Anda di halaman 1dari 27

HALAMAN JUDUL

MAKALAH
INTERAKSI SOSIAL DALAM HUBUNGAN ANTAR MANUSIA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Industri
Dosen Pengampuh : Drs. H. Junaid

OLEH :
DINI INDRIANI J1A117196
FARAHDILLA RAHMA SURYANI.R J1A117206
FERA RAHAYU NINGSI J1A1 17207

KONSENTRASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KESEAHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya lah sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah Interaksi Sosial
dalam Hubungan Antar Manusia, yang Alhamdulillah dapat selesai tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata Psikologi Industri. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis tentang interaksi sosial antar
manusia.
Harapan Penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini masih mempunyai banyak
kekurangan serta kesalahan karena pengalaman yang masih minim. Oleh karena
itu, Penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 12 Mei 2020

Penulis

1
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGATAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1. Pengertain Interaksi Sosial Dalam Hubungan Antar Manusia........................3
2.1.1. Pengertian Interaksi Sosial.....................................................................3
2.1.2. Definisi Interaksi Sosial Menurut Para Tokoh.......................................4
2.2 Individu Vs Lingkungan..................................................................................5
2.4. Bentuk Interaksi Sosial........................................................................................7
2.4.1 Proses yang Asosiatif (Processes of Association).............................8
2.4.2 Proses Disosiatif...............................................................................14
2.5 Syarat Interaksi Sosial...................................................................................18
2.5.1 kontak sosial (social contact)...........................................................18
2.5.2 komunikasi (communication)...........................................................19
2.6 Terbentuknya Interaksi Sosial......................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1. Kesimpulan......................................................................................................22
5.2. Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal pikiran juga
kemampuan berinteraksi secara individu maupun sosial dan pada dasarnya
manusia tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam
kontek fisik maupun dalam kontek sosial budaya. [ CITATION Nur16 \l 1057 ]
Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang
dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara
individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan
kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi
juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau
maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya
Proses Interaksi adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas
dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna
yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan
sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat
dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran
yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga
dengan interpretative process
Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok
terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama
dari terjadinya hubungan sosial. Komunikasi merupakan proses sosial karena
komunikasi mentransfer lambang-lambang yang mengandung arti. Melalui
komunikasi kita dapat belajar, menyesuaikan diri, berinteraksi dan sebagainya.
Dalam proses berkomunikasi muncul berbagai perbedaan pendapat yang
dihadapi individu ataupun kelompok sehingga muncul sebuah konflik. Konflik
yang muncul menjadikan hambatan dalam proses berkomunikasi. [ CITATION
Nur16 \l 1057 ]
Berdasarkan penjabaran di atas bahwa interaksi sosial sangat penting
dalam hubungan antar sesama manusia maupun lingkungan agar terjaling
4

hubungan yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas tentang Interaksi Sosial dalam Hubungan Antar Manusia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan interaksi sosial dalam hubungan antar
manusia?
2. Bagaimana interaksi Sosial individu Vs Lingkungan?
3. Bagaiman bentuk interaksi sosil?
4. Apa saja yang menjadi syarat interaksi sosial?
5. Bagaiamana terbentuknya interaksi sosial?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian interaksi sosial dalam hubungan antar
manusia.
2. Untuk megetahui interaksi sosial individu Vs Lingkungan.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat interaksi sosial.
5. Untuk mengetahui terbentuknya interaksi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertain Interaksi Sosial Dalam Hubungan Antar Manusia


2.1.1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah kegiatan hubungan timbal balik yang dinamis


antara individu atau kelompok yang memodifikasi aksi dan reaksi mereka
untuk saling mempengaruhi mitra mereka. Dengan kata lain kegiatan ini adalah
kegiatan dimana orang akan menyesuaikan dan menginterprestasikan
bagaimana dan apa yang dilakukan dalam menanggapi sesuatu demi menjalin
hubungan dengan individu atau kelompok lain.

