Anda di halaman 1dari 311

RANCANGAN TEKNOKRATIK

RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
2020-2024
Indonesia Berpenghasilan Menengah - Tinggi
yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
DAFTAR ISI ii

BAB 1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL IV 2020-2024:


INDONESIA BERPENGHASILAN MENENGAH - TINGGI YANG SEJAHTERA,
ADIL, DAN BERKESINAMBUNGAN 1
• Arahan RPJP Nasional 2005 – 2025 2
• Tema dan Agenda Pembangunan 3
• Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024 7
• Batasan Pembangunan (Development Constrant) 18
• Kaidah Pembangunan 25
• Pengarusutamaan RPJMN IV 2020-2024 28

BAB 2 MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI UNTUK PERTUMBUHAN


YANG BERKUALITAS 31
• Pendahuluan 32
• Capaian Pembangunan 2015-2019 33
• Lingkungan dan Isu Strategis 38
• Sasaran, Target dan Indikator 44
• Arah Kebijakan dan Strategi 51

BAB 3 MENGEMBANGKAN WILAYAH UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN


& MENJAMIN PEMERATAAN 64
• Pendahuluan 66
• Capaian Pembangunan 2015-2019 67
• Lingkungan dan Isu Strategis 70
• Sasaran, Target, dan Indikator 75
• Arah Kebijakan dan Strategi 77

BAB 4 MENINGKATKAN SDM BERKUALITAS DAN BERDAYA SAING 86


• Pendahuluan 88
• Capaian Pembangunan 2015-2019 89
• Lingkungan dan Isu Strategis 90
• Sasaran, Target, dan Indikator 100
• Arah Kebijakan dan Strategi 105

BAB 5 MEMBANGUN KEBUDAYAAN DAN KARAKTER BANGSA 116


• P endahuluan 118
• C apaian Pembangunan 2015-2019 119
• Lingkungan dan Isu Strategis 120

ii Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi Yang Sejahtera, Adil, Dan Berkesinambungan
• S asaran, Target, dan Indikator 124
• Arah Kebijakan dan Strategi 125

BAB 6 MEMPERKUAT INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN


EKONOMI & PELAYANAN DASAR 128
• Pendahuluan 130
• Capaian Pembangunan 2015-2019 132
• Lingkungan dan Isu Strategis 139
• Sasaran, Target, dan Indikator 161
• Arah Kebijakan dan Strategi 172

BAB 7 MEMBANGUN LINGKUNGAN HIDUP, MENINGKATKAN KETAHANAN


BENCANA, DAN PERUBAHAN IKLIM 184
• Pendahuluan 186
• Capaian Pembangunan 2015-2019 187
• Lingkungan dan Isu Strategis 191
• Sasaran, Target, dan Indikator 208
• Arah Kebijakan dan Strategi 208

BAB 8 MEMPERKUAT STABILITAS POLHUKAM DAN TRANSFORMASI


PELAYANAN PUBLIK 210
• Pendahuluan 212
• Capaian Pembangunan 2015-2019 216
• Lingkungan dan Isu Strategis 224
• Sasaran, Target, dan Indikator 236
• Arah Kebijakan dan Strategi 241

BAB 9 KAIDAH PELAKSANAAN 248


• Kerangka Regulasi 250
• Kerangka Kelembagaan 255
• Kerangka Pendanaan 257
• Kerangka Evaluasi dan Pengendalian 268

BAB 10 MENUJU INDONESIA 2025 274


• Ekonomi 276
• Inrastruktur 278
• Sosial dan Budaya 278
• Lingkungan Hidup 281
• Tata Kelola 283

Lampiran
• Pengarusutamaan 283

iii
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH
NASIONAL IV 2020-2024:
Indonesia Berpenghasilan
Menengah - Tinggi yang
Sejahtera, Adil, dan
Berkesinambungan
Arahan RPJPN 2005-2025

1
Tema dan Agenda Pembangunan
Kerangka Ekonomi Makro
Batasan Pembangunan (Development Constraint)
Kaidah Pembangunan
Pengarusutamaan RPJMN IV 2020-2024
Arahan RPJP Nasional 2005 – 2025

Rencana Pembangunan Jangka Menengah menekankan terbangunnya struktur perekonomian


Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan
mempengaruhi pencapaian target pembangunan Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun
dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN 2005-
Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan 2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana
setara dengan negara-negara berpenghasilan pembangunan nasional periode terakhir. Keempat
menengah atas (upper-middle income country/MIC) pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda
yang memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber pembangunan yang didalamnya terdapat Program
daya manusia, layanan publik, serta kesejahteraan Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.
rakyat yang lebih baik.
Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan
Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
pembangunan jangka menengah 2020-2024 Target-target dari 17 tujuan (goals) dalam Tujuan
adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan indikatornya telah ditampung dalam 7 agenda
pembangunan di berbagai bidang dengan pembangunan.

Gambar 1.1 Empat Pilar RPJMN IV tahun 2020 - 2024

Kelembagaan politik dan hukum yang mantap

Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat

Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh

Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga

2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tema dan Agenda Pembangunan

Indonesia Berpenghasilan
Menengah - Tinggi yang
Sejahtera, Adil, dan
Berkesinambungan

7 Agenda Pembangunan RPJMN IV tahun 2020 - 2024

Memperkuat Ketahanan
Ekonomi untuk Pertumbuhan
yang Berkualitas
Memperkuat Infrastruktur untuk
Mendukung Pengembangan
Ekonomi dan Pelayanan Dasar

Mengembangkan Wilayah untuk


Mengurangi Kesenjangan

Membangun Lingkungan Hidup,


Meningkatkan Ketahanan
Bencana dan Perubahan Iklim
Meningkatkan Sumber Daya
Manusia yang Berkualitas dan
Berdaya Saing
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam dan
Transformasi Pelayanan Publik

Membangun Kebudayaan dan


Karakter Bangsa

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 3


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Memperkuat Mengembangkan Wilayah Meningkatkan Sumber
Ketahanan Ekonomi untuk Mengurangi Daya Manusia yang
untuk Pertumbuhan Kesenjangan & Berkualitas dan Berdaya
yang Berkualitas Menjamin Saing
Pemerataan

Peningkatan inovasi Pengembangan wilayah Manusia merupakan modal


dan kualitas Investasi ditujukan untuk utama pembangunan
merupakan modal meningkatkan pertumbuhan nasional untuk menuju
utama untuk mendorong ekonomi dan pemenuhan pembangunan yang inklusif
pertumbuhan ekonomi pelayanan dasar dengan dan merata di seluruh
yang lebih tinggi, memperhatikan harmonisasi wilayah.
berkelanjutan dan antara rencana pembangunan
mensejahterakan secara dengan pemanfaatan ruang. Pemerintah Indonesia
adil dan merata. berkomitmen untuk
Pengembangan wilayah meningkatkan kualitas dan
Pembangunan ekonomi yang mampu menciptakan daya saing SDM yaitu sumber
akan dipacu untuk tumbuh kesinambungan dan daya manusia yang sehat
lebih tinggi, inklusif dan keberlanjutan ini dapat dan cerdas, adaptif, inovatif,
berdaya saing melalui: dilakukan melalui: terampil, dan berkarakter,
1) Pengelolaan sumber 1) Pengembangan sektor/ melalui:
daya ekonomi yang komoditas/kegiatan 1) Pengendalian penduduk
mencakup pemenuhan unggulan daerah, dan penguatan tata kelola
pangan dan pertanian 2) Distribusi pusat-pusat kependudukan;
serta pengelolaan pertumbuhan (PKW) ke 2) Penguatan pelaksanaan
kelautan, sumber daya wilayah belum berkembang, perlindungan sosial;
air, sumber daya energi, 3) Peningkatan daya saing 3) Peningkatan akses
serta kehutanan; dan wilayah yang inklusif, dan kualitas pelayanan
2) Akselerasi peningkatan 4) Memperkuat kemampuan kesehatan menuju
nilai tambah agro- SDM dan Iptek berbasis cakupan kesehatan
fishery industry, kewilayahan dalam semesta;
kemaritiman, energi, mendukung ekonomi 4) Peningkatan pemerataan
industri, pariwisata, unggulan daerah, serta layanan pendidikan
serta ekonomi kreatif 5) Meningkatkan IPM melalui berkualitas;
dan digital pemenuhan pelayanan 5) Peningkatan kualitas anak,
dasar secara merata. perempuan, dan pemuda;
6) Pengentasan kemiskinan;
dan
7) Peningkatan produktivitas
dan daya saing.

4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Membangun Memperkuat Infrastruktur Membangun Lingkungan
Kebudayaan dan untuk Mendukung Hidup, Meningkatkan
Karakter Bangsa Pengembangan Ekonomi Ketahanan Bencana dan
& Pelayanan Dasar Perubahan Iklim

Pembangunan kebudayaan Perkuatan infrastruktur Pembangunan nasional perlu


dan karakter bangsa memiliki ditujukan untuk mendukung memperhatikan daya dukung
kedudukan sentral dalam aktivitas perekonomian serta sumber daya alam dan daya
kerangka pembangunan mendorong pemerataan tampung lingkungan hidup,
nasional untuk mewujudkan pembangunan nasional. kerentanan bencana, dan
negara-bangsa yang perubahan iklim.
maju, modern, unggul, Pemerintah Indonesia akan
berdaya saing dan mampu memastikan pembangunan Pembangunan lingkungan
berkompetisi dengan bangsa- infrastruktur akan didasarkan hidup, serta peningkatan
bangsa lain. kebutuhan dan keunggulan ketahanan bencana dan
wilayah melalui: perubahan iklim akan
Mentalitas disiplin, etos 1) Menjadikan keunggulan diarahkan melalui kebijakan:
kemajuan, etika kerja, jujur, wilayah sebagai acuan 1) Peningkatan Kualitas
taat hukum dan aturan, tekun, untuk mengetahui Lingkungan Hidup;
dan gigih adalah karakter dan kebutuhan infrastruktur 2) Peningkatan Ketahanan
sikap mental yang membentuk wilayah, Bencana dan Iklim; serta
nilai-nilai budaya di dalam 2) Peningkatan pengaturan, 3) Pembangunan Rendah
masyarakat. Pembangunan pembinaan dan Karbon.
karakter dilaksanakan secara pengawasan dalam
holistik dan integratif dengan pembangunan,
melibatkan segenap komponen 3) Pengembangan
bangsa melalui: infrastruktur perkotaan
1) Memperkukuh ketahanan berbasis TIK,
budaya bangsa, 4) Rehabilitasi sarana dan
2) Memajukan kebudayaan, prasarana yang sudah
3) Meningkatkan pemahaman, tidak efisien,
pengamalan, dan 5) Mempermudah
penghayatan nilai agama, perijinan pembangunan
4) Meningkatkan kualitas dan infrastruktur.
ketahanan keluarga
5) Meningkatkan budaya
literasi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 5


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Memperkuat Stabilitas
Polhukhankam
dan Transformasi
Pelayanan Publik

Negara wajib terus hadir


dalam melindungi segenap
bangsa, memberikan rasa
aman serta pelayanan
publik yang berkualitas pada
seluruh warga negara dan
menegakkan kedaulatan
negara.

Pemerintah akan terus


berupaya meningkatkan tata
kelola pemerintahan yang
baik dan transparan yang
dapat diakses oleh semua
masyarakat melalui:
1) Reformasi kelembagaan
birokrasi untuk pelayanan
publik berkualitas,
2) Meningkatkan Hak Hak
Politik Dan Kebebasan
Sipil,
3) Memperbaiki sistem
peradilan, penataan
regulasi dan tata kelola
keamanan siber,
4) Mempermudah akses
terhadap keadilan dan
sistem anti korupsi.
5) Mempermudah akses
terhadap pelayanan dan
perlindungan WNI di Iuar
negeri

6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerangka Ekonomi Makro 2020-2024

Kilas Balik Ekonomi Makro 2015-2018

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Dari sisi pengeluaran, investasi tumbuh rata-rata
Menengah (RPJMN) 2015-2019 menghadapi 5,6 persen per tahun dan merupakan pendorong
berbagai tantangan peristiwa ekonomi global, utama pertumbuhan ekonomi. Dukungan terhadap
seperti krisis utang Yunani, Brexit, ketidakpastian pertumbuhan investasi utamanya didukung oleh
kebijakan Amerika Serikat seperti proteksionisme perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur
perdagangan dan normalisasi kebijakan moneter, dan peningkatan layanan investasi. Selanjutnya,
proses rebalancing ekonomi Tiongkok, dan konsumsi rumah tangga mampu tumbuh rata-rata
berakhirnya era commodity boom. Hal tersebut 5,0 persen per tahun. Di samping itu, konsumsi
menyebabkan pemulihan pertumbuhan ekonomi pemerintah tumbuh rata-rata 3,0 persen per tahun
dan perdagangan dunia pasca krisis keuangan di tengah tekanan menurunnya pendapatan negara.
global tahun 2008 berjalan lamban. Sementara itu, baik ekspor maupun impor barang
dan jasa riil tumbuh rata-rata 2,9 persen per tahun.
Namun demikian, perekonomian domestik tetap
tumbuh rata-rata 5,0 persen per tahun sepanjang Stabilitas makro ekonomi diupayakan tetap terjaga
empat tahun pertama pelaksanaan RPJMN (2015- yang tercermin dari laju inflasi dan nilai tukar yang
2018), lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata terkendali, cadangan devisa yang meningkat, dan
negara berkembang dunia sebesar 4,5 persen per defisit transaksi berjalan yang berada dalam batas
tahun. Pencapaian tersebut didukung oleh berbagai aman. Sepanjang 2015-2018, inflasi mencapai
kebijakan reformasi struktural, antara lain melalui rata-rata 3,3 persen per tahun, atau dalam rentang
kebijakan peningkatan iklim investasi, perbaikan target. Sementara itu, di tengah upaya pengendalian
daya saing industri, perbaikan efisiensi logistik, nilai tukar dan defisit transaksi berjalan, kondisi
stimulus ekspor, serta promosi pariwisata dan neraca pembayaran Indonesia masih relatif kuat
perkuatan daya beli masyarakat.. yang tercermin dari peningkatan cadangan devisa
Indonesia dari USD111,9 miliar pada tahun 2014
Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut menjadi USD120,7 miliar pada Desember 2018.
didorong oleh pertumbuhan di berbagai sektor.
Industri pengolahan tumbuh rata-rata 4,3 persen Di sisi fiskal, kebijakan tetap diarahkan untuk
per tahun. Selanjutnya, industri pertanian tumbuh mendukung pertumbuhan dan menjaga
rata-rata 3,7 persen per tahun di antaranya melalui stabilitas ekonomi, dengan tetap memperhatikan
perbaikan infrastruktur pertanian untuk memacu kesinambungan fiskal jangka menengah. Hal ini
produktivitas. Sementara itu, industri jasa mampu tercermin dari rasio utang yang lebih rendah dari 30
menjadi motor pertumbuhan ekonomi, di antaranya persen PDB dan defisit anggaran dan keseimbangan
industri jasa informasi dan komunikasi dan industri primer yang terus mengecil dan menuju positif pada
transportasi dan pergudangan yang tumbuh tahun 2018.
masing-masing sebesar 8,8 dan 7,4 persen per
tahun.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 7


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Melalui kinerja perekonomian yang kuat dan stabil, batas negara berpendapatan menengah-tinggi.
kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan. Tingkat kemiskinan diturunkan hingga satu digit
Ekspansi perekonomian domestik diperkirakan (9,82 persen pada tahun 2018) didorong salah
mampu menciptakan tambahan lebih dari 9 juta satunya melalui efektivitas program penanggulangan
lapangan kerja pada tahun 2015-2018. Tingkat kemiskinan. Rasio gini mengalami penurunan dari
pengangguran terbuka turun menjadi 5,34 persen 0,414 pada tahun 2014 menjadi 0,389 pada tahun
pada tahun 2018 dari 5,94 persen pada tahun 2018, menunjukkan berkurangnya ketimpangan
2014. Di sisi lain, PDB per kapita terus meningkat antar golongan pendapatan. Target pembangunan
dari USD3.531 pada tahun 2014 menjadi USD3.927 lainnya yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
pada tahun 2018, setara dengan GNI per kapita1 mengalami peningkatan dari dari 68,9 pada tahun
(Atlas Method) USD3.820, berada di ambang 2014 menjadi 71,39 pada tahun 2018.

Gambar 1.2 Pencapaian Kerangka Ekonomi Makro (KEM) 2015-2018

Pertumbuhan Pertumbuhan Tingkat Inflasi


PDB Per Kapita
Ekonomi Investasi (2015-2018)
(2018)
(2015-2018) (2015-2018)

5,0 5,6 3,927


USD
3,3
persen persen persen

CAPAIAN KEM 2015-2018

Tingkat Kemiskinan TPT


(2018) (2018) Rasio Gini IPM

9,82 5,34
(2018) (2018)

persen persen 0,389 71,39

1. Hasil estimasi Bappenas. Batas GNI per kapita (Atlas Method) negara berpendapatan menengah tinggi menurut
World Bank per Juli 2018 sebesar USD3896.

8 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tantangan Perekonomian 2020-2024

Ketidakpastian Global Pertumbuhan Ekonomi yang Stagnan


Ke depan, risiko ketidakpastian masih akan Selepas krisis ekonomi 1998, rata-rata pertumbuhan
mewarnai perkembangan perekonomian dunia. ekonomi Indonesia hanya pada kisaran 5,3 persen
Pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia per tahun. Bahkan dalam empat tahun terakhir
diperkirakan akan cenderung stagnan dengan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung
melambat, masing-masing diproyeksikan2 sebesar stagnan pada kisaran 5,0 persen. Dengan
3,6 dan 3,8 persen per tahun, sepanjang tahun tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, sulit bagi
2020-2024. Harga komoditas internasional ekspor Indonesia untuk dapat naik kelas menjadi negara
utama Indonesia diperkirakan juga akan cenderung berpendapatan tinggi atau mengejar ketertinggalan
menurun, di antaranya batu bara dan minyak kelapa pendapatan per kapita negara peers.
sawit, seiring dengan beralihnya permintaan dunia
ke produk yang lain. Adapun risiko ketidakpastian Stagnannya pertumbuhan ekonomi disebabkan
lainnya yang perlu diantisipasi antara lain perang utamanya oleh tingkat produktivitas yang rendah
dagang, perlambatan ekonomi China, dan tekanan seiring tidak berjalannya transformasi struktural.
normalisasi kebijakan moneter yang beralih dari AS Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat
ke kawasan Eropa. adalah: (1) regulasi yang tumpang tindih dan
birokrasi yang menghambat; (2) sistem dan
besarnya penerimaan pajak belum cukup memadai;
(3) kualitas infrastruktur yang masih rendah terutama
konektivitas dan energi; (4) rendahnya kualitas SDM
dan produktivitas tenaga kerja; (5) intermediasi
sektor keuangan rendah dan pasar keuangan yang
dangkal; (6) sistem inovasi yang tidak efektif; (7)
keterkaitan hulu-hilir yang lemah.

Gambar 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (% YoY)

basis pertumbuhan
15 lonjakan
yang rendah
harga minyak penurunan pertumbuhan dari sektor
10 harga minyak manufaktur & liberalisasi
lonjakan harga komoditas

5
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
1968-1979 1980-1996 2000-2018
0 7,5% 6,4% 5,3%

-5

-10
Krisis Keuangan Asia
-15
1968 1973 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2013 2018

2. Berdasarkan World Economic Outlook Database IMF April 2018

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 9


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Defisit Transaksi Berjalan yang Meningkat Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital
Tidak berkembangnya industri pengolahan Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri
berdampak pada kinerja perdagangan 4.0. Revolusi tersebut memberikan tantangan
internasional Indonesia. Hingga saat ini, ekspor dan peluang bagi perkembangan perekonomian
Indonesia masih didominasi oleh ekspor komoditas ke depan. Di satu sisi, digitalisasi, otomatisasi,
dengan jasa transportasi asing, tidak berbeda dan penggunaan kecerdasan buatan dalam
dengan periode 40 tahun yang lalu. Rasio ekspor aktivitas ekonomi akan meningkatkan produktivitas
terhadap PDB terus menurun dari 41,0 persen dan efisiensi dalam produksi modern, serta
pada tahun 2000 menjadi 21 persen pada tahun memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
2018. Akibatnya, Indonesia masih mengalami konsumen. Digital teknologi juga membantu proses
defisit transaksi berjalan hingga mencapai 3 persen pembangunan di berbagai bidang di antaranya
PDB, sementara beberapa negara peers sudah pendidikan melalui distance learning, pemerintahan
mencatatkan surplus. Di tengah kondisi keuangan melalui e-government, inklusi keuangan melalui
global yang ketat, peningkatan defisit transaksi fin-tech, dan pengembangan UMKM seiring
berjalan menjadi penghambat bagi akselerasi berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain,
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi
menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia.
Studi dari Mckinsey memperkirakan 60 persen
jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh
otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan 51,8 persen
potensi pekerjaan yang akan hilang. Di samping
itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis dan jual
beli berbasis online belum dibarengi dengan
upaya pengoptimalan penerimaan negara serta
pengawasan kepatuhan pajak atas transaksi-
transaksi tersebut. Hal ini penting mengingat
transaksi digital bersifat lintas negara.

Industry
4.0

10 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sasaran Ekonomi Makro 2020-2024
Sasaran Makro Pembangunan
Pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkat terbuka diharapkan menurun menjadi 6,5 – 7,0
rata-rata 5,4 – 6,03 persen per tahun dan pertumbuhan persen dan 4,0 – 4,6 persen pada tahun 2024.
PDB per kapita sebesar 4,0 +/- 1 persen, yang Tingkat rasio gini menurun menjadi 0,370 – 0,374
didorong oleh peningkatan produktivitas, investasi pada tahun 2024. Sementara IPM diharapkan
yang berkelanjutan, perbaikan pasar tenaga kerja, meningkat menjadi 75,54 pada tahun 2024, yang
dan peningkatan kualitas SDM. Dengan target mengindikasikan perbaikan kualitas sumber daya
pertumbuhan ekonomi tersebut, GNI per kapita manusia.
(Atlas Method) diharapkan meningkat menjadi
USD5.780 – 6.160 per kapita pada tahun 2024. Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dalam lima tahun ke depan, perbaikan
Selain menjaga pertumbuhan ekonomi, stabilitas transformasi struktural menjadi salah satu kunci
harga tetap menjadi prioritas. Tingkat inflasi utama. Perbaikan transformasi struktural utamanya
ditargetkan sebesar 3,0 ± 1 persen sepanjang 2020 didorong oleh revitalisasi industri pengolahan,
– 2024. dengan tetap mendorong perkembangan sektor
lain melalui modernisasi pertanian, hilirasi
Kondisi makro tersebut berdampak pada pertambangan, pembangunan infrastruktur yang
peningkatan perbaikan kualitas pertumbuhan. berkelanjutan, dan transformasi sektor jasa.
Tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran

Gambar 1.4 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi, Persen


6,5
(GNI Per Kapita Harga Berlaku Atlas Method ) (6.160)
6,2
(5.670)
6,1
5,9
(6.000)
(5.230)

5,7 5,9
(4.800) (5.560)
5,5 5,5 5,7
(4.390) (4.740) (5.140) 5,5
5,4 (5.780)
(4.370) 5,5
5,4 5,4 (5.390)
5,3 (5.020)
(4.680)
(4.340)

2020 2021 2022 2023 2024

Rendah Sedang Tinggi

3. Berdasarkan kajian potential growth Bappenas, apabila tidak dilakukan kebijakan apapun, pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun ke
depan adalah sebesar 4,9 persen. Untuk mencapai target pertumbuhan 5,4-6,0 persen diperlukan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja sebesar 68-70 persen, pertumbuhan investasi 6,9-8,1 persen, pertumbuhan Total Factor Productivity sebesar 30-70 persen dan rata-rata
lama sekolah 10 tahun dalam setiap skenario.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 11


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 1.5 Sasaran Makro Pembangunan 2020-2024

Defisit Transaksi
Share Industri Berjalan
Tingkat Investasi Pengolahan
6,9-8,1 2,2-1,8
persen (2020-2024)
20,1-21,3 persen PDB
persen (2024) (2020-2024)

Pertumbuhan
Pertumbuhan Ekspor Industri Pengolahan
Tingkat Inflasi
Non Migas Non Migas
2,0-4,0
persen (2020-2024)
9,2-11,4 5,8-7,6
persen (2020-2024) persen (2020-2024)

SASARAN MAKRO PEMBANGUNAN 2020-2024

PDB per Kapita Tingkat Kemiskinan TPT Rasio Gini IPM


5,780-6,160 6,5-7,0 4,0-4,6 0,370-0,374 75,54
USD (2024) persen (2024) persen (2024) (2024) (2024)

Gambar 1.6 Sasaran PDB Sisi Produksi: Transformasi Struktural untuk Peningkatan Kesejahteraan

REVITALISASI INDUSTRI MODERNISASI PERTANIAN TRANSFORMASI SEKTOR JASA

INDUSTRI PERTANIAN JASA

4,3 3,7 5,7


5,34-7,02 3,85-3,93 6,44-6,93
2015-2018 2015-2018 2015-2018
2020-2024 2020-2024 2020-2024

Memperbaiki lingkungan usaha yang Meningkatkan produktivitas serta Mendorong sektor jasa dengan nilai tambah yang
mendukung modernisasi industri, termasuk pendapatan petani dan nelayan tinggi didorong oleh inovasi dan teknologi
melalui penerapan Industri 4.0

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR HILIRISASI PERTAMBANGAN

LISTRIK KONSTRUKSI PERTAMBANGAN

3,3 6,1 0,1


4,43-4,81 5,83-6,15 1,70-1,74
Keterangan:
2015-2018 2015-2018 2015-2018
Rata-rata pertumbuhan (Persen)
2020-2024 2020-2024 2020-2024
2020-2024
Melanjutkan pembangunan infrastruktur terutama Peningkatan nilai tambah 2015-2018
(rendah tinggi)
konektivitas dan energi untuk mendukung ekspansi pertambangan yang mendukung
ekonomi dan pertumbuhan inklusif pengembangan indutsri hilir

12 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Memperkuat Permintaan Domestik
Dari sisi permintaan domestik, konsumsi masyarakat modal tetap bruto) yang tumbuh 6,88 – 8,11 persen
(rumah tangga dan LNPRT) diharapkan akan tumbuh per tahun. Untuk mencapai target tersebut, investasi
rata-rata 5,16 – 5,29 persen per tahun. Peningkatan swasta (asing maupun dalam negeri) akan didorong
konsumsi masyarakat didorong oleh peningkatan melalui deregulasi prosedur investasi, sinkronisasi
pendapatan masyarat seiring dengan penciptaan dan harmonisasi peraturan perizinan, termasuk
lapangan kerja yang lebih besar dan lebih baik, meningkatkan EoDB Indonesia dari peringkat
stabilitas harga, dan bantuan sosial pemerintah 73 pada tahun 2018 menjadi menuju peringkat
yang lebih tepat sasaran. 40 pada tahun 2024. Peningkatan investasi juga
didorong oleh peningkatan investasi pemerintah,
Konsumsi pemerintah akan tumbuh rata-rata 4,13 – termasuk BUMN, terutama untuk infrastruktur.
4,23 persen per tahun didukung oleh peningkatan Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan stok
belanja pemerintah, baik pusat maupun transfer ke infrastruktur menjadi 50,0 persen PDB dan belanja
daerah, seiring dengan peningkatan pendapatan modal menjadi 2,3 – 2,8 persen pada tahun
negara, terutama penerimaan perpajakan. 2024. Peningkatan investasi akan ditujukan pada
peningkatan produktivitas, yang akan mendorong
Ekspansi perekonomian 2020-2024 terutama akan peningkatan efisiensi investasi.
didorong oleh peningkatan investasi (pembentukan

Gambar 1.7 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Memperkuat Permintaan Domestik

KONSUMSI RT & LNPRT KONSUMSI PEMERINTAH INVESTASI

5,0 5,16 – 5,29 3,0 4,13 – 4,23 5,6 6,88 – 8,11

Konsumsi masyarakat meningkat Dorongan pemerintah berupa Fasilitas investasi, perlindungan


seiring dengan peningkatan belanja yang lebih berkualitas investasi, liberalisasi investasi,
pendapatan dan penciptaan serta penerimaan perpajakan dan promosi investasi
lapangan kerja yang lebih baik yang optimal

5.780-6.160 6,0-6,5 14,4-14,8


6,1
GNI per kapita 2024 Transfer ke Daerah Share PMA/PMDN
(USD harga berlaku dan Dana Desa ICOR 2024 - 2024
Atlas Method) (Rata-rata, Persen skenario tinggi thd Investasi
PDB) (Persen)
6,5-7,0 9,9-10,3 50,0
Tingkat Kemiskinan 2024
Belanja Pemerintah Stok Infrastruktur
(Persen)
Pusat 2020-204 2024 (Persen PDB) –
(Rata-rata, Persen skenario sedang
4,0-4,6 PDB) 11,7-12,7*
Keterangan: TPT 2024
12,5-13,4** 1,9-2,2
Rata-rata pertumbuhan (Persen)
(Persen) Rasio Pajak 2020-2024 Belanja Modal 2020-2024
2020-2024 (*Tax Ratio Arti Sempit, **Tax Ratio
2015-2018
(rendah tinggi) (Rata-rata, Persen PDB)
Arti Luas, Persen PDB)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 13


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal
Secara keseluruhan, ekspor barang dan jasa Kinerja perdagangan internasional yang membaik
tumbuh rata-rata 6,21 – 7,67 persen per tahun. akan mendorong penguatan stabilitas eksternal,
Peningkatan ekspor barang tahun 2020-2024 akan yang ditandai dengan perbaikan defisit transaksi
didukung oleh revitalisasi industri pengolahan berjalan menjadi 2,0 – 1,3 persen PDB dan
yang mendorong diversifikasi produk ekspor non- peningkatan cadangan devisa menjadi USD161,1 –
komoditas, dan mengurangi ketergantungan impor. 184,8 miliar pada tahun 2024.
Peningkatan juga akan didorong oleh peningkatan
ekspor jasa, utamanya jasa perjalanan, melalui
pengembangan sektor pariwisata. Sementara impor
barang dan jasa tumbuh rata 6,42 – 7,42 persen
tahun didorong oleh peningkatan permintaan
domestik, terutama investasi.

Gambar 1.8 Sasaran PDB Sisi Pengeluaran: Diversifikasi Ekspor dan Stabilitas Eksternal

EKSPOR BARANG DAN JASA IMPOR BARANG DAN JASAR

2,9 6,21 – 7,67 2,9 6,42 – 7,42

Kontribusi net ekspor diharapkan menuju positif, didukung oleh revitalisasi sektor industri pengolahan yang mendorong
diversifikasi produk ekspor dan ketergantungan terhadap impor. Peningkatan ekspor juga didukung oleh
pengembangan sektor pariwisata

20,1 - 21,3 5,8 - 7,6 9,2 - 11,4


Share Industri Pertumbuhan Industri Pertumbuhan Ekspor Non Migas
Manufaktur 2024 Manufaktur Non Migas 2020-2024 (Rata-Rata, Persen)
(Persen PDB) 2020-2024 (Rata-Rata, Persen)

26,0 - 27,0 31,2 - 36,5 58,0 - 65,0


Jumlah Wisman 2024 Devisa Pariwisata 2024 Share Ekspor
(Juta Orang) (USD miliar) Manufaktur terhadap
Total Ekspor 2024
(Persen)

STABILITAS EKSTERNAL YANG KUAT

161,1 - 184,8 2,0 - 1,3


Keterangan:
Rata-rata pertumbuhan (Persen) Cadangan Devisa Defisit Transaksi
2020-2024 2024 Berjalan 2024
2015-2018 (USD Miliar) (Persen PDB)
(rendah tinggi)

14 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Menjaga Kesinambungan Fiskal

Pemerintah berkomitmen untuk menjaga APBN melalui penyediaan insentif fiskal yang mendukung
yang sehat dengan tetap memberikan dorongan aktivitas penciptaan nilai tambah ekonomi (industri
stimulus terhadap perekonomian. Pendapatan manufaktur, pariwisata, ekonomi kreatif dan digital).
negara ditargetkan meningkat menjadi rata-rata
13,7 – 14,8 persen PDB per tahun, dengan rasio Dorongan stimulus terhadap perekonomian lainnya
perpajakan mencapai rata-rata 11,7 – 12,7 persen juga dilakukan dengan penajaman belanja negara.
PDB per tahun. Hal ini dicapai melalui perbaikan Total belanja negara akan mencapai rata-rata 15,8
yang bersifat berkelanjutan baik dari sisi administrasi – 16,8 persen PDB per tahun, dengan belanja
maupun kebijakan. Dari sisi administrasi, akan pemerintah pusat mencapai rata-rata 9,9 – 10,3
terus dilakukan pembaruan sistem administrasi persen PDB per tahun dan TKDD sebesar 6,0 – 6,5
perpajakan sebagai upaya perbaikan basis data persen PDB. Defisit akan dijaga di bawah batas
perpajakan dan peningkatan kepatuhan. Dari yang diperbolehkan undang-undang menjadi rata-
sisi kebijakan, pemerintah akan terus melakukan rata (2,2) – (2,0) persen PDB per tahun dengan
penggalian potensi penerimaan, antara lain potensi keseimbangan primer yang mendekati nol, sebesar
yang berasal dari aktivitas jasa digital lintas negara rata-rata (0,3) – (0,2) persen PDB per tahun. Dengan
dan ekstensifikasi barang kena cukai. Adapun, komposisi tersebut, rasio utang akan dijaga di
kebijakan ini juga diimbangi dengan peran kebijakan bawah 30 persen PDB.
perpajakan sebagai instrumen pendorong investasi

Gambar 1.9 Proyeksi Postur APBN 2020-2024

MOBILISASI PENAJAMAN BELANJA


PEMBIAYAAN
PENDAPATAN NEGARA NEGARA

13,7 – 14,8% PDB 15,8 – 16,8% PDB (2,2) – (2,0)% PDB


(Rp2.850,4 - 3.122,8 T) (Rp3.302,5 - 3.542,1 T) (Rp(452,1) - (419,3) T)

Penerimaan Belanja Transfer ke Primary


PNBP Hibah Pemerintah Daerah dan Defisit
Perpajakan Pusat Dana Desa Balance

11,7-12,7% PDB1 2,0-2,1% PDB 0,0-0,0% PDB 9,9-10,3% PDB 6,0-6,5% PDB (0,3) - (0,2) % PDB (2,2) - (2,0) % PDB
(Rp2.444,6-2.679,1 T) (Rp405,1-443,1 T) (Rp0,7-0,7 T) (Rp2.055,4-2.158,6 T) (Rp1.247,1-1.383,5 T) (Rp(74,0)-(43,6) T) (Rp(452,1)-(419,3) T)

12,5-13,4% PDB2
(Rp2.602,0-2.829,9 T)

1
Tax Ratio arti sempit
Belanja K/L Belanja Non K/L Rasio Utang
2
Tax Ratio arti luas
5,7-6,1% PDB 4,1 - 4,2% PDB
(Rp1.179,3-1.294,8 T) (Rp863,8-876,0 T) 29,8 – 30,1% PDB

* Rata-rata 5 tahunan
Skenario Low dan Skenario High

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 15


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Menjaga Stabilitas Inflasi dan Nilai Tukar
Hal ini dapat dicapai melalui penerapan kebijakan
Laju inflasi yang rendah dan stabil diharapkan moneter pre-emptive dan ahead the curve oleh
dapat menjaga daya beli dan mendorong konsumsi bank sentral serta sinergi kebijakan yang diarahkan
masyarakat sehingga dapat mendukung akselerasi untuk penerapan reformasi struktural yang mampu
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pemerintah meningkatkan daya saing perekonomian domestik.
dan Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga
tren penurunan laju inflasi rendah dan stabil dalam
jangka menengah. Mengurangi Ketimpangan Wilayah
Pertumbuhan ekonomi di tiap wilayah diharapkan
Dalam kurun waktu 2020-2024, kebijakan berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi
pengendalian inflasi diarahkan untuk: (i) nasional. Kebijakan di tiap wilayah diharapkan
Meningkatkan produktivitas terutama pasca panen dapat selaras dengan kebijakan di tingkat nasional,
dan meningkatkan Cadangan Pangan Pemerintah dengan tetap memperhatikan keunggulan dan
(CPP); (ii) Menurunkan rata-rata inflasi dan permasalahan yang unik dengan karakteristik
volatilitasnya pada 10 komoditas pangan strategis; wilayah masing-masing.
(iii) Menurunkan disparitas harga antardaerah
dengan rata-rata harga nasional, serta menurunkan Dalam kurun waktu lima tahun kedepan
disparitas harga antarwaktu; (iv) Menjangkar pertumbuhan ekonomi tidak hanya terpusat pada
ekspektasi inflasi dalam sasaran yang ditetapkan; jawa dan sumatera. Wilayah di luar Jawa dan
serta (iv) Meningkatkan kualitas statistik. Sumatera diperkirakan sudah dapat menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi baru.
Sepanjang 2020-2024, nilai tukar stabil pada tingkat
fundamentalnya untuk menjaga daya saing ekspor.

Gambar 1.10 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi per Pulau

SUMATERA KALIMANTAN Skenario Moderat


SULAWESI
Indonesia
2020: 4,62% 2020: 4,08% 2020: 6,68% 2020: 5,4
2024: 5,55% 2024: 5,27% 2024: 7,34% 2024: 6,1

MALUKU
2020: 6,88%
2024: 7,47%

JAWA & BALI PAPUA


NUSA TENGGARA
2020: 5,74% 2020: 7,18%
2020: 3,12%
2024: 6,27% 2024: 7,75%
2024: 5,13%
Sumber : Perhitungan Bappenas
* angka proyeksi sangat sementara
* hasil exercise tim DitPMAS dan PWK setelah temu TW I-2019 Bappeda seluruh Indonesia

16 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kebutuhan Investasi dan Pembiayaan Pertumbuhan Ekonomi Berwawasan
Lingkungan
Untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi
rata-rata 5,4 – 6,0 persen per tahun, dibutuhkan Aspek lain pembangunan ekonomi ke depan adalah
investasi sebesar Rp36.595,6 – 37.447,6 triliun aspek lingkungan. Perubahan iklim dan menurunnya
sepanjang tahun 2020-2024. Dari total kebutuhan daya dukung lingkungan dapat berdampak negatif
tersebut, pemerintah dan BUMN akan menyumbang terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi.
masing-masing sebesar 11,6 – 13,8 persen dan 7,6 Oleh karenanya pembangunan ke depan harus
– 7,9 persen, sementara sisanya akan dipenuhi oleh diarahkan untuk mempertahankan keseimbangan
masyarakat atau swasta. antara pertumbuhan ekonomi, target penurunan
dan intensitas emisi serta kapasitas daya dukung
Untuk membiayai kebutuhan investasi tahun 2020 SDA dan daya tampung LH saat ini dan di masa
– 2024, dibutuhkan upaya pendalaman pasar yang akan datang.
keuangan, terutama non perbankan, peningkatan
akses jasa keuangan (inklusi keuangan), dan
optimalisasi alternatif pembiyaan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 17


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Batasan Pembangunan
(Development Constraint)

Kondisi Daya Dukung Sumber Daya Alam


Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup

Batasan pengembangan (development constraint) sepenuhnya mencegah penurunan luas hutan


sumber daya alam dapat didefinisikan sebagai primer. Berdasarkan analisis tutupan lahan, selama
suatu kondisi keterbatasan SDA yang dapat tujuh tahun pelaksanaan kebijakan penundaan
diberdayagunakan sebagai modal utama pemberian izin baru dan penyempurnaan tata kelola
pembangunan yang perlu dipertimbangkan aspek hutan alam primer dan lahan gambut sedikitnya tiga
ketersediaan dan kualitasnya (yang semakin juta hektar hutan alam primer dan lahan gambut
berkurang) maupun karakteristiknya yang tergolong atau kira-kira setara dengan 5 kali luas Pulau Bali
rentan dan berisiko tinggi untuk menunjang telah habis dikonversi untuk penggunaan lain. Pada
pembangunan. Berdasarkan hasil analisis Kajian periode yang sama, setiap tahunnya juga masih
Lingkungan Hidup Strategis yang dilakukan ditemukan ribuan titik api menghancurkan kawasan
oleh Kementerian PPN/Bappenas diketahui hutan yang dilindungi dalam peta Moratorium
beberapa parameter sumber daya alam yang tersebut.
perlu dipertimbangkan aspek keterbatasannya
dalam perencanaan pembangunan meliputi: (a)
Gambar 1.11 Proyeksi Penurunan Tutupan Hutan Prim-
Hutan Primer; (b) Hutan di atas Lahan Gambut; (c) er dan Batas Luas Minimal Hutan Primer yang Perlu
Habitat Spesies Langka; (d) Area Pesisir terdampak Dipertahankan
Perubahan Iklim; (e) Kawasan Rawan Bencana; (f)
juta ha Proyeksi Penurunan Tutupan Hutan Primer
Ketersediaan Air; (g) Ketersediaan Energi; (h) Tingkat 60

Emisi dan (i) Intensitas Emisi Gas Rumah Kaca. 50


40
30
A. Tutupan Hutan Primer 20

Tutupan hutan primer Indonesia cenderung 10


0
terus berkurang. Walaupun laju deforestasi telah
2000

2008

2050
2002

2020
2004

2040
2006

2028

2048
2030
2022
2024

2042
2026

2044
2046
2038
2032
2034
2036
2010

2018
2012
2014
2016

berkurang secara signifikan dibandingkan pada


Data
masa sebelum tahun 2000, namun luas tutupan hutan Baseline
Batas minimal luas yang dipertahankan
primer semakin menurun sehingga diperkirakan
hanya akan tinggal tersisa 18,4 persen dari luas
lahan total nasional (189,6 juta ha) di tahun 2045 Agar tren kehilangan hutan primer tidak berlanjut
dibandingkan kondisi di tahun 2000 yang mencapai maka luas tutupan hutan primer harus dapat
27,7 persen total luas lahan nasional. dipertahankan pada luas minimal 43 juta ha (kondisi
tahun 2019). Oleh karenanya, area moratorium
Di sisi lain, kebijakan moratorium hutan primer yang hutan primer menjadi batasan mutlak yang harus
telah diterapkan sejak tahun 2011 belum mampu diperhatikan dalam perencanaan pembangunan.

18 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
B. Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut

Luas tutupan hutan, baik hutan primer maupun dipertahankan minimal 9,2 juta ha seperti kondisi di
sekunder yang terletak di atas lahan gambut tahun 2000. Dengan arti lain, diperlukan tambahan
semakin berkurang. Moratorium lahan gambut dari gambut yang direstorasi seluas 2 juta ha dari tahun
tahun 2015 belum mampu sepenuhnya mencegah 2015 sesuai Perpres Moratorium Gambut untuk
penurunan tutupan hutan di atas lahan gambut. mencapai batas minimal tersebut. Untuk itu, upaya
restorasi lahan gambut perlu menjadi prioritas.
Dalam rencana pembangunan ke depan Total
tutupan hutan di atas lahan gambut perlu

Tabel 1.1 Perubahan Luas Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut


Luas Tutupan Hutan di Lahan Gambut
Luas Lahan Gambut
Pulau 2000 2015
(Ha)
Ha % Ha %
Sumatera 4.120.325 1.789.500 43,43 837.675 20,33
Kalimantan 4.694.625 2.545.300 54,22 1.871.800 39,87
Papua 6.376.975 4.896.300 76,78 4.817.275 75,54
Total Nasional 15.191.925 9.231.100 60,76 7.526.750 49,54

Gambar 1.12 Tutupan Hutan Primer Indonesia Tahun 2015 (Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 19


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 1.13 Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut Tahun 2015 (Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)

Gambar 1.14 Proyeksi Penyusutan Tutupan Hutan pada Habitat Spesies Target terancam Punah selama periode
2000-2045.

Gajah Kalimantan
−1%
Orangutan
Sumatera Anoa Babirusa
Orangutan Borneo
−48% −38% −8% −2%

Gajah Sumatera
−44%

Harimau Sumatera
−39%

Badak Jawa
−12% Owa Jawa
−12%

(Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)

20 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
C. Habitat Spesies Langka

Habitat spesies kunci terancam punah semakin Berdasarkan hasil analisis diketahui daerah
berkurang signifikan akibat pengurangan luas pemukiman yang saat ini sudah terkena efek abrasi/
tutupan hutan (Gambar 1.11). Analisis menunjukkan akresi sepanjang 11 km. Daerah pemukiman yang
bahwa tutupan hutan pada habitat species langka berpotensi terkena efek abrasi/akresi sepanjang
di sebelah barat garis Wallacea akan menyusut dari 253 km. Sedangkan daerah pemukiman yang perlu
80,3 persen di tahun 2000 menjadi 49,7 persen di waspada akan dampak abrasi/akresi sepanjang
tahun 2045, terutama pada wilayah Sumatera dan 155 km.
Kalimantan. Diperkirakan luas key biodiversity areas
di sisi timur Garis Wallacea, khususnya wilayah E. Kawasan Rawan Bencana
Papua juga berkurang signifikan. Secara geografis, Indonesia merupakan negara
yang rawan akan bencana, baik bencana
Sesuai hasil analisis KLHS RPJMN 2020-2024, hidrometeorologis maupun geologis. Sebagian
luas tutupan habitat spesies langka yang harus besar wilayah Indonesia terletak di atas jalur-
dipertahankan minimal seluas 43,2 juta ha. Bila jalur sumber gempa besar dari zona megathrust-
kehilangan habitat satwa langka ini tidak diantisipasi subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif sehingga
dengan baik maka dikhawatirkan memicu bukan hanya berpotensi menimbulkan kerusakan
ketidakstabilan ekosistem yang dapat menjadi infrastruktur dan konektivitas dasar namun
hambatan utama dalam pembangunan juga dapat menimbulkan kerugian korban jiwa
yang sangat besar. Sekitar 217 juta (77 persen)
D. Area Pesisir Rentan Abrasi / Akresi penduduk berpotensi terpapar gempa >0.1 g, dan
Total panjang pesisir rentan abrasi/akresi akibat 4 juta tinggal 1 km dari sesar aktif; Sekitar 3,7 juta
perubahan tinggi muka air laut diperkirakan mencapai penduduk berpotensi terpapar tsunami;Sekitar 5
18.480 km di tahun 2045. Bila tidak dilakukan juta penduduk bermukim dan beraktivitas di sekitar
intervensi maka area yang rentan abrasi/akresi gunungapi aktif.
tersebut tentunya tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk mendukung pembangunan, khususnya Kawasan rawan bencana tergolong berisiko
mengancam keberlangsungan pemukiman dan tinggi untuk menunjang pembangunan sehingga
industri yang sudah terdapat di area tersebut. perlu dipertimbangkan sebagai batasan dalam

Gambar 1.15 Batasan Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi yang diperbolehkan (Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018)

Total Emisi
4000000
Batas atas emisi
3500000
yang di perbolehkan
gIGA GR co2/YEAR

3000000

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
2000

2002

2006

2008

2010

2012

2016

2018

2020

2022

2026

2028

2030

2032

2036

2038

2040

2042

2046

2048

2050
2004

2014

2024

2034

2044

Fair

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 21


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Intensitas Emisi
1,000
Batas atas intensitas emisi
800 yang di perbolehkan
Ton/Bilion Rp

600

400

200

0
2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Fair

merencanakan pembangunan. Oleh karena itu, zona nasional perlu dipertahankan seluas minimal 175,5
dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi juta ha (93 persen dari luas wilayah Indonesia);
perlu diprioritaskan menjadi kawasan lindung dalam sedangkan ketersediaan air pada setiap pulau
penataan ruang wilayah, dibandingkan sebagai harus dipertahankan di atas 1.000 m3/kapita/tahun.
kawasan budidaya. Apabila hal tersebut tidak bisa Khusus untuk Pulau Jawa, mengingat ancaman krisis
dihindari, maka perlu didukung dengan adanya air sudah sangat mengkhawatirkan maka proporsi
peningkatan upaya adaptasi dan pengurangan wilayah aman air perlu ditingkatkan secara signifikan.
risiko bencana untuk mengurangi kerugian akibat
bencana. G. Ketersediaan Energi
Tantangan pemenuhan kebutuhan energi ke depan
F. Ketersediaan Air diperkirakan akan semakin berat. Cadangan sumber
Kerusakan tutupan hutan diperkirakan akan energi fosil (non-terbarukan) seperti minyak bumi,
memicu terjadinya kelangkaan air baku khususnya gas dan batu bara semakin menipis, sementara
pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan pengembangan sumber energi terbarukan juga masih
sangat rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa belum signifikan untuk dapat mencukupi kebutuhan.
Tenggara. Dari hasil proyeksi, kelangkaan air baku
juga mulai merebak pada beberapa wilayah lainnya Suplai energi domestik diperkirakan hanya mampu
dikarenakan dampak dari perubahan iklim global memenuhi 75 persen permintaan energi nasional
yang menerpa sebagian besar wilayah Indonesia. pada tahun 2030 dan akan terus menurun hingga
28 persen di tahun 2045. Dengan harapan
Diperkirakan luas wilayah kritis air meningkat dari 6 pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup tinggi,
persen di tahun 2000 menjadi 9.6 persen di tahun berkurangnya kemampuan produksi energi
2045. Saat ini ketersediaan air sudah tergolong domestik diperkirakan dapat mempengaruhi
langka hingga kritis di sebagian besar wilayah Pulau keseimbangan antara suplai dan kebutuhan energi
Jawa dan Bali; sementara Sumatera bagian selatan, di tingkat nasional di masa yang akan datang.
Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi bagian selatan Bila kebutuhan energi jauh melampaui suplai
akan langka/kritis air di tahun 2045. dalam negeri, hal ini diprediksi akan mengganggu
defisit transaksi berjalan (Current Account
Agar kelangkaan air tidak sampai menghambat Deficit) pemerintah yang dapat berdampak pada
pembangunan maka wilayah aman air secara kestabilan kurs Rupiah dan pertumbuhan ekonomi.

22 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Guna mengurangi kelangkaan energi tersebut, maka Kapasitas Fiskal
porsi energi baru terbarukan harus ditingkatkan dan Pendanaan
hingga minimal 20 persen dari bauran energi Pembangunan
nasional pada tahun 2024. Selain itu, diperlukan
peningkatan upaya penemuan sumber-sumber
baru yang dapat dieksploitasi untuk mengantisipasi Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran
penurunan cadangan gas alam dan batubara di pembangunan jangka menengah 2020-2024
masa mendatang. adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan
H. Tingkat Emisi dan Intensitas Emisi GRK pembangunan di berbagai bidang dengan
Emisi GRK semakin meningkat pada kondisi baseline, menekankan terbangunnya struktur perekonomian
sedangkan intensitas emisi meskipun cenderung yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
positif namun belum mampu mendukung upaya berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
penurunan emisi secara keseluruhan. Hal ini belum manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia
untuk menurunkan emisi GRK 26 persen dengan Sasaran tersebut dapat dicapai melalui investasi
usaha sendiri, dan 41 persen dengan dukungan publik yang berkualitas yaitu: 1) tepat sasaran dan
internasional pada tahun 2020. Bahkan dalam waktu; 2) memberikan dampak positif yang signifikan
pertemuan UNFCCC COP 21 tahun 2015 di Paris dan berkelanjutan; 3) konsisten dengan arah
komitmen ini ditingkatkan sehingga target penurunan kebijakan, program, dan rencana pembangunan;
emisi menjadi minimal 29 persen di tahun 2030. serta 4) penggunaan sumber daya dan dana yang
efisien.
Untuk mencapai target penurunan emisi 29 persen
(skenario fair/minimal) maka emisi GRK harus Dalam lima tahun terakhir, penerimaan perpajakan
dipertahankan di bawah 1.825.374,5 Giga gr CO2/ terhadap PDB (tax ratio) Indonesia masih rendah,
tahun pada tahun 2030. Adapun intesitas emisi bahkan lebih rendah dibandingkan dengan
GRK harus dipertahankan di bawah 261,1 ton CO2/ tax ratio negara yang berpendapatan setara.
milyar Rp pada tahun 2030 (berkurang 33 persen Akar permasalahan utama dari rendahnya tax
dari baseline) sebagaimana dapat dilihat pada ratio tesebut adalah kebijakan perpajakan yang
Gambar 1.15. belum cukup memadai untuk mewujudkan sistem
perpajakan yang mampu memobilisasi penerimaan
Penutup perpajakan secara optimal. Selain itu, sistem
Keterbatasan sumber daya alam merupakan administrasi perpajakan, kepatuhan individu dalam
tantangan nyata yang dapat menghambat kewajiban perpajakan, serta peran kelembagaan
pencapaian target-target pembangunan. perpajakan turut mempengaruhi terhadap
Diperlukan upaya yang holistik dan terintegrasi belum optimalnya kinerja perpajakan. Berbagai
dari berbagai sektor untuk mengatasi tantangan permasalahan perpajakan tersebut menyebabkan
keterbatasan sumber daya alam. Selain itu terbatasnya ruang fiskal untuk mendanai kebutuhan
perencanaan pembangunan perlu memperhatikan pembangunan.
keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya
alam dan pencapaian target-target pembangunan Dengan keterbatasan kapasitas fiskal dalam
serta memperhatikan arahan fungsi ruang dalam membiayai kebutuhan pembangunan yang
pembangunan kewilayahan. besar dan semakin beragam, diperlukan sebuah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 23


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
strategi pendanaan yang dapat mengoptimalkan Untuk mengoptimalkan pemanfaatan pendanaan
pemanfaatan seluruh kapasitas pendanaan yang perlu dilakukan integrasi pendanaan pembangunan
ada untuk mencapai sasaran pembangunan. pada sumber pemerintah (K/L, Non K/L, Transfer Ke
Daerah dan Dana Desa) serta pembiayaan yang
Pemanfaatan pendanaan pembangunan diutamakan berasal dari BUMN, kerjasama pemerintah dan
untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat badan usaha, maupun masyarakat yang selaras
dengan mempertimbangkan Standar Pelayanan dengan implementasi prinsip Money Follow Program.
Minimal (SPM) serta kegiatan investasi yang Selain itu, pemerintah perlu lebih mendorong
memberikan daya ungkit (leverage) yang tinggi bagi pemanfaatan sumber-sumber pendanaan yang
pembangunan nasional. Untuk itu, perlu mendorong berasal dari masyarakat dan swasta melalui skema
dan mensinergikan partisipasi berbagai pemangku - skema pembiayaan yang inovatif termasuk melalui
kepentingan untuk memperkuat pemanfaatan pengembangan skema Kerjasama Pemerintah
pendanaan pembangunan. Untuk pemerintah pusat dan Badan Usaha (KPBU), Pembiayaan Investasi
dan daerah diarahkan penyediaan pelayanan dasar Non-Anggaran Pemerintah (PINA) maupun bentuk
kepada masyarakat, sedangkan untuk badan usaha pendanaan inovatif (innovative financing) lainnya.
(BUMN dan Swasta) difokuskan untuk memperkuat
pertumbuhan ekonomi dan pencapaian sasaran
pembangunan.

24 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KAIDAH PEMBANGUNAN NASIONAL 2020-2024

MEMBANGUN KEMANDIRIAN
Melaksanakan pembangunan berdasarkan kemampuan dalam
negeri sesuai dengan kondisi masyarakat, pranata sosial yang ada
dan memanfaatkan kelebihan dan kekuatan bangsa indonesia.

Memiliki Kemampuan Ilmu Pengetahuan Memiliki kecukupan sumberdaya


yang mumpuni dalam pembangunan manusia yang memiliki skill dan
baik pengelolaan sumberdaya alam, tata kecakapan dalam memenuhi kebutuhan
kelola pemerintahan dan pengambilan pembangunan
keputusan.

Mampu mendorong tumbuhnya iptek Memiliki kemampuan mendorong


berkualitas dan tidak lagi pada prinsip tumbuhnya kreativitas, tanggung jawab,
asimetris terhadap bangsa lain dan dan pelayanan kepada bangsa sendiri.
bernilai budaya bangsa.

Menjadi negara yang selalu aktif, terbuka


dalam bekerjasama dalam memberikan
pengaruh terhadap kemajuan bangsa
dan negara Indonesia

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 25


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
MENJAMIN KEADILAN
keadilan adalah pembangunan dilaksanakan untuk memberikan
manfaat yang sesuai dengan apa yang menjadi hak warganegara,
bersifat proporsional dan tidak melanggar hukum dalam menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur.

Mengembangkan pola distribusi yang Keseimbangan dan konsistensi dalam upaya


berimbang antara input dengan output penetrasi pembangunan untuk sampai
dalam mempertahankan keseimbangan kepada masyarakat pada level minimum
dalam berbangsa dan bernegara yang diharapkan

Memberikan share yang seimbang Bersikap inclusive atas setiap pencapaian dan
dalam pencapaian pembangunan untuk evaluasi pembangunan untuk melakukan
mengurangi kesenjangan wilayah secara koreksi serta perbaikan yang menjunjung
bertanggung jawab. tinggi pemerataan

Kepercayaan dan tanggung jawab atas Kesetaraan akses dalam setiap perencanaan,
keputusan rencana pembangunan untuk program dan implementasi sehinga setiap
menciptakan tatanan kehidupan yang orang paham tentang hak dan kemampuannya
berkualitas dalam berpartisipasi terhadap pembangunan

26 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
MENJAGA KEBERLANJUTAN
keberlanjutan adalah memastikan bahwa upaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri pada saatnya nanti

Melakukan penguatan, percepatan dan Menciptakan sebuah kerangka pembangunan


pengelolaan pembangunan dengan untuk menumbuhan sistem ekonomi
mempertimbangkan kemampuan dasar pembangunan yang sehat antara input, proses
bangsa atas kecukupan dan ketersediaan dan output pembangunan sehingga tidak
fondasi ekonomi menyebabkan terjadinya defisiensi

Mempertimbangkan keberadaan dan pola Terpatrinya orientasi sikap (attitude) yang


sosial budaya dan nilai-nilai dalam masyarakat bertanggung jawab sebaai basis nilai dan
untuk menumbuhkan tatanan pengelolaan etika universal untuk mengikat keberagaman
pembangunan inclusive dan interaksi sosial
sebagai sebuah supporting system dalam bangsa dalam menciptakan tata pembangunan
koherensi pembangunan yang maju

Penguatan komitment dalam menjamin Bersifat inclusive dalam mengadaptasikan


terciptanya keseimbangan antara berbagai dinamika pembangunan dengan
tujuan pembangunan manusia dengan pendekatan dan keilmuan yang mampu
kemampuan alam dan lingkungan menumbuhkan sistem tata nilai yang
bertanggung jawab secara integrative

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 27


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pengarusutamaan RPJMN IV 2020-2024
Untuk mempercepat pencapaian target dalam mencapai target-target dari fokus
pembangunan nasional, RPJMN IV tahun 2020 - pembangunan, mainstreaming juga bertujuan untuk
2024 telah ditetapkan 6 (enam) pengarustamaan memberikan akses pembangunan yang merata dan
(mainstreaming) sebagai bentuk pendekatan adil dengan meningkatkan efisiensi tata kelola dan
inovatif yang akan menjadi katalis pembangunan juga adaptif terhadap faktor eksternal lingkungan. Hal
nasional yang berkeadilan dan adaptif. Keenam ini perlu dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai
pengarustamaan (mainstreaming) memiliki peran tujuan global.
yang vital dalam pembangunan nasional dengan
tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta Uraian terkait pengarusutamaan disampaikan
partisipasi dari masyarakat. Selain mempercepat dalam lampiran 1.

Tata Kelola
Kesetaraan Gender Pemerintahan Pembangunan
yang Baik Berkelanjutan

Strategi pembangunan Tata kelola pemerintahan yang Pembangunan yang


nasional harus memasukan akuntabel, efektif dan efisien dalam berkelanjutan harus dapat
perspektif gender untuk mendukung peningkatan kinerja menjaga keberlanjutan
mencapai pembangunan seluruh dimensi pembangunan kehidupan ekonomi dan
yang lebih adil dan merata sosial masyarakat, menjaga
bagi seluruh penduduk Indikator, antara lain: kualitas lingkungan hidup,
1) Persentase instansi pemerintah yang
Indonesia baik laki-laki menyusun rencana kebutuhan ASN serta meningkatkan
maupun perempuan. jangka menengah, pengembangan pembangunan yang inklusif
kopetensi, dan pola karir dan pelaksanaan tata kelola
Indikator: 2) Persentase instansi pemerintah yang mampu menjaga
yang telah menyusun proses bisnis
1) Indeks Pembangunan instansional peningkatan kualitas
Gender (IPG) 3) Persentase instansi pemerintah yang kehidupan dari satu generasi
2) Indeks Pemberdayaan telah menyusun arsitektur SPBE ke generasi berikutnya
Gender (IDG) instansional
4) Persentrase instansi pemerintah yang Indikator:
menerapkan e-Arsip terintegrasi 1) Pertumbuhan PDB
5) Penerapan manajemen risiko dalam
pengelolaan kinerja instansi 2) Indeks Pembangunan
6) Penerapan Zona Integritas untuk Manusia
birokrasi yang bersih dan akuntabel 3) Indeks Kualitas Lingkungan
7) Persentase Unit Kerja Pengadaan Hidup
Barang/Jasa instansional dengan 4) Indeks Anti Korupsi
maturitas level III
8) Jumlah unit pelayanan publik yang 5) Indeks Pelayanan Publik
telah menerapkan standar pelayanan (K/L)
publik 6) Indeks Akuntabilitas
9) Persentase penyelesaian pengaduan 7) Indeks Resiko Bencana
masyarakat melalui LAPOR! SP4N Indonesia

28 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerentanan Bencana Modal Sosial Transformasi Digital
dan Perubahan dan Budaya
Iklim

Pengarusutamaan Kerentanan Pengarusutamaan modal sosial Perkembangan pesat teknologi


Bencana dan Perubahan budaya dimaksudkan untuk khususnya teknologi digital
Iklim menitikberatkan pada menginternalisasikan nilai-nilai telah mempengaruhi berbagai
upaya penanganan dan budaya dan memanfaatkan aspek kehidupan. Sehingga
pengurangan kerentanan (mendayagunakan) kekayaan perlu untuk menyelaraskannya
bencana, peningkatan budaya sebagai kekuatan dengan pembangunan nasional
ketahanan terhadap risiko penggerak dan modal dasar
perubahan iklim, serta pembangunan Indikator:
upaya peningkatan mitigasi 1) Meningkatnya NRI (Network
perubahan iklim melalui Indikator: Readiness Index) untuk
pelaksanaan pembangunan 1) Inklusi Sosial Masyarakat mengukur bagaimana
rendah karbon (toleransi, kesetaraan gender, teknologi khususnya teknologi
inklusif) komunikasi dan informasi (TIK)
Indikator: 2) Kohesi Sosial (kerja sama, dapat memberikan dampak
1) Persentase Peningkatan jejaring, aksi kolektif, terhadap suatu negara.
Indeks Ketahanan Bencana kepercayaan sosial) 2) Memperkuat IDI (ICT
Daerah 3) HaKI komunal berbasis Development Index)
2) Persentase penurunan ekosistem untuk melihat bagaimana
potensi kehilangan PDB 4) Persentase wilayah adat yang pengembangan TIK
akibat dampak perubahan tersertifikasi suatu negara dari sisi
iklim 5) Nilai ekspor ekonomi budaya infrastrukturnya.
3) Persentase penurunan emisi terhadap total ekspor
gas rumah kaca 6) Partisipasi masyarakat dalam
4) Persentase penurunan kegiatan pertemuan/rapat di
intensitas emisi gas rumah lingkungan sekitar.
kaca

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : 29


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
MEMPERKUAT KETAHANAN
EKONOMI UNTUK
PERTUMBUHAN YANG
BERKUALITAS
Pendahuluan

2
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke Pembangunan ekonomi akan dilaksanakan melalui
depan diarahkan untuk meningkatkan ketahanan dua pendekatan, yaitu: (1) pengelolaan sumber
ekonomi yang ditunjukkan oleh kemampuan daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai tambah
dalam pengelolaan sumber daya ekonomi, dan ekonomi. Kedua pendekatan ini menjadi landasan
dalam menggunakan sumber daya tersebut untuk bagi sinergi dan keterpaduan kebijakan lintas sektor
memproduksi barang dan jasa bernilai tambah yang mencakup sektor pangan dan pertanian,
tinggi untuk memenuhi pasar dalam negeri dan kemaritiman dan perikanan, industri pengolahan,
ekspor. Hasilnya diharapkan dapat mendorong pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi digital.
pertumbuhan yang berkualitas yang ditunjukkan Pelaksanaan kedua fokus tersebut akan didukung
dengan keberlanjutan daya dukung sumber daya dengan perbaikan data untuk menjadi rujukan
ekonomi yang dimanfaatkan untuk peningkatan pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan,
kesejahteraan secara adil dan merata. serta perbaikan kualitas kebijakan.

32 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pembangunan 2015-2019

Capaian produksi pengelolaan


pangan meningkat sebesar 4,7 %
untuk padi, 15,2 % untuk jagung,
dan 15,0 % untuk daging.

Peningkatan kunjungan wisatawan


mancanegara dari 9,4 juta orang di
tahun 2014 menjad 15,8 juta orang
Angka kerawanan pangan di tahun 2018
menurun menjadi 7,9 %.

Kontribusi ekspor ekonomi kreatif


mencapai USD 19,9 miliar atau
13,8% dari total ekspor Indonesia.
Konsumsi ikan masyarakat terus
meningkat hingga mencapai 47,3
kg/kapita/ tahun.

Penciptaan lapangan kerja baru


sekitar 9,4 juta (kumulatif 2015-
2018) dan pengangguran terbuka
menurun menjadi 5,3% di tahun
Rasio elektrifikasi yang pada kuartal 2018
III tahun 2018 mencapai 98,3%

Peningkatn realisasi nilai investasi


dari Rp545,4 triliun pada tahun
8 Kawasan Industri / Kawasan 2015 menjadi Rp721,3 triliun pada
Ekonomi Khusus sudah beroperasi tahun 2018
dengan nilai investasi sebesar
Rp179,9 triliun dari PMA dan PMDN

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 33


Pada periode 2015-2019, pengelolaan pangan Akses ke sumber energi lainnya, seperti gas, juga
menunjukkan capaian produksi yang meningkat semakin diperluas. Sampai dengan tahun 2018,
sebesar 4,7 persen untuk padi, 15,2 persen untuk jaringan gas telah dibangun sebanyak 463.643
jagung, dan 15,0 persen untuk daging. Produksi sambungan (kumulatif) untuk rumah tangga dan
perikanan tangkap, termasuk di 11 Wilayah sepanjang 10.942,48 km (kumulatif) untuk pipa
Pengelolaan Perikanan (WPP) juga meningkat, transmisi dan distribusi. Pemanfaatan gas bumi untuk
mencapai 6,9 juta ton pada tahun 2017. Produksi kebutuhan dalam negeri juga cukup baik dengan
perikanan budidaya juga meningkat menjadi 16,1 realisasi Domestic Market Obligation (DMO) mencapai
juta, yang mencakup 5,7 juta ton ikan budidaya 60 persen dari produksi gas bumi tahun 2018.
(termasuk udang) dan 10,4 juta ton rumput laut.
Selanjutnya produksi garam pada tahun 2017 Meskipun beberapa indikator menunjukkan capaian
adalah sebesar 1,1 juta ton. positif, namun pengelolaan berbagai sumber daya
ekonomi ke depan masih perlu ditingkatkan. Di
Perbaikan produksi pangan juga didukung dalam pengelolaan sumber daya pangan, misalnya,
pembangunan tampungan air dengan kapasitas (1) keterhubungan antara sentra produksi pangan
3m3 dan 49 waduk, serta rehabilitasi 788,6 ribu dan wilayah dengan permintaan pangan tinggi
hektar lahan kritis. Konservasi kawasan perairan masih perlu diperkuat, serta (2) kecukupan pasokan
sebagai salah satu alat pengelolaan perikanan juga dan kualitas pangan di wilayah rentan kelaparan,
ditingkatkan luasannya menjadi 20,8 juta hektar atau stunting, kemiskinan dan perbatasan perlu lebih
sekitar 6,4 persen dari total luas wilayah perairan difokuskan dalam pengelolaan pangan.
yang meliputi 172 kawasan pada tahun 2018.
Pengelolan cadangan air juga masih perlu
Peningkatan pengelolaan dan produksi sumber ditingkatkan. Cadangan air secara nasional
pangan ini memungkinkan perbaikan kualitas sebenarnya masih dalam kategori aman. Namun,
konsumsi dan gizi masyarakat seperti ditunjukkan perhatian khusus perlu diberikan untuk cadangan air
dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar di Pulau Jawa yang sudah memasuki status langka,
90,7/100, dan angka kerawanan pangan yang dan di wilayah Bali-Nusa Tenggara yang sudah
menurun menjadi 7,9 persen. Konsumsi ikan berstatus stres. Perbaikan juga perlu dilakukan
masyarakat juga terus meningkat hingga mencapai untuk kualitas air yang cenderung menurun sejak
47,3 kg/kapita/ tahun. Akses mayarakat ke sumber tahun 2015.
air minum yang layak juga meningkat menjadi 72,0
persen. Di sisi sumber daya energi, pemenuhan kebutuhan
energi nasional masih perlu ditingkatkan. Konsumsi
Kualitas kehidupan masyarakat juga meningkat listrik nasional baru mencapai 1.064 kWh per kapita
dengan akses ke sumber energi yang lebih baik. pada tahun 2018, atau jauh lebih rendah dibandingkan
Hal ini terlihat dari rasio elektrifikasi (RE) yang telah dengan rata-rata konsumsi listrik negara maju yang
mencapai 98,3 persen pada tahun 2018. Capaian ini mencapai 4.000 kWh per kapita. Pemanfaatan
didukung perluasan jaringan distribusi listrik, serta EBT juga perlu ditingkatkan untuk mencapai target
pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan bauran EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025.
terbarukan (EBT) termasuk melalui pembangunan Sampai dengan tahun 2018, porsi bauran EBT baru
EBT skala kecil, penerapan smartgrid, dan mencapai 8,4 persen, atau sekitar 2,5 persen (9,8
pemanfaatan bahan bakar nabati. GW) dari potensi yang ada (441,7 GW).

34 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pengelolaan sumber daya ekonomi, baik pangan, Dari 21 KI/KEK prioritas di luar Jawa, sampai dengan
pertanian, kelautan, air maupun energi, diharapkan tahun 2018 baru 8 KI/KEK yang sudah beroperasi,
dapat memasok bahan baku yang berkualitas untuk yaitu KI/KEK Sei Mangkei, KI Dumai, KEK Galang
diolah menjadi produk bernilai tambah tinggi. Namun Batang, KI Ketapang, KI Bantaeng, KI Konawe,
pemanfaatannya sampai saat ini belum optimal. KI/ KEK Palu, dan KI Morowali. Nilai investasi yang
Hal ini ditunjukkan oleh lemahnya keterkaitan hulu telah direalisasikan sebesar Rp.179,9 triliun dari 58
hilir pertanian dan defisit perdagangan komoditas perusahaan PMA dan PMDN. Pengembangan KI dan
pertanian yang disebabkan ekspor pertanian yang KEK lainnya masih menghadapi tantangan dalam
masih bertumpu pada kelapa sawit, serta adanya pengadaan lahan, pengelolaan, konektivitas, akses
permasalahan terkait keterbatasan kesempatan kerja energi yang kompetitif, dan rendahnya investasi.
di perdesaan, menurunnya minat petani muda, dan
masih tingginya tingkat kemiskinan di sektor pertanian. Kapasitas industri nasional untuk mengolah
dan mengekspor produk bernilai tambah tinggi
Industri nasional juga belum dapat memanfaatkan juga masih terbatas. Kondisi ini menyebabkan
sumber daya yang ada secara optimal sehingga masih pertumbuhan nilai tambah industri nasional pada
bergantung pada impor. Sekitar 71,0 persen dari total periode 2015-2018 masih lebih rendah dibandingkan
impor merupakan impor bahan baku dan bahan antara/ dengan rata-rata pertumbuhan nasional. Kontribusi
pendukung industri pengolahan. Berbagai upaya telah Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan
dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor, juga cenderung stagnan pada kisaran 20,0 persen
tetapi hasilnya belum signifikan. Salah satu upaya dalam empat tahun terakhir.
yaitu dengan menarik investasi untuk hilirasi sumber
daya alam di kawasan industri (KI) dan Kawasan Terlepas dari kinerja industri pengolahan yang stagnan,
Ekonomi Khusus (KEK) berbasis industri terutama peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
yang dibangun di luar Jawa. yang lebih tinggi ke depan tetap besar. Peluang

Gambar 2.1. Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan dan Nasional

7%
6% 4,98% 5,03% 5,07% 5,17%
4,88%
5%
4%
3%
2%
1%
0%
2014 2015 2016 2017 2018
-1%
-2%
-3%
-4% Industri Industri Migas Industri Non Migas Nasional

Sumber: BPS, 2018 (diolah)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 35


tersebut dikontribusikan perkembangan pariwisata, menjangkau 145 juta pengguna telepon pintar (53,0
serta ekonomi kreatif dan digital. Kontribusi pariwisata persen penduduk). Pemanfaatan IoT juga berpotensi
dalam penciptaan devisa meningkat dari USD 11,2 untuk mendorong integrasi pengelolaan pemerintah,
miliar di tahun 2014 menjadi USD 15,2 miliar di tahun dunia usaha dan masyarakat sehingga menjadi lebih
2017. Kenaikan devisa ini dihasilkan dari peningkatan efisien. Perkembangan ekonomi digital ke depan
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk masih dihadapkan pada tantangan terkait kerangka
menikmati wisata alam dan budaya di Indonesia dari regulasi, serta kecepatan untuk penerapan teknologi
9,4 juta orang di tahun 2014 menjadi 15,8 juta orang telekomunikasi seperti 5G.
pada tahun 2018. Aktivitas wisatawan nusantara juga
meningkat dari 252 juta orang di tahun 2014 menjadi Pertumbuhan ekonomi telah berhasil menciptakan
277 juta orang di tahun 2017. Secara total, kontribusi lapangan kerja yang cukup tinggi. Selama 2015-
sektor pariwisata kepada perekonomian nasional 2018, rata-rata setiap 1 persen pertumbuhan
diperkirakan meningkat dari 4,2 persen di tahun 2015 ekonomi dapat menciptakan 460.000 lapangan
menjadi 4,8 persen di tahun 2018. kerja, sehingga tercipta lapangan kerja baru sekitar
9,4 juta dan pengangguran terbuka menurun dari
Kreativitas dalam pemanfaatan dan pemaduan 6,2 persen (2015) menjadi 5,3 persen (2018). Sektor
sumber daya ekonomi dan budaya juga mendorong jasa mampu menciptakan lapangan kerja tertinggi
perkembangan aktivitas ekonomi kreatif. Beberapa yaitu sekitar 9,8 juta orang tenaga kerja, sedangkan
indikatornya diantaranya pertumbuhan nilai tambah sektor industri pengolahan hanya mampu menyerap
ekonomi kreatif yang mencapai 4,9 persen di tahun sekitar 3,0 juta orang, dan tenaga kerja di sektor
2016, dengan kontribusi ekspor mencapai USD 19,9 pertanian menurun sekitar 3,3 juta orang. Proporsi
miliar atau 13,8 persen dari total ekspor. Jumlah tenaga pekerja formal juga meningkat dari 42,3 persen
kerja yang diserap di sektor ekonomi kreatif juga pada 2015 menjadi 43,2 persen pada 2018.
meningkat dari 15,5 juta orang di tahun 2014 menjadi
17,4 juta orang di tahun 2017. Capaian ekspor dan Selain penciptaan kesempatan kerja di dalam
tenaga kerja ekonomi kreatif tersebut telah melampaui negeri, tenaga kerja Indonesia juga ikut mengisi
target-target dalam RPJMN 2015-2019. pangsa pasar kerja luar negeri. Selama periode
2015-2018, penempatan pekerja migran Indonesia
Sejalan dengan perkembangan ekonomi digital, mencapai 1,2 juta orang. Jumlah penempatan
berbagai sumber daya ekonomi saat ini dapat pekerja migran di sektor formal mencapai 550
dimanfaatkan dengan kecepatan distribusi dan ribu orang atau 47,0 persen, sedangkan informal
kualitas yang semakin baik. Penetrasi penetrasi sebanyak 625 ribu orang atau 53,0 persen. Nilai
ekonomi digital yang berlangsung cepat dan dinamis remitansi pekerja migran Indonesia pun mencapai
telah membentuk lansekap ekonomi digital di Indonesia USD 10,971 miliar pada 2018.
saat ini tidak saja mencakup on demand services,
e-commerce dan financial technology (Fintech), Aktivitas peningkatan nilai tambah di berbagai
namun juga penyedia layanan internet of things (IoT). sektor belum sepenuhnya dapat mendorong
Proyeksi perkembangan ekonomi digital di Indonesia perbaikan perekonomian secara struktural. Upaya-
di antaranya ditunjukkan oleh pertumbuhan nilai upaya afirmasi masih diperlukan khususnya untuk
transaksi e-commerce sebesar 1.625 persen menjadi meningkatkan kapasitas dan nilai tambah usaha
USD 130 miliar dalam periode 2013-2020. Layanan mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini penting
Fintech berbasis peer-to-peer lending (P2P) sampai mengingat UMKM mempekerjakan sekitar 97,0
tahun 2020 juga diperkirakan semakin luas untuk persen tenaga kerja di Indonesia.

36 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Berbagai capaian pembangunan tersebut Perbaikan dari sisi tata kelola juga ditunjukkan dari
juga didukung dengan perbaikan tata kelola peningkatan kualitas data dan informasi. Sensus
pembangunan. Salah satu capaian ditunjukkan dari Ekonomi yang dilaksanakan pada tahun 2016
perbaikan peringkat Ease of Doing Business (EoDB) menjadi pondasi bagi analisis ekonomi dan dunia
dari 106 pada tahun 2015 menjadi 72 pada tahun usaha untuk pembangunan ke depan. Perbaikan
2017. Peringkat EoDB turun menjadi 73 pada tahun kualitas data produksi beras pada tahun 2018
2018, meskipun skor distance to frontier (DTF) EoDB menjadi basis bagi perbaikan kebijakan pangan.
menunjukkan peningkatan dari 61,2 pada tahun 2015 Perbaikan dan penyediaan data-data pariwisata,
menjadi 67,9 pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan ekonomi kreatif dan investasi juga dilaksanakan
tantangan bahwa meskipun Indonesia terus untuk meningkatkan keakurasian dari pencapaian
memperbaiki EoDB, negara-negara lain ternyata target-target pembangunan dan basis pengambilan
dapat memperbaiki lebih cepat. Percepatan dalam kebijakan.
perbaikan EoDB diharapkan dapat mendorong iklim
usaha yang semakin kondusif. Seiring dengan proyeksi naiknya status menjadi
upper-middle income country, Indonesia diharapkan
Hasil dari perbaikan EoDB dalam periode 2015-2018 dapat menjadi negara anggota Organisation for
ditunjukkan dari peningkatan realisasi nilai investasi Economic Co-operation and Development (OECD)
dari Rp.545,4 triliun pada tahun 2015 menjadi menjadi key partners dari negara berkembang
Rp.721,3 triliun pada tahun 2018. Penanaman selain Tiongkok, Brazil, India, dan Afrika Selatan. Hal
Modal Dalam Negeri (PMDN) terus meningkat, ini mencerminkan posisi Indonesia yang dipandang
meskipun proporsinya baru sebesar 45,6 persen. sangat penting dan strategis, baik secara regional
Kondisi ini menunjukkan tantangan bagi perbaikan maupun global.
kualitas investasi dengan meningkatkan proporsi
PMDN. Sebaran investasi juga menjadi aspek
yang perlu diperbaiki, mengingat realisasi investasi
masih terfokus di Jawa (56,2 persen). Percepatan
pembangunan infrastruktur, penyiapan tenaga
kerja terampil, kepastian lahan, dan harmonisasi
peraturan menjadi kunci untuk penyebaran investasi
ke luar Jawa. Aspek-aspek tersebut juga menjadi
kunci sukses dari upaya percepatan pembangunan
kawasan industri dan kawasan pariwisata sebagai
pusat pertumbuhan baru di luar Jawa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan investasi


di pusat-pusat pertumbuhan adalah melalui
kemudahan izin dan fasilitasi investasi. Sejak tahun
2014 hingga Maret 2019, 34 proyek di KEK senilai
Rp.10,8 triliun telah menerima izin. Pemerintah juga
telah memberikan fasilitas Kemudahan Investasi
Langsung Konstruksi (KLIK) kepada 318 proyek di
KI senilai Rp 334,4 triliun.

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 37


Lingkungan dan Isu Strategis
Keberlanjutan Sumber Gambar 2.2. Proyeksi Cadangan Sumber Daya Energi
Daya Alam hingga 2045
12,000 Oil (Million Barel)

Ketersediaan sumber daya alam (SDA) yang 10,000

menjadi modal utama dalam pembangunan makin 8,000

berkurang. SDA tidak hanya menjadi sumber bahan 6,000

mentah bagi kebutuhan industri dalam negeri, tetapi 4,000

juga menjadi sumber devisa. 2,000

2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
Dari sumber daya energi, salah satu tantangan adalah
menipisnya cadangan energi fosil, baik minyak, gas 180,000
Natural Gas (MMSCF x 1.000)
dan juga batubara. Penemuan cadangan minyak 160,000
140,000
dan gas bumi baru belum signifikan. Pada lima tahun 120,000

terakhir, reverse replacement ratio (RRR) minyak dan 100,000


80,000
gas bumi rata-rata hanya sebesar 70,4 persen. Di 60,000

sisi lain, pemanfaatan sumber energi alternatif dan 40,000

efisiensi dalam penggunaan energi perlu ditingkatkan.


20,000
0
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044
Keberlanjutan sumber daya kemaritiman dan 50,000 Coal (Million Ton)
kelautan juga mengalami beberapa tantangan antara 45,000

lain pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap 40,000


35,000
dengan memperhatikan maximum sustainable yield 30,000
(MSY) dan pemanfaatan lahan perikanan budidaya 25,000

secara berkelanjutan 20,000


15,000
10,000

Keberlanjutan pembangunan juga menghadapi 5,000

tantangan degradasi dan deplesi SDA terbarukan 0


2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
2032
2034
2036
2038
2040
2042
2044

seperti hutan, air dan keanekaragaman hayati.


Walaupun laju deforestasi telah berkurang secara Sumber: Bappenas, diolah
signifikan dibandingkan sebelum tahun 2000, tutupan
hutan diperkirakan tetap menurun dari 50,0 persen dari lndonesia sebagai negara dengan keanekaragaman
luas lahan total Indonesia (188 juta ha) di tahun 2017 hayati tinggi mempunyai peluang besar untuk
menjadi sekitar 38,0 persen di tahun 2045. Hal ini akan mengembangkan produk dari keragaman
berdampak pada kelangkaan air baku khususnya hayatinya. Pemanfaatan keanekaragaman hayati
pada pulau-pulau yang memiliki tutupan hutan sangat melalui kegiatan bioprospekting dapat memenuhi
rendah seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. kebutuhan bahan baku obat, sandang, pangan,
Resiko kelangkaan air baku juga meningkat di wilayah rempah, pakan ternak, penghasil resin, pewarna
lainnya sebagai dampak perubahan iklim. Luas wilayah dan lain-lain. Di samping itu, diversifikasi produk
kritis air diperkirakan akan meningkat dari 6,0 persen di primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder
tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045. memiliki nilai tambah ekonomi yang tinggi.

38 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 2.3. Proyeksi Keberlanjutan Hutan dan Air
hingga 2045 harga pangan, misalnya beras rata-rata 0,6 persen
per bulan. Dari sisi produsen, produktivitas yang
rendah dan fluktuasi harga menyebabkan daya
tawar petani (nilai tukar petani) masih rendah yaitu
sebesar rata-rata 101,3 pada tahun 2017.

Produksi dan produktivitas kelautan dan perikanan


Tutupan Hutan Kelangkaan air juga
Luasbelum
habitatoptimal
ideal karena masih didominasi perikanan
berkurang dari 50% (93,4 di Pulau Jawa, Bali dan Nusa satwa langka terancam
Juta ha) Tahun 2017 hingga Tenggara meningkat hingga 2030. skaladi empat
punah kecil pulau
danbesar
penggunaan teknologi tradisional.
tinggal 38% (71,4 juta ha) dari Proporsi luas wilayah krisis air Tantangan
(Sumatra, Jawa,lainnya berkaitan dengan belum optimalnya
Kalimantan
total lahan Indonesia (188 meningkat dari 6,0% di tahun dan Sulawesi) berkurang dari
juta ha) di tahun 2045 2000 menjadi 9,6% di tahun 2045. kelembagaan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
80,3% di tahun 2000
Kualitas air diperkirakan juga
menurun signifikan
serta belum terintegrasinya
menjadi 49,7 % di tahun
2045.
tata ruang laut dan darat.
Sumber: Perhitungan Bappenas Saat ini Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (RZWP3K) ditetapkan dengan peraturan daerah
yang terpisah. Salah satu permasalahannya berkaitan
dengan belum tersedianya pedoman penyelerasasn
Efektivitas Tata Kelola RZWP3K dan RTRW Provinsi.
Sumber Daya Ekonomi
Di sisi pengelolaan dan pemanfaatan energi,
kondisinya saat ini dirasakan masih kurang efisien.
Pengelolaan sumber daya ekonomi menghadapi Terdapat gap yang besar antara intensitas energi
tantangan terkait daya dukung lingkungan, primer (500 SBM/miliar Rupiah) dan energi final
ketersediaan lahan, keterbatasan infrastruktur, (325 SBM/miliar Rupiah). Selain itu, pemanfaatan
penataan ruang, serta kesejahteraan petani-nelayan batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
dan masyarakat yang bergantung penghidupannya belum maksimal. DMO batubara saat ini baru
pada pemanfaatan sumber daya alam. mencapai 23,5 persen dari produksi batubara
sebesar 548 juta ton pada tahun 2018.
Pengelolaan sumber daya pangan dan pertanian
menghadapi isu semakin meningkatnya kebutuhan Isu-isu pengelolaan dan pemanfaatan energi
akan lahan dan air sebagai dampak dari peningkatan lainnya yang perlu ditangani yaitu (1) kecukupan
aktivitas perekonomian. Kondisi ini menyebabkan pasokan energi terutama gas; dan listrik untuk
peningkatan persaingan dalam pemanfaatan lahan memenuhi kebutuhan sektor riil; (2) inefisiensi dalam
dan air, khususnya di antara sektor pertanian, penyediaan infrastruktur energi karena perbedaan
industri, dan perumahan. antara lokasi produksi dan pemanfaatan energi;
(3) kualitas dan kehandalan penyaluran energi
Isu lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan terutama di luar Jawa; (4) pemanfaatan energi
kebutuhan pangan seiring dengan peningkatan belum memberi dampak pengembangan ekonomi
populasi penduduk sebesar 1,2 persen. Di sisi lain, secara luas; dan (5) konsumsi energi yang belum
produksi pangan sangat juga dipengaruhi oleh efisien. Penghematan energi di sektor industri,
faktor musim, serta ketersediaan dan kehandalan transportasi, bangunan dan sarana komersial perlu
sarana prasanana produksi termasuk irigasi. terus ditingkatkan dengan potensi penghematan
Ketidakpastian produksi menyebabkan fluktuasi sekitar 30,0 persen dari penggunaan energi saat ini.

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 39


jasa informal dengan kontribusi pertumbuhan yang
Transformasi Struktural rendah. Sektor industri pengolahan, yang memiliki
Berjalan Lambat potensi terbesar untuk mendorong pertumbuhan
dan penciptaan lapangan kerja formal, masih
Setelah era reformasi pada tahun 1998, Indonesia menghadapi tantangan kenaikan upah tenaga
belum mampu melanjutkan transformasi sosial kerja yang belum diikuti dengan peningkatan
ekonomi yang terhenti akibat krisis. Rata-rata produktivitas yang setara. Terbatasnya kesempatan
pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia terus kerja di dalam negeri menjadikan pangsa pasar
turun dari sebelumnya mencapai 6,0 persen pada kerja luar negeri sebagai alternatif bagi calon
periode 1990-2000 hingga mencapai rata-rata pekerja migran Indonesia. Namun, sebagian besar
sekitar 5,0 persen pada periode 2000-2015. lapangan kerja yang dapat diisi adalah pekerjaan
dengan kualifikasi atau keahlian rendah.
Kondisi tranformasi struktural yang berjalan lambat
ini juga ditandai dengan kontribusi PDB industri Gambar 2.5. Tingkat Pendidikan Pekerja di Indonesia
pengolahan yang menurun menjadi 19,9 persen. 140
11,65
Di sisi lain, kontribusi PDB sektor primer sebesar 120 8,26 9,56 11,09 11,32

20,9 persen dan kontribusi PDB sektor jasa terus 2,96 3,09 3,42 3,29 3,46
13,68
100 10,52 10,84 12,17 12,59
meningkat menjadi sekitar 59,2 persen pada tahun
80 18,58 19,81 20,41 21,13 22,34
2018.
60 20,35 20,7 21,36 21,72 22,43

Peningkatan PDB sektor jasa menunjukkan adanya 40


transisi sumber pertumbuhan dari sektor primer 20
53,96 50,83 49,97 50,98 50,46
ke tersier. Namun transisi ekonomi tersebut belum
0
mampu mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi. 2014 2015 2016 2017 2018
Sektor jasa yang menyerap perpindahan tenaga
kerja dari sektor primer didominasi oleh sektor SD SMP SMA SMK Diploma Universitas
Sumber: BPS
Gambar 2.4. Perbandingan Produktivitas di Berbagai Sektor
Rp Juta/Orang
1.000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
2015 2016 2017 2018
Real Estate Informasi dan Komunikasi Pertambangan
Listrik, Gas, dan Es Jasa Keuangan dan Asuransi Konstruksi
Industri Pengolahan Transportasi dan Pergudangan Perdagangan
Jasa-jasa lainnya Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum* Pertanian
Air Nasional
Sumber: BPS, 2018 (diolah)

40 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Masalah produktivitas yang rendah ini berkaitan Lambatnya transformasi struktural di Indonesia
dengan kualitas SDM yang rendah, karena tenaga juga berkaitan dengan rendahnya ekspor. Rasio
kerja masih didominasi oleh lulusan SD (40,7 nilai ekspor/PDB Indonesia baru mencapai 19,0
persen), sementera tidak semua tenaga kerja lulusan persen, atau jauh di bawah Thailand (69,0 persen),
pendidikan yang lebih tinggi memiliki kesiapan dan Vietnam (93,0 persen) dan Singapura (172,0
kapasitas sesuai kebutuhan dunia kerja. Mismatch persen). Keunggulan sumber daya alam yang ada
keterampilan, kesenjangan kualitas pendidikan di Indonesia juga belum banyak diolah menjadi
antarwilayah, keterbatasan talenta untuk siap dilatih produk bernilai tambah tinggi, seperti ditunjukkan
dan bekerja menjadi isu-isu yang perlu ditangani dengan ekpor produk Indonesia yang didominasi
dalam peningkatan produktivitas tenaga kerja. oleh komoditas (lebih dari 50 persen), terutama
olahan CPO, logam dasar, karet dan makanan.

