Gagasan pokok biasanya terletak pada kalimat pertama berupa kesimpulan dari kalimat tersebut.
Artinya:
Tembang Pangkur yang diceritakan,
Pengabdian yang berguna untuk orang hidup,
Jelek dan baik itu,
Sebaiknya kamu ketahui,
Adat istiadat itu hendaknya dilaksanakan,
Juga yang berupa tata krama,
Dilaksanakan siang dan malam.
2) Mingkar-mingkuring angkara, 8a
Akarana karenan mardi siwi, 11i
Sinawung resmining kidung, 8u
Sinuba sinukarta, 7a
Mrih kertarto, pakartining ngelmu luhung, 12u
Kang tumrap neng tanah Jawi, 8i
Agama-ageming aji. 8i
(KGPA. Mangkunagara IV, Wedhatama)
Artinya:
Disingkur oleh angkara,
Oleh karena puas dengan anak didik,
Dihiasi nyanyian yang resmi,
Disambut diselamatkan,
Agar selamat, budi pekerti ilmu luhur,
Bagi orang tanah Jawa,
Agama adalah pedomannya.
1. 'Welas Asih'
Kanca ingkang katresnanan 8a
Kanca kang jaler lan estri 8i
Kanca kang apik lan ala 8a
Saka mbiyen nganti iki 8i
Aja padha ngerahi 7i
Supaya uripe rukun 8u
Aja padha kerahan 7a
Lan gawe laraning ati 8i
Iku kabeh gawe rukun marang kanca 12a
Terjemahan:
“Belas Kasihan”
Teman yang saling mengasihi
Teman laki-laki dan perempuan
Teman yang baik maupun buruk
Dari dahulu hingga sekarang
Jangan saling bermusuhan
Agar hidupnya lebih rukun
Jangan suka bertengkar
Dan saling menyakiti hati satu sama lain
Semua itu menciptakan kerukunan antar sesama teman
2. “Sregep Sinau”
Langit iki katon padang 8a
Kaya padange ning ati 8i
Ngilangake rasa malas 8a
Sing tansah ngrogoti ati 8i
Aku tansah taberi 7i
Menyang ing papan sinau 8u
Golek ilmu manfaat 7a
Kanggo sanguning urip 7i
Dadi wong sing migunani marang bangsa 12a
Terjemahan:
“Rajin Menuntut Ilmu”
Langit ini terlihat terang
Selayaknya terang di hati
Menghilangkan rasa malas
Yang selalu menggerogoti hati
Menjadikanku rajin
Pergi ke tempat belajar atau sekolah
Menuntut ilmu yang bermanfaat
Sebagai bekal selama hidup
Menjadi orang yang berguna bagi bangsanya
8. Nama peribahasan
1. a dina, ana upa. (Ada hari, ada nasi).
Artinya: Selama orang mau bekerja dengan tekun pasti akan mendapatkan sesuap nasi (rezeki).
Peribahasa yang mirip yaitu: “Ora obah ora mamah” (tak mau bergerak (bekerja) tak memperoleh
makan). Ini menjadi semboyan bagi orang kecil dalam menyemangati dirinya untuk bekerja.
2. Ngundhuh wohing pakerti. (Memetik buah perbuatan sendiri).
Artinya: Sebagaimana petani, ketika menanam padi pada saatnya nanti akan menuai padi, bukan
jagung. Ini merupakan kiasan untuk orang yang melakukan perbuatan buruk pasti akan memperoleh
keburukan pula di kemudian hari.
3. Kebo gupak ajak-ajak. (Kerbau penuh lumpur mengajak kotor yang bersentuhan dengannya).
Artinya: Ungkapan ini merupakan peringatan bahwa orang yang yang mempunyai sifat dan perbuatan
buruk (kotor) cenderung suka mengajak (mempengaruhi) orang lain mengikuti perbuatannya. Oleh
karena itu. jauhilah orang seperti itu atau jangan berdekatan dengannya.
4. Anak polah, bapa kepradhah. (Anak meminta, bapak meluluskannya).
Artinya: Ini merupakan peringatan bagi orang tua agar bertanggung jawab terhadap kehidupan anak-
anaknya. Orang tua harus mempertimbangkan dengan cermat permintaan si anak, mengenai baik-
buruk dan manfaatnya, agar tidak menimbulkan permasalahan dalam keluarga.
