Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 8 :

Puji Nurkhasanah (185120101111007)| Kintan Ayuning Kinasih (185120107111007)|


Ghaasyrachimsa Soca Nareswara (185120101111009) | Mochamad Angga P.
(18512010111014)

INTEGRASI MASYARAKAT DAN STRUKTUR KEBUDAYAAN

Pendahuluan
Kebudayaan adalah sebuah bentuk pemikiran sosial dan budaya yang telah
dikembangkan oleh manusia yang terhimpun menjadi sebuah masyarakat. Masyarakat
manusia melahirkan, menciptakan, menumbuhkan, dan mengembangkan kebudayaan: tak ada
manusia tanpa kebudayaan, dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa manusia; tak ada
masyarakat tanpa kebudayaan, tak ada kebudayaan tanpa masyarakat [ CITATION Nur15 \l
1057 ]. Dari sebuah kebudayaan tersebut, terbentuknya sebuah masyarakat yang madani serta
terbentuknya sebuah integrasi.
Dalam tulisan ini akan membahas tiga poin utama. Pertama, tulisan akan membahas
tentang bagaimana perkembangan kebudayaan yang akan menciptakan sebuah integrasi
sosial dengan penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu
keutuhan serta menghasilkan keserasian dalam masyarakat. Kedua, tulisan ini akan
membahas tentang hubungan yang terjadi didalam masyarakat yang membentuk sebuah
integrasi dengan sebuah struktur dari sistem budaya. Ketiga, akan membahas tentang
integrasi masyarakat sebagai sebuah pandangan terhadap diversitas. Adapun tujuan tulisan ini
dibuat adalah untuk mengetahui sebuah struktur kebudayaan yang berkembang yang
menciptakan integrasi masyarakat. Sedangkan harapan tulisan ini adalah pembaca dapat
mengetahui konsep kebudayaan sebagai suatu sistem yang membentuk sebuah integrasi
sosial.

Pembahasan

Kebudayaan Sebagai Elemen Integrasi Sosial


Kebudayaan menurut ilmu antropologi tentu berbeda dengan kebudayaan yang hanya
dibatasi dalam hal keindahan saja seperti tari-tarian, seni rupa, sastra dan lain sebagainya.
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar (Koentjaraningrat, 2015). Dapat dikatakan bahwa dalam pengembangan konsep-
konsep kebudayaan yang semakin kompleks dan makin tajam, maka dibutuhkan akal
kemampuan manusia yang dapat menyimpan dalam bahasa dan bersifat akumulatif. Seperti
halnya dalam perkembangan jaman, baik dari jaman purba yang primitif hingga jaman
modern yang sudah dipenuhi unsur baru dan semakin canggihnya teknologi serta ilmu
pengetahuan menjadikan pola pikir serta kebudayaan mereka juga semakin berkembang, baik
secara evolusi maupun revolusi. Dalam hal perkembangan budaya tersebut pasti terdapat
penyesuaian dan penerimaan hal-hal baru baik dari internal kelompok maupun dari eksternal
kelompok yang bisa disebut integrasi sosial.
Integrasi sosial adalah adanya penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam
masyarakat menjadi satu keutuhan serta menghasilkan keserasian dalam masyarakat. Menurut
Vocabulaire Philosophique Lalande, integrasi berarti suatu usaha untuk membangun
independensi yang lebih erat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau anggota dalam
masyarakat, sehingga tercipta suatu kondisi yang harmoni, yang memungkinkan terjalinnya
kerjasama dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan bersama (Duverger, 993:340)
dalam (Retnowati). Ada empat unsur integrasi sosial, pertama adalah adanya perbedaan yang
merupakan hal dasar atau awal dari terjadinya integrasi sosial. Apabila perbedaan ini tidak
disikapi dengan bijak atau suau keomok masyarakat tidak dapat menerima dan memahami
maka akan terjadi konflik sosial dan disintegrasi sosial. Sebagai contoh adanya perbedaan
kebudayaan dari berbagai daerah dalam satu tempat yang sama dan saling berinteraksi. Unsur
kedua yaitu proses penyesuaian baik terhadap lingkungan baru maupun lingkungan sekitar
yang diharapkan tidak diikuti dengan perilaku entosentrisme.atau menganggap unggul
kebudayan atau etnis atau rasnya sendiri. Apabila tidak dapat menyesuaikan diri, maka yang
akan muncul adalah masalah sosial akibat benturan kebudayaan tersebut.
Unsur ketiga adalah adanya pembauran atau bercampurnya dua kebudayaan berbeda
baik secara asimilasi yang merupakan percampuran dua kebudayaan yang berbeda dengan
tujuan terciptanya kebudayaan baru dan menghilangkan perbedaan diantara kedua
kebudayaan tersebut (Pratiwi), contohnya adanya acara 7 harian, 40 harian orang meninggal
akibat perpaduan kebudayaan Hindu yang mayoritas di masanya serta lebih dulu ada di
Indoensia dengan kebudayaan Islam yang minoritas dan baru. Pembauran secara akulturasi
adalah adanya percampuran dua kebudayaan tanpa meninggalkan kebudayaan asli dari salah
satu kebudayaan tersebut. contohnya akulturasi budaya Cina di Bali dengan kebudayaan asli
Bali dimana terdapat klenteng di Bali yang letaknya juga di dalam pura, sehingga mereka
bersembahyang secara sekaligus baik di pura maupun juga di klenteng. (Tedja, 2018). Unsur
keempat adalah adanya kesepakatan nilai dan norma sebagai dasar unuk mengatur
masyarakat yang berasal dari kebudayaan berbeda-beda.

