Anda di halaman 1dari 8

“PENGELOLA PARIWISATA PENGLIPURAN DALAM

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI DESA WISATA PENGLIPURAN,


BANGLI”

Oleh :
Ni Wayan Sri Wahyuni (202222121023)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITA WARMADEWA
DENPASAR
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bali dengan potensi budayanya telah menjadi tempat pengembangan pariwisata. Menurut
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pariwisata Budaya disebutkan bahwa
pengembangan pariwisata budaya Bali bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, keindahan alam pulau Bali banyak diceritakan melalui
tempat wisata berbasis alam di Bali, dan biasanya objek wisata berbasis alam ini dibarengi dengan
keunikan budaya masyarakat setempat daerah tersebut. Dengan modal yang kuat tersebut, pemerintah
mencanangkan program Desa Wisata yang bertujuan untuk mengembangkan dan mengelola potensi
wisata desa dengan memberdayakan masyarakat setempat. Keunggulan program desa wisata ini tidak
hanya terletak pada pelestarian atraksi dan budaya masyarakat setempat yang diuntungkan secara
ekonomi dari wisata tersebut. Pembangunan kepariwisataan juga bertujuan untuk mengembangkan
dan memanfaatkan potensi kepariwisataan daerah serta meningkatkan peran serta masyarakat (Biro
Humas & Protokoler Setwilda Tingkat I, 1998:17-18). Berkaitan dengan pengembangan potensi
daerah, Pemerintah Kabupaten Bangli mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 115 Direktur Eksekutif
Daerah Tingkat II Bangli Tahun 1993 tentang Nama Daerah Tempat Wisata di Kabupaten Bangli, dan
salah satu desa yang ditetapkan sebagai objek wisata adalah Desa Adat. / Pakraman Penglipuran.
Desa Penglipuran merupakan salah satu Desa Aksi Bali dan terletak di Desa Kubu, Kecamatan
Bangli, Kabupaten Bangli. Menurut Reuters (2005:18), Desa Bali Aga merupakan daerah di wilayah
pegunungan yang dihuni oleh etnis minoritas. Ciri-ciri Desa Bali Aga adalah kehidupan
masyarakatnya, susunan papan ulu-apad dan konsep Lua teben (Dwijendra, 2009:9). Seperti Desa Bali
Aga, Desa Penglipuran memiliki keunikan dari segi fisik, ekologi, kehidupan sosial budaya dan tradisi.
Hal ini dimungkinkan untuk mengembangkan fitur unik ini sebagai tujuan wisata.
Desa Wisata Penglipura tentunya memiliki suatu badan yang mengelola potensi wisatanya
yang dalam hal ini disebut Penglipura Tourism Manager dan berada di bawah naungan Desa Adat
Penglipura. Desa adat ini mempunyai tugas dan wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan
negara, yang sekaligus juga mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan mengurus masyarakat desa.
Sistem pemerintahan desa yang berlaku umum di Bali adalah desa dinas yang dipimpin oleh perbekel
atau kepala desa dan desa adat dipimpin oleh bendesa adat. Desa dinas bertanggung jawab dan
berwenang untuk urusan administrasi, sedangkan desa biasa bertanggung jawab dan berwenang untuk
urusan umum, termasuk adat dan Awig-Awig (aturan adat masyarakat desa).
Namun khusus di Desa Penglipuran, sistem pengelolaan desa adalah sistem dimana desa adat
menguasai sepenuhnya sistem pengelolaan desa, semuanya diatur oleh Awigawig (aturan adat desa
Penglipuran), sehingga pihak lain tidak dapat mengintervensi. desa adat.

