Anda di halaman 1dari 10

KEUNIKAN DESA PANGLIPURAN SEBAGAI DESA WISATA SEKALIGUS

DESA TERBERSIH DI DUNIA

Muhammad Abdurrasyid
1904401
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Pendidikan Indonesia
Abdurrasyid0098@upi.edu

ABSTRACT

Penglipuran Village is one of the villages that has its own characteristics as a tourist
village in Bali. The existence of this tourist village is supported by several unique
features that are not shared by other villages in general. In this study used descriptive
qualitative analysis method, where the data taken from the object of research consists of
data from elements of traditional administrators and local villagers. The results of the
study show that these various uniqueness include village life, layout, organizational
system and other uniqueness. The uniqueness of Penglipuran Village makes it an
excellent carrying capacity in developing Penglipuran Village as a tourist village.
KEYWORDS: Tourism Village, Cleanliness, Uniqueness

ABSTRAK

Desa Penglipuran merupakan salah satu desa yang memiliki ciri khas tersendiri
sebagai desa wisata di Bali. Keberadaan desa wisata ini didukung oleh beberapa
keunikan yang tidak dimiliki oleh desa-desa lain pada umumnya. Dalam penelitian ini
digunakan metode kualitatif deskriptif analisis, dimana data yang diambil dari obyek
penelitian adalah terdiri dari data dari unsur pengurus adat dan warga masyarakat desa
setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai keunikan ini mencakup
Kehidupan desa, tata letak, sistem organisasi dan keunikan lainnya. Keunikan yang
dimiliki Desa Penglipuran menjadikan daya dukung yang sangat baik dalam
mengembangkan Desa Penglipuran sebagai desa wisata.

KATA KUNCI : Desa Wisata, Kebersihan, Keunikan


Latar Belakang

Provinsi Bali dengan potensi budaya yang dimiliki telah dijadikan salah satu
daerah pariwisata di Indonesia. Terkait dengan pengembangan potensi di daerah,
Pemerintah Kabupaten Bangli sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali
mengeluarkan kebijakan berupa Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Bangli Nomor 115 Tahun 1993 tentang Penetapan Objek-Objek wisata Daerah
Kabupaten Bangli. Salah satu desa yang ditetapkan menjadi objek wisata adalah Desa
Penglipuran. Desa Penglipuran adalah sebuah pedesaan di Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli yang memiliki potensi alam, budaya serta adat istiadat sebagai
atraksi menarik dan telah dikembangkan menjadi Desa Wisata. Desa Wisata merupakan
jenis pariwisata dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan
suasana tradisional, sering di desa- desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan
pedesaan dan lingkungan setempat (Inskeep, 1991).
Ari Prasetya (2008) dalam studinya yang menyebutkan bahwa perkembangan
industri pariwisata mempunyai dampak besar bagi perekonomian suatu wilayah, antar
lainpemerataan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan
daerah dari sektor pajak yang dapat digunakan untuk membangun dan mengembangkan
objek-objek tersebut.
Dalam kehidupan manusia, kebersihan merupakan dimensi mulia yang
dinisbatkan dalam banyak hal. Keberadaannya dikontraskan dengan unsur hina
semacam kotoran yang dianggap mencemarkan ruang lingkup dan geraknya. Setiap
orang maupun kelompok mengonstruksinya sebagai sebuah cita-cita ideal dalam
beragam aktifitas. Bahkan, dalam proses pendidikan yang diajarkan orang tua kepada
anaknya maupun guru kepada muridnya, kebersihan diimajinasikan sebagai sebuah
doktrin yang harus dilakukan dandimanifestasikan dalam eseharian.
Ada banyak sumber bacaan maupun tuntunan yang menegaskanurgensi dan
relevansi kebersihan dalam amal kebajikan yang harus diinternalisasi secara
berkelanjutan. Berbagai mata pelajaran yang disampaikan di setiap jenjang pendidikan
sekolah hingga perguruan tinggi, Berangkat dari pola pikir yang demikian, maka
kebersihan pun menjadi sebuah tolok ukur untuk menilai seseorang maupun
sekelompok masyarakat, apakah patut digolongkan sebagai kalangan yang ramah
lingkungan maupun beradab. Bagi pihak yang tidak bisa menyesuaikan dengan cara
pandang ini maka lambat laun akan tersisih dari arus utama yang menjadikan
kebersihan sebagai tolok ukur keberadaban. Lalu dilabeli dengan persepsi negatif
sebagai kaum pencemar maupun pelaku noda lingkungan.
Oleh karena itu, betapa pentingnya menumbuhkan cara berfikir afirmatif ihwal
kebersihan yang harus dijaga dan dilakukan dalam keseharian, setiap orang perlu
menyesuaikan diri dalam sebuah mileu maupun tatanan sosial yang menjadikan
kebersihan sebagai pandangan dunia (world view). Sebab, dengan cara merawat
pengetahuan dan ingatan tentang slogan kebersihan yang terwujud dalam kenyataan,
maka setiap orang maupun kelompok masuk dalam wilayah peradaban maju.