Gambar 2.6 Kondisi Ekspor Indonesia Dibandingkan Negara-Negara Lain

Sumber: Atlas of Economic Complexity, World Development Indicators (2016), dan Bank Dunia (2018)

Gambar 2.7 Persentase Ekspor Industri Berteknologi Tinggi


40

35

30

25

20

15

10

0
1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Indonesia Thailand Vietnam India Brazil Turki


Sumber: Bank Dunia, diolah

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 41


Gambar 2.8. Keterkaitan Hulu-Hilir yang Menurun
dalam 15 Tahun Terakhir yang berorientasi ekspor. Investasi juga bergeser
dari sektor sekunder ke sektor tersier dalam dua
tahun terakhir.

Peningkatan kualitas investasi juga dihadapkan pada


tantangan pengelolaan persaingan usaha. Data
Global Competitiveness Index (2018) menunjukkan
bahwa tingkat konsentrasi industri di Indonesia—
yang diukur melalui nilai dominasi pasar—masih
cukup tinggi, yaitu 4,1. Angka ini menunjukkan bahwa
Sumber: Analisis Bappenas industri hanya didominasi oleh beberapa pelaku
usaha. Penumbuhan industri baru melalui investasi,
Rasio ekspor yang rendah dan dominasi ekspor dan kemudahan pengembangan usaha diharapkan
komoditas menggambarkan tiga isu dalam struktur dapat meningkatkan persaingan usaha yang sehat,
industri nasional yang perlu ditangani ke depan. efisiensi, serta pertumbuhan yang inklusif.
Pertama, adanya disharmoni antara sektor hulu dan
hilir menyebabkan kerentanan dalam rantai pasok/ Upaya peningkatan investasi dan ekspor, termasuk
nilai industri nasional sehingga daya saing industri pariwisata, juga dilakukan melalui diplomasi
nasional rendah. Kedua, kapasitas inovasi di ekonomi. Namun, pelaksanaannya belum berjalan
Indonesia rendah seperti yang ditunjukkan ekspor secara optimal dikarenakan beberapa kendala:
produk industri berkandungan teknologi tinggi asal (1) belum terpadunya kebijakan dan koordinasi
Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan diplomasi ekonomi, (2) belum adanya mekanisme
negara-negara yang setara. koordinasi penyelenggaraan investasi ke luar negeri,
(3) belum harmonisnya regulasi dalam negeri yang
Ketiga, kualitas investasi rendah dimana investasi menunjang pelaksanaan perundingan perjanjian
belum sepenuhnya berorientasi ekspor dan dagang, (4) belum optimalnya koordinasi untuk
menjalankan transfer teknologi dan pengetahuan, mendukung investor dalam negeri yang berinvestasi
khususnya untuk Penanaman Modal Asing (PMA). ke luar negeri, (5) Belum optimalnya sinergi antara
Harapan adanya transfer teknologi dan pengetahuan Pemerintah, BUMN, Swasta dan Masyarakat dalam
dari masuknya PMA yang dapat mendorong inovasi mendorong diplomasi ekonomi, (6) belum optimalnya
dan diversifikasi produk ekspor belum sepenuhnya penetrasi Indonesia ke pasar non tradisional.
terwujud. Sebagian besar investasi masih menyasar
pasar dalam negeri yang besar, dan belum banyak Transformasi struktural yang berjalan lambat juga
ditunjukkan oleh dominasi usaha skala mikro dalam
Gambar 2.9. Pergeseran Investasi ke Sektor Tersier
struktur pelaku usaha nasional (99,0 persen).
54,8 Kondisi ini menunjukkan adanya hollow middle
50,9
43,3 42,4 yang menjadikan kapasitas dunia usaha untuk
Sektor Primer membangun keterkaitan hulu-hilir menjadi terbatas.
30,7 30,8
39,3 39,6 Sektor Sekunder Upaya untuk meningkatkan skala usaha UMKM saat
Sektor Tersier ini belum menunjukkan hasil yang signifikan.
17,4 18,0 18,3
14,5
Di sisi lain, percepatan transformasi struktural
2015 2016 2017 2018 masih dapat dilaksanakan dengan meningkatkan
Sumber: BKPM, diolah

42 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
keterkaitan usaha antarUMKM, kemitraan usaha Industry
Revolusi Industri 4.0 dan
4.0
antara UMKM dan usaha besar, serta kewirausahan.
Ekonomi Digital
Fasilitasi UMKM untuk berkoperasi terus dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan skala Pada tahun 2018, Pemerintah telah meluncurkan
ekonomi. Namun upaya ini masih menghadapi gerakan Making Indonesia 4.0. Gerakan ini
tantangan kapasitas koperasi untuk menjadi usaha sejalan dengan era digitalisasi yang memfasilitasi
yang modern dan profesional. Kemitraan juga terus pengintegrasian informasi untuk tujuan peningkatan
didorong, namun baru sekitar 7,0 persen usaha mikro produktivitas, efisiensi, dan kualitas layanan.
dan kecil (UMK) yang menjalin kemitraan dengan
perusahaan lain. Sementara tren perbaikan terdapat Pemanfaatan ekonomi digital ke depan memiliki
dari sisi kewirausahaan seperti ditunjukkan rasio potensi yang besar untuk tujuan peningkatan nilai
kewirausahaan di Indonesia yang sudah mencapai 3,2 tambah ekonomi. Sebagai contoh, pemanfaatan
persen pada tahun 2017. Kondisi ini ditunjang oleh tren Industry 4.0 sepanjang rantai nilai dapat
peningkatan masyarakat yang berwirausaha dalam meningkatkan efisiensi hulu-hilir serta kontribusi
beberapa tahun terakhir. Data Global Entrepreneurship nilai tambah industri pengolahan secara agregat
Monitor (2017) juga menunjukkan bahwa minat dan dalam perekonomian.
motivasi masyarakat untuk berwirausaha cukup
tinggi yaitu 47,7 persen atau lebih besar dari rata-rata Namun tantangan yang dihadapi Indonesia dalam
global sebesar 43,4 persen. Tren ini sejalan dengan era digitalisasi juga cukup besar. Dari sisi kesiapan
perkembangan ekonomi digital yang membuka inovasi untuk menghadapi revolusi digital seperti
banyak kesempatan berusaha . yang ditunjukkan oleh Network Readiness Index,
Indonesia berada pada peringkat 73 dari 139
Tantangannya adalah minat berwirausaha tersebut negara. Sementara negara-negara yang setara
belum diikuti dengan kapasitas yang memadai memiliki kesiapan yang lebih baik, seperti Malaysia
untuk menjalankan usaha. Sebagian besar (peringkat 31), Turki (48), China (59), Thailand (62).
wirausaha merupakan usaha mencontoh dan Indonesia memiliki keunggulan dalam harga, namun
tidak didasarkan pada pemahaman tentang model jauh tertinggal dalam infrastruktur dan pemanfaatan
bisnis, pasar dan inovasi. oleh masyarakat.

Gambar 2.10. Network Readiness Index Negara-negara Kesiapan Indonesia untuk mengadopsi dan
di Asia
mengeksplorasi teknologi digital yang mampu
Iklim Politik dan Peraturan
6 mendorong transformasi dalam pemerintahan, model
usaha dan pola hidup masyarakat juga dianggap
Dampak Sosial 5 Iklim Usaha dan
4 Inovasi
kurang. Hal ini ditunjukkan oleh data World Digital
3
Dampak 2 Infrastruktur dan
Ekonomi 1
0
Konten Digital
Competitiveness Ranking tahun 2017 dimana
Penggunaan Keterjangkauan
Indonesia berada pada peringkat ke 59 dari 63 negara.
oleh Pemerintah
Cara beradaptasi, integrasi informasi teknologi,
Penggunaan oleh
Dunia Usaha
Harga/Keterjangkauan dan kerangka peraturan menjadi isu-isu yang perlu
Penggunaan
oleh Individu
diperbaiki agar Indonesia dapat memanfaatkan
Indonesia Thailand
kemajuan teknologi digital bagi pertumbuhan ekonomi
Malaysia China
dan peningkatan kualitas hidup.

Sumber: Global Information Technology Report, World Economic


Forum (2016)

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 43


Tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia menjadikan banyak model usaha konvensional
berkaitan dengan pengembangan SDM dan tidak lagi relevan. Kondisi ini mengharuskan adanya
persaingan usaha. Era digitalisasi membawa kebijakan dan pola adaptasi yang menyeluruh
dampak pada perubahan pola bekerja dan dalam pemanfaataan transformasi digital bagi
berpotensi menghilangkan pekerjaan yang keberlanjutan dan pemerataan pertumbuhan
bersifat sederhana dan repetitif. Di sisi lain, pola ekonomi, serta perbaikan kualitas kehidupan sosial
perdagangan dan penyediaan layanan berbasis dan lingkungan.
daring serta penggunaan pembayaran nontunai

Sasaran, Target dan Indikator

Dalam lima tahun mendatang, sasaran yang akan pembangungan ekonomi yang berkelanjutan;
diwujudkan dalam rangka memperkuat ketahanan dan
ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas 2. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja,
adalah sebagai berikut: investasi, ekspor dan daya saing perekonomian
1. Meningkatnya daya dukung dan kualitas Target-target yang akan diwujudkan secara terinci
sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Sasaran, Indikator dan Target Tahun 2020-2024

No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024


A. Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi sebagai modalitas bagi pembangungan
ekonomi yang berkelanjutan
1. Porsi EBT dalam bauran energi
13,4% 20%
nasional (7.2.1*)
2. Penyediaan energi nasional 287,2 MTOE 375,9 MTOE
3. Intensitas energi primer (7.3.1*) 421 SBM/Rp. Milliar 404 SBM/Rp. Miliar
Pemenuhan
4. Intensitas energi final 225 SBM/Rp. Milliar 213 SBM/Rp. Miliar
kebutuhan
energi dengan 5. Kapasitas terpasang pembangkit EBT 14,5 GW 37,3 GW
mengutamakan 6. Produksi gas alam 1,1 juta SBM/hari 1,2 juta SBM/hari
1
peningkatan 7. Produksi biodiesel 7,7 juta kilo liter 10,8 juta kilo liter
energi baru
8. Produksi bioetanol 0,8 juta kilo liter 2,7 juta kilo liter
terbarukan
(EBT) 9. Domestic Market Obligation (DMO)
44,9% 50,8%
Batubara
10. Domestic Market Obligation (DMO)
27% 31%
Gas untuk industri
11. TKDN Sektor pembangkit EBT 30% 40%

44 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
1. Luas kawasan lindung nasional 65 juta ha 65 juta ha
2. Kawasan hutan produksi 36 juta ha 36 juta ha
Peningkatan 3. Peningkatan persentase irigasi
kuantitas/ 15% 20%
premium
ketersediaan
4. Peningkatan luas daerah irigasi teknis 913.030 ha 1.413.030 ha
2 air untuk
mendukung 5. Pemenuhan air baku untuk domestik
53 m3/detik 90 m3/detik
pertumbuhan dan kawasan industri (proxy 6.1.1.(b))
ekonomi 6. Pemanfaatan bendungan untuk fungsi
670 MW 820 MW
listrik
7. Pembangunan bendungan multiguna 17 unit 58 unit
1. Skor Pola Pangan Harapan (2.2.2(c)) 93,3 96,3
2. Angka Kecukupan Energi (AKE)
2.100 kkal/hari 2.100 kkal/hari
(2.1.2(a))
3. Angka Kecukupan Protein (AKP) 57 gram/ kapita/hari 57 gram/ kapita/hari
4. Prevalensi Ketidakcukupan
Konsumsi Pangan (Prevalence of 6,40 5,38
Undernourishment/PoU)
5. Prevalensi Penduduk dengan
Kerawanan Pangan Sedang atau
5,21 4,05
Berat (Food Insecurity Experience
Scale/FIES)
6. Global food security index 56,9 64,1
7. Produksi padi (gabah kering giling) 61,0 juta ton 68,6 juta ton
8. Produksi jagung 31,9 juta ton 49,3 juta ton
Peningkatan 9. Produksi daging 3,98 juta ton 5,83 juta ton
ketersediaan, 58,3 kg/kapita/
10. Konsumsi ikan (2.2.2(c)) 60,9 kg/kapita/ tahun
akses dan tahun
3
kualitas 11. Konsumsi daging 7,1 kg/kapita/ tahun 8,8 kg/kapita/ tahun
konsumsi
pangan 260,2 gram/kapita/ 316,3 gram/kapita/
12. Konsumsi sayur dan buah
tahun tahun

13. Produksi beras biofortifikasi 10.000 ha padi 200.000 ha padi

30 varietas unggul
14. Jumlah varietas unggul tanaman dan 30 varietas unggul
tanaman baru dan
hewan untuk pangan yang dilepas tanaman baru dan 10
10 galur hewan
(2.5.1*) galur hewan ternak
ternak
15. Sumber daya genetika tanaman
dan hewan sumber pangan yang 3.100 aksesi 3.100 aksesi
terlindungi/tersedia (2.5.2*)
16. Tingkat adopsi teknologi pertanian
80% 95%
oleh petani
17. Nilai tambah per tenaga kerja Rp 36,19 juta/ Rp 45,44 juta/tenaga
pertanian (2.3.1*) tenaga kerja kerja
18. Nilai tukar petani 103 105

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 45


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
1. Konservasi kawasan kelautan (14.5.1*) 23 juta ha 26,1 juta ha
2. Revitalisasi WPP dan menjamin
akurasi pendataan stock dan 11 WPP 11 WPP
pemanfaatan
3. Pengelola WPP (14.2.1(b)) 11 unit 11 unit
4. Integrasi Rencana Tata Ruang
(RTRW) dan Rencana Zonasi (RZ)
0 RTRW RZ 10 RTRW RZ
serta penyelesaian perencanaan tata
ruang laut dan zonasi pesisir
Peningkatan 5. Pemetaan bathimetri prioritas skala
63% 100%
pengelolaan 1:50.000
4
kemaritiman 6. Proporsi tangkapan jenis ikan yang
dan kelautan berada dalam batasan biologis yang 64% 80%
aman (14.4.1*)
7. Produksi ikan 15,47 juta ton 20,39 juta ton
8. Produksi rumput laut 10,99 juta ton 12,33 juta ton
9. Produksi garam 3,0 jutan ton 3,8 juta ton
10. Jumlah provinsi dengan peningkatan
akses pendanaan usaha nelayan 34 provinsi 34 provinsi
(14.b.1(a))
11. Jumlah hasil riset yang diadopsi/
5 hasil riset 10 hasil riset
diterapkan
B. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, investasi, ekspor, dan daya saing perekonomian
1. Rasio kewirausahaan nasional 3,55% 3,95%
2. Rasio Wirausaha Berbasis Peluang 10,30 11,13
3. Pertumbuhan wirausaha baru 3% 4%
4. Presentase UMKM yang melakukan
7% 10%
kemitraan
5. Rasio kredit UMKM terhadap total
19,75% 22%
Penguatan kredit perbankan (8.10.1(b))
kewirausahaan 6. Proporsi IKM dengan pinjaman/kredit 2,40% 5%
dan Usaha (9.3.2*)
5
Mikro, Kecil 7. Kenaikan volume usaha koperasi per
20% 23%
dan Menengah tahun
(UMKM )
8. Jumlah sentra Industri Kecil dan
50 Sentra
Menengah (IKM) baru di luar Jawa 10 Sentra
(kumulatif 2020-2024
yang beroperasi
9. Proporsi nilai tambah IKM terhadap
18,5% 20%
total nilai tambah industri (9.3.1*)
10. Kontribusi usaha sosial 1,90% PDB 2,50 % PDB
11. Penumbuhan start-up 700 unit (kumulatif) 3.500 unit (kumulatif)

46 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
1. Pertumbuhan PDB industri
4,90-5,40% 5,93-8,35%
pengolahan (9.2.1(a))
2. Pertumbuhan PDB industri
5,48-6,01% 7%
pengolahan non migas
3. Kontribusi PDB industri pengolahan
19,78-19,80% 21%
(9.2.1*)
4. Kontribusi PDB industri pengolahan
17,64-17,69% 17,98-19,11%
non migas
5. Pertumbuhan PDB pertanian 3,67-3,83% 3,90-4,03%
6. Kontribusi PDB kemaritiman 6,50% 7,80%
7. Produksi kayu terutama dari hutan
60 juta m3/tahun 60 juta m3/tahun
produksi
8. Pertumbuhan PDB subsektor industri
8,09-8,22% 8,57-8,79%
pengolahan makanan dan minuman
9. Kontribusi PDB pariwisata (8.9.1*) 4,8% 5,5%
10. Destinasi pariwisata prioritas yang
3 destinasi 8 destinasi
diselesaikan
11. Destinasi wisata alam berkelanjutan
10 klaster 10 klaster
Peningkatan berbasiskan taman nasional
nilai tambah, 12. Destinasi wisata bahari 6 destinasi 6 destinasi
lapangan kerja, Rp.1.305-Rp.1.307
6
dan investasi di 13. Nilai tambah ekonomi kreatif triiun
Rp.1.840-1.890 triliun
sektor riil, dan
industrialisasi 14. Jumlah kab/kota kreatif yang 20 kab/kota/kawasan
4 kab/kota/kawasan
difasilitasi (kumulatif)
15. Jumlah kawasan dan klaster kreatif
8 lokasi 10 lokasi
yang dikembangkan
16. Revitalisasi ruang kreatif 25 unit 40 unit
17. Kontribusi ekonomi digital 3,17% 4,66%
18. Pertumbuhan PDB informasi dan
7,12-7,54% 7,54– 8,78%
telekomunikasi
19. Nilai transaksi e-commerce Rp 260 triliun Rp 600 trilun
20. Penyediaan lapangan kerja per tahun 2,7-3,0 juta orang 2,7-3,0 juta orang
21. Laju pertumbuhan PDB per tenaga
4,5-5,5% 5,0-7,0%
kerja (8.2.1*)
22. Jumlah tenaga kerja industri
19,7 juta orang 22 juta orang
pengolahan
23. Kontribusi tenaga kerja industri
14,2% 15,7%
(9.2.2*)
24. Jumlah tenaga kerja pariwisata
13 juta orang 15 juta orang
(8.9.2*)
25. Jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif 19 juta orang 21 juta orang

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 47


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
26. Jumlah dokumen kerjasama
penempatan dan perlindungan
pekerja migran antara RI dengan 20 dokumen 30 dokumen
negara tujuan penempatan dan kerjasama kerjasama
lembaga internasional lainnya
(10.7.2(a))
27. Persentase pekerja migran Indonesia
yang bekerja pada pemberi kerja
57% 70%
berbadan hukum terhadap total
pekerja migran (10.7.2(b))
28. Pertumbuhan investasi (PMTB) 6,9-7,3% 7,5-8,6%
29. Peringkat kemudahan berusaha di
Menuju 40 40
Indonesia (ranking EoDB)
30. Peringkat pilar pasar kerja Indonesia
75 60
dalam Global Competitiveness Index
Rp 875,1-890,3 Rp 1.354,3-1.500,0
31. Nilai realisasi PMA dan PMDN
triliun triliun
32. Kontribusi PMDN terhadap total
46,2-46,3% 49,1-49,6%
realisasi PMA dan PMDN
33. Kontribusi realisasi PMA dan PMDN
36,2% 51,0-55,0%
industri pengolahan
34. Implementasi Perizinan Berusaha
100 K/L/D 300 K/L/D
Terintegrasi Secara Elektronik/OSS
Rp 523,4-559,8
35. Belanja Modal (Capex) BUMN Rp 800 triliun
trilliun
36. Profitabilitas BUMN Rp 227 triliun Rp 335 triliun
37. Jumlah Kawasan Industri (KI) yang 9 KI prioritas dan 10 9 KI prioritas dan 10
difasiliasi di luar Jawa KI pengembangan KI pengembangan
38. Jumlah kawasan industri halal 2 Kawasan 3 Kawasan
39. Jumlah Daerah Tertib Ukur (DTU) 10 DTU 10 DTU
USD -3,2 s/d -4,3 USD 0,4 s/d 15,0
1. Neraca perdagangan
miliar miliar
2. Pertumbuhan ekspor barang dan jasa 4,50-6,65% 6,09-8,63%
3. Pertumbuhan ekspor nonmigas 6,88-9,24% 9,04-12,23 %
Peningkatan 4. Ekspor hasil pertanian US$ 30.305,03 juta US$ 33.327,1 juta
ekspor bernilai
5. Ekspor hasil perikanan USD 6,1 miliar USD 9,55 miliar
tambah tinggi
dan penguatan 6. Nilai ekspor produk industri
7 USD 14,8 miliar USD 19,4 miliar
Tingkat pengolahan kehutanan
Kandungan 7. Pertumbuhan ekspor industri
9-10% 9-10%
Dalam Negeri pengolahan
(TKDN) 8. Kontribusi Ekspor Produk Industri 49,0-50,0% 58,0-65,0%
9. Kontribusi ekspor produk industri
berteknologi tinggi (komputer,
10,8-11,0% 13%
instrumen, ilmiah, mesin listrik,
dirgantara)

48 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
10. Rasio ekspor jasa terhadap PDB 2,8-3,1% 3,1- 4,2%
11. Nilai devisa pariwisata (8.9.1(c)) USD 19-21 miliar USD 28 miliar
12. Jumlah wisatawan mancanegara
18,5 juta orang 26 juta orang
(8.9.1(a))
USD 21,5-22,6
13. Nilai ekspor ekonomi kreatif USD 24,5 miliar
miliar
14. Tingkat Kandungan Dalam Negeri
43,3% 50%
(TKDN) (Rerata Tertimbang)
15. Jumlah produk tersertifikasi TKDN >
6.000 produk 8.400 produk
25% yang masih berlaku
350-400 juta
16. Jumlah wisatawan nusantara (8.9.1(b) 310 juta perjalanan
perjalanan
17. Jumlah sektor prioritas yang difasilitasi
investasi dalam jaringan produksi 3 Sektor 5 Sektor
global
18. Jumlah promosi Tourism, Trade and 8 Promosi 8 Promosi
Investment (TTI) terintegrasi Terintegrasi Terintegrasi
19. Jumlah negara akreditasi yang
90 negara 98 negara
meningkat nilai perdagangan
20. Jumlah negara akreditasi yang
mencapai target peningkatan jumlah 70 negara 78 negara
wisatawan mancanegara ke Indonesia
21. Jumlah ratifikasi perjanjian kerjasama
4 ratifikasi 4 ratifikasi
ekonomi internasional
22. Pertumbuhan jumlah produk dalam
negeri dalam pengadaan barang/jasa 5% 5%
pemerintah
23. PTA/FTA/CEPA yang disepakati 20 (kumulatif) 40 (kumulatif)
24. Keanggotaan OECD Pendaftaran Anggota OECD
1. Kontribusi sektor jasa keuangan/PDB 4,22-4,23% 4,37-4,43%
2. Rasio M2/PDB 40,30-40,68% 41,71-42,12%
3. Jumlah ATM per 100.000 penduduk
55,84 unit 57,51 unit
(8.10.1*)
Penguatan pilar 4. Jumlah bank per 100.000 penduduk
pertumbuhan 15,39 unit 15,26 unit
8 (8.10.2*)
dan daya saing 5. Skema pembiayaan berbasis HKI 0 skema 1 skema
ekonomi
6. Biaya logistik terhadap PDB 23,2% 18%
7. Skor logistic performance index 3,2 3,5
8. Tingkat Inflasi 3 ± 1% 2,7%
9. Inflasi pangan bergejolak 3,2 ± 1% 3,1%

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 49


No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024
10. Jumlah pelaku kreatif yang difasilitasi
8.500 orang 15.000 orang
infrastruktur TIK
11. Jumlah perusahaan dengan nilai
Indonesia Industry 4.0 Readiness 30 perusahaan 60 perusahaan
Index (INDI 4.0) > 3.0
12. Jumlah perusahaan yang menerapkan
1.845 perusahaan 5.000 perusahaan
sertifikasi SNI ISO 14001 (12.6.1(a))
13. Jumlah lokasi penerapan sustainable
12 lokasi 22 lokasi
tourism development (12.b.1)
14. Peringkat Travel and Tourism
40** 29-34
Competitiveness Index
15. Rasio perpajakan terhadap PDB
10,9-11,3% 12,7-14,2%
(17.1.1(a))
16. Porsi Surat Berharga Negara (SBN)
81,3% 77%
dalam utang Pemerintah
17. Transfer daerah dan Dana Desa
< Belanja K/L > Belanja K/L
terhadap Belanja K/L
18. Pengalihan subsidi harga (pupuk, Terlaksana
LPG, listrik) menjadi bantuan sosial Selesai
bertahap
tepat sasaran
19. Badan penerimaan pajak 0 unit 1 unit
20. Pembaharuan sistem inti administrasi
perpajakan (core tax administration 13,8% Selesai
system)
21. Ketersediaan data statistik ekonomi
2 database 2 database
kreatif
22. Ketersediaan data statistik pariwisata 3 database 3 database
23. Ketersediaan data statistik
1 database 1 database
e-commerce
24. Perbaikan data produksi pangan
2 database 3 database
(beras, jagung, kedelai)

Keterangan:
Beberapa sasaran belum memiliki target karena masih dalam tahap perhitungan
* Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global untuk Sustainable Development Goals (SDGs)
** Indeks TTCI diukur setiap tahun ganjil, sehingga target tahun 2020 merupakan target tahun 2019
Angka dalam kurung pada indikator menunjukkan indikator SDGs

50 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Arah Kebijakan dan Strategi

Pengelolaan Sumber
Daya Ekonomi

Arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber bagian utara, Sumatera bagian selatan, Jawa,
daya ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup: Kalimantan bagian timur, Sulawesi bagian utara
(i) Pemenuhan kebutuhan energi dengan dan selatan, Maluku Utara dan Papua Barat.
mengutamakan peningkatan energi baru
terbarukan (EBT) yang akan dilaksanakan (ii) Peningkatan kuantitas/ketersediaan air untuk
dengan strategi (1) mengakselerasi mendukung pertumbuhan ekonomi yang
pengembangan pembangkit energi terbarukan; dilaksanakan dengan strategi (1) penetapan
(2) meningkatkan pasokan bahan bakar nabati; dan perlindungan kawasan lindung nasional; (2)
(3) meningkatkan pelaksanaan konservasi dan mengelola hutan berkelanjutan; (3) menyediakan
efisiensi energi; (4) meningkatkan pemenuhan air untuk pertanian, (4) menyediakan air untuk
energi bagi industri; (5) mengembangkan domestik dan industri; (5) menyediakan air
industri pendukung EBT. untuk energi, (6) memelihara, memulihkan, dan
konservasi sumber daya air dan ekosistemnya
Pemanfaatan sumber daya gas bumi dan termasuk revitalisasi danau dan infrastruktur
batubara untuk industri dan kelistrikan ke depan hijau; (7) optimalisasi pemanfaatan waduk
akan difokuskan pada (1) pemanfaatan gas dari multiguna.
ladang Blok A Aceh, Natuna Timur, Jambaran
Tiung Bumi (Jawa Timur), Tangguh Train 3 dan Pemeliharan, pemulihan dan konservasi melalui
Asap-Kido-Merah (Papua Barat), dan Abadi revitalisasi danau difokuskan pada 5 danau
(Maluku); dan (2) pemanfaatan batubara dari prioritas nasional yaitu Danau Maninjau, Danau
Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Rawa Pening, Danau Sentarum, Danau Limboto,
Kalimantan Timur. dan Danau Sentani.

Pengembangan bahan bakar nabati akan (iii) Peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas
dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai konsumsi pangan yang akan dilaksanakan
kapasitas produksi B100 yang memadai. dengan strategi (1) meningkatkan kualitas
Kapasitas produksi B100 dipenuhi melalui konsumsi, keamanan, fortifikasi dan biofortifikasi
pemberdayaan perkebunan sawit rakyat. pangan; (2) meningkatkan ketersediaan pangan
hasil pertanian dan pangan hasil laut secara
Penyediaan energi bagi industri dan kelistrikan berkelanjutan untuk menjaga stabilitas pasokan
juga akan dipenuhi melalui pengembangan dan harga kebutuhan pokok; (3) meningkatkan
potensi energi terbarukan di Kawasan Industri produktivitas, kesejahteraan sumber daya
yang dikombinasikan dengan energi yang manusia (SDM) pertanian dan kepastian pasar;
telah tersedia. Pola penyediaan ini akan (4) menjaga keberlanjutan produktivitas sumber
difokuskan pada Kawasan Industri di Sumatera daya pertanian yang adaptif terhadap perubahan

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 51


iklim, digitalisasi pertanian, pengelolaan lahan Strategi pertama dilaksanakan melalui
dan air irigasi; (5) meningkatkan tata kelola pengelolaan konservasi perairan, peningkatan
sistem pangan nasional. pemanfaatan marine bioproduct. Pelaksanaan
strategi kedua mencakup penguatan data stok
Pelaksanaan dari strategi pertama mencakup perikanan dan kelembagaan WPP, pengelolaan
pengembangan benih padi biofortifikasi, Perairan Umum Daratan (PUD), penyelesaian
pengembangan pangan lokal, dan diversifikasi rencana zonasi, termasuk menyusun pedoman
bahan pangan di tingkat masyarakat. Fasilitasi penyelarasan RZWP3K dan RTRW Provinsi.
budidaya padi, jagung, ternak dan komoditas Strategi ketiga dapat mencakup restrukturisasi
pangan strategis serta penyediaan input armada penangkapan ikan menuju armada
produksi menjadi fokus pelaksanaan dari strategi yang lebih economic-scale, pengembangan
kedua. Strategi ketiga mencakup pendataan perikanan budidaya modern berkelanjutan, dan
petani, pembentukan korporasi petani, ekstensifikasi dan intensifikasi lahan garam,
asuransi pertanian, pelatihan dan penyuluhan. serta pengembangan sentra terpadu. Fasilitasi
Strategi kelima mencakup penguatan sistem pemberian asuransi nelayan dan pembudidaya
logistik pangan, pengembangan resi gudang, ikan serta pengembangan bank mikro nelayan
pengelolaan sistem pangan perkotaan (urban merupakan bagian dari pelaksanaan strategi
food) serta pengelolaan limbah pangan (food keempat. Strategi kelima dapat mencakup
waste) pelatihan dan penyuluhan serta inovasi
teknologi perikanan tangkap dan budidaya yang
Pengelolaan sumber daya pangan akan berkelanjutan dan produktif.
difokuskan pada (1) daerah sentra produksi
dan daerah dengan tingkat permintaan tinggi di Pengelolaan perikanan akan difokuskan pada
Sumatera, Jawa dan Sulawesi; dan (2) daerah penguatan manajemen di 11 WPP, dan sentra-
yang rentan kelaparan dan stunting, dan daerah sentra produksi perikanan budidaya yang
miskin dan perbatasan di Maluku dan Papua. berdaya saing, terutama Sumatera (nila dan
udang), Jawa (nila dan udang), Nusa Tenggara
(iv) Peningkatan pengelolaan kemaritiman dan (rumput laut dan udang), dan Sulawesi (rumput
kelautan yang dilaksanakan dengan strategi: laut dan nila), serta sentra garam di Jawa,
(1) meningkatkan ekosistem kelautan dan Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
pemanfaatan jasa kelautan; (2) meningkatkan
pengelolaan Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP) dan penataan ruang laut dan rencana
zonasi pesisir; (3) meningkatkan produksi, Peningkatan Nilai
produktivitas, standardisasi, mutu dan nilai
Tambah Ekonomi
tambah produk kelautan dan perikanan
termasuk ikan, rumput laut dan garam; (4)
meningkatkan fasilitasi usaha, pembiayaan, Arah kebijakan dalam rangka peningkatan nilai
dan akses perlindungan usaha kelautan dan tambah ekonomi pada tahun 2020-2024 mencakup:
perikanan skala kecil serta akses terhadap (i) Penguatan kewirausahaan dan usaha mikro,
pengelolaan sumber daya; (5) meningkatkan kecil dan menengah (UMKM) yang dilaksanakan
SDM dan riset kemaritiman dan kelautan serta dengan strategi (1) meningkatkan kemitraan
database kelautan dan perikanan. usaha antara Usaha Mikro Kecil dan Usaha

52 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Menengah Besar; (2) meningkatkan kapasitas strategi (1) meningkatkan industri pengolahan
usaha dan akses pembiayaan bagi wirausaha; berbasis pertanian, kehutanan, perikanan,
(3) meningkatkan kapasitas, jangkauan, dan kemaritiman, dan non agro yang terintegrasi
inovasi koperasi; (4) meningkatkan penciptaan hulu-hilir; (2) meningkatkan industrialisasi
peluang usaha dan start-up; (5) meningkatkan berbasis hilirisasi sumber daya alam, termasuk
nilai tambah usaha sosial. melalui pengembangan smelter dan kawasan
industri terutama di luar Jawa; (3) meningkatkan
Pelaksanaan strategi pertama mencakup daya saing destinasi dan industri pariwisata
pengembangan kapasitas usaha dan kualitas yang didukung penguatan rantai pasok dan
produk, penguatan kapasitas kelembagaan ekosistem pariwisata, termasuk wisata alam;
dan perluasan kemitraan usaha. Peningkatan (4) meningkatkan nilai tambah dan daya
pembiayaan bagi wirausaha dilaksanakan saing produk dan usaha kreatif dan digital; (5)
melalui penyediaan skema pembiayaan memperbaiki iklim usaha dan meningkatkan
bagi wirausaha dan UMKM, termasuk modal investasi, termasuk reformasi ketenagakerjaan;
awal usaha dan impact investment, serta (6) mengembangkan industri halal.
pendampingan mengakses kredit/ pembiayaan.
Pelaksanaan strategi ketiga juga mencakup Akselerasi industrialisasi berbasis pertanian
peningkatan kapasitas pengurus dan manajer dan non pertanian akan difokuskan pada (1)
koperasi, serta pendampingan kelompok untuk industri pengolahan hulu strategis agro, kimia
berkoperasi. dan logam; dan (2) industri pengolahan yang
memiliki kontribusi nilai tambah dan daya saing
Strategi keempat dilaksanakan melalui pelatihan yang tinggi yaitu makanan minuman, farmasi
kewirausahaan, inkubasi usaha, penguatan dan alat kesehatan, alat transportasi termasuk
kapasitas layanan usaha, dan pengembangan yang berbahan bakar listrik, elektrikal dan
sentra industri kecil dan menengah (IKM). elektronik, mesin dan peralatan, tekstil dan
Nilai tambah usaha sosial ditingkatkan melalui produk tekstil, dan alas kaki. Pengembangan
pendampingan akses permodalan, peningkatan industri pertanian dan kehutanan akan diperkuat
kapasitas, serta fasilitasi akses kepada dengan kepastian yurisdiksi antara lahan
pengadaan barang dan jasa pemerintah. pertanian dan lahan agroforestry. Khusus untuk
industri pengolahan perikanan, peningkatan nilai
Pengembangan kewirausahaan dan UMKM, tambah juga dilaksanakan melalui peningkatan
termasuk koperasi dan sentra IKM, diarahkan kapasitas dan produktivitas industri pengolahan
(1) sesuai potensi daerah dan untuk mendukung pengalengan produk perikanan dan penguatan
pengembangan KEK, Kawasan Industri, brand dari Indonesia.
kawasan pariwisata, Kawasan Perdesaan
Prioritas Nasional (KPPN), serta peningkatan Industrialisasi dilaksanakan melalui (1)
aktivitas ekonomi produktif di wilayah Tertinggal peningkatan produktivitas; (2) penguat-an
Terdepan Terluar (3T), dan (2) Terintegrasi rantai pasok/nilai melalui harmonisasi kebijakan
dengan pengembangan infrastruktur. yang mempengaruhi efisiensi alur input-proses-
output-distribusi, dan pengembangan pemasok;
(ii) Peningkatan nilai tambah, lapangan (3) diversifikasi dan peningkatan kualitas produk
kerja, dan investasi di sektor riil, dan industri hulu, antara dan hilir untuk penyediaan
industrialisasi yang dilaksanakan dengan bahan baku, bahan antara/penolong dan barang

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 53


jadi; (4) penguatan jasa industri; (5) penguatan Jawa akan diintegrasikan dengan dukungan
circular economy sebagai sumber efisiensi dan konektivitas, serta pasokan energi dan SDM
nilai tambah; dan (6) penyediaan insentif untuk yang memadai. Dukungan ini diharapkan
penumbuhan dan peningkatan skala industri, dapat menurunkan biaya, serta meningkatkan
termasuk melalui pembiayaan industri. produktivitas dan daya saing industri
pengolahan.
Pelaksanaan industrialisasi yang berbasis
investasi juga disinergikan dengan kebijakan Hilirisasi sumber daya alam melalui
dan strategi pengembangan kewirausahaan dan pembangunan smelter akan difokuskan pada
UMKM. Sinergi ini diwujudkan dalam kemitraan hasil tambang nikel (12 smelter), besi (2 smelter),
hulu hilir usaha-usaha rakyat dalam bentuk timbal (2 smelter) dan tembaga (2 smelter).
sentra IKM, termasuk agroindustri perdesaan,
yang dikelola koperasi, usaha perdesaan, dan Dalam lima tahun mendatang, peningkatan
lembaga sosial ekonomi lainnya yang berbasih nilai tambah pariwisata akan difokuskan pada
masyarakat peningkatan lama tinggal dan pengeluaran
wisatawan sebagai hasil dari perbaikan
Dukungan bagi industrialisasi terintegrasi aksesibilitas, atraksi dan amenitas di 18
hulu-hilir dan yang berbasis hilirisasi sumber Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP). Fokus
daya alam juga dilaksanakan melalui utamanya yaitu percepatan kesiapan 10 DPP
pengembangan Kawasan Industri (KI) dan (Danau Toba, Borobudur dan sekitarnya,
smelter. Pengembangan KI difokuskan Lombok/ Mandalika, Labuan Bajo, Bromo
untuk KI di luar Pulau Jawa yang mencakup Tengger Semeru, Wakatobi, Tanjung Kelayang,
10 KI prioritas yang akan difokuskan untuk Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu dan Kota
percepatan kesiapan sarana penunjang, Tua Jakarta, dan Morotai).
fasilitasi perizinan dan penguatan investasi.
Selain itu, terdapat 9 KI baru di luar Pulau Jawa Selain itu pengembangan DPP juga meliputi 8
yang akan dikembangkan dalam kerangka DPP baru yang akan difasilitasi dalam rangka
Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha revitalisasi daya dukung, penguatan stabilitas
(KPBU), kerja sama regional, industrialisasi kunjungan, serta peningkatan kontribusi
dengan memanfaatkan infrastruktur yang sudah nilai tambah dan devisa pariwisata sesuai
dibangun, pemulihan pascabencana, serta potensinya.
diversifikasi perekonomian daerah.
Jenis pariwisata akan ditingkatkan
Dukungan untuk KI di luar Pulau Jawa juga diversifikasinya untuk mencakup (1) wisata alam
mencakup penyiapan SDM terampil melalui kerja (ekowisata, wisata bahari, wisata petualangan);
sama vokasi antara Kementerian/Lembaga, (2) wisata budaya (heritage tourism, wisata
lembaga diklat, industri dan Pemerintah sejarah, wisata kuliner, wisata kota yang
Daerah. Beberapa kawasan industri juga akan difokuskan pada Urban Heritage Regeneration,
difasilitasi penyusunan Rencana Rinci Tata dan wisata desa); (3) wisata buatan (meeting-
Ruang/Rencana Detil Tata Ruang (RRTR/RDTR) incentive-convention-exhibition (MICE), dan
di sekitar kawasan industri. wisata olah raga). Pengembangan ketiga jenis
pariwisata tersebut juga membuka kesempatan
Khusus kawasan industri di pantai utara bagi wisatawan untuk terlibat dalam kegiatan

54 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
pengembangan pengetahuan, pendidikan dan Perbaikan iklim usaha dan peningkatan
kesukarelawanan yang terintegrasi dengan investasi dilaksanakan melalui (1) harmonisasi
kegiatan wisata. dan sinkronisasi kebijakan; (2) penjaminan
kepastian hukum berusaha dan investasi;
Pengembangan amenitas dan atraksi wisata (3) fasilitasi kemudahan usaha dan investasi;
juga akan melibatkan industri dan partisipasi (4) reformasi ketenagakerjaan melalui upaya
masyarakat. Pelaksanaannya antara lain penciptaan iklim ketenagakerjaan yang kondusif
mencakup kerja sama pembiayaan, perbaikan yang didukung oleh hubungan industrial yang
pengelolaan destinasi, penerapan standar harmonis, penguatan collective bargaining,
layanan, penguatan rantai pasok industri penyempurnaan peraturan ketenagakerjaan,
pariwisata, serta pengembangan desa wisata. peningkatan keahlian dan produktivitas tenaga
kerja, peningkatan peran pemerintah daerah,
Dalam 18 DPP, destinasi wisata alam yang serta peningkatan perlindungan tenaga kerja
akan dikembangkan mencakup 10 destinasi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
ekowisata berbasis Taman Nasional dan Taman Perlindungan tenaga kerja akan diwujudkan
Wisata Alam, 11 taman alam (Geopark), serta melalui penerapan sistem perlindungan sosial
6 wisata bahari yang berbasis Taman Wisata universal bagi pekerja, pembenahan sistem
Perairan dan Suaka Alam Perairan. pelayanan penempatan dan perlindungan
pekerja migran, dan penerapan sistem
Peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif pengawasan ketenagakerjaan secara efektif;
akan dilaksanakan melalui (1) pendampingan (5) penguatan kebijakan dan kelembagaan
dan inkubasi; (2) pengembangan center of persaingan usaha; dan (6) peningkatan
excellence; (3) fasilitasi inovasi dan penguatan kapasitas, kapabilitas serta daya saing BUMN
brand, (4) pengembangan dan revitalisasi melalui pembentukan holding BUMN dan
ruang kreatif termasuk klaster/kota kreatif; (5) membuka pasar pada jaringan internasional.
penerapan dan komersialisasi hak atas kekayaan
intelektual; serta (6) penguatan rantai pasok Perbaikan iklim usaha dan peningkatan
dan skala usaha kreatif. Peningkatan populasi investasi akan difokuskan untuk mendukung
pelaku usaha digital juga akan difasilitasi melalui sektor prioritas nasional seperti energi, industri
pengembangan klaster digital, termasuk yang pengolahan, pariwisata, ekonomi kreatif,
berbasis desa, kemudahan usaha, serta akses ekonomi digital, serta pendidikan dan pelatihan
kepada pembiayaan dan pasar. vokasi.

Penguatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital Peningkatan industri halal dilaksanakan melalui
ke depan difokuskan pada 8 klaster kreatif di (1) koordinasi dan sinkronisasi kebijakan;
Jawa, Medan dan Makassar. Sektor yang akan (2) pembentukan Badan Pengembangan
diperkuat yaitu kuliner, fesyen, kriya, aplikasi Ekonomi Syariah; (3) pelaksanaan Rencana
dan konten digital, games, film, dan musik. Induk Pengembangan Ekonomi dan Keuangan
Perluasan aktivitas ekonomi kreatif dilaksanakan Syariah; dan (4) penerapan kebijakan
secara bertahap di wilayah lain yang memiliki perlindungan konsumen dan tertib niaga.
potensi nilai tambah yang besar.

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 55


(iii) Peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi TKDN serta penggunaan produk dalam negeri.
dan penguatan Tingkat Kandungan Dalam Sinergi kedua strategi ini akan didukung
Negeri (TKDN) yang akan dilaksanakan dengan dengan pengembangan pemasok komponen,
strategi (1) meningkatkan diversifikasi, nilai serta peningkatan kualitas barang dan jasa
tambah, dan daya saing produk ekspor dan jasa; dalam negeri untuk pengadaan industri dan
(2) meningkatkan akses dan pendalaman pasar pemerintah. Promosi pariwisata melalui berbagai
ekspor; (3) mengelola impor; (4) meningkatkan event dan kemudahan akses perjalanan di
kandungan dan penggunaan produk dalam dalam negeri diharapkan dapat meningkatkan
negeri termasuk melalui pengadaan pemerintah pilihan wisatawan nusantara untuk berwisata
yang efektif; (5) meningkatkan partisipasi dalam di dalam negeri, sehingga impor jasa dapat
jaringan produksi global; (6) meningkatkan citra dikelola lebih baik.
dan diversifikasi pemasaran pariwisata, serta
produk kreatif dan digital; (7) meningkatkan Strategi peningkatan dan perluasan ekspor,
efektivitas Prefrential Trade Agreement (PTA)/ serta pengelolaan impor juga dilaksanakan
Free Trade Agreement (FTA)/ Comprehensive secara sinergi dengan peningkatan partisipasi
Economic Partnership Agreement (CEPA) dan di rantai produksi global. Sinerginya diwujudkan
diplomasi ekonomi. dalam bentuk fasilitasi pengembangan kerja
sama investasi di dalam negeri (inbound),
Strategi peningkatan dan perluasan ekspor serta diplomasi ekonomi dan kerja sama
akan difokuskan pada (1) peningkatan ekspor investasi di negara tujuan ekspor (outbound).
produk industri yang lebih kompleks termasuk Pelaksanaannya membutuhkan peran aktif dan
yang berteknologi menengah dan tinggi (antara kerja sama dengan aktor non-pemerintah.
lain produk-produk komputer, instrument ilmiah,
mesin listrik, dirgantara); (2) peningkatan ekspor Peningkatan citra dan diversifikasi pemasaran
jasa melalui peningkatan kapasitas dari pelaku pariwisata akan difokuskan pada inovasi dan
sektor jasa dalam negeri berdasarkan peta keterpaduan pemasaran, serta penguatan
kompetensi, harmonisasi regulasi sektor jasa, nation branding. Berbagai event promosi
serta penyediaan statistik perdagangan jasa; (3) pariwisata akan dijadikan sebagai wahana untuk
penguatan platform informasi ekspor dan impor meningkatkan penghargaan dan perayaan
yang mencakup informasi pasar, regulasi dan terhadap warisan alam, budaya dan keragaman
prosedur, serta insentif dan advokasi termasuk tatanan sosial masyarakat yang memperkuat
tentang kerja sama bilateral dan multilateral; regenerasi dan citra bangsa Indonesia.
(4) pengembangan marketplace berorientasi Keterpaduan pemasaran juga akan melibatkan
ekspor, termasuk yang dapat dimanfaatkan oleh diaspora Indonesia dalam perayaan kekayaan
UMKM dan start-up teknologi untuk memasok budaya, termasuk kekayaan kuliner Indonesia
produk dan jasa ke pasar internasional; dan (5) melalui diplomasi gastronomi.
fasilitasi peningkatan daya saing brand barang
dan jasa Indonesia. Perluasan pasar ekspor Berbagai strategi tersebut akan didukung
akan mencakup kawasan Afrika, Amerika Latin, optimalisasi kerja sama ekonomi dan diplomasi
dan Eropa Timur. ekonomi. Salah satu langkah konkrit yaitu melalui
penguatan perwakilan pariwisata, perdagangan
Pelaksanaan strategi pengelolaan impor akan dan investasi di luar negeri, promosi terintegrasi,
disinergikan dengan strategi peningkatan dan memperluas keanggotaan dan partisipasi

56 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
aktif Indonesia di organisasi dan inisiatif yaitu makanan-minuman, tekstil dan pakaian
internasional seperti OECD, World Trade jadi, otomotif, elektronik, dan kimia termasuk
Organization (WTO), Asia-Pacific Economic farmasi. Penerapannya juga diperluas untuk
Cooperation (APEC), dan Belt Road Initiatives meningkatkan efisiensi, produktivitas dan
(BRI). Pelaksanaannya membutuhkan reformasi daya saing di sektor pertanian, perikanan dan
tata kelola dan kebijakan pemerintahan dalam kemaritiman, kehutanan, energi, pariwisata dan
rangka mencapai standar yang berlaku dan ekonomi kreatif.
mendukung pelaksanaan kebijakan-kebijakan
yang disepakati dan direkomendasikan. Penguatan sistem logistik akan difokuskan
pada peningkatan efisiensi distribusi nasional
(iv) Penguatan pilar pertumbuhan dan daya saing untuk kelancaran arus barang dan jasa
ekonomi yang dilaksanakan dengan strategi (1) antarwilayah. Pelaksanaannya akan dilengkapi
meningkatkan pendalaman sektor keuangan; dengan peningkatan kualitas pasar rakyat
(2) mengoptimalkan pemanfaatan teknologi melalui penerapan SNI pasar dan pemanfaatan
digital dan industri 4.0; (3) meningkatkan sistem teknologi digital.
logistik dan stabilitas harga; (4) meningkatkan
penerapan praktik berkelanjutan di industri Pelaksanaan strategi penerapan praktik
pengolahan dan pariwisata; (5) reformasi fiskal; berkelanjutan di sektor industri dan pariwisata
(6) meningkatkan ketersediaan dan kualitas merupakan bentuk komitmen pelaksanaan
data dan informasi perkembangan ekonomi, SDG ke-12 yaitu memastikan pola konsumsi
terutama pangan, kemaritiman, pariwisata, dan produksi yang berkelanjutan. Fokus
ekonomi kreatif, dan ekonomi digital. pelaksaannya yaitu penerapan ISO 14001 oleh
industri pengolahan untuk pengelolaan risiko
Pendalaman sektor keuangan, baik konvensional lingkungan, serta sertifikasi praktik pariwisata
maupun syariah, dilaksanakan dengan (1) berkelanjutan.
meningkatkan akses keuangan masyarakat
(inklusi keuangan); (2) perluasan inovasi produk Strategi reformasi fiskal akan dilaksanakan
keuangan; (3) perluasan nasabah/ investor; (4) melalui reformasi perpa-jakan dan Penerimaan
pengembangan infrastruktur sektor keuangan; Negara Bukan Pajak (PNBP). Reformasi
(5) penempatan devisa hasil ekspor (DHE) perpajakan mencakup pembaruan sistem inti
pada Sistem Keuangan di dalam negeri; dan administrasi perpajakan (core tax system), upaya
(6) harmonisasi dan penguatan kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi, serta perubahan
sektor keuangan atas dasar kedaulatan, kelemba-gaan penerimaan negara. Reformasi
stabilitas keuangan, prinsip kehati-hatian, serta PNBP dilaksanakan melalui optimalisasi PNBP,
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana yang mencakup pengelolaan SDA dan BMN,
pencucian uang. Pelaksanaannya difokuskan kinerja BUMN dan BLU, serta pengembangan
pada pembiayaan untuk sektor riil, serta PNBP-earmark untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendanaan pembangunan ibu kota negara
keuangan. baru.

Penerapan kemajuan teknologi, terutama Dari sisi belanja negara, reformasi fiskal
industri 4.0 dalam lima tahun mendatang dilaksanakan melalui pengalihan subsidi
dilaksanakan secara bertahap di lima subsektor harga menjadi bantuan sosial tepat sasaran,

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 57


untuk mendukung pengurangan kesenjangan. pengendalian inflasi di pusat dan daerah, serta
Reformasi fiskal juga dilaksanakan untuk peningkatan bauran kebijakan yang mendorong
mendukung pelayan-an publik melalui produktivitas dan ekspor.
peningkatan porsi Transfer ke Daerah dan Dana
Desa dibanding Belanja K/L, serta perbaikan Peningkatan ketersediaan kualitas data dan
akuntabilitas dan efektivitas pemanfaatannya. informasi difokuskan melalui (1) peningkatan
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan
Dari sisi pengelolaan pembiayaan, reformasi statistik yang diselenggarakan pemerintah
fiskal akan ditempuh dengan mendorong pusat, pemerintah daerah dan swasta; (2)
pengembangan skema pembiayaan yang peningkatan hubungan dengan responden
inovatif, yang ditunjukkan antara lain dengan dan pengguna data; (3) peningkatan jumlah
menurunnya porsi SBN dalam utang pemerintah. dan kompetensi SDM; dan (4) peningkatan
Terakhir, reformasi fiskal juga dilaksanakan sarana dan prasarana, termasuk yang berbasis
melalui perbaikan sinergi antara fiskal, moneter, teknologi informasi dan komunikasi dalam
dan sektor riil, berupa peningkatan koordinasi kegiatan statistik.

Indikasi Lokasi

Sentra Produksi
Pangan

58 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Wilayah Pengelolaan
Perikanan

01 WPP 711 06 WPP 716 07 WPP 717 08 WPP 718


Potensi : 767,1 ribu ton Potensi : 597,1 ribu ton Potensi : 1.054,7 ribu ton Potensi : 2.637,6 ribu ton
Produksi : 608,5 ribu ton (79,3%) Produksi : 261,9 ribu ton (43,9%) Produksi : 86,5 ribu ton (8,2%) Produksi : 153,9 ribu ton (5,8%)
∑ Kapal : 52,1 ribu unit ∑ Kapal : 36,6 ribu unit ∑ Kapal : 7,7 ribu unit ∑ Kapal : 14,2 ribu unit
∑ Alat Tangkap : 62,3 ribu unit ∑ Alat Tangkap : 48,3 ribu unit ∑ Alat Tangkap : 20,4 ribu unit ∑ Alat Tangkap : 19,9 ribu unit

02 WPP 712
Potensi : 1.341,6 ribu ton 09 01
Produksi : 1.106,6ribu ton (82,5%)
∑ Kapal : 67,5 ribu unit
∑ Alat Tangkap : 123,1 ribu unit 06 07
05
03 WPP 713
Potensi : 1.177,9 ribu ton
Produksi : 598,6 ribu ton (50,8)
∑ Kapal : 94,1 ribu unit 02 04
Pelabuhan Perikanan
∑ Alat Tangkap : 104,1 ribu unit 10
Nusantara (PTT) 03
Balai Budidaya
04 WPP 714 (UPT pusat DJPB) 08
Potensi : 788,9 ribu ton SKPT 11
Produksi : 812,0 ribu ton (102,9%)
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
∑ Kapal : 94,5 ribu unit
∑ Alat Tangkap : 12,2 ribu unit

05 WPP 715 09 WPP 571 10 WPP 572 11 WPP 573


Potensi : 1.242,5 ribu ton Potensi : 425,4 ribu ton Potensi : 1.240,9 ribu ton Potensi : 1.267,5 ribu ton
Produksi : 870,2 ribu ton (70,0%) Produksi : 560,1 ribu ton (131,7%) Produksi : 985,5 ribu ton (79,4%) Produksi : 559,7 ribu ton (44,1%)
∑ Kapal : 40,1 ribu unit ∑ Kapal : 38,03 ribu unit ∑ Kapal : 32,2 ribu unit ∑ Kapal : 66,5 ribu unit
∑ Alat Tangkap : 40,5 ribu unit ∑ Alat Tangkap : 53,5 ribu unit ∑ Alat Tangkap : 64,3 ribu unit ∑ Alat Tangkap : 182,9 ribu unit

Keterangan: 1. Data potensi berdasarkan Kepmen KP No. 50/2017 tentang Estimasi Potensi, jumlah tangkap yang diperbolehkan, dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di WPP
2. Data produksi perikanan tangkap di laut tahun 2017 berdasarkan KKP, 2019
3. Jumlah kapal dan alat tangkap perikanan tahun 2016

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas


59
Sentra Produksi
Perikanan Budidaya

Ikan Nila Udang Rumput Laut

Sumber Gas Bumi dan Batubara


untuk Industri dan Listrik
Tangguh Train 3
Kalimantan Selatan
Cadangan Gas Bumi 5,7 TSCF
Cadangan Gas Bumi Cadangan Batubara
Kemempuan Produksi: 709 MMSCFD
Cadangan Batubara 5,27 miliar ton.
First gas in tahun II-2020
Rencana Pemanfaatan:
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia & Asap-Kido-Merah
Kelistrikan, dan Industri
Kelistrikan Cadangan Gas Bumi
East natuna 1,49 TSCF
Cadangan Gas Kalimantan Timur
Kemempuan Produksi:
Bumi 46 TSCF Cadangan Batubara
170 MMSCFD
7,19 miliar ton.
First gas in tahun
Rencana Pemanfaatan:
II-2021
Kelistrikan, dan Industri
Rencana Pemanfaatan:
Petrokimia & Kelistrikan
Blok A Aceh
Cadangan Gas Bumi
0,56 TSCF
Rencana pemanfaaatan:
Pupuk dan Industri (KEK
Arun Lhoksumawe

Sumatera Selatan
Cadangan Batubara 11,1 miliar ton. Abadi
Jambaran Tiung Biru Cadangan Gas Bumi 10,73 TSCF
Rencana Pemanfaatan: Cadangan Gas Bumi 1,20 TSCF
Kelistrikan, Industri dan Penyediaan Kemempuan Produksi:
Rencana Produksi: 1.200 MMSCFD
energi alternatif 330 MMSCFD First gas in tahun 2027
First gas in tahun 2020 Rencana Pemanfaatan:
Rencana Pemanfaatan: Petrokimia
Kelistrikan dan Industri

60 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Potensi Pengembangan Kawasan Industri
Berbasis Energi Terbarukan
KI Lhokseumawe
KI Sei Mangkei
PLTP Seulawah Agam KI Jorong
(potensi 1.312 MW) PLTP Sarula sebesar 330 MW KEK Sorong
(potensi 1.000 MW)
KI Tanah Kuning
KI Kuala Tanjung Potensi Air 1.847 MW
(total Papua Barat)
Rencana Pembangunan PLTA
(potensi sungai Kayan 6.000 MW) KI Teluk Bintuni
PLTA Asahan sebesar 603 MW
(potensi 1.000 MW)
Potensi Air 1.847 MW
(total Papua Barat)

KI Teluk Bitung

KI Tanggamus PLTP Lahendang sebesar 160MW


(potensi 896 MW)
Panas Bumi
PLTP Ulubelu sebesar KI Morowali
Air 220 MW (potensi 2.582 MW) KI JIIPE Gresik
Surya
KI Bantaeng
Angin KI Wilmar Serang
KI Kendal
Biomass PLTB Sidrap sebesar 75 MW dan rencana
pembangunan PLTB Jenepanto sebesar 70 MW
(potensi 2.875 MW)

Hilirisasi SDA melalui Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa


dan Pembangunan Smelter

10 Sebuku
KI Kuala Tanjung 1
1 KI/KEK Sei Mangkei
9 KI Tanah Kuning
Saur 1 KI Bintan Aerospace
19 Halmahera
Tanjung Balai 2 34 KI/KEK Galang Batang 8
Karimun Bintan
4 Lingga 10 KI/KEK
KI Teluk Weda
Ki Buluminung 7 K Palu
2 KI Kemingking 18 Halmahera
KI Surya Borneo 9 KI Teluk Bintuni*
KI Ketapang 5
6 KI Batulicin Morowali Selatan
2 8 17
KI Tanjung Enim 3 Bombana 8 Konawe16 Konawe Utara
KI Sadai KI Jorong 7 9 Tanah 1314Wua-wua
Kolaka 12 15
bumbu Bombana 11 K Konawe
KI Pesawaran 4 5
KI Way Pisang Selatan
5 Bogor
6 KI Madura
6 Gresik
7
Sumbawa
Barat

Keterangan:

9 Kawasan Industri 10 Kawasan Industri Baru 19 Kawasan Smelter


Prioritas Nasional yang Dikembangkan
KI Teluk Bintuni difasilitasi dengan KPBU
KI Palu Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas 61 1


62
Destinasi Pariwista

DPP Tj Kelayang - Belitung


DPP Baru Manado dskt.
DPP Danau Toba dskt. 3 2 16 4 10
1 1 1 DPP Pulau Morotai
17
DPP Baru Raja Ampat dskt.
18 5 6 11
DPP Baru Tanjung Gunung-Sungai Liat.
2

DPP Kep. Seribu dan Kota Tua


4 DPP Tj. Lesung dskt DPP Baru Makassar-Selayar-Toraja dskt.
DPP Wakatobi
5 DPP Baru Cikidang-Pelabuhan Ratu. 1 8 14 10
15 9 Geopark

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


DPP Baru Pangandaran 2 3 6 DPP Labuan Bajo 1 Geopark Kaldera Toba 6 Geopark Banyuwangi
Ket. : 7 DPP Borobudur dskt. 3 7 13 2 Geopark Belitong 7 Geopark Global Batur
3 8 4 5 3 Geopark Global Cileutuh- 8 Geopark Global Rinjani
Desnasi Pariwisata Prioritas (10 lokasi) DPP Lombok Mandalika Palabuhanratu 9 Geopark Tambora
DPP Bromo-Tengger-Semeru
Desnasi Pariwisata Prioritas Baru (7 lokasi) 4 Geopark Global Gunung 10 Geopark Maros
4 9 2 6 12 8 9 Sewu
DPP Baru Ijen-Baluran dskt. DPP Revitalisasi Bali 11 Geopark Raja Ampat
Desnasi Pariwisata Prioritas Revitalisasi (1 lokasi) 5 Geopark Kr.Sambung-
5 10 6 11 7 Kr.Bolong

Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan


Wisata Bahari Ekowisata KSPN/KPPN
1 TWP Kep. Kapoposang dan Laut Sekitarnya 1 Klaster Danau Toba (TN Gunung Leuseur dan TN Batang Gadis) 1 KSPN Toba dskt 9 KSPN Bromo–Tengger–Semeru dskt
2 TWP Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan 2 Cikidang-Pelabuhan Ratu. (TN Gunung Halimun Salak) 2 KPPN Pangkal Pinang-Sungai Liat dskt 10 KSPN Ijen-Baluran dskt, KPPN G Land-Alas Purwo dskt
3 TWP Laut Sawu dan Sekitarnya 3 Borobudur dan sekitarnya (TN Gunung Merapi dan TN Gunung Merbabu) 3 KSPN Tanjung Kelayang-Belitung dskt 11 Seluruh KSPN Bali
4 TWA Tangkoko 4 Bromo-Tengger-Semeru (TN Bromo-Tengger-Semeru) 4 KSPN Kep. Seribu dskt, KSPN Kota Tua-Sunda Kelapa dskt 12 KSPN Pantai Selatan Lombok dskt, KSPN Rinjani dskt, KSPN
5 SAP Kep. Raja Ampat dan Laut Sekitarnya 5 Banyuwangi (TN Alas Purwo, TN Meru Beri, TN Baluran, dan TWA Kawah 5 KSPN Ujung Kulon-Tj Lesung dskt Gili Tramena dskt
6 SAP Kep. Waigeo Sebelah Barat Ijen) 6 KSPN Halimun dskt, KPPN Pelabuhan Ratu dskt 13 KSPN Komodo dskt
6 Lombok-Mandalika (TN Gunung Rinjani dan TWA Gunung Tunak) 7 KPPN Pangandaran dskt 14 KSPN Toraja dskt, KPPN Selayar dskt, KPPN Takabonerate
TWA : Taman Wisata Alam TN : Taman Nasional 7 Labuan Bajo (TN Komodo, TN Gunung Tambora, dan TN Kelimutu) 8 KSPN Prambanan–Kalasan dskt, KSPN Merapi–Merbabu dskt
TWP : Taman Wisata Perairan KSPN : Kawasan Strategis 8 Makassar-Selayar (TN Banmurung Bulusaraung dan TN Takabonerate) dskt, KSPN Yogyakarta Kota dskt, KSPN Sangiran dskt, KSPN 15 KSPN Wakatobi dskt
SAP : Suaka Alam Peraian Pariwisata Nasional 9 Wakatobi (TN Wakatobi dan TN Rawa Aopa Watumohai) Merapi–Merbabu dskt, KSPN Borobudur dskt, KSPN Pantai 16 KPPN Likupang dskt, KPPN Manado Kota dskt
KPPN : Kawasan Pengembangan 10 Manado (TN Bunaken) Selatan Yogya dskt, KSPN Karst Gunung Kidul dskt, KSPN 17 KSPN Morotai dskt
Pariwisata Nasional Karimunjawa dskt, KSPN Dieng dskt 18 KSPN Raja Ampat dskt, KPPN Sorong dskt

1
Lokasi Pengembangan
Klaster Ekonomi Kreatif

Medan

Makassar
Semarang
Jabodetabek*
Surabaya

Bandung

Kulon Progo
Yogyakarta Malang

Bali

Keterangan
Kawasan Ekonomi Kreaf

Klaster penguatan ekonomi kreaf


*) Termasuk Center of Excellence WCCE

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas


63
MENGEMBANGKAN
WILAYAH UNTUK
MENGURANGI
KESENJANGAN &
MENJAMIN PEMERATAAN
Pendahuluan

3
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Strategi pemerataan disesuaikan dengan


(RPJP) 2005-2025 menekankan terbangunnya tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu tidak
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan meninggalkan satu-pun kelompok masyarakat
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang (leave no one behind). Fokus pembangunan adalah
didukung sumberdaya manusia berkualitas dan daerah di dekat pusat pertumbuhan yang dapat
berdaya saing. diberikan input untuk mengejar pertumbuhan di
koridor pertumbuhan terdekatnya. Identifikasi
Dalam mewujudkan keunggulan kompetitif di koridor pemerataan difokuskan pada daerah
berbagai wilayah ini, pendekatan dan strategi administratif yang dapat didorong secara cepat
pengembangan wilayah tidak hanya mengenai pertumbuhannya, dengan penyediaan infrastruktur
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan dasar. Basis-basis pemerataan yang telah
pembangunan ke seluruh wilayah dan masyarakat. diidentifikasi utamanya adalah daerah tertinggal,
Pada 2020-2024, pengembangan wilayah daerah transmigrasi, kawasan perdesaan yang
dilakukan melalui dua strategi utama, yaitu berfungsi sebagai Kawasan Strategis Kabupaten
strategi pertumbuhan dan strategi pemerataan dan kawasan perbatasan.
sebagaimana tercermin dari pendekatan koridor
pertumbuhan dan koridor pemerataan berbasis Strategi pertumbuhan dan pemerataan
wilayah pulau. membutuhkan sarana pendidikan dasar, menengah
dan tinggi yang terdistribusi secara merata, pusat
Strategi pertumbuhan adalah transformasi dan penelitian dan inovasi lokal yang sangat spesifik
akselerasi pembangunan pulau dan kepulauan. untuk mendorong peningkatan pertumbuhan
Fokus pembangunan adalah pada koridor daerah. Selain itu, dibutuhkan pula keterkaitan
penting di setiap pulau dan kepulauan yang antarwilayah serta perkuatan rantai antara penghasil
dapat mendorong pertumbuhan secara signifikan sumberdaya, industri hulu, industri hilir, serta pusat
dalam lima tahun mendatang. Identifikasi koridor perdagangan lokal, regional dan global. Kedua
pertumbuhan di setiap pulau dan kepulauan strategi tersebut dikembangkan untuk mencapai
dilakukan dengan mempertimbangkan potensi sasaran peningkatan mutu sumberdaya manusia di
basis-basis perekonomian utamanya di luar Jawa. kedua koridor tersebut, peningkatan produktivitas
Basis-basis perekonomian yang telah diidentifikasi dan nilai tambah, penurunan angka kemiskinan di
adalah pusat pengolahan sumberdaya alam, seluruh wilayah, serta pemerataan pembangunan
kawasan strategis pariwisata, pusat pelayanan antarwilayah. Penguatan tata kelola pemerintahan,
jasa termasuk metropolitan dan kota-kota baru inovasi pelayanan publik, termasuk pemerintah desa
pendukung metropolitan. Di basis perekonomian sangat diperlukan untuk akselerasi pembangunan
utama tersebut, diperlukan perkuatan penyediaan di kedua koridor tersebut.
sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi
besar, termasuk di dalamnya adalah sarana dan
prasarana transportasi, listrik dan komunikasi.

66 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian 2015-2019 Pembangunan
11 KEK di luar Jawa

Penurunan
desa tertinggal
sebanyak
6.518 desa

Penguatan
39 pusat
pertumbuhan
sebagai PKL/PKW

59 Kabupaten
Daerah Tertinggal
potensi terentaskan

Optimalsiasi 15
kota sedang di luar
Jawa sebagai PKN/
PKW

Peningkatan
2665 desa
mandiri

Pembagian
11.969.998 sertifikat
hak atas tanah

Pembangunan
6 metropolitan
baru di luar jawa

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 67


Capaian pembangunan berbasis kewilayahan pada Jawa, terutama di Kepulauan Nusa Tenggara,
tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua. Untuk
target dan sasaran yang tertuang di RPJMN 2015- menangani kemiskinan yang relatif tinggi di Pulau
2019. Untuk pemerataan wilayah dan kontribusi Papua dan Kepulauan Nusa Tenggara, diperlukan
antarpulau, sumbangan Pulau Jawa masih dominan strategi untuk menekan ke level di bawah 20 persen
dan tidak mengindikasikan pergeseran. dan 10 persen, salah satunya dengan memperluas
lapangan pekerjaan di kedua pulau dan kepulauan
Hanya Pulau Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara yang tersebut.
sampai dengan akhir 2018 masih mengikuti target
dalam RPJMN 2015-2019. Ke depannya perhatian Untuk pembangunan sektor berbasis kewilayahan
khusus harus diberikan pada wilayah Kalimantan, diperlukan penguatan koordinasi antarsektor dan
Sumatera, dan Papua-Maluku yang menunjukan antartingkatan pemerintahan. Manajemen lahan
gejala perlambatan. perkotaan masih harus dilaksanakan termasuk
di dalamnya adalah penegakan tata ruang,
Ketimpangan antarprovinsi di dalam wilayah peningkatan kapasitas pemerintah daerah; dan
pulau paling tinggi adalah di Pulau Jawa-Bali dan upaya pencegahan munculnya permukiman kumuh
Kalimantan. Ketimpangan antardesa-kota dalam baru, khususnya pada wilayah cepat tumbuh di
wilayah pulau paling tinggi adalah di Pulau Jawa- peri-urban. Penanganan permukiman kumuh serta
Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Penting untuk penyediaan dan peningkatan hunian layak masih
menjadi catatan adalah tingkat ketimpangan perlu dipercepat.
antarwilayah yang rendah belum tentu merefleksikan
keberhasilan kebijakan distribusi pembangunan. Sementara itu, upaya untuk mengurangi 80
Namun demikian, tingkat ketimpangan yang rendah kabupaten daerah tertinggal masih terkendala oleh
bisa jadi mencerminkan tingkat pembangunan yang terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana
rendah dan merata di seluruh wilayah, sepertinya pelayanan dasar dan pendukung ekonomi di
halnya yang terjadi di wilayah Pulau Maluku. daerah tertinggal, akibatnya kapasitas sumber daya
manusia dan pendapatan masyarakat di daerah
Untuk indikator tingkat kemiskinan, sampai dengan tertinggal, terutama yang berada di wilayah Papua
akhir 2018 hanya Pulau Kalimantan yang rendah, dan Nusa Tenggara belum dapat ditingkatkan
pulau yang lainnya masih relatif tinggi terutama secara optimal. Angka kemiskinan dan IPM di desa
Pulau Papua dan Kepulauan Nusa Tenggara. dan daerah tertinggal telah menunjukan perbaikan.
Secara jumlah, Pulau Jawa-Bali adalah rumah bagi
penduduk miskin terbanyak. Sedangkan untuk Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan pada
indikator pengangguran, secara rata-rata angkanya 2015-2019 dimulai dengan tahap perencanaan
merata di pengangguran, secara rata-rata untuk 10 wilayah metropolitan (WM), 11 kota baru
angkanya merata di semua pulau, yaitu berkisar 4-5 dan 11 KEK. Sampai dengan akhir 2018 tiga WM
persen, kecuali pulau Maluku yang memiliki tingkat telah dalam tahap legalisasi (Surabaya, Jakarta,
pengangguran paling tinggi. Bandung), dua WM dalam tahap penyusunan
Rperpres (Manado dan Banjar), dan satu WM dalam
Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tahap penyusunan materi teknis (Palembang).
ketimpangan antarprovinsi dan di dalam pulau Investasi untuk infrastruktur perkotaan diarahkan
adalah dengan terus mendorong pembangunan ke 10 WM tersebut. Untuk KEK, sampai dengan
dan pusat-pusat pertumbuhan di luar Pulau akhir 2018, sembilan KEK telah operasional dan

68 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
telah dilengkapi infastruktur penunjang di dalam hilir operasional dan untuk memastikan peningkatan
maupun di luar KEK. Yang masih diperlukan adalah investasi di dalam kawasan.
anchor industries yang dapat memastikan industri

Tabel 3.1 Capaian Pembangunan 2015-2019


Capaian Kumulatif Sasaran RPJMN 2015-
No Indikator
2015-2018 2019

A. Pembangunan Wilayah

1 Penurunan Desa Tertinggal (Desa) 6.518 5.000

2 Peningkatan Desa Mandiri (Desa) 2.665 2.000

59
Kabupaten Daerah Tertinggal Terentaskan
3 (daerah tertinggal potensi 80
(Kabupaten)
terentaskan tahun 2018)

4 Persentase Penduduk Miskin di Daerah Tertinggal 17,41 (2018) 15-15,6

5 Rata-rata IPM di Daerah Tertingal 61,19 (2017) 62,78

B. Pemerataan Pembangunan

1 Pembangunan Metropolitan di Luar Jawa (Kota) 6 7

2 KEK di Luar Jawa (Lokasi) 11 11

Penguatan 39 Pusat Pertumbuhan sebagai PKL/PKW


3 39 39
(Kawasan)

Optimalisasi 20 kota sedang di luar Jawa sebagai


4 15 20
PKN/PKW (kawasan)

5 Inkubasi Kota Baru 9 11

6 Sertipikat Hak Atas Tanah (bidang) 11.969.998 7.115.765

C. Kontribusi Antar-Pulau

1 Peran Sumatera dalam PDB Nasional (%) 21,53 24,60

2 Peran Jawa dalam PDB Nasional (%) 58,29 55,10

3 Peran Bali-Nustra dalam PDB Nasional (%) 3,04 2,60

4 Peran Kalimantan dalam PDB Nasional (%) 8,07 9,60

5 Peran Sulawesi dalam PDB Nasional (%) 6,28 5,20

6 Peran Maluku-Papua dalam PDB Nasional (%) 2,57 2,90

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 69


Lingkungan dan Isu Strategis
Peluang yang harus dimanfaatkan secara optimal Urbanisasi
dalam pengembangan wilayah untuk mengurangi Urbanisasi bukan hanya persoalan perpindahan,
kesenjangan dan menjamin pemerataan adalah: tetapi merupakan perubahan pola kerja dari yang
berbasis agraris menjadi berbasis industri dan
Globalisasi jasa. Aglomerasi atau konsentrasi penduduk di
perkotaan dapat memberikan berbagai manfaat
Globalisasi menawarkan peluang ekonomi yang bisa seperti kemudahan untuk mencari input produksi
dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi, yaitu: serta dapat memfasilitasi orang untuk bertukar
(1) Pasar yang sangat terbuka untuk produk-produk informasi dan saling belajar satu sama lain yang
ekspor; (2) Kemudahan untuk mengakses kapital pada akhirnya akan menstimulasi ide baru dan
dan teknologi/pengetahuan yang berasal dari luar inovasi. Antara 2010-2018 populasi penduduk
negeri; (3) Kemudahan mendapatkan barang yang perkotaan Indonesia meningkat sebesar 27 juta
dibutuhkan masyarakat dan belum dapat diproduksi dengan laju pertumbuhan 2,5 persen. Peningkatan
di Indonesia; dan (4) Peningkatan kegiatan jumlah penduduk perkotaan ini dapat dipastikan
pariwisata sekaligus yang membuka lapangan memberikan tekanan pada kawasan perkotaan
kerja dan juga menjadi ajang promosi produk- dan harus diantisipasi dengan penyediaan
produk Indonesia. Bentuk nyata dari globalisasi infrastruktur dasar yang memadai. Apabila tidak,
ekonomi salah satunya adalah pasar bebas yang maka tekanan jumlan penduduk perkotaan tersebut
sangat kompetitif. Peningkatan daya saing wilayah akan menurunkan kesejahteraan dan menyebabkan
merupakan keharusan untuk mengantisipasi dan kawasan perkotaan tidak inklusif dan tidak layak
berpartisipasi dalam persaingan global. huni. Manfaat urbanisasi hanya dapat dinikmati oleh
segelintir anggota masyarakat perkotaan saja.
Bonus Demografi
Komitmen Global
Bonus demografi dapat membawa dampak positif dan
negatif. Positifnya, melimpahnya jumlah penduduk Komitmen Indoensia pada kesepakatan global
usia produktif yang dapat memacu pertumbuhan perlu mendapatkan perhatian khusus. Komitmen
ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Negatifnya, global ini dapat mempermudah Indonesia untuk
jika bonus demografi ini tidak dipersiapkan sebaik menyatukan langkah menuju sasaran bersama dan
mungkin berpotensi menimbulkan berlebihnya juga dapat membuka peluang pada sumber-sumber
tenaga kerja dibandingkan dengan lapangan kerja pembiayaan pembangunan
yang disediakan. Kurangnya lapangan pekerjaan
menyebabkan pengangguran yang dapat berakibat Tujuan Pembangunan
pada meningkatnya kemiskinan. Bonus demografi
Berkelanjutan
juga harus dilihat distribusinya secara spasial,
mengingat bonus demografi untuk setiap provinsi Kesepakatan global 2030, Tujuan Pembangunan
berbeda awal, akhir dan puncaknya. Distribusi Berkelanjutan (TPB), telah ditetapkan melalui
sumberdaya perlu dipastikan tepat waktu, untuk Perpres 59/2017 yang terdiri atas empat pilar, 17
mengantisipasi puncak bonus demografi di setiap tujuan dan indikator nasional. Indikator yang telah
provinsi. ditetapkan ini mendapatkan perhatian khusus dan

70 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
diintegrasikan di dalam RPJMN 2020-2024. Upaya lebih baik dan dengan lebih cepat. Peluang yang
khusus perlu dilakukan untuk memastikan target tersedia tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan
pembangunan wilayah sesuai dengan TPB dan oleh pemerintahan daerah dan pemerintahan desa
menggunakan indikator yang sama. Kesamaan untuk dapat meningkatkan kemandirian dan daya
indikator ini akan mempermudah Indonesia dalam saing daerah, termasuk menurunkan kemiskinan,
proses pelaporan capaian TPB ke kancah global. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan
menurunkan kesenjangan antar daerah.
Penurunan emisi gas rumah kaca
Tantangan
Komitmen global untuk menurunkan emisi gas
rumah kaca telah melahirkan kesadaran di skala Tantangan pembangunan berbasis kewilayahan
global bahwa bumi harus dirawat dan dijaga pada kurun waktu 2020-2024 adalah mengurangi
lingkungannya untuk keberlanjutan kehidupan. kesenjangan sosial-ekonomi Jawa dan luar Jawa,
Kesadaran ini menuntut kebijakan dan strategi meningkatkan keterpaduan antar-provinsi dalam
pembangunan kewilayahan untuk mengadopsi satu pulau dan antar-pulau di bidang ekonomi,
prinsip pembangunan rendah emisi. Upaya sosial-budaya dan sarana dan prasarana.
untuk mewujudkan kebijakan dan strategi
pembangunan kewilayahan yang berkelanjutan Tantangan berikutnya adalah meningkatkan daya
dilakukan dengan menapis program-program saing wilayah melalui re-industrialisasi khususnya
pembangunan kewilayahan dengan batasan- yang berbasis potensi wilayah, menemukan dan
batasan pembangunan (development constraints) mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan
agar secara konsisten dapat menurunkan emisi baru, meningkatkan sumber daya manusia dan
GRK dari level BAU serta tidak melampaui daya tingkat kreativitas masyarakat, meningkatkan
dukung lingkungan. kualitas dan ketersediaan atau akses terhadap
pelayanan dasar, meningkatkan komersialisasi
Kelembagaan dan Tata Kelola inovasi lembaga penelitian dan perguruan tinggi,
memanfaatkan teknologi digital dalam segala
Pemerintahan Daerah
aspek untuk mengantisipasi Revolusi Industri 4.0,
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah mengoptimalkan skema pembiayaan inovatif seperti
merupakan instrumen utama dalam tata kelola KPBU dan PINA, serta memenuhi standar pelayanan
pelaksanaan pembangunan nasional. Kebijakan minimum (SPM). Selain itu, tantangan lainnya
tersebut memberikan peluang bagi pemerintahan adalah mengharmoniskan peraturan perundang-
daerah (provinsi, kabupaten, dan kota) serta undangan pusat-daerah dan antar sektor sesuai
pemerintahan desa untuk dapat membangun kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah,
daerah atau desanya dan memberikan pelayanan serta meningkatkan kapasitas pemda, termasuk
yang lebih baik kepada masyarakat. Hal ini kerjasama daerah, kolaborasi, dan inovasi daerah.
mengingat jarak yang lebih dekat antara
pemerintah dan masyarakat. Kebijakan tersebut Penetapan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
juga dilengkapi dengan transfer keuangan dari Pemerintahan Daerah memunculkan berbagai
pemerintah pusat ke daerah dan desa dengan tantangan baru dalam pengelolaan desentralisasi di
jumlah dana yang meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia. Pelaksanaan desentralisasi dan otonomi
Hal tersebut memberikan peluang kepada daerah daerah yang baik akan membuat pemerintah daerah
dan desa untuk berkembang dan tumbuh dengan membangun dengan lebih responsif dan lebih tepat

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 71


sasaran sesuai dengan kebutuhan di masing- kawasan perdesaan, kawasan perbatasan dan
masing daerah. Namun, pada sisi lain, pelaksanaan kawasan transmigrasi;.
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah saat 2. Penguatan pertumbuhan pusat-pusat wilayah
ini masih sangat tergantung pada pemerintah yang masih rendah, yang ditandai oleh: (a)
pusat terutama dari sisi transfer pendanaan dan Tingkat keberhasilan Pusat Pertumbuhan
pengaturan regulasi serta kebijakan. Selain itu, dari Wilayah yang masih rendah (10 operasional dari
sisi pendanaan, pemerintah pusat juga memiliki 12 KEK, 3 operasional dari 14 KI, 2 dari 4 KPBPB,
keterbatasan, sementara pemerintah daerah dan 10 Destinasi Wisata); (b) Konektivitas dari
belum sepenuhnya mampu mengakses sumber dan menuju Pusat-Pusat Pertumbuhan yang
pembiayaan lain selain anggaran pemerintah. Dari lemah; dan (c) Kawasan Strategis Kabupaten
sisi pengaturan regulasi dan kebijakan, masih yang belum berkembang.
banyak peraturan perundang-undangan turunan 3. Pengelolaan urbanisasi yang belum optimal
UU No. 23 Tahun 2014 yang belum ditetapkan. yang ditandai dengan 1 persen pertambahan
Beberapa regulasi juga terindikasi belum harmonis jumlah populasi penduduk urban yang hanya
satu dengan lainnya menyebabkan pemerintahan dapat meningkatkan 1,4 persen PDB.
daerah dan pemerintahan desa ragu atau mengalami 4. Pemanfaatan ruang yang belum sesuai dan
kesulitan untuk melaksanakan suatu kebijakan sinkron dengan rencana tata ruang, yang
nasional. Pelaksanaan kebijakan nasional di daerah ditandai dengan: (a) Terbatasnya ketersediaan
belum optimal dilaksanakan, misalnya pelaksanaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang
SPM, peningkatan kerjasama daerah, dan berkualitas sebagai acuan perizinan dan
peningkatan kemudahan perizinan investasi, juga pengendalian pemanfaatan ruang, terutama
antara lain disebabkan masih rendahnya kapasitas dikarenakan belum tersedianya peta dasar skala
pemerintahan daerah di berbagai sisi, antara lain 1 : 5.000; (b) Belum berjalannya pengendalian
kelembagaan, keuangan, kapasitas aparatur, dan pemanfaatan ruang secara optimal dikarenakan
hambatan dari dinamika politik lokal, termasuk belum tersedianya instrumen pengendalian
belum optimalnya kepedulian pemerintahan daerah pemanfaatan ruang; (c) Adanya tumpang tindih
dan pemerintahan desa perizinan pemanfaatan ruang; (d) Desa-desa
dalam kawasan hutan dan perkebunan besar
Isu Strategis tidak dapat melaksanakan kewenangannya
terutama untuk pembangunan infrastruktur
1. Kesenjangan antara wilayah yang ditandai (sekitar 25.000 desa); dan (e) Kejadian bencana
dengan: (a) Kemiskinan di KTI (18,01 persen), akibat pemanfaatan ruang yang belum sesuai
KBI (10,33 persen), perdesaan (13.47 persen) dengan rencana tata ruang semakin meningkat
dan perkotaan (7,20 persen) yang tinggi (BPS, (sekitar 2.000 kasus kejadian banjir, longsor,
2017); (b) Ketimpangan Pendapatan Perdesaan kebakaran hutan, dan sebagainya).
(GR = 0,324) dan Perkotaan (GR = 0,4); (c) 5. Rendahnya pemenuhan pelayanan dasar
terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi di dan peningkatan daya saing daerah, yang
KBI terutama Pulau Jawa; (d) keterbatasan ditandai dengan: (a) Akses dan kualitas
sarana prasarana dan aksesibilitas di daerah pelayanan dasar yang terbatas, antara lain
tertinggal, desa dan kawasan perdesaan, angka rumah layak huni hanya mencapai 36,3
kawasan transmigrasi, kawasan perbatasan; persen, air minum layak 61,29 persen, sanitasi
dan (e) belum optimalnya pengembangan (air limbah) layak 74,58 persen (termasuk
ekonomi lokal di daerah tertinggal, desa dan sanitasi aman 7,42 persen) (BPS 2018, diolah

72 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Bappenas berdasarkan definisi SDGs 2030); (b) BPS, 2013); (d) Sengketa, konflik dan perkara
Ketergantungan APBD terhadap Dana Transfer pertanahan yang terselesaikan baru 4.031 kasus
yang tinggi (rata- rata >70 persen APBD Kab/ dari total 10.802 kasus yang ditangani.
Kota dan >50 persen APBD Provinsi dari Pusat) 7. Fungsi ibukota sebagai pusat pemerintahan
serta sumber Pendanaan Non APBN yang mulai menurun dan tidak efisien. Salah satu
kurang optimal; (c) Peraturan Perundangan indikator penandanya adalah jumlah kerugian
yang belum harmonis, (d) belum optimalnya akibat kemacetan dan tidak efisiennya
Kerjasama dan Inovasi Daerah yang belum penggunaan bahan bakar yang mencapai 56
berkembang; dan (e) Proses perizinan yang triliun rupiah di tahun 2011 (Pulstra UGM, 2013).
lama dan berbiaya tinggi, (f) Belum optimalnya Selain itu, wilayah metropolitan Jakarta telah
sinergi perencanaan Pusat-daerah. menjadi area dengan jumlah populasi penduduk
6. Rendahnya kepastian hukum hak atas tanah terbesar di Indonesia, demikian pula pulau
dan ketimpangan pemilikan, penguasaan, Jawa bila dibandingkan dengan pulau besar
penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lainnya. Wilayah metropolitan Jakarta sendiri
ditandai dengan: (a) Cakupan peta dasar berkontribusi sebesar 20,85 persen dan pulau
pertanahan baru 48,4 persen; (b) Cakupan bidang Jawa berkontribusi sebesar 58,49 persen dari
tanah bersertipikat yang terdigitasi baru 20,91 PDB Nasional (BPS, 2018), mengindikasikan
persen; (c) 26,14 juta rumah tangga tani hanya dominasi wilayah metropolitan Jakarta dalam
menguasai lahan rata-rata 0,89 hektar dan 14,25 perekonomian nasional dan tingginya gap
juta rumah tangga tani hanya menguasai lahan dengan daerah lain di Indonesia.
kurang dari 0,5 hektar/keluarga (Sensus Pertanian

Tabel 3.2 Isu-isu Strategis Wilayah Pulau


Kemiskinan Tingkat
Wilayah Kesenjangan Kesenjangan
No Pengangguran
Pembangunan Jumlah (ribu jiwa) % Antar Wilayah* Desa-Kota*
(%)

1 Sumatera 5.969,1 10,4 5,2 0,40 0,17


2 Jawa Bali 14.112,9 9,2 5,8 0,73 0,53
3 Nusa Tenggara 1.882,9 18,3 3,3 0,23 0,32
4 Kalimantan 988,5 6,2 5,0 0,72 0,08
5 Sulawesi 2.107,6 10,9 4,9 0,15 0,29
6 Maluku 289,7 13,4 7,6 0,09 0,19
7 Papua 1.123,3 26,7 4,2 0,16 0,07
* Indeks Williamson

Untuk mengurangi ketimpangan, laju pertumbuhan Ke depannya diharapkan kemiskinan di kedua pulau
ekonomi di luar Pulau Jawa harus dipacu, terutama tersebut bisa ditekan ke level di bawah 20 persen dan
Kepulauan Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan 10 persen. Penting untuk diperhatikan, secara jumlah
dan Papua. Dari tingkat kemiskinan hanya pulau Pulau Jawa-Bali merupakan rumah bagi penduduk
Kalimantan yang rendah, pulau yang lainnya masih miskin terbanyak. Sedangkan untuk pengangguran,
relatif tinggi terutama Papua dan Nusa Tenggara. secara rata-rata angkanya cukup merata di semua

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 73


pulau, yaitu berkisar 4-5 persen, kecuali pulau Maluku Sulawesi. Penting untuk menjadi catatan adalah
yang memiliki tingkat pengangguran paling tinggi. tingkat ketimpangan antar-wilayah yang rendah
belum tentu merefleksikan keberhasilan kebijakan
Ketimpangan antar-provinsi dalam wilayah pulau, distribusi pembangunan. Namun demikian, tingkat
yang paling tinggi adalah Pulau Jawa-Bali dan ketimpangan yang rendah bisa jadi mencerminkan
Kalimantan. Adapun ketimpangan antar desa- tingkat pembangunan yang rendah dan merata di
kota dalam wilayah pulau, yang paling tinggi seluruh wilayah, sepertinya halnya yang terjadi di
adalah Pulau Jawa-Bali, Nusa Tenggara dan wilayah Pulau Maluku.