Selama ini Desa Adat Penglipuran dan Pengelola Wisata telah melakukan tugasnya dengan
baik, namun besar kemungkinan terjadi kesalahpahaman dalam proses pengelolaan wisata Desa
Wisata Penglipuran, karena menurut Kepala Adat Desa Penglipuran, Desa Adat Penglipuran dan
Pengelola Wisata memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengelola kegiatan pariwisata di
Desa Penglipuran. Nah, untuk mengetahui tugas dan wewenang desa adat dan pengelola wisata
Penglipura serta kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dalam menunaikan tugas dan wewenang
tersebut, menarik untuk dilakukan survey terhadap kondisi eksisting desa wisata Penglipura dan
sinerginya. Desa Adat dan Pengelola Wisata Penglipura dalam Pengembangan Wisata di Desa Wisata
Penglipura. Gelang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada bagaimana
masalah mengenai sistem pengelola pariwisata di desa penglipuran dalam pengembangan
pariwisata di desa tersebut.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara Teoritis
Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini yakni terdapat beberapa pemahaman mengenai
bagaimana pegelolaan pariwisata di desa wisata penglipuran yang sampai saat ini masih
dipertahankan oleh penduduk yang ada disana.
2. Manfaat secara Praktis
Dalam penelitian ini diharapkan untuk menjadikan acuan bagi desa wisata yang ada dibali agar
terus berkembang dan tetap melestarikan ciri khas kebudayaan di tiap desa yang ada di bali.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran desa adat


Desa Wisata Penglipuran sebagai destinasi wisata perkotaan tentunya akan
memaksimalkan peran masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan yang
diselenggarakan oleh Desa Penglipuran. Tugas pemerintah kota adalah pemerintahan desa,
pariwisata dan administrasi barang milik desa. Penduduk setempat juga bertindak sebagai
inspektur dan penasehat dewan desa.
Sistem pengelolaan Desa Wisata Penglipura sedikit berbeda dengan sistem
pengelolaan desa Bali pada umumnya. Desa Wisata Penglipura menggunakan sistem Bendesa
Adat, bukan sistem Kepala Desa. Desa-desa lain di Bali umumnya menggunakan sistem
pengelolaan dua desa, yaitu desa dinas dan desa adat. Amtsdorf bertanggung jawab dan
berwenang dalam bidang pemerintahan dan diurus oleh kepala desa/perbekel. Pada saat yang
sama, Adatkun memiliki tanggung jawab dan yurisdiksi atas wilayah Adat, yang meliputi Tata
Cara Adat dan Awig-Awig (Hukum Adat). Desa adat ini dijalankan oleh Bendesa. Desa adat
masih tetap berada di bawah kekuasaan kapten/perbekel. Di desa wisata Penglipura, Bendesa
adat juga bertindak sebagai kepala desa, sehingga pemerintah setempat bertanggung jawab
secara langsung. Peran desa adat adalah mengelola desa secara mandiri tanpa campur tangan
pihak luar (Desa Kubu), meskipun secara administratif Desa Penglipura merupakan bagian dari
wilayah Desa Kubu, Bangli. Secara administratif dikelola langsung oleh desa adat dan bekerja
langsung dengan pemerintah Kabupaten Bangli tanpa menguasai wilayah Kubu. Hubungan
dengan Kabupaten Kubu hanya sebatas mendapatkan KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK
(Kartu Keluarga) dari Penguasa Penglipura.
Secara umum peran desa adat adalah melindungi masyarakatnya, menetapkan adat
desa (awig-awig), mengelola aset desa (baik fisik maupun non fisik) bersama masyarakat, dan
ikut menentukan pembangunan desa. ukuran khususnya di bidang agama, budaya dan
masyarakat. , dan penduduk desa biasa juga memiliki hak untuk menerapkan hukum adat dalam
hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dengan kesepakatan atau perundingan. Dengan kata lain,
desa adat mengelola pemerintahan desa tanpa campur tangan pihak lain, tetapi
mengkoordinasikan pembangunan desa yang berkelanjutan dengan masyarakat. Desa adat
memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur kegiatan masyarakat desa pada umumnya, namun
tetap atas izin masyarakat desa karena anggota desa adat semuanya adalah milik masyarakat
desa Penglipura.
Dalam industri pariwisata, desa adat memegang kekuasaan penuh karena semua
kekayaan menjadi milik desa dan pengelolaannya hanya sebatas administrasi saja. Salah satu
keutamaan desa, tanggung jawab desa Adat adalah mengelola pariwisata dengan sebaik
mungkin dan membawa manfaat positif bagi warga desa Penglipura. Penduduk desa Penglipura
juga secara tidak langsung termasuk dalam desa adat ini. Dalam pelaksanaannya, semua
kelompok masyarakat Penglipura atau kelompok dan warga Bendesa biasanya berperan sebagai
daya tarik tambahan yang menarik wisatawan ke desa wisata Penglipura. Jika ada masalah antar
departemen atau dalam struktur kegiatan pariwisata, diselesaikan secara berkala melalui
negosiasi pada pertemuan desa dan hasilnya dikomunikasikan langsung ke semua masyarakat
desa Penglipura melalui kepala desa biasa. Peran pengelola pariwisata Penglipura.
B. Peran Pengelola Pariwisata Penglipuran
Pengelola Wisata Penglipura adalah lembaga desa adat yang bertanggung jawab untuk
mengelola pariwisata di Desa Wisata Penglipura. Pengelola Wisata Penglipura didirikan pada
tahun 2012 berbasis pariwisata yang membutuhkan profesional untuk membimbing
pengembangan desa wisata di Penglipura. Selain itu, Penglipura Penglipura didirikan di bawah
tanggung jawab dan kewenangan desa konvensional sebagai pemilik jasa wisata dengan
tanggung jawab dan hak yang sangat kompleks, sehingga perlu dibentuk pengelola desa
Penglipura yang mandiri dan berkompeten. Masyarakat mendapat manfaat positif dari kegiatan
wisata ini.

