Anda di halaman 1dari 2

Spiritualitas Makanan Sunda

Indonesia adalah negara yang memiliki beragam kuliner khas di setiap daerah, suk
u Sunda adalah salah satunya. Namun yang harus menjadi perhatian adalah berbagai
makanan tradisional yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Masyarakat Sund
a sangat kental dengan makanan yang disajikan dalam kegiatan adat istiadat seper
ti Kupat, Leupeut dan Tangtang Angin. Makanan tersebut memiliki makna yang sanga
t dalam bagi masyarakat Sunda meskipun saat ini banyak ditinggalkan karena semak
in pesatnya kemajuan zaman dan pandangan mistis yang tidak berterima.
Kupat, Leupeut dan Tangtang Angin
Kupat, Leupeut dan Tangtang Angin
Kupat, Leupeut dan Tangtang Angin terbuat dari bahan makanan pokok yaitu beras.
Beras dalam pandangan hidup masyarakat Sunda memiliki penghargaan yang sangat ti
nggi dibandingkan dengan makanan lain karena masyarakat akan lebih merasa puas k
etika mereka tidak kekurangan bahan makanan pokok tersebut. Beras memiliki nilai
religius dan tampak pada sebagian besar masyarakat Sunda yang sangat menghormat
i padi karena dianggap sebagai penjelmaan Dewi Padi (lambang kesuburan). Beras t
erdiri dari beras putih dan beras merah, beras putih yang kemudian menjadi sangu
bodas (nasi putih) dianggap lebih baik dan layak untuk menghormati atau menjamu
tamu sedangkan sangu beureum (nasi merah) diberikan oleh majikan kepada buruh t
ani dan ditanak agak keras.
Kupat, Leupeut dan Tangtang Angin merupakan bagian dari sesajen dan memiliki nil
ai yang sangat sakral bagi pandangan masyarakat yang masih mempercayainya. Tujua
n dari sesajen adalah untuk mencari berkah yang dilakukan oleh masyarakat guna m
encapai suatu keinginan atau terkabulnya sesuatu yang bersifat duniawi. Saat ini
orang beranggapan bahwa menyajikan sesajen adalah suatu kemusyrikan namun ada s
uatu simbol atau siloka (penyampaian dalam bentuk pengandaian atau gambaran yang
berbeda) di dalam sesajen yang harus kita pelajari. Kearifan lokal yang disimbo
lkan dalam sesajen perlu dipelajari sebagai bagian dari kearifan budaya lokal ya
ng diturunkan oleh leluhur kita.
Kupat, Leupeut dan Tangtang Angin
Kupat, Leupeut dan Tangtang Angin
Kupat, Leupeut dan Tangtang Angin dipercaya memiliki makna yang sangat dalam kar
ena merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kupat dalam bahasa Indonesia disebut juga ketupat dan banyak ditemui pada peray
aan Hari Raya Idul Fitri. Namun, jika dirunut ke belakang kupat merupakan salah
satu makanan tradisional sebagai bagian dari sesajen dalam melakukan acara-acara
besar (syukuran) dan upacara adat Sunda yang kemudian sering disebut Kupat Keup
eul karena besar atau ukuran kupat tersebut memenuhi satu genggaman tangan atau
Kupat Salamet. Kupat menurut beberapa sesepuh Sunda diartikan sebagai larangan u
ntuk kita agar tidak mengumpat atau melakukan hal-hal tidak baik kepada orang la
in (ulah ngupat simuat kanu sanes). Jika kita melihat bentuknya, kupat menggamba
rkan empat arah mata angin yang memiliki satu sumber kekuatan di bagian tengahny
a beserta adanya harmonisasi serta keseimbangan alam yaitu empat arah mata angin
utama (timur, selatan, barat, utara) yang bertumpu pada satu pusat. Ini berarti
bahwa ke arah manapun manusia pergi dalam kehidupan, hendaknya tidak pernah mel
upakan Tuhan Yang Maha Esa. Berkaitan dengan pembungkus kupat yang dibuat dari p
elepah daun kelapa atau janur dipercaya sebagai proses pemanfaatan sumber daya a
lam. Rumitnya anyaman bungkus kupat juga mencerminkan berbagai kesalahan manusia
.
Leupeut artinya adalah luput atau keliru sehingga diadakannya leupeut menjadi si
mbol harapan agar manusia dijauhkan dari kesalahan dan kekeliruan. Dua buah Leup
eut pasti selalu diikat menggunakan tali dari bambu menjadi satu yang merupakan
gambaran bahwa Tuhan Yang Maha Esa selalu menciptakan segala sesuatu di dunia in
i berpasang-pasangan. Selain itu, makna dari satu ikatan leupeut tersebut bahwa
kita sebagai manusia harus hidup bersama-sama dan bersatu tetapi bukan dalam hal
atau urusan yang tidak baik.
Tangtang angin adalah makanan yang dibungkus dengan daun bambu dan berbentuk seg
i tiga. Tangtang angin merupakan simbol harapan bagi manusia agar memiliki pendi
rian yang teguh dan ketegasan (ulah angin-anginan, luar-leor teu boga pamadegan)
. Bentuk segi tiga tangtang angin mengandung makna sebagai tempat suci bagi tran

sformasi kehidupan. Segi tiga dengan satu sudut di atas melambangkan tempat suci
bagi transformasi ke alam lain melalui kematian sedangkan segi tiga dengan satu
sudut di bawah melambangkan tempat suci bagi transformasi dari alam rahim ke al
am dunia melalui kelahiran. Bentuk segi tiga dalam budaya Sunda dipakai sebagai
lambang yang memiliki makna kesempurnaan dan merujuk pada tempat yang sempurna a
tau suci sebagai media transformasi kesempurnaan hidup.
Ketiga makanan tersebut merupakan warisan yang harus terus dijaga karena makna y
ang terkandung di dalamnya sangat positif. Makanan tersebut merupakan simbol har
apan agar manusia dapat menjalani kehidupan sebaik mungkin tanpa adanya permusuh
an yang diakibatkan oleh perbuatan yang tidak baik. Kupat, Leupeut dan Tangtang
Angin diharapkan sebagai sebuah wejangan untuk terciptanya harmonisasi dalam keh
idupan manusia maka sangat penting bagi kita sebagai masyarakat untuk menjaga ke
aslian makanan tradisional tersebut. Kalau bukan kita, SIAPA LAGI? *** [k/IRS]

Anda mungkin juga menyukai