Kinerja Indikator Makro 34 Provinsi di Indonesia


LPE Kemiskinan LPE Kemiskinan
Provinsi Provinsi
2020* 2024** 2020 2024 2020* 2024** 2020 2024
Aceh 5,50 4,92 13,43 10,81 NTB 5,00 4,75 12,75 11,84
Sumut 5,40 6,83 8,07*** 5,48 NTT 6,60 5,59 18,00 15,67
Sumbar 5,88 5,69 5,94*** 4,55 Kalbar 5,35 5,97 6,43 5,11
Riau 2,81 3,93 6,75 4,40 kalteng 5,65 6,68 4,75 2,35
Jambi 5,00 5,64 7,29*** 5,54 Kalsel 5,30 5,71 3,58*** 2,28
Sumatera Kaltim 2,75 4,37 4,76*** 3,10
5,75 6,68 11,65 8,33
Selatan Kaltara 7,00 6,81 5,84 4,44
Bengkulu 5,40 6,16 13,40 10,64 Sulut 6,20 6,69 7,30 4,57
5,30-
Lampung 6,42 11,56 9,94 Sulteng 6,32 7,36 13,75 10,87
5,60
Sulsel 7,40 7,69 7,78*** 5,65
Bangka
5,00 5,75 4,16*** 2,93 Sultra 6,80 6,89 10,46*** 7,83
Belitung
Kep Riau 4,80 5,51 5,25*** 3,06 Gorontalo 6,65 7,06 15,00 13,83

Banten 6,20 6,58 4,69*** 3,06 Sulbar 7,80 6,89 9,62 7,18

DKI 6,30 6,18 3,18 1,95 Malut 7,40 8,03 5,40*** 3,65

Jawa 5,50- Maluku 6,00 6,96 16,35 13,90


6,03 6,31 4,65
barat 5,90 Papua
7,00 6,90 20,03*** 16,55
Jawa Barat
5,40 5,82 9,81 8,06
Tengah Papua 5,56 8,06 24,19*** 19,99
DIY 5,29 6,59 9,11 8,86 *Angka sementara hasil kesepakatan dengan Bappeda Provinsi
tanggal 22-23 April 2019
Jawa timur 5,56 6,69 10,20 8,27 **Angka sementara hasil exercise per 22 Maret 2019
***Angka sementara hasil exercise per 18 Maret 2019
Bali 6,60 6,90 3,59 2,00

74 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sasaran, Target, dan Indikator
A. Sasaran pembangunan berbasis kewilayahan secara umum yaitu:

1. Meningkatnya pemerataan antar wilayah (antara KBI 3. Meningkatnya kualitas dan akses pelayanan dasar,
– KTI dan Jawa dan Luar Jawa); daya saing serta kemandirian daerah; dan
2. Meningkatnya keunggulan kompetitif pusat-pusat 4. Meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang dan
pertumbuhan wilayah; wilayah

Tabel 3.3 Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau dan tingkat kemiskinannya

Wilayah Target Pertumbuhan* Target tingkat kemiskinan**


Sumatera 4,62 - 5,55 % 7,99 - 5,76%
Jawa-Bali 5,74 - 6,27 % 7,73 - 5,93%
Nusa Tenggara 3,12 - 5,13 % 16,85 - 13,69%
Kalimantan 4,08 - 5,27 % 4,06 - 3,29 %
Sulawesi 6,68 - 7,34 % 9,65 - 7,90 %
Maluku 6,88 - 7,47 % 11,49 - 9,40 %
Papua 7,18 - 7,75 % 23,28 - 19,02%
* Angka perhitungan 22 Maret 2019
** Angka perhitungan 18 Maret 2019

Target pembangunan kewilayahan berbasis pulau tersebut akan dicapai melalui 6 kegiatan prioritas
kewilayahan

B. Indikator dan target kegiatan prioritas


Target RPJMN 2020-
No Indikator Kewilayahan Baseline 2019
2024
A. KP Pengembangan Kawasan Strategis
Rasio laju pertumbuhan investasi kawasan (KEK/KI/
1 KSPN) terhadap laju pertumbuhan ekonomi wilayah N/A >1
(per pulau/provinsi)
B. KP Pengembangan Kawasan Perkotaan
2 wilayah
1 Perencanaan wilayah metropolitan di luar Jawa 3 wilayah metropolitan
metropolitan
2 Pembangunan wilayah metropolitan di luar Jawa - 4 wilayah metropolitan
3 Pemindahan Ibukota Negara 1 1
Pengembangan Kota Besar, Sedang, Kecil sebagai
4 54 kota
PKN/PKW (kota)
5 Pembangunan kota baru - 4 kota baru
C. KP Pemenuhan Pelayanan Dasar
40,05% 52,78%
1 Proporsi rumah tangga yang menempati hunian layak
(2019) (2024)

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 75


Target RPJMN 2020-
No Indikator Kewilayahan Baseline 2019
2024
D. KP Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan Perbatasan, dan Pedesaan
Mandiri: 5.559 Mandiri: 8.559 (naik
Berkembang: 3000)
Peningkatan status pembangunan desa menjadi
1 54.879 Berkembang: 58.879
berkembang dan mandiri (desa)
Tertiggal: (naik 7000)
13.232* Tertiggal: 6.232
2 Penurunan angka kemiskinan desa (%) 13.2% 9%
3 Penetapan batas administrasi desa/kelurahan N/A 100%
Peningkatan kesejahteraan dan tata kelola di
4 187 187
kecamatan lokasi prioritas perbatasan negara (lokasi)
Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional
5 10 18
(PKSN) termasuk ekonomi kawasan sekitarnya (lokasi)
Daerah tertinggal yang terentaskan termasuk daerah 64*
35
6 tertinggal dengan karakteristik wilayah tertentu (terentaskan
(terentaskan 29)
(kabupaten) 58)
Persentase penduduk miskin di daerah tertinggal
7 24,5%** 22,5 - 23%
(persentase)
8 Rata-rata IPM di daerah tertinggal 58,9** 62 – 62,5
Pengembangan Kawasan Perdesaan sebagai
9 60 50
Kawasan Strategis Kabupaten
43 tahap awal
13 tahap 43 tahap berkembang
Kawasan transmigrasi yang dibangun permukimannya
10 berkembang 13 tahap mandiri
dan dikembangkan pusat pertumbuhannya (kawasan)
7 tahap 7 tahap berdaya saing
mandiri
E. KP Kelembagaan dan Keuangan Daerah
Jumlah daerah yang pendapatan pajak daerah dan
1 retribusi daerahnya meningkat minimal 5 persen dari 300 542
tahun anggaran
Jumlah daerah yang belanja APBD nya berorientasi
2 pada pelayanan masyarakat yang diwujudkan dengan 248 542
pemenuhan SPM bidang pelayanan dasar
Persentase jumlah daerah yang memiliki indeks
3 20% 50%
inovasi tinggi
Jumlah daerah yang melakukan harmonisasi dan
4 perbaikan Perda PDRD dalam rangka memberikan 102 542
kemudahan investasi
Jumlah daerah yang menerapkan penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban berbasis
5 102 542
elektronik melalui aplikasi e-budgeting dan
e-budgeting plus
6 Jumlah realisasi kesepakatan kerjasama daerah 10*** 44****
7 Persentase capaian penerapan SPM di daerah N/A***** 100%
125.810 NLP (seluruh
8 Jumlah Lembar Peta Dasar RBI skala 1: 5.000 5.013 NLP wilayah Indonesia non
hutan)

76 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Target RPJMN 2020-
No Indikator Kewilayahan Baseline 2019
2024

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional 10 Rancangan 5 Rancangan


9
(KSN) Perpres Perpres
10 Matek 15 Rancangan
10 RDTR Perbatasan Negara
RDTR KPN Perpres
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota yang
11 37 Kab/Kota* 172 Kab/Kota
Berketahanan Bencana dan Perubahan Iklim
Luas bidang tanah bersertipikat yang terdigitasi dan
12 13,78 juta Ha 52,72 juta Ha
berkualitas baik
Jumlah Kantor Wilayah ATR/BPN dan Kantor 34 Kantor Wilayah ATR/
13 Pertanahan yang menerapkan pelayanan pertanahan 0 BPN dan 508 Kantor
modern berbasis digital Pertanahan
14 Pembentukan dan operasionalisasi Bank Tanah 0 1
* capaian kumulatif tahun 2015-2018
** estimasi capaian tahun 2019
*** di 10 provinsi
**** di 34 provinsi
*****keterangan: data capaian SPM berdasarkan PP No. 2/2018 belum tersedia, adapun data yang tersedia adalah capaian SPM berdasarkan
PP No. 65/2005 yaitu sebesar 52%

Arah Kebijakan dan Strategi


Kebijakan dan Strategi Secara Umum
Secara umum arah kebijakan pokok pembangunan untuk meningkatkan kemudahan perizinan
berbasis kewilayahan untuk kurun waktu 2020- dan agar tercapainya pemenuhan standar
2024 sebagai berikut: pelayanan minimum;
1. Pembangunan desa terpadu dan 4. Penataan pola hubungan pusat-daerah,
pengembangan kawasan perdesaan, kawasan pengembangan kerjasama antar-daerah, pola-
transmigrasi, kawasan perbatasan, dan daerah pola kolaborasi multipihak, dan menghasilkan
tertinggal yang difokuskan pada pemenuhan inovasi daerah;
pelayanan dasar, peningkatan aksesibilitas, 5. Optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) dan
dan pengembangan ekonomi yang mendukung kota besar di luar Jawa, termasuk perencanaan
pusat pertumbuhan wilayah; ruang, pembangunan infrastruktur perkotaan,
2. Optimalisasi pengembangan pusat-pusat perencanaan investasi dan pembiayaan
pertumbuhan wilayah (KEK, KI, KPBPB, pembangunan dengan tetap mempertahankan
Destinasi Wisata, dan kawasan lainnya yang pertumbuhan dan meningkatkan daya dukung
telah ditetapkan) yang didukung dengan lingkungan untuk WM dan kota besar di Jawa;
konektivitas antar-wilayah yang tinggi untuk 6. Pengembangan rencana pemindahan Ibukota
meningkatan nilai tambah dari sumber daya keluar pulau Jawa ke posisi yang lebih
alam dan daya saing wilayah; seimbang secara spasial dan ekonomi;
3. Peningkatan tata kelola dan kapasitas 7. Peningkatan peran dan efisiensi pelayanan kota
pemerintah daerah dan pemerintah desa kecil-menengah untuk meningkatkan sinergi
(kelembagaan, keuangan dan SDM Aparatur) pembangunan perkotaan dan pedesaan;

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 77


8. Penegakan rencana tata ruang yang berbasis Strategi pembangunan berbasis kewilayahan pada
mitigasi bencana melalui peningkatan efektivitas kurun waktu 2020-2024 sebagai berikut:
instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, 1. Strategi pertumbuhan ekonomi melalui: (a)
terutama kelengkapan RDTR serta mempercepat operasionalisasi dan peningkatan investasi pada
penyediaan peta dasar skala besar (1:5.000) pusat-pusat pertumbuhan wilayah/kawasan
secara nasional. Disamping itu, juga diterapkan strategis yang telah ditetapkan diantaranya:
mekanisme insentif dan disinsentif, serta sanksi KEK, KI, KSPN/DPP dan sebagainya; dan (b)
bagi pelanggaran pemanfaatan ruang; pengembangan sektor unggulan: pertanian,
9. Penyelesaian tumpang tindih perizinan industri pengolahan, pariwisata dan jasa lainnya.
pemanfaatan ruang melalui pelaksanaan 2. Strategi pemerataan melalui: (a) pengembangan
Kebijakan Satu Peta; ekonomi wilayah/lokal melalui penyediaan sarana
10. Peningkatan kepastian hukum hak atas tanah prasarana perekonomian, termasuk pemanfaatan
melalui sertipikasi hak atas tanah terutama teknologi komunikasi digital, dan peningkatan
di wilayah yang diarahkan sebagai koridor kapasitas sumber daya manusia, baik di daerah
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan tertinggal, desa dan Kawasan Perdesaan
termasuk wilayah sekitarnya; publikasi batas sebagai Kawasan Strategis Kabupaten, kawasan
kawasan hutan dan non hutan dalam skala transmigrasi, maupun kawasan perbatasan
kadastral; dan deliniasi batas wilayah adat. secara terintegrasi dengan pusat-pusat
11. Penyediaan tanah bagi pembangunan untuk pertumbuhan ekonomi/kawasan strategis di
kepentingan umum melalui pembentukan bank sekitarnya; dan (b) pemenuhan pelayanan dasar
tanah; serta peningkatan pelayanan pertanahan di seluruh wilayah, terutama di daerah tertinggal,
melalui pelayanan modern berbasis digital dan desa dan kawasan perdesaan, kawasan
penerimaan PNS petugas ukur pertanahan. transmigrasi, maupun kawasan perbatasan.

Gambar 3.1 Strategi Pertumbuhan dan Pemerataan Wilayah


Pertumbuhan

Kerangka
Ekonomi Makro Kawasan Strategis Arahan Sektor
Strategi

Pusat Pertumbuhan • Transportasi


• PKN, KEK, KSPN
Ekonomi Nasional • Energi, dsb

Pemerataan
Pemerataan

Pembangunan Kawasan Strategis Arahan Sektor


Strategi

Pusat Pertumbuhan • PKW, PKL • Sektor Utama


Ekonomi Lokal • Kota - desa • Sektor Pendukung

Catatan: Pemenuhan pelayanan dasar dilakukan di seluruh wilayah nasional dan tidak menikuti pola strategi ini.

78 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kebijakan dan Strategi Pulau
A. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Sumatera

Pengembangan wilayah Sumatera diarahkan untuk KI Kemingking, KI Tanjung Enim, KI Tanggamus, KI


memantapkan perannya dalam perekonomian Way Pisang, KI Sadai, KEK Tanjung Api-api, DPP
nasional sebagai sentra produksi komoditas dan Danau Toba, DPP/KEK Tanjung Kelayang, Destinasi
industri pengolahan berbasis sumber daya alam Potensial Sabang/KPBPB Sabang, Destinasi
serta sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Potensial Padang-Bukittinggi, Destinasi Potensial
Strateginya adalah: (a) pengembangan komoditas Batam-Bintan, KPBPB Batam Bintan Karimun,
unggulan tanaman perkebunan, industri manufaktur Destinasi Potensial Palembang, TN/KSPN Gunung
antara lain industri makanan dan minuman dan Leuseur, TN Batang Gadis, TN/KSPN Gunung
industri karet, barang dari karet dan plastik dan Kerinci Seblat, TN/KSPN Siberut, serta taman wisata
sektor perdagangan besar dan eceran; dan (b) perairan lainnya maupun kawasan lainnya yang
Pembangunan pusat- pusat pertumbuhan utama telah ditetapkan; optimalisasi Wilayah Metropolitan
yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan (WM) Medan dan WM Palembang termasuk rencana
Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), investasi dan rencana pembiayaan pembangunan;
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau pengembangan PKSN Ranai dan Sabang termasuk
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan
Nasional (TN) serta Kawasan Perdagangan Bebas kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu,
dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) diantaranya: KI/KEK kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan
Galang Batang, KI/KEK Arun Lhokseumawe, KI/KEK perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal.
Seimangke, KI Kuala Tanjung, KI Bintan Aerospace,
Major Project pada wilayah Pulau Sumatera
adalah: (1) Major Project Pengembangan
Wilayah Batam-Bintan, yang menekankan
pada integrasi pengembangan kawasan
pariwisata yang tersebar di Pulau Bintan
dan integrasi pengembangan potensi
pembangunan industri baik di wilayah
Pulau Batam dengan Pulau Bintan
Bagian Utara maupun Bagian Selatan;
dan (2) Major Project Pengembangan
Kawasan Metropolitan, yaitu Metropolitan
Palembang sebagai pusat perdagangan
dan jasa skala nasional, serta
meningkatkan pembangunan di Selatan
Sumatera. Guna menjamin pembangunan
berkelanjutan, maka pembangunan
pusat pertumbuhan perlu mengutamakan
mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap
risiko bencana.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 79


B. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Jawa-Bali

Pengembangan wilayah Jawa-Bali diarahkan untuk Mempertahankan pertumbuhan dan daya dukung
memantapkan perannya dalam perekonomian lingkungan WM Jakarta, WM Bandung, WM
nasional sebagai pusat kegiatan industri dan jasa Semarang, WM Surabaya, dan WM Denpasar;
serta mempertahankan peran lumbung pangan dan pengembangan kawasan perdesaan, dan
nasional. Strateginya yaitu: (a) pengembangan pembangunan desa terpadu. Pembangunan
komoditas unggulan yaitu industri manufaktur pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan
antara lain industri pengolahan tembakau dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana serta
industri kulit, barang dari kulit, dan perdagangan pemulihan daerah terdampak bencana.
besar dan eceran, pariwisata dan pangan; dan (b)
Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan utama Major Project pada wilayah Pulau Jawa-Bali
yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan adalah (1) Major Project Pengembangan Kawasan
Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Metropolitan, yaitu pengembangan wilayah
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Metropolitan Denpasar sebagai pusat pariwisata dan
atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau untuk membagi beban Pulau Jawa sebagai pusat
Taman Nasional (TN) diantaranya: KI Madura, DPP/ ekonomi nasional; (2) Major Project Pengembangan
KEK Tanjung Lesung, DPP Kepulauan Seribu dan Kota Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Maja
Kota Tua Jakarta, DPP Borobudur dan sekitarnya, sebagai salah satu percontohan PINA terbesar
DPP Bromo-Tengger-Semeru, Destinasi Potensial di Indonesia; (3) Major Project Rehabilitasi dan
Bandung-Pangandaran, Destinasi Potensial Rekonstruksi Daerah Terdampak Bencana di Kab.
Banyuwangi, TWA Kamojang, TWA Papandayan, Serang dan Kab. Pandeglang; dan (4) Major Project
TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Pemindahan Ibukota Negara keluar pulau Jawa
Halimun Salak, TN/KSPN Gunung Merapi, TN/ untuk memeratakan kesejahteraan masyarakat
KSPN Gunung Merbabu, TN/KPPN Alas Purwo, TN/ antar wilayah. Guna menjamin pembangunan
KPPN Meru Betiri, TN/KSPN Baluran, TWA Kawah berkelanjutan, maka pembangunan pusat
Ijen, serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan. pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan
kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.

80 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
C. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Nusa Tenggara

Pengembangan wilayah Nusa Tenggara diarahkan kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan


untuk mengembangkan potensi wilayah di perdesaan, pembangunan desa terpadu, kawasan
bidang pariwisata, peternakan, dan perkebunan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan,
serta mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan daerah Tertinggal. Pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan
Strateginya adalah: (a) pengembangan komoditas kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
unggulan peternakan, tanaman pangan, dan
penyediaan akomodasi dan makan dan minum; Major Project pengembangan wilayah Nusa
dan (b) Pembangunan pusat- pusat pertumbuhan Tenggara untuk mendukung strategi Pemerataan
melalui: pengembangan Kawasan Industri (KI), Pembangunan adalah (1) Major Project
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi Negara yang meliputi PKSN Kefamenanu dan
Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional Atambua, termasuk ekonomi kawasan di sekitarnya;
(TN), diantaranya: DPP Lombok-Mandalika/KEK dan (2) Major Project Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Mandalika, DPP Labuan Bajo, TN/KSPN Gunung Daerah Terdampak Bencana di Pulau Lombok
Rinjani, TWA Gunung Tunak, TN/KSPN Komodo, TN/ (semua kab/kota), Pulau Sumbawa (Kab. Sumbawa
KSPN Gunung Tambora, TN/KSPN Kelimutu, taman dan Kab. Sumbawa Barat) dan Kota Bima. Selain
wisata perairan dan kawasan lainnya yang telah itu, guna menjamin pembangunan berkelanjutan,
ditetapkan; pengembangan Kota Pelabuhan maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu
di Mataram dan Kupang; pengembangan PKSN mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
Atambua dan Kefamenanu termasuk ekonomi terhadap risiko bencana.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 81


D. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Kalimantan

Pengembangan wilayah Kalimantan diarahkan telah ditetapkan dan inisiasi pembangunan KEK di
untuk mempercepat pertumbuhan wilayah dan Kalimantan Tengah; optimalisasi WM Banjarmasin;
memantapkan perannya sebagai lumbung pengembangan Jalur Kereta Api Kalimantan;
energi nasional dan salah satu paru-paru dunia. pengembangan PKSN Jagoi Babang, Nunukan,
Strateginya adalah: (a) pengembangan komoditas Entikong, Paloh-Aruk, dan Nanga Badau, Jasa,
unggulan: tanaman perkebunan; industri Long Midang, Long Nawang, Tou Lumbis termasuk
manufaktur antara lain: industri batubara dan ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan
pengilangan migas, industri kayu, barang dari kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu,
kayu, gabus dll; pertambangan batu bara dan kawasan transmigrasi, lokasi prioritas daerah
angkutan sungai, danau dan penyeberangan; perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal.
dan (b) Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan
utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan Major Project pada wilayah Pulau Kalimantan
Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus adalah: (1) Major Project Pengembangan Kawasan
(KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Metropolitan, yaitu pengembangan wilayah
(KSPN) diantaranya: KI Batulicin, KI Ketapang, KI Metropolitan Banjarmasin untuk mengurangi
Buluminung, KI Surya Borneo, KI Jorong, KI Tanah kesenjangan antara KBI dan KTI; (2) Major Project
Kuning, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan, Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan
Destinasi Potensial Singkawang-Sentarum, Destinasi kota baru PKW Tanjung Selor sebagai pusat
Potensial Derawan, serta kawasan lainnya yang pemerintahan dan salah satu pusat pelayanan
bagi wilayah perbatasan; (3) Major
Project Pengembangan Ekonomi
Kawasan Perbatasan Negara
yang meliputi PKSN Paloh-Aruk
dan Nunukan, termasuk ekonomi
kawasan di sekitarnya. Selain itu,
guna menjamin pembangunan
berkelanjutan, maka pembangunan
pusat pertumbuhan perlu
mengutamakan mitigasi dan
kesiapsiagaan terhadap risiko
bencana

82 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
E. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Sulawesi

Pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan untuk (TN), diantaranya: KI/KEK Palu, KI/KEK Bitung,
mempertahankan momentum pertumbuhan wilayah DPP Wakatobi, Destinasi Potensial Makassar-
yang relatif tinggi, memantapkan perannya sebagai Selayar-Toraja, Destinasi Potensial Manado-Bitung,
pusat pertumbuhan dan hub perdagangan di TN/KPPN Bantimurung Bulusaraung, TN/KSPN
kawasan timur serta peran sebagai salah satu Takabonerate, TN/KPPN Rawa Aopa Watumohai,
lumbung pangan nasional. Strateginya adalah: TWA Tangkoko serta kawasan lainnya yang telah
(a) pengembangan komoditas unggulan tanaman ditetapkan; Pengembangan PKSN Tahuna termasuk
pangan, perikanan dan industri pengolahan antara ekonomi kawasan sekitarnya; Pengembangan
lain industri barang galian bukan logam; dan (b) kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu,
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan
diprioritaskan untuk: optimalisasi WM Makassar dan perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal.
WM Manado; pengembangan Kawasan Industri Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan
(KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi serta pemulihan daerah terdampak bencana.
Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional
Major Project pada wilayah
Pulau Sulawesi adalah: (1) Major
Project Pengembangan Kawasan
Metropolitan, yaitu pengembangan
wilayah Metropolitan Makassar untuk
memperkuat hub nasional di KTI,
dan (2) Major Project Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Daerah Terdampak
Bencana di Kota Palu, Kab.
Donggala, Kab. Sigi dan Kab. Parigi
Mouting. Selain itu, guna menjamin
pembangunan berkelanjutan, maka
pembangunan pusat pertumbuhan
perlu mengutamakan mitigasi dan
kesiapsiagaan terhadap risiko
bencana.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 83


F. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Maluku

Pengembangan wilayah Maluku diarahkan untuk kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan


memacu pertumbuhan dan mengembangkan perdesaan, pembangunan desa terpadu, kawasan
potensi wilayah serta memantapkan perannya transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan,
sebagai lumbung ikan nasional. Strateginya adalah: dan pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan
(a) Pengembangan komoditas unggulan tanaman pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan
perkebunan, perikanan, industri pengolahan antara kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
lain industri kayu, barang dari kayu, dan gabus, dan
lain- lain, dan transportasi dan pergudangan; dan (b) Major Project pada wilayah Pulau Maluku adalah
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama, Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu
yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan pengembangan Kota Baru Sofifi sebagai pusat
Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), pemerintahan serta mengefektifkan seluruh
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau investasi yang sudah dikembangkan dan dibangun
Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), diantaranya: di Sofifi. Selain itu untuk mewujudkan pembangunan
KI Teluk Weda, DPP/KEK Morotai, serta kawasan yang berkelanjutan, maka pembangunan pusat
lainnya yang telah ditetapkan; pengembangan Kota pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan
Pelabuhan di Ternate, Halmahera, dan Ambon; kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
Pengembangan PKSN Saumlaki termasuk ekonomi

84 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
G. Arah kebijakan pembangunan wilayah
Papua

Pengembangan wilayah Papua diarahkan untuk Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan


mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Khusus, mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana
memacu pertumbuhan wilayah yang berkelanjutan, serta pemulihan daerah terdampak bencana.
dan mempercepat pembangunan manusia.
Strateginya adalah: (a) Pengembangan komoditas Major Project pada wilayah Pulau Papua
unggulan perikanan, tanaman pangan, hortikultura, adalah (1) Major Project Pengembangan Kota
pertambangan bijih logam dan angkutan laut; Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Sorong
(b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sebagai penunjang PKSN Raja Ampat dan KEK
utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan Sorong serta pusat pembangunan berbasis jasa
Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi ekosistem; (2) Major Project Pengembangan
Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara yang
Nasional (KSPN) diantaranya: KI Teluk Bintuni, KEK meliputi PKSN Jayapura dan Merauke, termasuk
Sorong, KSPN/Destinasi Potensial Raja Ampat, ekonomi kawasan di sekitarnya; (3) Major Project
serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan Percepatan Pembangunan Kawasan Tertinggal
pengembangan kota pelabuhan di Jayapura, Wilayah Adat Laa Pago di Papua dan Domberay
Sorong, dan Merauke; Pengembangan PKSN di Papua Barat. Untuk mewujudkan pembangunan
Jayapura, Merauke, dan Tanah Merah termasuk yang berkelanjutan, maka pembangunan
ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan pusat pertumbuhan di wilayah Papua perlu
kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu, mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan
kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan terhadap risiko bencana.
perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal.

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan & Menjamin Pemerataan 85


MENINGKATKAN SUMBER
DAYA MANUSIA BERKUALITAS
DAN BERDAYA SAING
Pendahuluan

4
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Struktur penduduk Indonesia ditandai dengan Pembangunan Indonesia 2020-2024 ditujukan untuk
tingginya proporsi penduduk usia produktif. Pada membentuk sumber daya manusia yang berkualitas
tahun 2018, penduduk usia produktif di Indonesia dan berdaya saing, yaitu sumber daya manusia
mencapai 68,6 persen atau 181,3 juta jiwa dengan yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil,
angka ketergantungan usia muda dan tua yang dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut,
rendah, yaitu 45,7. Perubahan struktur penduduk kebijakan pembangunan manusia diarahkan pada
ini akan membuka peluang bagi Indonesia untuk pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola
mendapatkan bonus demografi (demographic kependudukan, pemenuhan pelayanan dasar dan
dividend) yang dalam jangka menengah dan perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak,
panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi perempuan dan pemuda, pengentasan kemiskinan,
yang tinggi dan menghantarkan Indonesia menjadi serta peningkatan produktivitas dan daya saing
negara berpenghasilan menengah ke atas. Bonus angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia
demografi ini akan diperoleh dengan prasyarat tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan siklus
utama tersedianya sumber daya manusia (SDM) hidup dan inklusif, termasuk memperhatikan
yang berkualitas dan berdaya saing. kebutuhan penduduk usia lanjut maupun penduduk
penyandang disabilitas.

88 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pembangunan 2015-2019

Laju Pertumbuhan
Penduduk

Status Awal:
1,14% (2015-2016)
Capaian Akhir: Kepemilikan akta kelahiran
1,07% (2017-2018) penduduk usia 0-17 tahun

Status Awal:
81,68% (2016)
Angka kelahiran total
Capaian Akhir:
(Total Fertility Rate/TFR) 83,55% (Maret, 2018)
Status Awal:
2,41 (SP 2010)
Capaian Akhir: Proporsi pekerja
2,28 (Supas 2015) berkeahlian menengah dan
tinggi

Cakupan kepesertaan JKN Status Awal:


38,10% (2014)
Kesehatan
Capaian Akhir:
39,57% (2018)
Status Awal:
62% (BPJS, 2015)
Capaian Akhir:
83,3% (BPJS, 1 Juli 2019)
Peringkat Global Innovation
Index
Prevalensi stunting (pendek
Status Awal:
dan sangat pendek) pada
97/141 (2015)
balita Capaian Akhir:
85/126 (2018)
Status Awal:
37,2% (Riskesdas, 2013)
Capaian Akhir:
30,8% (Riskesdas, 2018)
Indeks Pembangunan
Pemuda
Rata-rata lama sekolah Status Awal:
usia 15 tahun ke atas 48,67 (2015)
Capaian Akhir:
Status Awal: 51,50 (2018)
8,22 tahun (2014)
Capaian Akhir:
8,45 tahun (2017)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 89


Lingkungan dan Isu Strategis

Pengendalian Penduduk dan Penguatan


Tata Kelola Kependudukan

Penduduk tumbuh seimbang merupakan salah dari sekolah menuju dunia kerja, serta penyiapan
satu prasyarat untuk meningkatkan kualitas hidup kehidupan berkeluarga dan lansia.
manusia dan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
diwujudkan melalui pengendalian kuantitas, Ketimpangan sumber perekonomian menyebabkan
peningkatan kualitas dan pengarahan mobilitas perpindahan penduduk yang tidak merata. Tahun
penduduk. Dengan penduduk tumbuh seimbang, 2018, hampir 56 persen penduduk Indonesia
daya tampung dan dukung lingkungan dapat tetap tinggal di Pulau Jawa, dengan luas pulau hanya
terjaga. Hal ini dapat dicapai dengan menurunkan sekitar 6 persen daratan Indonesia. Seiring
rata-rata angka kelahiran total (Total Fertility Rate/ dengan masih adanya kesenjangan kesempatan
TFR) nasional sampai pada tingkat replacement perekonomian antarwilayah, mobilitas penduduk
rate yaitu 2,1. Laju pertumbuhan penduduk telah di Indonesia diperkirakan terus meningkat dan
menurun dari 1,49 persen (SP 2010) menjadi 1,43 belum merata arus perpindahannya. Sebagian
persen (Supas 2015). Namun, jumlah penduduk kecil provinsi mempunyai arus perpindahan yang
secara absolut meningkat dari 237,6 juta pada tahun positif, banyak penduduk pendatang, seperti
2010 menjadi 255,2 juta di tahun 2015, dimana DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan kota-kota besar
lebih dari 60 persennya merupakan penduduk usia lainnya. Sementara sebagian besar lainnya memiliki
produktif (usia 15-64 tahun). net migration yang negatif, banyak penduduk yang
berpindah meninggalkan wilayah asalnya, terutama
Jumlah penduduk usia produktif yang besar di sebagian provinsi di Indonesia Bagian Timur.
tersebut harus dimanfaatkan agar Indonesia
dapat memaksimalkan bonus demografi. Apabila Teknologi komunikasi yang berkembang pesat telah
tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan mempengaruhi pola mobilitas. Teknologi komunikasi
tingginya tingkat penganguran, konflik sosial, serta memungkinkan komunikasi jarak jauh, kerja sama
tekanan pada pangan dan lingkungan. Selain itu, jarak jauh (termasuk outsourcing). Hal ini tidak hanya
perubahan struktur umur penduduk yang cepat mempunyai pengaruh terhadap kebijakan mobilitas
juga membawa implikasi terhadap penduduk yang penduduk, namun juga kebijakan-kebijakan lainnya
menua (ageing population) yang tidak produktif. yang terkait. Oleh karena itu, penanganan mobilitas
Perubahan struktur umur penduduk tersebut dapat penduduk harus diarahkan pada pemerataan
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan kesejahteraan antar wilayah dan bersifat lintas
ekonomi di Indonesia dengan memberikan sektor; salah satunya adalah bagaimana mobilitas
perhatian pada pembangunan manusia penduduk yang akurat dapat dicatat dengan baik
berdasarkan siklus hidup. Pendekatan siklus dan terus mutakhir. Hal ini antara lain dapat dilakukan
hidup mencakup 1000 Hari Pertama Kehidupan, dengan percepatan perluasan administrasi
pendidikan usia dini, pola asuh dan pembentukan kependudukan dan penggunaan mobile positioning
karakter anak dalam keluarga, remaja, transisi data (MPD) menuju satu data kependudukan

90 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
yang digunakan untuk formulasi kebijakan terkait valid sebagai dasar acuan penyusunan kebijakan
penduduk dan tata wilayah. belum tersedia. Cakupan pendaftaran penduduk
dan pencatatan sipil masih menghadapi tantangan
Dalam pelaksanaan perluasan cakupan pelayanan dalam menjangkau wilayah sulit maupun penduduk
dasar dan perlindungan sosial masih banyak kelompok khusus. Pelayanan administrasi
terkendala dengan keserasian pendataan kependudukan belum sepenuhnya menjangkau
penduduk. Data penentuan target baik pelayanan wilayah Tertinggal, Terdepan, Terluar (3T). Selain itu,
dasar maupun perlindungan sosial telah berbasis administrasi kependudukan ini belum sepenuhnya
Nomor Induk Kepegawaian (NIK). Namun demikian, terintegrasi lintas sektor. Selain untuk memperluas
masih banyak penduduk yang belum melaporkan, cakupan pelayanan dasar dan perlindungan
menyelaraskan, maupun mencatatkan NIK sosial, cakupan administrasi kependudukan yang
tersebut, atau bahkan belum memiliki NIK. Sebagai komprehensif akan menghasilkan statistik hayati
konsekuensi, statistik hayati yang lengkap dan yang mumpuni.

Perlindungan Sosial Bagi Seluruh Penduduk

Perlindungan sosial ditujukan untuk melindungi dan kepatuhan para pemberi kerja maupun pada
seluruh penduduk Indonesia dari goncangan kelompok PBPU belum baik. Regulasi Jaminan
ekonomi, maupun goncangan sosial, bahkan Kesehatan Nasional (JKN) dan Jaminan Sosial
karena adanya bencana alam dan perubahan iklim. bidang Ketenagakerjaan masih belum harmonis.
Meskipun kesejahteraan penduduk meningkat, Kelembagaan Sistem Jaminan Sosial Nasional
jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin saat (SJSN) belum optimal terutama dari sisi koordinasi
terjadi guncangan masih cukup tinggi. Perlindungan antar kelembagaan dan penegakan fungsi
sosial bagi penduduk miskin dan rentan diberikan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Respon
melalui pemberian bantuan sosial untuk mengurangi lembaga pengawasan terhadap pelaksanaan
beban pengeluaran mereka. Namun demikian, yang tidak sesuai dengan ketetapan belum
masih dibutuhkan kerja keras dalam mencapai sekuat yang diharapkan. Lembaga aktuaria yang
penurunan tingkat kemiskinan yang ditargetkan. diperlukan untuk memperkirakan dan menegakkan
Berbagai kendala seperti permasalahan data, keberlanjutan fiskal program belum terkoordinasi
prosedur administrasi yang lama, program-program dengan baik dan lembaga yang independen belum
yang belum terintegrasi dengan optimal serta tersedia. Sistem monitoring dan evaluasi masih
kemiskinan yang mulai menyentuh penduduk paling parsial dan belum terintegrasi dengan baik.
miskin, membutuhkan penanganan yang lebih
komprehensif yang perlu didukung dengan data Perlindungan sosial yang adaptif belum sepenuhnya
yang akurat untuk meningkatkan ketepatan sasaran. berkembang. Sistem yang ada saat ini belum
merespon kebutuhan penduduk yang menjadi
Perluasan kepesertaan jaminan sosial terutama korban bencana. Oleh karena itu, penduduk yang
kepesertaan pekerja informal atau Pekerja Bukan berada pada daerah rawan bencana menjadi
Penerima Upah (PBPU) melambat. Jumlah peserta rentan miskin. Perlindungan sosial pun masih
tidak aktif (berhenti membayar iuran) cukup banyak belum memihak sepenuhnya terhadap kelompok

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 91


Gambar 4.1 Cakupan JKN Berdasarkan Kelompok Peserta (dalam juta jiwa)

208
250 187,9
171,9
156,8
200
133,4

150 86,4 87,8 91,1 92,3 92,1


61,5 70,2 84,8
100 38 54 31,1
25,4
15 19,3
50 9,1

0
2014 2015 2016 2017 2018
PBI Non PBI Tanpa PBPU PBPU Total
Sumber: BPJS Kesehatan
Keterangan:
PBI: Penerima Bantuan Iuran PBPU: Peserta Bukan Penerima Upah

khusus atau tertentu antara lain penyandang yang tidak mempunyai kemampuan berbicara,
disabilitas maupun penduduk lansia yang rentan melihat, dan mendengar (SUPAS 2015). Selain itu,
miskin. Kesejahteraan kelompok penduduk tersebut tingkat kesejahteraan lanjut usia masih rendah.
masih cukup rentan dan belum sepenuhnya Tingkat kemiskinan mereka relatif lebih tinggi dari
diperhatikan. Bertambahnya usia penduduk kelompok umur lainnya. Penduduk lanjut usia juga
berkaitan erat dengan penurunan kapasitas intrinsik rentan terhadap kekerasan, kejahatan, penipuan,
dan kapabilitas fungsional. Penduduk lansia yang diskriminasi, dan eksklusi.
tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari
hari sebesar 7,9 persen dan sebesar 11,4 persen

Pemenuhan Layanan Dasar

Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan membaik, tinggi disebabkan rendahnya pemahaman remaja
namun belum menjangkau seluruh penduduk. terhadap kesehatan reproduksi dan penyiapan
Kematian ibu dan bayi masih tinggi. Kapasitas kehidupan berkeluarga. Pemahaman orangtua
tenaga kesehatan, sistem rujukan maternal, dan tata mengenai pola asuh yang baik, kesehatan
laksana pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta lingkungan serta kemampuan menyediakan gizi
pelayanan kesehatan reproduksi belum berjalan yang cukup masih rendah sehingga prevalensi
optimal. Penggunaan kontrasepsi (Contraceptive stunting masih tinggi.
Prevalence Rate/CPR) cara modern menurun dari
57,9 persen (SDKI 2012) menjadi 57,2 persen Prevalensi penyakit menular utama (HIV/AIDS, TB
(SDKI 2017). Angka kelahiran (Age Specific dan malaria) masih tinggi disertai dengan ancaman
Fertility Rate/ASFR) umur 15-19 tahun juga masih emerging diseases akibat tingginya mobilitas

92 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
penduduk. Pola hidup yang tidak sehat meningkatkan dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)
faktor risiko penyakit seperti obesitas, merokok, swasta belum mampu secara maksimal berperan
dan tekanan darah tinggi, sehingga mendorong sebagai gate keeper. Kekosongan obat dan vaksin
meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) seperti serta penggunaan obat yang tidak rasional masih
stroke, jantung dan diabetes. Kondisi lingkungan terjadi, ketergantungan yang tinggi terhadap impor
diperburuk dengan polusi udara, air dan sanitasi bahan baku sediaan farmasi dan alat kesehatan,
dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) serta sistem pengawasan obat dan makanan belum
yang belum terkelola dengan baik. Proporsi rumah optimal. Ketimpangan kinerja sistem kesehatan antar
tangga yang memiliki akses terhadap rumah layak wilayah juga masih tinggi misalnya cakupan imunisasi
huni hanya 38,3 persen, dengan akses terhadap air yang rendah di Indonesia bagian timur. Fasilitas
minum dan sanitasi masing-masing sebesar 61,29 kesehatan terakreditasi dan tenaga kesehatan
persen dan 74,58 persen (BPS, 2018). menumpuk di Jawa-Bali dan daerah perkotaan.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan belum optimal Di bidang pendidikan, masih terdapat 4,4 juta
dilihat dari banyaknya antrian pasien. Puskesmas anak usia 7-18 tahun yang tidak bersekolah (anak

Gambar 4.2 Perubahan Beban Penyakit (Disability Adjusted Life Years/DALYs) Tahun 1990 dan 2017 di Indonesia

1990 2017 % Perubahan


1990-2017

01 Gangguan Neonatal Stroke 01 + 93,4%

02 Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Penyakit Jantung Iskemik 02 + 113,9%

03 Diare Diabetes 03 + 157,1%

04 Tuberkulosis Gangguan Neonatal 04 - 52,5%

05 Stroke Tuberkulosis 05 - 45,1%

06 Kecelakaan Lalu Lintas Sirosis 06 + 17,3%

07 Cacat Bawaan Diare 07 - 63,4%

08 Penyakit Jantung Iskemik Nyeri Puggung Bawah 08 + 84,1%

09 Sirosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis 09 + 76,7%

10 Campak Kecelakaan Lalu Lintas 10 - 32,1%


Penyakit menular/masalah kesehatan ibu, anak dan gizi
11 Diabetes
Penyakit tidak menular Cedera
Sumber: Global Burden of Disease, 2017

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 93


tidak sekolah/ATS). ATS disebabkan pada masih pembelajaran yang menumbuhkan kecakapan
rendahnya upaya lintas sektor dalam meminimalisasi berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).
hambatan sosial, ekonomi, budaya, maupun Hasil PISA (Program for International Student
geografis, serta pola layanan yang belum optimal Assessment) 2015, menunjukkan bahwa proporsi
untuk anak berkebutuhan khusus, anak jalanan dan siswa yang berada di atas standar kompetensi masih
anak terlantar, anak berhadapan dengan hukum, rendah dari negara-negara lain di kawasan ASEAN.
anak dalam pernikahan atau ibu remaja, dan
anak yang bekerja atau pekerja anak. Partisipasi Selain itu, hasil Asesmen Kompetensi Siswa
pendidikan pada jenjang PAUD dan pendidikan Indonesia (AKSI), menunjukkan bahwa kompetensi
tinggi (PT) juga masih sangat rendah, yaitu masing- siswa di berbagai wilayah masih sangat jauh
masing sebesar 34,36 persen, dan 29,93 persen tertinggal. Hal ini terlihat dari masih rendahnya
(2017). Kesenjangan pendidikan antar kelompok siswa yang mencapai batas kompetensi minimum,
ekonomi juga masih menjadi permasalahan dan seperti di Sulawesi Barat untuk membaca (20,92
semakin lebar seiring dengan semakin tingginya persen), Maluku untuk matematika (12,19 persen),
jenjang pendidikan. Rasio APK 20 persen penduduk dan Gorontalo untuk sains (13,52 persen).
termiskin dibandingkan 20 persen terkaya pada Kualitas pendidik menjadi faktor utama yang
jenjang menengah dan tinggi pada tahun 2017, mempengaruhi kualitas pembelajaran. Hasil Uji
masing-masing sebesar 0,7 dan 0,16. Kesenjangan Kompetensi Guru (UKG) 2015, menunjukkan nilai
taraf pendidikan antarwilayah juga masih tinggi. rata-rata sebesar 53,02, lebih rendah dari standar
kompetensi minimal sebesar 55,0. Sementara itu,
Pembelajaran berkualitas juga belum berjalan pada jenjang pendidikan tinggi, hanya 14,3 persen
secara optimal dan merata antarwilayah. Upaya dari 272.754 dosen yang berkualifikasi doktor/S-3
yang dilakukan belum dapat meningkatkan kualitas (Kemristekdikti, Mei 2018).

Gambar 4.3 Kesenjangan Taraf Pendidikan Antarwilayah dari Pencapaian Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15
Tahun Keatas per Provinsi, 2017

Provinsi tertinggi RLS Nasional

DKI Jakarta 8,45 Tahun


RLS 10,89 Tahun Provinsi terendah
Papua
RLS 6,45 Tahun

10-11 tahun
9-10 tahun
8-9 tahun
7-8 tahun
6-7 tahun
Sumber: Susenas BPS

94 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 4.4 Proporsi Anak Kelas 9 yang Mencapai Standar Kemampuan Minimum Tes PISA

50% 46% 45% 45%


42%

38% 45%

30% 34% 35% 34%


32%
24%
23%
10%
2006 2009 2012 2015

Matematika Membaca Sains

Sumber: PISA 2015

Gambar 4.5 Perbandingan Beberapa Negara Mengenai Proporsi Anak di Bawah Standar Kemampuan Minimum Tes
PISA

100%

80%

60%

40%
68,6%
53,8%
20%
19,1% 23,4%
15,5%
0%
Indonesia Thailand Vietnam Korea OECD Av.
below level 2 level 2 level 3 level 4 level 5 level 6
Sumber: PISA 2015

Kesenjangan mutu antarsatuan pendidikan tinggi fokus dalam mengemban tiga fungsi tersebut,
menjadi persoalan krusial di Indonesia. Jumlah yakni apakah sebagai research university yang
perguruan tinggi yang begitu besar, yakni 4.650 menekankan pada aspek knowledge production
lembaga, menyebabkan upaya tata kelola melalui riset multi dan lintas disipliner, teaching
di pendidikan tinggi belum berjalan optimal. university yang fokus pada pembelajaran dan
Persoalan kualitas juga terkait erat dengan belum pengabdian masyarakat, atau sebagai vocational
terwujudnya diferensiasi misi perguruan tinggi university yang menekankan pada kemitraan
dalam mengemban tridharma perguruan tinggi, dengan industri dan penyiapan lulusan berkeahlian
yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian dan berketerampilan.
masyarakat. Selama ini, perguruan tinggi belum

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 95


Peningkatan Kualitas Anak,
Perempuan, dan Pemuda

Intervensi berdasarkan kebutuhan yang sesuai 2018) dan sekitar 1,9 persen pelajar di bawah usia
dengan tahap kehidupan dan karakteristik lima belas tahun yang menggunakan narkotika dalam
individu diperlukan dalam mewujudkan SDM yang satu tahun terakhir (SPPGN, 2016).
berkualitas dan berdaya saing. Anak, perempuan,
dan pemuda merupakan kelompok penduduk
yang memiliki kriteria spesifik sehingga dibutuhkan
pendekatan yang berbeda demi menjamin kualitas
hidup mereka. Pemenuhan hak dan perlindungan
anak penting untuk memastikan anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal. Pemberdayaan 1,9%
dan perlindungan perempuan menjadi faktor 9,1 % anak usia pelajar di bawah
penting untuk memastikan keterlibatan mereka
10-18 tahun usia 15 tahun
dalam setiap sektor pembangunan. Sementara merokok menggunakan
itu, pembangunan pemuda memiliki arti penting (Riskesdas, 2018) narkotika
bagi keberlangsungan suatu negara-bangsa (SPPGN, 2016)

karena pemuda adalah penerima tongkat estafet


kepemimpinan bangsa dan salah satu penentu Kasus kekerasan terhadap perempuan masih
optimalisasi bonus demografi. tinggi. Sekitar 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun
mengalami kekerasan oleh pasangan dan selain
Pemenuhan hak dan perlindungan anak, pasangan selama hidup mereka, sekitar 1 dari 10
pemberdayaan dan perlindungan perempuan, serta diantaranya mengalami kekerasan dalam 12 bulan
pembangunan pemuda belum berjalan optimal. terakhir (SPHPN 2016, BPS). Ketimpangan gender
Pemenuhan hak anak dalam kondisi tertentu masih masih terlihat dari persentase kepala rumah tangga
memerlukan upaya yang besar. Hanya sekitar 13 perempuan yang mengakses kredit lebih rendah
persen anak didik lapas yang mendapatkan pendidikan dibandingkan laki-laki (1,48 persen perempuan
formal (Kementerian Hukum dan HAM, 2014) dan dan 2,38 persen laki-laki) (Susenas, 2015), Tingkat
sekitar 16 persen anak belum memiliki akta kelahiran Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) didominasi oleh
(Kemendagri, 2018). Selain itu, tindak kekerasan laki-laki (82,69 persen laki-laki dan 51,88 persen
terhadap anak masih terjadi. Hal ini ditunjukkan dari perempuan) (Sakernas, 2018), serta keterwakilan
adanya sekitar 23 persen pelajar pernah terlibat perempuan secara kuantitas dan kualitas di lembaga
perkelahian (SNKBS, 2017), 22,91 persen perempuan legislatif masih rendah (17, 32 persen di DPR dan 26
pernah kawin usia 20-24 tahun menikah sebelum persen di DPD pada tahun 2014).
usia 18 tahun (Susenas, 2017), dan meningkatnya
laporan cyber crime yang melibatkan anak dari 608 Peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunan
kasus di tahun 2017 menjadi 679 kasus di tahun 2018 juga belum optimal. Hanya 6,27 persen pemuda
(KPAI). Selanjutnya, perilaku berisiko perlu ditangani yang pernah memberikan saran/pendapat dalam
sedini mungkin untuk mencegah dampak jangka kegiatan pertemuan dan hanya 6,36 persen terlibat
panjang bagi anak. Saat ini terdapat sekitar 9,1 persen aktif dalam kegiatan organisasi (Susenas, 2018).
penduduk usia 10-18 tahun merokok (Riskesdas, Sebagian pemuda cenderung memiliki perilaku

96 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Akses kredit kepala rumah Tingkat Partisipasi
tangga perempuan Angkatan Kerja (TPAK) Perempuan di lembaga

1,48% dan laki-laki laki-laki 82,69% dan legislatif 17,32% di DPR dan

2,38% perempuan 51,88% 26% DPD pada tahun 2014

berisiko yang berakibat pada terjadinya cidera, sekitar 56,5 persen pada rentang usia 20–24 tahun
penyakit, dan nonproduktivitas. Penyalahguna (Kemenkes). Selanjutnya, sekitar 26,34 persen
narkoba usia kurang dari 30 tahun masih lebih tinggi pemuda merokok (IPP, 2018). Gangguan mental
dari usia lebih dari 30 tahun, yaitu 3,0 berbanding juga menyebabkan disabilitas (nonproduktivitas)
2,8 (BNN, 2017). Sekitar 63,8 persen jumlah yang cukup tinggi, terutama pada rentang usia 10-
infeksi HIV baru pada usia rentang usia 15–19 dan 29 tahun (IHME, 2017).

Pengentasan Kemiskinan

Dalam satu dekade terakhir ekonomi Indonesia minimnya kepemilikan aset produktif, minimnya akses
tumbuh positif. Namun, elastisitasnya terhadap terhadap pembiayaan serta kurangnya pengetahuan
tingkat kemiskinan menurun sehingga laju penurunan dan keterampilan. Baru sekitar 25,6 persen rumah
kemiskinan cenderung melambat. Hal ini terjadi tangga miskin dan rentan yang memiliki akses
antara lain karena sektor ekonomi yang mengalami terhadap layanan keuangan (Susenas, 2018). Selain
pertumbuhan cukup tinggi seperti sektor keuangan minimnya pendanaan yang sesuai dengan profil
dan jasa bukan merupakan sektor yang menjadi usaha kelompok miskin dan rentan dibutuhkan juga
andalan penghidupan bagi masyarakat miskin dan pengembangan skema pendanaan bagi dunia
rentan. Sebagai contoh, sektor pertanian yang menjadi usaha yang kegiatannya memiliki dampak sosial
tumpuan penghidupan mayoritas tenaga kerja, (social impact fund). Dalam hal kemandirian ekonomi,
khususnya tenaga kerja miskin, memiliki produktivitas kelompok miskin dan rentan masih sulit bersaing
yang rendah serta kontribusi terhadap PDRB yang dalam usaha produktif karena daya saing yang
cenderung menurun. Sebanyak 49,8 persen kepala rendah, rendahnya akses mereka terhadap pasar dari
keluarga dari kelompok miskin dan rentan bekerja di produk yang dihasilkan serta kolaborasi usaha dan
sektor pertanian dan 13,4 persen bekerja di sektor belum optimalnya kolaborasi keperantaraan usaha.
perdagangan dan jasa akomodasi (Susenas, 2018).
Di sisi lain, rata-rata pendapatan sektor tersebut Saat ini terdapat dua kerangka kebijakan dalam
merupakan yang terendah, rata-rata pendapatan upaya pengentasan kemiskinan, yaitu kerangka
sektor pertanian adalah Rp. 743.399,- sementara kebijakan makro dan mikro. Dalam kerangka
sektor perdagangan dan jasa akomodasi sebesar Rp. kebijakan makro, pemerintah perlu terus menjaga
1.218.955,- per bulan (Sakernas, 2017). Rendahnya stabilitas inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi
produktivitas di sektor ini antara lain karena masih yang inklusif, menciptakan lapangan kerja produktif,

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 97


menjaga iklim investasi dan regulasi perdagangan, dikembangkan pemerintah dalam upaya membuat
meningkatkan produktivitas sektor pertanian, serta kelompok miskin dan rentan lebih produktif dan
mengembangkan infrastruktur di wilayah tertinggal. berdaya secara ekonomi sehingga tidak terus
Sedangkan dalam kerangka mikro, upaya bergantung pada bantuan pemerintah. Selain
mengurangi kemiskinan dikelompokkan dalam dua itu, pemerintah mengupayakan pendanaan bagi
strategi utama, yaitu penyempurnaan kebijakan inisiatif-inisiatif masyarakat yang terbukti memiliki
bantuan sosial yang bertujuan untuk menurunkan dampak sosial ekonomi. Dalam jangka menengah
beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan kombinasi dari berbagai skema tersebut diharapkan
kelompok miskin dan rentan melalui program dapat mendorong kelompok rentan untuk dapat
ekonomi produktif. Strategi kedua ini yang perlu meningkat menjadi kelompok ekonomi menengah.

1sst
t
PLACE
PL
LA
LLAC
ACE

Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing


2 1 3

Produktivitas dan daya saing manusia Indonesia Sementara itu, pekerja masih didominasi lulusan
masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan Global Human SMP ke bawah (58,77 persen atau 72,88 juta orang),
Capital Index oleh World Economic Forum (WEF) sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2017, peringkat SDM Indonesia berada pada posisi lulusan pendidikan menengah dan tinggi mencapai
65 dari 130 negara, tertinggal dibandingkan Malaysia 7,79 persen. Informasi pasar kerja andal yang belum
(peringkat 33), Thailand (peringkat 40), dan Vietnam tersedia dan keterlibatan industri yang rendah,
(peringkat 64). Meskipun produktivitas tenaga kerja menyebabkan masih terjadinya mismatch antara
Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 81,9 penyediaan layanan pendidikan, termasuk pendidikan
juta rupiah/orang pada tahun 2017 menjadi 84,07 juta dan pelatihan vokasi, dengan kebutuhan pasar kerja.
rupiah/orang pada tahun 2018, produktivitas tenaga
kerja Indonesia masih tertinggal dibandingkan Program studi yang dikembangkan pada jenjang
dengan Singapura dan Malaysia. Selain itu, pendidikan tinggi juga belum sepenuhnya menjawab
pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 4,9 persen di potensi dan kebutuhan pasar kerja. Saat ini, mahasiswa
tahun 2017, hanya 0,6 persen yang bersumber dari aktif dan lulusan perguruan tinggi sebagian besar
Total Factor Productivity (TFP). Sisanya 2,8 persen didominasi oleh program studi sosial humaniora.
pertumbuhan ekonomi bersumber dari modal kapital Sementara itu, jumlah mahasiswa dan lulusan bidang
dan 1,5 persen dari modal manusia. ilmu sains dan keteknikan masih terbatas. Pada
jalur pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan
Kebutuhan tenaga kerja terampil, kreatif, inovatif kualitas layanan belum sepenuhnya didukung dengan
dan adaptif belum dapat dipenuhi secara optimal. sarana dan prasarana pembelajaran dan praktik
Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum yang memadai dan berkualitas, kecukupan pendidik
merespon perkembangan kebutuhan pasar produktif berkualitas, kecukupan magang dan
kerja merupakan salah satu penyebab mengapa praktik kerja, serta keterbatasan kapasitas sertifikasi
produktivitas dan daya saing Indonesia masih kompetensi. Selain itu, pembelajaran juga belum
tertinggal. Saat ini proporsi pekerja berkeahlian mendorong penguasaan soft-skills yang mendukung
menengah dan tinggi di Indonesia hanya sekitar kebekerjaan, seperti penguasaan bahasa asing,
39,57 persen (Sakernas Agustus, 2018), lebih rendah serta kemampuan berpikir kritis, analisis, inovasi,
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. kepemimpinan, negosiasi, dan kerja tim.

98 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 4.6 Jumlah dan kualifikasi SDM Iptek tahun 2018

S3 S3 S3
146 41.066
1.284

PENELITI PEREKAYASA DOSEN

Dari 301.885 SDM Iptek <S3 <S3 <S3


7.450 249.621
hanya 14,08% berkualifikasi S3 2.318

Sumber: diolah dari data Pusbindiklatren LIPI, Pusbindiklatren BPPT, dan Kemristekdikti, Juni 2018

Kapasitas adopsi Iptek dan penciptaan inovasi


Jumlah publikasi internasional
Indonesia masih rendah. Indonesia berada di
yang dapat disitasi sampai dengan
peringkat 85 dari 126 negara dengan skor Global
tahun 2017 baru mencapai 72.146
Innovation Index (GII) 29,8 dari skala 0-100 (2018),
(peringkat 52 dari 239 negara).
atau peringkat 14 dari 15 negara-negara Asia
Tenggara dan Oceania. Hal ini disebabkan oleh
masih belum memadainya infrastruktur litbang. Dari 9.352 paten yang
Jumlah SDM Iptek masih terbatas dan hanya 14,08 didaftarkan, hanya 2.271 (24%)
persen diantaranya yang berkualifikasi S3. Ekosistem yang merupakan hasil penemuan
inovasi belum sepenuhnya tercipta sehingga proses dari peneliti Indonesia
hilirisasi dan komersialisasi hasil litbang terhambat.
Kolaborasi triple helix belum didukung oleh kapasitas inovasi teknologi, perlu dibangun ekosistem inovasi
perguruan tinggi yang memadai sebagai sumber yang didukung dengan komitmen peningkatan
inovasi teknologi (center of excellence). belanja litbang nasional.

Perguruan tinggi belum terlalu fokus dalam Prestasi olahraga juga menjadi salah satu indikator
mengembangkan bidang ilmu yang menjadi daya saing SDM Indonesia. Namun, budaya dan
keunggulan dan masih kurang terhubung dengan prestasi olahraga Indonesia masih tertinggal.
jejaring kerjasama riset, baik antara perguruan Indonesia telah sukses sebagai tuan rumah pada
tinggi dan pusat-pusat penelitian di dalam dan luar Asian Games 2018 dan berhasil memperoleh
negeri. Dari sisi produktivitas penelitian, walaupun peringkat ke-4 dari sebelumnya peringkat ke-
jumlah publikasi dosen di jurnal internasional 17 pada Asian Games tahun 2014. Akan tetapi di
mengalami peningkatan, namun terjadi penurunan tingkat dunia, Indonesia hanya mampu memperoleh
sitasi yang rata-rata mencapai 45 persen per tahun. satu medali emas pada Olimpiade tahun 2016 di
Jumlah publikasi internasional yang dapat disitasi Brazil. Budaya olahraga masyarakat tercatat masih
sampai dengan tahun 2017 baru mencapai 72.146 rendah meskipun terus meningkat dari 27,61 persen
(peringkat 52 dari 239 negara). Selain itu, dari 9.352 pada tahun 2015 menjadi 31,38 persen pada tahun
paten yang didaftarkan, hanya 2.271 atau 24 persen 2018 (MSBP-BPS). Pembangunan olahraga perlu
yang merupakan hasil penemuan dari peneliti ditempuh melalui pemassalan olahraga untuk
Indonesia. Kondisi ini menunjukkan bahwa sistem mengembangkan kesadaran masyarakat dalam
inovasi di Indonesia belum sepenuhnya tercipta. meningkatkan kesehatan, kebugaran, kegembiraan,
Untuk mendorong produktivitas ekonomi melalui dan hubungan sosial.

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 99


Sasaran, Target, dan Indikator
Tabel 4.1 Sasaran/Indikator/Target Pembangunan Manusia
No Indikator Baseline Target 2024
Pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola kependudukan
2,28
1 Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) 2,10
(SUPAS, 2015)
Cakupan NIK 96 100
Kepemilikan akte kelahiran 83,3 100
2 Pencatatan akte kematian N.A 100
Kepemilikan buku nikah N.A 100
Pencatatan perceraian N.A 100
Penyebab kematian Belum Diterapkan 100
Persentase daerah yang menyelenggarakan layanan
3 25% 80%
terpadu penanggulangan kemiskinan
Jumlah kab/kota yang memanfaatkan sistem
perencanaan, penganggaran dan monev unit
4 86 kab/kota 300 kab/kota
terpadu dalam proses penyusunan program-program
penanggulangan kemiskinan
Perlindungan sosial bagi seluruh penduduk
Persentase penduduk yang tercakup dalam program
perlindungan sosial:
a. Proporsi penduduk yang tercakup dalam program
1 78,7% 98%
jaminan sosial (%)
b. Proporsi rumah tangga miskin dan rentan yang
65,2 % 80%
memperoleh bantuan sosial pemerintah (%)
Cakupan penerima bantuan non-tunai dan subsidi
tepat sasaran:
10 juta KK 10 juta KK
a. Bantuan keluarga untuk kesehatan dan pendidikan
2
b. Bantuan Pangan
15,6 juta KK 15,6 juta KK
c. Bantuan elpiji 3 kg
31,4 juta KK 31,4 juta KK
d. Bantuan listrik daya 450 VA dan 900 VA
31,4 juta KK 31,4 juta KK
Cakupan penerima bantuan iuran (PBI) Jaminan
96,6 juta penduduk 112,9 juta
3 Kesehatan Nasional dari 40 persen penduduk
(1 Februari 2019) penduduk
berpendapatan terbawah
4 Mobilitas penduduk lanjut usia (%) 92,1% (Supas, 2015) 94%
5 Kapasitas penduduk lansia (%) 88,6 % (Supas, 2015) 90%
Pembangunan kawasan ramah lansia (kabupaten/
6 N/A Meningkat
kota/komunitas)
Persentase rumah tangga dengan lanjut usia yang 18,9%
7 25%
memperoleh bantuan sosial (BPS, 2018)
83,3%
8 Cakupan kepesertaan JKN 98%
(1 Juli 2019)
Cakupan kepesertaan BPJS TK
9 a. Pekerja formal 40% 40% > 70%
b. Pekerja informal 5% 5% > 30%

100 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Indikator Baseline Target 2024
Cakupan penerima bantuan iuran (PBI) Jaminan
10 - 20 juta pekerja
Sosial Ketenagakerjaan
11 Tersusunnya Sistem Perlindungan Sosial Adaptif 0 1
Kawasan ramah lansia
12 - Meningkat
(kabupaten/kota/komunitas)
Persentase rumah tangga dengan lanjut usia yang
13 18,9 % (BPS, 2018) 25%
memperoleh bantuan sosial
Persentase anak penyandang disabilitas usia sekolah
37,5%
14 yang memiliki akses terhadap layanan pendidikan 50%
(Susenas, 2018)
dasar
Persentase pemerintah daerah yang menerapkan 2,7%
15 7,5%
prinsip-prinsip kota inklusif (Apeksi, 2017)
Pemenuhan layanan dasar
305
1 Angka kematian ibu (per 100.000 kelahiran hidup) 183
(SUPAS, 2015)
24
2 Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 16
(SDKI, 2017)
Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Cara Modern 57,2
3 63,4
(mCPR) (SDKI, 2017)
10,6%
4 Unmet Need KB (persen) 7,4%
(SDKI, 2017)
36
5 ASFR 15 – 19 Tahun 18
(SDKI, 2017)
Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada 30,8%
6 19%
balita (persen) (Riskesdas, 2018)
Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada 10,2%
7 7%
balita (persen) (Riskesdas, 2018)
Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak 0,24
8 0,18
terinfeksi HIV) (Kemkes, 2018)
319
9 Insidensi TB (per 100.000 penduduk) (Global TB Report, 190
2017)
285
10 Eliminasi malaria (kab/kota) 405
(Kemkes, 2018)
9,1%
11 Persentase merokok penduduk usia 10 - 18 tahun 8,7%
(Riskesdas, 2018)
Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥ 18 tahun 21,8%
12 21,8%
(persen) (Riskesdas, 2018)
Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 57,9%
13 80%
12-23 bulan (Riskesdas, 2018)
Persentase fasilitas kesehatan tingkat pertama 40%
14 85%
terakreditasi (Kemkes, 2018)
63%
15 Persentase rumah sakit terakreditasi 95%
(Kemkes, 2018)
Persentase puskesmas dengan jenis tenaga 23%
16 83%
kesehatan sesuai standar (Kemkes, 2018)
15%
17 Persentase puskesmas tanpa dokter 0%
(Kemkes, 2018)
Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat 86%
18 96%
esensial (Kemkes, 2018)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 101


No Indikator Baseline Target 2024
80,9%
19 Persentase obat memenuhi syarat 92,3%
(BPOM, 2018)
71%
20 Persentase makanan memenuhi syarat 90%
(BPOM, 2018)
Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun 8,45 tahun
21 9,16 tahun
Keatas (Tahun) (Susenas 2017)
12,85 tahun
22 Harapan Lama Sekolah (Tahun) 14,16 tahun
(Susenas 2017)
Angka Partisipasi Kasar (Persen)
a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 34,36% 53,10%
(Susenas 2017)
b. SD/MI/ sederajat 108,50% 106,71%
(Susenas 2017)
23 c. SMP/MTs/ sederajat 90,23% 95,43%
(Susenas 2017)
d. SMA/SMK/MA/sederajat 82,84% 84,02%
(Susenas 2017)
e. Pendidikan Tinggi (PT) 29,93% 43,86%
(Susenas 2017)
Persentase anak kelas 1 SD/MI/SDLB yang pernah
74,80
24 mengikuti pendidikan anak usia dini (TK/RA/BA/ 77,78
(Susenas, 2017)
PAUD)
Rasio Angka Partisipasi Kasar (APK) 20 Persen
Termiskin dan 20 Persen Terkaya
25
a. SMA/SMK/MA/Sederajat 0,70 0,85
b. Pendidikan Tinggi 0,16 0,50
Nilai rata-rata hasil PISA:
a. Membaca 397 412,6
26
b. Matematika 386 396,8
c. Sains 403 418,0
Proporsi Anak di Atas Batas Kompetensi Minimal
dalam Test PISA (Persen):
27 a. Membaca 44,62% 49,80%
b. Matematika 31,40% 39,83%
c. Sains 44,05% 48,00%
Proporsi Anak di Atas Batas Kompetensi Minimal
dalam Test AKSI (Persen):
28 a. Membaca 53,2% 61,2%
b. Matematika 22,9% 30,1%
c. Sains 26,4% 34,4%
Persentase Guru (TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan PLB) 55,92%
29 81,75%
yang Bersertifikat Pendidik (Persen) (Kemdikbud, 2017)
Persentase Satuan Pendidikan Berakreditasi Minimal B
(Persen):
76,84% 84,46%
d. SD/MI/
(Kemdikbud, 2017)
30 70,13% 81,33%
e. SMP/MTs
(Kemdikbud, 2017)
71,01% 80,86%
f. SMA/MA
(Kemdikbud, 2017)

102 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
No Indikator Baseline Target 2024
31 Jumlah Perguruan Tinggi Terakreditasi A 91 235
Peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda
67,9
1 Indeks Komposit Kesejahteraan Anak (IKKA) 81,46
(2017)
Proporsi perempuan umur 20 – 24 tahun yang 12,1
2 8,74
menikah sebelum 18 tahun (Susenas, 2015)
51,50
3 Indeks Pembangunan Pemuda 57,67
(2018)
Prevalensi kekerasan terhadap perempuan usia 15-64 9,40
4 Menurun
tahun di 12 bulan terakhir (2016)
Pengentasan kemiskinan
Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang
1 memiliki asset produktif (layanan keuangan, modal, 27,9% 40%
lahan, pelatihan)
Persentase rumah tangga miskin dan rentan yang
2 25,6% 50%
mengakses pendanan usaha
Pembaruan kawasan hutan untuk masyarakat
3 2 juta ha 10 juta ha
pedesaan dan desa
4 Jumlah bidang tanah yang diredistribusi 750.000 7.750.000
5 Jumlah bidang tanah yang dilegalisasi 6.286.087 56.286.087
Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
Persentase angkatan kerja berpendidikan menengah 42,54
1 52,1%
ke atas (Sakernas, 2018)
Proporsi pekerja berkeahlian menengah dan tinggi 39,57%
2 50%
(persen) (Sakernas, 2018)
915.671
3 Jumlah lulusan pelatihan vokasi 2,8 juta
(14 K/L, 2018)
Lulusan pendidikan dan pelatihan vokasi bersertifikat 472.089
4 2.000.000
kompetensi (orang) (BNSP, 2017)
Jumlah prodi per bidang ilmu yang dikembangkan di
PT
5
a. Sains keteknikan 40,9% 50%
b. Sosial humaniora 59,1% 50%
Persentase lulusan PT menurut program studi
6 a. Sains keteknikan
39,9% 45%
b. Sosial humaniora
60,1% 55%
63%
7 Persentase lulusan PT yang langsung bekerja 80%
(Kemristekdikti, 2017)
Jumlah PT yang Masuk ke dalam World Class
University
- 1 (UI)
8 a. Top 100
1 (UI) 2 (ITB dan UGM)
b. Top 300
2 (ITB dan UGM) 3 (IPB, Unair,
c. Top 500
Unpad)
Jumlah publikasi ilmiah dan sitasi di jurnal 16.147
9 36.500
internasional (Kemristekdikti, 2017)
94
10 Jumlah Prototipe dari Perguruan Tinggi 243
(Kemristekdikti, 2017)

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 103


No Indikator Baseline Target 2024
Jumlah HKI yang didaftarkan dari hasil litbang 762
11 1.849
Perguruan Tinggi (Kemristekdikti, 2017)
Jumlah produk inovasi dari tenant Perusahaan 143
12 600
Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) yang dibina (Kemristekdikti, 2018)
Jumlah produk inovasi yang dimanfaatkan industri/ 52
13 210
badan usaha (Kemristekdikti, 2018)
Jumlah paten yang diberikan dan yang didaftarkan 790/1.362
14 1.000/3.000
(resident) (Kemhukham, 2018)
14,08%
Persentase SDM Iptek (dosen, peneliti, perekayasa)
15 (Kemristekdikti, LIPI, 20*
Berkualifikasi S3
BPPT)
81
16 Pusat Unggulan Iptek yang ditetapkan 138*
(Kemristekdikti, 2018)
48
17 Jumlah pranata litbang yang terakreditasi (aktif) 75*
(KNAPP, 2018)
18 Jumlah publikasi internasional yang dapat disitasi 72.146 150.000
Jumlah infrastruktur Iptek strategis yang
19 6 10
dikembangkan
Jumlah STP yang ada yang dikembangkan 45 8
20 a. Berbasis Perguruan Tinggi 17 5
b. Berbasis Non Perguruan Tinggi 28 3
21 Hasil inovasi Prioritas Riset Nasional N/A 40*
Penerapan teknologi untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan:
a. Penerapan teknologi untuk keberlanjutan 12 24
22
pemanfaatan sumber daya alam
b. Penerapan teknologi untuk pencegahan dan 35 35
mitigasi pascabencana
23 Proporsi anggaran litbang terhadap PDB 0,25 0,42
Meningkatnya budaya dan prestasi olahraga:
a. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas 31,38%
40%
yang melakukan olahraga selama seminggu terakhir (2018)
Peringkat ke-4 Peringkat ke-5
b. Peringkat Asian Games
(2018) (2022)
24 Peringkat ke-4
Peringkat ke-5
c. Peringkat Asian Para Games sampai ke-6
(2018)
(2022)
1 medali emas
d. Jumlah perolehan medali pada Olympic Games 3 medali emas
(2016)
e.Jumlah perolehan medali pada Paralympic Games - 3 medali emas

Keterangan: *) angka kumulatif

104 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Arah Kebijakan dan Strategi
1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk a) Penyediaan statistik hayati yang
dan memperkuat tata kelola kependudukan, akurat dari data lintas sektor; dan b)
melalui: Pemanfaatan statistik hayati secara
1.1) Percepatan cakupan administrasi optimal untuk pembangunan dan
kependudukan, mencakup: pelayanan publik.
a) Perluasan jangkauan layanan b) Penguatan koordinasi, kolaborasi, dan
pendaftaran penduduk pencatatan sipil sinkronisasi antar-kementerian/lembaga,
bagi penduduk bagi seluruh penduduk pemerintah provinsi, pemerintah
dan WNI di luar negeri, mencakup: a) kabupaten/kota, dan pemangku
Pendekatan layanan ke tingkat desa kepentingan dalam layanan pendaftaran
dan kelurahan serta layanan di seluruh penduduk dan pencatatan sipil serta
kantor Perwakilan Republik Indonesia; pengembangan statistik hayati,
b) Peningkatan layanan pendaftaran mencakup: a) Penyusunan kerangka
penduduk dan pencatatan sipil yang kebijakan dan prosedur pencatatan
mudah dan cepat; c) Pengembangan sipil dan pendaftaran penduduk yang
sistem pendaftaran penduduk dan menyeluruh dan selaras antar sektor;
pencatatan sipil berbasis teknologi dan b) Penyelenggaraan tata kelola
informasi dan terhubung lintas sektor; dan pendaftaran penduduk dan pencatatan
d) Keterhubungan antar sistem informasi sipil yang selaras antara pemerintah
di berbagai lembaga pemerintah. pusat dan daerah.
b) Peningkatan kesadaran dan keaktifan 1.3) Pemaduan dan sinkronisasi kebijakan
masyarakat dalam mencatatkan peristiwa pengendalian penduduk, mencakup: a)
kependudukan dan peristiwa penting, Penguatan sinergitas kebijakan pengendalian
mencakup: a) Pelibatan berbagai sektor penduduk dalam mewujudkan penduduk
pemerintahan dan elemen masyarakat tumbuh seimbang; b) Penguatan kapasitas
untuk aktif dalam sosialisasi dan advokasi; dan kapabilitas kelembagaan pusat, provinsi
dan b) Pengembangan sistem insentif serta kabupaten dan kota dalam bidang
yang tepat untuk mendorong penduduk pengendalian penduduk; dan c) Pemanfaatan
dan WNI di luar negeri untuk melaporkan data dan informasi kependudukan serta
peristiwa pendaftaran penduduk dan sinergitas pendataan keluarga.
pencatatan sipil.
c) Percepatan kepemilikan dokumen 2. Memperkuat pelaksanaan perlindungan
pendaftaran penduduk dan pencatatan sosial, melalui:
sipil bagi kelompok khusus. 2.1) Penguatan pelaksanaan jaminan sosial,
1.2) Integrasi sistem administrasi mencakup: a) keberlanjutan pendanaan
kependudukan, mencakup: SJSN termasuk penyesuaian sistem iuran dan
a) Peningkatan ketersediaan dan kualitas tarif, perluasan kepesertaan SJSN terutama
statistik hayati yang akurat, lengkap, sektor informal dan pekerja penerima upah,
dan tepat waktu untuk perencanaan dan dan perbaikan sistem pengelolaan JKN dan
pelaksanaan pembangunan, mencakup: SJSN ketenagakerjaan; b) penerapan active

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 105


purchasing dan perumusan paket manfaat dan kesehatan; d) pengembangan variasi
JKN secara eksplisit yang diikuti oleh bantuan pangan, tidak hanya terbatas
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, beras dan telur tetapi juga bahan pangan
dan akuntabilitas pengelolaan JKN; c) lokal, sayuran, daging, ikan, dan MPASI
penguatan kelembagaan SJSN, perbaikan (bagi keluarga yang memiliki anak bawah
tata kelola hubungan antarlembaga, dan dua tahun) untuk memenuhi cakupan nutrisi
harmonisasi peraturan perundangan yang penerima bantuan; dan e) peningkatan peran
terkait, integrasi implementasi operasional Pemda dalam pendampingan dan penyaluran
JKN dan SJSN ketenagakerjaan; d) bantuan.
pengembangan program SJSN yang 2.3) Perlindungan sosial adaptif, mencakup: a)
komprehensif dan terintegrasi, termasuk pengembangan perlindungan sosial yang
pengembangan Jaminan Pekerjaan terintegrasi dengan risiko ekonomi dan sosial
(Unemployment Benefit), Perawatan Jangka terhadap perubahan iklim dan bencana
Panjang Berbasis Kontribusi (Long Term alam; b) penguatan sistem kelembagaan
Care), dan Program Rehabilitasi Kerja perlindungan sosial yang responsif terhadap
(Return to Work); e) pembangunan sistem risiko sosial dan ekonomi akibat perubahan
monitoring dan evaluasi yang terintegrasi; f) iklim dan bencana alam; c) pengembangan
sinergi data dasar kependudukan, basis data sistem pembiayaan perlindungan sosial
terpadu (BDT) dan data BPJS kesehatan untuk mengatasi risiko perubahan iklim dan
serta ketenagakerjaan; g) integrasi data bencana alam.
JKN dengan sistem informasi kesehatan 2.4) Peningkatan kesejahteraan sosial,
dan pemanfaatan data pelayanan BPJS mencakup: a) pengembangan sistem
kesehatan sebagai dasar pertimbangan perawatan jangka panjang (long term care)
penyusunan kebijakan bagi para pemangku terintegrasi dan holistik; b) pembangunan
kepentingan; dan h) penguatan health masyarakat, lingkungan, dan sarana
technology assessment (HTA), dewan prasarana ramah lanjut usia dan
pertimbangan klinis, dan tim kendali mutu penyandang disabilitas; c) penghormatan,
dan kendali biaya; pelindungan, dan pemenuhan terhadap hak
2.2) Penguatan pelaksanaan penyaluran lanjut usia dan penyandang disabilitas; d)
bantuan sosial dan subsidi yang tepat Implementasi rencana induk sesuai mandat
sasaran, mencakup: a) pengembangan UU 8/2016 untuk mewujudkan pembangunan
digitalisasi dan integrasi penyaluran bantuan yang lebih inklusif; e) penguatan kelembagaan
sosial dan subsidi tepat sasaran untuk pelaksana program kelanjutusiaan; f)
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pemberdayaan kelanjutusiaan bagi lanjut
bantuan, antara lain melalui Kartu Sembako usia; dan g) pengembangan pendidikan dan
Murah yang akan mengintegrasikan keterampilan sepanjang hayat bagi lanjut
pemberian bantuan pangan dan energi (listrik usia.
dan tabung gas 3 kg) ke dalam satu kartu;
b) peningkatan inklusi keuangan melalui 3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan
literasi bagi penerima manfaat; c) pemberian kesehatan menuju cakupan kesehatan
insentif unruk mendorong partisipasi sekolah semesta dengan penekanan pada penguatan
hingga perguruan tinggi bagi anak-anak dari pelayanan kesehatan dasar (Primary Health
keluarga penerima bantuan sosial pendidikan Care) dengan mendorong peningkatan upaya

106 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan konseling tentang pengendalian penduduk,
pemanfaatan teknologi, melalui: KB dan kesehatan reproduksi, peningkatan
3.1) Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga kompetensi Penyuluh Keluarga Berencana
berencana (KB) dan kesehatan reproduksi, (PKB) dan Petugas Lapangan Keluarga
mencakup: a) peningkatan pelayanan Berencana (PLKB) serta peningkatan
maternal dan neonatal berkesinambungan kapasitas tenaga lini lapangan, penguatan
di fasilitas publik dan swasta dengan fasilitas kesehatan, jaringan dan jejaring
mendorong seluruh persalinan di fasilitas fasilitas kesehatan dalam pelayanan KB
kesehatan, peningkatan cakupan dan dan kesehatan reproduksi serta usaha
kualitas pelayanan antenatal dan neonatal, kesehatan bersumber daya masyarakat;
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dan e) peningkatan pengetahuan dan
terutama bidan, perbaikan sistem rujukan akses layanan kesehatan reproduksi remaja
maternal, penyediaan sarana prasarana secara lintas sektor yang responsif gender.
dan farmasi, jaminan ketersediaan darah 3.2) Percepatan perbaikan gizi masyarakat
setiap saat, dan pencatatan kematian ibu di untuk pencegahan dan penanggulangan
fasilitas pelayanan kesehatan; b) perluasan permasalahan gizi ganda, mencakup: a)
dan pengembangan imunisasi dasar percepatan penurunan stunting dengan
lengkap terutama pada daerah dengan peningkatan efektivitas intervensi spesifik,
cakupan rendah; c) peningkatan gizi remaja perluasan dan penajaman intervensi sensitif
putri dan ibu hamil; d) perluasan akses secara terintegrasi; b) peningkatan jaminan
dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan asupan gizi makro dan mikro terutama pada
reproduksi sesuai karakteristik wilayah ibu hamil dan anak dengan usia dibawah
dengan optimalisasi peran sektor swasta dua tahun termasuk peningkatan intervensi
dan pemerintah daerah melalui advokasi, yang bersifat life saving dengan didukung
komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan bukti yang kuat (evidence based policy)

Sumber: UNICEF Indonesia, 2019

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 107


termasuk fortifikasi pangan; c) penguatan untuk mendorong aktivitas fisik masyarakat
advokasi, komunikasi sosial dan perubahan dan lingkungan sehat serta penurunan
perilaku hidup sehat terutama mendorong polusi udara; c) regulasi yang mendorong
pemenuhan gizi seimbang berbasis pemerintah pusat dan daerah serta
konsumsi pangan (food based approach); swasta untuk menerapkan pembangunan
d) penguatan sistem surveilans gizi; e) berwawasan kesehatan dan mendorong
peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga hidup sehat termasuk pengembangan
khususnya pengasuhan, tumbuh kembang standar dan pedoman untuk sektor non
anak dan gizi; f) peningkatan komitmen kesehatan, peningkatan cukai rokok,
dan pendampingan bagi daerah dalam pelarangan iklan rokok, dan penerapan cukai
intervensi perbaikan gizi dengan strategi pada produk pangan yang berisiko tinggi
sesuai kondisi setempat; dan g) respon terhadap kesehatan dan pengaturan produk
cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat. makanan dengan kandungan gula, garam
3.3) Peningkatan pengendalian penyakit, dan lemak; d) promosi perubahan perilaku
dengan perhatian khusus pada HIV/AIDS, TB, hidup sehat yang inovatif dan pemberdayaan
malaria, jantung, stroke, hipertensi, diabetes, masyarakat termasuk revitalisasi posyandu
kanker, emerging diseases, penyakit yang dan upaya kesehatan bersumberdaya
berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, masyarakat lainnya serta penggerakan
penyakit tropis terabaikan (kusta, filariasis, masyarakat madani untuk hidup sehat; dan
schistosomiasis), gangguan jiwa, cedera, e) peningkatan penyediaan pilihan pangan
gangguan penglihatan, dan penyakit gigi sehat termasuk penerapan label pangan dan
dan mulut, mencakup: a) pencegahan perluasan akses terhadap buah dan sayur.
dan pengendalian faktor risiko penyakit 3.5) Penguatan sistem kesehatan dan
termasuk perluasan cakupan deteksi pengawasan obat dan makanan,
dini, penguatan surveilans real time dan mencakup:
pengendalian vektor; b) penguatan health a) Penguatan pelayanan kesehatan dasar
security terutama peningkatan kapasitas dan rujukan yang difokuskan pada
untuk pencegahan, deteksi, dan respon peningkatan upaya kesehatan masyarakat;
cepat terhadap ancaman penyakit termasuk penyempurnaan sistem akreditasi
penguatan alert system kejadian luar biasa pelayanan kesehatan pemerintah dan
dan karantina kesehatan; c) penguatan tata swasta; pengembangan fasilitas pelayanan
laksana penanganan penyakit dan cedera; kesehatan yang mengacu pada standar
d) pengendalian resistensi antimikroba; pelayanan kesehatan dan rencana induk
e) penguatan sanitasi total berbasis penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan;
masyarakat. pemanfaatan inovasi teknologi dalam
3.4) Pembudayaan Gerakan Masyarakat pelayanan kesehatan meliputi perluasan
Hidup Sehat (Germas), mencakup: a) sistem rujukan online termasuk integrasi
pengembangan kawasan sehat antara lain fasilitas kesehatan swasta dalam sistem
kabupaten/kota sehat, pasar sehat, upaya rujukan, sistem rujukan khusus untuk daerah
kesehatan sekolah (UKS) dan lingkungan dengan karakteristik geografis tertentu
kerja sehat; b) penyediaan ruang terbuka (kepulauan dan pegunungan), perluasan
publik, transportasi masal dan konektivitas cakupan dan pengembangan jenis layanan
dengan mengacu pada rencana tata ruang telemedicine, digitalisasi rekam medis dan

108 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
rekam medis online; perluasan pelayanan penguatan sistem logistik farmasi real time
kesehatan bergerak (flying health care) berbasis elektronik; peningkatan promosi
dan gugus pulau; optimalisasi penguatan dan pengawasan penggunaan obat
pelayanan kesehatan dasar melalui rasional; pengembangan obat, produk
pendekatan keluarga; pengembangan biologi, reagen, dan vaksin bersertifikat
dan peningkatan kualitas RS khusus; halal yang didukung oleh penelitian
dan perbaikan pengelolaan limbah dan pengembangan life sciences; dan
medis fasilitas pelayanan kesehatan dan pengembangan produksi dan sertifikasi
pengendalian bahan berbahaya dan alat kesehatan untuk mendorong
beracun (B3); kemandirian produksi dalam negeri;
b) Pemenuhan dan peningkatan d) Peningkatan efektivitas pengawasan
kompetensi tenaga kesehatan yang obat dan makanan yang difokuskan
difokuskan pada pengembangan pada perluasan cakupan dan kualitas
paket pelayanan kesehatan (tenaga pengawasan pre dan post market obat
kesehatan, fasilitas kesehatan, farmasi dan pangan berisiko yang didukung oleh
dan alat kesehatan), afirmasi pemenuhan peningkatan kompetensi SDM pengawas
tenaga kesehatan strategis, dan afirmasi dan penguji serta pemenuhan sarana
pendidikan (beasiswa dan tugas belajar) prasarana laboratorium; peningkatan
tenaga kesehatan untuk ditempatkan kemampuan riset; percepatan dan
di daerah tertinggal, perbatasan, dan perluasan proses layanan publik termasuk
kepulauan (DTPK) dan daerah kurang registrasi; peningkatan kepatuhan
diminati; re-distribusi tenaga kesehatan dan kemandirian pelaku usaha dalam
yang ditempatkan di fasilitas pelayanan penerapan sistem manajemen mutu dan
kesehatan yang didukung penyediaan pengawasan produk; peningkatan peran
insentif finansial dan non-finansial; serta masyarakat dalam pengawasan; dan
pengembangan mekanisme kerjasama pemanfaatan teknologi informasi dalam
pemenuhan tenaga kesehatan melalui pengawasan obat dan makanan;
kontrak pelayanan; perluasan pendidikan e) Penguatan tata kelola, pembiayaan,
dan pelatihan tenaga kesehatan fokus penelitian dan pengembangan
pada pelayanan kesehatan dasar; kesehatan yang difokuskan pada,
pembatasan program studi bidang pengembangan kebijakan untuk
kesehatan yang tidak memenuhi standar penguatan kapasitas pemerintah provinsi
kualitas; dan pemenuhan tenaga dan kabupaten/kota; pendampingan
kesehatan sesuai standar dan tenaga perbaikan tata kelola pada daerah
non-kesehatan termasuk tenaga sistem yang memiliki masalah kesehatan
informasi dan administrasi keuangan untuk pencapaian target nasional dan
untuk mendukung tata kelola di fasilitas mendorong pemenuhan SPM kesehatan;
pelayanan kesehatan; integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi
c) Pemenuhan dan peningkatan daya sistem informasi kesehatan pusat dan
saing sediaan farmasi dan alat daerah termasuk penerapan sistem
kesehatan yang difokuskan pada efisiensi single entry; inovasi dan pemanfaatan
penyediaan obat dan vaksin dengan teknologi digital untuk pengumpulan data,
mempertimbangkan kualitas produk; media promosi, komunikasi, dan edukasi

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 109


d) penguatan kualitas penilaian hasil belajar
siswa, terutama melalui penguatan peran
pendidik dalam penilaian pembelajaran di
kelas, serta peningkatan pemanfaatan hasil
penilaian sebagai bagian dalam perbaikan
proses pembelajaran; e) peningkatan
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran,
terutama dalam mensinergikan model
pembelajaran jarak jauh (distance
learning), dan sistem pembelajaran online;
f) integrasi softskill (keterampilan non-
teknis) dalam pembelajaran, g) peningkatan
kualitas pendidikan karakter, agama
dan kewargaan; h) peningkatan kualitas
pendidikan keagamaan; dan i) peningkatan
kualitas layanan pendidikan kesetaraan dan
pendidikan keaksaraan.
kesehatan termasuk big data; peningkatan 4.2) Peningkatan pemerataan akses layanan
pemanfaatan anggaran untuk penguatan pendidikan di semua jenjang dan
promotif dan preventif berbasis bukti; percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12
pengembangan sumber pembiayaan Tahun, mencakup: a) pemberian bantuan
baru seperti penerapan earmark cukai dan pendidikan memadai bagi anak keluarga
pajak, kerjasama pemerintah dan swasta; kurang mampu, dari daerah afirmasi,
peningkatan kapasitas dan kemandirian dan anak berprestasi, termasuk bantuan
pembiayaan fasilitas kesehatan milik bagi lulusan pendidikan menengah yang
pemerintah; dan penguatan penelitian melanjutkan ke Pendidikan Tinggi dari
dan pengembangan untuk efektivitas keluarga tidak mampu melalui Program KIP
inovasi intervensi, dan evaluasi sistem Kuliah; b) pemerataan layanan pendidikan
kesehatan untuk mendukung pencapaian antarwilayah, dengan memberikan
prioritas nasional. keberpihakan kepada daerah yang
kemampuan fiskal dan kinerja pendidikannya
4. Meningkatkan pemerataan layanan pendidikan rendah, dan penerapan model layanan
berkualitas, melalui: yang tepat untuk daerah 3T (tertinggal,
4.1) Peningkatan kualitas pengajaran dan terdepan, terluar), seperti pendidikan
pembelajaran, mencakup: a) penerapan terintegrasi (sekolah satu atap/SATAP),
kurikulum dengan memberikan penguatan sekolah terbuka, pendidikan jarak jauh, dan
pengajaran berfokus pada kemampuan pendidikan berpola asrama; c) pemerataan
matematika, literasi dan sains di semua memperoleh pendidikan tinggi berkualitas
jenjang; b) penguatan pendidikan literasi melalui perluasan daya tampung terutama
kelas awal dan literasi baru (literasi untuk bidang-bidang yang menunjang
digital, data, dan sosial) dengan strategi kemajuan ekonomi dan penguasaan sains
pengajaran efektif dan tepat; c) peningkatan dan teknologi; d) Penanganan anak usia
kompetensi dan profesionalisme pendidik; sekolah yang tidak sekolah (ATS) untuk

110 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
kembali bersekolah, dengan pendataan manajemen berbasis sekolah (MBS), serta
tepat, penjangkauan dan pendampingan pengembangan unit penjaminan mutu di
efektif, revitalisasi gerakan kembali tingkat daerah dan satuan pendidikan.
bersekolah, dan model pembelajaran 4.5) Peningkatan tata kelola pembangunan
tepat untuk anak berkebutuhan khusus, pendidikan, strategi pembiayaan, dan
anak yang bekerja, berhadapan dengan peningkatan efektivitas pemanfaatan
hukum, terlantar, jalanan, dan di daerah Anggaran Pendidikan, mencakup:
bencana; e) peningkatan pemahaman dan a) peningkatan validitas data pokok
peran keluarga dan masyarakat mengenai pendidikan dengan meningkatkan peran
pentingnya pendidikan; dan f) peningkatan daerah dalam pelaksanaan validasi dan
layanan 1 tahun pra-sekolah. verifikasi di tingkat satuan pendidikan; b)
4.3) Peningkatan profesionalisme, kualitas, peningkatan kualitas perencanaan dalam
pengelolaan, dan penempatan pendidik mendorong pemenuhan standar pelayanan
dan tenaga kependidikan yang merata, minimal (SPM) bidang pendidikan; c)
mencakup: a) peningkatan kualitas peningkatan sinkronisasi perencanaan dan
pendidikan calon guru melalui revitalisasi pelaksanaan pembangunan pendidikan
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga antartingkatan pemerintahan dalam
Kependidikan) dan penguatan Pendidikan menjaga kesinambungan pendidikan
Profesi Guru (PPG); b) pemenuhan antarjenjang; d) peningkatan efektifitas
kualifikasi akademik minimal untuk guru pemanfaatan Anggaran Pendidikan untuk
(S1/DIV) dan dosen/peneliti (S2/S3); c) peningkatan akses, kualitas, relevansi, dan
peningkatan pengelolaan, pemenuhan, daya saing pendidikan, dan pemenuhan
dan pendistribusian pendidik dan tenaga ketentuan Anggaran Pendidikan di daerah;
kependidikan berdasarkan pemetaan
komprehensif mengenai kebutuhan dan
ketersediaan; dan d) peningkatan kualitas
sistem penilaian kinerja sebagai acuan
untuk pembinaan, pemberian penghargaan,
serta peningkatan kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan.
4.4) Penguatan penjaminan mutu pendidikan
untuk meningkatkan pemerataan kualitas
layanan antarsatuan pendidikan dan
antarwilayah, mencakup: a) pengendalian
ijin pendirian satuan pendidikan baru yang
tidak sesuai kebutuhan dan standar mutu; b)
peningkatan kualitas peta mutu pendidikan
sebagai acuan untuk upaya peningkatan mutu
layanan pendidikan c) penguatan kapasitas
dan akselerasi akreditasi satuan pendidikan
dan program studi; d) penguatan budaya
mutu dengan peningkatan kemampuan
kepala sekolah dan pengawas, penerapan