Hubungan Integrasi Masyarakat Dengan Struktur Dari Sistem Budaya


Dalam sosiologi masyarakat yang merupakan kajian utama dalam disiplin ilmunya,
maka kehidupan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari adanya unsur-unsur didalamnya yang
menyebabkan terjadinya suatu interaksi sosial. Struktur sosial dalam masyarakat mengacu
pada pola interaksi yang terdiri dari jaringan relasi sosial atau faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya suatu proses sosial. Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat
tentunya tidak selalu berjalan dengan tertib dan lancar karena masyarakat pendukungnya
memiliki berbagai macam karakteristik. Demkian pula halnya dengan interaksi sosial atau
hubungan sosial yang merupakan wujud dari proses-proses sosial yang yang ada. Keragaman
hubungan sosial itu tampak nyata. Dalam struktur sosial masyarakat yang mejemuk
contohnya seperti Indonesia. Keragaman hubungan sosial dalam suatu masyarakat bisa terjadi
karena masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda-beda bahkan dalam satu suku
bangsa pun memiliki perbedaan. Yang kita sebut budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah,yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Adapun menurut
istilah Kebudayaan merupakan suatu yang agung dan mahal, tentu saja karena ia tercipta dari
hasil rasa, karya, karsa,dan cipta manusia yang kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada
pada manusia.Tak ada mahluk lain yang memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatu
yang agung dan mahal.
Konsep struktur sosial yang menggambarkan pola hubungan antar individu dalam
kelompok atau antar kelompok ini untuk menjelaskannya sering dikaitkan dengan norma,
status, peran, dan lembaga (tercakup pula asosiasi dan organisasi). Struktur sosial sangat erat
kaitannya dengan kebudayaan. Eratnya kedua fenomena ini digambarkan oleh J.B.A. F.
Mayor Polak pendapatnya “bahwa antara kebudayaan dan struktur terdapat kolerasi
fungsional. Artinya antara kebudayaan dan struktur dalam suatu masyarakat terjadi keadaan
saling mendukung dan membenarkan ini berarti bahwa apabila terjadi perubahan dalam
kebudayaan juga diikuti oleh perubahan dalam struktur demikian pula sebaliknya”.
Apabila mengikuti pendapat yang dikemukakan oleh Raymond Firth dan Marx
Weber, maka sistem nilai yang harus diwujudkan atau diselenggarakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ditemukan di dalam proses pertumbuhan panacasila
sebagai dasar falsafah atau ideologi negara. Nilai atau nilai-nilai merupakan gabungan semua
unsur kebudayaan yang terkandung di dalam pancasila harus dijadikan sebagai program,
piagam atau pedoman untuk membimbing perilaku ataupun dari semua manusia Indonesia di
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, struktur sistem sosial budaya Indonesia dapat
merujuk pada nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang terdiri atas :
a. Tata Nilai
Struktur tata nilai kehidupan pribadi atau keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara
meliputi berikut ini :
1) Nilai agama atau kepercayaan terhadapa Tuhan Yang Maha Esa (iman);
2) Nilai dan kebenaran atau kenyataan dan keindahan yang bersumber dari kala dan rasa
manusia (cipta dan rasa);
3) Nilai moral atau kebaikan yang bersumber dari kehendak atau kemauan (karsa dan
etika);
4) Nilai vital (peragaan kehidupan), yaitu nilai-nilai yang terkait dengan segala sesuatu
yang diperlukan untuk kegiatan dan aktivitas manusia.
Struktur nilai tersebut di atas bagi bangsa dan negara Indonesia telah mennyatu dalam
pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa, dan negara serta falsafah dan janji luhur
bangsa Indonesia.
b. Tata Sosial
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum, semua orang adalah sama
kedudukannya di muka hukum. Tata hukum di Indonesia adalah sistem pengayoman yang
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tata hukum
Indonesia mengenai hukum tertulis dan hukum yang tak tertulis. Karena itu, tata sosial
Indonesia harus berdasarkan :