Dalam ilmu sosial, hubungan sosial tercermin dalam interaksi sosial yang
mengacu pada hubungan antara dua orang atau lebih (misalnya kelompok
sosial). Hubungan sosial yang berasal dari lembaga individu akan membentuk
dasar dari struktur sosial.

Interaksi yaitu satu relasi antara dua sistem yang terjadi sedemikian rupa
sehingga kejadian yang berlangsung pada satu sistem akan mempengaruhi
kejadian yang terjadi pada sistem lainnya. Interaksi adalah satu pertalian sosilal
antar individu sedemikian rupa sehingga individu yang bersangkutan saling
mempengaruhi satu sama lainny.

Jadi interaksi sosial adalah kemampuan seorang individu dalam


melakukan hubungan sosial dengan individu lain atau kelompok dengan
ditandai adanya adanya kontak sosial dan komunikasi.

Manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa


bantuan orang lain. Manusia dilahirkan dimuka bumi ini untuk saling
bersosialisasi dengan makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti

5
6

mengalami apa itu proses sosial, proses sosial merupakan aspek dinamis dari
kehidupan masyarakat yang di dalamnya terdapat suatu proses hubungan
antarmanusia satu dengan manusia lainnya. Proses hubungan tersebut berupa
interaksi sosial yang terjadi dalamkehidupan sosial, karena interaksi sosial
merupakan faktor yang paling utamadalam kehidupan sosial.
2.1.2. Definisi Interaksi Sosial Menurut Para Tokoh

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang


menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia maupun antara orang perorangtan dengan kelompok manusia. Apabila
dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling
menegur, berjabat tangan, salingberbicara atau bahkan mungkin berkelahi.
Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.

1. Menurut Walgito
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu
yang lain,individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau
sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik
2. Menurut Basrowi
Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang
dengan orang, kelompok dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya
bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk persaingan, pertikaian.
Terjadinya interaksi sosial dalam kehidupan, karena adanya untuk saling
mengerti tentang maksud-maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam
suatu hubungan sosial
3. Gilin
Interaksi sosial dijelaskan oleh gillin sebagai hubungan sosial yang
dinamis antara individu dengan individu lain atau dengan kelompok atau
hubungan antar kelompok. Hubungan ini tercipta karena pada dasarnya
manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain.
4. Macionis
7

Pengertian interaksi sosial menurut Macionis adalah hubungan aksi


dan reaksi seseorang dalam hubungannya dengan individu atau kelompok
lain.
5. Broom dan Selznic
Broom dan Selznic berpendapat bahwa interaksi sosial merupakan
proses yang dilandasi oleh kesadaran adanya orang lain dan seseorang
tersebut memerlukan respon terhadap tindakan orang lain.
6. Kimball Young dan Raymond W. Mack
Kimball Young dan Raymond W. Mack mengartikan pengertian
interaksi sosial sebagai hubungan sosial antara individu dengan perorangan
atau kelompok atau hubungan kelompok dengan kelompok secara dinamis.
7. Homans
Pengertian interaksi sosial menurut Homans adalah proses kehidupan
dimana aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain akan
diberikan respon yag bisa berupa ganjaran atau hukuman dari orang lain.
8. Walgito
Walgito berpendapat bahwa adanya hubungan timbal balik dalam
interaksi sosial dapat memberikan pengaruh terhadap individu atau
kelompok lain. Interaksi sosial juga berpengaruh terhadap kelompok dengan
kelompok lain yang saling berhubungan.
9. Soerjono Soekanto
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa interaksi sosial adalah proses
sosial yang berkaitan dengan cara berhubungan antara individu dan
kelompok untuk membangun sistem dalam hubungan sosial.
10. Murdiyatmo dan Handayani
Murdiyatmo dan Handayani menjelaskan pengertian interaksi sosial
sebagau hubungan yang dibangun seseorang dengan orang lain yang dalam
proses kehidupan tersebut terbangun struktur sosial. Pada struktur sosial
tersebut juga terbangun hubungan yang saling mempengaruhi antara satu
dengan yang lainnya.
8

