Anda di halaman 1dari 9

KAMPUNG ADAT CIREUNDEU

Laporan Penelitian

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pelajaran Bahasa Indonesia

Penyusun :

a. Fathur Rahman
b. Vidya Rahma S.P
c. Wanda Ayu L
d. Yoga Arvanda

Dinas Pendidikan Kota Cimahi

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA


NEGERI 1 CIMAHI

Jln. Raden Embang Artawidjaja NO.12, Cimahi

Tahun ajaran 2019 – 2020


BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kita memilih Kampung Adat Cireundeu karena kita penasaran apakah di zaman
yang sudah modern ini masih ada adat istiadat yang dipakai oleh masyarakat.
Masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai
oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah sesuatu aturan yang mencakup segala
sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan
sosial, bekerja sama dan berhubungan erat, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.
Kampung Cireundeu mempunyai filosofi kehidupan yang sangat unik, dimana
hidup yang santun, mencintai lingkungan, budaya sunda dan kesenian khas masih
terjaga dan terpelihara,sebagaian masyarakatnya masih mempertahankan adat
leluhurnya, makanan pokonya nasi yang terbuat dari singkong atau di kenal dengan
nama “Rasi” atau beras singkong.
Kampung adat Cireundeu merupakan kampung adat yang berada di dalam Kota
Cimahi. Walaupun berada dalam kota, kampung ini memiliki tradisi dan adat yang
masih dipegang teguh dari leluhur mereka. Perilaku masyarakatnya juga masih
mencirikan adat dan tradisi masyarakat kampung yang lainnya, seperti gotong royong,
saling membantu, dan dalam mata pencahariannya pun bersama-sama, saling
membantu satu sama lain.

1.2 Hipotesa

1. Warga Cireundeu memiliki keterbatasan dalam bidang pekerjaan


karena adanya adat istiadat
2. Warga memiliki agama yang berbeda beda
3. Warga Cireundeu tidak bisa bersosialisasi dengan dunia luar
4. Kaum perempuan tidak diperbolehkan melibihi derajat laki laki

1.3 Masalah
1. Pada zaman modern ini , mengapa warga Cireundeu masih menetapkan
adat dan istiadat nya ?
2. Mengapa warga cireundeu tidak pernah keberatan dengan adanya adat
istiadat ang ditetapkan di kampung nya ?
3. Mengapa warga Cireundeu memakan makanan dari bahan dasar
singkong ?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kehidupan sosial dan budaya warga
Kampung Adat Cireundeu

1.5 Metode Penilitian

Wawancara
1.6 Prosedur penelitian
Wawancara pada Kang Jajat :
1. Upacara adat apa saja yang ada di cireundeu ?
o Metembeuyan : upacara ini dilakukan saat warga cireundeu akan memulai
bertani, panen
o Upacara kematian: upacara ini dilakukan dengan cara laki laki harus buat
peti, perempuan harus masak, ada juga yang mandiinnya. Bila untuk kain
sama pakai kain kafan tapi di sunda wiwitan harus ada sasajen. Setelah
selesai mayatnya di masukan ke dalam peti, mayat bisa di kubur.
o Upacara pernikahan: di sunda wiwitan ada pernikahan secara adatnya jadii
ada acara siraman, sungkeman jadi orang sunda wiwitan gak punya surat
nikah.
o Upacara 1 sura: upacara ini dilakukan karena kita bersyukur atas hasil
panennya. Laki laki harus pakai pakaian pangsi dan perempuan toro.
o Upacara buka : dilakukan saat ada warga cireundeu yang berpindah pangan
dari nasi singkong ke nasi beras
o Upacara ngadeugeun : Ketika orang selesai membangun rumah
o Upacara tingkeuban : 7 bulanan
o Upacara neuteupkeun : yaitu saat akan mengubrkan plasenta bayi
o Upacara nawastu : memberi gelang pada bayi
2. Apa yang dimaksud dengan sunda wiwitan ?
Sunda wiwitan adalah sebuah kepercayaan bagi warga cireundeu. Hal ini berasal dari
kesadaran diri, ketika kita lahir jadi orang sunda kita tidak bisa protes, dan saat kita sadar
bahwa kita adalah orang sunda maka wiwitan kita adalah sunda. Bangsa sunda memiliki cara
ciri/ kodrat yaitu boga bahasa boga rupa boga adat boga aksara jeung boga budaya.
Dalam kepercayaan sunda wiwitan, kita tidak diperbolehkan untuk menikah dengan
orang asing, karena hal ini akan berpengaruh kepada 5 kodrat tsb. Anak dari hasil persilangan
tsb disebut dengan bangsa lilima ( tidak punya identitas)

