Anda di halaman 1dari 6

Nama : Salsa Bella Adinda Putri

NPM : 2210290535
Kelas : SM 1

Resume Materi

BAB 8 (Pancasila sebagai Sistem Etika)


● Konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem etika
Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran
filosofis mengenai segala sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku
manusia.

Etika Pancasila
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang djabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup. Namun,
diperlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral yang hidup tersebut
agar tidak terjebak ke dalam pandangan yang bersifat mitos.
● Pancasila sebagai sistem etika dalam konteks historis
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih terbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai moral Pancasila
belum ditegaskan kedalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan
hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal nilai-nilai
kemandirian bangsa yang oleh Presisen Soekarno disebut dengan istilah berdikari
(berdiri di atas kaki sendiri).
Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui
penataran P-4 diinstitusionalkandalam wadah BP-7. Pada era reformasi, Pancasila
sebagai sistem etika tenggelam dalam hiruk-pikuk perebutan kekuasaan yang menjurus
kepada pelanggaran etika politik. Salah satu bentuk pelanggaran etika politik adalah
abuse of power, baik oleh penyelenggara negara di legislatif, eksekutif, maupun
yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah yang menciptakan korupsi
diberbagai kalangan penyelenggara negara.
● Pancasila sebagai sistem etika dalam konteks sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya orang Minangkabau dalam
hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh mufakat”.
Masih banyak lagi Mutiara kearifan local yang berterbaran dibumi Indonesia ini sehingga
memerlukan penelitian yang mendalam.
● Pancasila sebagai sistem etika dalam konteks politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar
(Grundnorm) sebagai sumber penyusunan sebagai peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu norma yang berbentuk
piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuasaannya dari suatu norma yang
lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya,
semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan juga dengan
praktik institusi social, hukum, komunitas, stuktur-sruktur social, politik, ekonomi. Etika
politik mempunyai 3 dimensi yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik ekonomi. Dimensi
tujuan terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan hidup damai
yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan. Dimensi sarana memungkinkan
pencapaian yang meliputi sistem prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik
penyelenggaraan negara dan yang mendasari institusi-institusi sosial. Dimensi aksi
politik berkaitan dengan perilaku pemegang peran sebagai pihak yang menentukan
rasionalitas politik. Rasional politik terdiri atas rasionalitas tindakan dan keutamaan.
Tindakan politik dinamakan rasional bila berlaku mempunyai orientasi situasi dan paham
permasalahan.
● Dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem etika
Dinamika Pancasila sebagai sistem etika akan mengalami ancaman diantaranya:
1) berubahnya tatanan kehidupan sosial dan budaya masyarakat, 2) lunturnya wibawa
pemerintahan, 3) munculnya konsep ekonomi liberal dan kapitalisme, 4) penegakan
hukum yang tidak menjungjung tinggi nilai-nilai keadilan, dan 5) pamanfaatan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk hal-hal negative.
Alasan yang kokohmengenai Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika yaitu
pertama, pada zaman Orde Lama, pemilu dilaksanakan dengan semangat demokrasi yang
diikuti banyak partai politik, namunpemilu itu dimenangkan oleh empat partai politik,
yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Nahdhatul Ulama (PNU), Partai Komunis
Indonesia (PKI), dan Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI).
Selanjutnya, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila disimpan pada bentuk
penataran P-4. Pada saat zaman ini lah muncul konsep humanisme yaitu manusia
Indonesia seutuhnya untuk menjadigambaran manusia yang berkarakterbenar dan akhlak
yang terpujiserasi dengan nilai sila Pancasila. Maka warga negara seutuhnya pada
pandangan Orde Baru, adalah masyarakat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa, yang secara karakter monodualistik, yaitu makhluk rohani sekaligus makhluk
jasmani, dan makhluk perseorangandan bersosialisasi.

BAB 9 (Paradigma Kebangsaan dalam konteks Pancasila)