Rumusan Masalah

1. Seperti apa kondisi Desa wisata Panglipuran ?


2. Apa saja keunikan yang ada di desa wisata Panglipuran ?

3. Bagaimana Peran Masyarakt Desa dalam menjaga kebersihan


lingkungan ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan Desa Panglipuran dan keunikan yang ada baik di
desa maupun masyarakatnya
2. Untuk Menganalisis bagaimana Desa tersebut menjadi desa terbersih di
dunia

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif qualitatif (Brent W.


Ritchie, Peter Burns and Catherine; 2005) Artikel ilmiah ini ditulis menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan Desa Wisata
Panglipuran . Hal ini sependapat dengan Maman dan Kariadinata (2012:3),
bahwasannya penelitian deskriptif memiliki urgensi untuk menggambarkan suatu
fenomena dalam kehidupan masyarakat yang terjadi saat penelitian berlangsung,
termasuk pada scope kajian budaya.
Artikel ilmiah ini juga menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan
studi kepustakaan serta sumber data bersifat primer dan sekunder. Adapun data
primer artikel ini diperoleh langsung dari hasil observasi atau pengamatan objek
penelitian, yaitu Wilayah desa Panglipuran, para pengurus Desa adat Pengelipuran,
masyarakat sekitar dan tokoh tokoh adat setempat dimaan Informasi digali dengan
melakukan wawancara langsung mengenai potensi obyek tersebut sebagai Desa
wisata Panglipuran . Hasil pencarian data selanjutnya di olah secara kualitatif dan
dijabarkan dalam bentuk deskriptif. Lalu, data sekunder artikel ini diperoleh secara
tidak langsung dari hasil studi kepustakaan dengan mengumpulkan data atau
informasi yang dicatat dan diolah dari berbagai literatur seperti jurnal ilmiah dan
artikel. Kemudian, data atau informasi yang diperoleh ini dilakukan analisis data
yang digunakan dalam laporan penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif
(Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2012). merupakan upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting, dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.

Hasil Pembahasan
Deskripsi Lokasi
Desa Panglipuran berada di jalan Panglipuran, kubo, Kecamatan
Bangli,Kabupaten bangli, bali. Secara administrasi Desa Wisata Penglipuran memiliki
luas wilayah 112 ha dengan batas-batas wilayah administrasi sebelah Utara Desa Adat
Kayang, Timur Desa Adat Kubu, Barat Desa Adat Cekeng, dan Selatan Desa Adat
Cempaga. Kondisi fisik desa Penglipuran dapat dibagi menjadi penggunaan wilayah
dan infrastrukur yang terdapat di Desa Penglipuran. Penggunaan wilayah Desa Wisata
Penglipuran didominasi untuk lahan pertanian dengan luas 50 Ha, kawasan hutan
bambu seluas 45 Ha, Kemudian ada pemukiman yang terletak di tengah wilayah Desa
Wisata penglipuran seluas 9 Ha yang terdiri dari 76 pekarangan. Terdapat pula tempat
suci dengan luas 4 Ha Dan terakhir ada fasilitas umum yang meliputi, Balai Banjar,
toilet umum dan Bale Bengong (Rest Area). Sarana dan prasarana yang terdapat di
Desa Wisata Penglipuran yaitu, tempat pertemuan diantaranya, Balai Banjar 2 buah,
Gedung Paku Çura Yudha 1 buah, Balai Patok, 1 buah, Tempat parkir dengan luas
total 65 are.
Desa Wisata dikelola oleh masyarakat desa itu sendiri dan mengajak para
wisatawan untuk tinggal menginap dan merasakan langsung kehidupan masyarakat
desa, menikmati aktivitas masyarakat sehari-hari seperti bertani dan bercocok tanam,
Beribadah hingga memakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat desa.
Dengan adanya pariwisata di Desa Penglipuran tentu memberikan dampak terhadap
perubahan aspek sosial-budaya serta ekonomi baik itu dampak positif maupun
dampak negatif.
Desa Penglipuran merupakan salah satu desa Bali Aga yang dimiliki Provinsi
Bali. Menurut Reuter (2005:18), Desa Bali Aga merupakan suatu wilayah yang
terletak di daerah pegunungan dan didiami oleh kelompok etnis minoritas. Ciri-ciri
desa Bali Aga antara lain adalah kehidupan komunal atau kebersamaan, susunan
pengurus ulu apad, dan adanya konsep luan teben (Dwijendra, 2009: 9). Sistem Ulu
Apad yang dianut masyarakat Penglipuran bersifat komunal dalam satu kelompok
besar dan mengedepankan demokrasi terpimpin namun tetap dengan prinsip
profesionalitas. Hampir sebagian persoalan diselesaikan oleh pejabat Ulu Apad secara
lisan dengan mengedepankan adat.