5. Witing tresna jalaran saka kana. (Awal cinta karena biasa berdekatan).
Artinya: Peringatan bagi laki-laki maupun perempuan agar berhati-hati dalam berteman, karena
kedekatan (keakraban) dapat menumbuhkan cinta.
6. Nabok nyilih tangan. (Memukul pinjam tangan orang lain).
Artinya: Kiasan terhadap orang licik yang tidak berani menghadapi musuhnya secara terbuka, namun
meminta tolong (bantuan) orang lain dengan sembunyi-sembunyi.
7. Kekudhung walulang macan. (Berkerudung kulit harimau).
Artinya: Gambaran orang yang berusaha mencapai keinginannya dengan menggunakan pengaruh
dari penguasa atau orang yang ditakuti masyarakat.
8. Becik ketitik, ala ketara. (Baik akan terbukti (diakui), buruk akan kelihatan sendiri).
Artinya: Anjuran agar siapa pun tidak takut berbuat baik. Meskipun awalnya belum kelihatan, pada
saatnya akan menemukan makna dan dihargai. Dan jika berbuat buruk, sepandai-pandainya menutupi
akhirnya akan ketahuan juga.
9. Emban cindhe, emban siladan. (Menggendhong dengan selendang, menggendong dengan rautan
bambu).
Artinya: Nasihat yang kebanyakan ditujukan pada orang tua (penguasa), agar tidak membeda-
bedakan perhatiannya terhadap anak ataupun rakyat (bawahannya). Yang disukai jangan lantas diberi
kemudahan sementara yang tidak disukai terus-menerus disakiti (dipersulit hidupnya).
10. Kegedhen empyak kurang cagak. (Kebesaran atap kurang tiang).
Artinya: Gambaran dari orang yang berbuat sesuatu melebihi kemampuannya. Dengan memaksakan
diri, sebagaimana dikiaskan rumah yang atapnya terlampau besar (lebar) dengan sedikit tiang, besar
kemungkinan rumah (cita-citanya) tidak dapat didirikan (terwujud). Misalnya terwujud (rumah dapat
berdiri), konstruksinya akan rapuh sehingga mudah roboh dan akan menimbulkan masalah baru.
11. Ngono ya ngono, ning aja ngono. (Begitu ya begitu, tapi jangan begitu).
Artinya: Ungkapan ini merupakan peringatan agar orang tidak berbuat yang berlebihan sehingga
menimbulkan permasalahan baru atau mengganggu orang lain. Contohnya, boleh saja orang menagih
hutang yang lama tidak dibayar. tetapi jangan semata-mata dilakukan di depan umum, karena akan
membuat malu orang yang ditagihnya.
12. Tuna satak bathi sanak. (Rugi sedikit tak apa, asal tambah saudara).
Artinya: Seorang pedagang yang menyadari bahwa laba bukan segala-galanya akan mengurangi
sedikit laba yang diperoleh, sehingga para pembeli akan merasa senang karena harga barang jadi
lebih murah dari pedagang lain. Akibatnya, mereka akan suka belanja kepadanya.
13. Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan. (Bukan saudara bukan kerabat, kalau mati Ikut
kehilangan).
Artinya: Ungkapan terhadap jasa seseorang yang cukup besar bagi masyarakat, sehingga ketika yang
bersangkutan meninggal dunia semua orang akan merasa kehilangan.
14. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. (Menghalangi diberantas, melintang ditebas).
Artinya: Semboyan atau tekad untuk menghapus kezaliman yang mencengkeram masyarakat, apapun
yang dihadapi akan dilawan karena sudah di luar batas perikemanusiaan.
15. Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang. (Tersandung di tempat yang rata, terbentur ke langit).
Artinya: Suatu kejadian yang jarang imustahil) terjadi. Bagaimana mungkin di tempat rata orang bisa
tersandung. dan kepala terbentur ke langit? Jika itu terjadi dikarenakan kurang hati-hati dan ceroboh.
Ini merupakan peringatan agar orang selalu waspada dan berhati-hati dalam berbuat sesuatu.
