaban, kultural dan realitas sosial pemahaman atau ketidaksadaran hukum
dalam kehidupan manusia. Dialektika masyarakat, tetapi lebih dari itu adalah
Islam dengan realitas kehidupan karena ketidaksediaan rakyat menaati
sejatinya merupakan realitas yang terus hukum yang berbeda dengan keseharian
mereka.
B. Pembahasan transportasi hampir dapat dikatakan
a. System Hukum tidak terdapat batas-batas wilayah lagi
Menurut Donald Eugen Smith, batasan- sebagai akibat arus informasi tersebut.
batasan tentang modernisasi sering kali Perkembangan tersebut seakan-akan
ditekankan pada aspek-aspek perubahan telah menjadi nilai baru masyarakat
di bidan teknologi dan ekonomi. Akan modern. Arus informasi tersebut, baik
tetapi, sebagaimana dikemukakan dari dalam maupun dari luar
Manfret Halpern bahwa “revolusi
moder-nisasi melibatkan transformasi tidak mungkin terkendali, dan
semua sistem yang dipakai orang untuk dihindarkan. Oleh sebab itu, perlu ada
mengatur masyarakatnya, baik sistem semacam jaringan nilai-nilai untuk
politik, sosial, ekonomi, intelektual, menjaring nilai-nilai yang tidak
keagamaan maupun psikologi”. sesuai dengan pandangan hidup bangsa.
Suatu sistem hukum yang modern harus
Hukum juga merupakan salah satu juga merupakan hukum yang baik,
sistem yang dipaka untuk mengatur dalam arti hukum tersebut harus
kehidupan masyarakat. Demikian juga mencerminkan rasa keadilan bagi para
dari udut pandang Islam, sekularisasi pihak yang terlibat atau diatur oleh
harus dijauhkan dari proses hukum tersebut. hukum tersebut harus
modernisas Modernisasi atau pem- sesuai dengan kondisi masyarakat yang
bangunan tidaklah harus dibarengi diaturnya. Hukum tersebut harus dibuat
dengan sekularisa. Jaringan nilai-nilai sesuai dengan prosedur yang
dalam Pancasila diharapkan ditentukan. Juga suatu hukum yang baik
memperkuat sistem hukum nasional harus dapat dimengerti atau dipahami
untuk senantiasa surveive. oleh para pihak yang diaturnya. Karena
itu salah satu dimensi mutlak dalam
dalam menghadapi modernisasi yang
pembentukan sistem hukum Indonesia
terjadi di dalam masyarakat akibat era
yang modern adalah senantiasa
globalisasi dewasa ini. Perkembangan
mencerminkan rasa keadilan
dunia dewasa ini yang semakin maju
masyarakat Indonesia dan sesuai cita
dan terus berkembang pesat, ditandai
hukum dan cita-cita moral dalam nilai-
dengan perkembangan ilmu
nilai Pancasila dan UUD NRI tahun
pengetahuan dan teknologi. Akibat
1945
kemajuan komunikasi, informasi dan