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 111


e) penguatan tata kelola pendidikan tinggi kapasitas kelembagaan perlindungan
melalui upaya penyederhanaan jumlah perempuan melalui penguatan koordinasi
dan penggabungan perguruan tinggi; dan sinergi antarunit layanan korban KtP
dan f) peningkatan koordinasi lintas sektor termasuk TPPO; d) peningkatan kapasitas
dan antar tingkatan pemerintahan dalam aparat penegak hukum, pemerintah, dan
penguatan pengembangan anak usia dini dunia usaha dalam penanganan dan
holistik integratif (PAUD HI). rehabilitasi korban KtP termasuk TPPO;
e) penguatan sistem penanganan dan
5. Meningkatkan kualitas anak, perempuan, dan penegakan hukum kasus KtP termasuk
pemuda, melalui: TPPO; serta f) penguatan data terpadu untuk
5.1) Perwujudan Indonesia Layak Anak pencegahan, penanganan, dan rehabilitasi
melalui penguatan Sistem Perlindungan korban KtP termasuk TPPO.
Anak untuk memastikan anak menikmati 5.3) Peningkatan kualitas pemuda, mencakup:
haknya, mencakup: a) penguatan layanan (a) penguatan kapasitas kelembagaan,
yang ramah terhadap anak; b) penguatan sistem koordinasi strategis lintas pemangku
koordinasi dalam meningkatkan akses kepentingan, serta pengembangan
layanan dasar bagi seluruh anak, termasuk peran swasta dan masyarakat dalam
yang berada pada kondisi khusus; c) menyelenggarakan pelayanan kepemudaan
penguatan jejaring di komunitas, media yang terintegrasi; (b) peningkatan partisipasi
massa, dunia usaha, dan lembaga aktif sosial dan politik pemuda, diantaranya
masyarakat dalam upaya pemenuhan melalui peran pemuda di forum internasional,
hak anak; d) peningkatan partisipasi anak pertukaran pemuda, dan keikutsertaan
dalam pembangunan; e) penguatan upaya dalam pelestarian lingkungan; serta
pencegahan berbagai tindak kekerasan (c) pencegahan perilaku berisiko pada
pada anak, termasuk perkawinan anak, pemuda, termasuk pencegahan atas bahaya
serta penarikan dan pencegahan anak di kekerasan, perundungan, penyalahgunaan
tempat kerja; dan f) peningkatan efektivitas napza, minuman keras, penyebaran penyakit
kelembagaan melalui penegakan hukum, HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual.
peningkatan kapasitas SDM, penguatan
sistem data dan informasi, serta optimalisasi 6. Pengentasan kemiskinan, melalui:
fungsi pengawasan. 6.1) Akselerasi penguatan ekonomi keluarga,
5.2) Peningkatan pemberdayaan dan mencakup: (a) pembinaan rencana
perlindungan perempuan, termasuk keuangan keluarga pra dan paska
pekerja migran, dari kekerasan dan tindak pernikahan, termasuk rencana investasi
pidana perdagangan orang (TPPO), keluarga; dan (b) pelatihan usaha serta
mencakup: a) penguatan kebijakan dan pemberian akses usaha produktif bagi
regulasi pencegahan, penanganan, dan keluarga miskin dan rentan; (c) fasilitasi
rehabilitasi korban Kekerasan terhadap pendanaan ultra mikro bagi individu atau
Perempuan (KtP) termasuk TPPO; b) kelompok usaha produktif; dan (d) akses
peningkatan pengetahuan, pemahaman pendanaan lanjutan bagi usaha produktif
dan kesadaran perempuan dan masyarakat dari kelompok miskin dan rentan.
dalam mencegah dan memperoleh layanan 6.2) Keperantaraan usaha dan dampak sosial,
KtP termasuk TPPO; c) peningkatan mencakup: (a) penguatan kapasitas usaha

112 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
kelompok miskin dan rentan dengan skema 7. Meningkatkan produktivitas dan daya saing,
pembinaan usaha serta menghubungkan melalui:
dengan mitra usaha strategis; dan (b) 7.1) Pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis
pengembangan skema pendanaan program kerjasama industri, mencakup:
ekonomi produktif yang berdampak sosial. a) Peningkatan peran dan kerja sama
6.3) Reforma agraria, mencakup: (a) industri/swasta dalam pendidikan dan
penyediaan sumber Tanah Obyek pelatihan vokasi, meliputi pengembangan
Reforma Agraria (TORA), termasuk melalui sistem insentif/regulasi untuk mendorong
pelepasan kawasan hutan; (b) pelaksanaan peran industri/swasta dalam pendidikan
redistribusi tanah; (c) pemberian sertipikat dan pelatihan vokasi; peningkatan peran
tanah (legalisasi); dan (d) pemberdayaan daerah dalam koordinasi intensif dengan
masyarakat penerima TORA. industri/swasta untuk pengembangan
6.4) Pembaruan kawasan hutan untuk pendidikan dan pelatihan vokasi di
masyarakat, melalui skema reforma wilayahnya; dan pemetaan kebutuhan
agraria dan perhutanan sosial, mencakup: keahlian termasuk penguatan informasi
(a) pelepasan kawasan hutan sebagai pasar kerja;
tanah Obyek Reforma Agraria (TORA); b) Reformasi penyelenggaraan pendidikan
(b) penyiapan prakondisi masyarakat dan pelatihan vokasi, meliputi penguatan
pedesaan dan kawasan; (c) pengembangan pembelajaran inovatif dengan
usaha perhutanan sosial; (d) pengelolaan penyelarasan program studi/bidang
kolaboratif sumber daya hutan bersama keahlian mendukung pengembangan
masyarakat desa dan pengembangan sektor unggulan dan kebutuhan industri/
usahanya; (e) peningkatan kapasitas institusi swasta; penyelarasan kurikulum sesuai
dan kelembagaan masyarakat dalam usaha kebutuhan industri; penyelarasan pola
perhutanan sosial. pembelajaran; penguatan pembelajaran

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 113


bahasa asing; penguatan pelaksanaan yang tidak sesuai standar dan kebutuhan
pendidikan dan pelatihan vokasi industri/pasar kerja; peningkatan
sistem ganda (dual TVET system) penilaian kualitas satuan pendidikan
yang menekankan pada penguasaan melalui akreditasi program studi dan
keterampilan berbasis praktik dan satuan pendidikan vokasi; pengaturan
magang di industri; perluasan penerapan untuk fleksibilitas pengelolaan keuangan
teaching factory/teaching industry pada unit produksi/teaching factory/
berkualitas sebagai salah satu sistem teaching industry; pengembangan
pembelajaran standar industri; revitalisasi skema pendanaan peningkatan keahlian;
dan peningkatan kualitas sarana dan pembentukan Komite Vokasi yang
prasarana pembelajaran dan praktek mengoordinasikan dan mengendalikan
kerja pendidikan dan pelatihan vokasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
sesuai standar; peningkatan kerja sama vokasi; dan peningkatan akses ke
pemanfaatan fasilitas praktik kerja di pelatihan vokasi melalui penerapan Kartu
industri, termasuk unit produksi/teaching Pra-Kerja
factory/teaching industry; pembangunan 7.2) Penguatan pendidikan tinggi berkualitas
balai latihan kerja komunitas di mencakup: (a) Pengembangan perguruan
lingkungan sekolah/lembaga keagamaan; tinggi sebagai produsen iptek-inovasi dan
peningkatan fasilitasi dan kualitas pusat keunggulan (center of excellence)
pemagangan; dan penyusunan strategi yang mencakup penguatan fokus bidang
penempatan lulusan; ilmu sesuai potensi daerah setempat
c) Peningkatan kualitas dan kompetensi dan peningkatan kerja sama konsorsium
pendidik/instruktur vokasi, terutama dengan riset antarperguruan tinggi maupun
peningkatan pelatihan pendidik/instruktur antarperguruan tinggi dan lembaga
vokasi sesuai kompetensi; peningkatan penelitian di dalam dan luar negeri; (b)
keterlibatan instruktur/praktisi dari industri Pengembangan kerja sama perguruan tinggi
untuk mengajar di satuan pendidikan dengan industri dan pemerintah dengan
dan pelatihan vokasi; dan peningkatan menyediakan insentif bagi perguruan tinggi
pemagangan guru/instruktur di industri; dan industri yang mengembangkan kerja
Peningkatan penilaian kualitas satuan sama litbang strategis dan memfasilitasi
pendidikan melalui akreditasi program mobilitas peneliti antarperguruan tinggi
studi dan satuan pendidikan vokasi; dengan pihak industri; (c) Peningkatan
d) Penguatan sistem sertifikasi kompetensi kualitas dan pemanfaatan penelitian dengan
vokasi, terutama dengan pengembangan meningkatkan interaksi perguruan tinggi dan
standar kompetensi sesuai kebutuhan industri; (d) Peningkatan kualitas lulusan
industri; penguatan kelembagaan dan perguruan tinggi melalui pengembangan
peningkatan kapasitas pelaksanaan prodi yang adaptif dan desain kurikulum
sertifikasi profesi; dan sinkronisasi sistem pembelajaran yang sesuai dengan
sertifikasi yang ada di berbagai sektor; dan kebutuhan industri dan pembangunan
e) Peningkatan tata kelola pendidikan daerah, perluasan sertifikasi, program untuk
dan pelatihan vokasi, terutama dengan percepatan masa tunggu bekerja, dan
pengendalian ijin pendirian satuan pelatihan kewirausahaan untuk mendorong
pendidikan vokasi baru dan program studi tumbuhnya wirausahawan muda; (e)

114 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pengembangan dana abadi (endowment infrastruktur litbang strategis, penguatan
fund) di perguruan tinggi yang bersumber Pusat Unggulan Iptek, pengelolaan data
dari dana masyarakat, termasuk sektor kekayaan hayati dan kekayaan intelektual,
swasta dan filantropi untuk pengembangan serta pengembangan jaringan kerja sama
pendidikan dan pembelajaran di perguruan riset dalam dan luar negeri; c) Penciptaan
tinggi; (f) Perwujudan diferensiasi misi ekosistem inovasi yang mencakup
dengan mendorong fokus perguruan tinggi penguatan kerja sama triple-helix, perbaikan
dalam mengemban tridharma perguruan tata kelola paten/KI, penguatan Science
tinggi, yakni sebagai research university, Techno Park (STP) utama, perintisan fungsi
teaching university, atau vocational Technology Commercialization Office
university; dan (g) Penguatan pembinaan dalam kerangka Manajemen Inovasi di
perguruan tinggi swasta (PTS) dalam rangka perguruan tinggi, perintisan Technology
peningkatan kualitas pendidikan tinggi. Transfer Office di STP atau LPNK Iptek, dan
7.3) Peningkatan kapabilitas iptek dan pembinaan Perusahaan Pemula Berbasis
penciptaan inovasi mencakup: a) Teknologi (PPBT); serta d) Peningkatan
Pemanfaatan iptek dan inovasi di bidang- jumlah dan kualitas belanja litbang melalui
bidang fokus Rencana Induk Riset Nasional pembentukan Badan Riset Nasional (BRN)
2017-2045 untuk pembangunan yang yang ditunjang oleh inisiatif Dana Abadi
berkelanjutan yang mencakup integrasi Penelitian, pengembangan pendanaan
pelaksanaan riset dengan skema flagship alternatif, dan kerja sama pendanaan litbang
nasional Prioritas Riset Nasional untuk dengan pihak di luar pemerintah.
menghasilkan produk riset strategis, 7.4) Pengembangan budaya dan
pemetaan potensi sumber daya alam dan meningkatkan prestasi olahraga di
sumber daya budaya wilayah dengan tingkat regional dan internasional,
pendekatan multidisiplin, inovasi teknologi mencakup: (a) Pengembangan budaya
produksi untuk pemanfaatan sumber daya olahraga di masyarakat melalui jalur
alam yang berkelanjutan (teknologi tepat keluarga, pendidikan dan masyarakat;
guna bidang pertanian dan perikanan, serta (b) Penataan sistem pembinaan olahraga
riset dan inovasi sosial yang berkontribusi secara berjenjang dan berkesinambungan
bagi pengembangan ilmu pengetahuan berbasis cabang olahraga Olimpiade
dan kebijakan publik), penerapan teknologi didukung penerapan sport science, statistik
untuk pencegahan bencana dan mitigasi keolahragaan serta sistem remunerasi dan
pascabencana, pengembangan budaya penghargaan; (c) Penataan kelembagaan
riset ilmiah dan inovasi, dan penguasaan olahraga untuk meningkatkan prestasi
Teknologi Garda Depan untuk bidang- keolahragaan; (d) Peningkatan ketersediaan
bidang strategis seperti kesehatan dan tenaga keolahragaan berstandar
farmasi, teknologi digital dan cyber security, internasional; (e) Peningkatan prasarana dan
material maju, energi baru terbarukan, sarana olahraga berstandar internasional;
tenaga nuklir, pertahanan dan keamanan, dan (f) Pengembangan peran swasta
serta keantariksaan; b) Pengembangan dalam pendampingan dan pembiayaan
Research Power-House yang mencakup keolahragaan.
peningkatan kuantitas dan kapabilitas SDM
Iptek, pengembangan dan penguatan

Meningkatkan SDM Berkualtas dan Berdaya Saing 115


MEMBANGUN
KEBUDAYAAN DAN
KARAKTER BANGSA
Pendahuluan

5
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Kebudayaan dan karakter bangsa memiliki individual, memperkuat daya intelektual dan pikiran,
kedudukan penting dan berperan sentral dalam serta menanamkan jiwa mandiri dan spirit berdikari.
pembangunan nasional, untuk mewujudkan negara-
bangsa yang maju, modern, unggul, dan berdaya Pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa
saing sehingga mampu berkompetisi dengan harus pula meneguhkan Indonesia sebagai negara-
negara-negara lain. Kebudayaan adalah penanda bangsa majemuk (agama, etnis, ras, budaya, bahasa,
yang menegaskan identitas dan jari diri suatu adat istiadat, keyakinan lokal), yang membentuk
bangsa, yang tercermin pada karakter dan mental satu kesatuan dalam keragaman: Bhinneka Tunggal
individu dan masyarakat. Pengalaman bangsa- Ika. Maka, setiap komponen bangsa yang berbeda
bangsa di dunia menujukkan bahwa karakter dan harus senantiasa menjaga persatuan, memperkuat
sikap mental dapat menjadi faktor penentu untuk kohesi sosial, dan membangun harmoni dalam
mencapai kemajuan melalui proses pembangunan perbedaan dan keragaman, yang dilandasi
dan modernisasi. Mentalitas disiplin, etos kemajuan, oleh semangat dan jiwa gotong royong sebagai
etika kerja, jujur, taat hukum dan aturan, tekun, jati diri bangsa. Kekuatan bangsa Indonesia
dan gigih adalah karakter dan sikap mental, yang terletak pada keragaman dan perbedaan, bukan
membentuk nilai-nilai budaya di dalam masyarakat. pada persamaan dan keseragaman. Karena itu,
kesadaran sebagai negara-bangsa yang majemuk
Dalam RPJMN III Tahun 2015-2019, pembangunan harus ditanamkan sejak dini di dalam keluaga,
kebudayaan diarahkan untuk meningkatkan kualitas diperkuat di dalam sistem persekolahan, dan
sumber daya manusia, dengan memperkukuh terus dipupuk dan dirawat di dalam sistem sosial-
karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak kemasyarakatan. Untuk itu, dalam RPJMN IV Tahun
mulia, dinamis, dan berorientasi iptek. Pembangunan 2020-2024, upaya pembangunan kebudayaan
karakter juga menjadi agenda pembangunan dan karakter bangsa terus dilanjutkan yang tidak
nasional ke-8 yakni Melakukan Revolusi Karakter hanya bertumpu pada satuan pendidikan semata.
Bangsa, yang dalam pelaksanaannya bertumpu Pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa
pada pendidikan dalam sistem persekolahan dilaksanakan secara lebih holistik dan integratif
dan pendidikan masyarakat. Kebijakan ini melalui pemajuan kebudayaan, pendidikan
menempatkan pendidikan tidak hanya sebagai karakter dan budi pekerti, pendidikan agama dan
sarana transfer pengetahuan dan pengembangan etika, pendidikan kewargaan dan bela negara,
keterampilan belaka. Pendidikan juga sebagai peningkatan pemahaman, pengamalan, dan
strategi kebudayaan yang memfasilitasi individu penghayatan nilai agama, peningkatan peran
dan masyarakat, melalui suatu proses pembelajaran keluarga dan masyarakat, perlindungan perempuan
sepanjang hayat, untuk membentuk karakter dan anak, serta peningkatan budaya literasi dengan
yang baik, mengembangkan potensi dan talenta melibatkan segenap komponen bangsa.

118 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pembangunan 2015-2019

Indeks Pembangunan Masyarakat yang menunjukkan kohesivitas,


rasa saling percaya, gotong-royong, tolong-menolong, dan inklusi
sosial terus meningkat dari 0,55 pada tahun 2015 menjadi 0,59 pada
tahun 2016.

Indeks Pembangunan Kebudayaan yang menunjukkan antara


lain ketahanan sosial budaya, kebebasan berekspresi, pelestarian
warisan budaya, dan ekonomi budaya telah mencapai 53,61 pada
tahun 2018.

Indeks Kerukunan Umat Beragama yang menunjukkan tingkat


toleransi, kesetaraan dan kerja sama antarumat beragama
meningkat dari 75,36 pada tahun 2015 menjadi 75,47 pada tahun
2016, namun mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 72,27
yang antara lain diakibatkan oleh perubahan metodologi.

Keluarga yang memiliki pemahaman dan kesadaran tentang fungsi


keluarga baru mencapai 38 persen (SKAP 2018) dan tren perkara
perceraian meningkat dari 344.237 perkara pada tahun 2014 menjadi
365.633 perkara di tahun 2016 (Statistik Indonesia, 2017). Namun,
median usia kawin pertama perempuan terus meningkat dan hampir
mencapai usia menikah ideal, yaitu 21,8 tahun (SDKI 2017).

Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 119


Lingkungan dan Isu Strategis

Melemahnya Belum Optimalnya


Ketahanan Budaya Pemajuan
Bangsa Kebudayaan
Indonesia

Indonesia adalah negara-bangsa bercorak majemuk, Pembangunan merupakan upaya meningkatkan


memiliki keragaman suku, adat-istiadat, budaya, kemampuan dan keberdayaan warga negara
bahasa, dan agama. Kemajemukan ini dapat untuk menjalani kehidupan secara berkualitas
dijadikan modal dasar untuk mendorong Indonesia dan bermartabat. Untuk itu, pembangunan harus
tumbuh-kembang menjadi negara-bangsa yang kuat mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk
dan unggul. Indonesia juga perlu merespons arus kebudayaan. Indonesia sebagai negara-bangsa
globalisasi yang membawa dampak sangat luas, baik majemuk memiliki kekayaan budaya yang melimpah
sosial, budaya, ekonomi, maupun politik. Globalisasi ruah dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas
membuat pergaulan antarnegara semakin intensif, sampai Pulau Rote. Kekayaan ini bersumber
mobilitas manusia kian mudah dan cepat, serta dari nilai, adat istiadat, kearifan lokal, dan seni
pertukaran budaya antarbangsa kian longgar. Bila budaya yang tumbuh dan berkembang di tengah
tidak diantisipasi dengan baik, pertukaran budaya masyarakat. Kekayaan budaya tersebut jika dikelola
melalui globalisasi dapat melemahkan ketahanan dengan baik dapat menjadi kekuatan penggerak
budaya bangsa Indonesia. dan modal dasar pembangunan.

Pertukaran budaya global yang tidak disertai dengan Namun, kekayaan budaya belum dikembangkan
ketahanan budaya yang tangguh dapat menggerus dan dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Nilai kehidupan pembangunan nasional. Kontribusi ekspor ekonomi
masyarakat silih asah (saling bertukar pikiran), budaya terhadap total ekspor nasional masih rendah
silih asih (saling mengasihi), dan silih asuh (saling yaitu sebesar 13,77 persen (2016), dan kontribusi
menjaga dan melindungi) mulai memudar digantikan ekonomi budaya terhadap PDB juga masih
dengan sikap saling menghujat, saling mencurigai, rendah yaitu sebesar 7,44 persen atau Rp 922,59
dan saling membenci. Padahal nilai dan kearifan lokal triliun (2016). Belum optimalnya pendayagunaan
tersebut bila dilestarikan dan dikembangkan dengan kekayaan budaya menjadikan Indonesia sebagai
baik dapat digunakan untuk membangun relasi sosial konsumen budaya global. Sebagai negara adidaya
yang harmonis, dan memperkuat daya rekat sosial di bidang kebudayaan, Indonesia semestinya dapat
masyarakat. Untuk itu, diperlukan ketahanan budaya mempengaruhi arah perkembangan peradaban
bangsa agar dapat menjadi penyaring nilai-nilai dunia.
budaya asing yang tidak selaras dengan nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia.

120 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Masih Lemahnya
Belum Mantapnya
Pemahaman dan
Pendidikan Karakter
Pengamalan Nilai
dan Budi Pekerti
Agama

Pendidikan merupakan pilar kebangsaan Dalam kerangka pembangunan nasional agama


yang memiliki peran penting dalam dapat menjadi landasan spiritual, moral dan etika
menumbuhkembangkan semangat cinta tanah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai
air dan bela negara, membangun karakter dan dengan Sila Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang
meneguhkan jati diri bangsa, serta memperkuat Maha Esa, para founding fathers menempatkan nilai
identitas nasional. Pendidikan karakter dan budi agama sebagai landasan moralitas bangsa. Nilai-nilai
pekerti sebagai salah satu pusat dari proses agama dapat ditransformasikan untuk membentuk
pembentukan kepribadian anak didik sangat insan yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia,
diperlukan untuk membangun watak yang baik, berkepribadian luhur, dan bermanfaat bagi diri dan
memupuk mental yang tangguh, membina perangai lingkungannya. Namun karena masih lemahnya
yang lembut, dan menanamkan nilai-nilai kebajikan pemahaman dan pengamalan nilai agama, moralitas
yang selaras dengan prinsip-prinsip moral dan etika keagamaan tersebut belum dapat mengejawantah
yang hidup di dalam masyarakat. dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun pendidikan karakter dan budi pekerti belum Pelayanan keagamaan yang berkualitas dapat
sepenuhnya dapat mewujudkan lingkungan sekolah meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai
dan budaya belajar yang mampu menumbuhkan agama. Pelayanan keagamaan di tingkat kecamatan
kebiasaan perilaku yang baik. Hal ini tercermin dilakukan melalui Kantor Urusan Agama (KUA),
dari rendahnya indeks integritas sekolah dalam meskipun belum semua kecamatan memiliki KUA.
mengikuti Ujian Nasional, yakni masih 30 persen Sampai dengan saat ini baru 5.820 kecamatan
daerah yang memiliki indeks integritas UN rendah dari 7.094 kecamatan yang telah memiliki KUA.
(Kemdikbud, 2017). Pelajar pengguna Narkoba Pengembangan ekonomi umat dan sumber daya
juga masih tinggi, dari 3,3 juta pengguna Narkoba, keagamaan juga masih belum optimal. Berdasarkan
sebanyak 24 persen atau 810.267 orang pengguna kajian Institut Pertanian Bogor, Islamic Development
adalah pelajar (BNN, 2017). Selain itu kekerasan Bank, dan BAZNAS diperkirakan potensi zakat
fisik di kalangan pelajar juga masih marak terjadi, Indonesia mencapai Rp 217 triliun per tahun,
sekitar 32,7 persen pelajar pernah setidaknya satu namun zakat yang tercatat oleh BAZNAS baru
kali diserang secara fisik (SNKBS, 2015). mencapai Rp 6 triliun per tahun. Penyelenggaraan
jaminan produk halal dalam pelaksanaannya masih
terhambat oleh terbatasnya infrastruktur dan SDM,
dan masih rendahnya kesadaran pelaku usaha untuk
memperoleh sertifikat halal. Sementara kualitas
penyelenggaraan ibadah hasil terus meningkat,
yang ditandai dengan indeks kepuasan jamaah haji
pada tahun 2018 sebesar 85,23 atau naik 0,38 poin
dari tahun 2017.

Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 121


Belum kukuhnya
Rendahnya budaya
kerukunan umat
literasi
beragama

Indonesia adalah negara dengan suku bangsa, agama, Literasi merupakan faktor esensial dalam
dan kepercayaan yang beragam. Bila tidak dikelola dengan upaya membangun fondasi yang kokoh bagi
baik, keragaman tersebut dapat berisiko menimbulkan terwujudnya masyarakat berpengetahuan dan
konflik di antara warga negara maupun antarkelompok dan berkarakter. Literasi tidak hanya dimaknai
pemeluk agama. Gejala intoleransi yang mulai mengemuka sebagai kemampuan membaca, menulis
perlu mendapat perhatian serius agar tidak merusak dan berhitung belaka; literasi merupakan
semangat persatuan dalam kemajemukan. Sementara bentuk cognitive skills yang tercermin pada
itu, perkembangan teknologi dan informasi yang tidak kemampuan mengidentifikasi, memahami,
disertai dengan kearifan dan pengetahuan dapat memicu dan menginterpretasi informasi yang diperoleh
perselisihan yang berpotensi mengganggu kerukunan untuk ditransformasikan ke dalam kegiatan-
dan harmoni sosial. Pengamalan nilai-nilai agama secara kegiatan produktif yang memberi manfaat
baik bagi seluruh umat, yang disertai penghargaan dan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan. Literasi
penghormatan atas perbedaan, diharapkan dapat menjadi memiliki kontribusi positif dalam rangka
perekat dan pemersatu bangsa. membantu mengasah kepekaan dan tanggung
jawab sosial, membangun kepedulian dan
Berdasarkan data Indeks Kerukunan Umat Beragama penghargaan terhadap hasil karya orang lain,
menunjukkan penurunan dari 75,36 pada tahun 2015 menumbuhkan kreativitas dan inovasi, serta
menjadi 72,27 pada 2017. Berdasarkan indeks ini, meningkatkan keterampilan dan kecakapan
secara kualitatif kerukunan dan harmoni sosial yang sosial seperti komunikasi, negosiasi, kerja
menggambarkan toleransi, kesetaraan, dan kerja sama kelompok, dan relasi sosial yang baik.
antarumat juga terasa masih lemah. Untuk memperkukuh
kerukunan berbagai upaya terus dilakukan, antara lain Tingkat literasi suatu bangsa antara lain diukur
dengan memperkuat peran Forum Kerukunan Umat melalui budaya kegemaran membaca yang
Beragama (FKUB) di tingkat provinsi, kabupaten/kota, mencerminkan minat dan kemudahan akses
dan kecamatan sebagai wadah komunikasi dan dialog masyarakat untuk memperoleh informasi.
lintas iman untuk menyelesaikan persoalan kehidupan Tingkat literasi Indonesia masih sangat rendah,
beragama. berdasarkan data World’s Most Literate
Nations yang dilansir Central Connecticut
Selain itu, prinsip moderasi dan toleransi dalam beragama State University (CCSU), Indonesia menempati
juga diutamakan untuk meneguhkan kerukunan dalam peringkat ke-60 dari 61 negara paling literat.
kebhinekaan. Masyarakat Indonesia yang memeluk agama Sementara data BPS-Susenas MSBP 2015
beragam perlu mengembangkan wawasan dan sikap menunjukkan, masyarakat yang membaca
moderasi beragama, untuk membangun saling pengertian, surat kabar/majalah hanya sebesar 13,11
merawat keberagaman, dan memperkuat persatuan di persen, dan masyarakat yang membaca artikel/
antara umat beragama yang berbeda. Perspektif moderasi berita elektronik hanya sebesar 18,89 persen.
beragama merujuk pada pandangan bahwa umat
beragama harus mengambil jalan tengah (wasathiyyah)
dalam praktik kehidupan beragama

122 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Belum optimalnya
peran keluarga

Keluarga memiliki peran penting dalam


pembentukan karakter dan kepribadian individu dari
usia dini sampai dewasa. Penanaman karakter anak
dilakukan melalui pola pengasuhan dan pendidikan
dimanapun ia berada, baik di dalam keluarga inti,
keluarga besar, maupun institusi pengasuhan
alternatif. Keluarga juga berperan penting dalam
pembentukan karakter dan kepribadian pemuda
terutama untuk menginternalisasi nilai-nilai luhur
budaya bangsa dan mencegah perilaku berisiko.
Selanjutnya, perempuan sebagai seorang istri
dan ibu berpengaruh pada kualitas pengasuhan
dan pendidikan karakter anak di dalam keluarga.
Oleh karena itu, pembangunan keluarga perlu
dilaksanakan secara komprehensif dan ditangani
secara menyeluruh, meliputi ketahanan keluarga,
kesejahteraan keluarga, dan lingkungan keluarga
yang kondusif.

Indonesia memiliki 81.210.230 keluarga (SUPAS,


2015). Dari jumlah tersebut, sebanyak 76 persen
(61.75 juta) keluarga dengan kepala keluarga laki-
laki, dan 24 persen (19.45 juta) keluarga dengan
kepala keluarga perempuan. Saat ini, pembangunan
keluarga masih dihadapkan pada sejumlah
permasalahan antara lain: (a) meningkatnya
pernikahan usia anak; (b) meningkatnya angka
perceraian, sebesar rata-rata 3 persen pertahun
(Pengadilan Agama, 2017); dan (c) meningkatnya
angka kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu sebesar
7,1 persen kehamilan yang tidak direncanakan, dan
dianggap bukan waktu yang tepat oleh 1,3 persen
perempuan yang menikah (SUPAS, 2015).

Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 123


Sasaran, Target, dan Indikator

Semakin mantapnya ketahanan Meningkatnya kerukunan dan harmoni


budaya bangsa untuk membangun sosial kehidupan masyarakat, yang
karakter bangsa yang tangguh, ditandai dengan terus meningkatnya
kompetitif, berakhlak mulia, dan Indeks Kerukunan Umat Beragama yang
bermoral berdasarkan Pancasila, yang pada tahun 2017 sebesar 72,27.
ditandai dengan terus meningkatnya
Indeks Pembangunan Masyarakat yang
pada tahun 2016 sebesar 0,59 dan
Indeks Pembangunan Kebudayaan yang
pada tahun 2018 sebesar 53,61.

Meningkatnya ketahanan dan


kualitas keluarga, yang ditandai oleh
meningkatnya Indeks Pembangunan
Keluarga dari 50,03 pada tahun 2020
menjadi 54,03 pada 2024 dan Median
Usia Kawin Pertama Perempuan dari
21,8 (SDKI 2017) menjadi 22,1 pada
2024, serta angka perceraian yang terus
menurun sampai tahun 2024.

124 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Arah Kebijakan dan Strategi
1. Revitalisasi revolusi mental dan pembinaan d.
Pembinaan Ideologi Pancasila,
ideologi Pancasila untuk memperkukuh pendidikan kewargaan, wawasan
ketahanan budaya bangsa dan membentuk kebangsaan, dan bela negara untuk
mentalitas bangsa yang maju, modern, dan menumbuhkan jiwa nasionalisme dan
berkarakter, melalui: patriotisme, mencakup: (a) pembinaan
a. Pemantapan pendidikan agama, karakter ideologi Pancasila, penguatan pendidikan
dan budi pekerti untuk memperkuat nilai kewargaan, dan nilai-nilai kebangsaan di
integritas, etos kerja, dan gotong royong, kalangan anak muda melalui media sosial
mencakup: (a) pengembangan budaya dan satuan pendidikan; (b) peningkatkan
belajar dan lingkungan sekolah yang peran dan fungsi Badan Pembinaan
menyenangkan dan bebas dari kekerasan Ideologi Pancasila sebagai perumus
(bullying free school environment); dan kebijakan umum pembinaan ideologi
(b) penguatan pendidikan agama dan Pancasila; dan (c) harmonisasi dan evaluasi
etika (c) peningkatan kepeloporan dan peraturan perundang-undangan yang
kesukarelawanan pemuda; dan (d) bertentangan dengan ideologi Pancasila.
pengembangan pendidikan kepramukaan.
e. Pengembangan, pembinaan, dan
b. Penguatan budaya birokrasi yang pelindungan Bahasa Indonesia
bersih, melayani, dan responsif terhadap dan bahasa daerah, mencakup: (a)
perubahan dan perkembangan jaman, penyelenggaran uji kompetensi Bahasa
mencakup: (a) pengembangan inovasi Indonesia bagi penyelenggara negara;
pelayanan publik yang cepat, efektif, dan (b) penggunaan Bahasa Indonesia dalam
efisien; dan (b) penerapan disiplin, reward forum-forum kenegaraan di tingkat nasional
dan punishment, dan sistem merit dalam dan internasional; dan (c) peningkatan
birokrasi. penggunaan bahasa daerah dalam proses
pembelajaran di sekolah.
c. Penguatan ketahanan, kualitas dan
peran keluarga dan masyarakat dalam 2. Meningkatkan pemajuan dan pelestarian
pembentukan karakter sejak usia kebudayaan untuk memperkuat karakter dan
dini, mencakup: (a) penyelenggaraan memperteguh jati diri bangsa, meningkatkan
pembangunan keluarga yang holistik kesejahteraan rakyat, dan mempengaruhi
dan integratif sesuai siklus hidup, arah perkembangan peradaban dunia, melalui:
karakteristik wilayah dan target sasaran; a. Pengembangan revitalisasi dan
dan (b) Penguatan fungsi-fungsi keluarga aktualisasi nilai budaya dan kearifan
dalam menjaga nilai-nilai keluarga untuk lokal, mencakup: a) pengembangan
kesinambungan antargenerasi; dan nilai budaya dan kearifan lokal untuk
(c) penyiapan kehidupan berkeluarga memperkuat kohesi sosial, kerukunan,
dan kecakapan hidup di era digitalisasi toleransi, gotong-royong, dan kerja sama
informasi. antarwarga; (b) peningkatan akses dan

Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 125


kualitas pelayanan museum, arsip, dan dan rumah budaya Indonesia; dan (c)
perpustakaan; dan (c) pelestarian dan peningkatan peran Indonesia dalam forum-
pengembangan manuskrip sebagai forum internasional bidang kebudayaan.
sumber nilai budaya dan sejarah bangsa.
3. Memperkuat moderasi beragama untuk
b. Pengembangan dan pemanfaatan mengukuhkan toleransi, kerukunan dan
kekayaan budaya untuk memperkuat harmoni sosial , melalui:
karakter bangsa dan kesejahteraan a. Penguatan praktik beragama dalam
rakyat, mencakup: ((a) pengembangan perspektif jalan tengah (wasathiyyah)
produk seni, budaya, dan film; (b) untuk memantapkan persaudaraan
penyelenggaraan festival budaya dan dan kebersamaan di kalangan umat
membangun opera berkelas internasional; beragama, mencakup: (a) peningkatan
(c) pengelolaan cagar budaya untuk kualitas penyuluhan agama yang inklusif;
meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan (b) pengembangan kurikulum pendidikan
(d) pengelolaan dana abadi kebudayaan/ agama yang berperspektif moderat;
dana perwalian kebudayaan yang (c) pertukaran pelajar, mahasiswa, dan
terintegrasi dan terencana.. pemuda lintas budaya, lintas agama, dan
lintas suku bangsa.
c. Pelindungan hak kebudayaan dan
kebebasan ekspresi budaya untuk b. Penguatan harmoni dan kerukunan umat
memperkuat kebudayaan yang inklusif, beragama, mencakup: (a) sinkronisasi dan
mencakup: (a) pengembangan wilayah harmonisasi peraturan perundangan terkait
adat sebagai pusat pelestarian budaya kerukunan umat beragama; (b) perkuatan
dan lingkungan hidup; (b) pemberdayaan peran lembaga agama, tokoh agama, tokoh
masyarakat adat dan komunitas budaya; masyarakat, ASN, TNI, dan Polri sebagai
dan (c) perlindungan kekayaan budaya perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
komunal dan hak cipta. dan (c) perkuatan Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB), dan ruang dialog lintas
d. Pengembangan budaya bahari dan agama dan budaya untuk membangun
sumber daya maritim, mencakup: solidaritas sosial, toleransi, dan gotong
(a) revitalisasi jalur rempah; dan (b) royong.
pelindungan dan pemanfaatan potensi
kekayaan laut. c. Peningkatan kualitas pelayanan
keagamaan, mencakup: (a) peningkatan
e. Pengembangan diplomasi budaya fasilitasi pelayanan keagamaan; (b)
untuk memperkuat pengaruh Indonesia peningkatan pelayanan bimbingan
dalam perkembangan peradaban dunia, keluarga; (c) Penguatan penyelenggaraan
mencakup: (a) Pengembangan diplomasi jaminan produk halal; dan (d) peningkatan
budaya melalui pengembangan bahasa kualitas penyelenggaran haji dan umrah.
Indonesia sebagai bahasa internasional,
muhibah seni budaya, dan kuliner d. Pengembangan ekonomi umat dan
nusantara; (b) penguatan pusat studi sumber daya keagamaan, mencakup: (a)

126 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
pemberdayaan dana keagamaan; dan (b) budaya riset sejak usia dini; dan (b)
pengembangan kelembagaan ekonomi pengembangan industri kreatif berbasis
umat; dan (c) pengelolaan dana haji secara inovasi.
profesional, transparan, dan akuntabel.
c. Peningkatan kreativitas dan daya
4. Meningkatkan literasi, inovasi, dan cipta, mencakup: (a) penguatan model
kreativitas bagi terwujudnya masyarakat pembelajaran discovery and inquiry
berpengetahuan, dan berkarakter, melalui: learning, (b) pengembangan budaya
a. Peningkatan budaya literasi, mencakup: produksi; dan (c) pengembangan
(a) pengembangan budaya kegemaran kreativitas pemuda berbasis potensi
membaca; (b) pengembangan perbukuan daerah.
dan penguatan konten literasi; dan (c) d. Penguatan institusi sosial penggerak
peningkatan akses dan kualitas layanan literasi dan inovasi, mencakup: (a)
perpustakaan berbasis inklusi sosial. pengembangan library supporter; dan
(b) pengembangan inovasi sosial dan
b. Pengembangan budaya Iptek dan filantropi.
inovasi, mencakup: (a) peningkatan

Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa 127


MEMPERKUAT
INFRASTRUKTUR
UNTUK MENDUKUNG
PEMBANGUNAN EKONOMI
& PELAYANAN DASAR
Pendahuluan

6
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan infrastruktur merupakan salah


satu pilihan strategis dalam rangka mempercepat
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia.
Perhatian pemerintah di bidang infrastruktur pada
beberapa tahun terakhir telah berkontribusi pada
peningkatan kualitas infrastruktur di Indonesia.
Namun demikian, daya saing infrastruktur Indonesia
masih perlu terus ditingkatkan. The Global
Competitiveness Report tahun 2018 menempatkan
posisi daya saing infrastruktur di posisi 71, masih
tertinggal jika dibandingkan negara ASEAN
lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Beberapa hal yang masih memerlukan percepatan
antara lain pembangunan infrastruktur penggerak
ekonomi, pemerataan pelayanan dasar di seluruh
Indonesia, dan pembangunan infrastruktur untuk
menopang perkembangan berbagai kota seiring
dengan urbanisasi di Indonesia. Untuk itu pada
periode 2020-2024, pembangunan infrastruktur
akan diprioritaskan pada tiga fokus utama, yaitu
Infrastruktur untuk Pemerataan Pembangunan,
Infrastruktur untuk Pembangunan Ekonomi, dan
Infrastruktur untuk Pembangunan Perkotaan.
Pembangunan pada ketiga fokus utama tersebut
akan ditopang oleh pembangunan energi,
ketenagalistrikan, dan pelaksanaan transformasi

130 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
digital, dan mengedepankan ketangguhan bencana,
kesetaraan gender, tata kelola pemerintahan yang
baik, pembangunan berkelanjutan, serta modal
dan sosial budaya sebagai pengarusutaman dalam
kerangka pembangunan infrastruktur 2020-2024.

Dalam upaya mencapai target pertumbuhan


PDB skenario menengah dalam RPJMN 2020-
2024, kebutuhan belanja infrastruktur diperkirakan
mencapai Rp 6.421 Triliun atau rata-rata 6,08 persen
dari PDB (perhitungan sementara), sehingga stok
kapital infrastruktur akan mencapai 50 persen dari
PDB di tahun 2024. Namun demikian, kemampuan
penyediaannya hanya sebesar 3,46 persen dari
PDB, sehingga terhadapat gap cukup signifikan
dalam pendanaan infrastruktur. Untuk itu diperlukan
upaya kreatif untuk mendorong peran serta investasi
masyarakat dan badan usaha melalui skema
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
(KPBU) dan Pembiayaan Investasi Non-Anggaran
Pemerintah (PINA). Selain itu, Pemerintah juga akan
melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan
kapasitas pendanaan infrastruktur, seperti review
kebijakan tarif, peningkatan kapasitas fiskal dan
realokasi belanja pemerintah.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 131
Capaian Pembangunan RPJMN 2015-2019

52
Peringkat kualitas infrastruktur
Indonesia di 2017 yang naik dari
62 di 2015

Global Competitiveness index

36 Indonesia di 2017 membaik


dari capaian 2015 yang di
peringkat 37

Rasio Elektrifikasi 2018 yang


meningkat dari 2015 yang
hanya 88,3%
98,3%

46
Peringkat logistik Indonesia
membaik di 2018 jika
dibandingkan tahun 2016 (63)

Indeks Kualitas Lingkung (IKLH)


tahun 2017 yang meningkatkan
dibandingkan tahun 2013 66,19%
(63,20%)

132 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pembangunan infrastruktur merupakan salah produktivitas irigasi), serta keselamatan dan
satu prioritas yang mendapatkan penekanan keamanan transportasi; pembangunan infrastruktur
pada periode RPJMN 2015-2019. Pembangunan konektivitas, dan didukung dengan pembangunan
infrastruktur dasar seperti perumahan dan infrastruktur ketenagalistrikan serta teknologi
permukiman, sumberdaya air (penyediaan air baku informasi dan komunikasi dilakukan secara masif
untuk air bersih dan peningkatan pendapatan dalam dan merata sebagaimana disajikan infografis
Indeks Pembangunan Manusia melalui peningkatan berikut:

Perumahan dan Permukiman

38,3% 74,58% 61,29%


Persentase RT Persentase RT Yang Persentase RT Yang
Yang Menempati Memiliki Akses Memiliki Akses Air
Rumah Layak Sanitasi Layak dan Minum Layak 2018
Huni 2018 Aman 2018

Sebagai salah satu sasaran dari Tujuan Pembangunan minum layak tercatat sebesar 61,29 persen, termasuk
Berkelanjutan, proporsi rumah tangga yang memiliki di dalamnya 20,14 persen memiliki akses air minum
akses terhadap rumah layak huni pada tahun 2018 perpipaan, dan akses sanitasi (air limbah) layak dan
telah mencapai 38,3 persen atau meningkat sekitar aman tercatat sebesar 74,58 persen, termasuk di
4 persen dari tahun 2015. Peningkatan tersebut dalamnya terdapat akses sanitasi (air limbah) aman
salah satunya disumbang oleh peningkatan akses sebesar 7,42% (Susenas 2018, diolah Bappenas
air minum dan sanitasi layak. Pada tahun 2018, berdasarkan definisi SDGs)..
persentase rumah tangga yang memiliki akses air

Sumber Daya Air


0,99 juta Ha Irigasi Baru*
29 24,9
m3/detik
Bendungan
Baru*
tambahan kapasitas
air baku** 2,9 juta Ha Rehabilitasi
Irigasi Eksisting*

*capaian sd 2019 **capaian sd 2018

Dalam rangka peningkatan kehandalan lahan sawah beririgasi di Indonesia dapat dilayani
penyediaan air, 29 buah bendungan ditargetkan oleh waduk. Selain itu dalam rangka mendukung
selesai dibangun akhir tahun 2019 sebagai bagian ketahanan pangan nasional, pada periode yang
dari rencana pembangunan 65 bendungan 2015- sama telah dibangun 0,99 juta ha irigasi baru dan
2019, sehingga kapasitas tampung per kapita rehabilitasi pada 2,9 juta ha irigasi eksisting. Selain
meningkat menjadi 59,91 m3/detik. Dengan itu, tambahan kapasitas air baku sebesar 24,9
tambahan bendungan baru sampai dengan 2019 m3/detik juga berhasil disediakan dalam upaya
tersebut, layanan air irigasi untuk 12,5 persen mendukung akses air minum universal.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 133
Keselamatan dan Keamanan Keselamatan Transportasi

Indek Fatalitas Rasio kejadian kecelakaan Rasio kejadian kecelakaan Rasio kejadian kecelakaan
Keselamatan Jalan 2017: pelayaran 2017: kereta api 2017: penerbangan 2017:

2,17 0,48 0,26 1,22


Kinerja keselamatan transportasi jalan selama keselamatan transportasi yang lain (darat, laut
periode 2015-2019 mengalami peningkatan dan udara) juga mengalami peningkatan dimana
ditandai dengan Indeks Fatalitas Keselamatan Jalan rasio kejadian kecelakaan pada jenis transportasi
Tahun 2017 mencapai 2,17 per 10.000 kendaraan tersebut pada tahun 2017 sudah jauh menurun
yang diikuti dengan penurunan proporsi jumlah dibandingkan pada tahun 2010.
kecelakaan meninggal dan luka berat. Kinerja

Aksesibilitas Daerah 3T, Daerah Rawan Bencana, dan Daerah Terisolir

Capaian pembangunan jalan perbatasan


periode 2015-2018, meliputi :

Jalan Pararel Jalan Perbatasan Jalan


Perbatasan Kalimantan Nusa Tenggara Timur Perbatasan Papua

• Total Panjang : 1.921 km • Total Panjang : 176,2 km • Total Panjang : 1.287 km


• Jalan Tembus : 1.692 km • Jalan Tembus : 176,2 km • Jalan Tembus : 1.098 km
• Jalan Belum Tembus : 229 km • Jalan Belum Tembus : 0 km • Jalan Belum Tembus : 189 km

134 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pengembangan bandara di perbatasan,
di daerah rawan bencana, dan di daerah
terisolir periode 2015-2018,meliputi:

24 Bandara di
Daerah Perbatasan 56 Bandara di
Daerah Rawan Bencana 48 Bandara pembuka
Daerah Terisolir

Capaian Transportasi Perintis


periode 2015-2018

296 222 8 134 239


Trayek Trayek Trayek
Angkutan Trayek Trayek Angkutan Angkutan
Jalan ASDP Kereta Api Laut Udara

Dalam rangka pelaksanaan prioritas membangun rawan bencana, perbatasan dan daerah terisolir
Indonesia dari pinggiran, Pemerintah telah untuk membuka aksesibilitas daerah disamping
membangun jalan paralel perbatasan di Kalimantan, penyediaan layanan transportasi perintis melalui
Papua dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu subsidi pada 899 trayek angkutan (jalan, SDP, KA,
128 bandara juga telah dibangun di daerah Laut dan udara).

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 135
Konektivitas
Laut

*Capaian 2018

120 18
Fasilitas Rute Angkutan
Pelabuhan Barang Tol Laut

Udara Darat

6 Bandara
Baru 3.387 km Jalan
Baru* 94% Kondisi Mantap
Jalan 2019
BRT di
38 Kota*

*Capaian 2019

88% On Time
Performance 947 km
Jalan Tol Baru* 1.147 km Jalan
KA Baru* 4 KA
Perkotaan*

*Capaian 2018 *Capaian 2018

136 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Dalam rangka peningkatan konektivitas wilayah, yang hanya sebesar 63 persen. Selain itu, dalam
18 rute konektivitas tol laut telah dibangun pada rangka penguatan konektivitas jalur utama logistik,
periode 2015-2018 dan ditunjang pembangunan telah dibangun 3.387 km jalan baru, 947 km jalan
fasilitas pelabuhan di 120 lokasi (tersebar di tol baru, dan 1.147 km jalur KA baru. Dalam upaya
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTT untuk memperkuat konektivitas multimoda dan
dan Papua). Peningkatan konektivitas wilayah antarmoda, juga telah dilakukan penerapan Bus
juga dilakukan dengan pembangunan 14 bandara Rapid Transit di 38 lokasi (antara lain Trans Pakuan,
baru yang ditargetkan selesai pada 2019. Hal Trans Jogja, Trans Batam, Trans Metro Bandung dan
tersebut juga didukung dengan peningkatan Trans Jakarta) serta pembangunan KA perkotaan di
kinerja pelayanan transportasi udara dimana on 4 lokasi (KA Bandara Kualanamu-Medan, KA Akses
time performance pada tahun 2018 mencapai 88 Bandara International Minangkabau, KA Bandara
persen telah melampaui rata-rata dunia saat ini Soekarno-Hatta dan LRT Sumatera Selatan).

Energi Ketenagalistrikan

Rasio Elektifikasi Konsumsi Listrik

98,30% 1.064 kWh/


Kapita
Kapasitas
Pembangkit 62,4 GW Bauran EBT di
Pembangkitan 12,4%

Implementasi Program Lampu Tenaga Surya kapita dengan kapasitas pembangkit mencapai
Hemat Energi (LTSHE), pengembangan jaringan 62,4 GW. Sedangkan bauran EBT di pembangkitan
distribusi oleh PT PLN dan swadaya masyarakat telah mencapai 12,4 persen pada 2018. Penyediaan
serta pembangunan energi skala kecil melalui energi bersih untuk memasak dioptimalkan melalui
Dana Alokasi Khusus (DAK) telah mendukung pembangunan infrastruktur jaringan gas kota
pencapaian rasio elektrifikasi sebesar 98,30 persen dengan capaian hingga 2018 sebesar 463.619
pada kuartal IV 2018. Pada periode yang sama, Sambungan Rumah.
konsumsi listrik juga telah mencapai 1.064 kWh/

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 137
Teknologi Informasi Dan Komunikasi

54,68%
Penetrasi Pengguna
Internet 2017

Seluruh Ibukota Kabupaten/Kota Tersambung


Jaringan Tulang Punggung Pita Lebar

Daerah Nonkomersial
95,7% *

1.086
492 kab/kota BTS di 110
telah terjangkau Kabupaten
jaringan 4G

97,1%
499 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 3G
* berdasarkan sebaran BTS

82,3% **
4.111 akses internet broadband
di 386 Kabupaten

423 kab/kota
telah terjangkau
jaringan 4G

88,5%
455 kab/kota
** berdasarkan wil. administrasi telah terjangkau
terjangkau sinyal 100% atau jaringan 3G
permukiman terjangkau > 50%

Sampai dengan 2019, seluruh ibukota kabupaten Palapa Ring. Peningkatan konektivitas digital ini
dan kota telah tersambung dengan jaringan tulang juga diikuti dengan semakin meluasnya jangkauan
punggung pita lebar yang dibangun bersama- jaringan seluler ke seluruh Indonesia dimana 95,7
sama oleh operator telekomunikasi serta kerjasama persen wilayah telah terjangkau jaringan 4G.
Pemerintah dan Badan Usaha melalui proyek

138 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Lingkungan dan Isu Strategis

Lingkungan Strategis
Pembangunan infrastruktur 2020-2024 akan
dihadapkan pada beberapa dinamika lingkungan
strategis baik yang dipengaruhi situasi dalam
negeri maupun tuntutan agenda global. RPJMN
2020-2024 yang merupakan periode terakhir untuk
memastikan seluruh amanat RPJPN 2005-2025
juga menjadi langkah awal dari upaya perwujudan
Visi Indonesia 2045. Di sisi lain, pada periode ini
juga merupakan bagian dari upaya pemenuhan
rencana aksi global untuk mengurangi kemiskinan
dan kesenjangan, serta menjamin keberlanjutan
lingkungan sebagaimana tercantum dalam Agenda
2030 untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Berbagai lingkungan strategis ini kemudian menjadi
bagian kerangka pembangunan infrastruktur 2020- infrastruktur harus diarahkan untuk mewujudkan
2024. konektivitas antarwilayah baik secara fisik maupun
virtual, menyediakan layanan dasar bagi masyarakat,
Visi Indonesia 2045 menciptakan pemerataan pembangunan dan
sekaligus sebagai upaya antisipasi bencana dan
Menjelang 100 tahun kemerdekaan Indonesia perubahan iklim.
pada tahun 2045, Indonesia diproyeksikan menjadi
negara berpendapatan tinggi dan menjadi peringkat Sasaran Pembangunan
kelima negara dengan PDB terbesar di dunia. Untuk
Berkelanjutan (Sustainable
memastikan gambaran tersebut dapat terwujud,
Visi Indonesia Tahun 2045 menetapkan empat pilar
Development Goals/SDGs)
pembangunan sebagai tahapan dan prasyarat Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen
yang harus dilalui oleh bangsa Indonesia, terdiri yang kuat dalam upaya pencapaian Agenda
dari: (i) Pembangunan manusia serta penguasaan Pembangunan Global dengan mengaitkan
ilmu pengetahuan dan teknologi; (ii) Pembangunan sebagian besar target dan indikator Tujuan
ekonomi berkelanjutan; (iii) Pemerataan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
pembangunan; serta (iv) Pemantapan ketahanan Development Goals-SDGs) ke dalam dokumen
nasional dan tata kelola pemerintahan. Salah satu perencanaan pembangunan nasional. Terdapat
kunci untuk mewujudkan pilar pembangunan 169 indikator yang tersebar pada 17 Tujuan
ketiga “Pemerataan Pembangunan” tersebut Pembangunan Berkelanjutan telah diintegrasikan
adalah melalui “Pembangunan Infrastruktur yang ke dalam penyusunan RJPMN 2020-2024, dimana
Merata dan Terintegrasi” dimana pembangunan pembangunan infrastruktur akan berkontribusi

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 139
langsung pada beberapa tujuan berkelanjutan Kerangka Infrastruktur 2020-2024
antara lain seperti: (i) pembangunan waduk irigasi Pembangunan infrastruktur pada periode 2020-
dan jaringan irigasi yang sejalan dengan upaya 2024 akan difokuskan pada tiga kerangka utama
Tujuan 2 “Tanpa Kelaparan”; (ii) pengembangan (Infrastruktur Pelayanan Dasar, Infrastruktur
sistem penyediaan air minum dan pembangunan Ekonomi, dan Infrastruktur Perkotaan) yang
prasarana sanitasi komunal untuk mendukung ditopang dengan pembangunan energi dan
pencapaian Tujuan 6 “Air Bersih dan Sanitasi ketenagalistrikan serta pelaksanaan transformasi
Layak”; (iii) pembangunan prasarana energi dan digital. Pembangunan infrastruktur untuk pelayanan
ketenagalistrikan yang akan memberikan dampak dasar diprioritaskan untuk memastikan pemerataan
pada upaya pemenuhan Tujuan 7 “Energi Bersih pembangunan di seluruh wilayah Indonesia dalam
dan Terjangkau”; dan (iv) penyediaan perumahan rangka mengurangi ketimpangan antarwilayah.
dan permukiman, pengembangan konektivitas dan Cakupan infrastruktur pelayanan dasar yang akan
transportasi nasional dalam rangka pencapaian dibangun antara lain penyediaan hunian layak yang
Tujuan 9 “Industri, Inovasi dan Infrastruktur” ditopang dengan sistem penyediaan air minum dan
dan Tujuan 11 “Kota dan Permukiman Yang sanitasi, peningkatan layanan jaringan on grid dan
Berkelanjutan”. off grid untuk akses ketenagalistrikan, penyediaan
layanan telekomunikasi dan internet untuk fasilitas
RPJPN 2005-2025 umum (fasum), pengembangan sistem keselamatan
lalu lintas, penyediaan pelayanan transportasi
Sejalan dengan tahapan yang diamanatkan perintis (darat, laut dan udara) serta pembangunan
RPJPN tahun 2005-2025, RPJMN 2020-2024 waduk multi-purpose dan irigasi. Di sisi lain,
ditujukan untuk mewujudkan masyarakat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur ekonomi akan difokuskan pada pembangunan
melalui percepatan pembangunan di berbagai sarana dan prasarana transportasi, ketenagalistrikan
bidang dengan menekankan terbangunnya dan energi, teknologi informatika dengan kapasitas
struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan besar dan berkecepatan tinggi untuk pengoperasian
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang Big Data, Internet of Things (IoT) maupun artificial
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. intelligence (AI). Sementara itu pembangunan
Pada periode ini struktur perekonomian diharapkan infrastruktur untuk perkotaan mencakup peningkatan
sudah semakin maju dan kokoh ditandai dengan sarana dan prasarana yang akan menunjang
daya saing perekonomian yang kompetitif dan kenyamanan hidup di kota seperti pembangunan
berkembangnya keterpaduan antara industri, angkutan umum massal, pembangunan jaringan
pertanian, kelautan dan sumber daya alam, dan pipa gas kota, pipa air minum dan sanitasi serta
sektor jasa. Kondisi berbangsa dan bernegara juga pengelolaan limbah. Pembangunan infrastruktur
sudah semakin maju dan sejahtera yang didukung pada periode ini juga akan memberikan penekanan
oleh diselenggarakannya jaringan transportasi, pada pengarusutamaan ketangguhan bencana,
telekomunikasi dan informatika, elektrifikasi, kesetaraan gender, tata kelola pemerintahan yang
sanitasi dan air bersih serta irigasi yang andal baik, pembangunan berkelanjutan, serta modal dan
bagi seluruh masyarakat dan menjangkau seluruh sosial budaya. Melalui kerangka pembangunan
wilayah NKRI. Dengan demikian, kebutuhan infrastruktur tersebut, tujuan pembangunan nasional
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan menuju negara yang makmur dan sejahtera
sarana pendukung dapat terpenuhi dan kota tanpa diharapkan dapat terwujud.
permukiman kumuh dapat diwujudkan.

140 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Isu dan Tantangan

Infrastruktur Pelayanan Dasar

Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman Layak,


Aman dan Terjangkau

Keterbatasan akses perumahan dan permukiman serta disalurkan oleh lembaga penyalur KPR yang
yang layak, aman, dan terjangkau. beragam. Kebijakan pemerintah melalui pemberian
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan kemudahan dan bantuan perumahan berupa
dasar manusia yang dijamin dalam Pasal 28(h) subsidi dan bantuan stimulan pembangunan rumah
Undang-Undang Dasar 1945, namun dukungan belum berjalan optimal dan berkelanjutan, karena
pemerintah untuk pemenuhannya masih tertinggal skema subsidi saat ini masih bersifat regresif dan
dari sektor pendidikan dan kesehatan. Sebagai sangat bergantung pada ketersediaan anggaran
investasi terbesar rumah tangga, perumahan pemerintah.
memerlukan fasilitas pembiayaan terutama bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Cakupan akses Pada sisi pasokan, rumah yang terjangkau bagi
pembiayaan perumahan masih belum optimal, masyarakat berpenghasilan rendah menengah
dimana rasio KPR terhadap PDB Indonesia masih ke bawah cenderung tersebar dan menjauh dari
dibawah 3 persen (2017) dan cukup tertinggal pusat kota sehingga menyebabkan urban sprawl.
dibandingkan Malaysia (38,4 persen). Selain Kondisi tersebut disebabkan oleh terbatasnya
itu, fasilitasi pembiayaan tersebut belum dapat sistem penyediaan alokasi ruang dan lahan
diakses secara luas bagi pekerja informal dan untuk perumahan, penyediaan infrastruktur
yang membangun rumah secara swadaya. Kondisi dasar permukiman yang belum memadai,
tersebut disebabkan oleh belum mapannya sistem manajemen perkotaan yang belum efektif, serta
pembiayaan perumahan untuk memproduksi KPR tidak terintegrasinya perumahan dengan sistem
berisiko rendah dengan jumlah besar, berkelanjutan, transportasi publik. Pada sisi lain, masih terdapat

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 141
61,7 persen rumah tangga yang menempati hunian dialokasikan untuk pengembangan sektor sanitasi.
tidak layak berdasarkan empat aspek kelayakan Alokasi APBD kabupaten/kota rata-rata untuk air
dalam ketahanan bangunan, luas lantai per kapita, minum hanya sebesar Rp. 7 Milyar, sementara itu
air minum, dan sanitasi dimana sebagian diantaranya DAK sebagai skema pendanaan alternatif belum
menempati permukiman kumuh. Kondisi tersebut mampu dioptimalkan. Keterbatasan kapasitas juga
diperparah dengan belum optimalnya pembinaan terjadi dari sisi perencanaan dan kelembagaan.
dan pengawasan mengenai keandalan bangunan Penanganan perumahan masih diartikan sebatas
dalam pengurangan risiko terhadap bencana, pada peningkatan kualitas rumah dalam bentuk
serta tertib bangunan untuk mencegah tumbuhnya bedah rumah, padahal fasilitasi penyediaan
permukiman kumuh. perumahan juga mencakup perbaikan delivery
system dari sisi supply dan demand, dimulai dari
Rendahnya kapasitas daerah, pengelola dan pengadaan tanah, perizinan, pembangunan, hingga
lembaga penyelenggara untuk pengembangan meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas
layanan dasar permukiman. pembiayaan. Dari sisi kelembagaan, rendahnya
Minimnya alokasi APBD diperkirakan dapat kapasitas penyelenggara dan kelembagaan sistem
mempengaruhi operasional layanan, serta terlihat dari belum optimalnya kinerja penyelenggara
berkontribusi terhadap pencapaian akses masyarakat layanan dasar. Permasalahan fungsi regulator dan
terhadap layanan dasar. Alokasi anggaran untuk operator layanan dasar juga masih terjadi di daerah.
program perumahan dan permukiman masih sangat Sebagai contoh, baru 102 kabupaten/kota yang sudah
sedikit. Laporan Urban Sanitation Development memiliki Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), dan
Program tahun 2017 menemukan bahwa di 11 kabupaten/kota yang berbentuk Badan Usaha
setengah dari 49 kabupaten/kota (di 9 provinsi) Milik Daerah (BUMD) terkait pengelolaan layanan air
hanya kurang dari 2 persen dari total APBD yang limbah domestik.

142 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Belum optimalnya implementasi kebijakan tersebut. Sedangkan untuk bidang perumahan dan
pemerintah terkait penyediaan layanan dasar permukiman, terdapat Rencana Pembangunan
permukiman yang terlihat dari masih rendahnya dan Pengembangan Perumahan dan Kawsan
akses masyarakat terhadap layanan dasar. Permukiman (RP3KP), Rencana Pencegahan dan
Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
belum terintegrasinya perencanaan baik antara (RP2KP-KP), dan Rencana Kawasan Permukiman
masing-masing rencana sektoral, antara rencana (RKP). Dokumen perencanaan yang telah disusun
sektoral dengan rencana pembangunan daerah perlu disinergikan baik secara program, kegiatan,
dan rencana tata ruang. Sinkronisasi perencanaan dan pendanaannya dengan melibatkan sektor dan
dan implementasi turut dipersulit oleh banyaknya pemangku kepentingan terkait (pemerintah pusat,
dokumen perencanaan yang dikeluarkan oleh daerah, swasta, dan masyarakat).
berbagai instansi, baik di tingkat nasional, provinsi,
maupun kabupaten/kota, dan belum terdapat Belum optimalnya peningkatan akses sanitasi
referensi dokumen perencanaan sektoral tunggal. (air limbah) layak dan aman.
Sebagai contoh, terdapat dokumen Rencana Aksi Tantangan terbesarnya adalah rendahnya demand
Daerah (RAD), Rencana Induk Pengembangan masyarakat yang ditunjukkan dengan masih tingginya
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi persentase perilaku buang air besar sembarangan
Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), dan Kebijakan (BABS) di tempat terbuka, yaitu sebesar 9,36 persen
dan Strategis (Jakstra) untuk perencanaan bidang atau sekitar 25 juta jiwa, membuat Indonesia berada
air minum dan sanitasi. Walaupun 414 kabupaten/ di peringkat 3 di dunia untuk angka BABS di tempat
kota sudah menyusun dokumen tersebut, namun terbuka terbesar. Selain itu, terdapat idle capacity
belum terlihat adanya peningkatan akses air minum dalam operasionalisasi Instalasi Pengolahan Air
dan sanitasi yang signifikan pada kabupaten/kota Limbah Skala Kota sebesar 36,3 persen, yang

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 143
disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat
untuk menyambung pada sistem pengelolaan air
limbah domestik (SPALD) terpusat. Untuk SPALD
setempat, implementasi Sistem Pengelolaan
Lumpur Tinja masih yang rendah berkontribusi
pada lambatnya peningkatan akses aman. Hal ini
terlihat dari keberfungsian 272 Instalasi Pengolahan
Lumpur Tinja (IPLT) yang sudah terbangun hingga
tahun 2018, hanya delapan IPLT yang teridentifikasi
beroperasi secara optimal.

Belum optimalnya peningkatan akses air minum


layak dan aman.
Tantangan penyediaan air minum dari sisi supply
adalah masih rendahnya kinerja dan kapasitas
penyelenggara SPAM dalam memberikan
pelayanan air minum yang ditunjukkan dengan:
(1) masih rendahnya cakupan layanan perpipaan
yang saat ini baru mencapai 20,29 persen, dan
(2) persentase PDAM yang sehat baru mencapai
59,6 persen. PDAM masih terkendala dengan
sistem pengelolaan aset yang belum memadai
yang mengakibatkan tingginya tingkat kehilangan
air (Non-Revenue Water/NRW) yaitu sebesar 33
persen. Idle capacity dari unit distribusi menuju
sambungan rumah tangga masih tergolong tinggi,
yaitu sebesar 57 m3/detik. Sementara itu, tarif air
minum yang diterapkan saat ini tergolong rendah
sehingga masih banyak PDAM yang belum mampu
menerapkan tarif Full Cost Recovery (FCR). Hal
ini juga mengakibatkan PDAM sulit melakukan
pengembangan bisnisnya. Sedangkan tantangan
dari sisi demand, adalah kurangnya kesadaran
masyarakat dalam mengakses air minum layak
dan aman, rendahnya kesadaran masyarakat
untuk mau membayar air (willingness to pay), serta
rendahnya penerapan perilaku hemat air oleh
masyarakat yang terlihat dari tingginya nilau rata-
rata pemakaian air PDAM oleh masyarakat yaitu
sekitar 147 L/orang/hari.

144 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pengelolaan Air Tanah dan Air Baku
Berkelanjutan Masih Terbatas

Pengelolaan air tanah dan air baku berkelanjutan pemanfaatan teknologi. Defisit air baku untuk
menghadapi beberapa tantangan, antara lain: memenuhi target 30 persen perpipaan di tahun
tidak meratanya distribusi ketersediaan air baku 2024 diperkirakan mencapai 90 m3/detik, yang telah
antarwilayah; tingginya pertumbuhan penduduk mempertimbangkan capaian distribusi air minum
dengan konsentrasi 60 persen penduduk di PDAM di periode sebelumnya. Di sisi lain, ada
pulau Jawa; masih dominannya alokasi air untuk potensi pemanfaatan air baku dari 65 bendungan
irigasi; eksploitasi air tanah yang tinggi; tingginya di tahun 2024 yang ditargetkan mencapai 59,3 m3/
pencemaran air pada 65 persen wilayah sungai; detik dengan 57,87 m3/detik terdistribusi di 5 provinsi
serta perkembangan 10 wilayah aglomerasi. Kondisi Pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah,
tersebut menyebabkan adanya water stress karena Yogyakarta, dan Banten), dan potensi pemanfaatan
kebutuhan air baku sangat tinggi dibandingkan air irigasi sekitar 5-10 persen untuk air baku atau
dengan penambahan kapasitas penyediaan air baku. agroindustri.

Isu strategis dalam penyediaan air baku pada Upaya pemanfaatan air baku ini, baik yang berasal
RPJMN 2020-2024 mencakup beberapa hal dari bendungan maupun alokasi air irigasi perlu
yaitu pemenuhan defisit penyediaan air baku, didukung oleh peningkatan kinerja PDAM dalam
pengendalian ekstrasi air tanah, peningkatan mengurangi tingkat kebocoran air, pemanfaatan idle
investasi penyediaan air minum melalui peran capacity infrastruktur air baku, dan pengembangan
serta swasta/badan usaha, serta peningkatan infrastruktur distribusi. Penyediaan air baku dari
efisiensi pengelolaan sumber daya air melalui sumber air permukaan juga diarahkan untuk
mengurangi tingkat ekstraksi air tanah yang saat
ini masih sebesar 46 persen dari pemenuhan
Gambar 6.1 Bauran Sumber Air untuk Keperluan kebutuhan air domestik. Pengendalian praktik
Domestik
pengambilan air tanah juga bertujuan untuk
mengurangi terjadinya penurunan tanah di beberapa
Tidak Ada Data daerah. Investasi penyediaan infrastruktur air baku
8%
Lain-lain Air Kemasan juga didukung melalui pengembangan skema
0% 4% kerjasama pemerintah dan swasta sebagai alternatif
Air Hujan PDAM pembiayaan. Skema KPBU dalam penyediaan
3% 9%
Ledeng infrastruktur telah memfasilitasi pembangunan 8
Tanpa SPAM (BPPSAM, 2017). Efisiensi penggunaan air
Sungai/
Meteran
Danau/
2%
tanah terus ditingkatkan melalui penerapan prinsip
Kolam pemanfaatan kembali air (water reuse and recycle)
9%
serta pemanenan air (water harvesting), terutama di
pulau kecil terluar dengan potensi curah hujan tinggi.
Air Tanah Pemanfaatan air secara efisien ini juga didukung oleh
Mata Air penerapan teknologi, baik dari sisi pengendalian
46%
19%
volume air maupun integrasi pemanfaatan air dari
berbagai sumber (conjunctive use).

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 145
SAFETY
FIRST
akan pentingnya keamanan dan keselamatan
transportasi, dan belum ada kejelasan pejabat
yang berwenang dalam melakukan pengawasan
terhadap keamanan dan keselamatan angkutan
sungai, danau, dan penyeberangan. Sumberdaya
manusia memiliki peran penting dalam keamanan
dan keselamatan transportasi, namun demikian
dalam pelaksanaannya masih dihadapkan pada
tantangan terbatasnya kuantitas dan kualitas SDM
di bidang transportasi. Data dari Kementerian
Pembangunan Keselamatan Perhubungan menunjukkan demand untuk SDM
dan Keamanan Transportasi Laut saat ini mencapai 65.009 orang sedangkan
total suply dari program pendidikan dan pelatihan
Kemenhub sejumlah 3.569 orang per tahun
Keselamatan dan keamanan merupakan salah sehingga ada gap sebanyak 58.440 orang.
satu prinsip dasar penyelenggaraan transportasi.
Saat ini tingkat rata-rata korban meninggal akibat Isu yang terkait dengan ketersediaan dan kelaikan
kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan mencapai sarana dan prasarana transportasi juga masih
3-4 orang meninggal setiap jamnya. Demikian juga menjadi isu dalam keamanan dan keselamatan
dalam penyelenggaraan pelayaran, jumlah korban transportasi. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh
hilang dan meninggal per kejadiaan relatif tinggi, banyaknya insiden kecelakaan yang disebabkan
seperti korban kejadian kecelakaan pelayaran di kerusakan teknis bus, karena telah berpuluh tahun
Danau Toba mencapai 167 jiwa. Beberapa isu terkait beroperasi. Contohnya kecelakaan di jalur menuju
dengan keamanan dan keselamatan transportasi Puncak Bogor akibat kecelakaan rem blong karena
antara lain: aspek regulasi, kelembagaan, SDM armada bus yang dioperasikan sudah tidak layak
operator dan regulator, dan ketersediaan dan operasi. Isu lain yang tidak kalah penting adalah
kelaikan sarana dan prasarana. kehandalan petugas pencariann dan pertolongan
kecelakaan dan kebencanaan. Kelambagaan
Isu utama dalam hal regulasi terkait dengan sektor pencarian dan pertolongan juga masih dihadapkan
pelayaran antara lain: UU No. 23 Tahun 2014 tidak pada beberapa isu kuantitas sumber daya manusia
diatur ketentuan mengenai syahbandar, sedangkan yang masih belum mencukupi kebutuhan yang
UU No. 17 Tahun 2008 telah diatur pengertian terdiri dari tenaga rescuer, ABK, tenaga teknis
syahbandar yaitu pejabat pemerintah yang berwenang lainnya. Data Badan Nasional Pencarian dan
menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap Pertolongan sebanyak 1.673 personel. Jumlah ini
dipenuhinya ketentuan perundang-undangan untuk masih jauh dari kebutuhan tenaga rescuer yaitu
menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran, 3.564 personel, sehingga jumlah tenaga rescuer
sehingga dengan demikian belum ada kejelasan terkait yang sudah terpenuhi saat ini sebesar 46,94%.
kewenangan pusat dan daerah dalam keamanan dan Kelemahan dari sarana dan prasarana yang
keselamatan pelayaran. dimiliki belum sepenuhnya memenuhi standar
kebutuhan yang sesuai dengan luas dan kondisi
Selanjutnya isu strategis kelembagaan antara lain: geografis, karakteristik kecelakaan, bencana dan
isu keselamatan belum menjadi pengarusutamaan kondisi membahayakan manusia serta belum bisa
program di daerah, kesadaran masyarakat menjangkau seluruh wilayah NKRI.

146 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Secara khusus, pengembangan kawasan pesisir
Ketahanan Kebencanaan
utara (Pantura) Pulau Jawa sebagai tulang
Infrastruktur
punggung ekonomi nasional masih menghadapi
beberapa tantangan. Tiga Aglomerasi di pantai
utara Jawa menyumbang 20 persen GDP Indonesia,
Infrastruktur sangat diperlukan untuk meningkatkan yakni sebesar 186 miliar USD atau setara 2.700
ketahanan masyarakat terhadap bencana seperti triliun rupiah. Pengembangan kawasan ini terancam
banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan letusan oleh kenaikan muka air laut, ancaman banjir rob
gunung berapi. Ketersediaan infrastruktur yang mencapai 1,5 meter, dan ancaman penurunan
kebencanaan merupakan upaya pencegahan, tanah/land subsidessnce terutama di DKI Jakarta,
adaptasi, serta antisipasi dampak kerugian baik Pekalongan, dan Semarang yang mencapai antara
secara finansial maupun korban jiwa. Kerugian 1 hingga 20 cm per tahun. Berdasarkan data
finansial akibat bencana alam dalam kurun waktu BNPB, besar kerugian akibat banjir rob yang terjadi
2002-2015 mencapai 1,26 miliar USD per tahun di pantai utara Jawa setiap tahunnya mencapai
(EM-DAT database, 2018). Upaya pengurangan miliaran rupiah. Apabila penanganan terhadap
kerugian melalui pengembangan infrastruktur yang permasalahan-permasalahan tersebut tidak segera
berketahanan bencana masih mendapat tantangan ditangani, tidak menutup kemungkinan jika sebagian
sejalan dengan tren pembangunan perkotaan dan wilayah Pantura Jawa akan tergenang secara
kawasan strategis ekonomi yang masih dilakukan permanen. Oleh karena itu, dibutuhkan infrastruktur
di zona rawan bencana. Kawasan perkotaan seperti untuk mencegah terjadinya banjir rob serta sistem
Jakarta, kota-kota di pesisir utara Jawa, serta pemantauan penurunan muka tanah.
beberapa wilayah sungai prioritas seperti Citarum,
Ciujung-Cidanau-Cidurian, dan Seram-Ambon telah Kawasan pantai utara Jawa juga menjadi rumah
menghadapi kerawanan bencana yang semakin bagi lebih dari 42 juta penduduk Indonesia (BPS
tinggi. Di samping itu, upaya pengurangan resiko Indonesia, 2017). Jumlah penduduk ini terus
bencana masih belum didukung oleh ketersediaan mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga
masterplan peningkatan ketangguhan infrastruktur meningkatkan kebutuhan akan lahan. Faktanya,
terhadap bencana. beberapa lokasi di tiga wilayah aglomerasi justru
mengalami abrasi dengan tingkat kehilangan lahan
yang cukup tinggi, misalnya di Kabupaten Demak
abrasi telah menggerus lahan seluas 476 Ha. Abrasi
juga berpotensi menyebabkan terjadinya degradasi
ekosistem di kawasan Pantura Jawa. Oleh karena itu,
dibutuhkan pembangunan struktur pengaman pantai
untuk mencegah terjadinya abrasi.

Selain kerentanan terhadap bencana alam, Indonesia


juga dihadapkan pada meningkatnya risiko bencana
lingkungan. Proses pemulihan kondisi lingkungan
memerlukan waktu yang cukup lama dan sangat
bergantung pada pemulihan kondisi catchment
area. Upaya rehabilitasi hutan dan lahan saat ini
baru mencapai 1,5 juta Ha dari target sebesar 5,5

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 147
juta Ha. Kinerja pemulihan kondisi 134 kawasan bendungan multiguna sebagai sumber energi
konservasi juga baru mencapai 11 kawasan. Di listrik juga masih sangat rendah, yaitu baru sekitar
samping itu, upaya pemulihan 15 DAS prioritas dan 28 persen. Upaya pengelolaan bendungan secara
15 danau prioritas, pengelolaan rawa dan gambut optimal juga terkendala oleh ijin operasi bendungan
yang berkelanjutan dan terpadu masih tergolong yang baru mencapai 7 persen dari total 192
lambat. Upaya pemulihan kondisi lingkungan yang bendungan yang dikelola oleh Kementerian PUPR.
belum maksimal ini mengakibatkan turunnya kualitas
air danau dan sungai. Pengelolaan sumber daya air untuk mendukung
ketahanan pangan dan nutrisi dihadapkan pada
Pengembangan Industri konstruksi sebagai rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan sistem
dukungan dalam penurunan risiko bencana masih irigasi. Pulau Jawa sebagai lumbung pangan
terbatas oleh beberapa aspek terkait aspek sumber nasional menghadapi kendala tingginya alih fungsi
daya manusia (SDM) dan ekosistem dunia konstruksi. lahan, defisit air irigasi, serta potensi kompetisi
Produktivitas SDM konstruksi dalam negeri masih di penggunaan air dengan kawasan perkotaan dan
bawah rata-rata internasional sebagai akibat dari industri. Upaya penyediaan infrastruktur irigasi
masih rendahnya kualitas SDM. Dari sisi ekosistem juga masih belum sejalan dengan kebijakan
pengembangan dunia konstruksi, masih terdapat pengembangan lahan pertanian baru. Kinerja sistem
kendala kesiapan rantai pasok material konstruksi irigasi juga masih rendah, terutama pada daerah
dan industri konstruksi yang relatif masih terpusat di irigasi yang merupakan kewenangan daerah.
pulau Jawa. Selain itu, upaya penggunaan teknologi Sebagian besar sistem irigasi belum didukung
digital seperti BIM (building information modelling) dengan keandalan pasokan air, dimana baru
dalam industri konstruksi masih relatif rendah. sekitar 12,5 persen sistem irigasi yang dilayani oleh
waduk. Upaya operasi dan pemeliharaan sistem
irigasi masih perlu ditingkatkan melalui pengelolaan
sistem irigasi yang modern yang selanjutnya tidak
Waduk Multipurpose dan hanya dimanfaatkan untuk irigasi padi tetapi juga
Modernisasi Irigasi untuk produk pertanian nonpadi bernilai tinggi.
Selain itu, upaya sinkronisasi pembangunan irigasi
baru dan pembukaan lahan pertanian masih perlu
Peningkatan kapasitas tampungan air melalui ditingkatkan.
pembangunan bendungan dan embung dihadapkan
pada kendala pembebasan lahan dan penanganan
dampak sosial. Kendala tersebut mengakibatkan
terhambatnya peningkatan kapasitas tampungan
air yang baru mencapai 14,11 miliar m3 dari target
19 miliar m3. Selain itu, pemanfaatan bendungan
eksisting secara optimal terkendala oleh tingkat
keamanan operasi yang rendah dan penurunan
fungsi waduk akibat tingginya sedimentasi dan usia
bendungan yang semakin tua. Rata-rata penurunan
volume tampungan waduk eksisting akibat
sedimentasi mencapai 19 persen, terutama di pulau
Jawa yang mencapai 31 persen. Pemanfaatan

148 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Penguatan Konektivitas Belum optimalnya tingkat keterhubungan multimoda
yang ditunjukkan oleh: belum tersedianya jalan
akses yang sesuai standar pada beberapa simpul
Konektivitas Transportasi
transportasi (Pelabuhan dan Bandara) serta belum
Jalan
optimalnya jaringan logistik untuk kendaraan
besar. Selanjutnya isu strategis dalam pembiayaan
Jaringan jalan sebagai pendukung utama adalah Keterbatasan kemampuan pendanaan
sistem logistik nasional, masih dihadapkan pada oleh pemerintah daerah menjadi hambatan dalam
beberapa tantangan antara lain: kelembagaan, pengelolaan jaringan jalan di daerah.
SDM, ketersediaan dan kualitas sarana prasarana,
konektivitas, serta pembiayaan. Kondisi tersebut
menyebabkan kurang efektifnya konektivitas
nasional. Isu strategis kelembagaan yaitu terkait tata Konektivitas Transportasi
kelola perencanaan di pusat dan daerah, seperti Kereta Api
dalam hal ketersediaan basis data yang update
dan akurat, pemilihan program kegiatan, dan
sinkronisasi program kegiatan pusat dan daerah. Moda transportasi kereta api memiliki keunggulan
Hal tersebut dapat dilihat dari penanganan jalan selain untuk angkutan umum massal perkotaan,
daerah melalui APBD belum terintegrasi dengan juga untuk angkutan jarak menengah dan jarak
jaringan jalan nasional dalam rangka mendukung jauh. Namun pangsa pasar logistik dan penumpang
lokasi prioritas nasional. moda kereta api masih kurang dari 2 persen dan 8
dari seluruh moda. Jalur kereta api masih terfokus
Isu selanjutnya adalah terkait SDM, yaitu belum di Pulau Jawa dan sebagian Sumatera. Total
optimalnya pembinaan penyelenggaraan jalan panjang jaringan KA yang beroperasi sekitar 5.879
dari pemerintah pusat kepada daerah yang Km dan 3.889 km sisanya tidak beroperasi. Hanya
mengakibatkan terbatasnya kapasitas SDM di beberapa pelabuhan memiliki akses jalan KA,
daerah. Ketersediaan dan kualitas sarana dan namun layanan intermoda dengan moda kereta api
prasarana jalan pada jalur utama logistik yang belum berkembang secara optimal. Jumlah sarana
belum terkoneksi dan memenuhi standar juga kereta api yang di miliki PT KAI masih terbatas
menjadi isu lainnya, diantaranya adalah jalan trans dengan kondisi sudah tua dimana 50 persen
pulau-pulau, trans papua, jalan lintas penghubung lokomotif berusia diatas 20 tahun dan 90 persen
Kalimantan (masih terdapat missing link pada Jalan Kereta Rel Listrik berusia di atas 25 tahun.
Lintas Tengah Kalimantan penghubung Kalteng dan
Kalbar). Ketimpangan aspek kualitas antara jalan Beberapa isu strategis konektivitas transportasi
nasional dengan jalan daerah yang ditunjukkan kereta api antara lain :
oleh panjang jalan Nasional 47,017 km kondisi baik 1. Masih terbatasnya tingkat pemanfaatan
sebesar 94%, jalan daerah dengan panjang 400.000 jaringan KA untuk pengembangan angkutan
km dengan kondisi baik provinsi 68,4%, kabupaten/ umum penumpang dan logistik untuk wilayah
kota 57,67% juga merupakan isu yang strategis perkotaan, jarak dekat, jarak menengah, dan
untuk diselesaikan, mengingat jalan daerah memiliki jarak jauh;
proporsi lebih dari 90 persen dari seluruh jaringan 2. Meningkatnya tuntutan masyarakat untuk
jalan yang ada, sehingga jalan daerah memiliki mobilitas yang lebih cepat dan biaya terjangkau
peran penting pada konektivitas nasional. terutama untuk mobilitas antar kota-kota utama

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 149
seiring dengan perkembangan kota-kota Perdagangan lintas laut global yang terus meningkat
Metropolitan dan Aglomerasi di wilayah Pulau dengan penggunaan mother vessels peti kemas
Jawa; sebagai faktor pendukung utama dalam perdagangan
3. Terbatasnya jumlah simpul-simpul utama global, harus dapat diantisipasi dengan perbaikan
transportasi seperti pelabuhan, bandara, manajemen pengelolaan pelabuhan yang lebih efisien,
terminal, stasiun, serta pusat kegiatan logistik serta peningkatan kapasitas pelabuhan. Pelabuhan-
yang memiliki akses kereta api; pelabuhan utama Indonesia harus dikembangkan
4. Terbatasnya angkutan barang menggunakan agar mampu melayani pergerakan nasional dan
moda KA baik berupa kontainer maupun curah internasional. Pengembangan pelabuhan difokuskan
yang diidukung fasilitas dryort dan fasilitas alih pada fasilitas fisik pelabuhan, pengelolaan, waktu
moda yang terhubung ke Kawasan ekonomi tunggu kapal, efisiensi bongkar muat, administrasi
khusus, pertambangan, industri, serta Kawasan dokumen, dan perubahan fundamental lainnya. Hal
pertanian dan perkebunan; ini juga harus ditopang dengan penguatan terhadap
5. Terbatasnya inovasi dan kreativitas skema armada pelayaran nasional yang mampu bersaing
pendanaan penyelengaraan kereta api yang dengan dukungan sarana dan prasarana yang lebih
dapat diterapkan secara efektif untuk kebutuhan modern.
pengembangan sarana dan prasarana serta
pengoperasian layanan KA yang dapat Beberapa Isu strategis transportasi laut antara
dikerjasamakan dengan pemerintah daerah dan lain: kinerja dan tingkat pelayanan pelabuhan di
Badan Usaha. Indonesia belum sesuai dengan standar pelayanan
sesuai hierarki dan fungsinya; rute pelayaran
yang didominasi port to port dan kurang efisien;
belum efisiensinya transportasi dan adanya cargo
imbalance; belum terkonsolidasinya pelabuhan
Konektivitas Transportasi Laut ekspor-impor; armada kapal yang dimiliki
perusahaan pelayaran terbatas di dominasi
kapal berumur tua; perlunya dukungan efesiensi
Sebagai negara maritim, penguatan konektivitas pelayanan angkutan laut melalui penggunaan
transportasi laut melalui pengembangan jaringan system teknologi informasi; belum maksimalnya
tol laut harus dilaksanakan secara konsisten tidak perwujudan dukungan konektivitas transportasi
hanya sebagai konsep transportasi, tetapi juga laut untuk daerah 3T; serta perlunya integrasi
sebagai perencanaan ekonomi regional. Tol laut pengembangan pelabuhan dengan pembangunan
merupakan bagian integral dari perubahan besar kawasan industri.
reorientasi pembangunan dari daratan ke laut, telah
berkontribusi signifikan terhadap pembangunan
daerah, yakni melalui keterpaduan rute pelayaran
nasional. Rute pelayanan diharapkan dapat Konektivitas Transportasi
memfasilitasi pergerakan logistik di seluruh Udara
Indonesia serta dapat meningkatkan kinerja
konektivitas antarwilayah dalam mendukung
pengembangan ekonomi wilayah, terutama di Transportasi udara memiliki keunggulan dalam
wilayah timur Indonesia dalam rangka mengurangi mendukung mobilitas orang dan barang secara lebih
kesenjangan sosial dan disparitas harga. cepat serta memiliki peran penting dalam sistem