16. Cegah dhahar lawan guling. (Mengurangi makan dan tidur).
Artinya: Model puasa (menahan hawa nafsu) yang melengkapi kehidupan sehari-hari agar cita-cita
(keinginan) terkabul dan kehidupan menjadi lebih baik.
17. Janma tan kena ingina. (Manusia jangan dihina).
Artinya: Peringatan bahwa orang bisa saja berbeda antara isi dan penampilannya. Jika dilihat dari
penampilannya mungkin akan keliru. karena banyak orang suka menyembunyikan (menyimpan)
kemampuan yang jauh berbeda dengan apa yang kelihatan.
18. Sadumuk bathuk, sanyari bumi, ditohi pati. (Menyentuh dahi (isteri), merebut sejengkal tanah, dilawan
sampai mati).
Artinya: Gambaran sikap laki-laki Jawa dalam mempertahankan kehormatan dan harga diri sebagai
suami (dan isterinya) sekaligus dalam mempertahankan tanah air (bumi/tanah) sebagai warganegara.
Ini berarti, kepemilikan perempuan (isteri) dan tanah (tempat tinggal) layak dipertahankan dengan
darah.
19. Utha-uthu nggoleki selane garu. (Ke sana-kemari mencari celah sawah yang dibajak).
Artinya: Semangat seseorang yang terus berjuang tanpa lelah dan tidak malu dalam usaha mencari
nafkah lewat pekerjaan apapun yang ada di sekitarnya.
20. Kaya kali ilang kedhunge. pasar ilang kumandhange. (Seperti sungai kehilangan lubuk, pasar
kehilangan gema).
Artinya: Gambaran situasi dan kondisi zaman ketika adat kebiasaan dan tradisionalisme mulai terkikis,
dan berganti dengan nilai-nilai baru yang belum sepenuhnya dimengerti oleh masyarakat.
9. Melengkapi peribahasa
10. nama- nama cangkriman
Cangriman dewe dibedhakake ono 4 jenis
yaiku
1. Cngkriman Wancahan yaiku Cangkriman kang di jupuk saka Suku kata ngarep lan
Buri, Cangkriman Wancahan luwih kayata Singkatan Kang duweni arti
Tuladha :
* Burnas Kopen = Bubur Panas Kokopen ( dimakan dgn cara mulut nempel ke mangkok
* Pak Boletus = Tapak Kebo lelene satus ( Jejak telapak kerbau berisi lele seatus)
* Manuk Biru = Pamane punuk Bibi e kuru ( Pamanya gemuk bibinya kurus )
* Buta Buri = Tebu ditata mlebu lori ( Tebu ditata masuk lori )
* Pindang Khutut= Sapi Mblandang lukune katut ( Sapi kabur walukunya ikut )
2. Cangkriman Pepindhan yaiku Cangkriman kang ngemu teges Pepindahan utawa irib iriban
Tuladha :
Tuladha :
* Wtenge keroncongan = Wetenge wis luwe ( Perutnya sudah lapar )
* Disuguihi Opak angin = Ora disuguhi apa-apa ( Tidak dijamu apa apa )
*Gajah numpak becak ketok apane? (Gajah naik becak kelihatan apanya?) Jawab Ketok ndobole
(kelihatan membualnya)
* Wong dodol tempe ditaleni (Orang jual tempe diikat). Jawab: Yang diikat bukan orangnya tetapi
tempenya
* Wong dodol klapa dikepruki (Orang jual kelapa dipukuli kepalanya). Jawab: Yang dikepruk bukan
orangnya tetapi kelapanya
4. Cangkriman Tembang yaiku Cangkriman kang isine dijupuk saka tembang macapat biasane iku
tembang pocung
Tuladha :
*. Tembang Kinanthi: Wonten putri luwih ayu; Tan ana ingkang tumandhing; Sariranira sang retna; Owah-
owah saben ari; Yen rina kucem kang cahya; mung ratri mancur nelahi (Ada putri amat cantik; tidak
ada
yang menandingi; badan sang dewi; Berubah setiap hari; Kalau siang suram cahayanya; Hanya pada
malam hari bersinar cahayanya). Jawaban: Rembulan
* Tembang Pucung: Bapak pucung dudu watu dudu gunung; Sangkamu ing sabrang; Ngon ingone sang
Bupati; Yen lumampah si pucung lembehan grana (Bapak pucung bukan batu bukan gunung; Asalmu
dari
tanah seberang; Piaraan sang Bupati; Kalau berjalan si pucung berlenggang hidung). Jawab: gajah
* Tembang Pucung: Bapak pucung renten-renteng kaya kalung; Dawa kaya ula; Pencokanmu wesi miring;
Sing disaba si pucung mung turut kutha (Bapak pucung berangkai seperti kalung; Panjang laksana
ular;
Tempat bertenggermu besi miring; Yang didatangi si pucung dari kota ke kota). Jawab: kereta api
11. Menentukan kata yang tepat untuk melengkapi cangkriman
wiwawité, lesbadongé = uwi dawa uwité, tales amba godongé
pakboletus = tapak kebo ana léléné satus.
Kebo lima kalong telu kari pira = 8 ( kebo5 + kalong3 = 8)
Gajah numpak becak sing ketok disik apane = ya ketara lek ngapusi
Bapak pucung, angger butuh ngambung-ngambung. Yen juragan mangan, ngglibet sinambi ngriwuki,
yen wis oleh pucung nggereng karo mangan. (kucing)
Bapak pucung, yen tersinggung adhuh biyung. Bisa ngejur omah, nadyan mobil ora peduli, pucung
mendha lamun ta siniram tirta. (geni)
Pitik walik saba amben = sulak/kebus/kemucing
. Bapak Guru ingkang dhahat kinurmatan, sarta adhik-adhik ingkang kula tresnani, sakedhap malih
kula badhe nilaraken bangku pawiyatan SD punika. Kula minangka wakil siswa-siswi kelas enem
badhe nyuwun pamit dhateng para bapak/Ibu Guru, sarta adik-adhik. Mugi-mugi anggenkula
nglajengaken nuntut ilmu ing pawiyatan lajengipun saged lancar. Kula sakanca nuwun do’a restu
mugi-mugi cita-cita kula sakanca saged kasil ing tembe burinipun. Sajatosipun awrat tumrap kula
sakanca ninggalaken pawiyatan punika, nanging kadospundi malih, lilanana kula sakanca nyuwun
pangestu.
@isi: pamit perpisahan, nyuwun pangestu.
Pangetan dinten pendidikan nasional sanget tumrap kula panjenengan sadaya. K.H
Dewantara,pindhanipun sekar ingkang tansah mbabar angambar ganda arum ing bangsa Indonesia.
Panjenenganipun punika pangarsa pendidikan wonten negara Indonesia. Sumangga kita sedaya
tansah eling marang jasanipun bapak pendidikan nasional inggih bapak K.H. Deawantara, amargi
jasa-jasa nipun kita sedaya saged sekolah, mugi-mugi pendidikan wonten negara kita tansah maju,lan
saged tumindak becik amargi pendidikan ingkang sae
1. Salam Pambuka: sala pakurmatan sing kapisanan, marang para tamu utawa sing kepareng
rawuh. Isine atur salam pakurmatan marang para rawuh, lan sapa-aruh (sapaan) tumrap para
rawuh.
2. Purwaka: Atur pamuji syukur marang Gusti Allah, sarta atur panuwun marang para
rawuh/tamu sing kepareng rawuh.
3. Isi/surasa basa: sakabehe bab kang diandharake marang para rawuh/tamu
4. Dudutan utama/Wigatine (kesimpulan): ringkesan isi kang wigati, utawa inti sarine sing
diandharake.
5. Pangarep-arep: Pituduh lan pangajab, sing diandharake marang para rawuh/tamu lan sing
midangetake.
6. Wasana Basa (panutup): atur panuwun sarta nyuwun pangapura manawa ana kekurangan
utawa kaluputan olehe ngandharake
1. Salam Pambuka
Salam pakurmatan ingkang setunggal dhateng para dhayoh utawi ingkang kepareng rawuh.
4. Permana (simpulan)
Ringkesan wiji ingkang permana utawi intine ingkang diandharaken.
5. Wusana (panutup)
Atur panuwun sarta nyuwun pangapunten manawa wonten kirang utawi kalepatan anggen
ngandharaken pidhato.