.
b. System Social

Sudut pendekatan yang perlu Pendekatan tersebut pada


mendapatkan perhatian pertama akhirnya mencapai tingkat
kali adalah sebuah pendekatan perkembangan yang sangat
yang menjadi amat berpengaruh berpengaruh di dalam sosiologi
di kalangan para ahli sosiologi Amerika, khususnya di dalam
selama beberapa tahun ini. Sudut pemikiran Talcott Parson dan
pendekatan tersebut menganggap para pengikutnya. Pendekatan
bahwa masyarakat pada dasarnya inilah yang sekarang sangat
terintegrasi atas dasar kata dikenal sebagai pendekatan
sepakat para anggotanya akan fungsionalisme struktural.
nilai-nilai kemasyarakatan
tertentu, suatu general Pendekatan fungsionalisme
agreements yang memiliki daya struktural sebagaimana yang
mengatasi perbedaan-perbedaan telah dikembangkan oleh Talcott
pendapat dan kepentingan di Parson dapat dikaji melalui
antara para anggota masyarakat. sejumlah anggapan dasar mereka
Ia memandang masyarakat sebagai berikut :
sebagai suatu sistem yang secara
fungsional terintegrasi ke dalam  Masyarakat haruslah di
suatu bentuk equilibrium. Aliran lihat sebagai suatu sistem
pemikiran itu disebut sebagai  daripada bagian-bagian
integration approach, order yang saling berhubungan
approach, equilibrium approach satu sama lain.
atau sebagai structural-functional
approach.  Dengan demikian
Fungsionalisme struktural mula- hubungan pengaruh
mula sekali tumbuh dari cara mempengaruhi diantara
melihat masyarakat yang bagian tersebut adalah
menganalogikan masyarakat bersifat ganda dan timbal
dengan organisme biologi, suatu balik.
pendekatan yang disebut dengan
organismic approach.  Sekalipun integrasi sosial
Perwujudan yang paling penting tidak pernah dapat di
dari pendekatan tersebut capai secara
tergambar di dalam ussaha untuk sempurna,namun secara
menerangkan hubungan antara fundamental sistem sosial
konsep struktur dan fungsi. selalu cenderung bergerak
ke arah equilibrium yang secara revolusioner.
bersifat dinamis : Perubahan-perubahan
menanggapi perubahan- yang terjadi secara drastis
perubahan yang datang pada umumnya hanya
dari luar dengan megenai bentuk luarnya
kecenderungan saja, sedangkan unsur-
memelihara agar unsur sosial budaya yang
perubahan-perubahan menjadi bangunan
yang terjadi di dalam dasarnya tidak seberapa
sistem sebagai akibatnya mengalami perubahan.
hanya akan mencapai
derajat yang minimal.  Pada dasarnya, perubahan
sosial timbul atau terjadi
 Sekalipun disfungsi, melalui tiga macam
ketegangan-ketegangan kemungkinan :
dan penyimpangan- penyesuain-penyesuaian
penyimpangan senantiasa yang dilakukan oleh
terjadi juga, akan tetapi sistem sosial  tersebut
dalam jangka panjang terhadap perubahan-
keadaan tersebut pada perubahan yang datang
akhirnya akan dari luar (extra system
teratasidengan sendirinya change); pertumbuhan
melalui penyesuaian- melalui proses
penyesuaian dan proses diferensiasi struktural dan
institusionalisasi. dengan fungsional; serta
perkataan lain, sekalipun penemuan-penemuan
integrasi sosial pada baru dari anggota-anggota
tingkatnya yang masyarakat.
sempurna tidak akan
pernah tercapai, akan  Faktor terpenting yang
tetapi setiap sistem sosial memiliki daya
akan senantiasa berproses mengintegrasikan suatu
ke arah itu. sistem sosial adalah
konsensus diantara
 Perubahan-perubahan di anggota masyarakat
dalam sistem sosial pada mengenai nilai-nilai
umumnya terjadi secara kemasyarakatan tertentu.
gradual, melalui Di dalam setiap
penyelesaian- masyarakat, demikian
penyelesaian dan tidak menurut pandangan
fungsionalisme struktural, mekanisme sosialisasi dan
selalu dapat tujuan-tujuan pengawasan sosial. Pendekatan
dan prinsip-prinsip dasar fungsionalisme struktural dari
tertentuterhadap mana Parson terlau menekankan