2.2 Individu Vs Lingkungan

Individu berasl dari kata in dan devided. Dalam bahasa Inggris in salah
satunya mengadung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi
individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu
berasal dari kata individuam yang berarti yang ddtak terbagi. Jadi merupakan
suatu sebuatan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan tak terbatas. [ CITATION Sri07 \l 1057 ]

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,


unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai
manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika
unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai
individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur
fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya. [ CITATION Sri07 \l 1057 ]

Setiap manusia memilki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada
manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-
masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan
antara faktor fenotip an genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa
individu sejak lahir, ia merupakan keturanan, dibawa individu sejak lahir.
Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifak yang dibawa
sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotip) ikut berperang dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti kondisi alam
sekiratnya. Lingkungan sosial, meurjuk pada lingkungan di mana seorang
individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan
anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
[ CITATION Sri07 \l 1057 ]
9

Karakteristk yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan


kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang
sering berinteraksi terus-menerus. Menurut Nursid Sumaatdja (2000) dalam
[ CITATION Sri07 \l 1057 ] , kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu
yang merupakan hasil interaksi antra potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang
terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikilogisnya, jika
mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor
lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas
dari seseorang.

Lingkungan mengandung pengertian yang luas, baik fisik, psikologis dan


rohaniah. Dalam penentuan interaksi sosial individu terhadap lingkungannya
berbeda-beda, tergantung tempatnya/areanya. Misalnya lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan sebagainya.

Dalam [ CITATION Ros13 \l 1057 ] Ada 4 hubungan individu dengan


lingkungan, yaitu :
1. individu beretentangan dengan lingkungan, terjadi apabilia individu merasa
lingkungan disekirarnya bertentangan dengan dirinya, mungkin disebabkan
norma atau nilai yang dimiliki berbeda dengan normal da nilai yang berlaku
di masyarakat.
2. Individu memanfaatkan lingkungan, terjadi ketika individu merasa bahwa
lingkungan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dirinya.
3. Individu berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan, terjadi ketka individu
akan berpartisipasi dengan lingkungan apabila ia merasa ada manfaatnya
bagi dirinya maupun lingkungannya.
4. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada. Bentuk
penyesuaiannya bisa bersifat autoplastis atau alloplastis. Autoplastis
10

sifatnya pasif, dimana individu menyesuaikan diri dengan lingkungan agar


sesuai dengan keadaan atau keinginan dirinya.
Jadi, dari penjabaran materi di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi
sosial individu vs lingkungan dapat bertentangan apabila individu merasa tidak
aman dengan lingkungan tempat berinteraksinya sehingga mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri, begitu pula dengan lingkungan, apabala individu
sukar untuk beradaptasi maka tidak akan terjadi interkasi sosial yang baik.
Dalam hal ini harus di perhatikan sisi positif dan negatif dari interaksi sosial
individu dan lingkungan agar tidak terjadi permasalahan yang mengakibatkan
ketidakharmonisan antara keduanya.

2.4. Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut [ CITATION Sar09 \l 1057 ] yaitu,


sebagai berikut :

2.4.1 Proses yang Asosiatif (Processes of Association)


a. Kerjasama (Coorperation)
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan
bentuk interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap bahwa
kerja sama merupakan proses utama. Golongan terakhir tersebut
memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-
bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk
inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja sama. Kerja sama
di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama.
Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua
kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian
dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau
kelompok-kelompok kekerabatan. Bentuk kerja sama tersebut
berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu
11

tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di


kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim
yang menyenangkan dalam pembagian kerja srta balas jasa yang akan
diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian- keahlian tertentu
diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, agar rencana kerja samanya
dapat terleksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lainnya (out-group-nya).
Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang
mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung
kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah tertanam di
dalam kelompok, dalam diri seseorang atau segolongan orang. Kerja
sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang
lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas, karena
keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena adanya
rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk
kerja sama, yaitu:
1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.
2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barabg-barabg dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
3) Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur
baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya
kegoncangan dalam stabilisasi organisasi yang bersangkutan.
4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua ornagisasi atau lebih
yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat
menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu,
karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai
struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi
karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa
12

tujuan bersama, maka sifatnya alaha kooperatif.