● Definisi Kebangsaan
Kebangsaan adalah hubungan hukum antara orang dan negara. Kebangsaan memberi
yurisdiksi negara atas orang dan memberi orang perlindungan dari negara. Yang menjadi
hak-hak dan kewajiban merupakan hal yang beragam dari suatu negara dengan negara
lainnya.
● Corak dan Karakteristik Kebangsaan
1. Memiliki rasa kebersamaan atau self belonging dalam sebuah kelompok dan rasa
persatuan yang terjadi di dalam sebuah negara.
2. Memiliki sikap nasionalis yang berarti bahwa setiap anggota kelompok di dalamnya
memiliki sikap kebangsaan.
3. Memiliki identitas khusus yang dapat berupa sebuah agama, budaya, ras, suku, serta
bahasa. Hal ini digunakan untuk membedakan antara bangsa yang satu dengan yang
lainnya.
4. Setiap anggota masyarakat didalamnya memiliki rasa keinginan yang sama untuk
membentuk sebuah pemerintahan serta ruang lingkupnya sendiri dalam sebuah
lingkungan.
5. Sebuah bangsa memiliki sebuah wilayah yang dapat digunakan untuk tempat
perkumpulan tiap anggota masyarakatnya.
6. Sebuah bangsa yang baik harus memiliki lembaga pemerintahan di dalamnya.
7. Setiap anggota masyarakat memiliki rasa satu nasib serta sepenanggungan agar dapat
terbentuknya persatuan serta bangsa yang mandiri.
8. Sebuah bangsa yang baik harus membentuk sistem pemerintahan serta hukum yang
dapat digunakan untuk mengatur anggota masyarakat yang berada di dalamnya.

BAB 10 (Isu Sentral Paradigma Kebangsaan di Indonesia)


● Isu Terorisme
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2018, terorisme adalah: “perbuatan yang
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau
rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau
menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan
hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau
gangguan keamanan.”
● Isu Radikalisme
Apabila meruntut pada istilah, kemunculah radikalisme adalah hasil dari
pengembangan suku kata radikal. Adapun kata radikal berasal dari bahasa Latin, radix
atau radici. Radix dalam bahasa Latin berarti 'akar'. Istilah radikal mengacu pada hal-hal
mendasar, prinsip-prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala.
Konsep radikalisme juga berkembang dalam ranah sosial dan politik. Dalam ranah
ini radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, pergantian,
dan penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke akarnya.
Dalam kamus Cambridge Dictionary, radikalisme adalah suatu kepercayaan atau
bentuk ekspresi dari keyakinan bahwa harus ada perubahan sosial atau politik yang besar
atau secara ekstrem. Oxford Dictionary juga memahami ‘radikal’ sebagai orang yang
mendukung suatu perubahan politik atau perubahan sosial secara menyeluruh.
Kamus Merriam Webster memberikan pengertian lain, radikalisme adalah
bentuk opini atau perilaku orang yang menyukai perubahan ekstrem, khususnya
dalam pemerintahan atau politik.
Istilah radikalisme semakin memiliki cakupan yang luas saat masuk ke dalam
Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), radikalisme terbagi
menjadi tiga makna yang berbeda. Makna yang pertama, radikalisme adalah paham atau
aliran yang radikal dalam politik. Kedua, radikalisme adalah paham atau aliran yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan
atau drastis, dan ketiga, radikalisme adalah sikap ekstrem dalam aliran politik.
Kemunculan radikalisme juga dipercaya akibat adanya doktrin politik yang dianut
oleh gerakan sosial-politik yang mendukung kebebasan individu dan kolektif, dan
emansipasi dari kekuasaan rezim otoriter dan masyarakat yang terstruktur secara
hierarkis.
● Penyelesaian Kasus-Kasus Dalam Konteks Pancasila
Pengambilan keputusan bersama yang sesuai dengan sila pancasila adalah dengan
musyawarah. Dengan begitu, keputusan bisa mencapai mufakat dengan diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
Musyawarah merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam menyelesaikan masalah
bersama. Dikutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Kelas V
oleh Dyah Sriwilujeng, bangsa Indonesia menjunjung tinggi persamaan derajat manusia.
Oleh karenanya, pendapat setiap orang perlu dihargai.
Musyawarah dilakukan dengan saling bertukar pendapat terhadap suatu topik
permasalahan. Dalam musyawarah, akan muncul berbagai pendapat dari para peserta di
dalamnya. Masing-masing orang mengemukakan pendapatnya dan mendengarkan
pendapat orang lain.
Tukar pendapat dalam musyawarah senantiasa dilakukan dengan semangat
kekeluargaan, yakni dengan memperhatikan tata kesopanan saat musyawarah. Setelah
saling bertukar pendapat, baru dicapai lah satu keputusan. Keputusan dalam musyawarah
bukan berdasar atas suara terbanyak atau paksaan dari pihak tertentu, melainkan karena
mufakat.
Mufakat adalah disetujuinya suatu pendapat oleh semua pihak dalam musyawarah
tanpa suatu paksaan. Mufakat harus memperhatikan kepentingan bersama. Dalam hal ini,
mufakat harus sesuai dengan moral keagamaan dan nilai keadilan. Hasil musyawarah
akan menjadi kesepakatan bersama jika peserta di dalamnya bersedia dan mematuhi
mufakat yang telah dicapai