sebagian besar anggota anggapan-anggapan dasarnya
masyarakat menganggap pada peranan unsur-unsur
serta menerimanya normatif dari tingkah laku sosial,
sebagai suatu hal yang khususnya pada proses-proses
mutlak dan benar. sistem dengan mana hasrat-hasrat
nilai tersebut tidak saja perseorangan diatur secara
merupakan sumber yang normatif untuk menjamin
menyebabkan terjadinya stabilitas sosial.
berkembangnya integrasi Sebaliknya apa yang oleh David
sosial, akan tetapi Lockwood disebut sebagai sub
sekaligus juga merupakan stratum, yakni disposisi-disposisi
unsur yang menstabilisir yang mengakibatkan timbulnya
sistem sosial budaya itu perbedaan-perbedaan life
sendiri. changes dan kepentingan-
kepentingan yang tidak bersifat
Sistem sosial pada dasarnya normatif, tidak memperoleh
adalah suatu sistem daripada tempat yang wajar dalam
tindakan-tindakan. Ia terbentuk pemikiran-pemikiran para
dari interaksi  sosial yang terjadi penganut pendekatan
di antara para individu yang fungsionalisme struktural.
tumbuh dan berkembang yang
tidak secara kebetulan, Anggapan dasar bahwa setiap
melainkan tumbuh dan sistem sosial memiliki
berkembang diatas standar kecenderungan untuk mencapai
penilaian umum yang disepakati stabilitas atau equilibrium di atas
bersama oleh para anggota konsensus anggota masyarakat
masyarakat. Sesungguhnya yang akan nilai-nilai umum tertentu,
membentuk struktur sosial adalah mengakibatan para penganut
norma-norma sosial. pendekatan fungsionalisme
struktural kemudian menganggap
Dua macam mekanisme sosial bahwa disfungsi, ketegangan-
yang paling penting dengan mana ketegangan dan penyimpangan-
hasrat-hasrat para anggota penyimpangan sosial yang
masyarakat dapat dikendalikan mengakibatkan perubahan
pad tingkat dan arah yang kemasyarakatan dalam bentuk
menuju pada terpeliharanya tumbuhnya diferensiasi sosial
kontinuitas sistem sosial adalah yang semakin kompleks, adalah
akibat dari pengaruh faktor- atas dua atau lebih elemen yang
faktor yang datang dari luar. hidup sendiri-sendiri tanpa ada
Anggapan seperti ini pembauran satu sama lain di
mengabaikan kenyataan- dalam suatu kesatuan politik.
kenyataan sebagai berikut : Sebagai masyarakat majemuk,
masyarakat Indonesia ia sebut
 Setiap struktur sosial di sebagai suatu tipe masyarakat
dalam dirinya sendiri daerah tropis dimana mereka
mengandung konflik- yang berkuasa dan mereka yang
konflik dan kontradiksi- dikuasai memiliki perbedaan ras.
kontradiksi yang bersifat Di dalam kehidupan plitik,
internal, yang pada pertanda paling jelas dari
gilirannya justru menjadi masyarakat Indonesia yang
sumber bagi terjadinya bersifat majemuk adalah tidak
perubahan sosial. adanya kehendak bersama
(common will). Masyarakat
 Reaksi dari suatu sistem Indonesia sebagai keseluruhan
sosial terhadap terdiri dari elemen-elemen yang
perubahan-perubahan terpisah satu sama lain oleh
yang datang dari luar karena perbedaan ras. masing-
(extra system change) masing lebih merupakan suatu
tidak selalu bersifat kumpulan individu-individu
adjuktive. daripada sebagai suatu
keseluruhan yang bersifat organis
 suatu sistem sosial, di dan sebagai individu kehidupan
dalam waktu yang sosial mereka tidaklah utuh. Dari
panjang dapat juga konsep furnivall, masyarakat
mengalami konflik- majemuk adalah suatu
konflik sosial yang masyarakat dalam mana sistem
bersifat visious circle. nila yang dianut oleh berbagai
Masyarakat Indonesia pada masa kesatuan sosial yang menjadi
Hindia-Belanda menurut bagian-bagiannya adalah
Furnivall merupakan suatu sedemikian rupa sehingga para
masyarakat majemuk, yakni anggota masyarakat kurang
suatu masyarakat yang terdiri memiliki loyalitas terhadap
masyarakat sebagai keseluruhan.
c. Sistem Agama