5) Joint-ventrue, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan batu bara,
perfilman, perhotelan, dll.
b. Akomodasi (Accomodation)
1) Pengertian
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk
menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada
suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan,
berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi
antara orang-peorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma- norma sosial dan nilai-nilai sosial yang
berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi
menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian
yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu
proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya
dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-
ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses dimana makhluk-
makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya.
Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai suatu proses
dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang
mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri
untuk mengatasi ketegangan-ketegangan.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan,
sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi
dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:
a) Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
13

Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa


antara kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang
baru.
b) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara
waktu.
c) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-
kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-
faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai
pada masyarakat yang mengenal sistem kasta.
d) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial
yang terpisah.
2) Bentuk-bentuk akomodasi
a) Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Coercion merupakan
bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam keadaan
yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung),
maupun psikologis (tidak langsung).
b) Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi dimana pihak-
pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai
suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar
untuk dapat melaksanakan compromise adalah bahwa salah satu
pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak
lainnya dan begitu pula sebaliknya.
c) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise
apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup
mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak
ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan
yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak bertentangan.
d) Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation
diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan
14

yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah mengusahakan


suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga
hanyalah sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk
memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan
tersebut.
e) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan
keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi
tercapainya suatu persetujuan bersama. Conciliation bersifat
lebih lunak daripada coercion dan membuka kesempatan bagi
pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengadakan asimilasi.
f) Toleration, juga sering disebut sebagai tolerant-participation.
Ini merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang
formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak
sadar dan tanpa direncanakan, ini disebabkan karena adanya
watak orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia
untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu
perselisihan.
g) Stalemate, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak
yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang
berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya. Hal ini disebabkan oleh karena kedua belah
pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju
maupun untuk mundur.
h) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di
pengadilan.
3) Hasil-hasil akomodasi
a) Akomodasi, dan integrasi masyarakat, telah berbuat banyak
untuk menghindari masyarakat dari benih-benih perentangan
latent yang akan melahirkan pertentangan baru.
b) Menekan oposisi. Seringkali suatu persaingan dilaksanakan
demi keuntungan suatu kelompok tertentu demi kerugian pihak
15

lain.
c) Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda.
d) Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai
dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah.
e) Perubahan-perubahan dalam kedudukan.
f) Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi.
c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia
ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-
perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-
kelompok manusia dan juga meliputi usaha- usaha untuk mempertinggi
kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Secara singkat, proses asimilasi ditandai dengan pengembangan
sikap-sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional,
dengan tujuan untuk

mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam


organisasi, pikiran, dan tindakan. Proses asimilasi timbul bila ada:
1) Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya.
2) Orang perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara
langsung dan intensif untuk waktu yang lama.
3) Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut
masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi
adalah:
1) Toleransi
2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
16

5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan


6) Perkawinan campur (amalgamation)
7) Adanya musuh bersama di luar.
Faktor-faktor umum yang dapat menjadi penghalang
terjadinya asimilasi adalah:
1) Terisolasi kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
4) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu
lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5) Perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah.
6) In-group feeling yang kuat.
7) Golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari
golongan yang berkuasa.
8) Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi

2.4.2 Proses Disosiatif

Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes,


persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap
masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan
dan system social masyarakat bersangkutan.