Keunikan Desa Wisata Panglipuran


A. Susunan tata ruang Desa Adat
Susunan tata ruang Desa Adat Penglipuran berkonsepkan pada Tri Mandala, yaitu

1. Nista Mandala, yaitu disebelah paling


selatan Desa Adat ada kuburan desa, di
timurnya ada Pura Dalem Pelapuhan, di
barat lautnya ada Pura Dalem Pingit/ Praja
Pati.
2. Madya Mandala, yaitu letak pemukiman
Desa Adat yang terdiri dari dua jejer yaitu jejer timur dan jejer barat dan di tengah-
tengah terletak jalan utama.
3. Utama Mandala, yaitu bagian paling atas di sebelah desa terletak Pura Penataran atau
Pura Bale Agung atau Pura Puseh.
B. Rumah adat Penglipuran terdiri dari :

1. Disebelah utara terdapat


Sanggah kemulan ( rumah
utama) . Um/meten ( tempat
remaja dan gadis yang sudah
beranjak dewasa
2. Disebelah selatannya ada Bale
Sakenem(tempat bersantai) dan
lumbung (Dapur) lalu Paon
(tempat upacara adat/ibadah
keluarga) dan Lumbung ( tempat
menaruh persediaan makanan.
3. Disebelah barat terdapat bale tiang sanga ( sebagai tempat tidur anak/remaja
dan juga tamu
4. Disebelah timur tempat Bale sakepat ( tempat menaruh sesajen)

C. Pantangan Berpoligami
Warga Desa Adat Penglipuran mempunyai
pantangan berpoligami (memadu) atau
mempunyai istri lebih dari satu, sampai saat
ini tidak ada yang berani melanggarnya. Jika
ada yang berani melanggarnya, mereka akan
dikucilkan dan ditempatkan pada sebuah karang yang disebut karang memadu, yang
tempatnya di sebelah selatan desa, dan tidak boleh lewat parapatan desa serta tidak
boleh sembahyang di pura.

D. Desa yang sangat bersih dan Asri


Desa Panglipuran sudah sejak dari zaman dulu secara turun-temurun mewarisi tradisi
menjaga kebersihan lingkungan. Lalu di desa ini motor dan mobil tak diperkenankan
masuk ke desa ini. Lalu untuk warga desa memiliki motor dan mobil akan ditaruh di
garasi belakang rumah dengan jalur masuk yang berbeda.Lalu disediakan Tempat
merokok bagi pengunjung yang ingin merokok dam dilarang membuang sampah
sembarangan karena sudah disediakan tempat sampah setiap 30 meter.

E. Pelestarian Hutan Bambu


Hutan Bambu Desa panglipuran
memiliki luas 40% dari luas keseluruan
Desa Panglipuran dan masih di jaga
kelestariannya serta hanya boleh
ditebang atas izin dari ketua Adat karena
di desa ini masyarakat desa panglipuran
sangat memegang teguh landasan Tri Hitakarana. Landasan ini mengajarkan untuk
menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan sesama, Manusia dengan
lingkungan alam serta Manusia dengan Sang Maha Pencipta. Oleh karenanya
peraturan mengenai perlindungan terhadap pohon bambu di sini sangat ketat. Selain
menjaga kelestarian alam juga merupakan bentuk bakti dan hormat kepada ajaran
yang mereka pegang teguh.
F. Stratifikasi Sosial
Di Desa Penglipuran hanya ada satu tingkatan kasta yaitu Kasta Sudra, jadi di
Penglipuran kedudukan antar warganya setara. Hanya saja ada seseorang yang
diangkat untuk memimpin mereka yaitu ketua adat. Pemilihan ketua adat tersebut
dilakukan lima tahun sekali.
G. Kesenian
Di  Desa Penglipuran terdapat tari-tarian yaitu tari Baris. Tari Baris sebagai salah
satu bentuk seni tradisional yang berakar kuat pada kehidupan masyarakatnya dan
hidup secara mentradisi atau turun temurun, dimana keberadaan Tari Baris Sakral di
Desa Adat Penglipuran adalah merupakan tarian yang langka, dan berfungsi sebagai
tari penyelenggara upacara dewa yadnya. Adapun iringan gambelan yang
mengiringi pada saat pementasan semua jenis Tari Baris Sakral tersebut adalah
seperangkat gambelan Gong Gede yang didukung oleh Sekaa Gong Gede Desa Adat
Penglipuran. 