Pengelola wisata ini juga merupakan perpanjangan dari wisata desa adat Penglipura,
sehingga semua kegiatan yang dilakukan oleh operator wisata ini haruslah desa adat. Pengelola
Desa Penglipura melakukan evaluasi terhadap kegiatan wisata Desa Penglipura setiap bulan
dan hasilnya dilaporkan dalam Musyawarah Desa Adat sebagai penanggung jawab pengelolaan
Desa Adat. Staf Biro Pariwisata Penglipura direkrut di desa adat melalui forum desa biasa.
Masyarakat Desa Penglipura memilih staf pengelola wisata berdasarkan keahliannya dan
mengajukannya ke forum. Hal ini menunjukkan bahwa sistem yang digunakan biasanya
tradisional, karena perusahaan besar tidak memiliki persyaratan khusus untuk merekrut
karyawan, namun sistem tradisional ini juga menyebabkan karyawan berkinerja baik. Terlepas
dari kenyataan bahwa karyawan saling mengenal, mereka juga beradaptasi lebih baik dengan
karyawan lain. Para pekerja juga dibubarkan di rumah-rumah desa biasa. Sistem perekrutan dan
pemecatan karyawan ini dilaksanakan dalam sistem kekeluargaan yang mengedepankan
komunikasi dan saling pengertian. Dalam sistem pengupahan, hanya pekerja harian, seperti:
penjualan tiket, sedangkan manajer umum, wakil manajer umum, koordinator administrasi,
koordinator operasi, dan koordinator pengembangan tidak menerima gaji tetapi hanya
menerima biaya operasional. Kegiatan seperti: pertemuan