Apakah suatu masyarakat lebih menekankan pada salah satu bentuk


oposisi, atau lebih menghargai kerja sama, hal itu tergantung pada unsure-
unsur kebudayaan terutama yang menyangkut system nilai, struktur
masayarakat dan system sosialnya. Factor yang paling menentukan adalah
system nilai masyarakat
Tersebut.
Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawanseseoran atau
sekelompok manusia, untuk mencapai tujuan tertentu. Terbatasnya
17

makanan, tempat tinggal serta lain-lain factor telah melahirkan beberapa


bentuk kerja sama dan oposisi. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga
sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence). Perlu
dijelaskan bahwa pengertian struggle for existence juga dipakai untuk
menunjuk kepada suatu keadaan di mana manusia yang satu tergantung
pada kehidupan manusia yang lainnya, keadaan mana menimbulkan kerja
sama untuk dapat tetap hidup. Perjuangan ini mengarah pada paling sedikit
tiga hal yaitu perjuangan manusia melawan sesame, perjuangan manusia
melawan makhluk-makhluk jenis lain serta perjuangan manusia melawan
alam.
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, oposisi atau proses-
proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Persaingan (competition)
Adalah suatu proses social, di mana individu atau kelompok-
kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara
menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang
telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Ada beberapa
bentuk persaingan, di antaranya :
1) Persaingan ekonomi. Timbul karena terbatasnya persediaan apabila
dibandingkan dengan jumlah konsumen.
2) Persaingan kebudayaan. Menyangkut persaingan kebudayaan,
keagamaan, lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan
sebagainya.
3) Persaingan kedudukan dan peranan. Di dalam diri seseorang
maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keingian untuk
diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan
serta peranan yang terpandang.
4) Persaingan ras. Perbedaan ras baik karena perbedaan warna
kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya,
18

hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas


perbedaan- perbedaan dalam kebudayaan.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat memiliki
beberapa fungsi, antara lain :
1) Menyalurkan keinginan-keinginan individu ata u kelompok yang
bersifat kompetitif
2) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai
yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan
dengan baik oleh mereka yang bersaing.
3) Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan social
4) Alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang
akhirnya akan menghaslkan pembagian kerja yang efektif.
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai factor, antara
lain :
1) Kepribadian seseorang
2) Kemajuan masyarakat
3) Solidaritas kelompok
4) Disorganisasi
b. Kontravensi (contravention)

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses


social yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.
1) Bentuk-bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese, dan Howard
Becker, ada 5, yaitu :
a) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,
keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes,
gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan
rencana pihak lain.
b) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di
depan umum, memaki melalui selembaran surat, mencerca,
memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain,
19

dan sebagainya.
c) Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-
desus, mengecewakan pihak lain, dan sebagainya.
d) Yang rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak lain,
perbuatan khianat, dan lain-lain.
e) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain, seperti dalam kampanye parpol
dalam pemilihan umum.
2) Tipe-tipe Kontravensi
Menurut von Wiese dan Becker terdapat tiga tipe umum
kontravensi yaitu kontravensi generasi masyarakat 9 bentokan
antara generasi muda dengan tua karena perbedaan latar belakang
pendidikan, usia dan pengalaman), kontravensi yang menyangkut
seks (hubungan suami dengan istri dalam keluarga) dan kontravensi
parlementer (hubungan antara golongan mayoritas dengan minoritas
dalam masyarakat baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam
lembaga-lembaga legislative, keagamaan, pendidikan, dan
seterusnya).
Selain tipe-tipe umum tersebut ada ada pula beberapa
kontravensi yang sebenarnya terletak di antara kontravensi dan
pertentangan atau pertikaian,yang dimasukkan ke dalam kategori
kontravensi, yaitu :
a) Kontravensi antar masyarakat
b) Antagonism keagamaan
c) Kontravensi intelektual
d) Oposisis moral
Kontravensi, apabila dibandingkan dengan persaingan dan
pertentangan bersifat agak tertutup atau rahasia.
c. Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social di mana
individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
20

menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Peyebab


terjadinya pertentangan, yaitu :
1) Perbedaan individu-individu
2) Perbedaan kebudayaan
3) Perbedaan kepentingan
4) Perbedaan sosial

Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai


atau kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola
hubungan social di dalam srtuktur social tertentu, maka pertentangan-
pertentangan tersebut bersifat positif.

Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk


menyalurkan benih-benih permusuhan, alat tersebut dalam ilmu
sosiologi dinamakan safety-valve institutions yang menyediaka objek-
objek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang
bertikai ke arah lain.