150 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
transportasi nasional. Isu strategis pembangunan layanan yang berkelanjutan. Regulasi tentang
transportasi udara mencakup aspek kecukupan penerbangan dan tatanan kebandarudaraan perlu
kapasitas sarana dan prasarana, kinerja pelayanan dilakukan penyesuaian untuk dapat mengadopsi
penerbangan, kelembagaan dan regulasi, sumber perkembangan permintaan terhadap pembangunan
daya manusia, teknologi dan informasi, serta aspek bandara dalam rangka mendukung pengembangan
pendanaan. kawasan prioritas, serta mendorong berkembangnya
bisnis angkutan udara berbasis perairan (seaplane/
Tingginya perkembangan volume angkutan udara waterbase airport).
nasional dalam satu dasawarsa terakhir dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 9 persen, perlu Selain itu, pengembangan bandara juga harus
diimbangi dengan peningkatan kapasitas armada mempertimbangkan akses dan utilitasasi bagi
angkutan udara, optimalisasi maupun peningkatan angkutan multimoda dan peningkatan sterilisasi
kapasitas prasarana, serta peningkatan upaya kawasan bandara dari aktivitas eksternal yang tidak
kontrol terhadap kelaikan sarana, prasarana, dan terkait kepentingan bandara. Sterilisasi kawasan
kinerja operator guna menjamin terselenggaranya bandara menjadi penting karena adanya beberapa
transportasi udara yang selamat (safe), aman kasus kendala penerbangan yang disebabkan
(secure), berkelanjutan, berdaya saing tinggi dan oleh kurangnya keamanan sisi udara bandara.
terjangkau. Peningkatan pertumbuhan produksi Penguatan SDM transportasi udara, penyesuaian
angkutan transportasi udara ini juga akan mendorong regulasi terkini, serta penguatan teknologi informasi
tumbuhnya industri penerbangan nasional, seperti baik untuk untuk menunjang pelayanan maupun
perawatan pesawat, industri komponen dalam keamanan transportasi udara, merupakan isu yang
negeri serta penyediaan SDM penerbangan. penting dalam rangka menumbuhkan pelayanan
transportasi udara yang lebih baik.
Sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong
pengembangan beberapa destinasi prioritas di
sektor pariwisata, juga perlu dibarengi dengan
upaya peningkatan pelayanan penerbangan low
Konektivitas Transportasi
cost carrier (LCC) dengan jadwal dan rute layanan
Darat dan Antarmoda
yang mampu menumbuhkan industri pariwisata dan
pertumbuhan ekonomi di Daerah.
Dalam rangka mewujudkan konektivitas darat dan
Sementara itu, pengembangan bandara pada antarmoda yang andal kedepan, penyelenggaraan
wilayah 3T dan daerah rawan bencana juga tetap Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) serta
menjadi fokus penting dalam rangka memacu transportasi sungai, danau, dan penyeberangan
potensi dan berkembangannya simpul-simpul menjadi hal penting. 80% pangsa pasar penumpang
ekonomi, meningkatkan aksesibilitas daerah- dan 90 % pangsa pasar barang nasional melibatkan
daerah tujuan wisata daerah, serta distribusi pelayanan transportasi darat dan antarmoda. Masih
produk dan jasa, sehingga diperlukan optimalisasi terdapat beberapa isu dan permasalahan yang perlu
rute penerbangan perintis yang menyasar diatasi. Isu dan permasalahan yang ada mencakup
daerah-daerah yang memiliki potensi untuk beberapa aspek, yaitu: aspek penegakan regulasi;
berkembang. Perlu dilakukan revitalisasi skema aspek pendanaan dan pembiayaan; serta aspek
subsidi perintis penerbangan yang memungkinkan ketersediaan dan kelayakan sarana prasarana.
tumbuhnya industri penerbangan dan menjamin Terkait penyelenggaraan Lalu Lintas dan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 151
Angkutan Jalan (LLAJ), pembangunan jembatan
timbang menjadi agenda penting kedepan. Hal ini
dikarenakan saat ini angka pelanggaran overloading
di jalan masih tinggi. Contoh kasus pada tahun 2017,
di Jalur Pantura Jawa terdapat rata-rata 12.000
truk barang yang melintas per harinya. Kemenhub
mencatat sebanyak 67,5% truk yang diperiksa
melanggar ketentuan batas maksimal kapasitas
angkut. Padahal, semakin tinggi kasus overload truk-
truk barang, maka dapat menyebabkan semakin
tinggi pula potensi kecelakaan dan kerusakan
infrastruktur jalan. Pengembangan Jembatan
Timbang memerlukan biaya yang tinggi, sehingga Infrastruktur Perkotaan
kedepan perlu didorong skema pembiayaan KPBU.
Selain isu overloading, dalam penyelenggaraan Urbanisasi merupakan fenomena yang tidak bisa
LLAJ juga menemui kendala pada penyediaan dihindari, apalagi dicegah, lebih dari setengah
layanan terminal barang dan penumpang, populasi penduduk di dunia sudah tinggal di
khususnya di kawasan perbatasan. Ketersediaan perkotaan. BPS mencatat tingkat urbanisasi di
terminal menjadi penting untuk memperlancar arus Indonesia sudah mencapai 54 persen pada tahun
barang dan penumpang antar Negara. 2015 dan akan bertambah hingga 67 persen pada
Sementara itu, penyelenggaraan transportasi tahun 2035. Selain isu urbanisasi, terdapat isu
sungai, danau, dan penyeberangan juga terkait keterbatasan infrastruktur (penyediaan air
dihadapkan pada beberapa isu dan permasalahan, minum, sanitasi, pengelolaan limbah, transportasi
yaitu: (a) Belum optimalnya potensi pembangunan umum, energi dan telekomunikasi) dan layanan
dan pengembangan transportasi sungai, danau, dasar perkotaan; rentannya ketahanan fisik dan
dan penyeberangan di jalur utama logistik pulau- sosial kota-kota Indonesia atas perubahan iklim,
pulau utama, kawasan wisata berbasis maritim, bencana dan polusi, serta akibat kesenjangan
dan di wilayah 3T; (b) Sebagian besar kapal yang dan kemiskinan perkotaan; kualitas sumberdaya
digunakan dalam aktivitas penyeberangan adalah manusia yang tidak sesuai dengan kebutuhan
kapal-kapal tua (aspek kelayakan); (c) Tingginya pembangunan perkotaan sehingga tidak dapat
kebutuhan pembiayaan pengembangan transportasi menangkap kesempatan bonus demografi yang
sungai, danau, dan penyeberangan, tidak diikuti diperkirakan akan terjadi pada tahun 2025; kurang
ketersediaan anggaran yang memadai, sehingga handalnya mekanisme pengendalian pembangunan
perlu didorong pembiayaan KPBU dan DAK; (d) di perkotaan yang menyebabkan wajah kota tidak
Penentuan rute-rute perintis belum efektif dan belum tertata dengan baik; Ketimpangan pemilikan
mempertimbangkan potensi berkembangnya rute dan penguasaan tanah di perkotaan; serta tata
komersial, padahal pembiayaan subsidi terbatas. kelola dan kelembagaan pengelolaan kawasan
Isu dan permasalahan penyelenggaraan Lalu Lintas metropolitan yang belum optimal serta kerangka
dan Angkutan Jalan serta layanan transportasi kebijakan dan regulasi yang belum disusun dengan
sungai, danau, dan penyeberangan menjadi lengkap. Masih diperlukan langkah sistematis untuk
tantangan kedepan dalam rangka mewujudkan memastikan pembangunan perkotaan agar dapat
konektivitas transportasi darat dan antarmoda yang bersaing secara global tanpa melupakan identitas
andal. lokal serta keberlanjutan lingkungan perkotaan

152 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
yang mendesak saat ini. Keterlibatan sektor swasta
Sistem Angkutan Umum
Perkotaan dalam mengembangkan transportasi perkotaan
juga menjadi hal yang sangat penting, terutama
terkait dengan keterbatasan fiskal daerah.
Transportasi perkotaan menjadi salah satu kunci
penting dalam menyelesaikan permasalahan Isu lainnya adalah pengembangan transportasi kota
kemacetan dan mengoptimalkan dampak positif masih berbasis batas administratif (belum melihat
ubanisasi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi wilayah perkotaan secara fungsional) dan terkait
nasional. Faktanya, 41% PDB nasional tahun dengan aspek kelembagaan. Dengan kompleksnya
2017 disumbangkan oleh 6 kawasan perkotaan masalah transportasi perkotaan, upaya pengelolaannya
metropolitan. Peran kawasan perkotaan di masa perlu ditangani dengan cara yang komprehensif dan
mendatang juga akan semakin tinggi. Diproyeksikan terkoordinasi. Pemerintah telah mendirikan Badan
pada tahun 2045, sekitar 230 juta penduduk Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) yang
Indonesia (73%) akan tinggal di perkotaan. semestinya berfungsi sebagai integrator. Hanya saja,
keberhasilannya memang masih harus dilihat lagi
Namun, perkembangan tingginya jumlah penduduk beberapa waktu kedepan. BPTJ bertanggungjawab
perkotaan belum diimbangi dengan angkutan kepada Kementerian Perhubungan, dan dasar
umum massal yang saat ini pengembangannya hukum institusi tersebut dirasa kurang kuat untuk
masih terbatas. Sebagai contoh jika dibandingkan menghadapi kompleksitas persoalan transportasi di
dengan beberapa kota di Asia, jaringan MRT Jakarta beberapa wilayah yang termasuk dalam kawasan
hanya 15 km, jauh di bawah Singapura (200 km), Jabodetabek. Perlu adanya kebijakan yang mengatur
Hongkong (187 km), dan Tokyo (304 km). Pangsa terkait isu kelembagaan ini, misalnya pertimbangan
angkutan umum di Jakarta, Bandung, dan Surabaya pembentukan otoritas transportasi perkotaan yang
juga masih di bawah 20% dan jauh di bawah memiliki fungsi kuat dalam pengelolaannya.
Singapura (61%), Tokyo (51%), dan Hongkong
(92%). Dampaknya, kemacetan juga masih sangat Pengembangan transportasi perkotaan belum
tinggi seperti di Jakarta yang menempati urutan ke-7 diintegrasikan dengan aspek tata guna lahan
kota termacet di dunia (Tomtom Traffic Index, 2019). seperti kawasan komersil atau perumahan. Salah
Bahkan, kerugian akibat kemacetan lalu lintas lintas satu pendekatan utama yang bisa dilakukan adalah
di Jakarta mencapai Rp 65 triliun per tahun. pengembangan kawasan berorientasi transit atau
transit-oriented development (TOD) dalam upaya
Terbatasnya pengembangan angkutan umum mengintegrasikan sistem transit dan sistem tata guna
perkotaan tidak terlepas dari belum adanya lahan yang terpadu, mixed use, dan keterhubungan
kebijakan atau rencana mobilitas kota-kota di antarfungsi dengan fasilitas transit. Pengguna beralih
Indonesia, serta keterbatasan fiskal pemerintah dari satu mode ke mode lainnya dengan cara yang
daerah dalam mengembangkan angkutan umum aman, cepat, efisien, serta dapat mencapai tujuan
perkotaan. Di sisi lain, belum ada koridor dukungan dengan radius berjalan kaki. Dengan pendekatan
pemerintah pusat bagi pemerintah daerah dalam tersebut, diharapkan pangsa angkutan umum dapat
pengembangan angkutan umum perkotaan meningkat, terutama di kota-kota utama seperti
sehingga dukungan yang ada saat ini masih bersifat Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Makassar,
arbitrary. Oleh karena itu, payung hukum mekanisme dan Medan, yang dinilai sangat penting untuk
dukungan pemerintah pusat dalam pengembangan mengembangkan skema pergeseran dari angkutan
angkutan massal perkotaan di daerah menjadi hal pribadi ke angkutan umum.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 153
berpotensi semakin menurunkan mutu lingkungan
Infrastruktur Jalan Perkotaan mengingat pemanfaatan energi fosil untuk pembangkit
listrik di Indonesia saat ini masih sangat dominan.
Upaya pemenuhan komitmen target bauran energi
baru terbarukan juga akan semakin mendapatkan
Ketersediaan infrastruktur jaringan jalan yang tantangan jika upaya untuk memenuhi peningkatan
memadai, akan mendorong kelancaran usaha kebutuhan energi dan ketenagalistrikan di perkotaan
pekerjaan masyarakat karena mudahnya akses tidak didorong melalui peningkatan penggunaan
sehingga dapat menambah tingkat produktivitas energi yang ramah lingkungan. Keberadaan sampah
tenaga kerja yang dapat meningkatkan perekonomian perkotaan dan tenaga surya merupakan beberapa
masyarakat. Di sebagian besar wilayah perkotaan contoh alternatif sumber energi bersih yang saat ini
di Indonesia menghadapi tantangan terbatasnya masih perlu dimanfaatkan secara optimal. Namun
ketersediaan jaringan jalan yang tidak sebanding demikian, pemanfaatan EBT tersebut juga tidak luput
dengan pesatnya pertumbuhan jumlah kendaraan. dari beberapa tantangan seperti harga yang masih
Hal tersebut, sering kali mengakibatkan kemacetan cukup mahal dibandingkan dengan energi fosil, sifat
kronis dan memperburuk kualitas lingkungan dan energi terbarukan sendiri yang cenderung intermitten,
kesehatan akibat polusi yang ditimbulkan. Sebagai serta masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk
contoh adalah rasio panjang jalan di Jakarta dengan memanfaatkan EBT dan efisiensi dalam praktek
luas wilayah hanya sebesar 6 persen, sementara kehidupan sehari-hari.
angka minimal pembangunan jalan di kota-kota
di dunia mencapai 15 persen. Kondisi ini juga
diperparah dengan sistem drainase perkotaan yang
buruk, kualitas jalan yang dibawah standar, masih Infrastruktur dan Ekosistem
banyaknya perlintasan sebidang dengan jalur KA, ICT Perkotaan
serta banyaknya kegiatan samping jalan sering kali
menimbulkan konflik sosial, hingga menghambat arus
lalu lintas. Pembangunan flyover/underpass sering kali Infrastruktur dan pemanfaatan TIK merupakan
terhambat oleh penyediaan lahan serta kemampuan bagian penting dalam pembangunan perkotaan
pendanaan pemerintah daerah yang terbatas di berbagai kota besar di negara-negara maju.
Konsep smart city saat ini menjadi salah satu tujuan
pembangunan perkotaan dimana pemanfaatan
TIK yang handal dalam layanan perkotaan menjadi
salah satu aspek penting. Hal ini masih menjadi
Energi dan Ketenagalistrikan tantangan di Indonesia mengingat pemanfaatan
Perkotaan TIK di perkotaan masih cukup rendah salah satunya
ditandai dengan masih sedikitnya kota yang
terlayani sistem layanan darurat 112 terintegrasi
Kebutuhan energi dan ketenagalistrikan di dan masih rendahnya kota yang terintegrasi sistem
perkotaan saat ini cenderung meningkat sejalan pelaporan masyarakat terpadu seperti Layanan
dengan modernisasi perkotaan di berbagai wilayah Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR).
Indonesia. Peningkatan kebutuhan tersebut, jika Selain pemanfaatan TIK yang masih rendah,
dipenuhi melalui pendekatan penyediaan energi penetrasi akses infrastruktur TIK juga belum optimal.
dan ketenagalistrikan yang business as usual, akan Sebagai ilustrasi tingkat penetrasi akses tetap

154 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
pita lebar di perkotaan masih cukup rendah yaitu dan regulator layanan sanitasi; penyiapan layanan
dibawah 9 persen dari rumah tangga perkotaan. lumpur tinja perkotaan (FSM); bundled service air
Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat minum, air limbah dan persampahan; penyediaan
lebih mengutamakan akses nirkabel. Meskipun SPAM perpipaan dengan standar air minum aman
memenuhi kebutuhan harian, penggunaan akses (siap minum); pembangunan sistem pengelolaan
nirkabel sangat tergantung kepada kuota yang air limbah domestik terpusat (SPALD-T) skala kota/
dimiliki masyarakat sehingga ada kecenderungan regional dan sistem pengelolaan lumpur tinja untuk
masyarakat akan lebih memprioritaskan TIK untuk SPALD-S; pembangunan TPA Regional; serta
penggunaan interaksi dan media sosial. Pada pembangunan TPST/TPS 3R. Hal tersebut juga perlu
akhirnya manfaat dari layanan TIK yang telah didukung dengan perubahan perilaku masyarakat
disediakan pemerintah menjadi kurang maksimal. untuk mengakses air minum perpipaan, penyadaran
masyarakat untuk perilaku hemat air, peningkatan
willingness to pay, dan penggunaan sumber air
Penyediaan Akses Air Minum minum aman, pelaksanaan program perubahan
dan Sanitasi (Air Limbah dan perilaku di tiap kelurahan yang belum Stop BABS di
Sampah) yang Layak dan tempat terbuka, penguatan mekanisme monitoring
Aman di Perkotaan yang terjadwal, serta penguatan keberlanjutan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di tingkat
Penyediaan infrastruktur layanan dasar seperti akses kabupaten dan kota.
air minum dan sanitasi di perkotaan dirasakan masih
lemah. Tingkat pelayanan air minum layak dan aman
di kawasan perkotaan masih rendah baru mencapai
64,95 persen. Begitu halnya dengan akses sanitasi
(air limbah) masih tedapat gap sekitar 19,52 persen
menuju 100 persen akses layak perkotaan (akses
layak 69,36 persen dan akses aman 11,12 persen).
Permasalahan lainnya terkait penyediaan akses
sanitasi (air limbah) adalah masih tingginya perilaku
masyarakat untuk Buang Air Besar Sembarangan
(BABS) di tempat terbuka yang mencapai 3,85
persen; dan perilaku masyarakat yang masih
melakukan pembuangan langsung (pembangunan
air tinja berupa kolam/sawah/sungai/danau/laut dan/
atau pantai/tanah lapang/kebun) yang mencapai 8,52
persen di perkotaan. Untuk pengelolaan sampah, saat
ini baru 60,63 persen sampah yang terkelola (59,08
persen pengangkutan dan 1,55 persen reduksi),
sehingga masih ada gap sekitar 39,37 persen
menuju 100 persen sampah terkelola dengan baik.
Hal tersebut diperparah dengan lemahnya integrasi
layanan oleh institusi penyelenggara air minum, air
limbah dan persampahan. Untuk itu, perlu dilakukan
upaya yang terfokus pada penguatan fungsi operator

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 155
Penyediaan Akses Perumahan Energi dan Ketenagalistrikan
dan Permukiman Layak, Aman, Pembangunan energi dan ketenagalistrikan akan
dan Terjangkau di Perkotaan dihadapkan pada upaya menyeimbangkan 3 (tiga)
unsur (trilema) yaitu : (i) penyediaan energi dan tenaga
listrik berkelanjutan (sustainability), (ii) akses dan
Pesatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan keterjangkauan energi dan ketenagalistrikan (equity),
akibat pertumbuhan secara alami dan urbanisasi serta (iii) pasokan energi dan tenaga listrik (security).
menyebabkan peningkatan kebutuhan hunian di
perkotaan. Namun, belum optimalnya manajemen
efisiensi lahan perumahan di perkotaan Energi dan Tenaga Listrik
menyebabkan berkembangnya perumahan Berkelanjutan
dan permukiman yang tidak layak, tidak teratur,
bahkan ilegal. Selain itu, kebutuhan masyarakat Pembangkit listrik di Indonesia sampai saat ini
berpenghasilan rendah untuk tinggal di dekat masih menggunakan energi fosil (minyak, batubara,
tempat bekerja menyebabkan masyarakat tinggal di dan gas bumi) yang mencapai 87,68 persen. Hal
hunian tidak layak (57,70 persen), dimana sebagian tersebut berdampak pada rendahnya ketahanan
diantaranya menempati permukiman kumuh atau energi karena rentan pengaruh gejolak global dan
ilegal. Pada daerah tertentu, dibutuhkan upaya juga berpengaruh pada penurunan mutu lingkungan.
peremajaan kawasan, pengembangan kawasan Sedangkan susut energi di transmisi dan distribusi
hunian vertikal berdensitas tinggi yang didukung masih sebesar 9,60 persen yang terus diturunkan
dengan infrastruktur dasar dan ruang terbuka hijau untuk mendorong tercapainya pemanfaatan energi
yang memadai, serta pengembangan perumahan yang efisien. Pemanfaatan energi baru terbarukan
dan permukiman yang terintegrasi dengan sistem (EBT) terus didorong untuk mendukung pencapaian
transportasi publik. komitmen target bauran EBT sebesar 23 persen
pada tahun 2025. Saat ini bauran EBT di pembangkit
baru mencapai 12,4 persen. Sebagai contoh
pemanfaatan panas bumi untuk tenaga listrik (PLTP)
di Indonesia sudah mencapai sekitar 2.000 MW
yang merupakan terbesar kedua setelah Amerika
Serikat. Diperkirakan Indonesia akan menjadi negara
terbesar yang memiliki PLTP di 2021. Indonesia juga
berhasil mengembangkan pembangkit listrik tenaga
bayu (PLTB) sebesar 75 MW di Sidrap. Selain itu,
kebijakan pencampuran 20 persen biodiesel dengan
solar (B20) telah berhasil mengurangi impor BBM
dan menghemat devisa sebesar US$ 2 Miliar.

Akses Energi dan


Ketenagalistrikan

Pada tahun 2017, tercatat 2,87 persen penduduk


Indonesia (5,2 juta orang) belum memiliki akses

156 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
terhadap listrik atau setara dengan seluruh ditujukan untuk masyarakat yang tidak mampu, yaitu
penduduk Singapura. Konsumsi listrik per kapita di golongan pelanggan 450VA dan 900VA dengan total
Indonesia tergolong masih rendah, baru sebesar sekitar 23 juta kepala keluarga. Selain itu, pemerintah
956 kWh per kapita pada tahun 2016, sementara juga mendorong efisiensi biaya produksi tenaga listrik
konsumsi listrik Malaysia sudah mencapai 4.460 agar tetap terjangkau. Efisiensi dilakukan dengan
kWh per kapita. Salah satu tantangannya adalah pengurangan BBM untuk pembangkit listrik.
belum meratanya ketersediaan listrik, terutama
di daerah-daerah terpencil. Meskipun System
Average Interruption Duration Index (SAIDI) atau Pasokan Energi dan Tenaga
rasio gangguan tahunan di Indonesia pada tahun Listrik
2017 mencapai 19,33 jam/pelanggan, namun masih
terdapat rasio gangguan tahunan yang mencapai Meskipun reserve margin pembangkit secara
83,99 jam/pelanggan, seperti di Sumatera Selatan nasional berada pada posisi 22,7 persen, jumlah
dan Bengkulu. Tingginya rasio gangguan tahunan tersebut belum mempertimbangkan kesesuaian
tersebut menunjukkan masih rendahnya keandalan permintaan dan penawaran serta kriteria kehandalan
akses listrik di Indonesia. (termasuk sistem penyaluran). Tata kelola industri
ketenagalistrikan nasional juga masih belum optimal
Jumlah penduduk yang masih menggunakan dimana peran badan usaha pemegang monopoli
kayu bakar untuk memasak di tahun 2017 (karena cenderung dominan dibandingkan peran regulator.
pertimbangan harga yang murah) juga masih cukup
banyak (21,57 persen). Kondisi ini sama sekali tidak Peningkatan pasokan tenaga listrik diupayakan
ideal dari sisi kesehatan keluarga karena berisiko melalui peningkatan kapasitas infrastruktur
terpapar asap karbon dioksida yang berbahaya. ketenagalistrikan (Program 35.000 MW). Saat
Di sisi lain, konsumsi Liquefied Petroleum Gas ini pembangkit yang beroperasi baru mencapai
(LPG) untuk kebutuhan dalam negeri sebagian 8 persen (2.899 MW). Tata kelola industri
besar masih mengandalkan dari impor (75 persen) ketenagalistrikan masih belum optimal dimana
yang disebabkan karena penurunan produksi kebijakan subsidi masih belum sepenuhnya
bahan baku, yaitu Propan (C3) dan Butan (C4) tepat sasaran dan porsi subsidi cukup signifikan
dari sumur gas di dalam negeri, dan peningkatan dalam keuangan PT PLN. Kebijakan tarif belum
konsumsi. Hingga tahun 2018, konsumsi LPG per mendukung terciptanya industri yang berkelanjutan,
tahun mencapai 7,5 juta metrik ton (MT) dan secara dimana metode penyusunannya masih berdasarkan
tidak langsung berkontribusi terhadap peningkatan biaya operasi dan belum mempertimbangkan biaya
defisit neraca perdagangan dan penurunan devisa investasi. Investasi yang harus dilakukan oleh PT
negara. PLN rentan terjadinya konflik antara kepentingan
bisnis dan publik (non komersial). Disisi lain,
Subsidi energi secara terus menerus diupayakan pembagian alokasi proyek-proyek PT PLN atau IPP
tepat sasaran. Dalam periode 2015-2018 subsidi juga masih menghadapi kondisi terkait keinginan PT
energi turun dibandingkan periode 2011-2014 dari PLN untuk mendominasi industri ketenagalistrikan.
yang sebesar Rp 1.214 Triliun menjadi hanya sebesar
Rp 477 Triliun. Penurunan alokasi belanja subsidi Kebutuhan BBM terutama untuk sektor transportasi
dialihkan untuk pembiayaan sektor yang lebih prioritas terus meningkat. Keterbatasan produksi BBM
seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. dalam negeri menyebabkan meningkatnya impor
Kebijakan subsidi tenaga listrik saat ini hanya BBM yang mencapai 41 persen. Untuk mengurangi

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 157
porsi impor BBM dapat dilakukan melalui (a)
Transformasi Digital
peningkatan kapasitas kilang minyak dalam negeri Pembangunan dan pemanfaatan TIK ke depan
yang membutuhkan investasi besar dengan margin diharapkan akan mendukung terlaksananya
yang minim; dan (b) peningkatan pemanfaatan transformasi digital, dengan penggunaan dan
biodiesel. adaptasi teknologi digital untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional. Pembangunan infrastruktur
Isu cadangan energi juga masih menjadi perhatian TIK yang sebagian besar telah dilaksanakan pada
dalam RPJMN 2020-2024 mengingat Indonesia RPJMN 2015-2019 perlu dituntaskan pada periode
merupakan salah satu negara yang tidak memiliki RPJMN 2020-2024. Tantangan selanjutnya adalah
cadangan penyangga. Pada tahun 2017, persentase pemanfaatan infrastruktur TIK pada sektor dan
impor bahan bakar minyak (BBM) mencapai 40,5 bidang yang lebih luas, baik pada bidang dan
persen, dimana pemanfaatannya lebih banyak layanan pemerintah maupun bidang layanan untuk
untuk transportasi. Cadangan operasional oleh masyarakat dan dunia usaha. Kemudian dalam
badan usaha yang ada saat ini hanya cukup rangka mempercepat keberhasilan pembangunan
untuk 20 hari. Negara-negara lain seperti Jepang dari sisi infrastruktur dan pemanfaatan tersebut,
dan Singapura telah menyiapkan infrastruktur maka berbagai faktor pendukung terlaksananya
untuk mendukung penyimpanan cadangan energi transformasi digital harus diupayakan secara
(energy security). Dengan tunnel yang dibangun optimal.
untuk menyimpan gas alam cair, cadangan energi
Jepang cukup untuk satu tahun. Sedangkan
Singapura, negara yang tidak memiliki sumber daya
alam, telah memiliki pipa-pipa dan tangki yang siap Penuntasan Infrastruktur TIK
menjadi hub transaksi gas Asia Pasifik. Selain itu,
pemanfaatan gas bumi dalam negeri saat ini juga
masih sangat rendah dan cenderung masih banyak Peran TIK menjadi semakin besar dalam
tersebar di Jawa. Padahal, Indonesia Timur juga mempercepat pertumbuhan ekonomi. Hampir
memiliki cadangan gas bumi terbanyak mencapai seluruh aspek perekonomian telah mengandalkan
35,76 persen (Papua 19,03 persen dan Maluku 16,7 TIK untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
persen). Kurangnya infrastruktur untuk distribusi kegiatannya. Infrastruktur TIK Indonesia masih
menjadi alasan rendahnya pemanfaatan gas bumi perlu dibenahi untuk dapat memaksimalkan
dalam negeri yang baru mencapai 49 persen. penggunaan TIK. Salah satu sarana akses internet
yang andal adalah fixed broadband. Di negara
maju, fixed broadband berperan penting dalam
kegiatan perekonomian. Jumlah pelanggan fixed
broadband di Indonesia masih sangat rendah
yaitu pada angka 2 persen, jauh dibawah rata-rata
dunia 12,4 persen. Selain itu tingkat kecepatan
jaringan fixed broadband di Indonesia juga masih
rendah yaitu sekitar 13,8 Mbps jauh dibawah
rata-rata dunia 42,71 Mbps. Hal ini tentunya akan
berdampak tidak maksimalnya peran TIK dalam
percepatan perekonomian Indonesia. Lambatnya
kecepatan jaringan tidak hanya terjadi pada fixed

158 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
broadband. Tingkat kecepatan jaringan mobile dan pengumpulan informasi yang efektif, akses
broadband di Indonesia juga masih tergolong telekomunikasi dan internet dapat menyediakan
lambat, yaitu 9,8 Mbps sedangkan rata-rata informasi yang lebih luas dan lebih cepat sehingga
dunia berada pada 22,16 Mbps. Hal ini menjadi layanan kepada masyarakat akan memberikan
hambatan pertumbuhan ekonomi khususnya di manfaat yang lebih optimal. Pemerintah terus
daerah-daerah yang masih belum terjangkau berupaya untuk menyediakan akses internet layanan
akses layanan tetap (fixed broadband). kesehatan untuk mendukung layanan pasien
yang lebih efektif antara lain melalui telemedicine,
Meskipun jaringan tulang punggung fixed sekaligus menunjang kelancaran proses adminstrasi
broadband telah mencapai hingga seluruh ibukota dan operasional. Namun demikian, saat ini masih
kabupaten dan kota, namun perluasan jaringan terdapat 42 persen rumah sakit dan 62,7 persen
ini masih diperlukan hingga dapat menjangkau puskemas yang belum terlayani akses internet. Di
kecamatan yang lebih luas. Selain masih belum sektor pendidikan TIK khususnya akses internet
meratanya jaringan internet broadband, tantangan juga telah menjadi salah satu kebutuhan untuk
lain adalah masih banyaknya desa yang tidak mewujudkan terselenggaranya proses pendidikan
terlayani akses telekomunikasi dan internet, yang berkualitas dan efektif. Saat ini masih terdapat
mencapai 4.474 desa. Hal ini antara lain dipicu 17 persen SMA dan 13 persen SMK masih belum
oleh kondisi geografis Indonesia yang membuat terfasilitasi akses internet. Tidak adanya akses
penggelaran infrastruktur jaringan internet internet berpotensi mengganggu efektivitas proses
sulit dan mahal, sehingga perlu penyediaan pembelajaran seperti tidak dapat terselenggaranya
akses telekomunikasi dan internet juga perlu ujian berbasis komputer hingga keterbatasan
didukung adanya infrastruktur satelit yang dapat guru dalam mengakses bahan ajar yang tersedia
menyediakan layanan ke seluruh Indonesia. di internet. Pemanfaatan TIK dalam kalangan
pemerintah yang diatur dalam Perpres 95/2018
Tantangan berikutnya adalah bagaimana agar tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
penyiaran digital dapat terselesaikan pada juga menjadi prioritas dalam terlaksananya
periode 5 tahun ke depan. Penyiaran digital transformasi digital. Pemanfaatan TIK pemerintah
mempunyai manfaat antara lain tersedianya digital dengan prinsip berbagi-pakai pada aplikasi umum
dividend dari pengelolaan spektrum frekuensi dan aplikasi khusus SPBE akan meningkatkan
radio yang lebih optimal. Penyiaran digital efisiensi dan efektivitas layanan administrasi
juga memberikan peluang makin beragamnya maupun layanan publik pemerintah, karena terjadi
penyelenggara konten penyiaran dalam rangka interoperabilitas antarsistem dan penggunaan
untuk menyediakan informasi yang bermanfaat anggaran yang lebih tepat.
bagi masyarakat.
Pemanfaatan TIK juga sangat besar dampaknya
bagi petani dan nelayan. Dengan menggunakan
berbagai aplikasi berbasis mobile, petani dan
Pemanfaatan Infrastruktur TIK nelayan dapat mendapatkan informasi harga yang
paling aktual, memperluas jaringan penjualan,
bahkan dapat meningkatkan produktivitas dengan
Ketidaktersediaan akses telekomunikasi dan adanya teknologi digital untuk pertanian dan
internet dapat menghambat pembangunan secara perikanan.
keseluruhan. Karena sebagai sarana penyampaian

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 159
Dampak besar lain dari pemanfaatan TIK pada masih tertinggal dalam menghasilkan lulusan
dunia e-commerce dan ekonomi digital secara bidang Science, Technology, Engineering, dan
umum adalah terciptanya berbagai start up lokal Mathematics (STEM), hanya 0,8 lulusan per 1.000
yang memberikan solusi dan layanan modern bagi penduduk, masih jauh dibandingkan India (2,0),
masyarakat. Perusahaan start up ini bahkan telah China (3,4), bahkan Iran (4,2). Untuk itu diperlukan
menjadi sasaran investasi bagi dunia global, karena berbagai intervensi untuk dapat meningkatkan
solusi inovatif yang telah disediakan memberikan kapasitas SDM Indonesia, agar dapat memenuhi
potensi peningkatan ekonomi secara signifikan. kebutuhan SDM dalam negeri.
Untuk itu usaha untuk menciptakan berbagai start
up dan meningkatkan kapasitas dari start up yang
telah terbangun harus tetap menjadi prioritas.

Fasilitas Pendukung
Transformasi Digital

Keberhasilan pembangunan infrastruktur maupun


pemanfaatan dan pengembangan ekosistem TIK tidak
terlepas dari tersedianya faktor pendukung (enabler)
lainnya. Pemanfaatan perkembangan teknologi Big
Data, AI, IoT harus dapat memberikan manfaat yang
paling besar serta mengendalikan efek disrupsi yang
dapat dimitigasi. Adopsi teknologi tersebut berakibat
akan semakin banyaknya perangkat yang saling
terkoneksi dan diprediksi pada 2020 diperkirakan 20
miliar perangkat akan saling terkoneksi melalui internet
(Gartner, 2017). Untuk itu, keamanan informasi harus
menjadi perhatian utama karena potensi gangguan
keamanan terhadap perangkat dan sistem yang ada
masih tergolong tinggi. Kontribusi industri TIK dalam
negeri juga harus diperkuat dalam menyongsong
era transformasi digital. Kebijakan tingkat komponen
dalam negeri (TKDN) perangkat elektronik menjadi
prasyarat untuk meningkatkan kapasitas industri
TIK. Berbagai kebijakan lain seperti insentif fiskal
dan insentif pasar yang saling terkoordinasi lintas
sektor juga harus disusun untuk dapat memperkuat
berbagai level industri TIK.

Dukungan ketersediaan SDM yang mempunyai


keahlian dasar dan ahli, khususnya dalam bidang
TIK menjadi faktor penting berikutnya. Indonesia

160 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sasaran, Target, dan Indikator
Sasaran Pembangunan Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan
Ekonomi & Pelayanan Dasar
PP 3 – INFRASTRUKTUR
PP 1 – INFRASTRUKTUR
UNTUK MENDUKUNG
PELAYANAN DASAR
PERKOTAAN
• Rumah Tangga yang menempati hunian layak • Pengembangan angkutan massal di 6 Kota
dan terjangkau (52,78%) metropolitan (Jakarta, Surabaya, medan,
• Rumah Tangga yang menempati hunian dengan Bandung, Makassar, Semarang)
akses air minum layak dan aman (75,34%) • Rumah Tangga di perkotaan yang menempati
• Sambungan rumah tangga (SR) dengan akses hunian dengan akses sampah yang terkelola
air minum layak perpipaan (24,45 Juta) dengan baik (80% penanganan, 20 %
• Rumah Tangga yang menempati hunian dengan pengurangan)
akses sanitasi layak dan aman (air limbah) (90%,
termasuk akses aman 20%)
• Pembangunan 500.000 ha jaringan irigasi baru PP 4 – ENERGI KETENAGA
• Peningkatan ketersediaan air baku domestik dan LISTRIKAN
industri (90 m3/ detik)
• Pembangunan 58 Unit bendungan multiguna • Pembangunan Sambungan Jaringan Gas untuk
• Meningkatnya water use efficiency (5,3 USD/m3) Rumah Tangga sebanyak 4.000.000 SR
• Peningkatan Konsumsi Listrik per Kapita Nasional
menjadi 1.500 kWh
PP 2 – INFRASTRUKTUR • Penyediaan energi nasional menjadi sebesar
EKONOMI 375,9 MTOE

• Pengembangan jaringan kereta api cepat


PP 5 - TRANSFORMASI
(Jakarta-Semarang, Jakarta-Bandung), dan
DIGITAL
kereta api angkutan barang (Makassar-Pare
Pare)
• Standarisasi kinerja dan pengelolaan terpadu • Peningkatan Information and Communication
di 7 pelabuhan hub (Pelabuhan Belawan/ Technologies (ICT) Development Index (5,0 -
Kuala tanjung, Pontianak/Kijing, Tanjung Priok/ 5,3)
Patimban, Tanjung Perak, Makassar, Bitung, • Peningkatan kecepatan internet kabel/fixed
Sorong) broadband (25 Mbps) dan kecepatan internet
• Pengembangan 30 rute Jembatan Udara baru seluler/mobile broadband (20 Mbps)
• Pembangunan jalan tol baru (2.000 km), jalan • Perluasan jangkauan infrastruktur jaringan serat
nasional baru (2.500 km), dan peningkatan optik yang mencakup 75% total kecamatan
kondisi mantap jalan nasional (98 %) • Pelaksanaan analog switch Off untuk mendukung
• Penurunan waktu tempuh pada jalan utama 100% siaran digital
pulau (1,9 jam/100 km) • Fasilitasi start up eksisting untuk menjadi 3
• Rute pelayaran yang membentuk loop (42%) unicorn baru

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 161
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
PN 5. Memperkuat Infrastruktur Untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar
Terpenuhinya perumahan dan Persentase rumah tangga yang menempati
permukiman layak, aman, dan perumahan dan permukiman yang layak, aman,
terjangkau untuk rumah tangga dan terjangkau
Meningkatnya tata kelola dan
Water use efficiency (USD/m3)
pemanfaatan sumber daya air
1. Waktu tempuh pada jalan lintas utama
Meningkatnya konektivitas
pulau
nasional
2. Porsi rute pelayaran yang membentuk loop
Terpenuhinya kebutuhan energi
Penyediaan energi nasional (MTOE)
nasional
Meningkatnya indeks
Information and Communication Technologies
pembangunan Teknologi
(ICT) Development Index
Informasi dan Komunikasi (TIK)
PP1. Infrastruktur Pelayanan Dasar
1. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan kecukupan luas lantai per
kapita (%)
2. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan ketahanan bangunan (atap,
lantai, dinding) (%)
3. Persentase rumah tangga yang memiliki
sertifikat hak atas tanah (%)
4. Persentase rumah tangga yang menempati
Meningkatnya akses
hunian dengan akses sanitasi layak dan
masyarakat terhadap
aman (air limbah) (%)
perumahan dan permukiman
5. Persentase penduduk yang masih
layak, aman dan terjangkau
mempraktekkan buang air besar
sembarangan di tempat terbuka (%)
6. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses sampah yang terkelola
dengan baik (%)
7. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses air minum layak (%)
8. Persentase rumah tangga yang menempati
hunian dengan akses air minum aman (%)
Meningkatnya keselamatan dan Rasio fatalitas kecelakaan jalan per 10.000
keamanan transportasi kendaraan (terhadap baseline 2010) (persen)
1. Volume tampungan air (alami dan
infrastruktur) per kapita (m3/kapita)
2. Persentase peningkatan Indeks kinerja
system Irigasi secara modern (persen)
3. Luas lahan pertanian padi dan non-padi
Meningkatnya pengelolaan yang beririgasi (Hektare)
sumber daya air secara 4. Indeks resiko bencana untuk banjir, longsor,
terintegrasi gunung berapi, dan gempa bumi (indeks)
5. Volume peningkatan bauran air baku
permukaan untuk air minum (m3/detik)
6. Jumlah unit restorasi infrastruktur alami
sumber air (unit)
7. Water productivity index (USD/m3)

162 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
Persentase rumah tangga yang menempati
hunian layak dan terjangkau
1. Fasilitasi Penyediaan
Diukur menggunakan indikator: Hunian Baru Layak
a. Jumlah hunian baru layak yang terbangun 2. Fasilitasi Pembiayaan
melalui peran pemerintah (unit) Perumahan
b. Jumlah peningkatan kualitas hunian melalui 3. Fasilitasi Peningkatan
peran pemerintah (unit) Kualitas Rumah
KP 1. Penyediaan
Meningkatnya akses c. Jumlah hunian yang terbangun melalui 4. Penyediaan
akses perumahan
masyarakat terhadap peran masyarakat dan dunia usaha (unit) Infrastruktur Dasar
dan permukiman
perumahan yang layak, aman, d. Jumlah rumah tangga yang menerima Permukiman
layak, aman dan
dan terjangkau fasilitas pembiayaan perumahan (rumah 5. Fasilitasi Peningkatan
terjangkau
tangga) Standar Keandalan
e. Jumlah kabupaten/ kota yang Bangunan dan
mengembangkan iklim kondusif perumahan Keamanan Bermukim
melalui reformasi perizinan dan administrasi 6. Penyediaan 100.000
pertanahan (kabupaten/ kota) Unit Hunian Layak
f. Jumlah kabupaten/ kota yang (Major Project)
mengimplementasikan pemenuhan standar
keandalan bangunan (kabupaten/ kota)
1. Terpenuhinya akses air
1. Jumlah sambungan rumah SPALD-T skala 1. Pembinaan
minum layak dan aman
kota dan permukiman (SR) Penyelenggaraan Air
• Terpenuhinya 75,34%
2. Jumlah rumah tangga yang terlayani Minum dan Sanitasi
akses air minum layak
SPALD-S (KK) Layak dan Aman
(termasuk 30,35% akses
3. Jumlah rumah tangga yang terlayani TPA 2. Pengaturan
perpipaan)
dengan standar sanitary landfill (KK) Penyelenggaraan Air
• Terpenuhinya 100 %
4. Jumlah rumah tangga yang terlayani TPS3R/ Minum dan Sanitasi
PDAM dengan kinerja
TPST (KK) Layak dan Aman
KP 2. Penyediaan sehat
5. Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem 3. Pengawasan Kualitas
Akses Air Minum dan 2. Tersedianya sistem layanan
layanan lumpur tinja (FSM) (Kabupaten/ Air Minum dan Sanitasi
Sanitasi (Air Limbah sanitasi berkelanjutan
Kota) 4. Peningkatan Akses
dan Sampah) yang • Terpenuhinya 90% akses
6. Jumlah sambungan rumah tangga dengan Sanitasi (Air Limbah)
Layak dan Aman sanitasi layak (termasuk
akses air minum layak (SR) Layak dan Aman
20% aman)
7. Jumlah rumah tangga dengan akses air (Major Project)
• Terpenuhinya 0% BABS
minum layak non perpipaan (KK) 5. Pembangunan 10 Juta
di tempat terbuka
8. Jumlah sambungan rumah tangga dengan Sambungan Rumah
• Terpenuhinya akses
akses air minum aman (SR) (Major Project)
persampahan yang
9. Persentase PDAM dengan kinerja sehat (%) 6. Pembangunan sistem
terkelola dengan baik
10. Persentase angka BABS di tempat terbuka pengelolaan sampah
• Tersedianya layanan
(%) domestik
sanitasi berkelanjutan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 163
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Pembangunan
infrastruktur air baku
di pulau-pulau kecil
1. Pembangunan infrastruktur penyedia air
terluar
baku (m3/detik)
2. Pembangunan
2. Rehabilitasi infrastruktur penyedia air baku
infrastruktur air baku di
(m3/detik)
kawasan rawan air.
3. Pembangunan embung air baku (unit)
Tersedianya Air Baku dengan 3. Pembangunan
4. Pembangunan sumur air tanah (titik)
Sumber Air Terlindungi infrastruktur air tanah
5. Pengembangan kerjasama investasi
(Penambahan kapasitas air di pulau-pulau kecil
penyediaan air baku (unit)
baku nasional) terluar.
6. Jumlah Kabupaten/Kota dengan tingkat
4. Pembangunan
kehilangan air baku <20%
infrastruktur air tanah
7. Jumlah Kabupaten/Kota dengan Sistem
di kawasan rawan air.
monitoring debit sungai dan intake jaringan
5. Penyediaan air baku
perpipaan secara real time
melalui pengeboran air
tanah.

1. Pembangunan sistem
pemantauan kualitas
sumber air baku di WS
Citarum.
2. Pembangunan sistem
pemantauan kualitas
sumber air baku di
Kawasan Pesisir Utara
Pulau Jawa.
1. Jumlah kabupaten/kota dengan sistem
3. Penanganan limbah
KP 3. Pengelolaan pemantauan kualitas sumber air baku
Terkelolanya kualitas SDA dan dan sanitasi di WS
Air Tanah dan Air 2. Jumlah kabupaten/kota dengan penanganan
pengendalian pencemaran Citarum.
Baku Berkelanjutan limbah dan sanitasi
badan air 4. Penanganan limbah
3. Jumlah kabupaten/kota dengan modernisasi
dan sanitasi di
pengelolaan sampah
Kawasan Pesisir Utara
Pulau Jawa.
5. Modernisasi
pengelolaan sampah
di WS Citarum.
6. Modernisasi
pengelolaan sampah
di Kawasan Pesisir
Utara Pulau Jawa.
1. Pembangunan sistem
informasi hidrologi
terpadu.
2. Pembangunan sistem
informasi hidrogeologi
terpadu.
3. Pembangunan
sistem informasi
hidrometeorologi
terpadu.
4. Pembangunan sistem
informasi kualitas air
terpadu.
5. Peningkatan
pengelolaan alokasi
air tahunan dan
realisasinya.

164 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Jumlah terjadinya kecelakaan pelayaran per 1. Pemenuhan fasilitas
10.000 freight (%) keselamatan dan
Menurunnya rasio kecelakaan 2. Rasio insiden kecelakaan penerbangan per keamanan transportasi
transportasi 1 juta flight cycle & SAR
KP 4. Keselamatan 3. Rasio kecelakaan KA per 1 juta km 2. Pembinaan dan
dan Keamanan perjalanan KA pendidikan SDM
Transportasi keselamatan dan
keamanan transportasi
Meningkatnya kinerja layanan 1. Waktu tanggap pencarian dan pertolongan & SAR
pencarian dan pertolongan (menit) 3. Penyediaan fasilitas
informasi cuaca
1. Pembangunan /
peningkatan check
dam di WS Citarum
2. Pembangunan /
1. Panjang bangunan perkuatan tebing yang
peningkatan check
dibangun atau ditingkatkan (Km)
dam di Kawasan
2. Jumlah check dam yang dibangun atau
Prioritas
Terbangunnya dan ditingkatakan (Unit)
3. Pembangunan /
terlaksananya rehabilitasi 3. Panjang tanggul laut dan bangunan
peningkatan tanggul
infrastruktur pengendali daya pengamanan pantai lainnya yang dibangun
laut dan bangunan
rusak air dan letusan gunung atau ditingkatkan (Km)
pengamanan pantai di
berapi 4. Panjang tanggul penahan lumpur sidoarjo
Kawasan Pesisir Utara
yang direhabilitasi atau ditingkatkan (Km)
Pulau Jawa
5. Jumlah sabo yang dibangun atau
4. Pembangunan /
ditingkatkan (Unit)
peningkatan tanggul
laut dan bangunan
pengamanan pantai di
Kawasan Prioritas (Km)
1. Normalisasi sungai
yang dinormalisasi
dan Pembangunan /
peningkatan tanggul di
KP 5. Ketahanan WS Citarum
Kebencanaan 2. Normalisasi sungai
1. Panjang sungai yang dinormalisasi dan
Infrastruktur yang dinormalisasi
tanggul yang dibangun atau ditingkatkan
dan Pembangunan /
(Km)
Terciptanya sistem peringatan peningkatan tanggul di
2. Jumlah danau yang dikonservasi (Danau)
dini dan peta risiko bencana Kawasan Pesisir Utara
3. Jumlah rawa prioritas non kawasan hutan
wilayah/kawasan Pulau Jawa
yang dikonservasi (Rawa)
3. Normalisasi sungai
4. Jumlah wilayah sungai prioritas yang
yang dinormalisasi
dikonservasi (Sungai)
dan Pembangunan /
peningkatan tanggul di
Kawasan Prioritas
4. Konservasi danau
prioritas
5. Revitalisasi danau
Tersedianya infrastruktur
perkuatan tebing, pengamanan
1. Penegakan peraturan
pantai, penahan lumpur,
pengambilan air tanah
pengendali banjir dan 1. Ketersediaan peta risiko bencana (banjir,
di Kawasan Pesisir
longsorPengembangan gempa, dan tanah longsor) (Dokumen)
Utara Pulau Jawa
kebijakan penataan ruang, 2. Ketersediaan peta risiko bencana (banjir,
2. Penegakan peraturan
zonasi bencana, dan gempa, dan tanah longsor) (Dokumen)
pengambilan air tanah
standardisasi kualitas
di Kawasan Prioritas
bangunan berbasis
ketangguhan bencana

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 165
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Pemasangan
alat pemantauan
penurunan tanah di
Kawasan Pesisir Utara
Pulau Jawa
2. Pemasangan
alat pemantauan
1. Jumlah kabupaten/kota dengan penurunan tanah di
pemasangan alat pemantauan penurunan Kawasan Prioritas
tanah 3. Pemasangan
2. Jumlah kabupaten/kota dengan alat pemantauan
Tersedianya sistem terpadu
pemasangan alat pemantauan penggunaan penggunaan air tanah
peringatan dini dan tanggap
air tanah di Kawasan Pesisir
darurat bencana
3. Wilayah Sungai dengan Ketersediaan sistem Utara Pulau Jawa
peringatan dini bencana banjir (Unit) 4. Pemasangan
4. Jumlah sistem peringatan dini di kawasan alat pemantauan
rawan longsor (Unit) penggunaan air tanah
di Kawasan Prioritas
5. Pemasangan sistem
peringatan dini di
kawasan rawan longsor
6. Peningkatan sistem
peringatan dini di
kawasan rawan longsor
Pembangunan
1. Pembangunan Waduk multiguna (kumulatif)
Infrastruktur Tampungan
2. Perencanaan waduk multiguna berbasis
Air Multiguna Berbasis
KEK/KI (Dokumen)
Wilayah
1. Pemanfaatan waduk
untuk kebutuhan listrik
2. Pengembangan energi
1. Pengembangan fungsi waduk untuk listrik terbarukan tenaga air
(MW) bersumber dari waduk
Terbangunnya Infrastruktur
2. Pengembangan fungsi waduk untuk air baku 3. Pendayagunaan waduk
Tampungan Air Multiguna
(m3/detik) sebagai pembangkit
Berbasis Wilayah
3. Peningkatan live storage bendungan (dam listrik tenaga air
upgrading) (unit) 4. Pengembangan
kerjasama investasi
penyediaan listrik
KP 6. Waduk bersumber dari waduk
Multipurpose dan
Modernisasi Irigasi 1. Peningkatan Kualitas Operasi-Pemeliharaan Rehabilitasi dan
Terlaksananya Rehabilitasi dan
dan Keamanan Waduk Eksisting (Unit) peningkatan keamanan
peningkatan keamanan waduk
2. Jumlah bendungan yang direhabilitasi (Unit) waduk
1. Pembangunan
jaringan irigasi teknis
kewenangan pusat
2. Pembangunan
jaringan irigasi teknis
1. Pembangunan jaringan irigasi teknis
Terbangunnya dan kewenangan daerah
(Hektare)
terlaksananya rehabilitasi 3. Rehabilitasi jaringan
2. Rehabilitasi jaringan daerah irigasi teknis
Jaringan Irigasi Sawah daerah irigasi teknis
(Hektare)
kewenangan pusat
4. Rehabilitasi jaringan
daerah irigasi teknis
kewenangan daerah

166 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Modernisasi
infrastruktur irigasi di
Pulau Jawa
2. Modernisasi sistem
pertanian di Pulau
Jawa
1. Modernisasi irigasi di Pulau Jawa (Daerah 3. Modernisasi
Irigasi) infrastruktur irigasi di
Terlaksananya peningkatan
2. Modernisasi irigasi di Pulau Sumatera Pulau Sumatera
efisiensi dan kinerja sistem
(Daerah Irigasi) 4. Modernisasi sistem
irigasi
3. Modernisasi irigasi di Pulau Sulawesi pertanian di Pulau
(Daerah Irigasi) Sumatera
5. Modernisasi
infrastruktur irigasi di
Pulau Sulawesi
6. Modernisasi sistem
pertanian di Pulau
Sulawesi
1. Pembangunan sistem
irigasi untuk lahan
perkebunan rakyat
2. Pembangunan sistem
irigasi untuk lahan
perkebunan rakyat
kewenangan daerah
3. Pembangunan sistem
irigasi untuk lahan
peternakan rakyat
1. Lahan Perkebunan Rakyat beririgasi
4. Pembangunan sistem
(Hektare)
Terbangunnya sistem irigasi irigasi untuk lahan
2. Lahan Peternakan Rakyat beririgasi
untuk peternakan, tambak, dan peternakan rakyat
(Hektare)
pertanian non-padi kewenangan daerah
3. Layanan irigasi bagi budidaya ikan air tawar,
5. Pembangunan sistem
ikan air payau dan tambak garam (Hektare)
irigasi untuk lahan
budidaya ikan air
tawar, ikan air payau
dan tambak garam
6. Pembangunan sistem
irigasi untuk lahan
budidaya ikan air
tawar, ikan air payau
dan tambak garam
kewenangan daerah
PP 2. Infrastuktur Ekonomi
1. On Time Performance (OTP) penerbangan
2. Panjang jalan tol baru yang dibangun (km)
3. Jumlah pelabuhan hub yang mencapai
Meningkatnya Konektivitas
standar sesuai kriteria Integrated Port
wilayah
Network (IPN)
4. Persentase kondisi jalur KA dipelihara
sesuai SPM

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 167
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Pembangunan Jalan
Strategis
2. Pembangunan jalan tol
3. Pemeliharaan/
rehabilitasi/
peningkatan jalan
nasional
4. Pembangunan jalan
1. Panjang jalan baru yang dibangun (km) mendukung kawasan
KP 1. Konektivitas Menurunnya waktu tempuh
2. Persentase kondisi mantap jalan nasional, prioritas (Kawasan
Transportasi Jalan lintas utama per pulau
provinsi, kabupaten/kota Industri, Kawasan
Ekonomi Khusus,
Kawasan Perbatasan,
Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional)
5. Pembangunan
Jalan akses
simpul transportasi
(pelabuhan, bandara)
1. Pembangunan
Jalur KA Regional
(angkutan Barang dan
penumpang)
2. Kereta api cepat
1. Panjang jalur KA yang dibangun (termasuk
Terwujudnya konektivitas (Jakarta-Semarang,
reaktivasi dan jalur ganda)
perkeretaapaian Jakarta-Bandung),
2. On Time Performance (OTP) KA
kereta api angkutan
barang (Makassar-
Pare Pare)
KP 2. Konektivitas 3. IMO/Biaya perawatan
Transportasi Kereta prasarana dan operasi
Api
1. Pembangunan KA
Akses Bandara:
Juanda, Adi Sumarmo,
Kulonprogo, Raden
Meningkatnya integrasi Jumlah simpul transportasi yang terakses Inten, Hasanudin.
multimoda Kereta Api (bandara, pelabuhan, terminal) 2. Pembangunan KA
Akses Pelabuhan:
Tanjung Emas, Teluk
Lamong, Tarahan,
Garongkong, Merak)
1. Pengembangan
pelabuhan utama
Tol Laut (Belawan/
Kuala Tanjung, Kijing,
Tj. Priok, Tj. Perak,
Makasar, Bitung,
1. Jumlah pelabuhan mencapai standar Sorong)
Meningkatnya kapasitas dan
KP 3. Konektivitas pelayanan operasional 2. Pembangunan
kualitas pelayanan pelabuhan
Transportasi Laut 2. Jumlah rute perintis penumpang dan subsidi pelabuhan cruise
laut
barang (rute 3. Penyelenggaraan
subsidi Tol Laut
4. Pengadaan sarana
transportasi laut
5. Pengembangan
teknologi informasi
pelayaran

168 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Jembatan udara Papua
1. Jumlah rute subsidi perintis penerbangan
Meningkatnya konektivitas dan 2. Pengembangan
2. Jumlah bandara di wilayah 3T yang
pelayanan transportasi udara Bandara mendukung
dibangun dan ditingkatkan
KP 4. Konektivitas kawasan prioritas
Transportasi Udara 1. Pengembangan
Meningkatnya kapasitas sarana
1. Jumlah bandara yang ditingkatkan bandara Utama
dan prasarana transportasi
2. Jumlah bandara baru yang dibangun 2. Pembangunan
udara
bandara baru
1. Pembangunan
pelabuhan
penyeberangan pada
Jalur utama logistik
2. Pengembangan/
Pembangunan
Pelabuhan
penyeberangan
mendukung KSPN
1. Jumlah layanan lintas penyeberangan
3. Pembangunan terminal
komersial
penumpang dan
Terwujudnya konektivitas darat 2. Jumlah pelabuhan penyeberangan Sungai,
barang antar Negara
yang andal Danau, yang dibangun/ dikembangkan
4. Pembangunan kapal
3. Persentase kejadian pelanggaran
KP 5. Konektivitas penyeberangan
overloading
Transportasi Darat 5. Pengembangan
dan Antarmoda UPPKB
6. Pembangunan
pelabuhan
penyeberangan di
wilayah 3T
7. Penyediaan subsidi
penyeberangan
perintis di wilayah 3T
1. Pembangunan
1. Jumlah Pelabuhan penyeberangan yang pelabuhan
Terwujudnya aksesibilitas darat dibangun di wilayah 3T penyeberangan di
dan antarmoda di wilayah 3T 2. Jumlah rute layanan penyeberangan dan wilayah 3T
bus perintis di wilayah 3T 2. Penyediaan subsidi
perintis di wilayah 3T
PP 3. Infrastruktur Untuk Mendukung Perkotaan
1. Jumlah layanan angkutan umum
masal perkotaan yang dibangun dan
Meningkatnya pangsa
dikembangkan
angkutan umum
2. Share PDRB per kapita dibandingkan
dengan laju urbanisasi (%)
1. Angkutan Umum
Massal Perkotaan di
6 kota metropolitan
(Jakarta, Surabaya,
1. Jumlah angkutan massal berbasis rel yang Medan, Bandung,
KP 1. Sistem Meningkatnya Penggunaan dibangun (Jumlah Kota/Km/lintas/frekuensi) Makassar, Semarang
Angkutan Umum angkutan umum massal 2. Jumlah angkutan umum perkotaan berbasis 2. Pengembang sistem
Masal Perkotaan perkotaan jalan (BRT dan Sistem Transit) yang angkutan umum masal
dibangun (Kota/Koridor) perkotaan berbasis
Jalan
3. Penyediaan subsidi
angkutan umum
massal perkotaan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 169
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
1. Pembangunan Fly
1. Jumlah jalan lingkar kota di perkotaan yang Over dan Underpass
KP 2. Infrastruktur Mengurangi waktu tempuh di dibangun (km/kota) perkotaan
Jalan Perkotaan perkotaan 2. Jumlah fly over dan underpass perkotaan 2. Pembangunan jalan
yang dibangun lingkar tol dan non-tol
Perkotaan
KP 3. Energi dan Meningkatnya pasokan 1. Peningkatan
Jumlah tambahan pasokan listrik ramah
ketenagalistrikan energi ramah lingkungan diversifikasi energi
lingkungan terutama untuk perkotaan (MW)
perkotaan terutamauntuk perkotaan perkotaan
1. Meningkatnya penetrasi
fixed broadband di 1. Persentase pemanfaatan sistem layanan
perkotaan darurat terpadu
KP 4. Infrastruktur 2. Meningkatnya jumlah 2. Persentase pengembangan dan
Pengembangan digital
dan ekosistem ICT kabupaten/kota yang pemanfaatan sistem public protection and
technopreuneur
perkotaan menyelenggarakan layanan disaster relief (PPDR)
112 3. Persentase pelanggan layanan jaringan
3. Persentase kabupaten/kota tetap pitalebar per 100 penduduk
terintegrasi ke sistem PPDR
KP 5. Penyediaan
1. Penyediaan dan
Akses Air Minum dan 1. Jumlah kawasan perkotaan prioritas dengan
Tersedianya akses air minum Penyelenggaraan Air
Sanitasi (Air Limbah penyediaan dan penyelenggaraan akses
dan sanitasi yang layak dan Minum dan Sanitasi
dan Sampah) yang air minum dan air limbah yang aman dan
aman di perkotaan yang Handal dan
Layak dan Aman di handal (Kab/Kota)
Terintegrasi
Perkotaan
KP 6. Penyediaan
Meningkatnya akses
Akses Perumahan
masyarakat terhadap Jumlah hunian vertikal layak yang terbangun
dan Permukiman Fasilitasi Penyediaan
perumahan dan permukiman untuk masyarakat berpenghasilan rendah di
Layak, Aman dan Perumahan di Perkotaan
yang layak, aman dan perkotaan (unit)
Terjangkau di
terjangkau di perkotaan
Perkotaan
PP 4. Energi Dan Ketenagalistrikan
Meningkatnya akses dan 1. Rasio Elektrifikasi (%)
pasokan energi dan tenaga 2. Konsumsi Listrik Per Kapita (Rp/kWh)
listrik yang merata, andal, dan 3. Emisi CO2 (juta ton)
efisien 4. Intensitas Energi Final (SBM/ Miliar Rupiah)

Memperluas penyediaan 1. Peningkatan efisiensi


KP 1. Energi dan
infrastruktur dan pemanfaatan 1. Susut jaringan (%) dan produktivitas
Tenaga Listrik
energi dan tenaga listrik yang 2. Bauran EBT di pembangkitan (%) 2. Pemanfaatan EBT dan
Berkelanjutan
bersih dan efisien penurunan emisi

1. Perluasan Jaringan
Gas Kota
2. Penuntasan akses
dan kualitas
pelayanan energi dan
Meningkatnya akses energi 1. SAIDI terbesar sistem (jam/pelanggan) ketenagalistrikan
KP 2. Akses energi
dan tenaga listrik yang merata, 2. Persentase pengguna energi bersih untuk 3. Peningkatan
dan ketenagalistrikan
terjangkau dan berkualitas memasak (%) keterjangkauan
pelayanan energi dan
ketenagalistrikan
4. Pembangunan Pipa
Gas Bumi Trans
Kalimantan
Meningkatnya jaminan dan 1. Peningkatan jaminan
KP 3. Pasokan
ketahanan pasokan serta 1. Produksi tenaga listrik (GWh) pasokan dan
Energi dan Tenaga
kualitas tata kelola energi dan 2. Cadangan penyangga BBM (hari) ketahanan energi dan
Listrik
ketenagalistrikan ketenagalistrikan

170 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
KERANGKA SASARAN INDIKATOR PRO-PN
PP 5. Transformasi Digital
1. Pertumbuhan sektor informasi dan
komunikasi
1. Terbangunnya ekosistem 2. Persentase pengguna internet
dan pemanfaatan TIK 3. Proporsi jumlah pelanggan fixed broadband
2. Tersedianya layanan akses 4. Proporsi populasi yang dijangkau mobile
infrastruktur TIK broadband
5. Proporsi individu yang menguasai/memiliki
telepon genggam
1. Persentase desa blank spot yang
mendapatkan layanan telekomunikasi
1. Pengembangan
2. Persentase penyediaan satelit multifungsi
infrastruktur pitalebar
3. Persentase jangkauan infrastruktur jaringan
Meratanya akses layanan 2. Pengembangan
KP 1. Penuntasan serat optik hingga kecamatan
telekomunikasi dan internet di infrastruktur penyiaran
infrastruktur TIK 4. Kecepatan internet kabel (fixed broadband)
desa 3. Pengembangan
dan kecepatan internet seluler (mobile
infrastruktur TIK
broadband) (Mbps)
pemerintahan
5. Persentase terlaksananya penyiaran digital
melalui Analog Switch Off
1. Persentase puskesmas yang terlayani akses
telekomunikasi
1. Meningkatnya pemanfaatan
2. Persentase puskesmas yang terlayani akses
akses telekomunikasi dan 1. Pemanfaatan TIK
telekomunikasi
internet layanan pemerintah
KP 2. Pemanfaatan 3. Jumlah petani dan nelayan yang bermitra
2. Optimalisasi pemanfaatan 2. Pemanfaatan TIK
infrastruktur TIK dengan layanan online (orang) – kumulatif
TIK untuk sektor layanan masyarakat
4. Persentase keterpaduan aplikasi umum
pertumbuhan ekonomi dan dunia usaha
SPBE
strategis
5. Persentase sekolah (SMA dan SMK) yang
terlayani akses telekomunikasi
1. Jumlah SDM yang mendapatkan
1. Pengelolaan informasi
peningkatan kapasitas menghadapi
secara aman dan
transformasi digital
KP 3. Fasilitas Meningkatnya daya saing terintegrasi
2. Jumlah UMKM yang menjalani bisnis online
pendukung industri dan SDM TIK dalam 2. Pengembangan literasi
yang mendapatkan peningkatan kapasitas
transformasi digital negeri dan keahlian TIK
3. Persentase integrasi data pemerintah
3. Pengembangan dan
4. Persentase pengembangan platform Big
fasilitasi industri TIK
Data Nasional

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 171
Arah Kebijakan dan Strategi

Infrastruktur Pelayanan Dasar

Penyediaan Akses Perumahan dan Permukiman termasuk sistem transportasi publik;


Layak, Aman dan Terjangkau 2) Pengembangan sistem perumahan publik di
Arah kebijakan dalam pembangunan perumahan perkotaan, termasuk kawasan industri;
dan permukiman adalah meningkatkan akses 3) Peningkatan efisiensi lahan untuk penyediaan
masyarakat secara bertahap terhadap perumahan perumahan melalui inclusive urban renewal dan
dan permukiman layak, aman dan terjangkau konsolidasi tanah dalam rangka mewujudkan
untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. kota tanpa permukiman kumuh;
Strategi dilakukan melalui tiga pendekatan utama, 4) Pemanfaatan tanah milik negara/BUMN untuk
yakni pendekatan dari sisi permintaan (demand mendukung penyediaan perumahan bagi
side), dari sisi pasokan (supply side), dan enabling masyarakat berpenghasilan menengah ke
environment. bawah; dan
5) Pengembangan peran BUMN/BUMD dalam
Strategi dari sisi permintaan (demand side) melalui: penyediaan perumahan.
1) Pemantapan sistem pembiayaan primer dan
sekunder perumahan dalam rangka mewujudkan Sedangkan strategi dari aspek enabling
pembiayaan perumahan yang efisien, termasuk environment, dilakukan melalui:
optimalisasi permanfaatan sumber pembiayaan 1) Penguatan implementasi standar keandalan dan
jangka panjang seperti dana jaminan sosial/ tertib bangunan;
pensiun serta pengembangan operasionalisasi 2) Penguatan implementasi kemudahan perizinan
Badan Tabungan Perumahan Rakyat (BP dan administrasi pertanahan untuk perumahan;
TAPERA); 3) Peningkatan kapasitas pemerintah/pemerintah
2) Reformasi subsidi perumahan yang lebih efisien daerah, masyarakat dan dunia usaha;
dan berkelanjutan melalui skema subsidi yang 4) Peningkatan kolaborasi dan kemitraan
progresif termasuk phasing out skema subsidi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan
yang tidak tepat sasaran dan membebani dunia usaha;
keuangan negara dalam jangka panjang; dan 5) Pengembangan sistem insentif dan disinsentif
3) Perluasan fasilitas pembiayaan perumahan dalam penyediaan perumahan; dan
terutama bagi masyarakat berpenghasilan tidak 6) Pengembangan bantuan perumahan bagi
tetap dan/atau membangun/memperbaiki rumah kelompok 40% penghasilan terbawah
secara swadaya.
Pengelolaan Air Tanah, Air Baku Berkelanjutan
Strategi dari sisi pasokan (supply side) melalui: Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
1) Pengembangan sistem penyediaan perumahan peengelolaan air tanah, air baku berkelanjutan
yang serasi dengan tata ruang dan terpadu adalah:
dengan layanan infrastruktur dasar permukiman, 1) Percepatan Penyediaan Air Baku yang Aman

172 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
dari Sumber Air sampai Konsumen sesuai stakeholder (pemerintah, pemerintah daerah,
Kualitas dan Kuantitas yang Dibutuhkan (Water badan usaha, unit pelaksana, dan masyarakat)
Safety Plan), melalui: (a) Optimalisasi sumber melalui penguatan peran Pokja PPAS/AMPL
air baku dari bendungan; dan (b) Rehabilitasi di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten; (d)
dan pembangunan baru infrastruktur penyedia Pembentukan badan regulator air minum; (e)
air baku, Water Treatment Plant (WTP), serta Penyusunan undang-undang air minum dan air
sistem distribusi, terutama di wilayah aglomerasi limbah; (f) Pengembangan sumber alternatif
perkotaan, kawasan industri dan daerah dengan pendanaan untuk pengembangan SPAM dan
tingkat kemiskinan yang tinggi. skema investasi badan usaha.
2) Peningkatan efisiensi sistem penyediaan air 2) Peningkatan kapasitas penyelenggara air minum,
dan keterpaduan sumber air permukaan dan melalui: (a) Penyehatan PDAM melalui bantuan
air tanah (conjunctive use) melalui pemanfaatan teknis dan non teknis, antara lain penurunan
teknologi (Smart Water Management). Strategi tingkat kehilangan air (NRW), efisiensi produksi,
yang dilakukan adalah: (a) Peningkatan efisiensi pengelolaan keuangan dan SDM, penerapan
penyediaan air melalui penerapan teknologi Tarif FCR, serta peningkatan kualitas pelayanan;
monitoring distribusi air dan pemberian insentif (b) Penerapan Rencana Pengamanan Air
melalui skema investasi baru; (b) Konservasi, Minum dan Pengawasan Kualitas Air Minum; (c)
monitoring, pencegahan, dan law enforcement Penerapan Smart Grid Water Management; (d)
terhadap pencemaran air permukaan dan Peningkatan kapasitas penyelenggara SPAM
air tanah; (c) Penyediaan informasi publik berbasis masyarakat; (e) Penerapan teknologi
dari sistem informasi terpadu hidrologi, pengendalian dan pencegahan kontaminasi air
hidrometeorologi, hidrogeologi, dan kualitas tanah, air permukaan dan sistem distribusi.
air; dan (d) Penyediaan sumber air baku dan 3) Pengembangan dan pengelolaan SPAM, melalui:
pengendalian ekstraksi air tanah untuk wilayah (a) Pengembangan (pembangunan baru,
aglomerasi metropolitan dan pulau kecil/terluar, peningkatan dan perluasan) dan pengelolaan
antara lain: Jabodetabekpunjur, Bandung (operasi, pemeliharaan, dan perbaikan) SPAM
Raya, Kartamantul, Gerbangkartasusila Perpipaan dan Non Perpipaan terlindungi;
(termasuk wilayah KKM dan KKJSM di Madura), (b) Optimalisasi SPAM yang telah terbangun
Kedungsepur, Sarbagita, Mamminasata, NTT, termasuk penurunan kebocoran; (c) Penyelesaian
dan Maluku Utara. serah terima asset kepada pemerintah daerah;
(d) Pemanfaatan berbagai sumber air baku
Penyediaan Akses Air Minum Layak dan Aman (bauran) diantaranya tampungan air (bendungan,
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka embung, dan lain lain), pemanenan air hujan, dan
penyediaan akses air minum layak dan aman, grey water; (e) Penerapan teknologi pengolahan
adalah : air minum di daerah rawan air dan kepulauan,
1) Peningkatan tata kelola kelembagaan untuk diantaranya pemanfaatan teknologi desalinasi air
penyediaan air minum layak dan aman, melalui: laut dan Penampungan Air Hujan (PAH).
(a) Peningkatan komitmen dan kapasitas Pemda, 4) Perubahan perilaku masyarakat untuk
diantaranya melalui pemberian penghargaan mendukung upaya konservasi sumber daya
dan sanksi; (b) Peningkatan kualitas dokumen air dan penyediaan air minum layak dan aman,
perencanaan air minum yang terintegrasi (c) melalui: (a) Penyadaran masyarakat untuk
Peningkatan sinergi dan kolaborasi penyediaan perilaku hemat air, peningkatan willingness to
akses air minum antar program dan antar pay, dan penggunaan sumber air minum aman;

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 173
(b) Pengurangan pemanfaatan air tanah di ruang dengan pembangunan sanitasi; (c)
daerah yang telah terlayani SPAM; (c) Konservasi Pengembangan konsep resource recovery dan
sumber air baku untuk air minum berbasis circular economy; (d) Penyusunan panduan di
masyarakat. tingkat pusat mengenai pengelolaan sampah;
(e) Pengembangan SDM dan teknologi
Penyediaan Akses Sanitasi (Pengelolaan Air Limbah melalui kerja sama dengan universitas; (f)
Domestik dan Sampah) yang Layak dan Aman Pembangunan infrastruktur sanitasi (air limbah
Arah kebijakan dan strategi dilakukan dalam rangka domestik dan sampah); dan (g) Pengembangan
penyediaan akses sanitasi (pengelolaan air limbah teknologi menggunakan pendekatan bertahap
domestik dan sampah) yang layak dan aman adalah: (incremental approach).
1) Peningkatan kapasitas institusi dalam 4) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat
layanan pengelolaan sanitasi, melalui: (a) dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui:
Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam (a) Pelaksanaan program perubahan perilaku
meningkatkan pengelolaan air limbah, (termasuk di tiap desa dan kelurahan yang belum Stop
pengelolaan lumpur tinja) dan sampah; (b) Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat
Pemastian fungsi regulator layanan pengelolaan terbuka; (b) Penguatan mekanisme monitoring
air limbah domestik dan sampah; (c) Penguatan yang terjadwal; dan (c) Penguatan keberlanjutan
peran dan kapasitas PDAM sebagai penyedia STBM di tingkat kabupaten dan kota.
jasa layanan pengelolaan air limbah domestik, 5) Pengembangan kerja sama dan pola
terutama bagi daerah dengan cakupan air pendanaan, melalui: (a) Penyediaan pola subsidi
perpipaan lebih dari 50 persen; dan (d) yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
Peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk masyarakat; (b) Pengembangan layanan sanitasi
melakukan kerja sama dengan pihak lain. melalui sistem pembiayaan yang inovatif; (c)
2) Peningkatan komitmen kepala daerah untuk Peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk
layanan sanitasi yang berkelanjutan, melalui: melakukan kerja sama dengan pihak lain; (d)
(a) Penyusunan dokumen legal formal di Menciptakan wirausaha sanitasi di daerah yang
daerah mengenai pengelolaan sanitasi (air memiliki potensi; dan (e) Peningkatan kapasitas
limbah dan sampah domestik); (b) Penyediaan wirausaha sanitasi agar mampu menciptakan
mekanisme insentif bagi pemerintah daerah produk yang sesuai dengan standar.
untuk mengalokasikan anggaran pembangunan
infrastruktur sanitasi dan/atau penyediaan Keselamatan dan Keamanan Transportasi
subsidi bagi operasional dan pemeliharaan; dan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
(c) Penerapan regulasi daerah yang mengatur meningkatkan keselamatan dan keamanan
kewajiban pembayaran pengelolaan sanitasi transportasi adalah:
oleh masyarakat/ konsumen dan mewajibkan 1) Pembenahan kerangka regulasi antara lain
rumah tangga untuk memiliki akses air limbah melalui penyusunan dan penetapan norma,
aman dan pengelolaan sampah. standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka
3) Pengembangan infrastruktur dan layanan penyelenggaraan pelayaran dan melaksanakan
sanitasi permukiman sesuai dengan karakteristik pembinaan dan pengawasan terhadap
dan kebutuhan daerah, melalui: (a) Pelaksanaan penyelenggaraan urusan pelayaran yang menjadi
bimbingan teknis pembangunan infrastruktur kewenangan daerah;
sanitasi; (b) Koordinasi perencanaan tata 2) Pembenahan kerangka kelembagaan dan

174 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah 2) Peningkatan infrastruktur tangguh bencana di
serta Operator dalam penegakkan aturan dan wilayah prioritas rawan bencana serta sinergi
pembinaan, pengarusutamaan program keamanan antara pembangunan wilayah dan peningkatan
dan keselamatan transportasi, pendidikan ketangguhan terhadap bencana, terutama di
dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan Kawasan pesisir utara pulau Jawa dan DAS kritis
transportasi yang berkeselamatan sejak usia melalui (a) Peningkatan kualitas infrastruktur
dini; pelatihan serta Sosialisasi keselamatan dan tangguh bencana; (b) Pembangunan infrastuktur
keamanan transportasi untuk operator, regulator, ketahanan bencana di kawasan pesisir utara
dan masyarakat; penyusunan dan pelaksanaan Pulau Jawa dan DAS prioritas; (c) Pembangunan
RUNK/RAK, dengan prioritas pada: data, riset, sistem terintegrasi pemantauan penurunan
black spot, optimalisasi Forum LLAJ; tanah; dan (d) Pengembangan sistem terintegrasi
3) Penegakan aturan standar keamanan dan penyediaan air dan sanitasi.
keselamatan transportasi; 3) Penerapan sistem pengelolaan terpadu
4) Penerapan pendekatan sistem yang sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan
berkeselamatan yang komprehensif dalam masyarakat dan pengendalian bencana serta
rangka mengurangi fatalitas dan keparahan penerapan kebijakan room for river melalui (a)
korban (injury prevention); Penetapan Kawasan prioritas penurunan tanah
5) Meningkatkan level keselamatan dan keamanan dan ekstraksi air tanah; (b) Penyediaan sistem
transportasi dalam rangka menurunkan jumlah sanitasi dan pengelolaan limbah terpadu; dan(c)
korban yang meninggal dan luka berat serta Melakukan pembangunan infrastuktur SPAM
hilang dalam penyelenggaran jasa transportasi; regional sesuai dengan kebutuhan kawasan.
6) Pemenuhan kecukupan dan modernisasi/ 4) Percepatan penanganan kerusakan DAS
peremajaan teknologi sarana dan prasarana Citarum dengan melibatkan partisipasi aktif
fasilitas keselamatan dan keamanan transportasi seluruh stakeholders, melalui (a) Peningkatan
sesuai standar SNI dan SI; dan sistem pemantauan kualitas air DAS Citarum; (b)
7) Peningkatan kuantitas dan sebaran SDM yang Peningkatan kinerja pengendalian pencemaran
berkompeten serta sarana dan prasarana SAR dan pengelolaan kualitas air; (c) Peningkatan
Darat, Laut, dan Udara untuk memenuhi waku kapasitas pengelolaan sampah; (d) Rehabilitasi
tanggap. lahan kritis dan penataan kegiatan perekonomian
masyarakat; dan (e) Pengelolaan sumber air dan
Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur pengurangan risiko bencana.
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
mendukung ketahanan kebencanaan infrastruktur Waduk Multipurpose dan Modernisasi Irigasi
adalah: Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
1) Penetapan kebijakan pengelolaan kawasan dan penyediaan waduk multipurpose dan modernisasi
sistem peringatan dini bencana berdasarkan irigasi adalah:
karakteristik wilayah dan jenis bencana, melalui 1) Penyediaan infrastruktur tampungan air multiguna
(a) Penyediaan sistem peringatan dini di wilayah dan berkelanjutan melalui (a) Pembangunan
rawan bencana; (b) Penyusunan peta risiko bendungan multiguna yang memiliki fungsi
bencana untuk setiap wilayah berdasarkan irigasi, air baku, dan PLTA; (b) Penerapan standar
simulasi bencana; dan (c) Penilaian dan retrofit internasional penilaian kelayakan pembangunan
infrastruktur berdasarkan tingkat keamanan bendungan baru; (c) Penyederhanaan proses

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 175
perizinan dan percepatan pembangunan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air
bendungan baru; dan (d) Pemanfaatan potensi untuk daya dukung pertumbuhan tanaman.
waduk baru melalui pembangunan prasarana
irigasi, air baku, dan PLTA.
2) Pengembangan waduk multiguna secara
terpadu dengan pengembangan kawasan KEK/
KI melalui: (a) Penerapan skema investasi Large
Scale Low Cost Hydropower for Industry (a.l PLTA Infrastruktur Ekonomi
di Kaltara); (b) Pemanfaatan potensi International
Grid (HVDC) untuk peningkatan pasokan
energi domestik dan komersial, termasuk Konektivitas Transportasi Jalan
border Interconnection Indonesia-Malaysia di Arah kebijakan konektivitas transportasi jalan adalah
Kalimantan-Sumatera; dan (c) Optimalisasi link meningkatkan konektivitas koridor utama logistik
and match potensi waduk multiguna dengan dan kawasan-kawasan prioritas melalui:
kebutuhan pengembangan Kawasan KEK/KI, 1) Mendorong penyusunan rencana umum jaringan
termasuk wilayah KKM dan KKJSM di Madura. jalan, dan kriteria pemilihan program/kegiatan
3) Penerapan inovasi teknologi dalam menambah untuk pembangunan/ penanganan jalan
volume tampungan air dan efisiensi pemanfaatan nasional, dan daerah;
air melalui (a) Peningkatan kapasitas dan 2) Penyusunan standar teknis dan kualitas jalan
optimalisasi fungsi waduk berdasarkan karakteristik nasional dan daerah;
dan kondisi bendungan; (b) Peningkatan efisiensi 3) Peningkatan kapasitas SDM daerah melalui
dan keamanan operasi waduk; (c) Pemeliharaan pendanaan DAK dan memperluas pelaksanaan
dan konservasi terhadap bendungan, kawasan skema pendanaan hibah jalan daerah yang
tangkapan air, dan greenbelt; dan (d) Pelibatan difokuskan pada perbaikan tata kelola
masyarakat dan dunia usaha dalam pemanfaatan pemeliharaan jalan daerah;
fungsi dan pemeliharaan waduk. 4) Membangun jaringan jalan tol di koridor utama
4) Pengembangan jaringan irigasi untuk mendukung logistik terutama untuk Tol Trans Sumatera;
ketahanan pangan, serta peternakan, tambak, 5) Membangun jaringan jalan arteri utama nasional
dan pertanian non-padi melalui (a) Peningkatan di tiap pulau terintegrasi dengan kawasan (KEK,
luas daerah irigasi teknis untuk meningkatkan KI, dan KSPN, daerah 3T);
produktivitas sawah; (b) Pengembangan layanan 6) Membangun jalan akses menuju simpul
irigasi untuk peternakan, tambak, dan pertanian transportasi
non-padi; dan (c) Penyusunan standar efisiensi 7) Preservasi jalan sesuai dengan standar lebar
dan kinerja penggunaan air untuk irigasi sesuai dan daya dukung; dan
karakteristik petani. 8) Meningkatkan kinerja kemantapan jalan daerah
5) Penerapan sistem pengelolaan daerah irigasi (jalan provinsi, kabupaten/kota).
berbasis teknologi tepat guna melalui (a)
Penerapan single management untuk daerah Konektivitas Transportasi Kereta Api
irigasi yang sejalan dengan peningkatan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
partisipasi petani; (b) Peningkatan kinerja memperkuat konektivitas transportasi kereta api,
kelembagaan dan kualitas SDM pengelola antara lain:
irigasi; dan (c) Penerapan teknologi tepat guna 1) Optimalisasi pemanfaatan kapasitan dan
jaringan KA;

176 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
2) Pembangunan dan Pengembangan kapasitas perlengkapan fasilitas keselamatan dan
jaringan KA; navigasi pelayaran; meningkatkan frekuensi
3) (Sinergi BUMN di bidang industri perkeretaapian pengawasan serta penindakan terhadap
dalam pengembangan teknologi dan pelanggaran standar keselamatan pelayaran;
penyelenggaraan sarana dan prasarana 3) Standardisasi layanan dan infrastruktur 7
perkeretaapian; hub domestik melalui pembentukan aliansi
4) Pembentukan dan Penyelenggaraan sistem operatorship;
transportasi dan Badan Usaha multimoda; 4) (Peningkatan dan pengembangan pelabuhan
5) Pengembangan skema pendanaan pengumpul dan pengumpan sesuai dengan
perkeretaapian meliputi sarana, prasarana, serta standar layanan yang ditetapkan;
pengoperasian. Strategi untuk mendukung arah 5) Aktivasi rute pendulum melalui aliansi strategis
kebijakan tersebut, yaitu: (a) Pengembangan jaringan pelayaran dan utilisasi kapal yang lebih
kapasitas jaringan dan layanan KA terutama besar;
pada jalur ganda KA Pantura dan lintas 6) Pengintegrasian jasa pelayaran lokal (PELRA)
Selatan Jawa; (b) Pembangunan jalur KA dengan sistem pelayaran nasional, melalui
Trans Sulawesi dan KA Trans Sumatera serta standarisasi khusus untuk pelabuhan hub
melanjutkan pembangunan jalur ganda dan strategis tol laut;
reaktivasi jalur KA di Pulau Jawa dan Sumatera; 7) Pengintegrasian jasa pelayaran komersial
(c) Pembangunan akses KA menuju simpul dengan sistem pelayaran non-komersial;
pelabuhan, bandara dan terminal serta pusat 8) Pengembangan hinterland terintegrasi
kegiatan logistik melalui penyediaan transportasi melalui pembangunan infrastruktur dasar dan
multimoda yang didukung fasilitas dry port dan peningkatan konektivitas mendukung kawasan
fasilitas alih moda untuk mendukung Kawasan industri;
Ekonomi Khusus, kawasan pertambangan, 9) Konsolidasi kargo di 7 pelabuhan untuk
Kawasan Industri, serta kawasan pertanian menciptakan efisiensi;
dan perkebunan; (d) Mendorong peran swasta 10) Pengembangan sistem teknologi informasi
dalam pelayanan dan penyelenggaraan yang dapat mendukung kelancaran aktivitas
layanan multimoda untuk pembangunan Jalur pelayanan angkutan laut, melalui digitalisasi
KA akses bandara pelabuhan, dan terminal; regulasi serta digitalisasi integrasi proses bisnis
dan (e) Mendorong keterlibatan swasta dan rantai pasok logistik (e-logistic), perencanaan
penyediaan skema jangka panjang yang relatif pemanfaatan platform TIK yang berfungsi
murah dan dapat dapat dimanfaatkan baik untuk untuk pengintegrasian dan pemantauan proses
oleh pemerintah maupun badan usaha operator usaha jasa kepelabuhanan, pelayaran, dan jasa
mencakup penyediaan sarana, prasarana, dan logistik lainnya; dan
penyelenggaraan pengoperasian jaringan KA. 11) Peningkatan jumlah coverage dan frekuensi
pelayanan angkutan perintis yang komprehensif
Konektivitas Transportasi Laut (saling melengkapi dan terpadu antar layanan
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka perintis), melalui memperkuat keterpaduan
memperkuat konektivitas transportasi laut, adalah: antarmoda keperintisan laut dan udara serta
1) Penegakan aturan standar keselamatan jalan lintas, sesuai karakteristik wilayah; dan
pelayaran; penentuan rute subsidi perintis (multi years)
2) Pemenuhan kecukupan perlengkapan sistem yang sesuai dengan kebutuhan wilayah 3T
navigasi pelayaran, melalui penyediaan dalam rangka mendorong aktivitas ekonominya.

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 177
Konektivitas Transportasi Udara dengan konsep tahun jamak (multi years).
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka 4) Mendorong pengembangan industri
memperkuat konektivitas transportasi udara adalah: penerbangan nasional, melalui (a) sertifikasi
1) Pemenuhan dan peningkatan standar pesawat N219; (b) pembangunan waterbase
keselamatan dan keamanan penerbangan, airport (sea plane) mendukung destinasi wilayah
melalui: (a) mempertahankan tingkat keselamatan kepulauan; (c) mendorong pengembangan
penerbangan (standar ICAO, UE, dan Kategory industri perawatan pesawat (MRO) di wilayah
I FAA); (b) pengadaan dan modernisasi sarana barat dan wilayah timur Indonesia.
navigasi CNSA (Communication, Navigation, 5) Penyesuaian kerangka regulasi dan penataan
Surveilance dan Automation); (c) implementasi kelembagaan, melalui (a) revisi berbagai
Performance Based Navigation; (d) implementasi rencana induk pelayanan transportasi udara
System Wide Information Management (SWIM) (tatanan kebandarudaraan/hub-spoke-feeder,
yang mengintegrasikan data penerbangan, jaringan dan rute penerbangan, dan pelayanan
fasilitas pengamatan, ATM, data meterologi, serta penerbangan); dan (b) penataan kelembagaan.
data pengguna aeronautika dan data secara 6) Peningkatan kualitas dan kapasitas SDM, melalui
global; (e) peningkatan pelayanan navigasi untuk (a) diklat transportasi berbasis teknologi tinggi/
ruang udara lapis bawah (ketinggian sampai mutakhir memenuhi standar internasional; dan (b)
dengan 250 ribu kaki); (f) peningkatan fasilitas pemenuhan kualitas dan kapasitas (kompetensi)
keamanan penerbangan dan pelayanan darurat; inspektur dan personil penerbangan UPBU.
(g) peningkatkan pengawasan dan pembinaan 7) Mendorong pendanaan alternatif (creative
kelaikan udara, serta penindakan terhadap financing) dan keterlibatan swasta dalam
pelanggaran standar keselamatan penerbangan; pembangunan/pengembangan, dan
dan (h) pengadaan pesawat udara kalibrasi. pengoperasian bandara, melalui: (a)
2) Pembangunan/peningkatan kapasitas sarana meningkatkan penyiapan proyek dan
dan prasarana kebandarudaraan, melalui (a) memperluas skema KPBU Bandara; dan (b)
pembangunan 25 bandara baru; (b) rehabilitasi mendorong pemanfaatan skema KPBU-AP
dan pengembangan 165 bandara; dan (c) (Availability Payment) untuk penyediaan layanan
pengembangan bandara mendukung kawasan perintis penerbangan.
prioritas (KSPN, KEK, KI, perbatasan & rawan
bencana). Konektivitas Transportasi Darat dan Antarmoda
3) Meningkatkan pelayanan transportasi udara Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
dan cakupan layanan penerbangan perintis, memperkuat konektivitas transportasi darat dan
melalui: (a) Implementasi standar pelayanan jasa antarmoda, adalah:
bandara, penumpang kelas ekonomi, perizinan 1) Mengembangkan dan merevitalisasi penyediaan
online, dan bandara ramah lingkungan; (b) jembatan timbang di jalur utama logistik
standarisasi pelayanan penerbangan (sertifikasi (Pantura, Pansela, Lintas Timur Sumatera), serta
bandara, pemenuhan dan modernisasi sarana mendorong pembangunan jembatan timbang
dan prasarana); (c) peningkatan cakupan layanan melalui skema pembiayaan KPBU;
angkutan udara perintis (penumpang dan kargo) 2) Mendorong pengembangan kapal
serta implemtentasi Program Jembatan Udara penyeberangan baru yang memadai serta
Terintegrasi dengan Tol Laut; dan (d) revitalisasi meningkatkan ketersediaan jumlah kapal yang
skema subsidi perintis penerbangan yang dapat melayani angkutan sungai, danau, dan
menjamin kepastian dan keberlanjutan layanan penyeberangan;

178 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
3) Meningkatkan kapasitas dermaga
penyeberangan pada jalur sabuk utama Infrastruktur Perkotaan
penyeberangan;
4) Optimalisasi layanan angkutan sungai, danau
dan penyeberangan di daerah wisata berbasis
maritim melalui peningkatan sarana dan Sistem Angkutan Umum Masal Perkotaan
prasarana, serta mendorong skema pembiayaan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
KPBU dan DAK perhubungan yang mendukung pengembangan sistem angkutan umum masal
KSPN; perkotaan, adalah:
5) Mendorong pertumbuhan wilayah di jalur 1) Mendorong pemerintah daerah untuk
utama logistik melalui pembangunan serta mengembangkan rencana mobilitas perkotaan
pengembangan pelabuhan penyeberangan, berkelanjutan sebagai bagian dari insentif
serta peningkatan rute layanan penyeberangan dalam skema dukungan pemerintah pada 6 kota
komersial; metropolitan;
6) Mendorong skema pembiayaan KPBU dan 2) Urban mobility plan untuk kota kota besar
DAK transportasi laut dalam pembangunan dan dan sedang melalui program pengembangan
penyediaan layanan transportasi sungai, danau, kapasitas pemda;
dan penyeberangan; 3) Penerapan skema-skema insentif untuk kota kota
7) Mendorong pertumbuhan wilayah 3T melalui sedang dan kecil (buy the service); dan
pembangunan dan pengembangan transportasi 4) Pengembangan mekanisme dukungan
sungai, danau, dan penyeberangan yang pemerintah pusat untuk penyediaan angkutan
memadai; umum masal perkotaan berbasis transit (skema
8) Mendorong pemanfaatan layanan KPBU);
penyeberangan untuk mengalihkan penggunaan 5) Pengembangan angkutan massal perkotaan
moda transportasi jalan melalui pengembangan berbasis rel yang aman, terjangkau,
Coastal Shipping; mudah diakses dan berkelanjutan; dan (6)
9) Meningkatkan kemudahan/kelancaran Pengembangan Transit Oriented Development
pergerakan arus barang dan penumpang, (TOD).
khususnya di wilayah perbatasan, melalui
pembangunan terminal antar Negara; Infrastruktur Jalan Perkotaan
10) Peningkatan jumlah coverage dan frekuensi Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
pelayanan angkutan perintis yang komprehensif, pengembangan infrastruktur jalan perkotaan,
melalui: (a) memperkuat antarmoda jalan dan adalah:
penyeberangan; (b) penyelenggaraan layanan 1) Penyediaan infrastruktur jalan yang terintegrasi
subsidi perintis yang terintegrasi antarmoda dengan aspek tata guna lahan, melalui
serta bersifat tahun jamak; (c) penguatan pembangunan jaringan jalan mendukung pusat
kapasitas operator pelayanan ASDP perintis; kegiatan ekonomi dan kawasan perumahan;
dan (d) penyediaan dukungan pembiayaan pembangunan jalan lingkar kota untuk jalur
kepada badan usaha pelayaran dan pemerintah logistik; serta peningkatan kapasitas jalan dan
daerah. penataan sistem drainase jalan perkotaan;
2) Mengurangi bottleneck pada persimpangan dan
perlintasan sebidang, melalui pembangunan
flyover/underpass untuk mengatasi kemacetan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 179
lalu lintas dan mengurangi gangguan samping PPDR; dan (c) implementasi sistem PPDR
pada koridor jalan arteri perkotaan. terutama pada kabupaten/kota rawan bencana.

