Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rizki Nur Abdillah

Kelas : X-3 / 32
Gaya Hidup Berkelanjutan di Desa Panglipuran
Gaya hidup berkelanjutan di desa Panglipuran dan tradisi / adat istiadat berperan dalam
desa Panglipuran. Masyarakat Bali kebanyakan beraga Hindu dan Bhuda. Di Bali terdiri dari
sejumlah suku yang terdiri dari Bali Aga, Bali Majapait, Nyama selam dan Loloan.
Kebudayaan di bali sangat banyak diantaranya meliputi rumah adat, pakaian adat, alat musik
tradisi seperti gong, gamelan, gender, Bindik dan lain-lain
Desa Penglipuran merupakan salah satu dari 9 desa adat di Bali. Daya tarik obyek
wisata di Bali ini sangat disukai oleh wisatawan asing dan domestik yang berkunjung ke desa
ini untuk wisata sekaligus mempelajari mengenai sejarah Desa Penglipuran.
Para leluhur penduduk desa ini datang dari Desa Bayung Gede dan menetap sampai
sekarang, sementara nama “Penglipuran” berasal dari kata Pengeling Pura yang mempunyai
makna tempat suci untuk mengenang para leluhur.
Arti dari kata Penglipuran, yaitu Penglipuran berarti “pengeling pura” dengan
“pengeling” berarti ingat dan “pura” berarti tempat leluhur. Menurut sejarah Desa
Penglipuran, desa adat ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Bangli pada sekitar 700 tahun
yang lalu.
Masyarakat Desa Penglipuran memegang tradisi nenek moyang yang sudah berumur
ratusan tahun. Selain sistem aturan pemerintah, mereka masih menerapkan hukum tradisional
di masyarakat, yaitu awig-awig.
Kemampuan mempertahankan tradisi ini yang membuat Desa Penglipuran menjadi
unik. Mereka menjunjung tinggi adat istiadat, nilai gotong royong kekeluargaan, kearifan
lokal yang berlandaskan konsep Tri Hitha Karana, yaitu:
1. Prahyangan
Hubungan manusia dan Tuhan, meliputi penentuan hari suci, tempat suci, dan lain-lain.
2. Pawongan
Hubungan manusia dengan manusia, meliputi hubungan masyarakat Penglipuran dengan
masyarakat desa lain.
3. Hubungan Manusia dan Lingkungan
Masyarakat Desa Penglipuran diajarkan untuk mencintai alam dan lingkungannya dan
selalu merawatnya.
Masyarakat Bali memegang konsep Tri Hitha untuk menjaga keharmonisan, karena
sebagai landasan pedoman dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari. Desa-desa di Bali
memiliki ciri khas tata ruang desa yang menjunjung tinggi nilai leluhur. Hal tersebut juga
ditemukan dalam Desa Penglipuran. Desa ini membuat tata ruang yang mengikuti konsep
bernama Tri Mandala, di mana desa dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu:
1. Utama Mandala, merupakan wilayah suci untuk para dewa dan peribadatan.
2. Madya Mandala digunakan sebagai tempat tinggal para penduduk
3. Nista Mandala, merupakan area khusus pemakaman penduduk

Gaya hidup berkelanjutan di Bali antara lain bijak menggunakan sumebr daya, hidup
bersih/ tidak membuang sampah sembarangan, tidak boleh berkata kotor, dalam setiap
langkah harus berhati-hati karena di sana banyak sesajen yang harus dihormati dan
ditoleransi. menjaga dan melestarikan adat istiadat sebagai keharmonisan di Bali. Desa
Panglipuran adalah desa terbersih nomer 1 di Indonesia dan nomor 3 di dunia. sangatlah
keren dan kita harus bangga akan hal tersebut. hal ini terjadi karena banyak peraturan yang
baik dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Letak Desa Penglipuran berada di Jl. Penglipuran, Kubu, Kec. Bangli, Kabupaten
Bangli, Bali. Masyarakat Panglipuran berfokus pada upaya konservasi lingkungan. Tradisi
Panglipuran telah membawa penghargaan gaya hidup berkelanjutan. Di desa Panglipuran
pengelolaan limba dengan membuang limbah pada tempatnya dan menggunakan alat dan
bahan yang ramah lingkungan.
Hukum adat yang berlaku di dise Panglipuran adalah melarang warganya untuk
melakukan tindakan poligami, karena ada sanksi adat yang berlaku disana yang bernama “
sistem karang memadu”.
Yang sudah diterapkab siswa adalah mengharhai dan menghormati budaya yang ada,
tidak berkata kotor atau rame, menjadi motivasi serta inspirasi yang kuat, rasa percaya diri,
disiplin sebagai siswa SMA Negeri 4 Surabaya. Yang belum diterapkan siswa yaitu
membuang sampah pada tempatnya, sedangkan di desa Panglipuran itu desa yang bersih dan
tidak tercemar oleh sampah. Ini merupakan perbandingan dan harus segera diterapkan oleh
siswa SMA Negeri 4 Surabaya.
Budaya positif desa Panglipuran yang bisa diterapkan oleh siswa – siswi SMA Negeri 4
Surabaya adalah kesadaran lingkungan sekitar.
Harapan penerapan gaya hidup berkelanjutan adalah dapat dan bisa mengurasi dampak-
dampak dan pengaruh negatif terhadap lingkungan budaya dan masyarakat untuk memastikan
bahwa sumber daya alam dapat dipertahankan untuk generasi masa depan, sadar untuk selalu
bijak dalam menggunakan sumber daya alam, cermat ketika membeli suatu barangg/ jasa.
Semua ini harapan penerapan gaya hidup berkelanjutan yang dapat dan bisa diterapkan di
SMA Negeri 4 Surabaya.
Terima kasih untuk ilmunya dan bisa memberikan contoh positif untuk siswa - siswi
SMA Negeri 4 Surabaya pada masyarakat desa Panglipuran. Senang dapat berkunjung
disana. sampai jumpa sampai bertemu kembali di lain waktu masyarakat desa Panglipuran.

Anda mungkin juga menyukai