Keterlibatan Masyarakat dalam Menjaga kebersihan Desa Panglipuran


aspek kebersihan lingkungan menjadi sesuatu yang diatur secara tegas Dalam
peraturan desa (awig-awig). Kebersihan di lingkungan rumah tangga menjadi
tanggung jawab orang-orang yang berada di dalam rumah tersebut. Untuk kebersihan
di jalan raya, desa adatlah yang bertanggung-jawab dengan diketuai seorang kepala
lingkungan. Adapun untuk fasilitas umum, Moneng mengaku ia yang bertanggung
jawab sepenuhnya. Sementara untuk kebersihan di tempat-tempat suci seperti pura,
maka yang bertanggung jawab adalah bendesa adat (kepala desa adat). Dimana para
penduduk memeiliki komitmen untuk Menjadikan desa panglipuran sebagai desa
konservasi dengan melestarikan budaya, lingkungan, dan arsitektur unik serta adat
dan tradisi yang sudah ada selama turun temurun .

Kesimpulan

Desa adat Penglipuran yang berupakan salah satu desa kuna di Bali dengan
berbagai keunikan budaya yang dimilikinya (sistem sosial, sistem budaya, dan sistem
fisiknya ) yang didukung oleh lingkungan alamnya yang asri menjadikan desa ini
ditetapkan sebagai Desa Wisata di Bali. Berbagai keunikan yang dimiliki oleh Desa
Penglipuran menjadikan desa tersebut sangat cocok sebagai desa adat sekaligus desa
wisata. Adanya kesadaran yang cukup tinggi dari warga desa adat untuk melestarikan
dan menjaga kebersihan lingkungannya, ini tercermin dari adanya sistem penanganan
lingkungan yang dituangkan dalam bentuk awig-awig Desa Adat, menunjukkan
adanya respon yang positif dari warga agar desa selalu kelihatan asri dan bebas dari
polusi udara dan pencemaran oleh limbah keluarga. Dengan kata lain adanya
pengembangan Desa Penglipuran menjadi desa wisata terbukti dalam penataan dan
keberadaan lingkungan fisik di desa yang bersangkutan.

Desa adat Pengelipuran memiliki potensi yang sangat bagus sebagai Desa
Wisata berkelanjutan . oleh karenanya pemerintah setempat hendaknya memberikan
penyuluhan- penyuluhan yang lebih intensif kepada masyarakat Desa Penglipuran,
terkait dengan Progaram Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan yang berbasis
kerakyatan, yang berwawasan lingkungan, serta untuk meningkatkan kemampuan
warga untuk melakukan komunikasi lintas budaya dengan wisatawan. Jika ada
program pengembangan.
Daftar Pustaka
Anonim. (2018). Rencana induk pembangunan pariwisata kabupaten grobogan.
Kabupaten Grobogan: Dinas Pemuda Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten
Grobogan
Antara, M., & Arida, I. N. (2015). Panduan pengelolaan desa wisata berbasis
potensi lokal. Denpasar: Pustaka Larasan.
Arida, I. N. (2004). Buku ajar pariwisata berkelanjutan. Sustain-press.
Arida, I. N. (2017). Ekowisata pengembangan, partisipasi lokal, dan tantangan
ekowisata.
Dimyati, V. (2019, Maret Sabtu). Suistainable tourism, konsep pariwisata yang
diincar traveler milenial. Retrieved from iNewsTV :
https://www.inews.id/travel/destinasi/sustainable-tourism-konsep-pariwisata-
yang-diincar-traveler milenial
Elfianita, E. (2016). Pengembangan pariwisata berbasis community based tourism
(cbt) di desa wisata limbasari kecamatan bobotsari, kabupaten purbalingga. 
Edwin, Gamar. (2015).Studi tentang pembentukan desa setulang sebagai desa
wisata di kecamatan malinau selatan hilir kabupaten malinau.jurnal
pemerintahan integratif, hal 152-1638.

Anda mungkin juga menyukai