Energi dan Listrik Berkelanjutan untuk Perkotaan Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi (Air
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka Limbah dan Sampah) yang Layak dan Aman di
pemenuhan energi dan listrik berkelanjutan untuk Perkotaan
perkotaan adalah: Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
1) Pengembangan pembangkit berbasis EBT, penyediaan akses air minum dan sanitasi (air limbah
melalui pengembangan dan pemanfaatan dan sampah) yang layak dan aman di perkotaan
PLTSa untuk pengolahan sampah yang ramah adalah:
lingkungan dan menghasilkan produk samping 1) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
listrik, dan pengembangan waste to energy; dan (SPAM) dan Sanitasi di Perkotaan, melalui
2) Penyediaan pendanaan dan insentif untuk (a) penguatan fungsi operator dan regulator
menurunkan biaya modal bagi pemanfaatan layanan sanitasi; (b) penyiapan layanan lumpur
energi baru dan terbarukan (EBT). tinja perkotaan (FSM); (c) bundled service
air minum, air limbah dan persampahan; (d)
Infrastruktur dan Ekosistem ICT Perkotaan penyediaan SPAM perpipaan dengan standar
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka air minum aman (siap minum); (e) pembangunan
meningkatkan infrastruktur dan ekosistem ICT sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat
perkotaan adalah: (SPALD-T) skala kota/regional dan sistem
1) Penggelaran infrastruktur fixed broadband untuk pengelolaan lumpur tinja untuk SPALD-S;
perkotaan (kawasan perumahan, pusat ekonomi, (f) pembangunan TPA Regional; dan (g)
pusat pendidikan), melalui (a) pemberian pembangunan TPST/TPS 3R.
kemudahan perijinan penggelaran infrastruktur 2) Perubahan perilaku masyarakat untuk
fixed broadband; (b) meningkatkan kapasitas mendukung upaya konservasi sumber daya
industri lokal pendukung fixed broadband; (c) air dan penyediaan air minum layak dan aman,
mendorong pengembangan layanan, aplikasi, melalui (a) perubahan perilaku masyarakat
maupun konten yang mencerdaskan dan sesuai untuk mengakses air minum perpipaan; dan
dengan kebutuhan masyarakat perkotaan; (b) penyadaran masyarakat untuk perilaku
2) Pengembangan sistem layanan panggilan hemat air, peningkatan willingness to pay, dan
darurat 112, melalui (a) pengembangan sistem penggunaan sumber air minum aman.
layanan panggilan darurat dan pedoman 3) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat
penyelenggaraan bagi kabupaten/kota; (b) dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui
implementasi dan pendampingan sistem layanan (a) pelaksanaan program perubahan perilaku di
panggilan darurat mandiri pada kabupaten/kota tiap kelurahan yang belum Stop Buang Air Besar
terpilih; dan (c) memperluas penggunaan sistem Sembarangan (BABS) di tempat terbuka dan
layanan panggilan ke kabupaten/kota; yang masih melakukan pembuangan langsung
3) Pengembangan sistem Public Protection (tidak memiliki tempat pembuangan akhir tinja);
and Disaster Relief (PPDR), melalui (a) (b) penguatan mekanisme pemantauan yang
pengembangan pilot project sistem PPDR dan terjadwal; (c) penguatan keberlanjutan Sanitasi
ujicoba penggunaan spektrum frekuensi khusus Total Berbasis Masyarakat (STBM) di tingkat
untuk kebencanaan; (b) penyusunan regulasi, kabupaten dan kota
standar layanan dan perangkat untuk sistem

180 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Penyediaan Perumahan dan Permukiman Layak, kapasitas pembangkit, transmisi, dan distribusi
Aman dan Terjangkau di Perkotaan tenaga listrik; (b) pemenuhan tenaga listrik di
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka pemenuhan kawasan-kawasan prioritas; (c) penyediaan
perumahan dan permukiman layak, aman dan bantuan pasang baru listrik untuk rumah tangga
terjangkau di perkotaan adalah mengembangkan tidak mampu; (d) dukungan penyediaan energi
sistem perumahan publik melalui penyediaan rumah primer (gas dan batubara) untuk listrik; (e)
susun sederhana sewa dan rumah susun sederhana peningkatan kapasitas kilang minyak dalam
milik yang terintegrasi dengan sistem transportasi negeri; (f) peningkatan infrastruktur gas bumi;
publik, dengan pendekatan membentuk badan (g) pengembangan cadangan penyangga/
perumahan publik perkotaan di metropolitan terkait operasional BBM dan LPG; serta (h) pemanfaatan
dengan penyediaan tanah, pengelolaan aset, dan economically least cost fuels untuk memasak
peremajaan kawasan termasuk pengembangan (jaringan gas perkotaan, LPG, dan electric and
kota baru (new town). clean cook stove); (i) peningkatan kemampuan
rekayasa enjiniring nasional untuk pembangkit
listrik dan sarana prasarana gas/minyak yang
didukung industri dalam negeri; (j) Perluasan
Energi dan penyaluran BBM satu harga.
4) Peningkatan tata kelola energi dan
Ketenagalistrikan
ketenagalistrikan, melalui (a) peningkatan tugas
dan fungsi badan regulator; (b) penguatan
Arah kebijakan dan strategi dalam rangka independensi operator sistem transmisi; (c)
pemenuhan akses dan pasokan energi dan tenaga penerapan power wheeling untuk mendorong
listrik merata, handal, efisien, dan berkelanjutan, proyek EBT dapat langsung menjual ke
adalah : pelanggan; (d) mereviu kebijakan harga/
1) Diversifikasi energi dan ketenagalistrikan untuk tarif energi dan penerapannya sehingga
pemenuhan kebutuhan, melalui (a) pemanfaatan mencapai harga keekonomian untuk mendorong
EBT seperti panas bumi, air, surya, dan biomasa; pertumbuhan ekonomi nasional; (e) mereviu
(b) pemanfaatan pengembangan mini/micro kebijakan harga EBT berbasis batas biaya
grid berbasis energi bersih; (c) pembangunan pokok penyediaan (BPP) pembangkitan; dan
Pembangkit Listrik PLTA Pumped Storage; dan (f) implementasi metode penentuan revenue
(d) pemanfaatan teknologi yang high efficiency requirement yang optimal.
and low emission (HELE). 5) Pengembangan kebijakan pendanaan dan
2) Peningkatan efisiensi pemanfaatan energi dan pembiayaan, melalui (a) pengembangan subsidi
tenaga listrik, melalui (a) pengembangan Energy tepat sasaran melalui subsidi langsung dan
Service Company (ESCO); (b) memperluas, realokasi belanja; (b) penerapan penyesuaian
merehabilitasi dan uprating sistem transmisi tarif dan/atau dukungan pemerintah untuk
dan distribusi; (c) mengembangkan sistem peningkatan finansial PT PLN; (c) penerapan
informasi manajemen dan data control; (d) kembali automatic tariff adjustment; dan (d)
mengembangkan dan memafaatkan teknologi memanfaatkan pembiayaan murah, alternatif
smart grid. instrumen dan leverage asset.
3) Penguatan dan perluasan pelayanan pasokan
energi dan tenaga listrik, melalui (a) penambahan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 181
Transformasi Digital

Penuntasan Infrastruktur TIK Pemanfaatan Infrastruktur TIK


Arah kebijakan dan strategi dalam rangka Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
mendukung penuntasan infrastruktur TIK adalah: mendukung pemanfaatan infrastruktur TIK adalah:
1) Optimalisasi dana Universal Service Obligation 1) Perluasan layanan bantuan sosial non tunai,
(USO) dalam menyediakan dan menjaga konten digital pendidikan, konten digital informasi
kualitas layanan akses telekomunikasi dan publik, layanan digital kesehatan serta informasi
internet, melalui penyediaan BTS untuk desa pertanian, melalui pemberian insentif start up
non komersil, dan penyediaan satelit multifungsi yang fokus pada layanan sosial, pendidikan,
untuk akses internet; kesehatan, informasi publik serta informasi
2) Penyediaan layanan telekomunikasi dan internet pertanian;
yang dapat dijangkau masyarakat, melalui 2) Meningkatkan dan memfasilitasi pertumbuhan
pemberian kemudahan perizinan penggelaran start up yang ada, terutama yang mempunyai
infrastruktur telekomunikasi dan internet; dan potensi untuk mendapatkan pendanaan dari
3) Penggelaran infrastruktur fixed broadband investor global; dan
hingga ke kecamatan-kecamatan, dengan 3) Perluasan pemanfaatan TIK pada sektor-sektor
prioritas pada kawasan pariwisata strategis, pertumbuhan dalam rangka peningkatan
kawasan industri, perguruan tinggi, melalui efisiensi, produktivitas, nilai tambah, dan
pemberian kemudahan perizinan penggelaran penciptaan permintaan, melalui peningkatan
infrastruktur fixed broadband, dan peningkatan produktivitas sektor ekonomi dengan
kapasitas industri lokal pendukung fixed pemanfaatan TIK (digitalisasi sektor ekonomi).
broadband.
4) Pelaksanaan migrasi penyiaran analog ke digital Fasilitas Pendukung Transformasi Digital
yang ditandai dengan Analog Switch Off (ASO), Arah kebijakan dan strategi dalam rangka
dengan memperhatikan kesiapan industri, penyediaan fasilitas pendukung transformasi digital
masyarakat, serta mempercepat selesainya adalah:
regulasi yang mendukung pelaksanaan tersebut; 1) Peningkatan kemandirian industri dan SDM TIK
dan dalam negeri, melalui (a) harmonisasi kebijakan
5) Mendorong terlaksananya pembangunan dan regulasi untuk mendorong pengembangan
infrastruktur pasif yang dapat digunakan secara industri TIK dalam negeri; (b) peningkatan
berbagi-pakai dalam rangka percepatan kapasitas SDM TIK yang tepat sasaran untuk
penggelaran infrastruktur dan menurunkan biaya memenuhi kebutuhan dalam negeri; dan (c)
pembangunan. peningkatan literasi digital masyarakat.

182 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
2) Adopsi pemanfaatan teknologi global (Big terstandar serta dapat dibagipakaikan; dan (b)
Data, IoT, AI, dll) bersifat lintas sektor dalam mendorong pemanfaatan analisa dari Big Data
proses perencanaan, pemantauan, maupun untuk meningkatkan ketepatan perencanaan,
pelaksanaan kinerja, melalui (a) mendorong kinerja pelaksanaan pembangunan maupun
pelaksanaan satu data dalam rangka ketepatan pengawasan pembangunan.
pemanfaatan data yang saling interoperabilitas,

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi & Pelayanan Dasar 183
MEMBANGUN
LINGKUNGAN HIDUP,
MENINGKATKAN
KETAHANAN BENCANA,
& PERUBAHAN IKLIM
Pendahuluan

7
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan
Penurunan kualitas lingkungan hidup serta deplesi Memperhatikan kondisi tersebut, upaya membangun
sumber daya alam berpotensi menghambat lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih bencana, dan perubahan iklim ditetapkan sebagai
bertumpu pada sektor komoditas dan sumber daya salah satu prioritas nasional di dalam RPJMN
alam. Selain itu, karakteristik Indonesia yang memiliki 2020-2024. Secara lebih spesifik, prioritas nasional
risiko bencana tinggi ditambah dengan adanya tersebut diuraikan ke dalam tiga kelompok kebijakan,
pengaruh perubahan iklim dapat menimbulkan yakni: (1) peningkatan kualitas lingkungan hidup;
kehilangan, kerugian, dan kerusakan yang lebih (2) peningkatan ketahanan bencana dan iklim; serta
besar di masa mendatang apabila tidak diantisipasi (3) mitigasi perubahan iklim melalui pembangunan
dan ditangani dengan baik. rendah karbon.

186 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Capaian Pembangunan 2015-2019

01 02 03 04

Peningkatan Indek Pengurangan luas Penurunan laju Terkelolanya 27,43


Kualitas Lingkungan kebakaran hutan dan deforestasi kawasan juta ha kawasan
Hidup, dari 64,84% lahan, dari 2.611.411 hutan, dari 1,09 juta hutan konservasi dan
di tahun 2015, ha di tahun 2015, ha di tahun 2015 20.9 juta ha kawasan
menjadi 66,46% di menjadi 165.484 ha menjadi 0,48 juta ha konservasi laut
tahun 2017 di tahun 2017 di tahun 2017 hingga tahun 2018

05 06 07 08

Penurunan Indeks Pembentukan 34 Terlaksananya uji Peningkatan capaian


Risiko Bencana Badan coba implementasi penurunan emisi gas
Indonesia (IRBI), Penanggulangan rencana adaptasi rumah kaca menjadi
dari 169,4 di tahun Bencana Daerah perubahan iklim sebesar 21,4% di
2015, menjadi 128,8 (BPBD) di tingkat (RAN-API) pada 15 tahun 2017
di tahun 2018 provinsi & 481 BPBD daerah percontohan
di tingkat dan kaji ulang pada 4
kabupaten/kota sektor prioritas
(Kelautan dan pesisir,
Air, Pertanian, &
Kesehatan);

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 187
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Kualitas lingkungan hidup di Indonesia secara Penanganan sumber pencemar tergolong belum
umum relatif stagnan sehingga diperlukan upaya optimal. Realisasi penanganan dan pengurangan
perbaikan yang lebih progresif untuk mencapai sampah domestik masih di bawah target RPJMN.
hasil yang diharapkan di masa depan. Tren Begitu pula kinerja pengendalian pencemaran
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) nasional sampah plastik dan limbah industri masih perlu
menunjukkan kualitas air semakin buruk, kualitas lebih ditingkatkan.
tutupan lahan secara absolut menurun, serta hanya
kualitas udara yang mengalami perbaikan (Gambar
7.1).

Gambar 7.1. Capaian Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup 2015-2019

Penanganan Sampah
Indeks Kualitas
Domestik 84,73%
Lingkungan Hidup
dari target RPJMN sebesar
87,03
84,96
81,61
16,7 juta ton/tahun

65,73 66,46
64,84 REHABILITASI HUTAN
60,38 56,88
58,55 57,83 & LAHAN
53,10 58,68 di dalam kesatuan
pengelolahan Hutan (KPH) &
2015 2016 2017 Pengurangan Sampah daerah aliran sungai (DAS)
Indeks Kualitas Udara Indeks Kualitas Air 1,9 Juta Hektar dari
31,10% dari target
target 5,5 Juta Hektar
Indeks Kualitas Tutupan Lahan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 4,5 juta ton/tahun

Kawasan Hutan
Konservasi yang 27,43 Kawasan
Konservasi Laut 20,9
dikelola Juta Ha yang dikelola Juta Ha

Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Penurunan Laju Deforestasi Kawasan Hutan
Luas Lahan Tahun Luas Lahan
Tahun Terbakar
2015 2.611.411 ha 2015 1,09 juta ha

2016 438.363 ha 2016 0,63 juta ha

2017 165.484 ha 2017 0,48 juta ha

Upaya Penegakan Hukum Pengelolaan Lingkungan hidup & Kehutanan Tahun 2018

2.677 3.135 541 132 18


Panduan Izin Sanksi Sengketa di luar Gugatan diajukan
ditangani Diawasi Administratif pengadilan diselesaikan ke prapeadilan*
*Potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP)dari putusan inkracht Rp 18,3 triliun

188 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Rehabilitasi hutan dan lahan untuk pemulihan lahan perubahan iklim (API) dengan pengurangan risiko
kritis di dalam kesatuan pengelolaan hutan (KPH) bencana (PRB) semakin ditingkatkan dalam periode
dan daerah aliran sungai (DAS) belum memenuhi 5 tahun terakhir. Baik melalui kegiatan perencanaan
target akibat terkendala hak dan status lahan kritis adaptasi perubahan iklim dan kebencanaan, serta
yang akan direhabilitasi, serta belum optimalnya peningkatan partisipasi aktif Indonesia dalam
pengendalian pemanfaatan ruang di sekitar DAS. perundingan dan kerjasama internasional.
Namun demikian, laju deforestasi di dalam kawasan
hutan berhasil diturunkan. Luas hutan dan lahan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada
terbakar juga telah berkurang secara signifikan pusat-pusat pertumbuhan nasional telah berhasil
melalui penanggulangan yang efektif. diturunkan (Gambar 7.2). Capaian tersebut
dihasilkan melalui pelaksanaan program dan
Upaya konservasi kawasan untuk mendukung kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan
pelestarian keanekaragaman hayati menunjukkan oleh kementerian/lembaga (K/L) bekerjasama
capaian yang positif. Luas serta efektifitas dengan pemerintah daerah, masyarakat, relawan,
pengelolaan kawasan hutan konservasi dan dan pelaku usaha dalam kerangka pengurangan
kawasan konservasi laut terus ditingkatkan. Selain kerentanan (vulnerability) dan peningkatan
itu, sampai tahun 2018 telah dilakukan penetapan ketahanan (resilience) yang menjadi titik simpul
serta pembinaan terhadap 35 unit kawasan konvergensi ancaman perubahan iklim dan
ekosistem esensial (KEE) meliputi karst, mangrove, kebencanaan.
koridor hidupan liar, dan taman kehati dengan luas
total 1.447.576,3 ha sehingga ~73 persen dari target Dalam rangka pengurangan kerentanan
kumulatif di tahun 2019 (48 unit) sudah tercapai. (vulnerability), capaian yang telah diwujudkan adalah
pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka
Capaian kinerja penegakan hukum untuk mendukung meningkatkan kapasitas adaptif di daerah-daerah
pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan semakin rentan. Peningkatan kapasitas adaptif dilakukan
meningkat dalam aspek penanganan pengaduan, melalui pembangunan infrastruktur-infrastruktur
pengawasan izin; pemberian sanksi administratif, serta strategis pada sektor-sektor prioritas; peningkatan
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Namun, SDM masyarakat yaitu kegiatan penyuluhan-
potensi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) penyuluhan dan pelatihan; serta peningkatan regulasi
yang cukup besar dari denda maupun nilai pengganti terkait ketahanan iklim pada sektor prioritas.
kerugian dan pemulihan masih sulit direalisasikan
akibat proses eksekusi putusan pengadilan yang Dalam rangka meningkatkan ketahanan (resilience)
belum berhasil dilaksanakan. terhadap perubahan iklim telah dilaksanakan
kajian ilmiah bahaya perubahan iklim pada
Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim sektor-sektor prioritas serta uji coba implementasi
Indonesia tercatat memiliki riwayat kejadian rencana adaptasi perubahan iklim pada 15 daerah
bencana yang tinggi, dengan sebagian besar percontohan. Peningkatan ketahanan iklim juga
di antaranya (>95 persen) merupakan bencana didukung dengan penyediaan informasi iklim yang
hidrometeorologis yang terkait dengan iklim dan cepat dan akurat melalui program pengembangan
dinamika perubahannya, antara lain puting beliung, dan pembinaan meteorologi, klimatologi dan
banjir, banjir bandang, longsor, kebakaran hutan geofisika yang juga berperan penting untuk
dan lahan, kekeringan serta cuaca ekstrim. Oleh mendukung pengurangan risiko bencana.
karena itu, agenda konvergensi antara adaptasi

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 189
Gambar 7.2. Capaian Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim serta Pembangunan Rendah Karbon 2015-2019

Penyusunan Kajian & Peta risiko


bencana di 34 provinsi 170 Kab/Kota
Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada 136
Penyusunan rencana penanggulangan Kabupaten/Kota yang merupakan pusat-pusat
bencana (RPB) di 118 Kab/Kota
pertumbuhan di tahun 2018 mencapai 128,8 atau
penyusunan 64 rencana kontingensi &
uji lapangan di 36 lokasi berkurang 23,97% dari 169,4 di tahun 2015
Pembentukan desa tangguh bencana
di 594 desa/kelurahan di 186 kab/kota 515
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Pembentukan dan pemberian bantuan
peralatan pusat dalops di 104 lokasi (BPBD)
tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah
Instalasi sistem peringatan dini
terbentuk, yang terdiri dari 34 BPBD ditingkat
multiancaman bencana di 58 lokasi
provinsi & 481 BPBD tingkat kabupaten/kota

21,4% di tahun 2017 12.430


Mendekati target penurunan Kegiatan mitigasi
emisi GRK 26% di tahun 2020 perubahan iklim oleh
7 K/L dan 34 Provinsi

Daerah 90%
15 Percontohan
RAN-API
Akurasi Informasi gempa bumi &
peringatan dini tsunami yang disampaikan

4 Sektor Prioritas
(Kelautan dan
dalam waktu kurang dari 5 menit

Pesisir, Air,
Pertanian &
91% 82% 77%
Ketersediaan layanan Akurasi Akurasi layanan
Kesehatan sistem operasi jaringan informasi informasi iklim di
komunikasi cuaca tingkat kecamatan

Kelembagaan penanggulangan bencana yang telah Pembangunan Rendah Karbon


terbentuk di daerah semakin meningkat. Selain itu pada Capaian penurunan emisi gas rumah kaca (GRK)
beberapa lokasi juga telah dilakukan berbagai upaya semakin mendekati target penurunan emisi GRK
pengurangan risiko bencana meliputi penyusunan 26 persen di tahun 2020. Pencapaian tersebut
kajian dan peta risiko bencana, penguatan analisis didukung dengan pelaksanaan aksi mitigasi
mitigasi bencana dalam penyusunan rencana tata perubahan iklim oleh K/L dan pemerintah daerah
ruang, penyusunan rencana penanggulangan yang tercatat di sistem Pemantauan, Evaluasi, dan
bencana (RPB), penyusunan rencana kontijensi, Pelaporan (PEP) online Kementerian PPN/Bappenas
pembentukan desa tangguh bencana, penguatan sebagai implementasi dari Rencana Aksi Nasional
sumber daya penanggulangan bencana, dan Rencana Aksi Daerah penurunan emisi GRK
pembentukan dan pemberian bantuan peralatan (RAN/RAD GRK).
pusat pengendalian dan operasi, serta instalasi
sistem peringatan dini multiancaman bencana.

190 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Lingkungan dan Isu Strategis
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup.
Deplesi Sumber Daya Alam dan Degradasi Kualitas Lingkungan Hidup

Tutupan hutan Indonesia cenderung selalu sangat rendah, seperti Jawa, Bali dan Nusa
mengalami pengurangan setiap tahunnya. Rata-rata Tenggara.
laju deforestasi yang terjadi pada tahun 1990-2017
mencapai 1 juta hektar per tahun. Meskipun laju Cadangan air nasional secara keseluruhan masih
deforestasi turun hingga menjadi 480 ribu hektar dalam kategori aman, namun masih terdapat
di tahun 2017, namun tanpa kendali yang berarti, permasalahan dalam hal aksesibilitas, kontinuitas,
pengurangan tutupan hutan akan terus terjadi akibat dan juga kualitas yang belum memenuhi standar.
tekanan pembangunan. Proporsi luas wilayah krisis air secara nasional
diproyeksikan akan meningkat dari 6,0 persen di
Berdasarkan hasil pemodelan KLHS RPJMN 2020- tahun 2000 menjadi 9,6 persen di tahun 2045. Hal
2024, tutupan hutan diperkirakan berkurang dari ini akibat ketidakseimbangan neraca air akibat
50 persen luas lahan total Indonesia di tahun 2017 kondisi daerah hulu tangkapan air yang kritis serta
menjadi sekitar 38 persen di tahun 2045. Hal ini eksplorasi air tanah yang berlebihan terutama di
akan semakin memicu terjadinya kelangkaan air, daerah perkotaan. Beberapa wilayah seperti Pulau
khususnya pada wilayah dengan tutupan hutan Jawa yang sudah berstatus langka, dan Bali-Nusa

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 191
Tenggara yang berstatus tertekan membutuhkan Berkurangnya tutupan hutan juga memicu
perhatian khusus. penyusutan habitat spesies langka di sebelah
barat garis Wallacea dari 80,3 persen di tahun
Kualitas air diperkirakan terus menurun signifikan 2000 menjadi 49,7 persen di tahun 2045.
akibat kondisi daerah hulu tangkapan air yang kritis Kondisi yang sama diperkirakan akan terjadi di
dan pencemaran lingkungan. Kandungan BOD sebelah timur garis Wallacea khususnya wilayah
dan COD rata-rata (mg/L) diproyeksikan meningkat Papua. Ketidakstabilan ekosistem alam tersebut
1,1 kali lipat di tahun 2024 dan 1,2 kali di tahun membutuhkan langkah-langkah antisipasi untuk
2030 dibandingkan kondisi tahun 2020. Walaupun membalikkan tren penurunan dan menjaga
proyeksi nilai BOD dan COD tersebut belum keberlanjutan ketersediaannya.
melampaui standar baku mutu, namun nilai BOD
sudah mendekati ambang batas sehingga perlu Luas habitat ideal satwa langka terancam punah di
diperhatikan. empat pulau besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan dan
Sulawesi) diperkirakan menyusut dari 80,3 persen di
tahun 2000 menjadi 49,7 persen di tahun 2045. Hal ini
antara lain didorong oleh peningkatan luas perkebunan
Tutupan Hutan monokultur khususnya kelapa sawit yang semakin
berkurang dari 50% (93,4
menekan tutupan hutan dan dapat mengakibatkan
Juta ha) Tahun 2017 hingga
tinggal 38% (71,4 juta ha) dari peningkatan kehilangan keanekaragaman hayati
total lahan Indonesia (188 apabila tidak segera dilakukan penanganan.
juta ha) di tahun 2045
Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman
hayati tinggi mempunyai peluang besar untuk
mengembangkan produk dari keragaman hayatinya.
Kelangkaan air Pemanfaatan keanekaragaman hayati melalui
di Pulau Jawa, Bali dan Nusa kegiatan bioprospekting dapat memenuhi kebutuhan
Tenggara meningkat hingga
bahan baku obat, sandang, pangan, rempah, pakan
2030. Proporsi luas wilayah
krisis air meningkat dari 6,0% ternak, penghasil resin, pewarna dan lain-lain. LIPI
di tahun 2000 menjadi 9,6% (2014) mencatat sebanyak 410 spesies mikroba
di tahun 2045. Kualitas air telah diketahui berdasarkan data koleksi mikroba
diperkirakan juga menurun
signifikan pada berbagai koleksi jaringan Indonesia dan hasil
penelitian eksplorasi-bioprospeksi. Selain itu, hasil
pengujian spons dan makroalgae menunjukkan
potensi sebagai antitumor, antioksidan, antikanker
Luas habitat ideal dan antibakteri. Di samping itu, diversifikasi produk
satwa langka terancam
punah di empat pulau besar primer tumbuhan obat menjadi produk sekunder
(Sumatra, Jawa, Kalimantan memiliki nilai tambah ekonomi yang tinggi.
dan Sulawesi) berkurang dari
80,3% di tahun 2000
Daya tampung lingkungan hidup juga semakin
menjadi 49,7 % di tahun
2045. merosot akibat tingginya pencemaran dan upaya
penanganannya yang belum optimal. Saat ini
tingkat penanganan sampah secara nasional baru
Sumber: Kajian Ilmiah Tim KLHS, 2018 mencapai 67 persen dari total proyeksi timbulan

192 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
sampah sementara tingkat pengurangan sampah Upaya penegakan hukum terhadap kasus-kasus
hanya mencapai 2,26 persen. SDA dan lingkungan hidup akan menghadapi
beberapa tantangan berupa beragamnya tipologi
Permasalahan lainnya adalah masih tingginya kejahatan; skala kejahatan yang masif dan lokasi
pencemaran laut khususnya sampah plastik di kejahatan yang tersebar bahkan lintas batas wilayah
laut sekitar 1,29 juta ton/tahun. Tingkat kebocoran administrasi; besarnya dampak dan nilai kerugian
sampah plastik ke perairan sungai hingga laut bahkan yang ditimbulkan; serta modus kejahatan yang
diprediksi telah mencapai lebih dari 70 persen semakin dinamis dan terorganisir.
jumlah timbulan. Selain menimbulkan pencemaran
lingkungan, kondisi ini mengakibatkan gangguan Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim
serius bagi kehidupan biota laut. Semakin banyak Tingginya Risiko Bencana di Indonesia
kejadian penyu, burung, hingga mamalia laut mati Dalam World Risk Report (2016), Indonesia
akibat menelan sampah plastik. Selain itu, kandungan dikategorikan sebagai negara dengan tingkat risiko
mikroplastik yang semula terakumulasi pada air dan bencana yang tinggi. Hal tersebut disebabkan
tubuh hewan kini ditemukan juga di tubuh manusia karena tingginya tingkat keterpaparan (exposure)
sehingga diprediksi akan menimbulkan banyak dan kerentanan (vulnerability) terhadap bencana.
masalah kesehatan di kemudian hari. Bahkan hampir 75 persen infrastruktur industri dan
konektivitas dasar di Indonesia, termasuk sarana
Meningkatnya Tindak Pelanggaran Hukum Sumber pendukungnya dibangun pada zona rawan/bahaya.
Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Tingginya kerusakan lingkungan hidup di Indonesia Berdasarkan data pada Gambar 7.3 dapat dikenali
tidak lepas dari masih maraknya pelanggaran hukum perbandingan jumlah dan tren peningkatan antara
di bidang sumber daya alam (SDA) dan lingkungan dua jenis kejadian bencana alam yang terjadi di
hidup; seperti illegal logging, kebakaran hutan dan
lahan, penambangan tanpa ijin, tumpahan minyak Gambar 7.3. Grafik Perbandingan Bencana & Jumlah
di laut, perusakan terumbu karang, penguasaan Kejadian Bencana Hidrometeorologi
hutan non-prosedural, dan pencemaran limbah B3.
Bahkan kawasan konservasi dan perlindungan juga
tidak luput dari maraknya tindak kejahatan, seperti
perambahan, illegal logging, penggunaan kawasan
hutan dan kejahatan TSL.

Temuan Komisi Pemberantasan Korupsi pada tahun


2015 menunjukkan potensi kerugian negara tahun
2003-2014 akibat indikasi tidak tercatatnya produksi

kayu secara akurat yang bersumber dari dana
reboisasi dan provisi sumber daya hutan sekitar
7,24 T/tahun, serta dari nilai komersial produk kayu
sekitar 66,8 T/tahun. Selain kerugian negara, kasus
kejahatan SDA dan lingkungan hidup juga dapat
mengakibatkan bencana ekologis, serta ancaman
terhadap kepastian hukum, kewibawaan negara,
dan ketahanan nasional. Sumber: BNPB (2018)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 193
rawan dengan bencana geologis seperti gempa
bumi, letusan gunung api beserta potensi tsunami
yang ditimbulkan. Secara frekuensi bencana
geologi ini memang jarang namun lebih berpotensi
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian ekonomi
dalam skala besar.

Risiko Bencana terkait Karakteristik Geologi


Indonesia adalah wilayah yang terletak diatas jalur-
jalur sumber gempa besar dari zona megathrust-
subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif.
Berdasarkan hasil studi (Peta Sumber dan Bahaya
Gempa 2017 yang mengacu pada konsep Probalistic
Seismic Hazard Analysis, KemenPUPR), segmen-
segmen sesar aktif yang berpotensi menghasilkan
gempa diatas skala magnitude 6.5 diidentifikasi
mencapai 280 sesar. Hal ini menunjukan banyaknya
potensi lokasi yang dilintasi oleh sesar aktif dan
terancam bahaya deformasi oleh pergerakan sesar,
selain tentu saja terancam oleh potensi bahaya
goncangan gempanya (Gambar 7.4).

Indonesia, yaitu bencana hidrometeorologi akibat Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) pada tahun
perubahan iklim dan bencana akibat aktivitas 2018 melakukan overlay peta bahaya goncangan
geologi. Jumlah kejadian bencana hidrometeorologi percepatan puncak di batuan dasar (SB) untuk
jauh lebih besar dan cenderung semakin meningkat probabilitas 10 persen pada 50 tahun, maka
dibandingkan bencana geologi. ditemukan bahwa sejumlah 216.816.932 (77 persen)
penduduk di Indonesia terpapar bahaya gempa
Selama kurun waktu 8 tahun (2010-2017) terjadi lebih dari 0.1 g. Dari 216 juta jiwa tersebut, 4 juta (1.5
peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi; persen) diantaranya tinggal pada jarak 1 Km dari
sementara dalam kurun waktu yang sama, bencana sesar. Sebagai catatan, gempabumi sudah dapat
geologi meningkat 64 kejadian. Jenis bencana sangat merusak pada percepatan goncangan 0.1 g
hidrometereologi dengan peningkatan jumlah atau setara dengan intensitas VI Skala Mercalli atau
kejadian terbesar selama kurun waktu 2010-2017 Modified Mercally Intensity/MMI (Pusgen, 2018).
adalah puting beliung (363 kejadian), kebakaran
hutan dan lahan (346 kejadian), tanah longsor (145 Risiko tinggi karena goncangan yang tinggi (>0.5 g)
kejadian), banjir (105 kejadian), dan gelombang diestimasi pada wilayah Sumatera, Sulawesi, Maluku
pasang/abrasi (17 kejadian). dan Papua yang diberi warna merah. Sedangkan
wilayah berisiko tinggi dengan bahaya goncangan
Meskipun sebagian besar kejadian bencana lebih dari 0.1 g dan memiliki densitas populasi tinggi
dipicu oleh faktor iklim; namun karakteristik geologi yaitu pada Ibukota Jakarta, Bandung, Semarang,
yang berada di pertemuan antar lempeng juga Yogyakarta, Surabaya, Sumatera Utara, Sumatra
menjadikan Indonesia menjadi kawasan yang Barat dan Aceh.

194 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 7.4. Dampak Bencana Alam pada Tahun 2010-2017

Rata-rata Korban Jiwa Meninggal & Hilang Per 100.000 Jumlah Jiwa Terdampak Per 100.000 Pendududuk Tahun
Penduduk Tahun 2010-2017 2010-2017

3,000
1.00
2,527.92
0.80 2,500
0.80
2,000
0.60 1,436.33
1,500
0.40 862.08 872.22
0.24 0.22 1,000
604.02
0.18 0.13
0.20 500
0.21
0.11 0.14 410.63
319.50 415.62
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kerugian Ekonomi Akibat Bencana Tahun 2010-2017


(dalam Juta Rupiah dan persen GDP)
11,898,115
14,000,000
(0.17% PDB )
12,000,000 9,191,016
(0.11% PDB )
10,000,000 7,091,397
7,036,777 (0.08% PDB )
8,000,000 (0.08% PDB )
6,000,000
5,047,186
4,000,000 (0.07% PDB ) 5,255,767
4,742,405
(0.07% PDB ) 2,647,333
2,000,000 (0.05% PDB )
(0.03% PDB )
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kejadian Bencana & Korban Jiwa Tahun 2010-2017


2,500 3,892,986 4,500,000
3,674,369 4,000,000
2,000 1,907
3,500,000
2,814,265 3,394,839 3,000,000
1,500 2,500,000
1,059 1,663,103 979 2,000,000
1,000 824
725 1,500,000
584 596 604 525
573 428 954,241 512 995,581 578 1,000,000
500 320 276
378
500,000
475,529
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kejadian Korban Jiwa (Meninggal & Hilang) Terdampak (Mengungsi & Menderita)
Sumber: BNPB (2018)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 195
Penduduk terbanyak yang terdampak oleh gempa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
bumi adalah wilayah Pulau Jawa dan Bali, yakni (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), serta
sekitar 50 persen penduduk Indonesia (±130 juta Sekolah Luar Biasa (SLB). Fasilitas kesehatan meliputi
jiwa). Selanjutnya, urutan wilayah dengan jumlah Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas, kemudian fasilitas
penduduk terdampak gempa bumi tertinggi yakni: transportasi meliputi terminal, stasiun kereta api,
Pulau Sumatera (±48 juta jiwa), Pulau Sulawesi (±21 pelabuhan, serta analisis ruas jalan provinsi, jalan
juta jiwa), Kepulauan Nusa Tenggara (±7 juta jiwa), tol dan jalur kereta api yang melewati sesar aktif.
Kepulauan Maluku (±6 juta jiwa), dan Pulau Papua Analisis dilakukan pada jumlah fasum terpapar di
(±4 juta jiwa). Sementara, Pulau Kalimantan memiliki zona sesar dengan buffer 1 Km, serta jumlah fasum
jumlah penduduk terdampak gempa bumi paling terpapar bahaya goncangan gempa.
sedikit, yakni ±2 juta jiwa).
Sejumlah 140.821 unit bangunan sekolah berpotensi
Kerugian fisik dianalisis pada fasilitas umum (fasum) terdampak oleh bahaya gempa bumi percepatan
yaitu fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan puncak di batuan dasar untuk probabilitas
fasilitas transportasi. Fasilitas pendidikan meliputi terlampaui 10 persen dalam 50 tahun. Bangunan

Gambar 7.5. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Goncangan Gempabumi dan Sesar Aktif

Peta Percepatan Puncak di Batuan Dasar (SB) untuk Peta Distribusi Penduduk Terhadap Percepatan Puncak
prebabilitas terlampaui 2 persen dalam 59 tahun di Batuan Dasar (SB) Untuk Probabilitas Terlampaui 10
persen dalam 50 Tahun Indonesia

Peta Distribusi Populasi Terpapar Bahaya Peta Distribusi Fasilitas Pendidikan Terpapar
1 Km dari Sesar Bahaya 1 Km dari Sesar

Sumber: Pusgen (2018)

196 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
sekolah yang paling banyak terdampak berada Untuk fasilitas transportasi, terdapat 11 pelabuhan,
di Pulau Jawa dan Bali dengan jumlah 81.195 21 terminal, 2 stasiun, 237 ruas (652,3 km) jalan
bangunan. Setelah Pulau Jawa dan Bali, Pulau provinsi, 15 ruas (20,1 km) jalan tol, 31 ruas (83,3
Sumatera merupakan pulau yang memiliki jumlah km) jalur kereta api. Ada 384 Km diantaranya berada
sekolah terdampak bahaya gempa bumi terbanyak di Pulau Sumatera. Total bangunan terdampak oleh
kedua, yaitu sejumlah 27.177 unit bangunan. bahaya gempa bumi berupa percepatan puncak di
batuan dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10
Selanjutnya, sebanyak 18.125 bangunan sekolah di persen dalam 50 tahun pada kelas PGA lebih dari 0,1
Sulawesi berpotensi terdampak oleh bahaya gempa di Indonesia sebesar 8.992 unit. Fasilitas tersebut
bumi dan menjadikannya sebagai pulau dengan meliputi pelabuhan, stasiun, dan terminal. Sebagian
jumlah sekolah terbanyak ketiga. Sementara untuk besar bangunan terdampak terdapat di Pulau Jawa
jumlah sekolah yang berpotensi terdampak bahaya dan Bali sebanyak 8.070 unit. Kemudian disusul
gempa bumi di Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, oleh pulau lainnya dengan jumlah terdampak yang
dan Papua sudah sangat berkurang dibandingkan sangat sedikit. Total bangunan terdampak di Pulau
dengan ketiga pulau sebelumnya, yaitu 5.375, Sumatera sebesar 455 unit, Pulau Nusa Tenggara
4.626, dan 4.313 unit bangunan secara berurutan. sebesar 179 unit, Pulau Sulawesi sebesar 148 unit,
Pulau Papua sebesar 86 unit, Pulau Kalimantan
Jumlah bangunan sekolah paling sedikit berpotensi sebesar 40 unit dan Pulau Maluku sebesar 14 unit.
terdampak bahaya gempa bumi ditemukan di Pulau Sedikitnya total bangunan terdampak pada kelima
Kalimantan, yaitu sejumlah 389 unit bangunan pulau tersebut dikarenakan keterbatasan data
sekolah. Selain itu terdapat 2,890 Sekolah pada fasilitas transportasi yang diperoleh.
zona buffer 1 Km dari sesar, 1,134 di Pulau Jawa
dan 1,055 di Pulau Sumatera. Sebagian besar Indonesia adalah negara yang rawan tsunami,
adalah sekolah dasar. karena merupakan daerah pertemuan tiga lempeng
tektonik utama dunia, yakni Lempeng Eurasia,
Total bangunan fasilitas kesehatan terdampak Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.
gempa bumi berupa percepatan puncak di batuan Sejumlah daerah di pulau-pulau yang berhadapan
dasar (SB) untuk probabilitas terlampaui 10 persen langsung dengan zona penunjaman antar lempeng
dalam 50 tahun pada kelas PGA (Peak Ground ini, seperti bagian barat Pulau Sumatra, selatan
Acceleration) lebih dari 0,1 di Indonesia sebesar Pulau Jawa, Nusa Tenggara, bagian utara Papua,
7.422 unit. Sebagian besar bangunan terdampak serta Sulawesi dan Maluku merupakan kawasan
terdapat di Pulau Jawa Bali sebesar 3.152 unit dan yang sangat rawan tsunami.
Pulau Sumatera sebesar 2.038 unit. Selanjutnya
disusul oleh Pulau Sulawesi sebesar 966 unit, Pulau Catatan sejarah tsunami di Indonesia menunjukkan
Nusa Tenggara sebesar 515 unit, Pulau Papua bahwa kurang lebih 172 tsunami yang terjadi dalam
sebesar 420 unit, dan Pulau Maluku sebesar 301 kurun waktu antara tahun 1600–2012. Berdasarkan
unit. Yang terakhir, total terdampak paling kecil sumber pembangkitnya diketahui bahwa 90 persen
terletak di Pulau Kalimantan yaitu 30 unit dikarenakan dari tsunami tersebut disebabkan oleh aktivitas
sebagian besar bangunan terdampak pada kelas gempabumi tektonik, 9 persen akibat aktivitas
PGA dibawah 0,1. Selain itu, terdapat 266 Fasilitas vulkanik dan 1 persen oleh tanah longsor yang terjadi
Kesehatan (RS dan Puskesmas) pada zona buffer 1 dalam tubuh air (danau atau laut) maupun longsoran
Km dari sesar. 61 di Pulu Sumatera dan 56 di Pulau dari darat yang masuk ke dalam tubuh air.
Jawa (25 RS di Pulau Jawa, terutama Surabaya).

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 197
Gambar 7.6. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Tsunami
Lokasi Kejadian Gempabumi dan Tsunami Peta Risiko Tsunami Indonesia

Sumber: BNPB (2012)

Kabupaten/Kota Terpapar Bahaya Tsunami

Level of tsunami hazard along the Indonesian Location of capital city of coastal districts in Indone-
shoreline base on Deterministic Tsunami Hazard sian (Latif & Haris, 2009)
Analysis (Latief & Haris, 2009)

146 Ditrict cities faced to tsunami hazard:

• Very high (H > 8m) : 36 cities


• High (8m > H > 4m) : 57 cities
• Moderate (4m > H > 1m : 37 cities
• Low (H < 1m) : 16 cities

16 Provincial cities faced to tsunami hazard:

• Very High :
Banda Aceh, Padang, denpasar & Ternate
• High :
Level of tsunami hazard of coastal districts in Mataram, Kupang, Manado, Ambon, Manokwari
Indonesia (Latief & Haris, 2009) & Jayapura
• Moderate :
Lampung, Palu, Makasar, Kendari & Mamuju
• Low :
Sumber: Hamzah Latief, Group Riset Tsunami, Program Studi Jakarta
Oseanografi, PPMB ITB, Bandung, 11 Januari 2018

198 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Antara tahun 1990–2010 terjadi sedikitnya sepuluh 119,7 Ribu Ha, pada 2030 jadi 146,1 Ribu Ha (naik
kejadian bencana tsunami di Indonesia. Sembilan 22 persen atau 26,4 Ribu Ha).
di antaranya merupakan tsunami yang merusak
dan menimbulkan korban jiwa serta material, yaitu Ada 36 kabupaten/kota dengan bahaya sangat tinggi
tsunami di Flores (1992); Banyuwangi, Jawa Timur (H>8 meter), 57 kabupaten/kota dengan bahaya
(1994); Biak (1996); Maluku (1998); Banggai; tinggi (8m>H>4m), 37 kabupaten/kota dengan
Sulawesi Utara (2000); Aceh (2004); Nias (2005); bahaya sedang (4m>H>1m), dan 16 kabupaten/
Jawa Barat (2006); Bengkulu (2007); dan Mentawai kota dengan bahaya rendah (H<1m). Selain itu ada
(2010). Dampak yang ditimbulkan tsunami tersebut 16 ibukota provinsi yang berhadapan langsung
adalah sekitar 170 ribu orang meninggal dunia. dengan bahaya tsunami, yaitu sangat tinggi
(Banda Aceh, Padang, Denpasar, Ternate), tinggi
Daerah dengan ancaman tsunami yang sangat (Mataram, Kupang, Manado, Ambon, Manokwari,
tinggi dan tinggi tersebar pada hampir seluruh dan Jayapura), sedang (Lampung, Palu, Makassar,
wilayah Indonesia, mulai dari pantai Barat Aceh, Kendari, dan Mamuju), serta rendah (Jakarta).
Sumatera Barat, Bengkulu, selatan Jawa, Nusa
Tenggara, Sulawesi bagian tengah dan utara, Di Indonesia tersebar sebanyak 127 gunungapi
Maluku dan Maluku utara serta Papua bagian barat (sekitar 13 persen gunungapi di dunia). Gunungapi
dan utara. tersebut membentuk busur kepulauan yang
membentang dari ujung barat sampai timur, yaitu
Hampir seluruh kabupaten/kota di garis pantai dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
masuk dalam tingkat risiko Sangat Tinggi dan Tinggi Maluku, Maluku Utara, Sulawesi bagian utara, dan
karena perkiraan tinggi gelombang di atas tiga Kepulauan Sangir Talaud.
meter. Ada empat kawasan utama yang memiliki
risiko dan probabilitas tsunami tinggi, antara lain: Sebanyak 76 gunungapi dinyatakan sangat aktif
Megathrust Mentawai, Megathrust Selat Sunda dan ditandai pernah erupsi sejak tahun 1600 sampai
Jawa bagian selatan, Megathrust selatan Bali dan sekarang disebut sebagai Gunungapi Tipe-A, tiga
Nusa Tenggara, serta Kawasan Papua bagian utara. diantaranya berada di bawah laut (Buana Wuhu/
Ada 3,7 juta jiwa yang berpotensi terpapar bahaya Sangir, Hobal dan Emperor of China /Flores), hingga
bencana tsunami pada 2015, pada 2030 jadi 4,4 saat ini hanya 68 gunungapi dipantau secara menerus
juta jiwa (naik 19 persen atau 0,7 juta jiwa). melalui 75 pos pengamatan gunungapi, sebagai salah
satu mitigasi erupsi gunungapi. Erupsi gunungapi
Potensi kerugian fisik sebagai dampak bahaya dapat menyebabkan bencana bagi penduduk di
bencana tsunami pada 2015 mencapai Rp71.494,8 sekitarnya, tidak kurang dari 5 juta jiwa bermukim dan
Miliar, pada 2030 jadi Rp85.527,0 Miliar (naik 20 beraktivitas di sekitar gunungapi aktif, sehingga risiko
persen atau Rp14.032,1 Miliar). bencana erupsi gunungapi sangat besar.

Potensi kerugian ekonomi sebagai dampak bahaya Dalam beberapa tahun ke depan potensi risiko
bencana tsunami pada 2015 mencapai Rp7.976,4 bencana gunungapi yang perlu mendapat perhatian
Miliar, pada 2030 jadi Rp9.219,3 Miliar (naik 16 adalah Gunung Sinabung, Gunung Merapi, Gunung
persen atau Rp1.243,0 Miliar). Soputan, Gunung Agung, dan Gunung Lokon.
Sedangkan kawah gunungapi yang perlu mendapat
Potensi kerusakan lingkungan sebagai dampak perhatian khusus adalah kawah Gunung Ijen dan
bahaya bencana tsunami pada 2015 mencapai Gunung Dempo.

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 199
Gambar 7.7. Paparan dan Kerentanan terhadap Bahaya Bencana Erupsi Gunung Api

Sumber: PVMBG (per April 2018)

Tabel 7.1 Gunung Api Aktif di Indonesia

Jumlah Gunungapi Aktif


No Kategori Jumlah
Tipe A Tipe B Tipe C
1 Sumatera 13 11 6 30
2 Jawa 19 10 5 34
3 Lombok 1 - - 1
4 Bali 2 - - 2
5 Sumbawa 2 - - 2
6 Flores 17 3 5 25
7 Laut Banda 7 2 - 9
8 Sulawesi 6 2 5 13
9 Kepulauan Sangihe 5 - - 5
10 Halmahera 5 1 - 6
Jumlah 77 29 21 127

Sumber: Renas PB 2015-2019

200 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Peningkatan Potensi Dampak dan Risiko Bencana Di samping itu, proyeksi curah hujan periode
Hidrometereologi akibat Perubahan Iklim 2020-2035 dan 2030-2045 dengan menggunakan
Tren bencana hidrometereologi semakin meningkat skenario RCP4.5 dan RCP8.5 tidak lebih dari 2 mm/
di dunia. Indonesia juga tercatat sebagai daerah hari. Dimana secara umum curah hujan lebih tinggi
rawan bencana hidrometereologi, baik yang pada bulan Januari hingga April, dan September
diperburuk oleh kondisi perubahan iklim serta hingga Desember. Berdasarkan distribusi spasial,
degradasi kualitas lingkungan akibat ulah manusia daerah yang memiliki curah hujan tinggi biasanya
(antropogenic). adalah daerah dataran tinggi yang memiliki
pengaruh orografis tinggi.
Perubahan iklim diprediksi menyebabkan temperatur
permukaan di wilayah Indonesia meningkat Besarnya pengaruh perubahan iklim terhadap curah
secara konsisten. Pada skenario RCP4.5, suhu di hujan di Indonesia ditunjukkan dengan semakin
Indonesia tahun 2100 diproyeksikan meningkat tingginya curah hujan pada bulan-bulan basah
sekitar 1,5°C dibandingkan tren historis, sedangkan dan semakin rendah curah hujan pada bulan-bulan
pada skenario RCP 8.5, peningkatan temperatur kering dengan rentang nilai perbedaan curah hujan
maksimum diproyeksikan mencapai sekitar 3.5°. berkisar -2,5 hingga 2,5 mm/hari.
Kenaikan tertinggi temparatur rata-rata proyeksi di
Indonesia berpotensi mencapai nilai yang sama Dalam Skenario RCP4.5, penurunan curah hujan
dengan rentang temperatur global pada tahun periode 2020 –2035 diproyeksikan mencapai 2
2100, yaitu antara 1.5°C – 4°C hingga tahun 2100. mm/hari. Pada skenario RCP8.5 periode 2020-

Gambar 7.8. Proyeksi Perubahan Suhu dan Curah Hujan di Indonesia

Proyeksi Suhu 2020-2034


• Skenario RCP 4.5 antara 0.45-0.75 °C
• Skenario RCP 8.5 relatif sama 0.6-1.9 °C
Proyeksi Suhu 2030-2045
• Skenario RCP 4.5 antara 0.75-1.3 °C
• Skenario RCP 8.5 relatif sama 0.9-1.5 °C
Proyeksi Suhu Hingga 2100
• Skenario RCP 4.5* mendekati 1.5 °C hingga
akhir abad ke-21
• Skenario RCP 8.5 meningkat mencapai sekitar
3.5 °C akhir abad ke-21

Proyeksi Perubahan Curah Hujan Bulanan (Skenario RCP4.5* Periode 2020-2035)


• Penurunan curah hujan hingga 2 mm/hari
• Januari: Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua
• Mei-Juli: Jawa hingga NTT
• Peningkatan curah hujan antara 1-2,5 mm/hari
• Agustus dan September: di sebagian besar wilayah Indonesia
Sumber: BMKG dan BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 201
2035 curah hujan masih lebih rendah (lebih rendah dibanding dengan periode dan skenario
kering) bila dibandingkan dengan periode tahun yang lain.
2030-2045 pada skenario RCP4.5 dan terjadinya
peningkatan curah hujan sekalipun tetap lebih Hasil prediksi iklim dasawarsa untuk Indonesia
rendah dibandingkan dengan periode tahun 2020- menunjukkan bahwa di masa mendatang akan
2035 maupun periode tahun 2030-2045 pada terjadi penurunan curah hujan yang signifikan
skenario RCP4.5. Penurunan curah hujan antara pada saat El Nino berlangsung, baik secara
0 – 2.5 mm/hari akan terjadi pada bulan Maret di independen atau saat El Nino berbarengan
sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan. dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD)
Ancaman kekeringan klimatologis diproyeksikan positif. Prediksi dasawarsa untuk periode RPJMN
melalui skenario RCP8.5 pada periode 2030-2045, juga menunjukkan kejadian iklim ekstrem kering
peningkatan intensitas curah hujan akan tetap lebih akan lebih sering berpeluang di atas normal (AN),

Gambar 7.9. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Kering Tahun 2020-2025 (a-f)

Tahun 2020 Tahun 2021

Tahun 2022 Tahun 2023

Tahun 2024 Tahun 2025

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

202 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
yang diprediksi akan mendominasi sebagian Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,
besar wilayah Indonesia, terutama di Sumatera, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Kalimantan dan Papua (Gambar 7.8). Sementara
itu, prediksi indeks ekstrem basah pada Gambar Temperatur permukaan laut diproyeksikan naik
7.9 menunjukkan adanya variasi selama periode 1oC dan 2oC dibandingkan tahun 2000 dan 1961.
RPJMN, dimana beberapa wilayah diprediksi akan Sementara itu, salinitas permukaan terus menurun
lebih sering berada dalam kondisi di atas normal dari 33.2psu pada tahun 2000 menjadi 32.1psu pada
(AN) terutama di wilayah selatan Indonesia, meliputi 2040. Kondisi lautan yang semakin panas dan asam
bagian selatan Sumatera dan Sulawesi, sebagian memicu timbulnya berbagai gangguan terhadap
besar Pulau Jawa serta sebagian Nusa Tenggara organisme laut, khususnya pemutihan terumbu
dan Maluku. karang. Diperkirakan luas terumbu karang akan
berkurang sebesar 70-90 persen hingga tahun 2030-
Prediksi peristiwa iklim ekstrem tersebut sangat 2045 bila terdapat kenaikan 1.5oC (IPCC, 2018).
penting untuk perencanaan antisipasi dan mitigasi
risiko bencana. Pada peristiwa iklim ekstrem kering, Perubahan temperatur permukaan laut juga
perhatian lebih perlu ditujukan terutama pada menyebabkan peningkatan tinggi gelombang laut,
wilayah-wilayah yang berpotensi besar mengalami terutama pada Laut Banda, Laut Sulawesi, Selatan
bencana seperti kebakaran hutan, kegagalan panen Jawa, barat Sumatra dan bagian selatan Laut Tiongkok
dan kekurangan air bersih, serta untuk antisipasi Selatan. Kenaikan luasan wilayah yang memiliki tinggi
dampak turunan lainnya yang mungkin terjadi gelombang rata-rata di atas 1 meter per tahun akan
terkait dengan masalah polusi udara, kesehatan mengurangi daya jelajah atau wilayah tangkap ikan
dan keselamatan transportasi, khususnya akibat nelayan dan membahayakan keselamatan pelayaran
gangguan asap. Sementara pada wilayah yang dengan ukuran kapal di bawah 10GT.
mengalami penguatan kejadian iklim ektrim basah
diperlukan adanya langkah antisipasi dan mitigasi Peningkatan tinggi gelombang juga akan
bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah mendorong perubahan kemiringan lereng pantai
longsor. dan lingkungan pantai akibat banjir dan perubahan
suplai sedimen. Tinggi muka air laut pada tahun
Antisipasi juga diperlukan untuk mencegah 2040 juga diproyeksikan akan mengalami kenaikan
bertambahnya angka jiwa terdampak bencana hingga 50 cm dibandingkan tahun 2000. Kondisi ini
dan kerugian ekonomi akibat tingginya ancaman meningkatkan total panjang pantai rentan Kelas 4
bencana hidrometeorologis di Indonesia. Tercatat dan 5 menjadi 18.480,08 KM di tahun 2045.
sekitar 100 juta penduduk Indonesia tinggal di
daerah berpotensi banjir. Dalam periode 2005-2018 Bahaya lain yang ditimbulkan oleh perubahan suhu
kejadian banjir banyak terjadi di daerah Jawa Barat, dan curah hujan secara ekstrem meliputi perubahan
Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, neraca air yang mempengaruhi analisis dalam
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Sulawesi memproyeksikan bahaya banjir, ketersediaan
Selatan. Sementara kejadian longsor sering terjadi air, dan kekeringan air; peningkatan bahaya
di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera penerbangan; penurunan produksi pertanian;
Barat dan Papua dengan potensi jiwa terdampak hingga meningkatkan perkembangbiakan vektor
mencapai 14 Juta. Sedangkan untuk kebakaran penyakit DBD dan potensi heat-stress di wilayah
lahan dan hutan yang berdampak pada gangguan perkotaan. Kondisi tersebut turut andil terhadap
asap terjadi di Riau, Sumatera Selatan, Jambi, meningkatnya risiko kejadian bencana di Indonesia.

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 203
Gambar 7.10. Prediksi Peluang Kejadian Iklim Ekstrem Basah Tahun 2020-2025 (a-f)

Tahun 2020 Tahun 2021

Tahun 2022 Tahun 2023

Tahun 2024 Tahun 2025

Sumber: BAPPENAS dalam Kaji Ulang RAN-API (2018)

Masih Lemahnya Tata Kelola Penanggulangan


Bencana di Daerah
Penguatan kerjasama dan tata kelola bencana didaerah Saat ini upaya peningkatan ketahanan bencana
merupakan mandat UU No. 23/2014, yang berimplikasi belum didukung anggaran yang memadai, khususnya
kepada meningkatnya peran pemerintah daerah untuk pemulihan pascabencana. Berdasarkan
dalam urusan penanggulangan bencana. Terlebih, pemantauan dan evaluasi program 2017 terdapat
melalui terbitnya PP No. 2/2018 dan Permendagri 31 K/L yang terlibat pada penanggulangan bencana
101/2018 yang mengamatkan pembenahan dengan total anggaran Rp 54,670 triliun. Anggaran ini
mekanisme kerjasama antar kelembagaan di daerah paling besar digunakan untuk prabencana sebesar
dalam upaya mewujudkan Standar Pelayanan Minimal Rp 32,370 triliun, tanggap darurat sebesar Rp11,975
Penanggulangan Bencana. triliun, dan pascabencana hanya sebesar Rp 9,33

204 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 7.11. Peta bahaya Iklim Gelombang terhadap Keselamatan Pelayaran hingga Tahun 2045 di Indonesia

Historis Proyeksi

triliun. Selain di level nasional, kurangnya alokasi Kajian, perencanaan dan penanganan risiko
anggaran pemulihan ini terjadi pula pada level bencana lintas daerah administrasi juga perlu
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. mendapat perhatian. Tercatat banyak kawasan
risiko bencana yang melintasi beberapa wilayah
Dari sisi pembiayaan, dukungan inovasi pembiayaan administrasi pemerintahan, seperti: daerah aliran
terhadap risiko kebencanaan belum banyak sungai, kawasan gunung api, area kebakaran hutan
dikembangkan. Berdasarkan studi, ‘Disaster Risk dan pesisir rawan tsunami. Oleh karena itu, hasil-
Financing and Insurance Strategy’ (Kemenkeu, hasil kajian saintifik di bidang adaptasi perubahan
2018), . Dukungan inovasi pembiayaan dalam iklim dan penanggulangan bencana haruslah
bentuk pooling fund menyasar pada kemampuan dapat dimanfaatkan dalam perencanaan sampai
tata kelola risiko bencana. Selain dari kontribusi dengan pelaksanaan pembangunan, khususnya
APBN/APBD, dana tersebut dapat berasal dari di tingkat daerah. Hal tersebut sangat penting
himpunan dana swasta, badan internasional, guna mempersiapkan rencana pembangunan
BUMN dan masyarakat, yang akan dilaksanakan yang responsif dan antisipatif terhadap
oleh badan pengelolaan yang ditetapkan melalui dampak perubahan iklim serta potensi bencana
regulasi. Pembentukan pooling fund dan produk hidrometeorologis dan geologis berdasarkan data,
turunannya akan dirumuskan sebagai instrumen informasi dan kajian yang ilmiah
transfer risiko tepat sasaran yang memperkuat
pembiayaan dari APBN yang sudah berjalan. Pembangunan Rendah Karbon
Transisi dari Penurunan Emisi Menuju
Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana Pembangunan Rendah Karbon
dalam pengalokasian anggaran, rencana Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan
pembangunan dan penataan ruang harus penyebab utama terjadinya perubahan iklim yang
terus ditingkatkan. Berdasarkan survei (BNPB, dapat mengancam kehidupan bangsa. Sebagai
2018), dari seluruh daerah yang telah menyusun upaya menanggulangi perubahan iklim, pada tahun
dokumen RPB, tercatat hanya 45 persen yang telah 2009 Pemerintah Indonesia telah menyampaikan
menggunakannya sebagai masukan RPJM Daerah. komitmen untuk menurunkan emisi GRK sebesar

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 205
26 persen dengan usaha sendiri, dan mencapai 41 hanya fokus pada upaya penurunan emisi GRK
persen dengan dukungan internasional pada tahun kepada penanganan yang lebih holistik dengan
2020. Dalam pertemuan UNFCCC COP 21 tahun tetap menjaga keberkelanjutan dan keselarasan
2015 di Paris komitmen ini ditingkatkan kepada antara pembangunan ekonomi, sosial-budaya,
target penurunan emisi 29 persen di tahun 2030. dan perbaikan lingkungan hidup melalui kerangka
pembangunan rendah karbon.
Seiring dengan dinamika pembangunan di tingkat
nasional maupun global, diperlukan penguatan Transisi menuju pembangunan rendah karbon
integrasi antara upaya penanganan perubahan penting untuk segera diaktualisasikan bukan hanya
iklim dengan program dan pencapaian target- demi meminimalkan risiko dari dampak-dampak
target pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan negatif perubahan iklim, melainkan juga untuk
transisi penanganan perubahan iklim dari yang mengakselerasi peluang peningkatan daya saing

Box 1
Pembelajaran dari Pemanfaatan Biogas
sebagai Sumber Energi Rumah Tangga
Kegiatan pemanfaatan biogas untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga terlaksana di Desa Keningar
dan Ngargomulyo di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
melalui kerjasama antara ICCTF dan SESAMI (Sedya
Samahiya Memetri Indonesia). Dalam kegiatan ini,
masyarakat setempat dilatih untuk membangun 10 unit
bio-digester serta menjalankan pusat pembenihan. Selain
memperoleh gas untuk kebutuhan rumah tangga, pupuk
cair organik (bio-slurry) dan kompos yang dihasilkan
sebagai produk sampingan bio-digester dimanfaatkan
untuk memperbaiki kualitas lahan bekas tambang pasir
sehingga dapat ditanami dengan beraneka tanaman,
termasuk sayur-mayur yang dimanfaatkan sebagai
sumber gizi masyarakat.

Kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap pelestarian


lingkungan berupa penanaman 35.085 batang aneka
jenis pohon, rehabilitasi lahan kritis bekas tambang
seluas 17,8 ha, serta potensi karbon stok setara 16.515
ton CO2eq/tahun. Di samoing itu juga tercipta beragam
manfaat lain berupa tambahan pendapatan sebesar Rp
3 juta/keluarga/tahun, mengurangi biaya energi rumah
tangga sebesar Rp 60 ribu/keluarga/bulan, mendorong
terbentuknya Koperasi Hijau, hingga melibatkan 155
orang anggota masyarakat dalam upaya restorasi lahan
kritis pasca tambang secara aktif dan produktif.

206 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Dukungan Terhadap Pembangunan Rendah
perekonomian Indonesia secara lebih berkelanjutan.
Karbon
Hal ini menginat pembangunan rendah karbon
(PRK) merupakan platform baru pembangunan yang Penerapan pembangunan rendah karbon dalam
bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
ekonomi dan sosial melalui kegiatan pembangunan nasional membutuhkan dukungan yang bersifat
untuk menghasilkan emisi GRK yang rendah dan lintas sektor dan multi-pihak, baik dari dalam
mengurangi penggunaan sumber daya alam yang dan luar negeri. Pelibatan aktor non-pemerintah
berlebihan. Konsep PRK menekankan pada trade- perlu ditingkatkan guna mendukung keberhasilan
off kebijakan lintas sektor yang dibutuhkan untuk pencapaian target pembangunan.
menyeimbangkan target pertumbuhan ekonomi
dan pengentasan kemiskinan dengan upaya Komitmen untuk menerapkan pembangunan rendah
penurunan emisi; serta mendorong tumbuhnya karbon perlu diperkuat secara nasional maupun
green investment untuk pembangunan yang lebih internasional; bukan hanya untuk membentuk
berkelanjutan. motivasi melainkan juga untuk memperkuat modal
dan kapasitas para pihak. Dalam upaya ini maka
Kebijakan utama pembangunan rendah karbon kepentingan nasional perlu dijadikan sebagai
antara lain meliputi penurunan laju deforestasi prioritas utama.
dan peningkatan reforestasi hutan, peningkatan
penggunaan energi terbarukan sebagai pengganti Kondusifitas dan stabilitas politik nasional perlu
energi fosil, efisiensi energi, peningkatan menjadi perhatian mengingat risiko dan potensi
produktivitas pertanian melalui intensifikasi dukungan terhadap kebijakan rendah karbon dan
pertanian, serta efisiensi pemanfaatan sumber tata kelola lingkungan hidup secara keseluruhan
daya alam dan peningkatan kualitas lingkungan. sangat bergantung kepada situasi politik.
Isu perubahan iklim dalam pembangunan rendah Perumusan kebijakan yang selaras dengan prinsip
karbon akan menjadi basis kebijakan utama untuk keberlanjutan hanya dapat terwujud bila situasi
mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan di politik berlangsung kondusif.
bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Kemajuan teknologi perlu dimanfaatkan untuk
Pada skala lokal, kegiatan pembangunan rendah perencanaan, pengawasan, dan pengendalian
karbon telah terbukti memberikan dampak positif pembangunan beserta dampaknya terhadap
yang nyata bagi perekonomian masyarakat; misalnya lingkungan secara lebih efisien. Hal ini akan
pada proyek pengembangan biogas sebagai energi memungkinkan intervensi pembangunan rendah
terbarukan pada lokasi percontohan di Magelang, karbon dapat terlaksana dengan biaya, koordinasi,
Jawa Tengah (Box 1). Contoh keberhasilan di waktu yang lebih sedikit.
tingkat tapak tersebut perlu ditingkatkan ke dalam
skala yang lebih luas sehingga melalui sinergi Inovasi usaha yang berprinsip ramah lingkungan
antara pertumbuhan ekonomi, pengentasan juga perlu terus dikembangkan untuk menurunkan
kemiskinan dan pengendalian emisi karbon yang dampak negatif pencemaran sekaligus
dilakukan dengan tepat, maka diharapkan kebijakan meningkatkan kompetisi usaha ramah lingkungan. Di
pembangunan rendah karbon akan dapat menarik samping itu, potensi dukungan dunia usaha melalui
lebih banyak lagi peluang untuk menggerakkan program CSR pada bidang-bidang pembangunan
perekonomian nasional dengan tetap menjaga rendah karbon perlu lebih dioptimalkan.
keberlanjutan lingkungan hidup.

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 207
Sasaran, Target dan Indikator
Sasaran, target, dan indikator outcome untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan
ketahanan bencana, dan perubahan iklim dikelompokkan sebagai berikut:

Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim

Meningkatnya kualitas Meningkatnya ketahanan terhadap


lingkungan hidup dampak bencana dan bahaya iklim

Indeks kualitas lingkungan hidup Pengurangan rasio kerugian


(IKLH) mencapai 73,25-75,25 di ekonomi akibat dampak bencana
tahun 2024 dan bahaya iklim terhadap PDB
sebesar 0,21% di tahun 2024

Pembangunan Rendah Karbon

Meningkatnya keberhasilan mitigasi perubahan iklim


melalui implementasi Pembangunan Rendah Karbon
• Penurunan emisi GRK sebesar 27,3% di tahun 2024
• Penurunan intensitas emisi GRK sebesar 24% di tahun 2024

Arah Kebijakan dan Strategi


Arah kebijakan untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana,
dan perubahan iklim terdiri dari: (a) Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup; (b) Peningkatan Ketahanan
Bencana dan Iklim; dan (c) Pembangunan Rendah Karbon. Strategi untuk mewujudkan masing-masing arah
kebijakan diuraikan sebagai berikut:

Kebakaran Lahan dan Hutan; (d) Peningkatan


Peningkatan Kualitas
Kesadaran dan Kapasitas Pemerintah, Swasta
Lingkungan Hidup
dan Masyarakat terhadap Lingkungan Hidup;
(e) Pencegahan Kehilangan Keanekaragaman
Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan Hayati, serta (f) Pengendalian Pemanfaatan
Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup pada Ruang di sekitar DAS.
RPJMN 2020-2024 meliputi: 2. Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan
1. Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, yang dilaksanakan dengan: (a) Penanganan
yang dilaksanakan dengan: (a) Pemantauan Pencemaran dan Kerusakan di Pesisir dan Laut;
Kualitas Air, Air Laut, dan Udara; (b) Penyediaan (b) Pengurangan Sampah Domestik dan Sampah
Informasi Cuaca dan Iklim; (c) Pencegahan Plastik; (c) Penghapusan dan Penggantian Merkuri

208 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
di lokasi PESK; serta (d) Pembangunan Fasilitas 2. Peningkatan Ketahanan Iklim, yang
Pengolahan Limbah B3 dan Limbah Medis. dilaksanakan dengan implementasi Rencana
3. Pemulihan Pencemaran dan Kerusakan Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, API) pada sektor-sektor prioritas, melalui: (a)
yang dilaksanakan dengan: (a) Restorasi dan Peningkatan ketahanan iklim sektor kelautan
Pemulihan Lahan Gambut; (b) Reforestasi dan pesisir; (b) Peningkatan ketahanan iklim
Kawasan Hutan; (c) Restorasi Lahan Bekas sektor air; (c) Peningkatan ketahanan iklim
Tambang; (d) Pemulihan Kualitas Air Sungai Dan sektor pertanian melalui pemanfaatan data dan
Danau; (e) Pemulihan Kerusakan Lingkungan informasi geospasial; serta (d) Peningkatan
Pesisir dan Laut; (f) Pemulihan habitat spesies ketahanan iklim sektor kesehatan.
terancam punah; serta (g) Peningkatan populasi
spesies terancam punah di habitat exsitu.
4. Penguatan Kelembagaan dan Penegakan Pembangunan Rendah
Hukum di Bidang Sumber Daya Alam dan Karbon
Lingkungan Hidup, yang dilaksanakan dengan:
(a) Penguatan Regulasi dan Kelembagaan Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan
Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pembangunan Rendah Karbon pada RPJMN 2020-
Hidup di Pusat dan Daerah; (b) Penguatan Sistem 2024 mencakup:
Perizinan, Pengawasan, dan Pengamanan 1. Pembangunan Energi Berkelanjutan, yang
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan dilaksanakan dengan: (a) Pengelolaan energi baru
Hidup; serta (c) Penegakan Hukum di Bidang terbarukan melalui pengembangan pembangkit
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. energi terbarukan serta meningkatkan pasokan
bahan bakar nabati dari bahan baku rendah
karbon; (b) Efisiensi dan konservasi energi; serta (c)
Peningkatan teknologi pembangkit dan distribusi
Peningkatan Ketahanan 2. Pemulihan Lahan Berkelanjutan yang
Bencana dan Iklim dilaksanakan dengan: (a) Restorasi dan
pengelolaan lahan gambut; (b) Reforestasi;
(c) Pengurangan laju deforestasi; serta (d)
Strategi untuk mewujudkan Arah Kebijakan Peningkatan produktivitas dan efisiensi pertanian
Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim pada 3. Penanganan Limbah yang dilaksanakan
RPJMN 2020-2024 mencakup: dengan (a) Pengurangan sampah domestik; dan
1. Penanggulangan Bencana, yang dilaksanakan (b) Pengelolaan limbah cair.
dengan: (a) Penguatan Data, Informasi, dan 4. Pengembangan industri hijau yang
Literasi Bencana; (b) Penguatan Sistem, dilaksanakan dengan (a) Konservasi dan audit
Regulasi dan Tata Kelola Bencana; (c) penggunaan energi pada industri; (b) Penerapan
Peningkatan Sarana Prasarana Kebencanaan; modifikasi proses dan teknologi; serta (c)
(d) Integrasi Kerjasama Kebijakan dan Penataan Manajemen limbah industri
Ruang berbasis Risiko Bencana; (e) Penguatan 5. Pemulihan ekosistem pesisir dan kelautan
Penanganan Darurat Bencana; (f) Pelaksanaan yang dilaksanakan dengan pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah terdampak Inventarisasi dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir
bencana; dan (g) Penguatan sistem mitigasi dan Kelautan (mangrove, padang lamun,
multi ancaman bencana terpadu. terumbu karang, estuari, dan hutan pantai).

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim 209
MEMPERKUAT STABILITAS
POLHUKHANKAM DAN
TRANSFORMASI PELAYANAN
PUBLIK
Pendahuluan

8
Capaian Pembangunan 2015 - 2019
Lingkungan dan Isu Strategis
Sasaran, Target, dan Indikator
Arah Kebijakan dan Strategi
Pendahuluan

Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan


Keamanan (Polhukhankam) Indonesia 2020-2024
diarahkan menuju kelembagaan politik dan hukum
yang mapan. Kondisi tersebut ditandai dengan
terwujudnya konsolidasi demokrasi; terwujudnya
supremasi hukum, penegakan hak asasi manusia
dan birokrasi profesional; terciptanya rasa aman dan
damai bagi seluruh rakyat; serta terjaganya keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
kedaulatan negara dari berbagai ancaman, baik
dari dalam maupun luar negeri. Kondisi tersebut perhatian adalah pergeseran gravitasi politik
merupakan “kondisi perlu” untuk mendukung internasional, pergeseran arena pertarungan negara
terlaksananya pembangunan bidang lainnya. besar ke seascape, deglobalisasi dan populisme
yang menyebabkan kebijakan unilateral beberapa
Dalam menghadirkan “kondisi perlu”, Pembangunan negara, instabilitas di kawasan Timur Tengah.
Polhukhankam memperhatikan perkembangan
yang terjadi di dalam dan luar negeri. Beberapa isu Pada RPJMN 2020-2024 terdapat lima arah
domestik yang perlu diwaspadai adalah intoleransi, kebijakan Pembangunan Polhukhankam, yaitu
demokrasi prosedural, kesenjangan reformasi Konsolidasi Demokrasi, Optimalisasi Kebijakan
birokrasi, perilaku koruptif, dan potensi ancaman Luar Negeri, Sistem Hukum Nasional yang Mantap,
yang mengganggu keamanan dan kedaulatan Reformasi Kelembagaan Birokrasi, dan Menjaga
negara. Di tingkat global, isu yang perlu menjadi Stabilitas Keamanan Nasional.

212 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Dinamika Geopolitik Global

Dinamika Kebijakan Luar


Depolarisasi Pusat Negeri Negara Adi Daya
Gravitasi Politik
International

Melemahnya Tata Kelola


Global
Instabilitas
Kawasan Timur Melemahnya Multilateralisme
Tengah dan Menguatnya Populisme

(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019)

Dinamika geopolitik global berpengaruh terhadap pembangunan infrastruktur kawasan Asia - Afrika
masa depan pembangunan Indonesia. Persaingan dengan investasi BUILD Act sebesar US$ 60 miliar.
antar kekuatan besar dunia menimbulkan Mudahnya pergerakan aktor non negara secara
depolarisasi pusat geopolitik baik di Barat (Amerika trans-nasional membuat dinamika ancaman non
dan Eropa) maupun di kawasan Timur (Asia). Selain tradisional menjadi isu strategis bagi Indonesia.
itu, terdapat dinamika geopolitik berupa sengketa Ancaman non tradisional yang mendapat perhatian
Laut Tiongkok Selatan (LTS). Klaim dan ekspansi besar adalah: (1) Terorisme; (2) Perdagangan
militer Tiongkok di LTS meningkatkan ketegangan manusia, khususnya pada perempuan dan
di kawasan. Amerika Serikat (AS) merespons anak Indonesia yang rentan menjadi korban
Tiongkok dengan menggelar kekuatannya di LTS. perdagangan manusia; (3) Peredaran gelap dan
ASEAN telah mengupayakan pembentukan Code of penyalahgunaan narkotika, terutama dengan makin
Conduct (CoC) untuk menyelesaikan permasalahan intensnya penyelundupan narkotika ke Indonesia;
ini tetapi pada prosesnya menemui hambatan. (4) illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing
yang sering terjadi di wilayah laut Indonesia; dan (5)
Persaingan juga ditemukan di sektor ekonomi dan Keamanan siber.
perumusan kerangka arsitektur regional. Perang
dagang AS dan Tiongkok menjadi contoh persaingan Sementara itu, isu lain yang perlu menjadi perhatian
di sektor ekonomi. Selain itu, persaingan juga Indonesia adalah melemahnya multilateralisme
terjadi pada pembangunan infrastuktur kawasan dan populisme. Kedua isu ini berdampak pada
Asia - Afrika. Melalui Belt and Road Initiative (BRI), pelemahan tata kelola global, yang mendorong
Tiongkok telah berinvestasi lebih dari US$ 210 negara-negara cenderung mengeluarkan kebijakan
juta. Di sisi lain, AS juga menginisiasi pendanaan unilateral.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 213


Lingkungan Strategis Nasional

Di tingkat nasional, fokus dan kebijakan


pembangunan Indonesia akan menghadapi
beberapa tantangan , yaitu menguatnya intoleransi,
demokrasi yang prosedural, kesenjangan reformasi
birokrasi, masih adanya perilaku korupsi, dan
Intoleransi Menguat
masih adanya potensi ancaman yang mengganggu
keamanan dan kedaulatan negara.

Intoleransi yang menguat ditandai dengan tren


penolakan pemimpin yang berbeda agama dari
Demokrasi Prosedural
2015-2017 sebesar 58,4%. Selain itu, politik identitas
digunakan oleh calon kepala daerah dalam Pilkada,
seperti di Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan
Maluku. Indeks Demokrasi Indonesia menunjukkan
masih adanya kesenjangan demokrasi pada aspek Potensi Ancaman terhadap
Keamanan dan Kedaulatan
Kebebasan Sipil (78,75/100), Hak-Hak Politik Negara
(66.63/100), dan Lembaga Demokrasi (72,49/100).
Adapun angka demonstrasi yang berujung
kekerasan berkategori buruk (29,22/100). Hal ini
memperlihatkan bahwa demokrasi di Indonesia Kualitas Reformasi
masih bersifat prosedural. Birokrasi Tidak Merata

Tantangan lain yang dihadapi adalah tidak meratanya


kualitas pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Capaian 1) Masih Adanya Perilaku
Reformasi Birokrasi di tingkat Kabupaten/Kota Koruptif
masih rendah terlihat dari Skor B ke atas Indeks RB 2) Penegakan Hukum yang
baru mencapai 11,22% sehingga perlu di intervensi. Belum Optimal
Sementara itu, perilaku korupsi masih terjadi. Hal ini
ditandai dengan masih adanya Kepala Daerah yang
(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019)
terbukti melakukan tindak pidana korupsi.

Kelompok Kriminal Bersenjata yang mengancam


kedaulatan negara, seperti yang ada di Papua,
merupakan isu yang menonjol di tingkat nasional.

Selain itu, peredaran gelap dan penyalahgunaan


narkotika masih menjadi tantangan dalam
mewujudkan keamanan.

214 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerangka Pembangunan Polhukhankam

Koridor Hukum

Pertahanan dan Keamanan

Aspirasi
Masyarakat
Koridor Hukum

Koridor Hukum
Proses Tujuan
Politik Pembangunan

Administrasi
Pembangunan

Demokratis Profesional Aman Adil Sejahtera

Koridor Hukum
(Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019)

Pembangunan bidang Polhukhankam diawali oleh pembangunan sebagai bahan aspirasi pada proses
aspirasi masyarakat melalui proses politik yang politik berikutnya. Siklus tersebut akan berjalan
demokratis. Proses tersebut diharapkan menciptakan apabila didukung oleh situasi yang kondusif. Dalam
penyelenggaraan administrasi pembangunan yang pelaksanaannya dilandasi oleh tata kelola yang baik
profesional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan dibingkai dengan koridor hukum yang berlaku
dan sejahtera. Masyarakat perlu mengawasi proses serta keamanan nasional yang kondusif.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 215


Capaian Pembangunan RPJMN 2015-2019

Partisipasi pemilih dalam Pilkada 2018 Status Pers Indonesia tahun 2018
mencapai 74,01% kategori fairly free dengan indeks 69,00

Partisipasi sektor swasta dalam


Ada 75.503 kasus permasalahan KSST; Penciptaan manfaat ekonomi
dari kerjasama pembangunan
terkait WNI yang telah diselesaikan international

Pelaksanaan bantuan hukum untuk Indeks pembangunan hukum


51.471 orang (litigasi) dan 13.600 meningkat dari 0,31 di 2014 menjadi
kegiatan (non-litigasi) 0,6 di 2017

Instansi pemerintah yang bersih dan Instansi pemerintah yang efektif dan
akuntabel dangan opini WTP (91% K/L, efisien dengan skor B keatas indeks RB
97% Prov, 72% Kab, dan 86% Kota). (89% K/L, 68% Prov, & 10% untuk Kab/
Kota)

kontribusi MEF TNI mencapai 60 % Laju prevalensi penyalahgunaan


dari target 62 % narkoba berhasil ditekan sebesar 0.03
(target 0,05)

216 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
pada praktik-praktik oligarki sehingga belum
mampu menjawab kepentingan rakyat. Ada gejala
konsolidasi kekuatan elite politik lama dan munculnya
orang kuat lokal yang berpotensi menyebabkan
arus balik (setback) pada konsolidasi demokrasi.

Peningkatan biaya politik menjadi fenomena yang


perlu diwaspadai. Kondisi ini berkaitan dengan
transparansi dan akuntabilitas partai politik.
Tingginya biaya politik menuntut partai untuk
mendapatkan sumber pendanaan yang sering kali
bersifat ilegal.

Efektivitas proses konsolidasi demokrasi juga


harus didukung oleh kerangka regulasi di bidang
politik yang komprehensif. Penataan peraturan
perundangan terkait partai politik dan tata kelola
kepemiluan menjadi dua aspek penting untuk
Pembangunan Politik Dalam mendorong pemantapan proses konsolidasi
demokrasi. Untuk memperkuat proses tersebut
Negeri diperlukan pula pendidikan politik secara konsisten
Kehidupan demokrasi Indonesia ditandai dengan dan sistematis.
masih lemahnya kinerja lembaga demokrasi seperti
partai politik, lembaga legislatif, dan tingginya
biaya politik. Kondisi ini tergambar dalam capaian
Gambar 8.1. Partisipasi Pemilih
Indeks Demokrasi Indonesia/IDI (2009-2017)
bahwa beberapa variabel memiliki nilai konsisten
rendah, yaitu: peran partai politik, peran DPRD,
peran pemerintah daerah, dan partisipasi politik
dalam pengambilan keputusan dan pengawasan.
Peran DPRD untuk melakukan inisiatif penyusunan 74,50%
Peraturan Daerah yang berpihak kepada
74,01%
kepentingan rakyat belum optimal. Di sisi lain,
69,20%
pemerintah daerah secara umum dinilai belum
cukup mampu untuk menjalankan prinsip tata kelola
pemerintahan yang efektif.

Partai politik yang menjadi salah satu aktor kunci


dalam upaya mewujudkan konsolidasi demokrasi 2015 2017 2018
sesuai dengan amanat RPJPN 2005-2025 belum
(Sumber: Komisi Pemilihan Umum, 2018)
mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara
optimal. Partai politik belum memiliki konsistensi
peran, dan secara internal, partai politik terjebak

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 217


Partisipasi Pemilih 1999 - 2019
93,30% 84,07% 70,99% 75,11% 81,69%
100%
77,44% 72,56% 71,31% 81,97%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1999 2004 2009 2014 2019

Tingkat Partisipasi Pemilu Legislatif Tingkat Partisipasi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Sumber: RPMN 2015-2019, Komisi Pemilihan Umum, 2019

Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi Organisasi masyarakat sipil, kelompok agama
dengan tingkat partisipasi yang tinggi, rata-rata serta media massa berperan dalam menstabilkan
di atas 70 persen baik untuk pemilu dan pilkada. ketegangan-ketegangan politik, serta memastikan
Pemilihan Umum 2019 yang dilaksanakan pada terjadinya proses-proses politik yang lebih
17 April 2019 menunjukkan capaian yang tinggi demokratis. Masyarakat sipil perlu mendapatkan
dalam tingkat partisipasi pemilih. Dalam pemilihan perhatian lebih baik untuk kemudian berperan bagi
yang digelar serentak, tingkat partisipasi pemilu penguatan lembaga demokrasi menuju demokrasi
Presiden dan Wakil Presiden sebesar 81,97 persen, yang terkonsolidasi.
dan Pemilihan Legislatif dengan tingkat partisipasi
81,69 persen. Capaian ini telah melampaui target Demokrasi yang terkonsolidasi mensyaratkan
partisipasi pemilih dalam RPJMN 2015-2019 tersedianya informasi publik yang berkualitas,
sebesar 77,5 persen. Capaian tersebut tidak lepas merata, dan berkeadilan bagi seluruh
dari dukungan dari seluruh pihak melalui rangkaian lapisan masyarakat. Inpres No. 9 Tahun 2015
program pendidikan pemilih yang menjadi Prioritas mengamanatkan kepada Kementerian/Lembaga
Nasional selama masa tahapan pemilu berlangsung. dan Daerah untuk bersinergi dalam pengelolaan
Peningkatan partisipasi pemilih ini juga menjadi komunikasi publik. Kebijakan Government Public
salah satu indikasi bahwa kehidupan demokrasi Relation (GPR), yang bertujuan mengintegrasikan
Indonesia terus mengalami perkembangan. IDI pengelolaan komunikasi publik di K/L/D, dan
menunjukkan bahwa variabel Pemilu yang Bebas menyebarkan informasi pemerintah secara
dan Adil berada pada skor 95,48, sangat baik konsisten perlu terus dikuatkan. Dalam peningkatan
walaupun belum sempurna. Pelaksanaan pemilu keterbukaan informasi publik, telah terbentuk Komisi
akan lebik baik bila diiringi dengan perayaan Informasi di 32 Provinsi, dan terus diupayakan
bernuansa kebudayaan. untuk segera terbentuk di Nusa Tenggara Timur

218 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tersedianya Informasi Publik Berkualitas
Government Public Relations

01. Pengembangan Tenaga Humas Pemerintah


Integrasi Kanal Media Informasi Publik
Komisi Informasi di 31 Provinsi
Penyelesaian Sengketa Publik

Jaminan Kebebasan Pers

02. Indeks Kemerdekaan Pers di 34 Provinsi


dengan status Agak Bebas/ Fairly Free (2018)

Peningkatan Kualitas Penyiaran:


Kepatuhan lembaga penyiaran terhadap
03. P3SPS mengalami peningkatan
Survei Indeks Kualitas Siaran TV dan upaya
Pembentukan Rating Nasional

dan Maluku Utara. Terkait penyelesaian sengketa Peningkatan kualitas siaran TV juga terus dilakukan.
informasi publik, Komisi Informasi telah melakukan Berdasarkan hasil survei Indeks Kualitas Siaran
mekanisme VR (Vexatious Request) yang TV oleh KPI pada tahun 2018 menunjukkan dari 8
mengurangi jumlah sengketa secara signifikan. (delapan) kategori program siaran, 4 program siaran
Namun demikian, pelaksanaannya belum optimal yang termasuk kategori wisata budaya, religi, berita,
karena kurangnya kesadaran aparatur dan dan talkshow telah memenuhi standar kualitas KPI,
masyarakat atas manfaatnya. sedangkan 4 program siaran yang dikategorikan
sebagai program anak, variety show, sinetron, dan
Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) Indonesia di 34 infotainment belum memenuhi standar kualitas KPI.
provinsi bernilai 69,00 dengan status agak bebas/ Diperlukan sosialisasi dan literasi agar masyarakat
fairly free, membaik dibandingkan 2017 dengan paham dan dapat mengambil sikap terhadap
indeks 67,92. Kepatuhan lembaga penyiaran hasil survey dimaksud. Dengan demikian, upaya
terhadap Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar pembentukan rating nasional dapat mewujudkan
Program Siaran (P3SPS) meningkat pada tahun peningkatan kualitas program siaran.
2017, ditandai dengan menurunnya jumlah sanksi
yang dikeluarkan KPI pada tahun 2017 yaitu 82,
dibandingkan tahun 2016 yang berjumlah 175.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 219


Pembangunan Politik Luar Negeri

Keamanan

129 Naskah Kesepakatan Perundingan Terbatas


Rp 574 M Hak Finansial WNI/PMI
Pembebasan 315 WNI
181.942 Repatriasi WNI/PMI Bermasalah
75.503 Penyelesaiaan Kasus WNI

Kerjasama Pembangunan
International
193 Program KSST untuk 3.252 peserta dari 66
negara (2014-2017)
Mempromosikan inovasi lokal sebagai
pendorong pembangunan global
(Country-Led Knowledge Sharing)
Penunjukan 22 Center of Exellences
Penyampaian Sustainable Development Goals
Voluntary National Review 2017
Penanganan isu di fora internasional seperti G20,
ASEAN, dan Development cooperation Forum

Sosial Budaya

Bali Democracy Forum (BDF), BDF Chapter Tunis


2017, BDF Chapter Berlin 2018, Bali Democracy
Students Conference 2018.
Penyelenggaraan Trilateral Ulema Conference of
Afghanistan-Indonesia-Pakistan

Tata kelola

Kepemimpinan di Forum Internasional


Kontribusi pada Perdamaian Dunia
Isu Palestina

220 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pembangunan Hukum

Pelaksanaan bantuan
hukum dari tahun
2015-Nov 2018

Litigasi : 51.471 Orang


Non Litigasi: 13.600
Kegiatan

Indeks Pembangunan
Hukum (IPH)*

2014: 0,31
2017: 0,60

Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi:

Perizinan dan Tata


Niaga
Keuangan Negara
Penegakan Hukum
dan Reformasi
Penyelesaian Perkara
Birokrasi
dengan Small Claim
Court (SSC)
Court

2016: 759 Perkara


2018: 6.831 Perkara
Jumlah Anak
Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di LPKA
pasca diberlakukan
diversi

2014: 3.556 Anak


2018: 1.330 Anak

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 221


Pembangunan Aparatur

Sejalan dengan pembangunan aparatur negara Perwujudan birokrasi yang bersih dan akuntabel
berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah
Panjang Nasional (RPJPN) dan melanjutkan Grand Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
Design Reformasi Birokrasi tahun 2010 – 2025, yang memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian
berbagai kebijakan ditujukan untuk mewujudkan (WTP), skor B atas SAKIP, dan persentase
8 area perubahan di dalam Reformasi Birokrasi penerapan pengadaan barang/jasa pemerintah
Nasional, meliputi mental aparatur, kelembagaan, secara elektronik seiring dengan ditetapkannya
tata laksana, SDM aparatur, akuntabilitas, Perpres No.16/2018 tentang Pengadaan Barang
pengawasan, peraturan perundang-undangan, dan Jasa Pemerintah.
serta pelayanan publik. Agenda reformasi birokrasi
menjadi perhatian penting di dalam Rencana Birokrasi yang efektif dan efisien, diwujudkan melalui
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) penyempurnaan kebijakan reformasi birokrasi
tahun 2015 – 2019 yang menekankan birokrasi bersih nasional dalam bentuk Road Map Reformasi Birokrasi
dan akuntabel, efektif dan efisien, serta memiliki Nasional Tahun 2015 – 2019 dengan visi reformasi
pelayanan publik berkualitas. Beragam kebijakan, birokrasi menuju birokrasi kelas dunia (world class
program, dan kegiatan dalam kerangka reformasi bureaucracy). Perbaikan reformasi birokrasi di level
birokrasi nasional, telah menunjukkan capaian yang instansi juga semakin meningkat yang tercermin
sejalan dengan sasaran pembangunan bidang
aparatur negara.

