NIM : 1915051088
Rombel :5
Megibung merupakan tradisi atau kearifan lokal ciri khas warga Karangasem, daerah
yang terletak di ujung timur Pulau Dewata Bali, Indonesia. Kata megibung berasal dari
kata dasar gibung dan mendapat imbuhan me. Gibung artinya kegiatan yang dilakukan
banyak orang secara bersama-sama berkumpul saling berbagi antara satu orang dengan
yang lainnya. Megibung adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang
untuk duduk makan bersama dan saling berdiskusi dan berbagi pendapat.
Tata cara megibung yaitu warga menyiapkan makanan di atas nampan yang
sudah dialasi daun pisang terkadang dengan nampan saja sudah cukup. Disinilah timbul
istilah gibungan dan karangan, gibungan merupakan nasi putih yang diletakkan di
wadah tersebut, sedangkan karangan atau juga disebut selaan merupakan lauk dan
sayurnya. Kemudian dibentuklah sela atau kelompok berisi 5-8 orang atau
menyesuaikan, duduk bersila membenuk lingkaran posisinya sesuai arah jarum jam.
Kembali ada istilah yaitu pepara adalah orang yang bertugas menuangkan nasi dan lauk
ke dalam wadah. Lauk yang pertama dituangkan adalah sayur sedangkan daging
merupakan lauk terakhir yang dituangkan.
Ada beberapa etika yang perlu diperhatikan ketika megibung yaitu harus
mencuci tangan terlebih dahulu, saat makan tidak boleh menjatuhkan sisa maknan dari
suapan, tidak boleh mengambil makanan yang ada di sebelah kita, dan apabila ada yang
sudah kenyang tidak boleh meninggalkan tempat atau meninggalkan temannya. Air
minum disediakan dalam kendi tanah liat. Cara meminumnya diteguk dari ujung kendi
sehingga bibir tidak menyentuh kendi yang disebut nyeret. Namun sekarang lebih
praktis, air kendi diganti dengan air mineral kemasan.
Berdasarkan kearifan lokal Tri Hita Karana, Megibung dapat dijabarkan secara
Teologis (Parhyangan), Sosial (Pawongan), dan Ekologis (Palemahan) sebagai berikut:
Kearifan lokal secara Teologis (Parhyangan), saat ini kegiatan megibung kerap
kali dapat dijumpai pada saat prosesi berlangsungnya Upacara Adat dan Keagamaan di
suatu tempat di Karangasem. Seperti misalnya dalam Upacara Dewa Yadnya, Pitra
Yadnya, Bhuta Yadnya, Rsi Yadnya dan Manusa Yadnya. Pada kegiatan ini biasanya
yang punya acara memberikan undangan kepada kerabat serta sanak saudaranya guna
menyaksikan prosesi kegiatan upacara keagamaan tersebut. Sehingga prosesi upacara
dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Disanalah akan timbul hubungan antara
manusia dengan tuhan.
Dengan demikian tradisi atau kearifan lokal Karangasem ini yaitu Megibung
memiliki kearifan lokal Tri Hita Karana yaitu Kearifan Lokal Teologis (Kearifan lokal
Parhyangan), Kearifan Lokal Sosial (Kearifan Lokal Pawongan), Kearifan Lokal
Ekologis (Kearifan Lokal Palemahan).