Agama hadir di tengah normatif adalah sebagai pemandu


kehidupan bermasyarakat kehidupan manusia agar
bukanlah menjadi suatu yang memperoleh keselamatan di
ephinomena atau gejala yang dunia dan kebahagiaan setelah
jauh dalam kehidupan manusia, kematian. Para pemeluk agama
tetapi menjadi gejala yang juga meyakini bahwa agamanya
terdekat dalam kehidupan mengajarkan kedamaian dan
manusia. Agama tidak hanya kasih sayang terhadap sesama
mengajarkan bagaimana manusia.. Banyak sekali sistem
hubungan manusia dengan religi yang dianut oleh bangsa
Tuhannya (ritual) akan tetapi kita, mulai dari animisme,
agama juga merupakan alat dinamisme hingga munculnya
legitimasi atas realitas kehidupan agama bumi dan agama langit,
sosial-masyarakat yang efektif. semua itu adalah kepercayaan
Agama secara simbolik telah yang dianut oleh masyarakat
mengejawantahkan diri dalam bangsa kita.
sosok yang jelas. Seperti upaya Animisme percaya pada roh
sekolah-sekolah yang didirikan nenek moyang dan dinamisme
lembaga atau organisasi percaya akan benda yang
masyarakat (ormas), yang mana memiliki kekuatan gaib
telah memberikan bukti nyata merupakan bagian dari sistem
akan adanya peranan agama religi yang ada dalam masyarakat
dalam mewujudkan kita.
pembangunan karakter dalam
dialektika kehidupan Adanya kepercayaan melahirkan
bermasyarakat. Bukan hanya adanya sistem religi, dalam
pendidikan formal, namun sistem religi terdapat unsur-unsur
keikutsertaan para agamawan sebagai berikut:
sebagai pendidik non-formal juga
terasa vital dalam 1. Emosi keagamaan (getaran
keberlangsungan bermasyarakat. jiwa) yang menyebabkan
Komunitas umat beragama, bahwa manusia didorong
khususnya di Indonesia, untuk berperilaku
meyakini bahwa agama yang keagamaan.
dipeluknya memiliki fungsi yang
penting dalam kehidupan. Di 2. Sistem kepercayaan atau
antaranya, fungsi agama secara bayangan-bayangan manusia
tentang bentuk dunia, alam, mereka yakini tersebut. Dan
alam gaib, hidup, dan maut. setelah semua itu ada, tentu saja
akan ada kelompok keagamaan
3. Sistem ritus dan upacara atau kesatuan sosial yang akan
keagamaan yang bertujuan terus menjaga kepercayaan
mencari hubungan dengan mereka, menurunkan dan
dunia gaib berdasarkan mengajarkan kepada generasi
sistem kepercayaan tersebut. penerus mereka agar sistem religi
tersebut tidak hilang. Tidak
4. Kelompok keagamaan atau adanya salah satu unsur tersebut
kesatuan-kesatuan sosial dalam sebuah sistem religi akan
yang mengonsepsikan dan menimbulkan masalah dalam
mengaktifkan religi berikut sistem religi dan tidak
sistem-sistem keagamaannya. berjalannya sistem religi tersebut.

5. Peralatan dalam upacara atau Dalam perspektif sosiologi,


agama dipandang sebagai
ritus keagamaan. sistem
kepercayaan yang diwujudkan
Kelima unsur itu saling dalam perilaku sosial tertentu.
berkaitan, kelima unsur itu pasti Agama
ada dalam sebuah sistem religi. berkaitan dengan pengalaman
Emosi keagamaan adalah modal manusia, baik sebagai individu
maupun
awal manusia untuk berprilaku
kelompok. Oleh karena itu
keagamaan, berprilaku perilaku yang diperankan
keagamaan tersebut dikuatkan oleh individu
dengan adanya sistem ataupun kelompok itu akan
kepercayaan dan keyakinan, terkait dengan sistem keyakinan
dalam kepercayaannya pasti dari ajaran
melahirkan ritual atau upacara agama yang dianutnya.
Perilaku individu dan sosial
keagamaan untuk berhubungan
digerakkan oleh
dengan tuhan, dewa, roh atau kekuatan dari dalam, yang
apapun yang mereka yakini, didasarkan pada nilai-nilai
dalam melakukan peribadatan ajaran agama yang
atau pemujaan masyarakat tentu telah menginternalisasi.
daja mempunya media dalam
melakukan prosesnya agar
sampai pada sesuatu yang telah
C. Kesimpulan