Birokrasi yang bersih dan akuntabel dengan


meningkatnya capaian opini WTP dan Skor B
atau SAKIP

Opini WTP: Skor B Atas SAKIP:


K/L : 91% K/L : 92,77%
Prov : 97% Prov : 94,12%
Kab. : 72% Kab./Kota: 46,85%
Kota : 86%
Birokrasi yang transparan, efektif dan efisien
dengan meningkatnya capaian indeks RB

Indeks RB:
K/L : 93,98%
Prov : 70,59%
Kab./Kota : 11,22% Birokrasi yang memiliki pelayanan publik
berkualitas dengan membaiknya tingkat
kepatuhan pelayanan publik berdasarkan
UU 25/2009 tentang pelayanan publik
Tingkat Kepatuhan atas UU 25/2009
K : 87,50%%
L : 80,00%
Prov. : 82,35%
Kab/Kota : 46,23%
(Sumber: BPK, 2018; KemenPANRB, 2019; Ombudsman RI, 2018)

222 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
dari semakin membaiknya nilai Indeks RB yang Hingga triwulan ke IV 2018 capaian MEF TNI
didukung dengan penetapan PP No.11/2017 sudah pada jalur yang benar (on track) yaitu
tentang Manajemen PNS, PP No. 49/2018 tentang sebesar 60 persen dari taget sebesar 62 persen
Manajemen PPPK dan Perpres No. 95/2018 tentang yang diperkirakan akan tercapai pada tahun 2019.
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Selain Sementara itu, kontribusi industri pertahanan
itu dari sisi penataan kelembagaan, birokrasi yang nasional diperkirakan sulit tercapai karena realisasi
efektif dan efisien ditandai dengan 21 Lembaga Non baru sebesar 35,9 persen dari target sebesar 49
Struktural (LNS) dibubarkan, 2 diintegrasikan, serta persen. Selanjutnya, laju prevalensi penyalahgunaan
1 disempurnakan. Dari sisi Manajemen Sumber narkoba yang diprediksi meningkat sebesar 0,05
Daya Manusia Aparatur Sipil Negera (ASN) telah persen berhasil ditekan hingga 0,03 persen.
dikembangkan Talent Management sebagai bagian
dari penguatan kompetensi, profesionalitas, dan
daya saing nasional.

Perbaikan kualitas pelayanan publik terlihat Triwulan ke IV 2018


kontribusi MEF TNI
dengan penerapan digitalisasi pelayanan publik
sebesar 60 % dari target
(e-Services), peningkatan tingkat kepatuhan atas 62 %
standar pelayanan publik sesuai dengan UU
No. 25/2009 tentang pelayanan publik, integrasi
sistem pengaduan masyarakat (LAPOR!-SP4N),
pembentukan Mall Pelayanan Publik. Laju prevalensi
penyalahguna narkoba
Pembangunan Pertahanan dan berhasil ditekan sebesar
0.03
Keamanan

Pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan


telah berhasil menciptakan Indonesia yang lebih Realisasi kontribusi industri
pertahanan pada TW IV
aman dan pertahanan negara yang lebih kuat. Hal
2018 sebesar 35,9 %
tersebut dapat dilihat dari pencapaian target tiga
sasaran pokok pembangunan bidang pertahanan
dan keamanan yaitu pencapaian Minimum Essential (Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2018
Force (MEF), kontribusi industri dalam negeri
terhadap industri pertahanan, dan laju prevalensi
penyalahgunaan narkoba.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 223


Lingkungan dan Isu Strategis

Konsolidasi Demokrasi

Lembaga Hak-hak Politik


Demokrasi & Kebebasan
Sipil

• Biaya politik tinggi dan rendahnya • Rendahnya kualitas implementasi


akuntabilitas dan transparansi • Tingginya potensi ancaman pada
• Intervensi terhadap penyelenggara kebebasan sipil
pemilu • Belum optimalnya kualitas dan
• Lemahnya peraturan perundangan kuantitas partisipasi
bidang politik

Komunikasi
Publik

• Paradigma komunikasi publik


• Ketergantungan penyiaran terhadap rating
• Misinformasi dan disinformasi konten
digital
• Ketimpangan masyarakat memahami
konten media
• Akses informasi yang belum merata dan
berkeadilan
• Kualitas pers dan jurnalistik

224 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Aspek Keamanan
Globalisasi membuat pergerakan manusia antar Gambar 8.2 Perbandingan Tren Mobilitas WNI ke Luar
Negeri dengan Kasus WNI di Luar Negeri
negara menjadi mudah. Migrasi yang dilakukan
WNI ke luar negeri pun terus meningkat berpotensi
meningkatkan permasalahan WNI di luar negeri.
Kompleksitas masalah yang dihadapi WNI beragam Tren Jumlah WNI keLN
sehingga diperlukan upaya intens untuk memberikan (juta Jiwa)
perlindungan kepada WNI di manapun ia berada.
10.6
Selain melindungi warganya, negara juga 7
berkewajiban menjaga kedaulatannya dari berbagai
ancaman. Dalam aspek kewilayahaan, Indonesia 6.6
memiliki sengketa perbatasan, khususnya batas
maritim, dengan sembilan negara. Pemerintah
secara intensif berdiplomasi untuk menjaga
kedaulatan wilayahnya sebagai negara kepulauan.
Indonesia juga rentan menerima gangguan 18.45
keamanan dari aktor non-pemerintah seperti Tren Kasus WNI di LN
(ribu Jiwa)
terorisme, penyelundupan narkoba hingga IUU
15.45
Fishing. Pemerintah terus berupaya memerangi 12.42
ancaman-ancaman tersebut.

Dalam menangani berbagai permasalahan di sektor 2015 2016 2017 2021


keamanan koordinasi antar pemangku kepentingan
mendesak untuk dilakukan. Akan tetapi, aparat (Sumber: Kementerian Luar Negeri, 2018)
keamanan sering kali beroperasi secara parsial
dalam mengatasi ancaman. Hal ini membuat
penanganan masalah sering kali belum memberikan
dampak signifikan.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 225


Aspek Kerjasama Pembangunan
pihak swasta. Program-program kerjasama
Internasional
pembangunan internasional dapat membantu
Prioritas kebijakan bidang kerjasama pembangunan memperkenalkan produk dan teknologi yang
internasional saat ini adalah mendukung kerja sama dikembangkan perusahaan swasta, serta
pembangunan internasional dalam peningkatan meningkatkan citra dan pengakuan terhadap
perdagangan dan investasi untuk mendorong branding di kawasan.
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Aspek Sosial-budaya
Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, beberapa
isu yang dihadapi antara lain: Citra positif Indonesia sangat penting dalam
• Penguatan pelaksanaan Kerja Sama Selatan- pergaulan Internasional, sehingga Indonesia perlu
Selatan dan Triangular (KSST) untuk mendukung melakukan diplomasi publik, termasuk kerja sama
peningkatan perdagangan dan investasi melalui pembangunan internasional. Indonesia telah
pertukaran pengetahuan dan keahlian. memiliki modal dalam melakukan diplomasi publik,
• Dari sisi kelembagaan, diperlukan pembentukan yaitu negara demokrasi, masyarakat pluralistik
mekanisme dan pengelolaan pendanaan dan toleran, ekonomi progresif, keanekaragaman
satu pintu agar kerjasama pembangunan budaya, kekayaan kuliner dan diaspora Indonesia.
internasional dapat dilaksanakan secara
integratif, tepat sasaran, dan memberikan Meskipun demikian, diperlukan penguatan
manfaat bagi kepentingan nasional koordinasi dalam pelaksanaan diplomasi publik
• Dari sisi pendanaan, perlunya pemanfaatan mengingat ada banyak aktor yang terlibat. Selain itu,
sumber-sumber dan mekanisme pendanaan perlu ada kesepakatan tentang visi citra Indonesia
baru, misalnya skema kredit ekspor melalui yang akan ditampilkan kepada publik internasional.
pelibatan Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia (LPEI) Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar
• Dalam upaya penguatan pelaksanaan kerjasama di dunia, Indonesia juga perlu memperkuat
pembangunan internasional, diperlukan kepemimpinan di dunia internasional melalui: i)
pelibatan aktor non-pemerintah, terutama promosi nilai-nilai Islam yang moderat (Wasthyyah);

(Sumber: Kementerian Luar Negeri, 2018 bdf.kemlu.go.id)

226 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 : Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 226
Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
ii) mempererat Ukhwah Islamiyah sesama Muslim
di dunia, khususnya dengan terlibat aktif dalam
organisasi internasional seperti, Organisasi
Kerjasama Islam (OKI), dan The Standing Committee
for Economic and Commercial Cooperation of The
Organisation of Islamic Cooperation (COMCEC);
iii) mendukung kemerdekaan Palestina. Dukungan
dilakukan melalui peningkatan kerjasama
pembangunan internasional, salah satunya
bekerjasama dengan Islamic Development Bank

Aspek Kepemimpinan dan Tata Kelola

Indonesia telah menjadi anggota aktif di 233


organisasi/forum internasional, seperti AIS, ASEAN,
IORA, G20, dan PBB. Indonesia perlu memanfaatkan
keanggotaannya untuk kepentingan nasional.
Inisiatif dan posisi yang disampaikan Indonesia
di dalam organisasi/forum internasional dengan
mengedepankan total diplomacy, diplomasi maritim,
diplomasi perdamaian, dan diplomasi kemanusiaan, antara Kementerian Luar Negeri dan K/L terkait
dapat meningkatkan pengaruh Indonesia di tatanan agar Indonesia dapat segera menindaklanjuti
internasional. kesepakatan atau komitmen di tingkat internasional.
Selain itu, perlu pengaturan kewenangan Kepala
Pada tingkat domestik, perlu penataan peran Perwakilan dan pejabat perbantuan di Perwakilan
dan fungsi K/L dalam pelaksanaan kebijakan RI sehingga dapat memperjelas hak dan kewajiban
luar negeri, khususnya peningkatan koordinasi pejabat perbantuan di Perwakilan RI.

Gedung Perwakilan Republik Indonesia untuk Australia


(Sumber: PPI Australia, 2016 https://www.ppi-australia.org/student-guide/melaporkan-diri-ke-kbri-kjri/)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 227


Penegakan Hukum Nasional

Gambar 8.3. Isu Strategis Sistem Hukum Nasional yang Mantab

Indikator
Enforcing
Regulasi yang Contracts:
Disharmoni Ease of Doing
Inkonsisten Business (EoDB)
Tumpang Tindih Peringkat 146
Multitafsir dari 190 Negara

Overcrowding
Mencapai
202%
(hingga Januari 2019)
Indeks Perilaku anti Korupsi (IPAK)
Indonesia Tahun 2018 sebesar 3,66
Tahun 2017 Sebesar 3,71

Rendahnya Pengetahuan Hukum Masyarakat


Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2019)

Upaya pembangunan hukum di Indonesia selama undangan (hyper regulation), regulasi yang tumpang
lima tahun terakhir terus dilakukan. Namun indeks tindih, inkonsisten, multitafsir, dan disharmoni yang
Rule of Law Indonesia selama kurun waktu lima berdampak pada ketidakpastian hukum. Di sisi lain,
tahun terakhir (2013-2018) menunjukkan penurunan. pelaksanaan sistem peradilan, baik pidana maupun
Menurut indeks tersebut, dimensi pembangunan perdata dalam mengawal penegakan hukum masih
hukum Indonesia masih cenderung lemah, dikaitkan belum secara optimal dalam memberikan kepastian
dengan kondisi sistem peradilan (pidana dan hukum dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
perdata), penegakan peraturan, serta ketiadaan Praktik suap masih marak terjadi di berbagai sektor
praktek korupsi. Permasalahan pembangunan bidang termasuk penegakan hukum, meskipun upaya
hukum yang dihadapi saat ini, antara lain adalah pencegahan dan penindakan sudah konsisten
kondisi terlalu banyaknya peraturan perundang- dilakukan.

228 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Reformasi Kelembagaan Birokrasi

Aparatur negara memiliki peran strategis dalam Kedua, dari sisi kelembagaan, kajian LAN
pembangunan nasional dan daerah. Untuk menunjukkan bahwa tumpang tindih tugas
mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan negara, dan fungsi antar lembaga pemerintah pusat
diperlukan ASN yang mampu menjalankan peran (Kementerian, LPNK, LNS) masih terjadi. Tumpang
sebagai pelaksana kebijakan dan pelayanan publik, tindih tersebut disebabkan karena belum adanya
serta perekat dan pemersatu bangsa berdasarkan penataan tugas dan fungsi dari lembaga-lembaga
Pancasila dan UUD 1945. tersebut. Lebih lanjut, fragmentasi tugas dan fungsi
tersebut mempersulit pola koordinasi antar lembaga
Namun, terdapat beberapa permasalahan yang sehingga tatakelola menjadi tidak efektif.
menjadi isu strategis selama 5 tahun ke depan.
Pertama, terkait dengan profesionalitas AS, data Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan
KASN menunjukkan bahwa dari 34 Kementerian koordinasi tersebut adalah dengan menerapkan
baru 6 Kementerian yang menerapkan sistem merit elektronifikasi proses bisnis pemerintahan melalui
dengan sangat baik, yaitu Kementerian Keuangan, SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Tantangan ke depan adalah mewujudkan penerapan
Rakyat, Kementerian Kelautan dan Perikanan, SPBE secara terintegrasi, baik dari sisi tatakelola,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, aplikasi, maupun infrastruktur.
Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian.

Gambar 8.5 Isu Strategis Reformasi Kelembagaan Birokrasi 2020-2024

02 Kelembagaan dan
proses bisnis yang
lebih sederhana, 04 Pelayanan Publik
yang berkualitas
responsif, adaptif dan dengan berorientasi
membuka ruang pada perbaikan sosial
peran serta publik ekonomi
dalam pemerintah berkelanjutan

01 ASN yang
profesional, 03 Akuntabilitas kinerja
dan pengawasan
berintegrasi, kreatif, yang handal, efektif
inovatif dan netral dan berintegritas

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 229


Ketiga, pada aspek pelayanan publik, data Keempat, dari sisi akuntabilitas, data BPK tahun
Ombudsman RI menunjukkan bahwa jumlah 2018 menunjukkan bahwa masih terdapat
pengaduan masyarakat atas kinerja pelayanan permasalahan kelemahan system pengendalian
masih cukup besar. Pada tahun 2015 terdapat 6.859 intern, permasalahan ketidakpatuhan terhadap
pengaduan yang disampaikan kepada Ombudsman ketentuan peraturan perundang-undangan, serta
dan meningkat menjadi 8.314 pada tahun 2018. permasalahan ketidakhematan, ketidakefisienan
Salah satu upaya untuk memperbaiki kinerja dan ketidakefektifan. Selain itu, diperlukan suatu
layanan adalah perluasan penerapan pelayanan sistem manajemen kinerja kelembagaan yang
secara terpadu yang mengintegrasikan berbagai efektif, handal, dan didukung dengan implementasi
layanan sektoral dan antar level pemerintahan, serta sistem integritas.
replikasi inovasi pelayanan publik.

Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional


Dinamika Ancaman Pertahanan
beberapa jenis alutsista strategis seperti, pesawat
Dalam upaya mewujudkan kemampuan pertahanan, tempur, kapal perusak, roket, rudal, UCAV, dan
Indonesia dihadapkan pada dinamika lingkungan radar masih belum mampu didukung oleh industri
strategis. Tren pertahanan kedepan ditunjukkan pertahanan.
dengan adanya proliferasi persenjataan dan
eskalasi ancaman perang non konvensional. Di saat Permasalahan yang dihadapi diantaranya pada
yang bersamaan ketegangan antara Tiongkok dan keterlibatan dalam penguasaan teknologi kunci dan/
AS serta negara-negara ASEAN di Laut Tiongkok atau kemampuan integrasi sistem. Dua hal tersebut,
Selatan dapat memicu konflik terbuka. merupakan syarat agar industri pertahanan dapat
meningkatkan kontribusi bagi pemenuhan alutsista
Sementara di lingkup nasional pertahanan negara TNI sekaligus memiliki daya saing internasional guna
dihadapkan pada ancaman serangan separatisme menjadi bagian dari global supply chain.
terutama di Papua dan bencana alam yang menelan
banyak korban jiwa. Hal tersebut dapat terwujud dengan dukungan
reformasi anggaran di bidang pertahanan.
Kedepan diplomasi pertahanan diperlukan untuk
melestarikan upaya pembangunan saling percaya Dinamika Ancaman Siber
(confidence building measures, CBMs) sekaligus Perkembangan penggunaan teknologi dan
untuk mencegah terjadinya dilema keamanan peningkatan aksesibilitas terhadap internet yang
(security dilemma) antara Indonesia dengan negara- signifikan berimplikasi pada adanya potensi
negara di dunia. ancaman siber. Salah satu bentuk perkembangan
teknologi digital yang saat ini dikenal adalah the
Dukungan Industri Pertahanan Belum new hybrid of technology.
Optimal
Beberapa kebutuhan alutsista TNI sudah mampu Berdasarkan Global Cybersecurity Index 2018,
dipenuhi oleh industry pertahanan. Namun, untuk Indonesia berada pada peringkat 41 dengan

230 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
skor 0.776. Peringkat dan skor Indonesia tersebut pada tingkat global. Dalam hal ini, ketersediaan
mengalami peningkatan yang signifikan dibanding SDM yang mumpuni dan infrastruktur keamanan
tahun 2017 yaitu sebesar 0.424 atau peringkat siber yang handal sangat diperlukan. Selain itu,
70. Meski demikian, dinamika keamanan siber keterbatasan regulasi yang mengatur masalah
di Indonesia terus meningkat seiring dengan ketahanan dan keamanan siber menyebabkan
perkembangan virus atau malware yang terjadi belum adanya aturan terkait tata kelola dan standar
keamanan siber di Indonesia.

Serangan Siber Indonesia Menjadi Negara Tujuan


Periode Januari - Agustus 2018 Pengedaran Gelap Narkotika
Struktur ekonomi di Indonesia menarik sindikat
perdagangan narkotika internasional. Hal ini
01 Network Trojan
(Pencurian Data)
ditandai dengan besarnya pangsa pasar Indonesia
yang memiliki total populasi terbesar keempat di
31,71% dunia, serta adanya selisih harga jual yang cukup
signifikan dari produsen narkotika hingga ke
konsumen penyalahguna. Sebagai contoh, rata-
rata harga jual Shabu Kristal di Indonesia adalah

02
Accsess Privilege User
(Serangan yang ditujukan senilai Rp 1,5 juta/gram. Harga jual ini menempati
untuk mengambil alih peringkat dua tertinggi setelah Negara Filipina yang
sistem) memiliki nilai jual Shabu Kristal sebesar 1,8 juta/
22,91% gram. Jika dibandingkan dengan Thailand yang
memiliki harga jual Shabu Kristal senilai 688 ribu/
gram dan Myanmar senilai 216 ribu/gram, pasar
03 Dos Attempt
(Serangan yang ditujukan
untuk melumpuhkan
Indonesia sangat menarik bagi sindikat narkotika
internasional untuk beroperasi karena perbedaan
sistem melalui Denial of harga yang tinggi turut didukung oleh pangsa pasar
Service (DOS)) yang besar. Selain itu, peredaran gelap narkotika
13,98% semakin berkembang melalui adanya kemajuan
teknologi, sistem telekomunikasi, dan transportasi.
Beratnya hukuman bagi penyelundup narkotika dan
04
Information Leak
(Serangan yang ditujukan maraknya modus penyelundupan narkotika yang
untuk melakukan melibatkan warga asing berdampak pada hubungan
pencurian informasi) bilateral antara Indonesia dengan negara lain.
10,79%
Kondisi geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan menyebabkan banyaknya pintu
05 Information Leak Attempt
(Serangan yang ditujukan
untuk melakukan
masuk baik yang legal maupun ilegal yang marak
menjadi jalur penyelundupan narkotika, baik darat,
pencurian informasi) laut, dan udara. Penyelundupan narkotika tertinggi
12,62% terjadi melalui jalur laut. Tingginya penyelundupan
narkotika melalui jalur laut dikarenakan masih
Sumber: Badan Siber dan Sandi Negara. 2018 lemahnya pengawasan di wilayah laut Indonesia

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 231


yang menyebabkan banyak celah masuk melalui Kondisi geografis yang luas menyebabkan
pelabuhan-pelabuhan ilegal. Indonesia memiliki banyak pintu masuk baik legal
maupun ilegal.
Pelanggaran Wilayah dan angka Kejahatan
di Perbatasan Ancaman lainnya yang juga datang adalah konflik
Jumlah kejahatan yang terjadi di perbatasan wilayah di negara lain yang memaksa terjadinya migrasi
Indonesia sangat tinggi, bahkan menempati posisi yang melewati wilayah Indonesia. Banyaknya
kedua tertinggi setelah kejahatan konvensional. konflik yang belum mereda di Timur Tengah dan
Pada tahun 2017 tercatat terjadi 44.194 kasus Afrika Utara membuat beberapa migran tersebut
kejahatan transnasional, namun jumlah kasus yang memasuki wilayah Indonesia menggunakan jalur
diselesaikan hanya sebanyak 27.027 kasus (sekitar ilegal. Beberapa dari migran tersebut menggunakan
61 persen). Beberapa tindak kejahatan tersebut Indonesia sebagai negara transit, yang berujung
antara lain adalah penyelundupan narkotika, menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan
penyelundupan barang, penyelundupan SDA dan perlindungan suaka. Hal ini bertentangan dengan
Hayati, perdagangan manusia lintas batas, dan posisi Indonesia yang tidak meratifikasi Konvensi dan
penyelundupan manusia lintas batas. Protokol PBB (UNHCR) Mengenai Status Pengungsi.

Gambar 8.6 Wilayah Perbatasan dan Jenis Tindak Pidana

Selat Malaka Sabah & Nunukan


Narkoba Terorisme
Perdagangan Narkoba
Penyelundupan Kep. Natuna Penyelundupan Kawasan Papua
Kep. Sangihe Penyelundupan
Manusia Narkoba Manusia Terorisme
Penyelundupan Narkoba
Penyelundupan Penyelundupan
Hewan Senjata Barang Ilegal
Penyelundupan
Senjata
Penyelundupan
Manusia

Perairan Selatan Jalur Darat Serawak-Kalbar


Indonesia Penyelundupan Kayu Ilegal
Penyelundupan Penyelundupan Barang Kawasan NTT
Manusia Ilegal Penyelundupan
Narkoba Manusia

Sumber, UNODC dan Bareskrim Polri, 2018

232 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Rendahnya Rasa Aman di Lingkungan
perempuan dan anak di Asia Tenggara adalah
Masyarakat
yang tertinggi di dunia. Data Susenas menunjukkan
Jumlah kejadian kejahatan terhadap nyawa, fisik, bahwa korban kejahatan pada anak meningkat
kesusilaan, dan perdagangan manusia rata-rata sebesar 0,63 persen dari semula 6,05 persen di
masih tinggi di Indonesia. Kejahatan yang paling tahun 2015 menjadi 6,68 persen di tahun 2016.
sering terjadi adalah terhadap fisik atau kekerasan.
Kejahatan terhadap fisik atau kekerasan dapat Selain tindakan kekerasan, perempuan dan anak
menimbulkan dampak bagi kesehatan fisik dan juga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan
mental sekaligus. Oleh karena itu, bagi korban Orang (TPPO). Hal tersebut menunjukkan bahwa
kekerasan memerlukan penanganan khusus seperti eksploitasi terhadap manusia tidak mengenal jenis
rehabilitasi. kelamin dan batasan umur.

Kejahatan terhadap perempuan dan anak menjadi Tingginya Angka Kejahatan dan
perhatian di tiap negara, dan menjadi komitmen Pelanggaran Hukum di Laut
global dalam target sasaran SDGs. Perkembangan ekonomi dunia menuntut
pengiriman barang dan jasa yang lebih banyak
Berdasarkan data WHO, jumlah korban kejahatan kepada produsen dan konsumen di wilayah
Tabel 8.1. Jumlah Kejadian Kejahatan terhadap Nyawa, Fisik, Kesusilaan, dan Perdagangan Manusia
Tahun 2014-2016

Tahun
Jenis Kejahatan
2014 2015 2016

Kejahatan terhadap nyawa


1.277 1.491 1.292
(pembunuhan)*

Kejahatan terhadap fisik atau


46.366 47.128 46.767
kekerasan*

Kejahatan terhadap kesusilaan


5.499 5.051 5.247
(pemerkosaan dan pencabulan)*

Kejahatan Perdagangan Orang


135 107 94
(Human Trafficking)**

Sumber:
(*) Statistik Kriminal Indonesia BPS, 2017
(**) Bareskrim Mabes Polri (2018)

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 233


yang berbeda. UNCTAD (2017) mencatat bahwa Dua kegiatan utama yang menyumbang kerusakan
jumlah muatan yang diantarkan menggunakan ekosistem adalah IUU fishing dan pembuangan
jalur transportasi laut semakin meningkat setiap sampah atau limbah ke laut. Dalam kegiatan IUU
tahunnya. Selama tahun 2017, jumlah kapal yang fishing seringkali ditemukan pelanggaran dalam
melintas di Selat Malaka sebanyak 180.322 kapal pengambilan ikan yang tidak memperhatikan unsur
dan di dalam perairan Indonesia sebanyak 7.218 keberlanjutan seperti overfishing dan penggunaan
kapal. Banyaknya kapal yang melintas tersebut alat terlarang seperti pukat, bom atau racun.
berpotensi menjadi objek tindak kejahatan seperti Pembuangan sampah atau limbah ke laut sering
perompakan, penyelundupan, dan pembuangan terjadi di daerah yang mempunyai kepadatan lalu
limbah atau minyak kapal. lintas pelayaran dan pabrik-pabrik pengolahan.
Kedua tindakan tersebut merusak ekosistem yang
Pada tahun 2017 kasus atau tindak pidana dalam jangka panjang dapat mengurangi stok
pelanggaran penangkapan ikan atau perikanan sumber daya laut.
merupakan tindak pidana yang paling dominan
terjadi di perairan Indonesia hingga menyebabkan Secara umum, perairan Indonesia masih belum
kerugian negara sebesar lebih dari Rp 260 miliar. aman atas ancaman perompakan bersenjata atau

Gambar 8.7. Peta Kerawanan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018

234 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
perompakan. Pada tahun 2017 jumlah perompakan forum diskusi (chat rooms), situs web (websites),
di wilayah laut Indonesia sebanyak 43 kejadian gambar (images), dan tautan web, retweets, likes
atau paling tinggi apabila dibandingkan dengan dan hashtags. Pada bulan Juli 2014, melalui media
Malaysia (7 kejadian), Filipina (22 kejadian), dan daring, ISIS meluncurkan video propaganda di
Singapura (4 kejadian). Indonesia yang mengajak umat muslim Indonesia
untuk memberikan kontribusi sumbangan baik fisik
Berdasarkan hal tersebut, sudah sepantasnya ataupun keuangan untuk ISIS. Video propaganda
perompakan kapal menjadi topik yang harus tersebut diunggah, dibagikan, dan tersebar melalui
diperhatikan. Hal ini juga seiring dengan peningkatan media sosial dan pesan instan.
konektivitas maritim di wilayah Indonesia yang
menyebabkan lalu lintas kapal semakin padat. Lalu Menurut perkembangannya, penyebaran paham
lintas yang padat cenderung akan menarik palaku radikal telah menyasar kelompok anak-anak dan
perompakan untuk melakukan tindak kejahatan. perempuan. Hal tersebut ditunjukkan oleh sekitar 40
perempuan dan 100 anak Indonesia dibawah umur
Selain itu, tindak pidana terkait sumber daya alam 15 tahun telah menyebrang ke Suriah. Peran utama
juga masih tinggi. Pada tahun 2015 terdapat 60 perempuan dalam aksi terorisme di Indonesia
kapal ikan yang beroperasi tanpa ijin di indonesia, antara lain membangun aliansi melalui perkawinan,
meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 10 mencetak generasi radikal masa depan,
kapal. Sementara itu, jumlah kapal penangkap menyiapkan anak menjadi generasi radikal melalui
ikan tanpa dokumen yang lengkap di Indonesia home schooling, menanamkan paham radikal pada
dilaporkan sebanyak 31 kapal di tahun 2015. anggota keluarga, mengelola forum percakapan
meningkat dari tahun sebelumnya hanya berjumlah dan pesan daring untuk perekrutan dan pernikahan,
4 kapal. Hal yang menjadi masalah utama dalam mengumpulkan dan mengelola dana baik untuk
pengamanan wilayah laut adalah isu kelembagaan aksi terorisme atau dukungan bagi keluarga teroris,
dan regulasi yang belum optimal mengatur terlibat langsung sebagai kombatan, serta sebagai
tentang tugas dan fungsi kewenangan pemangku kurir atau perbantuan logistik.
kepentingan terkait keamanan laut.
Selain itu, penyebaran paham radikal juga terjadi
Sarana Penyebaran Paham Radikal di dalam lapas dan rumah tahanan. Penyebaran
Semakin Beragam paham radikal di dalam lapas dan rumah tahanan
Secara umum peringkat dan skor Indonesia dalam terjadi karena sistem manajeman lapas dan rumah
Global Terrorism Index (GTI) tahun 2014-2017 terus tahanan yang belum optimal. Hal ini diperparah
membaik seiring dengan upaya pemerintah untuk dengan kondisi lapas dan rumah tahanan yang
mencegah dan menanggulangi terorisme, dari melebihi kapasitas dan tidak adanya pemisahan
yang semula dinilai sebagai negara rawan menjadi antara narapidana terorisme dengan narapidana
kategori sedang yang terdampak aksi terorisme. lainnya.

Saat ini penyebaran paham ideologi berbasis


kekerasan dan perekrutan gencar dilakukan melalui
media sosial dan pesan instan. Sedangkan lima
alat propaganda yang diidentifikasi paling sering
digunakan di media sosial yaitu melalui video,

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 235


Sasaran, Target, dan Indikator
Konsolidasi Demokrasi

Terbentuknya lembaga
demokrasi yang efektif Terwujudnya demokrasi yang
terkonsolidasi, terpeliharanya
kebebasan sipil yang tinggi,
Meningkatnya Skor IDI Aspek Lembaga diimbangi menguatnya kinerja
Demokrasi lembaga-lembaga demokrasi
dan terjaganya hak-hak politik
warga secara optimal
Skor IDI sebesar 78,37

Terpenuhinya hak-hak Terwujudnya komunikasi


VOTE
politik dan terjaminnya publik yang efektif, integratif
kebebasan sipil dan partisipatif

Pemenuhan hak politik dan jaminan Penguatan Tata Kelola Komunikasi dan
kebebasan sipil: Informasi Publik
Skor IDI Aspek Hak Hak Politik Peningkatan kualitas konten
Skor IDI Aspek Kebebasan Sipil Peningkatan Kualitas SDM Bidang
Indeks Kerawanan Pemilu Komunikasi dan Informatika

236 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Reformasi Kelembagaan Birokrasi

Sasaran pembangunan bidang aparatur mengacu reformasi kelembagaan birokrasi melalui ASN
kepada arah pembangunan bidang aparatur profesional, berintegritas, dan netral; manajemen
negara dalam RPJPN 2005-2025 tahap ke-IV yaitu kinerja yang handal, efektif dan akuntabel; organisasi
terwujudnya tata kepemerintahan yang baik, bersih, dan proses bisnis birokrasi yang responsif dan
dan berwibawa yang berdasarkan hukum serta adaptif; serta pelayanan publik yang berkualitas
birokrasi yang profesional dan netral dalam bentuk dan inovatif

Target Program Prioritas Reformasi Kelembagaan Birokrasi


(Persentase Indeks RB Komposit K/L:85%; Prov:85%; Kab/Kota:75%)

Terwujudnya Terwujudnya
ASN profesional, pelayanan publik
berintegritas, dan yang berkualitas dan
netral inovatif

• Instansi Pemerintah dengan • Indeks Pelayanan Publik: rata-


Indeks Sistem Merit Kategori rata 3,75
Baik Keatas
• K/L : 85%
• Provinsi : 85%
• Kabupaten/Kota : 75%

Terwujudnya Terwujudnya
kelembagaan akuntabilitas
yang efektif keuangan dan
berbasis prioritas kinerja
pembangunan
nasional • Instansi Pemerintah pusat (K/L)
yang mendapatkan Opini WTP
• Instansi Pemerintah dengan
• K/L : 95%
Indeks Maturitas SPBE kategori
• Instansi Pemerintah dengan
baik
Skor Sakip B ke atas:
• K/L : 100%
• K/L : 100%
• Provinsi : 80%
• Provinsi : 90%
• Kabupaten/Kota : 50%
• Kabupaten/Kota : 80%

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 237


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Terjaganya integritas Menguatnya


wilayah NKRI dan kerjasama
Perlindungan WNI di pembangunan
luar negeri internasional

• Persentase kemajuan • Jumlah program/kegiatan kerja


sama Selatan-selatan dan Triangular
perundingan perbatasan (100%)
(KSST)
• Indeks Pelayanan dan • Jumlah pendanaan kegiatan
Perlindungan WNI/BHI (94) kerjasama pembangunan
internasional termasuk KSST
• Persentase program kerjasama
pembangunan internasional yang
mendukung perdagangan dan
investasi

Meningkatnya citra Meningkatnya peran


positif Indonesia di Indonesia di Tingkat
dunia internasional Regional dan Global

• Indeks citra Indonesia di dunia • Indeks pengaruh dan


internasional (4) peran Indonesia di dunia
internasional (95)

238 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Penegakan Hukum Nasional

Terwujudnya Terwujudnya sistem


regulasi yang anti korupsi yang
berkualitas optimal

Menurunnya persentase Meningkatnya skor Indeks Perilaku


permohonan judicial review yang Anti Korupsi
dikabulkan oleh MK dan MA

Terwujudnya sistem Terwujudnya


peradilan yang Pemenuhan akses
efektif, transparan terhadap keadilan
dan akuntabel

• Meningkatnya peringkat EoDB Meningkatnya indeks akses terhadap


Indonesia untuk aspek penegakan keadilan
kontrak, penyelesaian kepailitan,
dan mendapatkan kredit
• Menurunnya persentase residivis

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 239


Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional
Indeks Kekuatan Militer (0,15)
• Terpenuhinya kekuatan
Crime rate (127 orang / 100.000 penduduk)
pokok Minimum Essential
• Persentase Penurunan Force (MEF) (100%)
Pelanggaran di • Kontribusi Industri
Perbatasan (10%) Pertahanan (>50%)
• Persentase Penurunan • Peremajaan alutsista (usia
Institusi Berpaham rata-rata alutsista)
Radikal (10%) o Rata-rata usia alutsista
• Skor Global Terorism matra darat 18.22 tahun
Index (4,00) o Rata-rata usia alutsista
matra laut 22 tahun
• Menurunnya o Rata-rata usia alutsista
pelanggaran di matra udara 15.35 tahun
perbatasan • Operasi Militer Selain Perang
• Menurunnya jumlah (OMSP) – Peanggulangan
kejadian terorisme Bencana (100%)

• Terpenuhinya kekuatan
• Relay Time informasi pokok Minimum
(N.A) Essential Force (MEF) dan
• Response Time Instansi meningkatnya kontribusi
Keamanan Laut (N.A) industri pertahanan dalam
• Jumlah Kejahatan di penyediaan Alpalhankam
Laut yang diselesaikan
(90 kasus)

• Mewujudkan keamanan • Persentase Penyelesaian


laut yang terbebas dari Kasus Kejahatan (75%)
kejahatan tradisional • Angka Prevalensi
dan transnasional Penyalahgunaan Narkotika
(2,35%)

• Terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat
dan meningkatnya pelayanan
keamanan
• Skor Global Cyber
Security Index (0.85)

• Menguatnya ketahanan
masyarakat terhadap
serangan siber
• Menguatnya tata kelola
pemangku kepentingan
terkait siber

240 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Arah Kebijakan dan Strategi:
Konsolidasi Demokrasi

Penataaan Lembaga Demokrasi


1. Menyusun skema bantuan keuangan partai
politik.
2. Mendorong demokrasi internal parpol
3. Memperkuat transparansi dan akuntabilitas
parpol
4. Memperkuat penyelenggara Pemilu.
5. Menyempurnakan UU Bidang Politik.

Penguatan Hak-Hak Politik dan Kebebasan


Sipil
1. Melakukan Pendidikan Politik dan
Pemilih secara Konsisten;
2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas
Peningkatan Kualitas Komunikasi Publik
organisasi masyarakat sipil;
1. Menguatkan dan mengintegrasikan tata
3. Mendorong penyelenggaraan
kelola informasi dan komunikasi publik di
kepemiluan yang baik.
K/L/D;
2. Menguatkan media-media lokal dan
alternatif sebagai sumber informasi
masyarakat;
3. Menyediakan konten informasi publik
yang berkualitas, merata, dan berkeadilan,
terutama di wilayah 3T;
4. Meningkatkan kualitas SDM Bidang
Komunikasi dan Informatika;
5. Meningkatkan akses komunikasi publik;
6. Meningkatkan literasi media;
7. Standardisasi lembaga pers dan jurnalis;
8. Meningkatkan kualitas isi atau program
siaran.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 241


Optimalisasi Kebijakan Luar Negeri

Memperkuat integritas wilayah NKRI dan


perlindungan WNI di luar negeri
1. Peningkatan dan intensifikasi efektivitas
penyelesaian perbatasan dan percepatan Memperkuat Kerjasama Pembangunan
pemetaan batas negara Internasional:
2. Pembangunan norma dan hukum 1. Peningkatan penggunaan sumber-
internasional dalam melindungi kedaulatan sumber dan mekanisme pendanaan
Indonesia baru
3. Peningkatan kerja sama internasional 2. Penciptaan lingkungan yang
dalam pencegahan dan penanganan mendukung peningkatan partisipasi
kejahatan trans-nasional swasta dalam kerjasama pembangunan
4. Penguatan pelayanan dan perlindungan internasional
WNI dan BHI di tingkat bilateral, regional, 3. Penguatan KSST untuk mendukung
dan multilateral perdagangan dan investasi
5. Penguatan peran-serta aktor non- 4. Pembentukan lembaga pemberi
pemerintah bantuan dan kerjasama pembangunan
internasional

Meningkatkan Peran Indonesia di Tingkat


Meningkatkan Citra Positif Indonesia Di Dunia Regional dan Global:
Internasional: 1. Peningkatan Inisiasi/ Posisi Indonesia
1. Penyusunan Kebijakan Diplomasi Publik yang diterima di Tingkat Regional dan
Indonesia Global
2. Peningkatan Peran-Serta Aktor Non- 2. Peningkatan Peran Aktif Indonesia
Pemerintah dalam Diplomasi Publik yang dalam Perdamaian Dunia
Inklusif 3. Peningkatan Koordinasi di dalam
Negeri Untuk Melaksanakan Komitmen
Internasional
4. Penataan Peran, Struktur dan Fungsi K/L
dalam Melaksanakan Kebijakan Luar
Negeri Indonesia

242 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Penegakan Hukum Nasional
Pencapaian sasaran pokok pembangunan bidang hukum ke depan dilaksanakan melalui arah kebijakan
dan strategi sebagai berikut:

Penataan Perbaikan
Regulasi Sistem
Peradilan

Pembentukan Pusat Optimalisasi Sistem


Legislasi Nasional Perdata
Pembaruan Keadilan Restoratif
Substansi hukum Dukungan TI di bidang
Hukum & Peradilan

Optimalisasi Peningkatan
Upaya Anti Akses Terhadap
Korupsi Keadilan

Penguatan Sistem Pemberdayaan


Anti Korupsi hukum Masyarakat
Penguatan Akses
Layanan Keadilan

1. Penataan regulasi akan diwujudkan melalui


strategi:

a. Penguatan tata kelola peraturan b. Pembaruan substansi hukum, antara lain


perundang-undangan, melalui penguatan perubahan KUHP, KUHAP, KUHAPer,
institusi dalam proses pembentukan regulasi terkait badan usaha, jaminan
peraturan perundang-undangan, fidusia, dan kepailitan.
pelembagaan evaluasi regulasi ke dalam
siklus penyusunan peraturan perundang-
undangan; optimalisasi partisipasi publik;
dan dukungan database regulasi berbasis
teknologi informasi.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 243


2. Perbaikan sistem peradilan akan diwujudkan 3. Penguatan sistem anti korupsi akan diwujudkan
melalui strategi: melalui strategi:

a. Optimalisasi sistem perdata, melalui a. Penguatan upaya anti korupsi, melalui


penyusunan regulasi yang mendukung upaya untuk meminimalisir praktik suap
kemudahan berusaha, penguatan di aparatur sipil negara, masyarakat, dan
sistem berbasis TI dalam penyelesaian swasta;
sengketa, dan penguatan kelembagaan b. Optimalisasi mekanisme pemulihan dan
yang berbasis TI dalam penyelesaian pengelolaan aset dalam sistem peradilan
sengketa, dan penguatan kelembagaan secara menyeluruh;
yang mendukung pelaksanaan eksekusi c. Penguatan transparansi kepemilikan
putusan pengadilan. manfaat perusahaan, antara lain untuk
mencegah kejahatan perbankan dan
b. Penerapan Keadilan Restoratif, melalui pencucian uang
optimalisasi penggunaan regulasi
yang tersedia dalam peraturan 4. Peningkatan akses terhadap keadilan akan
perundangundangan yang mendukung diwujudkan melalui strategi:
Keadilan Restoratif, optimalisasi peran a. Penguatan akses layanan keadilan bagi
lembaga adat dan lembaga yang terkait seluruh kelompok masyarakat dalam bentuk
dengan alternatif penyelesaian sengketa, peningkatan ketersediaan dan pelayanan
termasuk mengedepankan upaya bantuan hukum yang berkualitas,
pemberian rehabilitasi, kompensasi, dan peningkatan ketersediaan mekanisme
restitusi bagi korban, termasuk korban formal dan informal yang berkualitas,
pelanggaran hak asasi manusia. serta perluasan keterjangkauan layanan
keadilan.
c. Dukungan TI di bidang hukum dan
peradilan, melalui penyediaan, pengelolaan b. Pemberdayaan hukum masyarakat
serta berbagi pakai data antar penegak dalam bentuk peningkatan kemampuan
hukum, termasuk di dalamnya penguatan masyarakat dalam memahami hukum dan
pengelolaan database di internal lembaga mengakses keadilan, serta membangun
penegak hukum. kapasitas masyarakat untuk berperan aktif
menggunakan mekanisme dan layanan
dari dan untuk masyarakat dalam upaya
memperoleh kepastian hukum.

244 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Reformasi Kelembagaan Birokrasi

“Terwujudnya kepemerintahan
yang baik, bersih, dan berwibawa yang berdasarkan
hukum serta birokrasi yang profesional dan netral”

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

KELEMBAGAAN DAN
APARATUR SIPIL

AKUNTABILITAS
PROSES BISNIS

PENGAWASAN
KINERJA DAN
ORGANISASI
NEGARA

Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintah yang Baik

1. Penguatan implementasi manajemen ASN integritas, penguatan akuntabilitas pengelolaan


melalui, penerapan manajemen talenta nasional keuangan negara, serta pengembangan sistem
ASN dan peningkatan profesionalitas ASN. manajemen kinerja kelembagaan yang handal
2. Penataan kelembagaan berbasis prioritas dan efektif.
pembangunan nasional melalui, penataan 4. Perluasan penerapan inovasi pelayanan publik
kelembagaan dan proses bisnis instansi melalui, pemanfaatan TIK dalam pelayanan
pemerintah dan penerapan SPBE terintegrasi. publik, penguatan pengawasan kinerja
3. Penguatan akuntabilitas kinerja dan pengawasan pelayanan publik, perluasan inovasi pelayanan
melalui, perluasan implementasi sistem publik, dan penguatan pelayanan terpadu.

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 245


Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional

Stabilitas Keamanan Nasional ditandai dengan 2. Penguatan Kemampuan Pertahanan yang


terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan ditandai dengan terpenuhinya kekuatan pokok
Republik Indonesia, diseganinya kekuatan minimum atau Minimum Essential Force (MEF),
pertahanan di kawasan, serta meningkatnya rasa meningkatnya kontribusi industri pertahanan
aman. Hal tersebut dicapai melalui: dalam penyediaan alpalhankam, peremajaan
1. Penguatan Keamanan Dalam Negeri yang alutsista (rata-rata umur alutsista), dan
ditandai dengan persentase penurunan terlaksananya Operasi Militer Selain Perang
pelanggaran di wilayah perbatasan, persentase (OMSP) Penanggulangan Bencana. Hal ini
penurunan jumlah institusi yang berpaham diwujudkan dengan:
radikal dan membaiknya skor Global Terrorism (1) Pengadaan Autsista,
Index. Hal ini diwujudkan dengan: (2) Pemeliharaan dan Perawatan Alutsista,
(1) Penguatan Kapasitas Kelembagaan (3) Pembangunan Sarana-Prasarana
Penanganan VEOs dan Terorisme; Pertahanan, dan
(2) Peningkatan Penanganan VEOs dan (4) Pengembangan Alpahankam Industri
Terorisme; dan Pertahanan.
(3) Penguatan Pertahanan dan Keamanan di
Perbatasan dan Pulau Terluar, 3. Penguatan Keamanan Laut yang ditandai
(4) Penguatan Tata Kelola dan Koordinasi dengan meingkatnya kecepatan relay time
Intelijen Negara, dan dari sistem peringatan dini keamanan laut
(5) Peningkatan Profesionalisme SDM Intelijen. yang terpadu kepada pemangku kepentingan
keamanan laut, response time dari kehadiran

246 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
aparat di lokasi yang dilaporkan, dan jumlah Keagamaan;
kejahatan di laut yang diselesaikan. Hal ini (4) Penanganan Kasus Kejahatan Perempuan,
diwujudkan dengan: Anak, dan TPPO; dan
(1) Pembangunan Sistem Peringatan Dini (5) Melanjutkan reformasi keamanan.
Keamanan Laut yang terpadu dan Sistem
Penginderaan; 5. Penguatan Keamanan dan Ketahanan Siber
(2) Pelaksanaan Operasi Keamanan Laut; yang ditandai dengan meningkatnya skor
(3) Pelaksanaan Operasi Udara; dan Indonesia dalam Global Cybersecurity Index.
(4) Penyelesaian Kasus Keamanan Laut. Hal ini diwujudkan dengan:
(1) Pembangunan dan Penguatan CERT
4. Peningkatan Keamanan Personal dan (Computer Emergency Response Team);
Ketertiban Masyarakat yang ditandai dengan (2) Penyusunan RUU Keamanan Siber dan
menurunnya Angka Prevalensi Penyalahgunaan peraturan turunannya;
Narkotika, meningkatnya clearence rate. Hal ini (3) Penguatan Pengamanan Infrastruktur Siber;
diwujudkan dengan: (4) Pencegahan dan Penyelesaian Kejahatan
(1) Pemberantasan Narkotika dan Prekursor Siber,
Narkotika; (5) Penguatan Kapasitas SDM seluruh
(2) Penguatan Kapasitas Rehabilitasi Berbasis pemangku kepentingan, dan
Masyarakat; (6) Peningkatan Kerjasama Internasional
(3) Peningkatan Pencegahan Penyalahgunaan Bidang Siber.
Narkotika Berbasis Kekeluargaan dan

Memperkuat Stabilitas Polhukam dan Transformasi Pelayanan Publik 247


KAIDAH PELAKSANAAN
Kerangka Regulasi

9
Kerangka Kelembagaan
Kerangka Pendanaan
Kerangka Evaluasi dan Pengendalian
Kerangka Regulasi

Kerangka Regulasi (KR) adalah perencanaan Gambar 9.1 Peran Regulasi Dalam Pembangunan

01
pembentukan regulasi dalam rangka
memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku
masyarakat dan penyelenggara Negara dalam Memberikan kemudahan bagi
aktivitas masyarakat dan mengurangi
rangka mencapai tujuan bernegara. Kerangka beban masyarakat
Regulasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor

02
17 Tahun 2017 merupakan salah satu delivery
mechanism dalam melaksanakan perencanaan
pembangunan selain kerangka pendaanaan dan Mendorong potensi kreatif warga
kerangka kelembagaan. negara lebih mudah dilaksanakan

Proses penyusunan, penetapan hingga

03
pelaksanaan regulasi akan menimbulkan
dampak biaya. Kualitas regulasi yang buruk Mendorong efektivitas dan efisiensi
akan berdampak pada biaya yang lebih besar penyelenggaraan negara dan
dan masyarakat yang akan menanggung beban pembangunan
tersebut. Analisis biaya dan manfaat sebelum

04
penyusunan sebuah regulasi menjadi hal
yang sangat penting untuk dilakukan termasuk
Memiliki nilai tambah atau
pemilihan alternatif kebijakan di luar penyusunan insentif bagi pelaku usaha untuk
regulasi. Dalam hal ini, regulasi merupakan mendukung sasaran
pilihan tindakan terakhir setelah semua tindakan
yang bersifat non-regulasi (kebijakan lain) tidak Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018
memungkinkan untuk diimplementasikan.

250 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 9.2 Alur Pikir Sinergi Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan Regulasi

Pengkajian Evaluasi Undang-Undang

Penelitian 3a Apabila hasil analisis merekomendasikan


Pembahasan
(analisis dan manfaat/CBA) pada perlunya revisi/ pembentukan/
pencabutan undang-undang

Naskah
Alternatif Kebijakan Akademik RUU

Apabila hasil analisis merekomendasikan pada tingkat


Non-Regulatory Policy: 3b peraturan pelaksanaan
Apabila hasil analisis
1. Revisi/pembentukan/pencabutan PP ke bawah
merekomendasikan tindakan
2. Penetapan kebijakan untuk mendukung
yang tidak bersifat pengaturan 3c undang-undang dan peraturan pelaksanaannya

PENGKAJIAN: meliputi kegiatan (1) menemukali permasalahan mendasar; (2) penetapan tujuan/sasaran; dan (3) Identifikasi regulasi yang
sudah ada dan/atau terkait

PENELITIAN meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat (CBA) dan/atau analisis terhadap
regulasi yang ada.
3a. Hasil penelitian bisa merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan pada tingkat UU
3b. Hasil penelitian tidak selalu merekomendasikan revisi/pembentukan/pencabutan UU namun bisa juga pada tingkat peraturan pelaksanaan
3c. Non-regulatory policy (kebijakan diluar peraturan): apabila hasil analisis merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat pengaturan, misalnya
letersediaan anggaran pelaksanaan dari regulasi, SDM pelaksana, dll

Gambar alur pikir diatas merupakan pedoman • Rekomendasi untuk melakukan revisi/
dalam proses perumusan kebijakan dan/atau pembentukan/pencabutan pada tingkat UU
pembentukan peraturan perundang-undangan untuk dilanjutkan dengan Proses penyusunan
(baca: regulasi) bagi setiap perumus kebijakan Naskah Akademik.
dan pembentuk regulasi. Proses evaluasi menjadi • Rekomendasi untuk melakukan revisi/
titik krusial dalam perumusan kebijakan dan/atau pembentukan/pencabutan pada regulasi di
pembentukan regulasi yang selanjutnya diikuti bawah Undang-undang (peraturan pelaksana
dengan kajian awal mengenai urgensi kebutuhan Undang-undang).
suatu KR dan/atau arah KR. Kajian awal meliputi: • Non-regulatory policy (kebijakan diluar
(1) menemukenali permasalahan mendasar; (2) peraturan): apabila hasil analisis
penetapan tujuan/sasaran; dan (3) identifikasi merekomendasikan tindakan yang tidak bersifat
regulasi yang sudah ada dan/atau terkait untuk pengaturan.
kemudian ditindaklanjuti dengan Penelitian yang
meliputi kegiatan analisis mendalam terhadap hasil Alur pikir ini menekankan pada pentingnya proses
pengkajian termasuk analisis biaya dan manfaat evaluasi yang secara tidak langsung dapat
(Cost and Benefit Analysis/CBA) dan/atau analisis memantau keberlakuan dan efektifitas suatu regulasi,
terhadap regulasi yang ada. Hasil penelitian dapat sehingga hasil evaluasi suatu kebijakan dan regulasi
berupa: tidak hanya fokus pada aspek legal formal tetapi

Kaidah Pelaksanaan 251


Gambar 9.3 Jumlah Peraturan Perundang-undangan
juga dapat menyentuh aspek substansi (ekonomi, yang disahkan Tahun 2014-2018
sosial, lingkungan dan sebagainya). Selain itu,
proses evaluasi memberikan umpan balik terhadap 900

aspek kelembagaan dalam perencanaan dan 800 766


pembentukan regulasi yang memang memerlukan 700
pembenahan secara mendasar baik secara fungsi
600
maupun pendekatan.
500 472

Sejak tahun 2014-2018 kuantitas peraturan 400

perundang-undangan mengalami tren fluktuatif 300

sebagaimana digambarkan pada grafik rekapitulasi 200


196 173
124
142 138
produk peraturan diatas. Meski demikian potensi
135 107
104 100
100 42 66 60
tumpang tindih tetap ada sehingga upaya sinergi
14 20 18 13
2 1 1 2 0 6
0
kebijakan perlu terus dilakukan dalam rangka 2014 2015 2016 2017 2018 Total

meningkatkan kualitas regulasi. Pendekatan a Undang-Undang Perpu PP Perpres

whole government approach dalam penyusunan


regulasi penting dilakukan mengingat proses Sumber : peraturan.go.id, diolah Kementerian PPN/Bappenas 2019

pembentukannya yang hampir selalu lintas sektor.


sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024.
Untuk memastikan sinergi antara kebijakan dan Setiap Kerangka Regulasi yang tercantum dalam
regulasi, setiap kebijakan yang menjadi prioritas RPJMN 2020-2024, akan menjadi bahan masukan
pembangunan nasional harus didukung dengan bagi penyusunan Program Legislasi Nasional
regulasi yang sejalan dengan perencanaan (Prolegnas) Pemerintah 2020-2024.

Gambar 9.4 Urgensi dan Landasan Hukum Integrasi Kerangka Regulasi dalam RPJMN 2020-2024
Sinergi proses perencanaan pembentukan regulasi dalam
rangka memfasilitaasi, mendorong, dan mengatur perilaku
masyarakat dan penyelenggara negara dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan nasional
UU 25/2004 - SPPN Meningkatkan efisiensi
pengalokasian anggaran
untuk keperluan
UU 17/2007 pembentukan regulasi

UU 12/2011
tentang
pembentukan peraturan
perundang-undangan

PP 17/2017 - SP4N Mengarahkan proses Meningkatkan kualitas


perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka
regulasi sesuai kebutuhan mendukung pencapaian
pembangunan prioritas pembangunan

Instrumen simplifikasi regulasi


Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018
Cost and Benefit analysis dan regulatory impact assesment

252 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 9.5 Prinsip – Prinsip Kerangka Regulasi yang Menjadi Koridor Penyusunan

Kebutuhan regulasi
dalam RPJMN yang
Memfasilitasi dan Mempertimbang- Memperhatikan Pelibatan
mendukung
mengatur perilaku kan aspek biaya asas-asas pemangku
kebijakan
masyarakat dan dan manfaat (CBA) pembentukan kepentingan
pembangunan
aparatur regulasi
nasional dan
Visi-Misi Presiden

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2019

Dalam rangka memastikan dukungan kerangka Kebijakan terkait Kerangka Regulasi dalam rangka
regulasi yang baik pada pelaksanaan RPJMN 2020- mendukung pencapaian pembangunan nasional
2024 perlu dilakukan melalui beberapa batu uji juga perlu ditempuh melalui upaya simplifikasi
sebagai kriteria. Adapun batu uji tersebut meliputi: regulasi (pemangkasan, penyerderhanaan,
(a) aspek legalitas, (b) aspek kebutuhan dan (c) deregulasi). Upaya simplifikasi terus didorong oleh
aspek kemanfaatan (memberi manfaat yang besar berbagai intansi dengan koordinasi ditingkat pusat
dan tidak menimbulkan beban yang berlebihan). maupun daerah.
Adapun aspek tersebut diturunkan kedalam
beberapa sub kriteria aspek sebagai berikut.

Gambar 9.6 Batu Uji Pengusulan Kerangka Regulasi (KR)

Aspek Berdasarkan Beban yang


Legalitas Kebutuhan Ditimbulkan

1. Apakah regulasi merupakan 1. Apakah regulasi mendesak untuk 1. Apakah regulasi akan membebani
amanat regulasi di atasnya ditetapkan? APBN dan/atau APBD?
dan/atau regulasi lain? 2. Apakah regulasi memberikan 2. Apakah regulasi akan memberikan
2. Apakah regulasi bertentangan menfaat bagi masyarakat? manfaat yang lebih besar daripada
dengan regulasi yang lain? 3. Apakah regulasi memberikan biaya yang akan dikeluarkan?
3. Apakah regulasi menimbulkan kemudahan bagi masyarakat?
disharmoni dan inkonsisten 4. Apakah regulasi berpotensi
dengan regulasi yang lain? menghambat pencapaian
4. Apakah regulasi menimbulkan sasaran dan target pembangunan
multitafsir (menimbulkan nasional?
pemahaman berbeda)?

Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, (diolah), 2018

Kaidah Pelaksanaan 253


Permasalahan dalam sinkronisasi antara kebijakan mekanisme, sistem, dan peningkatan kapasitas
dan regulasi yang ada dan/atau regulasi yang perumus kebijakan dan pembentuk regulasi, akan
akan dibentuk perlu di atasi sejak tahap awal menimbulkan siklus permasalahan yang sama. Selain
perencanaan melalui pendekatan perencanaan itu, penataan kelembagaan perumusan kebijakan
penganggaran berbasis money follow program dan regulasi merupakan hal yang perlu didorong
dan Tematik, Holistik, Integratif, dan Spasial (THIS). Pemerintah dalam rangka menginternalisasikan
Hal ini merupakan bagian penting langkah-langkah dan mengkonsolidasikan penerapan aspek analisis
percepatan pelaksanaan pencapaian sasaran dampak biaya dan manfaat, partisipasi masyarakat
RPJMN 2020-2024. dengan pendekatan teknologi informasi, dan
evidence based policy (basis data dalam perumusan
Kedepannya peningkatan kualitas regulasi akan kebijakan) sebagai upaya mendukung pencapaian
tetap menjadi perhatian, karena pengurangan prioritas pembangunan nasional.
kuantitas tanpa diikuti dengan perbaikan dari sisi

254 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerangka Kelembagaan

Kerangka Kelembagaan (KK) merupakan salah pembangunan. Dengan menekankan nilai structure
satu kaidah pelaksanaan dalam RPJMN 2020 – follow strategy, maka pembentukan organisasi
2024, untuk mendorong efektivitas pelaksanana pemerintah didasarkan pada stategi untuk pencapaian
pembangunan dengan dukungan kelembagaan tujuan pembangunan. Adapun organisasi pemerintah
yang tepat ukuran, tepat fungsi dan tepat proses. sesuai dengan peraturan perundangan mencakup:
Dalam konteks delivery mechanism, kelembagaan (a) lembaga negara; (b) kementerian; (c) lembaga
difokuskan pada penataan organisasi pemerintah pemerintah non kementerian; (d) lembaga non
beserta aturan main di dalamnya, baik yang bersifat struktural; (e) pemerintah daerah beserta organisasi
inter maupun antar organisasi, yang berfungsi untuk perangkat daerah; dan (f) lembaga koordinasi
melaksanakan program-program pembangunan. lain seperti badan koordinasi, komite nasional, tim
Adapun fokus kebijakan kerangka kelembagaan nasional dan lain-lain.
dalam RPJMN 2020 – 2024 ditujukan pada organisasi
pemerintah yang mencakup rumusan tugas, fungsi, Dari kurun waktu pelaksanaan RPJMN 2015 - 2019,
kewenangan, peran, dan struktur. telah dilakukan penataan kelembagaan khususnya
Lembaga Non Struktural (LNS). Perkembangan
Kelembagaan yang tepat fungsi, tepat ukuran hasil penataan menunjukan bahwa terdapat 13 LNS
dan tepat proses diharapkan akan mendorong yang telah dihapuskan.
efektivitas kelembagaan yang sejalan dengan arah

Gambar 9.7 Kedudukan Kerangka Kelembagaan dalam Pembangunan

Presiden

Visi & Misi

Program
Pembangunan

Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan Kerangka Pendanaan


(UU, Perpres, Permen, Fungsi dan struktur lembaga tata APBN dan Non APBN
Perka, Perda) kerja inter dan antar lembaga

Kaidah Pelaksanaan 255


Tabel 9.1 Jumlah Lembaga Non Struktural
Adapun urgensi kerangka kelembagaan dalam
Peraturan dokumen perencanaan dimaksudkan untuk:
2015 2016 2017
Perundangan
1. Mengarahkan penataan organisasi pemerintah
Undang-Undang 72 73 73 sejalan dan mendukung pencapaian pembangunan;
2. Mendorong efektivitas kelembagaan melalui
Peraturan Pemerintah 5 5 5 ketepatan struktur organisasi, ketepatan proses
(tata laksana) organisasi, serta pencegahan
Peraturan Presiden/ duplikasi tugas dan fungsi organisasi.
31 29 20
Keputusan Presiden

Jumlah 108 107 98 Pembentukan organisasi/lembaga pemerintah


berdampak pada beberapa aspek termasuk
beban belanja negara, untuk itu inisiatif penataan
Gambar 9.8 Laju Pembubaran Jumlah LNS organisasi harus memperhatikan prinsip-prinsip
kerangka kelembagaan sebagai berikut:

2015 2016 2017


2 LNS 9 LNS 2 LNS

Gambar 9.9 Prinsip Kerangka Kelembagaan

Sejalan dengan Memperhatikan


Mendukung outcome
kebijakan efisiensi dan efektivitas
pembangunan
Pembangunan nasional anggaran

Sejalan dengan Sejalan dengan mendorong pembatasan


peraturan perkembangan lingkungan pembentukan lembaga
perundangan strategis pembangunan baru

Dilakukan dengan Memperhatikan


Memperhatikan asas pembagian kewenangan/
transparan, partisipatif,
manfaat urusan antara pemerintah
dan akuntabel pusat dan daerah

Mengedepankan
kerjasama multi pihak
yang kolaboratif

256 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Aspek Kelayakan
Untuk memastikan kesesuaian dukungan kerangka
kelembagaan dengan pelaksanaan RPJMN 2020 – • Apakah usulan kerangka kelembagaan tidak
2024, perlu dilakukan beberapa tahapan penilaian tumpang tindih dengan kelembagaan yang ada ?
kelayakan. Adapun tahapan penilaian sebagai • Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
berikut: (a) aspek kesesuaian; (b) aspek urgensi pada efisiensi pelaksanaan pembangunan ?
dan; (c) aspek kelayakan. Adapun penjabaran • Apakah usulan kerangka kelembagaan
ketiga aspek tersebut diturunkan dalam beberapa memperpendek rantai birokrasi dalam pelaksanaan
kebijakan ?
sub kriteria sebagai berikut.
• Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
Aspek Kesesuaian langsung dan positif terhadap masyarakat ?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan seusai dengan • Apakah usulan kerangka kelembagaan realistis
Tujuan/Sasaran pembangunan nasional (RPJMN)? untuk diselesaikan (maksimal 3 tahun pertama
• Apakah usulan kerangka kelembagaan sesuaia RPJMN 2020 - 2024) ?
dengan kebijakan kerangka kelembagaan ?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan didukung
dengan kelengkapan dokumen pendukung (hasil
Aspek Urgensi kajian dan cost & benefit analysis)?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan berdampak
pada pencapaian target pembangunan?
• Apakah usulan kerangka kelembagaan merupakan
amanat paraturan perundangan?

Kerangka Pendanaan
Dalam upaya mengoptimalkan dan mensinergikan (bank dan non bank); dan (3) Investor, baik
pemanfaatan sumber-sumber pendanaan perseorangan maupun badan usaha.
pembangunan diperlukan adanya kerangka
pendanaan yang mencakup sumber pendanaan, Sumber-sumber pendanaan tersebut memiliki
arah pemanfaatan, dan prinsip pelaksanaan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
pendanaan pembangunan pemanfaatannya perlu disesuaikan dengan
karakteristik tersebut.

Sumber Sumber a) Pajak, merupakan penerimaan negara berasal


Pendanaan dari masyarakat yang diantaranya bersumber
dari pajak penghasilan, pajak pertambahan
nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, pajak
Sumber Pendanaan Pemerintah
perdagangan internasional, dan pajak lainnya.
Pendanaan pemerintah bersumber dari pajak, Pajak digunakan untuk membiayai kegiatan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maupun operasional dan investasi pemerintah.
sumber keuangan lain seperti obligasi, pinjaman dan b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
hibah dari dalam maupun luar negeri yang berasal merupakan penerimaan negara di luar
dari: (1) Lembaga Pembiayaan Pembangunan penerimaan pajak yang antara lain mencakup
Bilateral dan Multilateral; (2) Lembaga Keuangan penerimaan yang berasal dari pemanfaatan

Kaidah Pelaksanaan 257


sumber daya alam, pelayanan yang dilaksanakan Pinjaman Luar Negeri dapat digunakan untuk
pemerintah, pengelolaan kekayaan negara membiayai defisit APBN dan kegiatan prioritas
dipisahkan, pengelolaan Barang Milik Negara, Kementerian/Lembaga (K/L); mengelola
pengelolaan dana dan hak negara lainnya. portofolio utang; diteruspinjamkan kepada
PNBP digunakan untuk membiayai kegiatan Pemerintah Daerah (Pemda) dan BUMN; dan
operasional dan investasi pemerintah. dihibahkan kepada Pemda dengan fokus
c) Hibah, merupakan penerimaan negara dalam pembiayaan pada infrastruktur ekonomi dan
bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah, sosial dengan alih teknologi; praktik baik
barang, jasa dan/atau surat berharga yang tidak internasional dan berbagi pengetahuan; proyek
perlu dibayar kembali, yang dapat berasal dari piloting yang dapat dilakukan replikasi dengan
dalam maupun luar negeri. Hibah digunakan pendanaan rupiah; serta memiliki daya ungkit
untuk mendukung program pembangunan yang tinggi.
nasional dan penanggulangan bencana serta e) Pinjaman Dalam Negeri (PDN), adalah setiap
bantuan kemanusiaan pinjaman oleh pemerintah yang diperoleh dari
d) Pinjaman Luar Negeri (PLN), merupakan pemberi pinjaman dalam negeri yang harus
penerimaan negara yang harus dibayarkan dibayar kembali dengan persyaratan tertentu,
kembali dengan persyaratan tertentu dalam sesuai dengan masa berlakunya. Pinjaman dalam
bentuk utang pemerintah yang diikat oleh suatu negeri utamanya digunakan untuk pengembangan
perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat industri dalam negeri dan mendukung pencapaian
berharga negara. Pinjaman luar negeri terdiri sasaran pembangunan nasional;
atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan, yang f) Surat Berharga Negara (SBN), merupakan
bersumber dari kreditor multilateral, kreditor surat berharga berupa pengakuan utang dalam
bilateral, kreditor swasta asing, dan lembaga mata uang Rupiah atau valuta asing yang dijamin
penjamin kredit ekspor. pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara.

258 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Penerbitan SBN digunakan untuk membiayai lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
kegiatan operasional dan investasi pemerintah perundang-undangan.
g) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), ialah b) Pendanaan Badan Usaha dalam bentuk
surat berharga negara yang diterbitkan dalam penanaman modal baik dalam negeri maupun
mata uang rupiah maupun valuta asing, yang asing yang berasal dari kekayaan badan usaha
memiliki ciri khas menggunakan prinsip syariah yang bersangkutan maupun yang diperoleh dari
dan memerlukan aset yang dijadikan sebagai pinjaman lembaga keuangan.
jaminan (underlying). SBSN-Project Based c) Pembiayaan Investasi Non Anggaran
Sukuk (SBSN-PBS) pemanfaatannya lebih Pemerintah (PINA) adalah mekanisme fasilitasi
diutamakan untuk pembangunan infrastrukur untuk pendanaan proyek prioritas pembangunan
dan penyediaan sarana pelayanan umum. dengan memanfaatkan dana jangka panjang
yang bersumber dari non-anggaran pemerintah
Sumber Pendanaan Non-Pemerintah dan pelaksanaannya didorong dan difasilitasi
Sumber Pendanaan non-Pemerintah atau swasta oleh pemerintah.
dapat diperoleh dari: Badan Usaha (Swasta dan d) Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
BUMN/D) dan masyarakat. (Corporate Social Responsibility - CSR),
merupakan bentuk komitmen perusahaan
Potensi sumber-sumber pendanaan non-pemerintah untuk berkontribusi pada peningkatan kualitas
yang dapat dimanfaatkan beserta karakteristiknya kehidupan komunitas setempat, maupun
diantaranya sebagai berikut: masyarakat pada umumnya. Pendanaan
melalui CSR ini lebih banyak terfokus pada
a) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha pembangunan sarana prasarana sosial,
(KPBU), merupakan kerjasama antara lingkungan, bantuan kelangsungan hidup, dan
pemerintah dengan badan usaha dalam pemberdayaan masyarakat.
menyediakan sarana dan prasarana layanan e) Filantropi, adalah sebuah aktivitas yang
umum berdasarkan pembagian risiko antara dilakukan oleh sekelompok orang ataupun
pemerintah dan swasta. KPBU dilakukan untuk: (i) yayasan untuk kebaikan (kemaslahatan) publik
menjembatani kesenjangan pembiayaan melalui atau masyarakat dengan semangat kebaikan
investasi swasta,termasuk prakarsa badan usaha bersama melalui dana pribadi maupun
(unsolicited), pada penyediaan sarana dan kelompok yang dihimpun secara sukarela.
prasarana layanan umum; dan (ii) mendapatkan Kegiatan yang dilakukan filantropis dapat
efisiensi sektor swasta dalam penyediaan sarana berupa pembangunan sarana prasarana sosial,
dan prasarana layanan umum. Pengembalian lingkungan, bantuan kelangsungan hidup, dan
investasi yang dikeluarkan oleh pihak swasta pemberdayaan masyarakat, dan advokasi.
dalam pelaksanaan KPBU dapat berasal dari: f) Dana Keagamaan merupakan dana yang
(i) pembayaran oleh pengguna layanan (User dikumpulkan dari penganut agama tertentu yang
Pay) yang dapat didukung pemerintah melalui berpotensi untuk digunakan dalam kegiatan
fasilitas Dukungan Kelayakan (Viability Gap pembangunan. Secara umum, dana keagamaan
Fund - VGF) atau dukungan pemerintah melalui terfokus pada proyek/kegiatan/program yang
penyediaan sebagian aset; (ii) pengembalian bersifat sosial dan pengembangan ekonomi
melalui pembayaran secara berkala oleh masyarakat.
Pemerintah berdasarkan prinsip ketersediaan
layanan (Availability Payment); (iii) bentuk-bentuk

Kaidah Pelaksanaan 259


Pengelolaan Pendanaan Implementasi Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (medium term expenditure framework)
Pembangunan
dan anggaran berbasis kinerja (performance
based budgeting) dalam perencanaan dan
penganggaran terus dilakukan secara bertahap
I. Pengelolaan Belanja
sesuai kapasitas dan kondisi pelaksanaan.
Pendanaan dari berbagai sumber tersebut dikelola
dengan fokus pada: (a) Pengelolaan Belanja Pusat Langkah pemerintah untuk meningkatkan
dan (b) Pengelolaan Dana Transfer ke Daerah dan kualitas alokasi pada prioritas harus diawali
Dana Desa. dengan peningkatan kualitas program/kegiatan
dan proyek prioritas pembangunan jangka
a) Pengelolaan Belanja Pusat menengah yang di rencanakan untuk mencapai
Arah Kebijakan pengelolaan belanja pemerintah sasaran pembangunan. Rencana pembangunan
pusat adalah meningkatkan kualitas alokasi tersebut harus fokus serta jelas sasaran yang
pendanaan prioritas pembangunan. Hal ini hendak dituju serta penanggung jawabnya.
menjadi kebijakan dasar perencanaan dan Selanjutnya dilakukan perkuatan pengendalian
penganggaran belanja Kementerian/Lembaga program/kegiatan dan proyek prioritas dan
dan belanja non-Kementerian/Lembaga. perkuatan sinergi pendanaan.
Pengelolaan belanja pemerintah pusat dilakukan
berdasarkan prinsip money follows program Perkuatan pengendalian. Alokasi pada prioritas
dengan pendekatan yang Holistik, Integratif, harus disertai dengan mekanisme pengendalian
Terpadu, dan Spasial (HITS). yang baik sehingga rencana pembangunan

Gambar 9.10 Arah Pengelolaan Belanja Pemerintah

ARAH PENGELOLAAN BELANJA PEMERINTAH

DANA TRANSFER
BELANJA PUSAT KE DAERAH DAN
DANA DESA

• Pemerataan SPM
• Kualitas Alokasi • Peningkatan Transparansi dan
Akuntabilitas
• Perkuatan Pengendalian • Peningkatan kualitas
Pemanfaatan TKDO
• Sinergi Pendanaan • Peningkatan Kinerja Belanja
Daerah dari TKDO

260 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
yang direncanakan dapat dipastikan ketepatan pencapaian prioritas nasional di daerah. Sinergi
pelaksanaannya. Untuk itu pemerintah akan pendanaan juga dilakukan dengan partisipasi
mengendalikan rencana pembangunan dari BUMN maupun masyarakat melalui
hingga tingkat proyek prioritas dimana lokasi mekanisme pendanaan yang ada.
dan penanggung jawab kegiatannya jelas
terukur. Penyempurnaan proyek prioritas juga Untuk mendukung langkah pengendalian
terus diupayakan baik pada kriteria pemilihan dan penguatan sinergi, pemerintah akan
maupun didalam mekanisme pengendalian mengintegrasi sistem dan data pada dokumen
pelaksanaannya. perencanaan, penganggaran, dan evaluasi.
Pengembangan sistem terintegrasi ini juga akan
Disamping itu upaya untuk meningkatkan meningkatkan ketepatan pengambilan kebijakan
efektivitas dan efisiensi program juga dilakukan melalui pemanfaatan basis data yang sama dan
secara berkesinambungan. Untuk itu dilakukan termutakhir. Hal ini sekaligus akan memperkuat
tinjau ulang (review) secara berkala terhadap transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan
program pembangunan. Tinjau ulang dilakukan belanja negara.
dengan mengacu hasil evaluasi terhadap kinerja
pembangunan dan kinerja anggaran. Hasil dari b) Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa
tinjau ulang ini kemudian digunakan sebagai Sebagai bentuk pelaksanaan kebijakan
salah satu pertimbangan dalam pengalokasian desentralisasi fiskal di Indonesia dan dalam
perencanaan pembangunan. Hasil tinjau ulang rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
ini juga digunakan sebagai bagian dari perbaikan Pemerintah menganggarkan dana Transfer ke
mekanisme pendanaan dan pelaksanaan Daerah dan Dana Desa (TKDD). Dana Transfer
program (delivery mechanism). ke Daerah dan Dana Desa terdiri atas 4 (empat)
komponen, yaitu: (1) Dana Perimbangan yang
Perkuatan sinergi pendanaan. Sinergi terbagi menjadi Dana Transfer Umum (DTU)
pendanaan dilakukan meliputi Belanja yang terdiri atas: Dana Bagi Hasil (DBH) dan
Kementerian/Lembaga (K/L), Non-K/L (antara lain Dana Alokasi Umum (DAU), serta Dana Transfer
subsidi/PSO dan hibah), Transfer ke Daerah dan Khusus yang terdiri atas Dana Alokasi Khusus
Dana Desa, pembiayaan dan sumber-sumber (DAK) Fisik dan Non-Fisik; (2) Dana Insentif
pendanaan lainnya. Pemanfaatan sumber Daerah; (3) Dana Otonomi Khusus dan Dana
pendanaan tersebut dilakukan secara terintegrasi Keistimewaan D.I Yogyakarta; dan (4) Dana
untuk mencapai sasaran pembangunan. Desa.
Integrasi dan sinergi antar sumber pendanaan ini
dilakukan sejak dari penyusunan Rencana Kerja Arah Kebijakan Dana Transfer ke Daerah dan
Pemerintah hingga RAPBN tiap tahunnya. Hal Dana Desa adalah sebagai berikut:
ini didukung oleh berbagai agenda koordinasi 1) Secara bertahap mengintegrasikan
lintas K/L, lintas instansi, dan antar tingkatan perhitungan pemenuhan Standar Pelayanan
pemerintahan dalam penyusunan Rencana Minimal (SPM) dalam perencanaan,
Kerja Pemerintah. Perkuatan sinergi pusat dan penganggaran, serta pemanfaatan TKDD.
daerah juga dilakukan melalui pengembangan Pemenuhan SPM terutama dalam sektor-
dan perluasan mekananisme hibah ke Daerah sektor pelayanan dasar merupakan kewajiban
(output based transfer). Hal ini juga sangat terkait mendasar pemerintah kepada masyarakat.
dengan pengendalian program untuk menjamin 2) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

Kaidah Pelaksanaan 261


dari proses perencanaan, penganggaran Arah Kebijakan Dana Transfer Khusus (DTK)
hingga pemanfaatan dana Transfer ke Daerah sebagai berikut: (1) Mendorong percepatan
dan Dana Desa (TKDD). penyediaan infrastruktur di daerah yang terkait
3) Mendorong peningkatan kualitas dengan pelayanan dasar dan tematik sesuai
pemanfaatan TKDD dan Dana Desa untuk dengan Prioritas Nasional; (2) Refocusing
belanja infrastruktur publik dan dukungan menu dan kegiatan Dana Transfer Khusus
pencapaian prioritas nasional seperti berdasarkan efektivitas menu dan kegiatan
penyelesaian permasalahan urban sector DAK; (3) Mempertajam sinkronisasi dan integrasi
(sanitasi, air minum), dan penyiapan SDM perencanaan dan penganggaran kegiatan
yang siap kerja; Dana Transfer Khusus dengan kegiatan APBN
4) Mendorong kinerja belanja daerah dari TKDD lainnya (seperti belanja K/L) guna pengendalian
yang efektif dan efisien, berprinsip value of pencapaian prioritas nasional di daerah; (4)
money serta sinergi dengan belanja Pusat. Pengalokasian memperhitungkan penyesuaian
unit cost dan kualitas kinerja pelaksanaan tahun-
Arah kebijakan bagi setiap komponen adalah tahun sebelumnya; (5) Penguatan penerapan
sebagai berikut: penyaluran berbasis kinerja dan peningkatan
efektivitas pemantauan; (6) Pemanfaatan
Arah Kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH) sistem informasi berbasis web dalam proses
sebagai berikut: (1) Meningkatkan transparansi, perencanaan, penganggaran, pelaporan hingga
akuntabilitas dan kinerja pengelolaan DBH; pemantauan dan evaluasi Dana Transfer Khusus;
(2) Menetapkan alokasi DBH tepat waktu dan dan (7) Penguatan sistem dan basis data dan
tepat jumlah melalui komitmen percepatan peran APIP untuk meningkatkan akuntabilitas
penyelesaian kurang bayar/lebih bayar; (3) dan transparansi.
Meningkatkan optimalisasi dan efektivitas
penggunaan DBH. Arah Kebijakan Dana Insentif Daerah (DID)
sebagai berikut: (1) Penguatan peran DID
Arah Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai instrumen insentif dalam TKDD; (2)
sebagai berikut: (1) Menyempurnakan formulasi
DAU dengan mengevaluasi bobot Alokasi Dasar
(gaji PNSD) serta kebutuhan dan kapasitas
fiskal daerah; (2) mempertahankan afirmasi
kepada daerah kepulauan dengan tetap
memberikan bobot luas wilayah laut dalam
variabel luas wilayah menjadi 100 persen;
(3) Menyempurnakan formula DAU melalui
perbaikan indeks pemerataan kemampuan fiskal
antar daerah dan proporsi pembagian pagu
alokasi provinsi dan kabupaten/kota; dan (4)
Mengarahkan minimal 25 persen dari DTU (DAU
dan DBH) untuk belanja infrastruktur daerah
yang langsung terkait dengan percepatan
pembangunan fasilitas pelayanan publik dan
perekonomian daerah.

262 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Penyederhanaan dan penajaman formula ketepatan penggunaan; dan (2) meningkatkan
pengalokasian DID yang lebih mencerminkan pemantauan dan evaluasi dalam mendukung
prestasi dan kinerja daerah yang dihubungkan efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan
dengan penilaian atas inovasi, kreativitas, keistimewaan DIY;
keunggulan spesifik dan output/outcome
yang dihasilkan; (3) Mendorong pemanfaatan Arah Kebijakan Dana Desa sebagai
DID untuk mendukung kegiatan yang sesuai berikut: (1) Menyempurnakan pengalokasian
dengan kebutuhan dan prioritas daerah dalam Dana Desa dengan memperhatikan aspek
mempercepat penyediaan layanan dasar keadilan dan keberpihakan (afirmasi) dan
publik yang langsung menyentuh kebutuhan upaya pemberdayaan masyarakat desa;
masyarakat dan menciptakan komposisi yang (2) Meningkatkan kesiapan dan kapasitas
baik antar daerah.. pemerintah desa dan kelembagaan desa untuk
meningkatkan kinerja pelaksanaan dana desa;
Arah Kebijakan Dana Otonomi Khusus (3) Mendorong transparansi dan akuntabilitas
sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas pemanfatan Dana Desa.
perencanaan; (2) Pengalokasian Dana Otsus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; II. Perluasan Kapasitas Pendanaan
(3) Mendorong pengelolaan dan optimalisasi Pengembangan potensi ruang/sumber pendanaan
pemanfaatan Dana Otsus; (4) Mendorong baru dilakukan dengan mengembangkan innovative
pelaporan atas pelaksanaan kegiatan oleh financing. Hal ini dilakukan untuk mendorong
Pemerintah Daerah secara akuntabel dan percepatan pencapaian sasaran pembangunan
transparan; (5) Memperkuat monitoring dan serta memperbesar porsi kerja sama pemerintah dan
evaluasi secara berkelanjutan. badan usaha guna menurunkan beban kontribusi
pendanaan pemerintah. Dari pengembangan
Arah Kebijakan Dana Keistimewaan innovative financing tersebut diharapkan agar
D.I.Yogyakarta sebagai berikut: (1) keahlian dan aset (sumber daya) masing-masing
Meningkatkan kualitas perencanaan dan pihak (pemerintah dan badan usaha) dapat
digunakan secara bersama untuk menyediakan jasa
dan/atau fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat
umum. Disamping itu memberikan keuntungan
bagi masing-masing pihak serta alokasi risiko yang
proporsional.

Selain itu, Pemerintah dapat melakukan eksplorasi dan


memaksimalkan pemanfaatan sumber pendanaan
baru dari sumber pendanaan non-konvensional. Hal
ini dimaksudkan untuk memanfaatkan perubahan
arsitektur keuangan global untuk menarik investasi
swasta. Secara khusus, Pemerintah perlu mencari
pendanaan sektor swasta untuk beberapa
jenis proyek investasi publik, pemanfaatan dan
sekuritisasi aset Pemerintah, mengundang aktor-
aktor pembangunan lainnya seperti filantropis,

Kaidah Pelaksanaan 263


pemanfaatan peningkatan nilai tanah (land value diarahkan untuk mengurangi beban pinjaman
capturing), skema konsesi terbatas, dan pendanaan Pemerintah. Pinjaman langsung dengan penjaminan
lain yang dapat dikembangkan. pemerintah dapat menekan biaya menjadi lebih
murah dibandingkan dengan pinjaman komersial.
Sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan Selain itu, pinjaman yang bersumber dari luar negeri
berkelanjutan, Pemerintah juga dapat mengandalkan dapat mengoptimalkan keunggulan komparatif
dan mengembangkan pendanaan hijau (green (comparative advantage) dari mitra pembangunan.
funding) di masa depan. Dengan demikian, Pinjaman langsung yang mendapatkan jaminan
diharapkan bahwa banyak investasi publik di masa dapat diperuntukkan untuk membantu permodalan
depan akan didanai dari bauran berbagai sumber BUMN. Namun demikian pemanfaatannya diarahkan
pendanaan (blended finance) untuk kegiatan untuk kegiatan prioritas serta perlu didukung
dengan manfaat publik yang besar, terutama yang oleh evaluasi teknis yang memadai (feasibility
terkait dengan pencapaian Tujuan Pembangunan assessment, engineering designs, analisis ekonomi,
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals - keuangan, dan lingkungan).
SDGs).

Untuk mendanai penanganan bencana, Pemerintah


mengembangkan skema asuransi pembiayaan
tanggap darurat dan mempersiapkan skema
pembiayaan bersama melalui pooling of fund untuk
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Untuk pembiayaan program di pusat maupun


di daerah, skema Kerjasama Pemerintah Badan
Usaha/ Public Private Partnership (KPBU/PPP),
peningkatan peran swasta melalui kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR), pinjaman
langsung (direct lending) dari mitra pembangunan
kepada BUMN, dan Municipal Development Fund
(MDF) akan terus dikembangkan.

Pemanfaatan KPBU untuk pembangunan nasional


akan terus diperluas dan dikembangkan untuk sektor
sosial antara lain pendidikan, kesehatan, dan lain-
lain. Pengembangan pemanfaatan KPBU di sektor
sosial disertai dengan penyempurnaan terhadap
peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan
pemanfaatan CSR diarahkan pada peningkatan
keselarasan kegiatannya dengan program
pemerintah dalam mendukung pembangunan
nasional.