1) Undang-Undang Dasar 1945;


2) Peraturan perundang-undangan lainnya;
3) Budi pekerti yang luhur dan cita-cita moral rakyat yang luhur.
c. Tata Laku (Karya)
Dalam rangka gotong royong, prasaja, musyawarah untuk mufakat, kesatria, dan
hidup dinamis untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat, maka tata laku pribadi atau keluarga, masyarakat dan negara harus berpedoman pada :
1) Norma-norma atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2) Norma kesusilaan atau kesopanan;
3) Norma adat istiadat;
4) Norma hukum setempat, dan;
5) Norma hukum Negara

Konsep integrasi sangat penting dan mendasar, sebab bila integrasi gagal, maka
eksistensi masyarakat Indonesia akan hilang, apalagi masyarakat Indonesia yang plural ini,
rawan terhadap disintegrasi. Jika kita melihat hubungan erat terjadi antara pola integrasi
masyarakat indonesia yang plural. Budaya di Indonesia sendiri merupakan alat yang dimana
dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa. Dengan kita melihat struktur sistem budaya yang
ada, proses integrasi diantara masyarakat akan semakin erat hubungannya. Sebuah
kebudayaan dapat menjadikan manusia memiliki keterkaitan antara sosial dan budaya yang
dapat dikembangkan dan membentuk sebuah masyarakat. Kebudayaan juga salah satu bentuk
integrasi yang dapat membentuk sebuah masyarakat yang madani. intergrasi sosial dapat
mempertahankan mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat sebagai sebuah sistem
dengan saling menghargai budaya masing-masing.

Perkembangan Intergrasi Masyarakat Dan Pandangan Terhadap Diversitas.