3. Apakah ada aturan tertentu bagi orang orang pendatang ?


Ada,yang pertama adalah kewilayahan, yaitu wilayah yang tidak boleh di lewati oleh
pada pengunjung. Kedua adalah aturan yang umum dipakai di masyarakat cireundeu yaitu
tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Dari situlah muncul kepamali pamlian yang
timbul seperti tidak memakai alas kaki ke kawasan hutan, masyarakat Cireundeu memegang
istilah tritangtu “gusti nu ngasih alam nu ngasah manusia nu ngasuh” , manusia bertugas
untuk menjaga, nah bila kita ingin menjaga otomatis kita tidak boleh ada jarak dengan alam

4. Ada arti tertentu ga dari arsitektur bale yang ada di cireundeu?


Di cireundeu terdapat 2 bale , yaitu bale saresehan dan bale atikan. Di bale saresehan
ini terdapat 4 helai kain dengan warna yang berbeda, kain kain tersebut mewakili unsur unsur
bumi. Hitam berarti tanah, merah berarti api, biru berarti angin dan putih berarti air.

1.7 Sistematika Penulisan


BAB II
Landasan Teori
2.1 Studi Literatur Di Perpustakaan Sekolah
Budaya / kebudayaan berasal dari bahasa ains yaitu buddhayak yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi ( budi/akal) artinya hal-hal yang berkaitan dengan buddhi dan akal
manusia.
2.2 Studi Literatur dengan Internet
Cireundeu berasal dari nama “ Pohon reundeu “. Kampung ini terdiri dari 50 kepala
keluarga yang terdiri dari sekitar 800 jiwa. Sebagia besar warga disini memiliki pencaharian
sebagai petani ketela. Warga kampung ini memiliki prinsip “nyindung ka waktu, mibapa ka
zaman”. Arti dari “nyindung ka waktu” yaitu kita sebagai warga kapung adat memilki cara,
ciri, dan keyakinan masing masing. Sedangkan mibapa ka jaman memiliki arti bahwa
masyarakat kampung cireundeu tidak melawan akan adanya perubahan zaman akan tetapi
mengikutinya sepertinya ada nya TV dan handphone.

2.3 Studi Literatur di Dispusipda


Kebudayaan disebut juga peradaban/pemahaman suatu bangsa meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari
anggota masyarakat.
BAB III
Rumusan Masalah
3.1 Rumusan Masalah
1. Mengapa warga cireundeu tidak pernah keberatan dengan adanya adat
istiadat yang ditetapkan di kampung nya ?
2. Mengapa warga Cireundeu memakan makanan dari bahan dasar singkong
?