Bentuk-bentuk pertentangan antara lain :

1) Pertentengan pribadi
2) Pertentangan rasial
3) Pertentangan antara kelas-kelas social, umumnya disebabkan
oleh karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.
4) Pertentangan politik
5) Pertentangan yang bersifat internasional.

Akibat dari bentuk-bentuk pertentangan adalah sebagai berikut :

1) Bertambahnya solidaritas “in-group” atau malah sebaliknya


21

yaitu terjadi goyah dan retaknya persatuan kelompok


2) Perubahan kepribadian
3) Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu
2.5 Syarat Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial memiliki dua syarat utama yaitu kontak sosial (social
contact) dan komunikasi (communication).

2.5.1 kontak sosial (social contact)

Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum (bersama-sama.) dan
tango (menyentuh), jadi, artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh
Artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak
sosial baru terjadia apabila adanya hubungan fisikal, sebagai gejala sosial hal itu
bukan semata-mata hubungan badaniah, karena hubungan sosial terjadi tidak saja
secara menyentuh seseorang, namun orang dapat berhubungan dengan orang lain
tanpa harus menyentuhnya. Namun Syani dalam Baswori (2005:141) mengatakan
bahwa kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui
percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing
dalam kehidupan masyarakat, konflik sosial pihak satu dengan pihak lainnya
(Lestari et al., 2015).

Suatu kontak juga dapat pula bersifat primer atau sekunder. Dimana kontak
primer terjadi apabila mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan.
Sedangkan kontak sekunder memerlukan suatu perantara untuk saling
berhubungan yang bersifat manusiawi maupun dengan teknologi (Lestari et al.,
2015).

Ketika masyarakat saat ini telah berkembang dengan tingkat kemajuan


teknologi yang sangat pesat dan canggih, maka kontka-kontak sosial primer dan
sekunder ini semakin sulit dibedakan satu dengan lainnya. Seperti penggunaan
gadget yang membantu proses kontak sosial terjadi dengan lebih mudah. Hal
tersebut membuat konsep kontak sosial menjadi samar (Lestari et al., 2015).
22

2.5.2 komunikasi (communication).

Syarat kedua dalam melakukan interaksi sosial adalah komunikasi. arti


terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku
orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap).
Komunikasi dapat diartikan sebagai pandangan antara orang-orang yang
berinteraksi terhadap sesuatu. Adanya komunikasi yaitu seseorang memberi arti
pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh
orang tersebut. Orang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dalam komunikasi kemungkinan
sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain.
Dengan demikian , komunikasi memungkinkan kerjasam antara orang perorangan
atau antara kelompok-kelompok manusia (Lestari et al., 2015).

Sosiologi menjelaskan komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang


dilakukan oleh seseorang (I) terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang (II)
lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau sikap, perilaku
dan perasaan-perasaan, sehingga seseorang (I) membuat reaksi-reaksi terhadap
informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah
dia (I) alami. ), menurut Marshall McLuhan dalam Bungin (2006:57)Fenomena
komunikasi yang dipengaruhi pula oleh media yang digunakan, sehingga media
kadang kala juga ikut memmengaruhi isi informasi (I) dan penafsiran (II) (Lestari
et al., 2015).

Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap
komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), slauran (media), dan penerima
informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang
memiliki bahan informasi (pemberitaan) untuk disebarkan kepada masyarkat luas.
Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber
berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun
23

media massa yang digunakan untuk khalayak umum. Sedangkan audience adalah
per orang atau kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaram informasi atau
yang menerima informasi (Lestari et al., 2015).

2.6 Terbentuknya Interaksi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan untuk berinteraksi antara satu
sama lain. Dari interaksi sosial ini timbul hubungan timbal balik yang akan
tercapai sebuah tatanan hidup yang komplek dan memerlukan aturan hukum yang
mengikat. Dalam ilmu Sosiologi interaksi selalu dikaitkan dengan istilah sosial.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat dinamakan
proses sosial. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktivitasaktivitas sosial. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan dengan kelompok
manusia. Apabila dua orang bertemu maka interaksi sosial dimulai pada saat itu.
Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara bahkan mungkin
berkelahi, aktivitas semacam itu merupakan bentuk atau pola interaksi sosial.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut


hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan
bersama.

Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok
terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama
dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu
informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang
disampaikan. Karp dan Yoels menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi
sumber informasi bagi dimulainya komunikasi atau interaksi sosial. Sumber
24

Informasi tersebut dapat terbagi dua, yaitu Ciri Fisik dan Penampilan. Ciri Fisik,
adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi
jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan di sini dapat meliputi daya tarik fisik,
bentuk tubuh, penampilan berbusana, dan wacana. Interaksi sosial memiliki
aturan, dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi waktu dari
Robert T Hall dan Definisi Situasi dari W.I. Thomas. Hall membagi ruangan
dalam interaksi sosial menjadi 4 batasan jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi,
jarak sosial, dan Jarak publik. Selain aturan mengenai ruang Hall juga
menjelaskan aturan mengenai Waktu. Pada dimensi waktu ini terlihat adanya
batasan toleransi waktu yang dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang
terakhir adalah dimensi situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi
situasi merupakan penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi..
25

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarka penjabaran materi di atas dapat di simpulkan bahwa :


1. Interaksi sosial adalah kemampuan seorang individu dalam melakukan
hubungan sosial dengan individu lain atau kelompok dengan ditandai
adanya adanya kontak sosial dan komunikasi.
2. Dalam interaksi sosial individu vs lingkungan memiliki peretentangan salah
satunya yaitu individu merasa tidak aman/cocok dengan lingkungan atau
tempat ia melakukan interaksi sosial, misalnya tidak sesuai dengan norma
masyarakat yang ada.
3. Bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu asosiatif (kerjasama, akomodasi, dan
asimilasi) dan proses disosiatif.
4. Proses interaksi sosial memiliki dua syarat utama yaitu kontak sosial (social
contact) dan komunikasi (communication).
5. Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat
kontak sosial dan komunikasi

5.2. Saran
Kehidupan manusia tidak terlepas dengan interaksi sesama manusia, baik
itu interaksi individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok
dengan kelompok maupun dengan lingkungan. Berdasarkan hal ini sebagai
seorang manusia yang mempunyai akal harus mampu membangun interaksi
sosial dalam hubungan sesama manusia agar terciptanya kehidupan yang
damai, sejahtera, dan bahagia.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Ardita,rissa. 2019. Interaksi social sebagai dasar hubungan manusia.


http://www.Kompasiana.Com/2019 (Di akses, 12 Mei 2020)

Lestari, I., Riana, A. W., & Taftazani, B. M. (2015). Pengaruh Gadget Pada
Interaksi Sosial Dalam Keluarga. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, 2(2), 204–209.
https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13280

Ginintasasi, R.. Interaksi sosial.


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf (Di akses, 14 Mei
2020)

Permatasary, N. R., & Indriyanto, R. (2016). Interaksi Sosial Penari


Bujangganong Pada Sale Creative Community Di Desa Sale Kabupaten
Rembang. Seni Tari , 1-15.

Rosmalawati, N. W., & Kasiati. (2013). Kebutuhan Dasar Manusia (KDM I)


Modul 1. Jakarta: Pusdiklatnakes, Badan PPSDM Kesehatan.
https://www.slideshare.net/mobile/pjj_kemenkes/interaksi-sosial-dalam-
hubungan-antar-manusia (Di akses, 14 Mei 2020)
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.

Sumarsono, bambang. 2020. Psikologi social.http://www.halopsikologi.com.2020


(Di akses, 12 Mei 2020)
Wahyuningsih, S. (2007). Sikap Interaksi Sosial dan Indivdu dalam Kehidupan
Sehari-hari. Ilmiah Pendidikan, Humaniora Sains dan Pembelajarannya ,
401-435.

26

Anda mungkin juga menyukai