Dalam kehidupan sosial, intergrasi sosial dapat diartikan sebagai suatu proses
mempertahankan mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat sebagai sebuah sistem
dengan saling menghargai budaya masing-masing. Sedangkan pengembangan intergrasi
sosial adalah suatu proses yang bergerak secara dinamis, usaha yang terus – menerus dalam
menyadarkan dan membina masyarakat agar terwujudnya kerukunan antar etnis, agama
maupun budaya melalui pengintergrasian bermacam kearifan lokal yang dimiliki oleh kedua
entis, agama, maupun budaya yang berbeda. Dalam hal ini, intergrasi dapat berkembang
apabila masyarakat mampu untuk mengatasi atau mengontrol prasangka terhadap suatu
kebudayaan yang berbeda, sehingga konflik dan dominasi kelompok dapat dihindari dan
menumbuhkan intergritas sosial tanpa paksaan. Perkembangan intergrasi sosial tidak bisa
terjadi dengan cepat atau terjadi begitu saja, intergrasi sosial bisa berkembang sangat lama
atau cepat karena adanya beberapa faktor, diantaranya :
1. Homogenitas kelompok, masyarakat yang lebih homogen cenderung lebih mudah
dalam berintergrasi antar individu didalamnya, karena mereka sudah mempunyai
landasan kebudayaan yang sama sehingga tidak perlu melakukan banyak penyesuaian,
tetapi dalam lingkup yang lebih besar atau makro seperti negara, homogenitas
kelompok justru akan menghambat berkembangnya intergrasi Sosial karena akan
muncul kelompok mayoritas dan minoritas yang bisa memicu terjadinya konflik.
2. Besar – kecilnya kelompok, makin besar jumlah anggota biasanya juga akan semakin
banyak perbedaan unsur kebudayaannya, maka semakin lambat juga proses
perkembangan intergrasinya, karena makin banyak yang harus bisa menyesuaikan
diri.
3. Mobilitas geografis, maksudnya disini adalah ketika anggota masyarakat terlalu sering
datang dan pergi, maka intergrasi akan sulit berkembang karena belum selesai
prosesnya anggota sudah pergi terlebih dahulu.
4. Efektivitas komunikasi, semakin efektif komunikasi yang dijalin oleh antar individu,
individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok maka akan semakin
cepat pula proses intergrasi tersebut.

Intergrasi disebabkan oleh norma atau nilai yang mengikat, jika norma atau nilai yang
dianut dalam masyarakat dapat menentukan bagaimana seharusnya individu bertindak sesuai
dengan status, peran dan fungsinya maka Intergrasi akan terwujud, namun akan terjadi
sebaliknya jika individu atau masyarakat yang melakukan penyelewengan terhadap peran dan
statusnya maka akan terjadi disintergrasi, sehingga terjadi perubahan sistem nilai dan norma
yang berlaku dan akan terjadi perkembangan intergrasi, individu atau masyarakat bisa
melakukan penyelewengan terhadap status, peran dan fungsinya karena setiap individu
mempunyai kemampuan yang paling dasar yaitu rasionalitas, selama manusia mempunyai
rasionalitas intergritas akan selalu berkembang menjadi semakin komplek dan akan banyak
sistem nilai dan norma yang berubah atau muncul sistem nilai dan norma yang baru.
Rasionalitas manusia juga bisa menumbuhkan pandangan yang berbeda terhadap diversitas
karena setiap manusia juga mempunyai kapasitas serta kebutuhan yang berbeda-beda.
Namun, perkembangan intergritas bukan diawali oleh perubahan atau munculnya
sistem nilai dan norma yang baru, akan tetapi intergritas dapat berkembang apabila terjadi
penyelewengan status, peran dan fungsi yang terus terjadi sehingga terjadi perubahan sistem
nilai dan norma.

- Penutup
Bangsa seperti Indonesia haruslah terus mengembangkan dan memperluas intergrasi
sosial, mengingat indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak sekali keberagaman
atau negara yang majemuk (istilah majemuk oleh Furnivall) baik dalam hal agama, etnis, dan
juga kebudayaan. Orang indonesia merupakan pendukung lebih dari satu kebudayaan,
masalah setelah kemerdekaan adalah intergrasi sosial dalam masyarakat majemuk tersebut,
intergrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan, Masyarakat majemuk itu tetap pada
kemajemukkan masing – masing, mereka dapat hidup serasi berdampingan, seperti tulisan
yang terdapat dalam lambang negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Daftar Pustaka

Kistanto, N. H. (2015). TENTANG KONSEP KEBUDAYAAN. 11.


Moeis, D. S. (2008). Perspektif Keaneragaman Sosial. FPIPS UPI Bandung.
Mufidah, A. (2017). Pengembangan Intergrasi Sosial Melalui Kearifan Lokal. Lampung:
UIN Raden Intan Lampung.
P.D, K. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pratiwi, P. (n.d.). Asimilasi dan Akulturasi.
Retnowati. (n.d.). Agama, Konflik dan Intergrasi Sosial. n.d.
sngkusni. (2014). Memahami Budaya Betang Dalam Perspektif Intergrasi Sosial.
jurnaltoddoppuli.
Tedja, E. (2018, Februari 16). BBC Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai