Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN HASIL MAGANG MAHASISWA KESEHATAN

MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO PADA PROYEK KANTOR


PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA TAHUN
2019

LAPORAN HASIL OBSERVASI

“Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban Pelaporan Program Kerja pada


Magang HSE Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Halu
Oleo”

Oleh :

TIM 7 KP KPwBI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

ANDYKA JAYA AMAR J1 A1 17 016

RAHMA YANI J1 A1 17 113

TRY SAPUTRA HABIBIE J1 A1 17 142

UNI ZULFIANI J1 A1 17 146

FARAHDILLA RAHMA SURYANI. R J1 A1 17 206

FERA RAHAYU NINGSI J1 A1 17 207

WAHYU ISHAQ TRISNANDI J1 A1 17 283

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Agung, Maha bijaksana atas
segala limpahan karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan pada Proyek Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara
Tahun 2019. Untuk memenuhi salah satu kewajiban pelaporan program kerja
dalam rangka magang HSE Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu
Oleo.

Teristimewa ucapan terimakasih yang tak terhingga kami persembahkan


kepada ketua konsentrasi K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu
Oleo yang telah memberikan kami rekomendasi untuk menerapkan ilmu kami,
juga segenap direksi PT. Nindya Karya (Persero) atas kemurahan hati untuk
menerima kami. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak
lepas dari kekurangan dari segala aspek, untuk itu kami mohon maaf aatas
kesalahan yang kurang berkenan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Kami juga meminta maaf
atas segala kekurangan, semoga karya ini bisa bermanfaat. Aamiin

Kendari, 20 Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

iv
HALAMAN JUDU
L
NAMA ANGGOTA KELOMPOK.........................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................3
1.3 Manfaat......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Kecelakaan Kerja......................................................................................5
2.2 Kondisi Tidak Aman...............................................................................10
2.3 Tindakan Tidak Aman.............................................................................11
BAB III HASIL.....................................................................................................14
3.1 Gedung Utama.........................................................................................14
3.2 Gedung Utilitas........................................................................................62
3.3 Gedung Penunjang..................................................................................69
BAB IV PENUTUP..............................................................................................86
4.1 Kesimpulan..............................................................................................86
4.2 Saran........................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................88

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja dala m setiap
pekerjaan konstruksi merupakan suatu keharusan bagi perusahaan jika ingin tetap
bersaing . Hal ini me njadi sangat penting mengingat bahwa nyawa manusia
merupakan suatu hal yang sangat berharga. Tetapi pada kenyataannya masih
banyak dijumpai perusahaan kontraktor yang kurang me mperhatikan keselamatan
kerja karyawan maupun pekerjanya (Gunawan, Nuswantoro, & Happy, 2012)

Industri konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko
kecelakaan kerja yang cukup tinggi, hal ini dikaitkan dengan karakteristik proyek
konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan
dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut
ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak
terlatih. Implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
lemah pada sektor ini telah menempatkan tenaga kerja pada risiko tinggi untuk
mengalami kecelakaan kerja. Untuk memperkecil risiko kecelakaan kerja ini,
sejak awal tahun 1980an pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan
suatu peraturan tentang keselamatan kerja khusus untuk sektor kons- truksi, yaitu
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980
(Gunawan et al., 2012).

Kecelakaan kerja sektor konstruksi masih menjadi masalah keselamatan kerja


baik di dunia maupun di Indonesia yang memerlukan perhatian dari berbagai
pihak. Menurut Khosravi dkk1, industri konstruksi menempati peringkat pertama
pekerjaan paling berbahaya di dunia. Dalam industri konstruksi, risiko kecelakaan
kerja fatal 5 kali lebih tinggi dan risiko cedera utama 2.5 kali lebih tinggi
daripada sektor manufaktur, sementara itu biaya yang harus dikeluarkan akibat
kecelakaan kerja sektor ini diperkirakan menghabiskan 10 miliar USD lebih per
tahun. Di Indonesia sendiri sektor konstruksi masih menempati urutan pertama

1
2

penyumbang tingginya angka kecelakaan kerja. Menurut Kesai sektor konstruksi


dan manufaktur menjadi penyumbang terbesar yakni sebesar 32%, sementara itu
sektor transportasi sembilan persen, kehutanan empat persen dan pertamba- ngan
dua persen dan sisanya oleh sektor lain (Gunawan et al., 2012).

Menurut Multiple Causation Theory yang diperkenalkan oleh Petersen,


penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokan menjadi dua golongan besar,
yaitu Unsafe act dan Unsafe Condition. Unsafe act adalah suatu tindakan
seseorang yang menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat
mengakibatkan bahaya bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun peralatan yang
ada di sekitarnya. Unsafe condition adalah kondisi lingkungan kerja yang tidak
aman dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja secara langsung maupun tidak
langsung. Secara spesifik, faktor yang dapat mempengaruhi kecelakaan kerja pada
sektor konstruksi adalah faktor organisasi yang terdiri dari kebutuhan pengguna
jasa, kondisi ekonomi, manajemen proyek, manajemen tenaga kerja, budaya
kesehatan dan keselamatan kerja serta manajemen risiko; faktor tenaga kerja yang
terdiri dari sikap dan motivasi, pengetahuan dan keterampilan, serta kesehatan dan
kelelahan kerja; faktor lokasi kerja yang terdiri dari lokasi yang berbahaya, jadual
kerja dan perawatan bangunan; faktor material dan perlengkapan kerja yang
terdiri dari desain dan spesifikasi material, persedian, perawatan dan ketersediaan
bahan dan alat kerja (Gunawan et al., 2012).

Di Indonesia, pekerja sektor konstruksi secara garis besar dibagi dua, yaitu
pekerja konstruksi formal artinya bekerja pada perusahaan konstruksi yang
mempunyai badan hukum dan pekerja konstruksi informal. Pekerjaan sektor
informal ini muncul atas dasar keterbatasan sektor formal dalam penyerapan
tenaga kerja. Badan pusat statistik menyebutkan sebagian besar (62,17%)
angkatan kerja di Indonesia bekerja di sektor informal. Walaupun telah berjasa
menyerap tenaga kerja yang tidak tertampung di sektor formal, kondisi tenaga
kerja sektor informal masih memprihatinkan karena masih belum banyak
tersentuh oleh program pemerintah. Sektor informal mempunyai karakteristik
mudah dimasuki, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri, skala
3

usahanya kecil, padat karya, keahliannya diperoleh bukan dari pendidikan formal
dan tidak terkena langsung regulasi. Sektor informal bersifat tidak terorganisasi
(unorganized), tidak teratur (unregulated) dan legal tetapi tidak terdaftar
(unregistered) namun memiliki peran besar di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia dalam menopang perekonomian dan pengurangan
pengangguran (Gunawan et al., 2012).

1.2 Tujuan

Tujuan dari magang ini adalah :

1. Agar mahasiswa dapat mengenali bagaiamana medan kerja yang ada di


proyek
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang cara pembuatan JSA, hal-hal
yang harus dipelajari di administrasi dan cara melakukan inspeksi alat
3. Agar pekerja dapat mengetahui tentang jenis-jenis penyakit akibat kerja
4. Agar mahasiswa dapat mempraktekkan ilmu yang mereka pelajari di
lapangan

1.3 Manfaat
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak, untuk perusahaan, perguruan tinggi, maupun bagi

mahasiswa sendiri. Manfaat yang diharapkan adalah :

1. Bagi perusahaan

a. Memperoleh data sesuai program kerja yang ditawarkan pada progrma

magang

b. Menjadi pelopor pengembangan SDM HSE yang siap kerja dengan

memberikan wadah yang baik bagi calon SDM

2. Bagi Mahasiswa
4

a. Untuk memberikan gambaran tentang konstruki yang sebenarnya.

b. Untuk mengetahui tentang tata cara pembuatan JSA dan cara

menerapkannya di lapangan

c. Untuk mengetahui tata cara melakukan inspeksi alat

d. Untuk memberikan pengetahuan kepada pekerja tentang macam-

macam penyakit akibat kerja

e. Magang ini bertujuan agar mahasiswa dapat mempraktekkan ilmu di

lapangan sesuai apa yang mereka pelajari


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja


2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kecelakaan
adalah mendapat celaka, bencana, kemalangan, kejadian (peristiwa) yang
menyebabkan orang celaka. Menurut Suma’mur , kecelakaan merupakan
kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena
dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan
disertai kerugian material, materi lain yang paling ringan sampai kepada
yang paling berat (Novianto, Sri, & Sugiyarto, 2016).
Menurut International Labour Office (ILO) (1989), kecelakaan
merupakan kejadian yang tidak terencana dan tidak terkontrol, yang
disebabkan oleh manusia, situasi atau faktor lingkungan, atau kombinasi
dari faktor-faktor tersebut yang mengganggu proses kerja yang dapat
(ataupun tidak) menimbulkan injury, kesakitan, kematian, kerusakan
properti, atau kejadian yang tidak diinginkan. Menurut Heinrich
mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak terencana dan
tidak terkontrol yang merupakan aksi atau reaksi dari suatu objek, substansi,
manusia, atau radiasi yang memungkinkan dapat menyebabkan injury
(Novianto, Sri, & Sugiyarto, 2016).
Setelah melihat definisi dari berbagai sumber, maka dapat
disimpulkan bahwa kecelakaan merupakan kejadian tidak terduga dan tidak
diinginkan yang disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor dan dapat
menimbulkan kerugian pada manusia berupa injury, kesakitan, kematian,
kerusakan properti, ataupun gangguan pada proses kerja. Namun, ada
beberapa hal penting yang perlu dipahami terkait dengan pendefinisian
kecelakaan (Novianto, Sri, & Sugiyarto, 2016).

5
6

Menurut UU RI No.3 Th. 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,


kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul akibat kerja, demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju ke
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar
dilalui (Novianto, Sri, & Sugiyarto, 2016).Termasuk sebagai kecelakaan
ialah :
1. Pada waktu kerja, yaitu
a. Kecelakaan yang terjadi pada jalan yang biasa dilalui dan menurut
pendapat umum adalah jalan terdekat dan wajar untuk dapat sampai
dengan cepat dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja atau
sebaliknya.
b. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sehari-hari baik dilokasi kerja maupun diluar tempat
kerja selama waktu kerja berlangsung.
c. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan pekerjaan atau
tugas diluar kota (diluar domisili perusahaan). Termasuk juga
kecelakaan yang terjadi selama perjalanan menuju tempat tugas dan
kembali dari luar kota (luar negeri).
d. Kecelakaan yang terjadi diluar jam kerja seperti pada waktu jam
istirahat kerja dan selama menjalankan tugas / perintah untuk
kepentingan pemberi kerja, juga pada waktu melakukan kerja
lembur.
2. Diluar waktu kerja, yaitu :
a. Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan
olahraga yang aada kaitannya pada waktu dengan perusahaan
pemberi kerja.
b. Kecelakaan kerja yang terjadi pada waktu mengikuti penelitian atas
dasar tugas dari perusahaan.
7

c. Kecelakaan yang terjadi di perkemahan kerja (base camp) baik


diluar jam kerja maupun pada waktu kerja, walaupun pekerja sedang
bebas dari setiap urusan pekerjaan.
2.1.2 Jenis-jenis Kecelakaan Kerja.
Bermacam-macam jenis kecelakaan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis, menurut Thomas :
a. Terbentur (struck by), kecelakaan ini terjadi pada saat sesorang yang
tidak diduga ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan
kimia. Contohnya : Terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda
asing material.
b. Membentur (struck againts), kecelakaan yang selalu timbul akibat
pekerja yang bergerak terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek
atau bahan-bahan kimia. Contohnya : terkena sudut atau bagian yang
tajam, menabrak pipa-pipa, dan sebagainya.
c. Terperangkap (caught in, on, between), contoh dari caught in adalah
kecelakaan yang terjadi bila kaki pekerja tersangkut diantara papan-
papan yang patah dilantai. Contoh dari caught on adalah kecelakaan
yang timbul bila baju dari pekerja terkena pagar kawat. Contoh dari
caught between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari
pekerja tersangkut dalam bagian mesin yang bergerak.
d. Jatuh dari ketinggian (fall from above), kecelakaan ini banyak terjadi,
yaitu jatuh dari ketinggian yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih
rendah. Contohnya jatuh dari tangga atau atap.
e. Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level), beberapa
kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir,
tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
f. Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain), kecelakaan ini
timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti
mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan
diluar batas kemampuan.
8

g. Terkena aliran listrik (electrical contact), luka yang ditimbulkan dari


kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan alat atau
perlengkapan yang mengandung listrik.
h. Terbakar (burn), kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh
mengalami kontak dengan percikan, bunga api, atau dengan zat kimia
yang panas.
Adapun klasifikasi kecelakaan kerja menurut ILO (International
Labour Organization) pada konferensi tahun 1952. ILO
mengklasifikasikan kecelakaan akibat kerja adalah :
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : terjatuh dari ketinggian, terjatuh
pada ketinggian yang sama, tertimpa benda jatuh, terpukul benda tidak
bergerak, terjepit di antara dua benda, tersengat arus listrik.
b. Klasifikasi menurut benda : Mesin, alat pengangkut dan sarana
angkutan, perlengkapan lainnya ( perkakas kerja, instalasi listrik, dan
lain-lain ), material bahan dan radiasi, hewan, lain-lain yang termasuk
klasifikasi di atas.
c. Klasifikasi menurut sifat luka : fraktur / retak, terkilir, gegar otak dan
luka di dalamnya, amputasi dan enuklerasi, luka-luka ringan, memar
dan remuk, terbakar, akibat arus listrik, lain-lain yang termasuk
klasifikasi tersebut.
d. Klasifikasi menurut letak luka : Kepala, leher, badan, tangan, tungkai
(Novianto, Sri, & Sugiyarto, 2016).
2.1.3 Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Thomas, Penyebab kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi 2
(dua) penyebab utama yaitu :
1. Penyebab Langsung (Immediate Causes) adalah perbuatan atau kondisi
yang secara langsung berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
Penyebab langsung dalam kasus kecelakaan kerja adalah kecelakaan
kerja akibat perbuatan tidak aman dari pekerja (unsafe act) dan
kecelakaan kerja akibat kondisi lapangan kerja yang buruk (unsafe
conditions). Unsafe Act atau perbuatan yang tidak aman adalah segala
9

kegiatan yang dilakukan seseorang yang mana akan meningkatkan risiko


atau kemungkinan orang tersebut mendapatkan kecelakaan. Contoh dari
unsafe act seperti : tidak memakai perlengkapan pelindung yang
tersedia, bahaya yang timbul akibat kesalahan penggunaan material,
kurang cakap dalam menggunakan peralatan, bahaya yang timbul akibat
suatu gerakan yang berbahaya seperti berlari, melompat, melempar, dan
bahaya yang timbul akibat senda gurau dengan pekerja lain. Unsafe
conditions atau keadaan yang tidak aman adalah sebuah kondisi dalam
linkungan kerja yang berpotensi meningkatkan risiko atau kemungkinan
terjadinya kecelakaan pada pekerja proyek. Sebagian besar penyebab
dari unsafe conditions adalah manajemen lapangan yang buruk. Contoh
dari unsafe conditions seperti : Perencanaan keselamatan kerja yang
tidak efektif, tidak tersedia perlengkapan keselamatan kerja, penataan
lapangan yang buruk, pengaturan peralatan, mesin, elektrikal yang
buruk, perlengkapan tenaga kerja yang tidak layak, dan kurang
memperhatikan penerangan, ventilasi, dan lain-lain (Novianto, Sri, &
Sugiyarto, 2016).
2. Penyebab Tidak Langsung Suatu kegiatan atau kondisi yang secara tidak
langsung dalam pelaksanaannya dapat berisiko menimbulkan
kecelakaan. Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan
kerja ialah faktor pekerjaan dan faktor pribadi. Yang termasuk dalam
faktor pekerjaan antara lain : pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja,
pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, pekerjaan tidak
sesuai dengan acuan kerja, pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada
upaya pengendalian di dalamnya, beban kerja yang tidak sesuai. Faktor
pekerja dapat ditinjau dari aspek
a. Mental pekerja, yang disebabkan tidak ada pelatihan dan
penghargaan keselamatan kerja, kurangnya koordinasi, kurang cakap
dalam berpikir, lambat bereaksi terhadap suatu bahaya, kurang
perhatian, emosi yang tidak stabil, mudah gugup, dan sebagainya.
10

b. Fisik pekerja, yang disebabkan kelelahan karena harus bekerja


lembur, pendengaran yang kurang baik, pandangan mata yang buruk,
kesehatan jantung, mempunyai tekanan darah tinggi, tidak
memenuhi klasifikasi untuk melakukan pekerjaan konstruksi
(Novianto, Sri, & Sugiyarto, 2016).

2.2 Kondisi Tidak Aman

2.2.1 Pengertian Kondisi tidak aman

Unsafe condition atau kondisi tidak aman adalah kondisi lingkungan


kerja yang tidak aman dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja secara
langsung maupun tidak langsung. (Gunawan et al., 2012).

Menurut Budiono, kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-


kondisi yang tidak standard) yaitu suatu tindakan yang akan menyebabkan
kecelakaan (Umamah, 2016).

Suma’mur menyatakan unsafe condition merupakan suatu kondisi


fisik ditempat kerja yang berbahaya memungkinkan secara langsung
timbulnya kecelakaan (Umamah, 2016).

2.2.2 Klasifikasi Kondisi Tidak Aman

Kondisi tidak aman dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan


kegiatan pekerja dilingkungan kerja seharusnya mematuhi aturan dari
Industrial Hygiene yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan
sehat. Apabila tempat kerja tidak mengikuti aturan kesehatan dan
keselamatan kerja yang telah ditentukan maka terjadilah kondisi tidak aman,
11

sebagai contoh lantai yang licin menyebabkan jatuhnya seseorang, selang air
yang melintang dijalan, dan lain sebagainya (Umamah, 2016).

Menurut HW Heinrich (1930) ada beberapa macam unsafe condition


seperti: lantai yang licin, tangga yang rusak dan patah, penerangan yang
kurang baik atau kebisingan yang melampaui batas aman yang
diperkenankan (Umamah, 2016).

Menurut Budiono, macam-macam unsafe condition ialah sebagai


berikut :

1. Peralatan (alat potong/gergaji kayu, pahat tatah, mesin plener,


hampelas, dll), pengaman/pelindung yang tidak memadai atau tidak
memenuhi syarat.
2. Bahan, alat-alat/peralatan rusak
3. Terlalu sesak/sempit
4. Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
5. Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
6. Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk
7. Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll
8. Bising
9. Paparan radiasi
10. Ventilasi dan penerangan yang kurang (Umamah, 2016).

2.3 Tindakan Tidak Aman

2.3.1 Pengertian Tindakan Tidak Aman

Unsafe act atau tindakan tidak aman adalah suatu tindakan seseorang
yang menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat
12

mengakibatkan bahaya bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun peralatan


yang ada di sekitarnya (Gunawan et al., 2012).

Menurut Kavianian (1990) perilaku berbahaya adalah kegagalan


(human failure) dalam mengikuti persyaratan dan prosedurprosedur kerja
yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ramsey
seperti yang dikutip McCormick (1992) mendefinisikan perilaku berbahaya
sebagai suatu kesalahan dalam tahap-tahap mempersepsi, mengenali,
memutuskan dan kemampuan menghindari bahaya (Umamah, 2016).

Lawton (1998) menyatakan bahwa perilaku berbahaya adalah


kesalahan-kesalahan (errors) dan pelanggaran-pelanggaran (violations)
dalam bekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Unsafe Action
merupakan perbuatan berbahaya dari manusia karena 80-85% kasus
kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Unsafe Action juga diartikan

sebagai tindakan - tindakan yang tidak aman dan berbahaya bagi para
pekerja (Umamah, 2016).

2.3.2 Jenis-Jenis Tindakan Tidak Aman


Penjabaran indikator kesalahan akibat kegagalan manusia yang
merupakan perilaku berbahaya oleh Kavianian (1990) dijabarkan sebagai
kesalahan-kesalahan berikut :

1. Tindakan tanpa kualifikasi dan otoritas. Di dalam pengoperasian peralatan


yang komplek dan di dalam situasi dimana instrument digunakan oleh
beberapa individu, penting disiapkan prosedur kerja secara tertulis dan
mendata pakaian pelindung diri yang dibutuhkan.
2. Kurang atau tidak menggunakan perlengkapan pelindung diri. Ada
banyak kesempatan pekerja tidak mempunyai atau menggunakan
peralatan pelindung diri untuk suatu performansi tugas tertentu.
13

3. Kegagalan dalam menyelamatkan peralatan.


4. Bekerja dengan kecepatan yang berbahaya. Pekerja yang ingin
mengakhiri pekerjaannya cepat sehingga menjalankan kendaraan dan
mesin dengan kecepatan yang berbahaya.
5. Kegagalan pada peringatan. Jika peralatan memiliki otomatis untuk hidup
dan mati, atau jika bergerak, tanda peringatan yang akurat harus
diberikan. Permukaan kerja yang membahayakan harus diberi tanda.
6. Menghindari atau memindahkan peralatan keselamatan kerja. Banyak
peralatan kerja yang disertai perlengkapan keselamatan seperti kunci,
sekering dan sebagainya. Seseorang cenderung memindah atau
menghindari perlengkapan semacam ini untuk tujuan kenyamanannya.
7. Menggunakan peralatan yang tidak layak. Peralatan sering menjadi rusak
karena lamanya pemakaian.
8. Menggunakan peralatan tertentu untuk tujuan lain yang menyimpang.
9. Bekerja di tempat yang berbahaya tanpa perlindungan dan peringatan
yang tepat.
10. Memperbaiki peralatan secara salah, misalnya pada peralatan listrik yang
hidup atau mesin yang bisa membahayakan keselamatan.
11. Bekerja dengan kasar. Aktivitas ini sangat membahayakan dan tidak
diijinkan oleh perusahaan baik pada saat maupun tidak sedang bekerja.
12. Menggunakan pakaian yang tidak aman ketika bekerja.
13. Mengambil posisi bekerja yang tidak selamat. Misalnya mengangkat
secara salah, meraih ketinggian yang membutuhkan pengurasan tenaga.
(Panjaitan & Sawlina, 2017)
BAB III
HASIL
3.1 Gedung Utama
3.1.1 Lantai 1 dan Ram

Minggu 1 (18-23 November 2019)


KONDISI TIDAK AMAN
Gambar Deskripsi

1. Pekerja PSM yang


melakukan pengeboran
are Ram tanpa
menggunakan sarung
tangan, tindakan seperti
ini jika dilakukan terus
menerus dapat terjadi
tremor pada pekerja
tersebut akibat dari
getaran alat yang
digunakan.
2. Pemotangan granit
sebagai struktur yang
akan dipasang di
scaffholding, pekerja
tidak menggunakan
kacamata las dan
pelindung wajah saat
melakukan pemotogan,
hal ini ditakuktkan bunga
api dari percikan bar
cutter dapat mengenai
wajah maupun mata
pekerja.
3. Pada pekerja TKU
penggunaan bar cutter
tidak mengguanakan
sarung tangan, hal ini
ditakutkan tangan terkena
percikan bunga api las
bahkan tangan terpotong.

14
15

KONDISI TIDAK AMAN


Gambar Deskripsi

1, 2, dan 3 terletak diarea khasanah.


Tumpukan material yang terhambur
dapat mengganggu proses pekerjaan.
Hal ini terjadi karena ketidak
sadaran dari pekerja untuk
membersihkan sampah hasil
kerjanya setelah pekerjaannya
selesai. Kondisi seperti ini dapat di
khawatirkan pekerja dapat
terjatuh/tersandung saat bekerja
bahkan terluka akibat dari material
tersebut. Pengendalian yang
dilakukan yaitu melakukan
homeskping yang dibantu oleh tim
5R dan teguran dan bantuan dari
pekerja di area tersebut.

Gambar 4 dan 5 terdapat stek besi


sebanyak 6 di area Ram (tempat
pemasangan granit). Hal ini
dikhawatirkan pekerja tersandung
dan terturusuk pada bagian kaki saat
berjalan. Pengendalian yang
dilakukan yaitu dengan menutupi
stek besi dengan botol plastik/pipa,
hal ini dapat menjadi pusat perhatian
pekerja agar memperhatikan
langkahnya untuk menghindari
cedera. Pengendalian lain yang
dilakukan yaitu pemotongan pada
stek besi tersebut.

Gambar 6. Kabel berserakan dari


area panel listrik sampai di area-area
tempat pekerja. Hal ini dapat
mengaganggu pekerja saat berjalan
kaki, misalnya seperti tersandung
saat berjalan dan hal terburuknya
jika ada kabel yang sudah tidak
memiliki kulit luar dan terkena air,
akan mengakibatkan bahaya bagi
16

pekerja itu sendiri. Pengendalian


yang dilakukan yaitu mengingatkan
pekerja untuk menggulung kabel
yang telah digunakan pada besi-besi
yang telah disediakan untuk
menyimpan kabel. Jika sementara
bekerja sebaiknya kabel di
singkarkan di tempat yang tidak
menghalangi jalan.

Minggu ke-2 (25-30 November 2019)


KONDISI TIDAK AMAN
Gambar Deskripsi

Pada gambar 1, masih dengan


masalah yang sama yaitu kabel
berserakan di area panel listrik. Dan
pengendalian yang dilakukan masih
samadengan sebelumnya
17

Begitu pula mengenai material


tertumpuk. (gambar 2 dan 3)
Pengendalian yang dilakukan masih
sama dengan sebelumnya.

Minggu ke-3 (2-7 Desember 2019)


KONDISI TIDAK AMAN
Gambar Deskripsi
18

Gambar 1, 2 dan 3 masih masalah


yang sama tentang kondisi tidakaman
diarea khasanah di mana pada area ini
pekerja mandor Joko (pemasangan
keramik), akibat dari kondisi ini
pekerja dapat terluka akibat
terjatuh/tersandung.
Penanggunalangan masih sama
dengan yang sebelumnya.

Gambar 4. Masih masalah kabel


berantakan dan untuk
pengendaliannya masih hal yang
sama dengan sebelumnya.

Gambar 5. Masalah titik


pengumpulan sampah yang
ketinggian lantainyaa kurang lebih 1
meter dan tidak ada penghalangnya.
Hal yang dapat kami lakukan yaitu
memasangkan safety line. Gambar 6.
19

Sebelum
20

Sesudah

TINDAKAN TIDAK AMAN

Pengelasan tanpa menggunakan


sarung tangan.
21

Minggu Terakhir (9-14 dan 16-18 Desember 2019)


KONDISI TIDAK AMAN
Gambar Deskripsi

Sebelum

Gambar 1 dan 3 (tumpukan


material sisa)
Gambar 2 dan 4 (house keeping di
bantu 5R)

Sesudah

Sebelum
22

Sesudah

Kabel yang tergantung, hal ini


dapat menyebabkan pekerja
terjatuh atau tersandung.

Masalah masih sama yaitu kabel


berserakan dan pengendaliannya
masih seperti sebelumnya.
23

Masih masalah yang sama stek


besi dan dengan pengendalian
yang sama.
24

TINDAKAN TIDAK AMAN


Gambar Deskripsi

Pemotongan besi untuk kipas angin


ducting, tidak menggunakan sarung
tangan, hal ini dapat menyebabkan
tangan terluka/teriris besi.
Penanggulangan yang bisa di terapkan
yaitu menggunakan sarung tangan dan
bekerja hati-hati.

Tambahan
25

Pemasangan Poster
26

Perbaikan Area Merokok

Sesudah

Sebelum
27

3.1.2 Lantai 2

Temuan Minggu I

a. Kondisi tidak Aman

Gambar Deskripsi

Stek Besi. Pengendalian Pertama


menutupi ujung besi dengan botol
plastic selanjutnya dilaporkan ke
HSE

Stek besi. Pengendaliannya


dilaporkan ke HSE
28

Bahaya Housekeeping. Pengendalian


pertama melapor ke 5R

Tidak ada railing

Stek besi di Area RAM.


Pengendalian pertama melapor ke
HSE
29

b. Tindakan Tidak Aman

Tidak Menggunakan APD.


Pengendalian pertama Menegur &
Melaporkan ke HSE
30

Temuan Minggu II

a. Kondisi tidak Aman

Tidak ada railling

CLOSE

Housekeeping & Mini frame.


Pengendalian sementara
melaporkan ke 5R
31

Tidak ada railling

CLOSE

Roda scaffolding rusak


32

Kabel berserahkan. Pengedalian


pertama merapikan & Melaporkan
ke HSE

CLOSE

Sisa material berhamburan yang


menghalang scaffolding.
Pengendalian pertama menegur
pekerja kramik dan melaporkan
ke 5R
33

Housekeeping. Pengedalian
melaporkan ke 5R

Housekeeping. Pengendalian
melaporkan ke 5R
34

Temuan Minggu III

a. Kondisi tidak Aman

Kabel Berserahkan. Pengendalia


pertama minta tolong untuk di
buatkan jalur kaberl & malapor
ke HSE.

Housekeeping. Pengendalian
melapor 5R
35

Lantai licin

1. Lubang
36

2. ClOSE

Sisa Material. Pengendalian


melaporkan ke 5R
37

b. Tindakan Tidak Aman

2 pekerja tidak menggunakan APD.


Pengendalian melapor HSE
38

Temuan Minggu IV

a. Kondisi tidak Aman

Tidak ada Safety line

Lupa mematikan lampu

Railling Rusak
39

Kabel berserahkan. Pengendalian


Melapor HSE

Jalur Kabel dari lantai 4 sampai


lantai 2 ke masukan air.
Pengendalian melapor HSE

Pengendalian Ditutukan plastic lalu


di timbun.
40

b. Tindakan Tidak Aman

Hock Tidak di cantolkan

Tidak Menggunakan APD diarea Kerja.


41

3.1.3 Lantai 3

Temuan Minggu I

a. Kondisi tidak Aman

Gambar Deskripsi

1. Terdapat stek besi di area


menuju balkon depan,
dikhawatirkan pekerja
tersan-dung dan tertusuk
pada bagian kaki, serta
terjatuh kesamping.
2. Pengendalian dilakukan
dengan menutupi besi
dengan gelas bekas
minuman.

1. Sisa material yang


menghalangi jalan.
2. Pengendalianya
dilakukan dengan
memindahkan kepinggir.
42

1. Safety line belum


terpasang.
2. Pengendalian dengan
pemasangan safety line

1. Paku tertancap dipapan


dan menghadap ke atas.
2. Pengendalian dengan
cara dibalikkan
kebawah.

1. Paku berserakan
2. Pengendalian dilaporkan
ke 5R
43

1. Safety line belum


terpasang.
2. Pengendalian dengan
pemasangan safety line

1. Wc portable Penuh,
baunya sangatb
menganggu.
2. Pengendalian dilaporkan
ke 5R dan diangkut.

b. Tindakan tidak Aman

1. Tidak menggunakan
APD berupa sarung
tangan.
2. Pengendalian dengan
cara memberi teguran
kepada pekerja tersebut.
44

Temuan Minggu II

a. Kondisi tidak Aman

1. Safety line belum


terpasang.
2. Pengendalian dengan
pemasangan safety line

1. Housekeeping
2. Pelaporan ke 5R dan
diangkut.
45

1. Hosekiping
2. Pelaporan ke 5R dan
diangkut

Temuan Minggu III

a. Kondisi tidak Aman

1. Kabel terlilit dan


berhamburan
2. Meyampaikan kepada
pekerja agar merapihkan
kembali.

1. Hosekiping
2. Pelaporan ke 5R dan diangkut.
46
47

1. Tidak ada rambu hati2 ada


lobang.
2. Pengendalian dengan cara
pemasangan rambu.

1. Kabel terkena Genangan


air.
2. Dilakukan pemindahan ke
pinggir.
48

1. Terdapat stek besi di area


menuju balkon depan,
dikhawatirkan pekerja
tersan-dung dan tertusuk
pada bagian kaki, serta
terjatuh kesamping.
2. Pengendalian dilakukan
dengan menutupi besi
dengan gelas bekas
minuman.

1. Scaffolding ditanggga
menghalangi jalan.
2. Memberitahukan
kepada pekerja agar
memindahkan jika
sudah tidak diapakai.

Temuan Minggu IV

a. Kondisi tidak Aman

1. Hosekiping
2. Pelaporan ke 5R dan
diangkut.
49

1. Terdapat stek besi,


dikhawatirkan pekerja
tersan-dung dan tertusuk
pada bagian kaki, serta
terjatuh kesamping.
2. Pengendalian dilakukan
dengan menutupi besi
dengan gelas bekas
minuman.

1. Hois tidak layak pakai


2. Pemotongan tali agar
tidak dipakai lagi dan
pemberitahuan ke
pekrjanya.
50

Scaffolding tidak ada jackbase

1. Kabel terlilit dan


berhamburan
2. Meyampaikan kepada
pekerja agar merapihkan
kembali.
51

1. Sambungan Kabel panel


basah,air jatuh dari atas
lantai 4.
2. Dilakukan pelaporan ke
mekanik

b. Tindakan tidak Aman

1. Menggunkan hebel
sebagai tempat
berinjak
2. Dilakukan peneguran

1. Tidak memakai
kacamata dan sarung
tangan saat
memotong baja.
2. Dilakukan peneguran
dan peringatan.
52

1. Merokok sambil
bekerja dan tidak
memakai sarung
tanagan.
2. Dilakukan peneguran
dan peringatan.

3.1.4 Lantai 4

Temuan Minggu I

a. Kondisi tidak Aman

Gambar Deskripsi
53

Railing pada tangga menuju lantai 4


kondisi rusak
Pengendalian : Melapor ke HSE agar
safety man membantu untuk
memperbaiki

Besi berada diatas berpotensi terkena


mata dan anggota tubuh lain
Pengendalian : Melapor ke HSE lalu
besinya dipindahkan ke area yang
aman oleh pekerja
54

close

Bahaya paku yang menghadap


keatas, bila terkena berisiko kaki
luka
55

close

Tidakada safety line di area pinggrir

Close
56

Tumpukan sisa material

Pengendalian: Melapor ke team 5R

Temuan Minggu II
Kondisi tidak Aman

Adanya stek besi

CLOSE
57

Housekeeping

Pengendalian sementara
melaporkan ke 5R

Bahaya paku menghadap keatas

CLOSE

Kabel menghalangi jalan


58

close

Pemasangan rambu laranagan


buang sampah kebawah

Rambu area pengelasan kondisi


kurang baik
59

Temuan Minggu III

Kondisi tidak Aman

Kabel Berserahkan.
Pengendalian : pertama minta
tolong untuk di buatkan jalur
kabel & malapor ke HSE.

Scafholding terbengkalai,
potensi scafholding terjatuh

Stek besi
60

close

Sisa Material. Pengendalian


melaporkan ke 5R

Temuan Minggu IV

Kondisi tidak Aman

Kabel rol terndam air


61

close

Kabel berahmburan

Lampu terkena air


62

Diamankan ke area yang tidak ada


air
63

3.2 Gedung Utilitas


Temuan Minggu Ke-1

Gambar Deskripsi
KONDISI TIDAK AMAN

1. Terdapat tumpukan bekas


material, dan alat yang
digunakan

2. Tumpukan sampah material


yang berhamburan di sepanjang
depan gedung utilitas.

3. Kabel-kabel yang berhamburan


di dalam gedung utilitas.
64

4. Terdapat material yang


berhamburan di salah satu
ruangan yang ada di gedung
utilitas.

Temuan minggu ke-2

Gambar Deskripsi

1. Kabel dan paku berserakan

2. Tabung oksigen yang dibiarkan


terlentang.
65

3. Sampah bekas material (semen


dan sisa bekisting) berhamburan
di depan egedung utilitas.

4. Rambu peringatan untuk Hois


tidak ada

5. Sambungan kabel terendam air.

6. Material berhamburan

Temuan Minggu ke-3

Gambar Deskripsi
66

1. Material berhamburan

2. Stek besi yang mencuat di


permukaan

3. Paku yang berhamburan

4. Stek besi yang melintang di


dekat lubang samping gedung
utilitas

Temuan Minggu ke-4

Gambar Deskripsi
67

1. Pemasangan mini frame sebagai


pijakan di tempat yang miring
dan hanya di iikat oleh tali.

2. Sampah bekas pembersihan di


samping gedung utilitas

3. Paku yang mencuat disamping


gedung utilitas

4. Kabel berhamburan
68

5. Scaffolding tidak memiliki jack


base

TINDAKAN TIDAK AMAN


Gambar Desrkripsi
Minggu Ke-1

Tidak memakai baju

Minggu ke-2

Tidak memakai helm

Minggu ke-3

1. Tidak memakai helm


69

Minggu ke-4

Tidak memakai masker saat melakukan


masker saat proses pembuatan jalur
kabel

Tangga yang berdiri di atas papan


tripleks

Tidak memakai helm

Tidak memakai baju saat bekerja

3.3 Gedung Penunjang


Temuan Minggu I
70

a. Kondisi tidak Aman

Gambar Deskripsi

1. Terdapat jajaran stek besi di


area pintu masuk gedung
penunjang, dikhawatirkan
pekerja tersan-dung dan
tertusuk pada bagian kaki.
2. Pengendalian dilakukan
dengan menutupi besi dengan
batang kayu berat dengan
ukuran yang sejajar dengan
risiko sehingga dapat
menjadi pusat perhatian dan
agar lebih diperhatikan
menghindari cedera.

Tidak ada jackbase di salah satu


kaki scaffolding (melayang)
71

Bahaya paku menganga

Tidak ada railing

Sampah pribadi dibuang


sembarangan
72

Kabel masih berantakan dan


listrik lampu masih aktif

Kabel Berantakan

Sudah digulung (close)


73

Sudah dirapikan (close)

Listrik masih menyala

Trafo tegangan tinggi kurang


diperhatikan, kabel tegangan
tinggi tergeletak di area
pembuatan septic tank
74

Housekeeping pecahan keramik

Housekeeping dan rambu rusak

Listrik belum dimatikan


75

TUmpukan material depan


gedung penunjang

1. Lampu (listrik) masih on,


kabel berantakan

2. Sudah di atasi (close)


76

b. Tindakan tidak Aman

Tidak menggunakan APD


lengkap diarea kerja
pengangkutan atap.

Temuan Minggu II

a. Kondisi tidak Aman

Scaffolding berantakan di area


aktifitas alat berat.

Housekeeping
77

TIdak dilengkapi crossbase,


kurang kokoh

Stek besi besi di area balkon,


dikhawatirkan pekerja
tersandung dan terjatuh dari
ketinggian.

Tumpukan material kurang


diperhatikan
78

Frame tidak terurus dibiarkan


melayang

Jackbase tidak aman

Bahaya kejatuhan material


79

Tumpukan material kurang di


perhatikan

Sampah menumpuk di area


depan gedung penunjang

Material bertumpuk dan ada


paku menghadap ke atas

Temuan Minggu III

a. Kondisi tidak Aman


80

Railing rusak, sudah diperbaiki


(close)

1. Pembatas area dirusak, area


steril dikotori.

2. Area sudah diperbaiki


(close).
81

Housekeeping balkon buruk

Sampah area steril masih ada


(sampah pribadi)
82

Sampah area steril masih ada


(sampah pribadi)

Sampah keramik bertumpuk,


bahaya tertusuk dan tergores

Temuan Minggu IV

a. Kondisi tidak Aman

Smapah sisa pengerjaan wastafel


tidak dibereskan
83

1. Safetyline lepas

2. Sudah diperbaiki (close)

Tumpukan sampah depan


gedung penunjang

Sampah pribadi dibiarkan tanpa


dibuang
84

Rambu dirusak, dipatahkan

Frame scaffolding berantakan


diarea belakang gedung
penunjang, menghambat jalan
akses dibelakang
85

Housekeeping masih kurang ,


sisa pembuatan wastafel
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulannya adalah :

1. kecelakaan merupakan kejadian yang tidak terencana dan tidak terkontrol,


yang disebabkan oleh manusia, situasi atau faktor lingkungan, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang mengganggu proses kerja yang
dapat (ataupun tidak) menimbulkan injury, kesakitan, kematian, kerusakan
properti, atau kejadian yang tidak diinginkan.
2. Unsafe condition atau kondisi tidak aman adalah kondisi lingkungan kerja
yang tidak aman dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja secara langsung
maupun tidak langsung
3. Unsafe act atau tindakan tidak aman adalah suatu tindakan seseorang yang
menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan dan dapat mengakibatkan
bahaya bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun peralatan yang ada di
sekitarnya

4.2 Saran

Adapun saran yang bisa kami berikan unntuk Proyek Pembagunan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia adalah :

1. Bagi HSE
Perlunya perhatian terhadap pemeliharaan aset dan koordinasi terhadap
segala lini melalui pngecekan yang rutin agar aset perusahaan bisa
dihindarkan dari kerusakan.
2. Bagi mahasiswa

86
87

Lebih meningkatkan kemauan untuk menelisik lebih lanjut mengenai adanya


potensi yang mungkin saja terdapat pada lingkup proyek untuk lebih
dimaksimalkan dalam membuat inovasi kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Pekerja
- Kecelakaan kerja dapat di cegah apabila pekerja memiliki kesadaran yang
tinggi akan keselamatannya, oleh karena itu sebaiknya para pekerja lebih
memperhatikan lagi kondisi di lingkungan kerja dan tindakan tidak aman
yang kemungkinan dapat menyebabkan kecelakaan.
- Memperhatikan rambu yang telah dipasang dan membuang sampah pada
tempatnya.
- Tim 5R disarankan melakukan pengecekan tong sampah di segala area
sebelum di mulainya TBT/TBM, hal ini di lakukan apabila ada tong
sampah yang penuh segera di buang dan bila ada tempat sampah yang
kurang segera di koordinasikan kepada tim K3, serta buuat jadwal harian
untuk tiap-tiap areanya.
88

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, E. A., Nuswantoro, W., & Happy, V. (2012). EVALUASI PERILAKU


TIDAK AMAN DAN KONDISI TIDAK AMAN PADA. Jurnal Rekayasa
Rancang Bangunan, 13(1), 17–22.

Novianto, A. E., Sri, F. H., & Sugiyarto. (2016). Analisis Pengaruh Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Pekerja Konstruksi Pada
Proyek Pembangunan Fly Over Palur. E-Jurnal Matriks Teknik Sipil, (April
2011), 1094–1102.

Ramdan, I., & Handoko, H. N. (2016). Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Konstruksi
Informal Di Kelurahan “X” Kota Samarinda. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia Universitas Hasanuddin, 12(1), 1–6.

Umamah, F. nurul. 2016. Analisis Unsafe Action dan Unsafe Condition dengan
kecelakaan kerja pada pekerja di PT. Jatindo Ukir Jepara tahun 2016.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universiyas Dian Niswantoro. Semarang

Anda mungkin juga menyukai