1. Tarian Pontanu
Asal Daerah : Sulawesi Tengah (Donggala)
Makna : Tarian para perempuan Donggala dalam menenun sarung Donggala.
2. Tarian Pendet
Asal Daerah : Bali
Makna : Melambangkan ucapan selamat datang kepada Dewa-dewa.
3. Tari Saman
Asal Daerah : Aceh
Makna : Sebagai bentuk cerminan sopan santun, keagamaan, pendidikan, serta lambang kebersamaan
yang diwujudkan dalam kekompakkan para penari, juga digunakan sebagai media untuk menyampaikan
dakwah.
5. Lagu Apuse
Asal Daerah : Papua
Makna : Mengisahkan tentang perpisahan seorang cucu dengan kakek neneknya. Apuse sendiri artinya
adalah kakek atau nenek.
Suasana Malam 15 Agustus 1945, Sebelum Peristiwa Rengasdengklok Rumah Djiaw Kie Siong di
Rengasdengklok, Karawang dijadikan sebagai lokasi 'penculikan' Soekarno-Hatta (Wikipedia)
Segala macam persoalan seringkali timbul lantaran ada pemicunya, begitu pun dengan peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus
1945 yang ternyata diawali dari perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno.Kala itu tanggal 15
Agustus 1945 malam, kira-kira pukul 22.00 WIB di rumah Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat.
Sekelompok pemuda -Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh- dengan semangat patriotik menggebu-gebu berdebat
serius dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan.Para pemuda itu terus menuntut agar Soekarno-Hatta segera
memproklamasikan kemerdekaan. Namun, kedua tokoh itu pun tetap pada pendiriannya semula.Meski berulangkali didesak
oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskan itu sendiri. Ia harus berunding dengan para tokoh
lainnya.Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain,
Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro.
Tidak lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan, bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang
perhitungan serta kemungkinan akan menimbulkan banyak korban jiwa dan harta.
Namun tampaknya, para pemuda tidak puas mendengar penjelasan Hatta. Mereka mengambil kesimpulan yang
menyimpang, yaitu menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh
Jepang.Aksi penculikan itu yang kemudian menandai sejarah peristiwa Rengasdengklok. Tak sekadar sejarah, ini juga
menjadi 'saksi' bagaimana Soekarno-Hatta punya perhitungan besar terhadap Kemerdekaan Indonesia hingga memikirkan
nasib seluruh rakyat Indonesia.
Namun rupanya, aksi penculikan itu membuat Bung Karno kecewa dan marah karena menganggap para pemuda tidak mau
mendengarkan pertimbangannya yang sehat.Akibatnya, situasi dan keadaan memanas. Bung Karno tak punya pilihan lain,
kecuali mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang mereka tentukan.Sementara itu di Jakarta, antara Mr.
Achmad Soebardjo dari golongan tua dengan Wikana dari golongan muda membicarakan kemerdekaan yang harus
dilaksanakan di Jakarta.
Laksamana Tadashi Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Dari kesepakatan
itu, Jusuf Kunto dari pihak pemuda, hari itu juga mengantar Mr. Achmad Soebardjo bersama sekretaris pribadinya, Sudiro, ke
Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta.
Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan IndonesiaTeks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik
oleh Sayuti Melik (Wikipedia)
Pasca peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945, Soekarno (Bung Karno), Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta), beserta
Fatmawati dijemput oleh Mr. Achmad Soebardjo bersama sekretaris pribadinya, Sudiro, sekitar pukul 17.00 WIB.Mewakili
golongan tua, Achmad Soebardjo memberikan jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan diumumkan pada
tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB.
Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00 WIB. Tanpa menunda, rombongan langsung menuju rumah
Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1, setelah lebih dahulu menurunkan Fatmawati dan putranya di
kediaman Soekarno.
Di ruang makan rumah Laksamana Maeda jelang tengah malam, rumusan teks Proklamasi yang akan dibacakan esok
harinya disusun. Soekarno menuliskan konsep proklamasi pada secarik kertas. Sementara Hatta dan Achmad Soebardjo
menyumbangkan pikirannya secara lisan.Naskah proklamasi yang sudah selesai dirumuskan itu kemudian diketik oleh Sayuti
Melik menggunakan mesin ketik yang 'dipinjam', lebih tepatnya 'diambil' dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman,
Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.