BAB 11 (Kepekaan Sosial, Kepedulian Lingkungan dan Cinta Tanah Air)


● Makna Kepekaan Sosial dan Kepedulian Lingkungan
➔ Kepekaan sosial (social sensitivity) secara sederhana dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau
situasi sosial tertentu yang ada di sekitarnya (Tondok, 2012: 6).
➔ Peduli terhadap lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang berupaya untuk
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan juga berupaya untuk
memperbaiki kerusakan- kerusakan alam yang sudah terjadi.
● Hubungan Kepekaan Sosial dengan kegotongroyongan dalam Konteks Pancasila
Gotong royong dan memiliki sikap persatuan salah satu sebagian contoh kehidupan
yang memiliki nilai-nilai luhur dari sila ke tiga Pancasila yang akan membawa arah
persatuan. Karena Gotong royong inilah yang merupakan tali pemerkuat bangsa
Indonesia

● Tujuan Kepedulian Lingkungan dalam Hubungan Pancasila


Sikap kepedulian terhadap lingkungan termasuk ke dalam nilai pancasila ke 2
yaitu “kemanusiaan yang adil dan beradab” dan tujuannya sendiri adalah mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan juga berupaya untuk memperbaiki
kerusakan- kerusakan alam yang sudah terjadi.

BAB 12 (Cinta Tanah Air)


● Makna Cinta Tanah Air
Makna cinta tanah air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati sanubari
seorang warga negara, untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah airnya
dari segala ancaman dan gangguan.
● Ciri dan Karakteristik Cinta Tanah Air
Cinta tanah air tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga, serta
melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negaranya,
mencintai adat ataupun budaya yang ada di dalam negaranya dengan cara
melestarikannya.
● Perwujudan Cinta Tanah Air dalam Konteks Nilai-nilai Pancasila
1. Mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan kemerdekaan kita serta menghargai
jasa para pahlawan. →→→ sila ke 1
2. Menghormati upacara bendera sebagai perwujudan rasa cinta Tanah Air dan bangsa
Indonesia. →→→ sila ke 3
3. Menghormati simbol-simbol negara seperti lambang burung garuda, Bendera Merah
Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan lain sebagainya. →→→ sila ke 3
4. Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri agar pengusaha lokal bisa maju
sejajar dengan pengusaha asing.→→→ sila ke 3
5. Turut serta dalam upaya pembelaan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dan negara
Indonesia dengan segenap tumpah darah secara tulus dan ikhlas. →→→ sila ke 3

BAB 13 (Nilai-nilai Falsafah Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa,


dan Bernegara)
● Pengertian Kedudukan dan Tujuan Falsafah Pancasila
Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat karena Pancasila mengandung
pemikiran pendiri negara yang dituangkan dalam suatu sistem yang merupakan cerminan
dari nilai-nilai Pancasila yang saling berhubungan dan digunakan sebagai pedoman
ataupun pandangan hidup bangsa dalam berbangsa dan bernegara.
Tujuan Filsafat Pancasila: 1) Untuk menciptakan bangsa yang religius dan patuh
kepada Allah yang Maha kuasa, 2. Menjadi bangsa yang menjaga keadilan baik secara
sosial maupun ekonomi, dll.
● Peranan dan Pentingnya Falsafah Pancasila dalam Konteks Bernegara
Filsafat Pancasila berfungsi sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan atau
penyelenggaraan negara. Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia,
baik rakyat, pemerintah, wilayah maupun aspek negara lainnya, harus didasarkan pada
Pancasila.

BAB 14 (Nilai-nilai Falsafah Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa


dan Bernegara)
● Perwujudan Nilai-Nilai Falsafah Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat
Mengadakan berbagai kegiatan untuk tujuan membantu orang yang kesulitan,
bersikap adil dalam berbagai aktivitas kehidupan bermasyarakat, menghargai karya
orang lain, dan melakukan kegiatan gotong royong bersama masyarakat sekitar
● Perwujudan Nilai-Nilai Falsafah Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa
Percaya serta Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama serta
kepercayaan masing-masing, hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk
agama dan para penganut kepercayaan, walau berbeda-beda, dan Saling menghormati
kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai agama serta kepercayaan masing-masing.
● Perwujudan Nilai-Nilai Falsafah Pancasila dalam Kehidupan Bernegara
Menghargai apapun hasil dari musyawarah, ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres,
dan pilkada, memberikan kepercayaan kepada wakil wakil rakyat yang telah terpilih dan
yang menjadi wakil rakyat juga harus mampu membawa aspirasi rakyat.

Surabaya, 15 Januari 2023

(Salsa Bella Adinda Putri)

Anda mungkin juga menyukai