Multikulturalisme adalah suatu pemahaman sendiri dan


keniscayaan, apalagi dalam konteks menganggap yang lain sebagai
Indonesia. Keragaman ras, suku, golongan sesat harus diberantas.
bahasa dan agama merupakan ciri Sebab pada hakikatnya tidak ada
khas serta kelebihan dari bangsa kebenaran apa pun yang menginjak
Indonesia yang membedakannya dan meniadakan kebenaran lain.
dengan bangsa lain. Namun
demikian, perbedaan yang tidak Negara Indonesia memerlukan suatu
dikelola dengan baik akan sistem hukum modern yaitu
menimbulkan konik dan seperangkat atau suatu sistem hukum
perselisihan. Oleh karena itu, harus yang mampu mengantisipasi serta
ada formula untuk mendamaikan dan mengatasi berbagai permasalahan
menyatukannya. Dalam masyarakat yang mungkin akan timbul.
modern, multikulturalisme lebih Indonesia sebagai salah satu negara
kompleks lagi. Sebab budaya baru di dunia ini tidak terlepas dari
terus bermunculan akibat akses pengaruh arus globalisasi. Sebagai
komunikasi dan informasi yang tak akibat dari globalisasi, juga
terbendung. Saat terjadi pertemuan menimbulkan dampak di bidang
antara globalisasi negara-bangsa hukum. Karena itu salah satu
(nation-state) dan kelompok identitas dimensi mutlak dalam pembentukan
maka kemunculan dari kelompok- sistem hukum Indonesia yang
kelompok identitas ini semakin modern adalah senantiasa
menguat. Globalisasi akan mencerminkan rasa keadilan
mendorong penguatan kesadaran masyarakat Indonesia dan sesuai
politik dalam kelompok-kelompok cita hukum dan cita-cita moral dalam
ini dan membuka kesadaran yang nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI
mendorong pentingnya identitas. tahun 1945.
Globalisasi memberikan
Melalui Konsep Three Pillars Sistem
kesempatan kepada kelompok-
Hukum Modern yang Integratif
kelompok identitas untuk
tersebut merupakan konsep hukum
menemukan akar identitasnya.
yang tepat untuk sistem hukum
P emahaman agama, s ebagai
modern Indonesia saat ini untuk
s alah s atu pilar penting dalam
mengintegrasikan keanekaragaman
membentuk masyarakat adil
budaya, adat istiadat, dan agama
dan sejahtera menjadi penting
yang ada di Indonesia. Keberagaman
untuk diperhatikan. Artinya,
tersebut merupakan suatu potensi
kerigidan, penuhanan atas
yang jika diberdayakan secara
berimbang dan integratif dalam yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
satu sistem hukum nasional yang keindonesiaan.
diharapkan dapat membangun
hukum modern Indonesia di masa
yang akan datang. Apalagi konsep
tersebut akan sangat strategis jika di-
gunakan dalam mengahadapi era
globalisasi dewasa ini untuk
memfilter masuknya nilai-nilai asing

D. Daftar Pustaka

Ali, Achmad, Menguak Teori Halpern, Manfred, “Toward Futher


Hukum dan Teori Peradilan, Jakarta: Modernization of the Study of New
Kencana, 2009. Nations”, World Politics, No. 17 -
October 1964.
Azhary, M. Tahir, Negara Hukum:
Suatu Study tentang Prinsip- Hamka, Islam: Islam Revolusi
prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Ideologi dan Keadilan Sosial, ed.
Islam, Implementasinya pada Rusjdi, Jakarta: Pustaka Panjimas,
Periode Negara Madinah dan Masa 1984.
Kini, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Jazuni, Legislasi Hukum Islam di
Anwar, Yesmin, dkk., Sistem Indonesia, Bandung: Citra Aditya
Peradilan Pidana: Konsep, Bakti, 2010.
Komponen, dan Pelaksanannya
dalam Penegakan Hukum di Abdullah, M. Amin, Pendidikan
Indonesia, Bandung: Widya Agama Era Multikultural-
Padjajaran, 1988. Multireligius,
Jakarta: PSAP, 2005.
Aswanto, “Paradigma di Balik Azra, Azyumardi, Merawat
Penyusunan Rancangan KUHP”, Kemajemukan, Merawat Indonesia,
makalah yang disampaikan pada, Yogyakarta:
seminar publik “Kebebasan Kanisius, 2007.
Berekspresi dalam Negara Banton, Michael, Racial and Ethnic
Demokrasi: Tinjauan Kritis terhadap Competition, New York: Cambridge
RUU KUHP”, di Makassar, tanggal University Press, 1983.
5 Juli 2006. Geertz, Clifford, “The Near East
In The Far East: On Islam In
Basyir, Ahmad Azhar, Hubungan Indonesia”,
Agama dan Pancasila, Yogyakarta: Occasional Paper Of The School
Universitas Islam Indonesia, 1985. Of Social Science Desember,
2001.

Anda mungkin juga menyukai