3.2 Pembahasan Masalah


1. Karena warga cireundeu sudah lama menetapkan adat ini jadi warga sudah
terbiasa melakukan semuanya, selain itu adalah untuk menghormati
leluhurnya sehingga adat, budaya dan kebiasaan nya masih tetap dipakai
2. Cireundeu sudah terbentuk dari abad ke 16/17, sebagai bukti warga
cireundeu pernah mengikuti kerja paksa yaitu membangun jalan dari
cimahi menuju lembang/ jalan kolmas. Dari kerja paksa tsb warga
Cireundeu mendapat hadiah berupa sawah garapan sebesar puluhan hektar.
Dari sinilah asal usul memakan singkong terjadi. Hal ini perupakan bentuk
perlawanan bagi para penjajah saat ditetapkan nya tanam paksa. Warga
cireudeu berfikir “mengapa belanda mengambil hasil panen padahal
bangsa kita yang cape”. Oleh karena itulah warga cireundeu mencoba coba
berbagai macam makanan pokok seperi hanjeli, jagung , ubi dan yang
lainnya, tapi tidak ada yang cocok . ibu omah berkata “ bila kita sudah
mendapat pengganti nasi maka tanda tanda kemerdekaan sudah dekat”
Setelah sekian lama bergunta ganti bahan pangan, akhirnya warga
cireundeu mendapatkan bahan yang cocok , yaitu singkong. Singkong tsb
diolah sedemikian rupa oleh warga cireundeu sehingga menjadi rasi.
Ibu Omah pun berkata “apapun yang kita makan adalah sumber kekuatan”.
Oleh karena itu warga Cireundeu percaya bahwa apapun yang ia makan
akan menjadi sumber kekuatan.
Siapakah ibu omah ?
Ibu omah adalah menantunya aki ali dimana aki ali ini adalah
orang yag memulai menggali budaya kesundaan di kampung
Cireundeu.Ibu Omah inilah yang menemukan proses untuk
mengolah singkong menjadi rasi. Oleh karena itu Ibu Omah
dietapkan sebagai pahlawan pangan pertama yang berasal dari
Cimahi.
BAB IV
Kesimpulan & Saran
Warga kampung cireundeu masih memakan bahan dasar dari singkong yang disebut
rasi atau beras singkong. Warga kampung cireundeu memilih bahan dasar singkong, karena
singkong kadar gulanya sedikit. Warga kampung cireundeu masih menetapkan adat
istiadatnya, dan kebanyakan warga disana menganut kepercayaan sunda wiwitan. Warga
Kampung cireundeu banyak bermata pencaharian petani.
Warga kampung adat cireundeu harus tetap melestarikan dan menetapkan adat
istiadatnya jangan sampai terpengaruh omongan omongan negatif dari luar dan terpengaruh
jaman modern.
Lampiran
o Opini
a. Jadi menurut pendapat Yoga kampung Cireundeu lingkungannya
masih asri, indah. Kebudayaannya juga masih ada dan tidak lupaa
adanya roh roh nenek moyang.

b. Menurut Fathur warga kampung cireundeu masih mempercayai


adanya nenek moyang. Sayangnya rumah rumah yang ada di sana
sudah modern. Tapi yang tidak kalah kerennya warga disana memakan
rasi.

c. Pendapat Wanda terhadap kampung cireundeu adalah lingkungannya


masihh asri,indah,dingin,disana juga banyak spot fotonya. Warga
disana masih mengenal budanyanya yang di ajarkan oleh nenek
moyang pd jaman dahulu. Warga disana juga memakan makanan
berbahan dasar singkong. Sosial disana juga bagus, masih
berkomunikasi satu sm lain dan saling sapa menyapa.

d. Menurut Vidya kampung adat cireundeu adalah kampung yang sangat


unik, kebudayaan nya yang membuat mereka unik. Di zaman yang
sudah modern ini warga cireundeu sangat luar biasa masih bisa
mempertahankan kebudayaan nya dan tidak terpengaruh oleh dunia
luar. Selain itu karena kampung ini bertempat diantara bukit bukit
udara di kampung ini sangat sejuk. Warga yang tinggal di kampung
Cireundeu sangat ramah , mereka idup dengan rukun, saling mengapa
dan surah senyum. Warga cireundeu masih menggunakan bahasa
sunda yang sangat halus. Warga Cireundeu ini menga nut sebuah
agama yang disebut sunda wiwitan/suka sunda pertama. Mereka tidak
memiliki tuhan tapi mereka mengagungkan alam. Ada pepatah “gusti
nu ngasih , alam nu ngasah , manusia nu ngasuh “
o Foto kegiatan
Data Pustaka
https://kampungadatcireundeu.wordpress.com/about/

http://www.infobdg.com/v2/wisata-budaya-di-kampung-adat-cireundeu/

http://yourbandung.com/mengenal-lebih-dekat-budaya-di-kampung-adat-
cireundeu/

Ilmu Budaya Dasar

Kebudayaan Di Indonesia

Tragedi Leuwi gajah

Anda mungkin juga menyukai