Peran Pengelola Wisata Penglipura sangat kompleks karena tour operator ini
mengelola semua aspek kepariwisataan. Pengelola Wisata Penglipura sebagai lembaga khusus
yang mengelola kepariwisataan Desa Wisata Penglipura bertanggung jawab atas pengelolaan
Wisata Penglipura baik dari segi operasional maupun pengembangan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan/pertanggungjawaban. Dalam perencanaan
wisata, setiap kegiatan yang direncanakan terlebih dahulu diajukan ke desa adat untuk
mendapat persetujuan, karena pengelola wisata berada di bawah naungan desa adat dalam
struktur organisasinya, dan dilaksanakan di Penglipura setelah mendapat persetujuan dari
pengelola wisata. Secara operasional, Penglipura Wisata membebankan biaya masuk kepada
pengunjung, 60% dari pendapatan pajak masuk ke pemerintah daerah, 20% ke kas desa biasa
dan 20% ke perusahaan pariwisata yang beroperasi. Penglipura Semua kegiatan wisata
dievaluasi setiap bulan dan dilaporkan secara berkala kepada Desa Sinergi Desa Adat dan
Pengelola Wisata Penglipura.
C. Sinergi Desa Adat dan Pengelola Pariwisata Penglipuran
Dalam pengembangan wisata desa wisata Penglipura, desa adat tidak dapat mengelola
sendiri wisata Penglipura, untuk memberikan kewenangan penuh kepada pengelola wisata
Penglipura. Pengelola Pariwisata Penglipura menjalankan tugas dan wewenangnya secara
mandiri dan mandiri tanpa campur tangan pihak luar. Desa adat harus mengetahui kegiatan apa
saja yang dilakukan atau direncanakan oleh Kepala Desa Penglipura, dan Kepala Suku harus
menginformasikan kepada seluruh warga Desa Penglipura.
Meskipun desa adat telah sepenuhnya menyerahkan pengelolaan pariwisata kepada
Penglipura Penglipura, namun desa adat tetap memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk
mengontrol seluruh kegiatan pariwisata dan operasional Penglipura Penglipura. Dalam
pengelolaan wisata Desa Wisata Penglipura, Pengelola Wisata Penglipura melaksanakan semua
kebijakan reguler yang telah ditegaskan dan disetujui oleh Musyawarah Desa, sedangkan Desa
Wisata Penglipura juga memiliki aspek pengelolaan wisata. Desa adat memiliki tugas dan
wewenang untuk mengontrol segala sesuatu yang berkaitan dengan pariwisata, bahkan jika ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pengelola pariwisata, desa adat akan menyelesaikan
masalah tersebut. Dalam struktur organisasi saya, pengelola wisata berada di bawah desa adat,
sehingga setiap permasalahan dalam pengelolaan wisata diselesaikan terlebih dahulu oleh
pengelola wisata. Jika administrasi tidak dapat menyelesaikannya, desa biasa akan
melakukannya. Dalam pengembangan pariwisata di Penglipur, desa adat juga mengembangkan
kebijakan pariwisata, dimana mekanisme desa adat dan kepala desa wisata Penglipur menyusun
rencana kemudian mengajukannya ke musyawarah desa biasa setelah mendapat persetujuan.
dari desa adat. . . Rules dan Direktur Kawasan Pariwisata Penglipura sebagai moderator.
Hal terpenting dari sistem sosial Desa Wisata Penglipura adalah meskipun desa adat
biasanya memiliki kekayaan desa, namun anggota desa adat adalah seluruh warga Desa
Penglipura. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat memiliki desa secara umum
dan industri pariwisata. Masyarakat setempat juga secara tidak langsung mengelola kekayaan
desa yang dimilikinya. Pengelola wisata desa adat juga berasal dari masyarakat desa Penglipura
setempat yang memiliki pengalaman pengelolaan wisata di industri pariwisata. Dalam hal ini,
masyarakat lokal secara keseluruhan ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di
Desa Wisata Penglipuran.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Undang Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa.


Anonim. Undang Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Arida, I Nyoman Sukma. 2014.
Disertasi “Dinamika Ekowisata Tri Ning Tri di Bali (Proses Perkembangan Produk, Pelibatan
Masyarakat, dan Strategi Pengembangan)”. Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Biro Humas & Protokol Setwilda Tingkat I. 1998. Pariwisata Untuk Bali Konsep dan Implementasi
Pariwisata Berwawasan Budaya. Denpasar.
Prayogi, Putu Agus. 2011. Dampak Perkembangan Pariwisata Di Objek Wisata Penglipuran. Jurnal
Perhotelan dan Pariwisata, Vol. 1 No. 1, STIPAR Triatma Jaya.

Anda mungkin juga menyukai