Pemanfaatan pinjaman langsung (direct lending)

264 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pemerintah juga terus mengembangkan dan
Kaidah Pelaksanaan mengimplementasikan proses pengadaan Pemerintah
Pendanaan yang memasukkan kriteria keberlanjutan dengan
pendekatan yang lebih sistematis dan konsisten
Kebutuhan pendanaan pembangunan terus didasarkan pada praktik yang baik (best practice).
meningkat sedangkan sumber dana publik
terbatas. Di sisi lain berbagai sumber dan instrumen Selain efisiensi investasi publik, Pemerintah
pendanaan baru terus berkembang. Untuk itu, juga akan menetapkan syarat dan kondisi serta
diperlukan adanya pendekatan pengelolaan kerangka kerja dimana investasi swasta diharapkan
pendanaan untuk mendorong pertumbuhan dan berperan lebih besar, bahkan melebihi pembiayaan
kinerja investasi publik. Peningkatan efisiensi dan Pemerintah seperti misalnya di sektor energi. Untuk
kinerja investasi publik mensyaratkan adanya itu, dukungan dan kerjasama internasional dalam
perbaikan proses perencanaan investasi disemua hal akses keuangan, akses ke teknologi bersih,
sektor dan tingkat pemerintahan,termasuk dalam peningkatan kapasitas dan tatakelola akan tetap
mengalokasikan investasi Pemerintah untuk sektor diperlukan.
dan proyek yang tepat sehingga memberi daya
ungkit (leverage), melaksanakan proyek tepat waktu Penggunaan pendanaan pembangunan harus
dan tepat biaya serta peningkatan kapasitas dan dapat secara optimal memanfaatkan kapasitas
efisiensi kelembagaan. Upaya tersebut dilakukan pendanaan yang ada dan dilakukan secara lebih
bersamaan dengan pemberian stimulus bagi efektif. Untuk maksud tersebut diperlukan adanya
pihak swasta dan masyarakat melalui regulasi kaidah-kaidah yang digunakan sebagai pedoman
dan kebijakan yang memberikan insentif dalam pelaksanaan penggunaan pendaaan pembangunan
rangka mengoptimalkan peran pembiayaan non- yaitu:
Pemerintah dalam pembiayaan pembangunan 1. Fokus Meningkatkan Kualitas Alokasi pada
nasional (investasi publik). Prioritas melalui Proyek Prioritas dan Integrasi
Pendanaan, dilakukan dengan beberapa
Peningkatan kapasitas pembiayaan dan langkah yaitu
kualitas investasi Pemerintah dilakukan dengan a. Mengutamakan alokasi pada prioritas:
memperbaiki perencanaan dan kebijakan investasi Mengalokasikan sumber dana yang terbatas
publik, manajemen, tata kelola dan kebijakan, dengan mendahulukan kegiatan atau proyek
serta pemilihan proyek yang didasarkan pada yang menjadi prioritas nasional. Pendanaan
kriteria keberlanjutan lingkungan dan sosial. Untuk pembangunan harus diarahkan berdasarkan
itu strategi pembangunan nasional, wilayah dan pada strategi pembangunan nasional dimana
sektoral akan diperjelas dengan menyertakan fokus alokasi anggaran adalah pendanaan
rencana investasi untuk memandu investasi publik prioritas pembangunan terutama pada
maupun swasta dalam jangka panjang. Pemerintah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
menyusun strategi dan kebijakan termasuk yang menjadi kewajiban pemerintah untuk
mengembangkan strategi pembangunan rendah masyarakat.
karbon yang diselaraskan dengan komitmen b. Memperkuat sinergi dan integrasi
Perjanjian Paris dan mengintegrasikannya dalam pendanaan pembangunan dengan
rencana ekonomi dan pembangunan nasional. mensinergikan dan mengintegrasikan
pemanfaatan belanja K/L dan Non K/L (antara
Dari sisi mekanisme penyaluran (delivery mechanism), lain Subsidi, Dana Transfer Khusus, dan Dana

Kaidah Pelaksanaan 265


Desa) serta sumber pendanaan lainnya, skema pendanaan kerjasama pembangunan,
baik pusat, daerah maupun swasta untuk serta fasilitas pembiayaan luar negeri lainnya
mendukung pembiayaan prioritas nasional. dengan persyaratan yang menguntungkan.
Dalam pemanfaatan pinjaman luar negeri
2. Mengidentifikasi proyek yang dapat di lakukan terdapat beberapa hal yang menjadi
pemerintah pusat, daerah, BUMN, swasta dan pertimbangan diantaranya: tingkat bunga,
masyarakat. penyediaan barang tied dan untied, serta
Besarnya skala pembangunan nasional keunggulan komparatif mitra pembangunan.
Indonesia membutuhkan koordinasi, kerjasama
dan pembagian kerja diantara para pemangku Pemerintah akan terus meningkatkan
kepentingan. Untuk itu, dalam pelaksanaan pemanfaatan skema KPBU dengan melakukan
proyek pembangunan diperlukan identifikasi perkuatan pada beberapa aspek yaitu: regulasi;
serta pembagian tugas, kewenangan dan fungsi kantor bersama; peran empat pilar KPBU
tanggung jawab antara Pemerintah Pusat, (regulator, investee, transaction advisor, dan
Pemerintah Daerah, BUMN, swasta dan investor), serta perencanaan dan penyiapan
masyarakat. Hal ini dimaksudkan juga untuk proyek.
meningkatkan efektifitas pelaksanaan dan
efisensi penggunaan sumber daya nasional Disamping itu, Pemerintah dapat memperbesar
dalam pelaksanaan proyek pembangunan. pemanfaatan skema-skema pembiayaan yang
bersumber dari berbagai skema pembiayaan
3. Menyesuaikan modalitas pendanaan dengan tematik (thematic financing windows) termasuk
sasaran pembangunan serta memastikan didalamnya adalah skema pembiayaan hijau
kesiapan pelaksanaan proyek. (green financing). Selain menjadi sumber, skema-
Agar dapat terjadi kesesuaian perencanaan skema pembiayaan ini juga membantu Pemerintah
pendanaan program/kegiatan/proyek harus untuk memaksimalkan daya ungkit (leverage)
mempertimbangkan: sumber dana publik dan mendatangkan investasi
• Kapasitas dan keberlanjutan pendanaan, swasta dalam pembangunan.
termasuk kebutuhan pembiayaan yang
melampaui satu tahun anggaran; 5. Mendorong inovasi pendanaan pembangunan.
• Kesesuaian dengan karakteristik sumber Kebutuhan pembiayaan pembangunan akan
pendanaan; terus meningkat namun kemampuan Pemerintah
• Mekanisme penyaluran (delivery mechanism) terbatas, sehingga diperlukan upaya untuk
yang tepat dan efisien; dan mengembangkan berbagai sumber, skema,
• Tingkat kesiapan pelaksanaan (implementation dan instrumen pembiayaan, baik dari sisi jumlah
readiness). maupun efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya.
Dalam rangka mendorong inovasi pendanaan
4. Optimalisasi dan perluasan pemanfaatan pembangunan, maka perlu dilakukan:
sumber pendanaan yang ada. a. Memperkuat koordinasi antar pemangku
Sumber pendanaan pembangunan yang kepentingan dalam pemanfaatan bauran
telah ada dan dimanfaatkan saat ini seperti pembiayaan (blended finance)
dari pinjaman luar negeri dapat dioptimalkan Untuk mendanai program/proyek/kegiatan
melalui: pemanfaatan pinjaman dari lembaga dengan sumber, skema, dan instrumen
pembiayaan pembangunan dan pemanfaatan pembiayaan yang berbeda disesuaikan

266 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
dengan waktu, tahap, dan jenis kegiatan pendanaan non-Pemerintah;
yang spesifik. Dalam pelaksanaan dan • Mengutamakan penggunaan sumber-
pengembangan bauran pembiayaan sumber pendanaan non-Pemerintah
(blended finance) tersebut diperlukan sesuai dengan kelayakan finansial,
beberapa langkah diantaranya: ekonomi, dan sosialnya;
• Menyediakan dan menyempurnakan b. Mengembangkan Output Based Transfer.
kerangka hukum dan peraturan sebagai Untuk memperkuat pengendalian program
dasar inovasi pendanaan. Sebagai negara serta memperkuat sinergi antara Pemerintah
berpendapatan menengah atas, peluang Pusat dan Daerah dalam pencapaian sasaran
Indonesia mendapatkan pendanaan pembangunan Pemerintah akan melanjutkan
berbiaya lunak dan konvensional pengembangan hibah ke daerah sebagai
diperkirakan makin terbatas. Untuk bentuk mekanisme output based transfer.
mengotimalkan pemanfaatan pendanaan Mekanisme ini khususnya ditujukan untuk
tersebut perlu dukungan kerangka hukum mendukung pendanaan Pelayanan Dasar
yang memadai. kepada Masyarakat ataupun mendukung
• Memposisikan pembiayaan Pemerintah pencapaian target-target pembangunan
sebagai pengungkit (leveraging) dan tertentu.
katalisator untuk mengembangkan sumber

Gambar 9.11 Kaidah Pelaksanaan Pendanaan

Fokus Meningkatkan

01
Kualitas Alokasi pada
Prioritas melalui Proyek
Prioritas dan Integrasi
Pendanaan

02
Identifikasi Proyek yang
Dapat Dilakukan Pusat,
Daerah, BUMN, dan
Masyarakat
Menyesuaikan Modalitas

03
Pendanaan dengan Sasaran
Pembangunan serta
Memastikan Kesiapan
Pelaksanaan Proyek

04
Optimalisasi dan
Perluasan
Pemanfaatan Sumber
Pendanaan

05
Inovasi Pendanaan
Pembangunan

Kaidah Pelaksanaan 267


Kerangka Evaluasi dan Pengendalian
Landasan hukum evaluasi dan pengendalian informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan
pembangunan mencakup: (1) Undang-Undang dan kinerja pembangunan berdasarkan indikator
No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen
Pembangunan Nasional (SPPN), (2) Peraturan rencana pembangunan (mencakup input, output,
Pemerintah No.39/2006 tentang Tata Cara result, benefit, dan impact), termasuk di dalamnya
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala dalam
Pembangunan, (3) Peraturan Presiden No.2/2015 pelaksanaan pembangunan.
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019, dan (4) Peraturan Secara garis besar kerangka evaluasi dan
Pemerintah No.17/2017 tentang Sinkronisasi Proses pengendalian pembangunan nasional (termasuk
Perencanaan dan Penganggaran. aspek pemantauan yang melihat progres
pelaksanaan program/kegiatan per triwulan) dapat
Berdasarkan sejumlah landasan hukum tersebut, digambarkan pada Gambar 9.12 di bawah. Evaluasi
pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan mencakup: (1) evaluasi atas proses penyusunan
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dokumen (ex-ante) dan pelaksanaan RPJMN (on-
dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam going dan ex-post); serta (2) evaluasi atas proses
rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyusunan dokumen (ex-ante) dan pelaksanaan
penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut RKP (on-going dan ex-post). Sementara itu,
oleh pimpinan kementerian/lembaga (K/L) atau pengendalian mencakup tindakan korektif/akselerasi/
pemerintah daerah, melalui kegiatan pemantauan klarifikasi atas pelaksanaan program dan kegiatan
dan pengawasan. Sementara itu, evaluasi yang dilakukan berdasarkan hasil pemantauan dan
pelaksanaan rencana secara sistematis dilakukan evaluasi. Penjelasan lebih rinci mengenai evaluasi
dengan mengumpulkan dan menganalisis data dan dan pengendalian pada bagian berikut.

Gambar 9.12 Kerangka Evaluasi dan Pengendalian Pembangunan Nasional

Pemantauan Evaluasi

Progres Evaluasi RPJMN Evaluasi RKP


pelaksanaan
program/ Ex-ante: Ex-ante:
kegiatan per Quality Assurance Quality Assurance
triwulan Penyusunan RPJMN Penyusunan RKP

On Going: On Going:
Evaluasi paruh waktu Evaluasi RKP:
RPJMN Data TW III
Ex-Post: Ex-Post:
Evaluasi akhir RPJMN Evaluasi akhir RKP:
Evaluasi Dampak-Manfaat Data TW IV

PENGENDALIAN
Tindakan korektif atas pelaksanaan program nasional dan kegiatan strategis berdasarkan
hasil pemantauan dan evaluasi

268 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 9.4.2. Waktu Pelaksanaan Evaluasi RPJMN

A. Evaluasi 2. Waktu Pelaksanaan Evaluasi


Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai pencapaian Evaluasi RPJMN 2020-2024 dilakukan minimal
tujuan kebijakan, program, ataupun kegiatan dan dua kali (Gambar 9.13), yaitu :
menganalisis permasalahan yang terjadi dalam a. Evaluasi paruh waktu RPJMN dilakukan pada
proses implementasi sehingga dapat menjadi umpan tahun ketiga pelaksanaan RPJMN 2020-
balik bagi perbaikan kinerja pembangunan. Hasil 2024, yang hasilnya digunakan sebagai
evaluasi seharusnya dapat menyediakan data dan bahan masukan dalam penyusunan RKP
informasi tentang efisiensi, efektivitas, kebutuhan, dan bahan untuk melakukan revisi RPJMN
manfaat dan dampak program atau kegiatan 2020-2024 jika diperlukan. Pada setiap tahun
sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai dilakukan evaluasi RKP yang merupakan
masukan dalam perencanaan dan penganggaran bagian tahapan dari pelaksanaan RPJMN.
pada periode selanjutnya. Untuk itu perlu disusun Evaluasi RKP ini menjadi bahan masukan
kerangka evaluasi untuk memastikan bahwa evaluasi untuk perencanaan RKP tahun berikutnya;
berjalan dengan baik dan hasil evaluasi bermanfaat b. Evaluasi akhir RPJMN dilakukan pada
bagi proses pengambilan kebijakan dan proses tahun terakhir pelaksanaan RPJMN, yang
penyusunan perencanaan dan penganggaran pada hasilnya digunakan sebagai input dalam
periode berikutnya. penyusunan RPJMN periode selanjutnya
1. Tujuan Pelaksanaan Evaluasi, antara lain: (a) (RPJMN 2025-2029).
mengetahui hasil capaian kinerja pembangunan, 3. Sumber Data
identifikasi permasalahan dan tindak lanjut a. Sumber data utama yang digunakan dalam
yang direkomendasikan sebagai bahan untuk pelaksanaan evaluasi RPJMN adalah hasil
perumusan dan perbaikan kebijakan/program/ evaluasi Renstra K/L;
kegiatan; dan (b) membantu penentuan b. Sumber data pendukungnya adalah hasil
penyusunan sasaran dan target kinerja evaluasi RKP, hasil evaluasi Renja K/L, hasil
pembangunan secara tepat.

Gambar 9.13 Waktu Pelaksanaan Evaluasi RPJMN

Kaidah Pelaksanaan 269


evaluasi RPJMD, hasil survei dan penelitian nasional/kegiatan strategis, antara lain:
yang dilaksanakan berbagai lembaga (i) deskripsi proses yang terjadi, review
antara lain Badan Pusat Statistik, lembaga berdasarkan siapa, apa, kapan, dimana,
independen, lembaga internasional, serta bagaimana, dan berapa; (ii) deskripsi
lembaga penelitian dan pengembangan latar belakang program nasional/kegiatan
pada Perguruan Tinggi dan K/L terkait. strategis; serta (iii) deskripsi organisasi
4. Pelaksana dan Penerima Hasil Evaluasi pelaksana dan pihak yang terkait.
Evaluasi RPJMN dilakukan oleh Menteri Pemilihan jenis evaluasi ini tergantung dari tujuan
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala evaluasi, sehingga bisa digunakan satu jenis
Bappenas berdasarkan laporan evaluasi Renstra atau kombinasi ketiganya secara bersamaan.
seluruh K/L, laporan evaluasi RKP pada periode 6. Mekanisme Evaluasi
RPJMN berjalan, serta data pendukung lainnya Kementerian PPN/Bappenas melakukan evaluasi
dari hasil survei dan penelitian. Hasil evaluasi RPJMN berdasarkan hasil evaluasi Renstra K/L
disampaikan oleh Menteri kepada Presiden dan sumber data lain yang tersedia. Pelaksanaan
sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah dan evaluasi Renstra K/L dikoordinasikan oleh
digunakan sebagai masukan/feedback dalam Kedeputian yang membidangi Evaluasi dan
rangka pengambilan kebijakan dan proses Pengendalian Pembangunan bersama-sama
perencanaan dan penganggaran selanjutnya. dengan Kedeputian yang membidangi sektor
5. Jenis Evaluasi dan regional.
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan Mekanisme evaluasi dilakukan dengan
menggunakan 3 jenis evaluasi, yaitu: menggunakan jenis evaluasi yang sesuai dengan
a. Evaluasi Kebijakan Strategis/Program tujuan evaluasi (dapat menggunakan evaluasi
Nasional, dilakukan untuk menunjukkan pengukuran kinerja, evaluasi pelaksanaan
klarifikasi hubungan sebab-akibat rencana pembangunan atau evaluasi kebijakan
kegagalan atau keberhasilan rencana. strategis/program nasional). Hasil evaluasi yang
Evaluasi dilakukan terhadap kebijakan yang dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas
strategis atau program nasional dengan disampaikan kepada Presiden sebagai bentuk
kriteria memiliki anggaran besar, yang pertanggungjawaban dan untuk segera
berdampak besar terhadap target group/ ditindaklanjuti, terutama pada kebijakan strategis/
masyarakat, memiliki pengaruh yang besar program nasional yang masih belum mencapai
terhadap pencapaian agenda pembangunan sasaran/target. Mekanisme pelaksanaan evaluasi
nasional dan pertimbangan penting lainnya. RPJMN tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.14.
Evaluasi meliputi keseluruhan aspek, yaitu 7. Pemanfaatan Hasil Evaluasi
relevansi, efektivitas, efisiensi, dampak, dan Hasil evaluasi RPJMN 2020-2024 digunakan
keberlanjutan dari kegiatan/program. sebagai:
b. Evaluasi Pengukuran Kinerja, dilakukan a. Bahan masukan dalam penyusunan RKP
dengan membandingkan antara realisasi periode selanjutnya dan RPJMN 2025-2029;
dengan target yang telah ditetapkan (metode dan
gap analysis). b. Dasar untuk melakukan revisi RPJMN 2020-
c. Evaluasi Pelaksanaan Rencana 2024, dengan pertimbangan: (i) terjadi
Pembangunan, dilakukan untuk menjawab perkembangan permasalahan pokok yang
pertanyaan yang bersifat deskriptif untuk mendasar; dan (ii) terjadi perubahan arah
menjelaskan situasi pelaksanaan program kebijakan Presiden.

270 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Gambar 9.14. Mekanisme Evaluasi RPJMN

Presiden
Laporan
Evaluasi
RPJMD
Data Men PPN/Kepala
pendukung Bappenas
Survey Lainnya
Penelitian
BPS, K/L, Laporan Evaluasi
& lembaga
Laporan Evaluasi RPJMN Renstra
Lainnya Kementerian/
Lembaga
Data & Laporan Evaluasi
Laporan Evaluasi RKP Renja
Informasi

Evaluasi Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi Kebijakan


Pengukuran Kinerja Rencana Pembangunan Strategis Program besar

Target Kinerja Relevansi Dampak


Deskripsi
Sistem Pelaksanaan Efektivitas Efisiensi
Realisasi Kinerja Pembangunan
Informasi Berkelanjutan
Terintegrasi,
Terpadu, Handal

B. Pengendalian pengendalian pelaksanaan program nasional


Berdasarkan UU No. 25/2004 tentang Sistem dan atau kegiatan strategis.
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), c. Pengendalian tersebut merupakan tugas dan
pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan fungsi yang melekat pada masing-masing
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan instansi pemerintah baik di pusat maupun
dan sasaran pembangunan melalui tindakan koreksi di daerah, dan dilakukan oleh pimpinan K/L
dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana atau pemerintah daerah sesuai dengan tugas
pembangunan. Untuk itu perlu disusun kerangka dan kewenangan masing-masing melalui
pengendalian dengan penjelasan sebagai berikut. kegiatan pemantauan dan pengawasan.
1. Tujuan Pelaksanaan Pengendalian adalah untuk d. Satu hal yang harus dipahami, bahwa
menjamin dan memastikan agar pelaksanaan pengendalian dan pengawasan adalah
program nasional/kegiatan strategis sesuai berbeda karena pengawasan merupakan
dengan rencana dan atau berjalan on-track bagian dari pengendalian.
dengan memperhatikan rekomendasi atau e. Bila pengendalian dilakukan dengan disertai
temuan atas hasil pemantauan dan evaluasi. tindakan korektif (pelurusan), pada level
2. Ruang Lingkup Pengendalian, mencakup: program nasional dan atau kegiatan strategis
a. Terdapat berbagai jenis pengukuran kinerja pada paruh waktu pelaksanaan RPJMN,
yang dapat dilakukan untuk kepentingan maka pengawasan adalah pemeriksaan
pengendalian, baik dilakukan secara di lapangan yang dilakukan pada periode
bersamaan (komprehensif) atau hanya tertentu secara berulang kali.
masing-masing jenis pengukuran tersendiri. 3. Waktu Pelaksanaan Pengendalian
b. Pengendalian yang dilakukan terdiri atas Pengendalian pelaksanaan pembangunan
dilakukan seperti pada Gambar 9.15, mencakup:

Kaidah Pelaksanaan 271


a. Berdasarkan hasil Evaluasi paruh waktu kedua setiap pelaksanaan RKP pada program
RPJMN pada hasil Evaluasi paruh waktu nasional/kegiatan strategis tertentu (dengan
RPJMN pada tahun ketiga pelaksanaan besaran anggaran minimal tertentu yang
RPJMN 2020-2024, dilakukan tindakan ditentukan untuk pemilihan program nasional/
korektif untuk memastikan pelaksanaan kegiatan strategis).
program nasional/kegiatan strategis berjalan 4. Mekanisme Pengendalian, antara lain:
on-track sebagaimana tercantum dalam a. Pengendalian merupakan langkah tindak
dokumen RPJMN. Tindakan korektif pada lanjut yang ditempuh untuk menjamin agar
paruh waktu pelaksanaan RPJMN dilakukan pelaksanaan program nasional/kegiatan
pada program nasional/kegiatan strategis strategis sesuai dengan rencana, yang
(dengan besaran anggaran minimal tertentu dilakukan dengan melakukan penilaian
yang ditentukan untuk pemilihan program (assessment) melalui:
nasional/kegiatan strategis) yang berdampak (i) Identifikasi penyimpangan yang terjadi
luas; dan dalam pelaksanaan program nasional/
b. Berdasarkan butir a di atas dan atau hasil kegiatan strategis,
evaluasi RKP yang dilaksanakan setiap tahun (ii) Koreksi atas penyimpangan yang terjadi
dilakukan tindakan korektif pada semester dalam pelaksanaan program program

Gambar 9.15. Waktu Pelaksanaan Pengendalian Pembangunan

dilakukan tindakan korektif pada paruh waktu (tahun ketiga) pelaksanaan


RPJMN pada program nasional/kegiatan strategis yang berdampak luas.

dilakukan tindakan korektif pada semester kedua setiap pelaksanaan


RKP pada program nasional/kegiatan strategis tertentu.

272 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
nasional/kegiatan strategis, (iii)
kebijakan restrukturisasi (penataan
(iii) Klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan kembali).
program nasional/kegiatan strategis, Tindakan preventif adalah tindakan
(iv) Konfirmasi atas pelaksanaan program pengendalian untuk mengurangi atau
nasional/kegiatan strategis menghilangkan kemungkinan pelaksanaan
b.
Keputusan untuk melakukan tindakan program nasional/kegiatan strategis yang
korektif terhadap program nasional/kegiatan tidak sesuai target, yang dimungkinkan pula
strategis mencakup 2 hal, yaitu tindakan sampai pada keputusan untuk menghentikan
konstruktif dan tindakan preventif. Tindakan pelaksanaan program nasional/kegiatan
konstruktif adalah tindakan membangun dan strategis yang sifatnya penghentian
memperbaiki pelaksanaan program nasional/ sementara ataupun penghentian tetap
kegiatan strategis, yang dapat dilaksanakan apabila diperlukan (suspend/pinalty).
melalui kebijakan: Mekanisme pengendalian pembangunan tersebut
(i) kebijakan refocusing (pemfokusan kembali), dapat dilihat pada Gambar 9.16 berikut.
(ii) kebijakan reorientasi (peninjauan ulang),
dan

Gambar 9.16. Mekanisme Pengendalian Pembangunan

Data dari :
1. BPK
2. BPKP
3. BPS
4. Kemenkeu
Laporan Kinerja K/L Paruh Waktu RPJMN 2020-2024
5. ORI
Laporan Kinerja Tahun Sebelumnya

HASIL ASSESSMENT
Kementerian PPN/Bappenas

ON-TRACK PERLU TINDAKAN

Lanjut
Surat Menteri PPN/Kepala Bappenas keMenteri Teknis/Kepala
Tindakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Konstruktif
Penilaian
(Assessment) 1. Refocusing
2. Reorientasi
1. Identifikasi 3. Restrukturisasi
2. Koreksi
3. Klarifikasi
Dimintakan persetujuan Presiden terkait penghentian
4. Konfirmasi Tindakan Preventif Prioritas Nasional/Kegiatan Strategis sebelum
dilayangkan surat oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas
ke Menteri Keuangan tentang penghentian pendanaan.
3. Penghentian

Usulan Suspend dalam KRISNA

Kaidah Pelaksanaan 273


2025
MENUJU INDONESIA
2025
Ekonomi

10
Sosial dan Budaya
Lingkungan Hidup
Tata Kelola
Ekonomi
Tahun 2025 merupakan tahun terakhir dari Semakin terbukanya hubungan dunia secara
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka ekonomi (economic interconnectedness) antara
Panjang Indonesia periode 2005-2025. Dalam satu negara dengan negara lainnya membawa
bidang ekonomi, pada tahun 2025 diharapkan implikasi semakin tingginya tingkat persaingan
Indonesia telah mampu mewujudkan perekonomian ekspor dunia. Kinerja perdagangan luar negeri
maju, mandiri, dan mampu secara nyata Indonesia di tahun 2025 juga akan terus ditingkatkan
memperluas peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai kebijakan yang diarahkan untuk
berlandaskan pada prinsip-prinsip ekonomi yang memperbaiki infrastruktur pendukung ekspor baik
menjunjung persaingan sehat dan keadilan, serta berupa investasi pada sektor yang berorientasi
berperan aktif dalam perekonomian global dan ekspor maupun penguatan industri yang
regional dengan bertumpu pada kemampuan serta berorientasi ekspor. Pada tahun 2025, posisi
potensi bangsa. Indonesia di pasar internasional akan berada
pada peringkat ke-16 sebagai pemasok ekspor
Pada tahun 2025, diharapkan Indonesia telah barang dan jasa dunia dengan pangsa mencapai
menjadi salah satu negara berpenghasilan 1,5 persen.
menengah-atas dengan PDB perkapita sekitar USD
6.305. Pada tahun 2025, peranan investasi terhadap Di sisi produksi, terus berjalannya reformasi
PDB diharapkan diatas 34 persen dengan peringkat struktural ikut menyumbang perbaikan pada sektor
kemudahan berusaha di Indonesia meningkat manufaktur sehingga pertumbuhannya diharapkan
menjadi peringkat 35 dengan FDI Inflows sekitar 3 melebihi pertumbuhan ekonomi nasional dan
persen PDB. kontribusi PDB industri diharapkan mencapai

PDB per kapita Peringkat kemudahan Posisi Indonesia dalam


berusaha ekspor barang dan jasa

USD

4.340- 2025
2020
4.390 2020 40
menjadi
diatas

6.885 35
16
USD peringkat
2025 2025 ke-

276 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
21,4 persen pada tahun 2025. Daya saing produk Selain digerakkan oleh kemajuan investasi,
Indonesia juga diharapkan terus meningkat dilandasi perdagangan, industri dan pariwisata,
dengan inovasi dan perkembangan teknologi yang perkembangan ekonomi Indonesia tahun 2025 juga
mampu memberikan nilai tambah bagi produk dan didukung oleh infrastruktur yang andal, ketahanan
jasa yang dihasilkan. pangan dan energi yang kuat.

Ekonomi kreatif dan digital terus dikembangkan Pasca krisis ekonomi 1997/1998, Indonesia
guna mewujudkan Indonesia yang kreatif dan mengalami defisit pada semua lini infrastruktur:
berpikiran maju. Pada tahun 2025, creative core transportasi, perumahan dan permukiman, air
seperti seni dan budaya Indonesia sebagai minum, pengairan dan irigasi, serta telekomunikasi
substansi dasar pengembangan produk kreatif dan dan informatika. Pembangunan infrastruktur terus
digital diharapkan semakin kuat, serta infrastruktur diupayakan guna mempercepat pertumbuhan
dalam bentuk pusat pertumbuhan industri kreatif, ekonomi nasional melalui perbaikan konektivitas fisik
inkubator, science/technopark, klaster kreatif, dan virtual, mendukung pemerataan pembangunan
listrik dan jaringan pita lebar telah terbangun untuk wilayah, meningkatkan penyediaan prasarana
mendukung pertumbuhan pelaku dan usaha kreatif dasar bagi kesejahteraan rakyat, mendukung
dan digital. Hal ini diwujudkan dengan penyediaan pembangunan perkotaan dan perdesaan, serta
dukungan riset dan akses informasi melalui kerja antisipasi terhadap bencana alam dan perubahan
sama Quadruple Helix (pemerintah, akademisi, iklim.
swasta, dan komunitas) pada sektor ekonomi kreatif
dan digital. Ketahanan pangan terus ditingkatkan guna
mewujudkan sistem ketahanan pangan mandiri,
Sektor pariwisata terus tumbuh dan menjadi salah berdaulat, berkelanjutan dan mensejahterakan.
satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Permasalahan kelaparan (hunger) terus diupayakan
Daya saing pariwisata Indonesia akan terus membaik untuk diatasi sesuai dengan target Tujuan
didukung oleh serangkaian kebijakan perbaikan Pembanguna Berkelanjutan (SDGs).
peringkat daya saing pariwisata Indonesia seperti
peningkatan kualitas infrastruktur yang mendukung Ketahanan energi terus ditingkatkan. Ekonomi yang
pariwisata, serta peningkatan kompetensi SDM terus meningkat serta penduduk yang bertambah
pariwisata. Diharapkan peringkat daya saing meningkatkan permintaan energi di Indonesia.
pariwisata Indonesia akan menjadi 25 dengan jumlah Konsumsi energi primer Indonesia pada tahun 2025
kunjungan wisatawan mencanegara yang mencapai diperkirakan meningkat lebih dari 400 MTOE (million
lebih 31 juta orang pada tahun 2025. ton oil equivalent). Dengan semakin bertambahnya
permintaan terhadap konsumsi energi primer,
Pemerataan pembangunan diharapkan terus kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas
membaik. Tingkat pengangguran, kemiskinan, dan bumi terus ditingkatkan. Selain itu peran energi baru
ketimpangan akan semakin berkurang. Gini rasio dan terbarukan (EBT) juga terus ditingkatkan serta
diharapkan akan terus menurun menuju tingkat rasio elektrifikasi akan terus dijaga pada tingkat 100
idealnya. persen.

Menuju Indonesia 2025 277


Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur akan terus dilaksanakan
% RT yang menempati rumah dan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pemukiman layak
pemenuhan pelayanan dasar, yang akan
dilaksanakan dengan penguatan konetivitas nasional,
diatas
penyediaan akses perumahan, permukiman, air
minum dan sanitasi yang layak, penyediaan air, 2020 39%
energi dan transportasi yang aman dan memadai.
diatas

Elektrifikasi

diatas
2025
52,8 %

2020 98,3%

2025
100 %

Sosial dan Budaya


Struktur penduduk Indonesia di tahun 2025 akan untuk menciptakan penduduk lansia yang sehat
ditandai dengan tingginya proporsi kelompok dan produktif. Salah satu kunci perpanjangan
usia produktif (antara 174 juta - 180 juta jiwa). Hal bonus demografi adalah mewujudkan penduduk
ini menunjukkan momentum untuk meraih bonus tumbuh seimbang dengan angka kelahiran total
demografi. Guna memanfaatkan momentum (Total Fertility Rate/TFR) nasional sebesar 2,1 dan
tersebut, Indonesia harus mampu meningkatkan tingkat produktivitas lansia yang semakin panjang.
produktivitas dan penciptaan nilai tambah melalui Tahun 2025 juga akan ditandai dengan menurunnya
penciptaan angkatan kerja yang kompetitif. Untuk penduduk di kawasan perdesaan hingga di kisaran
memaksimalkan potensi tersebut, penduduk perlu 40 persen serta meningkatnya proporsi penduduk
dijaga agar dapat tumbuh seimbang yang didukung yang tinggal di kawasan Indonesia bagian timur
dengan penyiapan sumber daya manusia yang (sekitar 56,8 juta).
berkualitas dan berdaya saing.
Pembangunan kesejahteraan melalui penyempurnaan
Pada tahun 2025, proporsi penduduk usia 65 tahun sistem jaminan sosial nasional (SJSN) akan terus
ke atas mencapai 8 persen. Hal ini menunjukkan ditingkatkan. Sistem jaminan kesehatan nasional
Indonesia menuju awal penuaan penduduk (ageing diharapkan berkelanjutan dan mencakup seluruh
population). Fenomena ini perlu diantisipasi dengan penduduk. Integrasi seluruh program yang dikelola
penyiapan terkait kelanjutusiaan di berbagai aspek oleh BPJS akan membantu perluasan cakupan

278 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
kepesertaan. Tahun 2025 adalah milestone bagi industri, sarana dan prasarana pembelajaran yang
implementasi SJSN yang akan memasuki tahun ke- memadai, penguatan teaching factory/teaching
10. Perkembangan SJSN ditandai terutama pada industry, peningkatan kualitas pendidik/instruktur
meningkatnya kualitas pelayanan dan manfaat vokasi, serta penguatan sertifikasi kompetensi,
program diiringi dengan pemanfaatan teknologi dan diharapkan dapat meningkatkan serapan lulusan
desain program yang sesuai dengan karakteristik pendidikan di pasar kerja.
pesertanya. Pada tahun 2025 juga akan dimulai fase
awal transformasi kelembagaan SJSN untuk jaminan Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan
sosial ketenagakerjaan. beragama, pada tahun 2025, diharapkan dapat
mendorong terciptanya pemahaman, pengamalan
Sistem kesehatan akan tertata dengan baik yang dan penghayatan nilai-nilai agama, peningkatan
dicerminkan melalui penyediaan pelayanan kesehatan kerukunan umat, pencapaian standar pelayanan
berkualitas, merata, dan responsif yang didukung serta pengembangan ekonomi umat. Pembangunan
oleh ketersediaan fasilitas kesehatan, tenaga bidang agama dapat berperan penting dalam
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan yang membangun karakter dan akhlak mulia bangsa
memadai dan merata. Angka kesakitan, kecacatan Indonesia, meningkatkan kerukunan kehidupan
dan kematian akibat penyakit diharapkan menurun beragama, meningkatkan harmoni sosial, serta
secara signifikan termasuk penyakit tropis terabaikan. produktivitas masyarakat.
Ke depan, upaya promotif dan preventif serta
upaya penyelesaian permasalahan gizi masyarakat Pada tahun 2025, diharapkan kualitas hidup
mengalami peningkatan secara progresif. perempuan semakin membaik, diikuti dengan
meningkatnya kesetaraan gender di seluruh
Taraf pendidikan penduduk diharapkan mengalami bidang pembangunan. Pemberdayaan perempuan
perbaikan, dengan layanan pendidikan yang serta pencegahan dan penanganan tindak
semakin merata antarwilayah, serta menjangkau kekerasan termasuk Tindak Pidana Perdagangan
daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T). Orang (TPPO) memiliki kontribusi penting dalam
Kebijakan afirmatif pendidikan yang diterapkan upaya peningkatan kualitas hidup perempuan.
diharapkan dapat menjangkau anak-anak Selanjutnya, strategi pengarusutamaan gender
dari keluarga kurang mampu, dan anak tidak diharapkan dapat menjamin akses, partisipasi,
sekolah (ATS) sehingga dapat menyelesaikan kontrol, dan manfaat pembangunan bagi seluruh
pendidikan, minimal sampai jenjang pendidikan kelompok, baik laki-laki maupun perempuan.
menengah. Selain itu, upaya penguatan kualitas
pembelajaran dan pengajaran diharapkan dapat Indonesia akan memiliki generasi anak yang
menumbuhkan kecakapan berpikir tingkat tinggi cerdas, ceria, dan berkualitas. Hal ini didukung
(higher order thinking skills) peserta didik, yang dari menguatnya sistem perlindungan anak yang
akan menghasilkan lulusan yang berkualitas, terintegrasi lintas sektor di tingkat pusat dan daerah,
berdaya saing dan berperan penting sebagai sehingga mampu menjamin pemenuhan hak dan
pelaku utama pembangunan nasional dan daerah. melindungi anak dari segala bentuk kekerasan,
Selain itu, penjaminan mutu yang terus dilakukan eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya.
diharapkan dapat memastikan adanya pemerataan Upaya pencegahan yang menyeluruh, komitmen yang
kualitas layanan pendidikan antarwilayah dan tinggi dari para pemangku kepentingan, koordinasi
antarsatuan pendidikan. Pendidikan vokasi yang yang kuat antar sektor, dan partisipasi aktif dari
diperkuat dengan peningkatan kerjasama swasta/ seluruh elemen masyarakat menjadi pilar utama dalam

Menuju Indonesia 2025 279


mewujudkan Indonesia yang layak anak. Di samping pendidikan tinggi. Selain itu, pengembangan
itu, keluarga yang berkualitas menjadi bagian penting perguruan tinggi sebagai pusat unggulan melalui riset-
dalam memperkuat karakter bangsa sebagai sarana riset ilmiah bersifat thematic-based yang berorientasi
penyemaian nilai-nilai luhur antar generasi. pada pemecahan masalah dengan pendekatan lintas
disiplin ilmu dan SDM yang berkualitas akan mampu
Budaya dan prestasi olahraga, serta prestasi meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global.
Indonesia di multievent olahraga tingkat regional
dan internasional pada Asian Games, Asian Sementara itu, peran kebudayaan dalam pembangunan
Para Games, Olympic Games dan Paralympic terus meningkat untuk memperkuat karakter dan
Games meningkat. Hal tersebut didukung dengan memperteguh jati diri bangsa, meningkatkan
penyediaan prasarana dan sarana olahraga yang kesejahteraan rakyat, dan mempengaruhi arah
sesuai standar internasional, serta penataan perkembangan peradaban dunia. Pembangunan
sistem pembinaan olahraga berbasis cabang kebudayaan juga semakin memperkuat kohesi
olahraga olimpiade. Selain itu, partisipasi pemuda sosial dan membangun harmoni untuk meneguhkan
dalam berbagai sektor pembangunan diharapkan Indonesia sebagai negara-bangsa majemuk.
meningkat, ditandai dengan sinergitas koordinasi Pembangunan kebudayaan ingin memastikan
lintas sektor pelayanan kepemudaan yang membaik, bahwa setiap penduduk memperoleh pelindungan
serta meningkatnya peran aktif sosial politik dan hak kebudayaan dan kebebasan berekspresi untuk
pencegahan perilaku berisiko pemuda. memperkuat kebudayaan yang inklusif.

Pada tahun 2025 kapabilitas Iptek dan penciptaan


Gini Ratio
inovasi akan semakin meningkat. Indonesia menjadi
research power-house yang menghasilkan beragam
produk litbang berdaya saing tinggi dan berorientasi 2020 0,389

0,370-
pada pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini
didukung oleh meningkatnya proporsi sumber daya
manusia Iptek yang memiliki kualifikasi S3 dan
2024
kualitas infrastruktur litbang. Selain itu, ekosistem
inovasi juga semakin melembaga sehingga terjadi
transformasi pembangunan dari yang berbasis
0,374
sumber daya alam menjadi berbasis pada
pengetahuan dan penciptaan nilai tambah. Proporsi penduduk yang tinggal di
kawasan Indonesia bagian timur
Dalam struktur pasar kerja, proporsi tenaga kerja
berpendidikan menengah dan tinggi juga akan
meningkat dilengkapi dengan pengetahuan, Di
keterampilan teknikal, dan kecakapan hidup yang 2025
mencapai

56,8
memadai. Pengembangan metode penyelenggaraan
pendidikan tinggi yang berbasis teknologi informasi
dan pengembangan pendidikan tinggi melalui
program diploma (tidak harus S1) berdasarkan
keahlian yang dibutuhkan pasar kerja akan mampu juta jiwa
meningkatkan kesempatan masyarakat menempuh

280 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Lingkungan Hidup
Pemerintah berkomitmen untuk menjadikan dengan nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
lingkungan hidup sebagai pertimbangan utama (IKLH) nasional mencapai rentang target 74 –
dalam penyusunan program dan target di berbagai 75,25.
sektor pada RPJMN periode 2020-2024. Hal ini • Penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
diuraikan pada Bab 1: Batasan Pembangunan mencapai di atas 27 persen dan penurunan
Kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup intensitas emisi GRK mencapai 24 persen.
yang merupakan hasil Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS); Bab 7 mengenai pembangunan Guna mendukung terwujudnya profil lingkungan
lingkungan, ketahanan bencana dan perubahan hidup tersebut, beberapa kondisi yang diharapkan
iklim; dan pada bagian pengarusutamaan diuraikan tercapai pada tahun 2025 antara lain
kembali pentingnya penanggulangan perubahan 1) Dipertahankannya tutupan hutan primer seluas
iklim dan antisipasi bencana dengan meningkatkan 43 juta ha serta total tutupan hutan nasional
ketahanan di bidang pembangunan manusia, seluas 94 juta ha;
ekonomi, wilayah, infrastruktur, dan polhukam. 2) Terlaksananya reforestasi seluas 2 juta ha dan
Berdasarkan hal tersebut, profil lingkungan yang restorasi ekosistem gambut seluas 1,5 juta ha;
diharapkan pada tahun 2025 adalah sebagai 3) Timbulan sampah domestik berkurang sebesar
berikut: 30 persen dan tingkat kebocoran sampah ke
• Kualitas lingkungan hidup meningkat sehingga laut berkurang hingga 70%;
optimal untuk mendukung kehidupan serta 4) Meningkatnya pemulihan terhadap lahan
aktivitas sosial ekonomi masyarakat, ditunjukkan pasca tambang, lahan terkontaminasi limbah

Menuju Indonesia 2025 281


B3, lahan kritis, dan daerah aliran sungai (DAS); sanksi administratif, serta penyelesaian
5) Meningkatnya kualitas habitat dan jumlah sengketa di luar pengadilan secara terintegrasi
populasi, terutama untuk spesies kunci, dan sinergis;
dilindungi, dan terancam punah pada setiap 11) Proporsi penggunaan sumber energi baru
wilayah ekoregion; terbarukan mencapai 20 persen dari bauran
6) Meningkatnya luas serta efektifitas pengelolaan energi nasional;
kawasan konservasi darat dan laut; 12) Meningkatnya ketahanan terhadap dampak
7) Keanekaragaman hayati dapat dikelola secara perubahan iklim pada empat sektor prioritas:
terpadu pada seluruh sektor pembangunan; kelautan dan pesisir, air, pertanian, dan
8) Nilai manfaat keanekaragaman hayati terhadap kehutanan;
pertumbuhan ekonomi nasional semakin 13) Terbentuknya sistem mitigasi multi ancaman
bertambah; bencana terpadu, baik yang disebabkan oleh
9) Kepatuhan terhadap aturan Rencana Tata bencana hidrometeorologis (perubahan iklim)
Ruang Wilayah (RTRW), moratorium gambut, maupun yang diakibatkan oleh bencana alam
hutan lindung, dan hutan primer semakin lainnya;
meningkat; 14) Meningkatnya kualitas penanganan darurat
10) Kinerja penegakan hukum untuk mendukung bencana dan pemulihan pasca bencana; serta
pengelolaan lingkungan hidup semakin 15) Berkurangnya rasio kerugian ekonomi akibat
meningkat dalam aspek penanganan dampak bencana dan bahaya perubahan iklim
pengaduan, pengawasan izin; pemberian menjadi sebesar 0,21 persen terhadap PDB.

Emisi gas rumah kaca Total tutupan hutan primer

21-26
2020 %

27
diatas

2024 %

2020 34,8 juta ha

2025 43 juta ha

282 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tata Kelola
Kondisi yang Diharapkan pada
Tahun 2020-2024.
Dari aspek tata kelola pemerintahan yang baik ditingkat pusat, keterhubungan pemerintah pusat
diharapkan menuju pada Pemerintahan yang dengan pemerintah daerah menjadi penting, karena
dinamis (Dynamic Government), yaitu suatu pelaksanaan dari proses bisnis pada tingkat teknis
tata kelola pemerintahan yang responsif atas akan membawa dampak positif baik langsung
aspirasi masyarakat, perubahan lingkungan maupun secara tidak langsung pada pelaksanaan
strategis pembangunan yang cepat tanggap dan program pembangunan dan penyelenggaraan
mampu mengelola perubahan. Selain itu struktur pelayanan publik.
kelembagaan yang lincah (agile), yang mampu
mengindentifikasi masalah dan/atau peluang,
dan langsung mengantisipasi secara cepat dan Indeks pelayanan publik
berkesinambungan, sejalan dengan pembangunan
dan mampu merespon isu sesuai  dengan arah
kebijakan strategis pembangunan. Dari sisi 2025
sumber daya manusia (SDM), perlu membangun
SDM aparatur pembelajar, dengan menanamkan

3,25
konsep pola pikir yang mampu berfikir strategis, diatas
terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai
pelaku pembangunan serta masyarakat, dengan
berdasarkan sistem merit dan talent management.
Dari sisi pelayanan publik, diharapkan akan
terbangun pelayanan publik berkualitas, akuntabel,
dan responsif yang dapat memberikan perubahan
sosial. Hal ini ditandai dengan terpenuhinya standar
pelayanan, terbangunnya portal layanan terpadu Meningkatnya Indeks Citra
baik secara elektronik maupun non elektronik, kanal Indonesia di dunia internasional
pengaduan layanan yang efektif dan perbaikan
layanan berkala bersama stakeholder (masyarakat
dan pelaku usaha). Di
2025

4
Untuk itu tata kelola pemerintahan sangat peringkat
memerlukan prasyarat telah terbangunnya proses
bisnis yang efektif, tidak silo, terbuka untuk
berkolaborasi antar Pemerintah maupun dengan
non Pemerintah. Tata kelola juga akan terus
diperbaiki dan di evaluasi secara berkala didukung
dengan teknologi informasi dan komunikasi yang
optimal. Selain terkoneksinya antar lembaga

Menuju Indonesia 2025 283


PENGARUSUTAMAAN
Gender
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Pembangunan Berkelanjutan
Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim
Modal Sosial dan Budaya
Tranformasi Digital

LAMPIRAN
Gender
Pengarustamaan gender (PUG) merupakan strategi Status kesehatan perempuan masih rendah.
untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi, yaitu
gender dalam pembangunan nasional. Strategi ini 305/100.000 kelahiran hidup (SUPAS 2015). Saat
dilakukan dengan cara mengintegrasikan perspektif ini, penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga
gender dalam proses perencanaan, penganggaran, (IRT) meningkat. Jumlah penderita AIDS tertinggi
pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi atas adalah IRT, mencapai 16.405 orang (Kementerian
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. Kesehatan, 2018).

Di bidang ketenagakerjaan, tingkat Partisipasi


Capaian
Angkatan Kerja (TPAK) perempuan masih
Capaian utama pembangunan kesetaraan gender rendah. TPAK laki-laki sebesar 82,69 persen
dan pemberdayaan perempuan ditandai dengan sementara TPAK perempuan hanya sebesar 51,88
meningkatnya Indeks Pembangunan Gender persen (Sakernas, Agustus 2018). Rata-rata upah
(IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). buruh perempuan per bulan sebesar 2,4 juta rupiah,
IPG mengalami peningkatan dari 90,82 di tahun lebih rendah dibandingkan dengan upah laki-laki
2016 menjadi 90,99 di tahun 2018. Hal ini berarti sebesar 3,06 juta rupiah (Sakernas, 2018). Sektor
kesenjangan pembangunan antara perempuan kerja formal juga didominasi oleh tenaga kerja
dan laki-laki semakin mengecil di beberapa bidang laki-laki yaitu mencapai 45,66 persen, sementara
pembangunan. Sementara itu, IDG meningkat perempuan 38,63 persen.
dari 71,39 di tahun 2016 menjadi 71,74 di tahun
2017. Peningkatan capaian IDG didukung oleh Dalam hal perlindungan, kekerasan terhadap
meningkatnya jumlah perempuan sebagai tenaga perempuan masih tinggi. Hasil Survei Pengalaman
profesional dan sumbangan pendapatan pekerja Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) tahun 2016
perempuan. menunjukkan 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun
pernah mengalami kekerasan fisik selama hidupnya.
Lingkungan dan Isu Strategis Kasus perdagangan perempuan masih tinggi dan
kekerasan terhadap perempuan berbasis budaya
Kesenjangan gender di bidang pendidikan masih masih terus berlangsung. Selain itu, kekerasan
terjadi. Rata-rata lama sekolah anak perempuan terhadap anak perempuan meningkat. Kasus
lebih rendah dibandingkan anak laki-laki, yaitu kekerasan yang terjadi masih dilatarbelakangi oleh
7,65 tahun dan 8,56 tahun (Susenas, 2017). budaya, diantaranya perkawinan anak. Sebanyak
Perempuan yang tidak memiliki ijazah lebih banyak 22,91 persen perempuan usia 20-24 tahun
dibandingkan laki-laki, yaitu 25,62 persen dan 24,04 melakukan perkawinan pertama sebelum usia 18
persen. Anak perempuan yang putus sekolah rentan tahun (BPS, 2017).
mengalami perkawinan anak yang mengakibatkan
tidak terpenuhinya hak-hak anak. Keterwakilan perempuan di bidang politik
masih rendah. Di lembaga legislatif, Persentase

286 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
keterwakilan perempuan di DPR hanya 17,32 persen tanpa melibatkan perempuan adat menyebabkan
(tahun 2014), sementara keterwakilan perempuan terampasnya hak perempuan adat dalam mengelola
di DPD menurun dari 28 persen (tahun 2009) sumber daya alam.
menjadi 25,75 persen (tahun 2014). Di lembaga
eksekutif, proporsi perempuan yang menduduki Kelembagaan dan pelembagaan PUG belum
jabatan struktural Eselon I-V hanya 31,96 persen kuat. Meskipun PUG telah menjadi strategi nasional,
dibandingkan laki-laki 68,03 persen (BKN, 2017).. tujuh Prasyarat PUG yaitu komitmen, kebijakan,
kelembagaan, sumber daya, alat analisis, data
Di bidang ekonomi, perempuan yang mengakses terpilah, dan dukungan publik, belum seluruhnya
kredit masih rendah. Persentase kepala rumah dipenuhi oleh K/L dan pemerintah daerah. Integrasi
tangga perempuan yang mengakses kredit sebesar gender di dalam perencanaan, penganggaran,
1,48 persen dibandingkan laki-laki sebesar 2,38 pelaksanaan, pemantauan, serta evaluasi kebijakan,
persen (Susenas, 2015).. program dan kegiatan pembangunan baik di tingkat
pusat dan daerah masih harus diperkuat.
Di bidang hukum, beberapa kebijakan dan
regulasi masih diskriminatif. Sebanyak 421 Sasaran
kebijakan dan regulasi diskriminatif dikeluarkan
oleh pemerintah daerah antara tahun 2009-2016. Sasaran pengarusutamaan gender adalah
Selain itu, pengetahuan aparat penegak hukum terwujudnya kesetaraan gender dalam
dan para calon aparat hukum terkait isu gender pembangunan, ditandai dengan:
dan pentingnya kesetaraan gender masih kurang.
Hukum perdata terkait isu gender saat ini juga masih
minim perhatian. Target
No Indikator Baseline
2024*

Di bidang infrastruktur, hunian dan sanitasi


yang tidak layak menghambat perempuan dalam Indeks Pembangunan 90,99
melakukan aktivitas. Rumah tangga yang tidak 1. 92,75
Gender (IPG) (2018)
memiliki akses terhadap sanitasi layak dan air
minum layak masing-masing masih 32,11 persen
dan 27,96 persen (Susenas, 2017). Kelangkaan air Indeks Pemberdayaan 71,74
2. 75,59
bersih menyebabkan perempuan sulit mengelola Gender (IDG) (2017)
rumah tangga dan melakukan kegiatan produktif dan
ekonomis. Hunian sempit dan infrastruktur sanitasi Sumber: BPS
* Catatan: Angka proyeksi sementara Bappenas
yang berlokasi jauh dan gelap menyebabkan
perempuan rentan mengalami kekerasan dan
pelecehan seksual.

Dalam hal akses terhadap sumber daya alam,


partisipasi perempuan dalam pengambilan
keputusan masih rendah. Pembukaan lahan

Lampiran - Pengarusutamaan 287


Arah Kebijakan dan Strategi
Pengarusutamaan gender diarahkan untuk 2. Peningkatan peran dan kualitas hidup
mewujudkan kesetaraan gender di berbagai perempuan di berbagai bidang pembangunan,
bidang pembangunan, melalui: mencakup: a) Peningkatan pemberdayaan
1. Percepatan pelaksanaan pengarusutamaan perempuan; dan b) Peningkatan koordinasi
gender di berbagai bidang pembangunan di dengan stakeholder terkait untuk memastikan
tingkat pusat, daerah, dan desa, mencakup: perempuan mendapatkan akses dan manfaat,
a) Penguatan pemahaman dan komitmen serta berpartisipasi dan memiliki kontrol
pemangku kepentingan; b) Penguatan terhadap pembangunan.
kebijakan dan regulasi yang responsif gender;
c) Penguatan koordinasi dalam pelaksanaan
PUG di semua bidang pembangunan; d)
Peningkatkan kerja sama multipihak untuk
mendukung pelaksanaan PUG; e) Penyediaan
dan pemanfaatan data terpilah; dan f)
Penguatan pelaksanaan Perencanaan dan
Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG)
di semua jenjang pemerintahan, dan;

288 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Tata kelola pemerintahan yang baik sejalan dengan berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas
agenda reformasi birokrasi nasional sebagaimana kelembagaan, antara lain melalui perbaikan
diamatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka proses bisnis, implementasi SPBE dan manajemen
Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 dan Grand kearsipan.
Design Reformasi Birokrasi tahun 2010 – 2025
untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik, dan Pelayanan publik yang berorientasi perbaikan
berwibawa yang berdasarkan hukum serta birokrasi sosial ekonomi berkelanjutan dengan penerapan
yang profesional dan netral. Selain itu, sejalan standar pelayanan publik yang menyeluruh.
dengan RPJMN 2020 – 2024 pengarusutamaan Penyelenggaraan pelayanan publik salah satunya
tata kelola pemerintahan yang baik diarahkan ditinjau melalui penerapan standar pelayanan di
untuk mendukung pembangunan nasional. Melalui instansi pemerintah. Data Ombdusman RI (2018)
kebijakan pengarusutamaan, diharapkan seluruh menunjukkan adanya peningkatan dari tahun 2015
instansi pemerintah dapat meningkatkan kualitas s/d 2018 (Kementerian dari 27,27 persen menjadi
tata kelola dan kinerja. 55,56 persen; Lembaga dari 20 persen menjadi
25 persen; provinsi 9,09 persen menjadi 62,5
Lingkungan dan Isu Strategis persen; dan kab/kota dari 5,26 persen menjadi 31,6
persen). Capaian tersebut menunjukkan bahwa
ASN yang profesional, berintegritas, kreatif, masih diperlukan percepatan penerapan standar
inovatif, dan netral. Terwujudnya ASN yang pelayanan publik di seluruh instansi pemerintah.
profesional merupakan salah satu prasyarat untuk Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dapat mewujudkan birokrasi yang berkinerja publik di diperlukan pengembangan inovasi
tinggi. Untuk itu diperlukan penguatan manajemen pelayanan publik dan percepatan penyelesaian
ASN yang profesional berbasis sistem merit. Data pengaduan pelayanan.
KASN (2018) menunjukkan bahwa dari 74 instansi
pemerintah diketahui bahwa hanya terdapat enam Akuntabilitas kinerja dan pengawasan
kementerian yang telah memililki sistem merit yang handal dan efektif serta birokasi yang
“Sangat Baik”. Hal ini disebabkan masih lemahnya beintegritas. Akuntabilitas kinerja instansi ditinjau
manajemen ASN di instansi pemerintah khususnya dari opini BPK atas laporan keuangan instansi
pada pembinaan karier dan manajemen kinerja. dan nilai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Data BPK (2018) menunjukan adanya peningkatan
Kelembagaan dan proses bisnis yang sederhana, persentase instansi pemerintah yang mendapatkan
responsif, adaptif dan membuka ruang peran Opini WTP atas laporan kuangan dari tahun 2015
serta publik dalam pemerintahan. Perkembangan s/d 2017 (Kementerian/Lembaga dari 65 persen
pembangunan kelembagaan salah satunya menjadi 55,56 persen; Provinsi dari 85 persen
ditandai dengan capaian indeks kelembagaan, menjadi 97 persen; Kabupaten dari 54 persen
data KemenPANRB (2018) menunjukkan bahwa 47 menjadi 72 persen; dan Kota dari 65 persen
K/L, 10 provinsi, 64 kab/kota mendapatkan indeks menjadi 86 persen). Selain itu, data KemenPANRB
kelembagaan cukup efektif. Hal ini menunjukkan RB (2018) menunjukan bahwa persentase instansi
bahwa masih diperlukan perbaikan secara pemerintah yang nilai akuntabilitas kinerjanya

Lampiran - Pengarusutamaan 289


“Baik” ke atas cenderung meningkat dari tahun
Arah Kebijakan dan Strategi
2015 s/d 2018 (Kementerian/Lembaga dari 76,62 Untuk mencapai sasaran pengarusutamaan tata
persen menjadi 92,77 persen; Provinsi dari 50 kelola pemerintahan yang baik tersebut, ditetapkan
persen menjadi 94,12 persen; dan Kabupaten/kota arah kebijakan dan strategi sebagai berikut:
dari 8,60 persen menjadi 46,85 persen). Namun 1. Peningkatan kualitas manajemen ASN melalui : (a)
demikian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Rencana kebutuhan riil ASN jangka menengah;
perlu terus ditingkatkan untuk mewujudkan instansi (b) Rencana pengembangan kompetensi ASN;
pemerintah yang transparan, bersih dan akuntabel. dan (c) Penyusunan pola karir instansional.
2. Peningkatan efektivitas tata kelola instansi
Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik pemerintah melalui: (a) Penerapan proses
secara konsisten diharapkan dapat meningkatkan bisnis instansi; (b) implementasi arsitektur SPBE
kualitas manajemen ASN, efektivitas tata laksana, instansi; dan (c) Penerapan e-Arsip terintegrasi.
peningkatan kualitas pelayanan publik, serta 3. Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi
meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi seluruh pemerintah melalui: (a) Penerapan manajemen
instansi pemerintah. risiko dalam pengelolaan kinerja instansi; (b)
Penerapan Zona Integritas untuk birokrasi yang
Sasaran bersih dan akuntabel; dan (c) Pemenuhan Unit
Kerja Pengadaan Barang/Jasa instansional.
Sasaran pengarusutamaan tata kelola pemerintahan 4. Peningkatan kualitas pelayanan publik melalui:
yang baik untuk lima tahun kedepan adalah: (1) (a) Penerapan (menyusun, menetepkan, dan
Terwujudnya ASN yang profesional; (2) Terwujudnya mempublikasikan) Standar Pelayanan di Unit
tata kelola instansi pemerintah yang efektif dan Pelayanan Publik (UPP) tertentu; (b) Percepatan
efisien; (3) Terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi penyelesaian pengaduan pelayanan publik; (c)
pemerintah; dan (4) Terwujudnya pelayanan publik Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat di UPP
yang berkualitas. tertentu; (d) Pelaksanaan FKP dalam penetapan

Gambar. Sasaran Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Terwujudnya Terwujudnya tata Terwujudnya Terwujudnya


ASN yang kelola instansi Akuntabilitas Pelayanan
profesional pemerintah yang Kinerja Instansi Publik yang
efektif dan efisien Pemerintah berkualitas

290 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
standar pelayanan publik; (e) Pemutakhiran Publik (SIPP); dan (f) Integrasi penyelenggaraan
informasi pada Sistem Informasi Pelayanan pelayanan pusat, daerah, dan BUMN/D.

Tabel. Indikator dan Target Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Indikator Satuan Baseline Target 2024
Peningkatan kualitas manajemen ASN
Persentase instansi pemerintah yang menyusun
% N.A 100
rencana kebutuhan ASN jangka menengah
Persentase instansi pemerintah yang menyusun
% N.A 70
rencana pengembangan kompetensi ASN
Persentase instansi pemerintah yang menyusun pola
% N.A 96
karir instansi
Peningkatan efektivitas tata kelola instansi pemerintah
Persentase instansi pemerintah yang telah menyusun
% N.A 100
proses bisnis instansi yang berkualitas dan terintegrasi
Jumlah instansi pemerintah yang telah menyusunan Instansi
N.A 200
arsitektur SPBE instansi Pemerintah
Persentase instansi pemerintah yang menerapkan
% N.A 100
e-Arsip terintegrasi
Peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan kinerja
% 0,16 (2019) 38
instansi
Penerapan Zona Integritas untuk birokrasi yang bersih
% 5 (2018) 40
dan akuntabel
Persentase Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ)
% N.A 77
instansional dengan maturitas level III
Peningkatan kualitas pelayanan publik
Jumlah IP dengan UPP Tertentu yang menerapkan
Unit Pelayanan
(menyusun, menetepkan, dan mempublikasikan) 375 (2019) 675
Publik
Standar Pelayanan
Jumlah IP yang menyelesaikan pengaduan pelayanan Instansi
N.A 300
publik ≥ 50% Pemerintah
Jumlah UPP Tertentu yang melakukan survei kepuasan Unit Pelayanan Seluruh
1516 (2018)
masyarakat atas pelayanan publik Publik K/L/D
Jumlah instansi pemerintah yang melaksanakan FKP Instansi Seluruh
N.A
dalam penetapan standar pelayanan publik Pemerintah K/L/D
Instansi
Jumlah IP yang memutakhirkan informasi dalam SIPP N.A 300
Pemerintah
Jumlah Pemda yang mengintegrasikan
Mal Pelayanan
penyelenggaraan pelayanan pusat, daerah, dan 9 45
Publik
BUMN/D (MPP)

Lampiran - Pengarusutamaan 291


Pembangunan TPB/SDGs memiliki 5 (lima) prinsip dasar, meliputi: (1)
people (manusia), yaitu menetapkan mengentaskan
Berkelanjutan kemiskinan dan kelaparan dalam
dimensinya, dan menjamin bahwa semua warga
seluruh

dunia bisa memenuhi potensi harkat dan kesetaraan


Pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma dan lingkungan yang sehat; (2) planet (bumi), yaitu
pembangunan masa depan yang diharapkan menetapkan perlindungan planet dari degradasi,
oleh bangsa-bangsa di dunia untuk mewujudkan termasuk melalui produksi dan konsumsi yang
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. berkelanjutan, pengelolaan secara berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan memuat 3 (tiga) isu sumber daya alam dan mengambil tindakan
utama, yaitu: (1) Ekonomi hijau dalam konteks perubahan iklim, sehingga dapat mendukung
pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kebutuhan generasi sekarang dan masa depan;
kemiskinan, (2) Pengembangan kerangka (3) prosperity (kesejahteraan), menjamin seluruh
kelembagaan pembangunan berkelanjutan, serta umat manusia dapat menikmati dan memenuhi
(3) Kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan hidup yang sejahtera dan kemajuan ekonomi, sosial
pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi dan teknologi berjalan selaras dengan alam; (4)
tersebut memuat penyusunan Tujuan Pembangunan peace (perdamaian), yaitu mendorong perwujudan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals masyarakat yang damai, baik dan inklusif yang
(TPB/SDGs). terbebas dari ketakutan dan kekerasan; serta
(5) partnership (kemitraan), yaitu merevitalisasi
Secara konkrit, TPB/SDGs merupakan komitmen kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan
bersama yang disepakati oleh 193 negara pada berdasarkan pada semangat memperkuat solidaritas
tanggal 25 September 2015. TPB/SDGs merupakan global, baik yang dilakukan oleh pemerintah atau non
dokumen yang memuat tujuan untuk menjaga pemerintah, khususnya sektor pelaku usaha.
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat
secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan TPB/SDGs mencakup 17 Tujuan/Goal, 169 target,
kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas dan 241 indikator. Dalam melaksanakan TPB/SDGs,
lingkungan hidup, serta pembangunan yang inklusif diperlukan keterkaitan antardimensi pembangunan
dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga yang saling berpengaruh. Dimensi pembangunan
peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi yang dimaksud meliputi dimensi sosial, ekonomi,
ke generasi berikutnya. dan lingkungan, yang merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat terpisahkan. Adanya keterkaitan
Sebagai salah satu negara yang berkomitmen antardimensi dalam pembangunan ini dapat
dalam pencapaian pelaksanaan TPB/SDGs, menjaga keberlanjutan kehidupan ekonomi dan
pemerintah Indonesia memandang TPB/SDGs sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan
sebagai aksi konkrit untuk mencapai pembangunan hidup, serta meningkatkan pembangunan yang
berkelanjutan. Untuk itu, pemerintah melakukan inklusif dan pelaksanaan tata kelola yang mampu
penyelarasan tujuan dan target untuk pencapaian menjaga peningkatan kualitas kehidupan dari satu
pelaksanaan TPB/SDGs dengan agenda generasi ke generasi berikutnya. Hal ini merupakan
pembangunan nasional, baik dalam Rencana satu “sisi positif” TPB/SDGs, yang dapat mendobrak
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) kebekuan egosektoralisme (silos), mendorong kerja
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah sama, kesalingterkaitan (interconnectedness), dan
Nasional (RPJMN). mengunci melalui indikator yang terukur.

292 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pencapaian pelaksanaan TPB/SDGs Indonesia
dapat dilihat dari SDG Index 2018. Dalam index
tersebut Indonesia mencapai skor sebesar 62.8,
atau posisi Indonesia menduduki peringkat ke – 99
dari 156 negara, dan dapat dikategorikan sebagai
negara cukup baik dalam pencapaian TPB/SDGs.
Dari 17 tujuan, terdapat 5 (lima) tujuan yang memiliki
kinerja baik dan hanya ada satu tujuan yang
mengalami penurunan yaitu Tujuan 15: Ekosistem
Daratan. Untuk tujuan lainnya, kinerja Indonesia
relatif tidak berubah besar.

Capaian
Perkembangan pencapaian menuju pembangunan
berkelanjutan dapat dilihat dari pertumbuhan
sosial, ekonomi, lingkungan, dan juga hukum dan
tata kelola pemerintahan. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2017 berhasil tumbuh 5,07 ketenagakerjaan, perumahan, dan pengentasan
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun kemiskinan, serta memobilisasi dan mengelola
2016 yang tercatat sebesar 5,03 persen. Demikian sumber daya guna menghasilkan perbaikan yang
pula dengan indeks pembangunan manusia (IPM). berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup
Pada tahun 2017, IPM Indonesia mencapai 70,81, untuk mencapai keadilan sosial.
atau meningkat 1,91 persen dibandingkan dengan
tahun 2014. Sementara, indeks kualitas lingkungan Pembangunan Ekonomi
hidup (IKLH) cenderung stagnan. Pada tahun 2017 Keterbatasan sumber daya alam serta penurunan
nilai IKLH Indonesia mencapai 66,46 atau sedikit kualitas lingkungan hidup berpotensi menghambat
meningkat dibandingkan tahun 2016 yang sebesar pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih
65,73. Dalam hal tata kelola, indeks perilaku anti bertumpu pada sektor komoditas dan sumber
korupsi (IPAK) Indonesia pada tahun 2018 sebesar daya alam. Pembangunan ekonomi yang berbasis
3,66, lebih rendah dibandingkan capaian pada pada sumber daya alam yang tidak memperhatikan
tahun 2017 sebesar 3,71. aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya
akan berdampak pada kerusakan dan penuruan
Lingkungan dan Isu Strategis kualitas lingkungan, karena sumber daya alam dan
lingkungan memiliki kapasitas daya dukung dan
Pembangunan Sosial daya tampung yang terbatas.
Pembangunan sosial sebagai proses dinamis
terencana, dirancang untuk meningkatkan Lingkungan Hidup
kualitas dan taraf hidup masyarakat selaras Pembangunan berwawasan lingkungan hidup
dengan pelaksanaan pembangunan ekonomi dan dilakukan untuk mendukung pertumbuhan
pelestarian lingkungan hidup. Pembangunan sosial ekonomi yang berkualitas dan meningkatkan
bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat, kualitas hidup manusia. Untuk menjaga kelestarian
yang mencakup pendidikan, kesehatan, lingkungan agar kualitas lingkungan hiudp tetap

Lampiran - Pengarusutamaan 293


terjaga, pemanfaatan sumber daya alam harus Upaya menjaga keberlanjutan kehidupan sosial
dilakukan secara bijaksana, adil, efisien, dan masyarakat, dilakukan melalui: (i) meningkatkan
bertanggungjawab. ketahanan masyarakat miskin dan rentan terhadap
kejadian ekstrim terkait dengan iklim dan bencana,
Tata Kelola serta guncangan ekonomi, sosial, dan lingkungan
Tata kelola dalam konteks pembangunan lainnya; (ii) meningkatkan ketahanan pangan
berkelanjutan dilihat sebagai upaya sinergis yang termasuk stabilisasi harga pangan yang mampu
memadukan pembangunan manusia, ekonomi dan menjaga tingkat inflasi; (iii) mengembangkan usaha
lingkungan. Pembangunan tata kelola dilakukan ekonomi berkelanjutan serta akses pembiayaan
dengan mengedepankan prinsip partisipasi, dan pasar yang dapat menciptakan lapangan kerja
supremasi hukum, adil dan inklusif, efektif dan yang ramah lingkungan; (iv) meningkatkan akses
efisien, responsif, transparansi, berorientasi UKM yang menerapkan teknologi ramah lingkungan
konsensus, akuntabel, dan transparansi. dan inovasi untuk mendorong usaha produktif
masyarakat; (v) meningkatkan keterjangkauan
Sasaran layanan dan akses pendidikan, kesehatan,
perumahan, air bersih dan sanitasi masyarakat;
Sasaran pengarusutamaan pembangunan (vi) meningkatkan pemahaman dan kapasitas
berkelanjutan untuk lima tahun ke depan adalah masyarakat terhadap jenis-jenis pelanggaran hukum
menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi lingkungan; (vii) meningkatkan kapasitas aparat
masyarakat secara berkesinambungan, menjaga penegak hukum terhadap jenis-jenis pelanggaran
keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga hukum lingkungan; dan (viii) meningkatkan
kualitas lingkungan hidup, serta pembangunan kesetaraan gender untuk memperoleh kesempatan
yang inklusif dan terlaksananya tata kelola yang akses/kesempatan pendidikan, kegiatan ekonomi
mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan dan sosial.
dari satu generasi ke generasi berikutnya, yang
ditandai dengan indikator sebagaiaman ditampilkan Mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan
pada Tabel 9.2.1. yang memperhatikan kapasitas daya dukung
sumber daya alam dan daya tampung lingkungan
Arah Kebijakan dan Strategi
Tabel 9.2.1 Sasaran Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan 2020-2024
TARGET
PILAR INDIKATOR
BASELINE 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangunan
Ekonomi Target pertumbuhan PDB (%) 5,1 – 5,6* 5,3-5,5 5,4-5,7 5,4-5,9 5,5-6,2 5,5-6,5
Berkelanjutan
Pembangunan
Indeks Pembangunan Manusia 71,98* 72,51 73,26 74,01 74,77 75,54
Sosial
Pembangunan 69,25- 70,25- 71,25- 72,25 - 73,25-
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 70,25*
Lingkungan HIdup 71,25 72,25 73,25 74,25 75,25
Indeks Perilaku Anti Korupsi 4,00* 4,00 4,03 4,06 4,09 4,14
Tingkat kepatuhan pelayanan
Pembangunan publik K/L berdasarkan UU 25/2009 100* 100 100 100 100 100
Tata Kelola tentang pelayanan publik (%)
Persentase K/L dengan SKOR “B”
85* 94 96 97 100 100
atas SAKIP (%)

294 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
hidup, dilakukan melalui strategi: (i) mendorong sampah dan limbah B3 yang terintegrasi; (viii)
peningkatan tingkat pendapatan per kapita yang mendorong pola produksi dan konsumsi yang
disertai pengurangan kesenjangan pendapatan berkelanjutan masyarakat dalam kehidupan sehari-
antar kelompok; (ii) meningkatkan ketahanan hari; (ix) membangun infrastruktur sesuai dengan
masyarakat miskin dan rentan terhadap guncangan tata ruang dan mempertimbangkan daya dukung
ekonomi (iii) meningkatkan lapangan pekerjaan dan daya tampung lingkungan; (x) pemanfaatan
layak sehingga dapat menurunkan tingkat kearifan lokal untuk pengelolaan sumber daya
pengangguran; (iv) meningkatkan pemerataan alam dan lingkungan; (xi) pembentukan sistem
pembangunan dan pengurangan kesenjangan pengawasan dan pencegahan pelanggaran dan
antar wilayah; (v) mendorong pengembangan kejahatan sumber daya alam dan lingkungan hidup
infrastruktur yang berkualitas, berkelanjutan dan (SDALH) terintegrasi; (xii) meningkatkan penegakan
tangguh bencana; (vi) mendorong pengembangan hukum lingkungan dan tata ruang secara tegas; dan
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan; (vii) (xiii) mempercepat penyelesaian hukum pidana dan
menerapkan teknologi yang ramah lingkungan perdata terhadap kejahatan lingkungan hidup dan
dan rendah karbon; (viii) menerapkan prinsip 5R perusakan sumber daya alam.
(reuse, reform, recycle, refuse, reduce) dalam
proses produksi dan aktivitas ekonomi lainnya; (ix) Pembangunan yang inklusif dan terlaksananya
meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana tata kelola yang mampu menjaga peningkatan
dan prasarana dasar; (x) mobilisasi sumber daya kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi
domestik dan internasional untuk mendukung berikutnya, dilakukan melalui: (i) meningkatkan tata
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kelola pembangunan yang transparan, partisipatif,
inklusif; dan (xi) menyempurnakan perundangan dan inklusif; (ii) meningkatkan kapasitas sumber
dan kebijakan yang dapat mendorong investasi. daya manusia dalam penanganan pelanggaran
dan kejahatan SDALH; (iii) meningkatkan peran
Upaya menjaga kualitas lingkungan hidup agar serta masyarakat dalam pengelolaan SDA dan
dapat menopang pelaksanaan pembangunan, pengawasan kualitas LH; (iv) meningkatkan
dilakukan melalui: (i) meningkatkan kualitas pengelolaan pemanfaatan SDALH yang efesien dan
lingkungan hidup yang tercermin dari kualitas efektif; (v) meningkatkan implementasi instrumen
air, udara dan tutupan lahan; (ii) menerapkan penegakan hukum bagi pelanggaran dan kejahatan
kebijakan pembangunan rendah karbon sebagai SDALH; (vi) meningkatkan penanganan pelanggaran
upaya untuk menurunkan emisi GRK dan intensitas dan kejahatan SDALH; (vii) meningkatkan standar
emisi GRK; (iii) mempromosikan permukiman dan pelayanan minimum di semua bidang dan wilayah
perkotaan yang inklusif, berketahanan iklim dan untuk mendukung terlaksananya pembangunan
berkelanjutan; (iv) meningkatkan perlindungan dan berkelanjutan di berbagai bidang; (viii)
restorasi ekosistem yang terkait dengan sumber meningkatkan kapasitas sarana-prasarana dalam
daya air; (v) meningkatkan konservasi ekosistem penanganan pelanggaran dan kejahatan SDALH;
dan keanekaragaman hayati, baik di ekosistem (ix) memperkuat jejaring koordinasi antarlembaga
daratan maupun lautan di Jawa, Bali dan Nusa (pemerintah dan non-pemerintah) serta kerjasama
Tenggara; (vi) pengendalian pencemaran pesisir, dalam penanganan pelanggaran dan kejahatan
laut, pesisir, sungai, dan danau; (vii) mengurangi SDALH; dan (x) meningkatkan penegakan hukum di
timbulan sampah, limbah dan bahan berbahaya dan bidang SDALH
beracun (B3), serta mendorong upaya pengelolaan

Lampiran - Pengarusutamaan 295


Kerentanan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-

Bencana dan tanggap terhadap dampak bahaya. Kerentanan


(vulnerability) diamati berdasarkan parameter
Perubahan Iklim sosial budaya, ekonomi, fisik dan lingkungan. Dari
ketiga komponen penyusun indeks risiko bencana
(Hazard, Vulnerability, dan Capacity), komponen
Pengarusutamaan Kerentanan Bencana dan bahaya merupakan komponen yang sangat kecil
Perubahan Iklim dalam RPJMN 2020-2024 kemungkinan untuk diturunkan, maka indeks risiko
menitikberatkan pada upaya penanganan dan bencana dapat diturunkan dengan cara menurunkan
pengurangan kerentanan bencana, peningkatan tingkat kerentanan (komponen kerentanan)
ketahanan iklim serta upaya peningkatan mitigasi melalui peningkatan tingkat kapasitas (komponen
perubahan iklim melalui pelaksanaan pembangunan kapasitas). Sehingga strategi penurunan indeks
rendah karbon. risiko bencana adalah dengan peningkatan kapasitas
penanggulangan bencana di daerah (Kabupaten
Capaian dan Kota) oleh berbagai pihak, baik pemerintah
pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/
Dari sisi kebencanaan, indeks risiko bencana kota dan masyarakat serta lembaga usaha.
Indonesia (IRBI) pada tahun 2017 mencapai 143.
Kondisi ini menurun dibandingkan dengan tahun Ketahanan Perubahan Iklim
2016 sebesar 149. Dalam rangka peningkatan Ketahanan iklim merupakan upaya mengurangi
ketahanan iklim, telah dilakukan uji coba potensi dampak perubahan iklim melalui aksi
implementasi rencana adaptasi perubahan iklim adaptasi pada sektor dan wilayah yang rentan
pada 15 daerah percontohan serta didukung dan beresiko terhadap perubahan iklim. Upaya
dengan terlaksananya kaji ulang Rencana Aksi tersebut bertujuan untuk menjaga target-target
Nasional – Adaptasi Perubahan Iklim (RAN API) pembangunan dan meningkatkan ketahanan
melalui kajian bahaya perubahan iklim pada sektor- melalui strategi dan kebijakan adaptasi perubahan
sektor prioritas (kelautan dan pesisir; air; pertanian; iklim pada beberapa sektor pembangunan dan
dan kesehatan). Selanjutnya, capaian penurunan kewilayahan yang mempertimbangkan sumber
emisi GRK yang sudah berhasil dicapai sampai daya yang tersedia. Pembangunan ketahanan iklim
dengan tahun 2018 adalah 21,5 persen dari target diprioritaskan kepada sektor rentan dan berisiko
penurunan emisi sebesar 26 persen di tahun 2020. dengan tetap mengedepankan profil risiko iklim pada
setiap wilayahnya. Pembangunan ketahanan iklim
Lingkungan dan Isu Strategis diharapkan juga dapat mengurangi risiko bencana
hidrometeorologi dan dapat mendukung pencapaian
Kerentanan Bencana target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Kerentanan bencana adalah rangkaian kondisi Mitigasi Perubahan Iklim melalui


yang menentukan apakah bahaya (baik bahaya Pembangunan Rendah Karbon
alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan Upaya ketahanan Iklim juga dilakukan melalui
dapat menimbulkan bencana (disaster) atau pembangunan rendah karbon (PRK). PRK merupakan
tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa sinergitas aksi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK)
kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi dengan tetap menjaga keseimbangan pertumbuhan
kemampuan masyarakat dalam melakukan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan. Dengan

296 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Tabel 1. Sasaran Pengarusutamaan Kerentanan Bencana dan Perubahan Iklim 2020-2024

Target
Sasaran Indikator
Baseline 2020 2021 2022 2023 2024
Meningkatnya Indeks Persentase peningkatan Indeks
0,5 5% 5% 5% 5% 5%
Ketahanan Bencana Daerah Ketahanan Bencana Daerah
Menurunnya potensi Persentase penurunan potensi
kehilangan PDB pada sektor kehilangan PDB akibat dampak N/A 0,13% 0,12% 0,12% 0,11% 0,11%
terdampak perubahan iklim perubahan iklim
Persentase penurunan emisi
Menurunnya emisi GRK 23,5% 26,0% 26,3% 26,7% 27,0% 27,3%
GRK
Menurunnya Intensitas Emisi Persentase penurunan
12,6% 15,2% 18,8% 21,3% 22,8% 24,0%
GRK intensitas emisi GRK

pembangunan rendah karbon, strategi dan kebijakan berbasis energi (energi, industri, dan transportasi),
yang diambil dalam pembangunan sektoral dan bidang limbah dan bidang kelautan dan pesisir.
kewilayahan dalam rangka mitigasi perubahan iklim Indikator dan target untuk keseluruhan sasaran
dilaksanakan melalui analisis berbasis ilmiah dan tersebut ditampilkan pada Tabel 1.
bukti yang kuat agar tetap mempertimbangkan
sumber daya yang tersedia dan tetap mendukung Arah Kebijakan dan Strategi
pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Peningkatan ketahanan masyarakat dan wilayah
Mitigasi perubahan iklim melalui penerapan terhadap risiko kebencanaan, dilakukan melalui: (i)
kebijakan pembangunan rendah karbon diarahkan membangun budaya kesadaran dan kesiapsiagaan
untuk melanjutkan upaya pencapaian target menghadapi bencana; (ii) meningkatkan kapasitas
penurunan emisi GRK 26 persen pada tahun masyarakat untuk kesiapsiagaan menghadapi
2020 dan 29 persen pada tahun 2030 di bawah bencana; (iii) pemerataan pembangunan ekonomi
baseline. Pembangunan rendah karbon juga berkelanjutan dengan memperhatikan kondisi
merupakan bagian dari pencapaian target Tujuan kebencanaan; (iv) mitigasi kerugian ekonomi dan
Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable perlindungan keuangan akibat penanggulangan
Development Goals (SDGs) ke 13 dan mendukung bencana; (v) melakukan upaya preventif bencana
pencapaian goal lainnya yang terkait. dengan mempertimbangkan karakteristik
kebencanaan secara lebih luas, tidak hanya bencana
Sasaran alam konvensional, namun juga bencana non-alam
(man-made disaster) dan bencana kegagalan
Sasaran pengarusutamaan Kerentanan Bencana teknologi; (vi) kebijakan pembangunan kewilayahan
dan Perubahan Iklim untuk lima tahun ke depan yang menyesuaikan dengan karakterikstik wilayah
adalah meningkatkan ketahanan suatu daerah dan risiko bencana di masing-masing wilayah; (vii)
yang diukur untuk menghadapi kejadian bencana; pembangunan infrastruktur harus memperhatikan
menurunkan potensi dampak kerugian yang RTRW dan kerentanan wilayah terhadap bahaya
ditimbulkan oleh perubahan iklim pada sektor- bencana; (vii) pembangunan infrastruktur yang
sektor prioritas; serta menurunkan emisi GRK dan tangguh; (viii) relokasi, rehabilitasi dan rekonstruksi
intensitas emisi (tingkat emisi per satuan PDB) pada kawasan hunian di daerah rawan bencana; (ix)
bidang-bidang utama, yakni bidang berbasis lahan membangun ketahanan terhadap ancaman
(kehutanan lahan gambut dan pertanian), bidang bencana, kemandirian dalam penanganan

Lampiran - Pengarusutamaan 297


bencana; (x) memantapkan pemenuhan kebutuhan
layanan penanggulangan bencana bagi seluruh
Modal Sosial
warga negara, yang disertai dengan peningkatan Budaya
kapasitas dan kemampuan yang memadai dalam
menghadapi bencana; dan (xi) penegakan hukum
yang diikuti dengan upaya harmonisasi regulasi Modal sosial budaya merupakan seperangkat nilai,
menjadi one gate policy penanggulangan bencana. norma, institusi dan jejaring sosial, dan sumber daya
kebudayaan lainnya yang tumbuh dan berkembang
Upaya peningkatan ketahanan iklim dilakukan di tengah masyarakat. Modal sosial budaya tersebut
melalui: (i) diseminasi dan peningkatan kesadaran jika dikelola dan dikembangkan dengan baik dapat
masyarakat terkait ketahanan iklim dan potensi memperkuat kohesi sosial, kerukunan, toleransi,
bencana akibat perubahan iklim; (ii) melindungi gotong-royong, dan kerja sama antarwarga.
sektor-sektor ekonomi strategis yang rentan dan Pengarusutamaan modal sosial budaya dimaksudkan
beresiko terdampak perubahan iklim, antara lain sebagai strategi untuk meningkatkan peran nilai dan
kelautan dan pesisir, ketahanan air, pertanian, kekayaan budaya sebagai kekuatan penggerak dan
dan kesehatan; (iii) mengintegrasikan ketahanan modal dasar pembangunan. Strategi ini menempatkan
iklim melalui penguatan dan pengintegrasian kebudayaan sebagai ruh dalam pembangunan dan
strategi, program, dan kegiatan dan aksi adaptasi nafas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
perubahan iklim pada tingkat nasional dan daerah; Pengarusutamaan modal sosial budaya dilakukan
(iv) Memperkuat implementasi perangkat hukum dan dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai luhur
kebijakan terkait pada sektor dan wilayah terdampak budaya bangsa dan mendayagunakan kekayaan
perubahan iklim; dan (v) Melaksanakan upaya budaya untuk mewujudkan bangsa yang maju, mandiri,
peningkatan tingkat ketahanan melalui implementasi dan adil.
aksi adaptasi berbasis ekosistem/ bentang alam
(landscape) dan masyarakat; rekayasa teknik;
peningkatan kapasitas pelayanan pada sektor dan
wilayah terdampak; penyediaan serta penguatan
koordinasi sistem peringatan dini single dan multi-
hazard; pengembangan teknologi dan inovasi
adaptasi perubahan iklim; mekanisme transfer risiko;
dan penguatan implementasi perangkat hukum dan
kebijakan terkait pada sektor dan wilayah terdampak.

Upaya mitigasi perubahan iklim melalui pelaksanaan


pembangunan rendah karbon, dilakukan dengan:
(i) diseminasi dan peningkatan kesadaran
masyarakat terkait pengembangan pembangunan
rendah karbon; (ii) melaksanakan upaya penurunan
emisi GRK melalui kegiatan yang bersifat co-
benefit untuk peningkatan perekonomian dan
pengentasan kemiskinan; dan (iii) mengintegrasikan
upaya pembangunan rendah karbon ke dalam
perencanaan pembangunan nasional dan daerah.

298 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Lingkungan dan Isu Strategis sumber daya hayati maupun pengetahuan dan
Belum terselenggaranya pembangunan inklusif budaya lokal. Masyarakat memiliki nilai tradisi
dan berwawasan budaya. Pembangunan dan etika kolektif dalam melestarikan lingkungan.
merupakan upaya untuk mewujudkan kemajuan, Nilai tradisi dan etika kolektif tersebut merupakan
kemandirian, dan keadilan bagi seluruh anak modal sosial budaya dalam pengelolaan sumber
bangsa. Untuk itu pembangunan harus mampu daya alam agar tetap terkendali dan lestari. Namun
mewujudkan masyarakat beradab, mengakui hak nilai tradisi dan etika kolektif tersebut terancam
dasar warga negara, dan bersifat inklusif dengan punah oleh pembangunan yang bersifat eksploitatif
tetap memperhatikan nilai-nilai luhur budaya dan ekstraktif, serta cenderung hanya mengejar
bangsa. Namun dalam praktiknya, pembangunan pertumbuhan semata dengan mengambil kekayaan
yang tidak berwawasan budaya telah menyebabkan dan sumber daya alam sebanyak-banyaknya tanpa
masyarakat tercerabut dari akar kebudayaan memperhatikan aspek keberlanjutan. Hal ini dapat
dan identitas sosial, serta menggerus hak-hak terlihat dari tingginya laju deforestasi yang mencapai
kebudayaannya. Bahkan pembangunan juga rata-rata 1 juta hektar per tahun selama periode
menyebabkan sebagian warga mengalami eksklusi 1990-2017. Selain itu, pola pembangunan yang
sosial sebagaimana dialami masyarakat adat hanya fokus pada beberapa prioritas pembangunan
yang terpinggirkan oleh pengembangan usaha tertentu juga menyebabkan monokulturisme
perkebunan dan pertambangan. Masyarakat adat dalam budidaya dan pemanfaatan sumber daya
kehilangan hak penguasaan atas tanah ulayat dan alam hayati. Pembangunan yang eksploitatif
terusir dari tanah kelahirannya, seolah pembangunan dan ekstraktif ini berdampak pada pencemaran
hanya diperuntukkan bagi masyarakat kota. dan kerusakan lingkungan, meningkatnya laju
kepunahan keanekaragaman hayati, penurunan
Hilangnya nilai tradisi dan etika kolektif dalam fungsi ekosistem, dan peningkatan emisi gas rumah
pelestarian lingkungan. Kekayaan sumber daya kaca, sehingga menyebabkan semakin banyaknya
alam Indonesia melahirkan ragam keunikan baik bencana ekologis.

Belum optimalnya pengembangan dan


pemanfaatan sumber daya kebudayaan untuk
kesejahteraan rakyat. Potensi sumber daya
kebudayaan Indonesia sangat besar setidaknya
terdapat 1.519 adat istiadat dan tradisi, 2.010
kemahiran dan kerajinan tradisional, 785
pengetahuan lokal, 1.370 seni pertunjukan, 1.554
tradisi dan ekspresi lisan, dan 998 cagar budaya
(Statistik Kebudayaan, 2017). Namun kekayaan
budaya tersebut belum dikembangkan dan
dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan
rakyat. Kontribusi ekonomi budaya terhadap PDB
masih rendah yaitu sebesar 7,44 persen, dan
ekspor ekonomi budaya baru mencapai 13,77
persen terhadap total ekspor pada tahun 2016. Di
tingkat global, upaya perlindungan pengetahuan
tradisional telah dilakukan melalui mekanisme

Lampiran - Pengarusutamaan 299


WIPO dan di tingkat nasional melalui UU No. 11 dan berwawasan budaya, mencakup:
Tahun 2013 tentang Pengesahan Protokol Nagoya (a) pelaksanaan pembangunan yang
yang juga telah diadposi di dalam the Convention mengindahkan nilai budaya dan kearifan lokal;
on Biological Diversity. Sejak 2007, baru sebanyak (b) pelindungan hak kebudayaan masyarakat
59 produk kekayaan khas daerah yang telah dalam pelaksanaan pembangunan; (c)
mendapatkan sertifikasi indikasi geografis (IG) pengembangan dan penguatan budaya bahari
yang diakui secara internasional dan memberikan dan literasi bahari; dan (d) pelaksanaan jaminan
manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal melalui perlindungan hak asasi manusia dan pemenuhan
pembagian manfaat. keadilan dalam proses pembangunan.
2. Peningkatan peran modal sosial budaya dalam
Masih rendahnya partisipasi masyarakat pelestarian lingkungan hidup, mencakup:
dalam proses pengambilan kebijakan dan (a) pelaksanaan pembangunan yang
pemanfaatan sumber daya publik. Modal sosial mempertimbangkan keragaman sumber daya
budaya membawa dampak pada tingginya alam hayati, pengelolaan dan pemanfaatannya
partisipasi masyarakat dalam pengambilan melalui pengetahuan tradisional; (b) internalisasi
keputusan kebijakan dan pemanfaatan aset publik. nilai-nilai tradisi dan etika kolektif dalam upaya
Kepercayaan masyarakat yang tinggi kepada pelestarian lingkungan hidup; (c) penetapan
pemerintah, dan terbukanya saluran komunikasi dan pengakuan wilayah adat dan kantung
antara pemerintah dan masyarakat akan mendorong kebudayaan serta indikasi geografis pengetahuan
tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan. tradisional sebagai pusat pelestarian budaya
Partisipasi masyarakat ini akan mampu mendorong dan lingkungan; (d) penyelesaian konflik
akuntabilitas dan transparansi publik sehingga tenurial kawasan hutan dan peningkatan akses
memperkuat legitimasi politik pemerintah. Namun masyarakat terhadap kawasan hutan berbasis
berdasarkan data Susenas 2015, partisipasi desa; dan (e) peningkatan peran serta swasta
masyarakat dalam pengambilan keputusan masih dan masyarakat dalam pengelolaan sumber
rendah, yaitu sebesar 27,37 persen. daya alam dan lingkungan hidup.
3. Peningkatan pengembangan ekonomi
Sasaran budaya untuk kesejahteraan, mencakup: (a)
pengembangan produk dan jasa berbasis
Sasaran pengarusutamaan modal sosial budaya budaya; (b) pengembangan mentalitas maju,
yang akan dicapai selama lima tahun ke depan etos kerja, daya juang, kewirausahaan; (c)
adalah meningkatnya peran nilai budaya dan peningkatan pemasyarakatan budaya produksi
kekayaan budaya sebagai kekuatan penggerak dan dan cinta produk dalam negeri; dan (d) tata kelola
modal dasar pembangunan. sertifikasi produk budaya lokal yang menjamin
kualitas dan nilai tambah bagi masyarakat.
Arah kebijakan dan strategi 4. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan kebijakan dan pemanfaatan
Pengarusutamaan modal sosial budaya diarahkan sumber daya publik untuk pembangunan,
untuk menginternalisasikan nilai-nilai luhur budaya mencakup: (a) penyediaan ruang publik
bangsa dan mendayagunakan kekayaan budaya sebagai penyaluran aspirasi dan ekspresi
guna mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan budaya; (b) penguatan gerakan filantropi dan
adil, melalui: kesukarelawanan; dan (c) pelibatan masyarakat
1. Peningkatan pembangunan inklusif dalam proses perencanaan pembangunan.

300 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Transformasi Digital
Perkembangan Transformasi
Digital secara Global dan di
Indonesia World VS Indonesia
Untuk data global, perkembangan e-commerce 7,655 Miliar 261,9 juta
POPULATION
selama bulan Oktober 2018, tercatat dari 4,176 Pertumbuhan Pertumbuhan
(sejak 2017) (sejak 2017)
milyar jiwa pengguna internet, sebesar 83 persen
4,176 Miliar 143,26 juta
melakukan pencarian secara online, 91 persen Penetration Penetration
+7% +7,9%
melihat toko retail online, dan 74 persen melakukan 55% INTERNET USER 54,7%
(284 juta) (10,6 juta)
pembelian secara online.
3,397 Miliar 130 juta
Penetration ACTIVE SOCMED
Konsumsi data untuk online juga meningkat tajam,
Penetration
+10% 44% USER 49,6% +23%
dimana untuk tahun 2013 hanya menggunakan rata- (320 juta) (10,6 juta)
rata 2 miliar gigabyte per bulan meningkat menjadi
lebih dari 16 miliar gigabyte per bulan pada tahun +1%
5,118
Penetration
177,9 juta
+1%
Penetration
2018, yaitu pertumbuhan sebanyak 8 kali lipat (38 juta)
67% UNIQUE MOBILE
USER 67,9% (10,6 juta)
selama 5 tahun.

Security and Privacy Time has been spent for it The Speed
8h 51m
Indonesian believe Each day to access internet World Average Indonesia
that protection and
World and nations internet Download speed
79% privacy is very
important
Speedtest Global Index
December 2018 Upload speed

Internet user
who believe that 3h 23m 54,33 Mbps 15,52 Mbps
Each day in social media
49%
their data is 94th world rank
26,8 Mbps
being misused 2h 45m 9,16 Mbps
Internet user who Each day
vidio viewing 10,53 Mbps
delete cookies from 25,08 Mbps
108th world rank
57% browser to protect
their privacy 9,79 Mbps 8,14 Mbps

Data ini memperlihatkan betapa penduduk Indonesia tajam di Indonesia, waktu yang dibutuhkan akan
banyak menghabiskan waktunya dalam mengakses lebih banyak lagi untuk menikmati layanan digital.
internet yang hampir 9 jam, terbesar di antaranya
adalah bermedia sosial dan menonton video. Indonesia berada pada posisi utama tren
perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara
Walaupun kecepatan masih jauh di bawah rata-rata yang diprediksi tumbuh 3 kali lipat mencapai USD
dunia, penduduk Indonesia tetap menghabiskan 240 miliar di tahun 2025. Indonesia telah dan akan
waktunya hampir 9 jam di internet. Dengan tetap menjadi pasar ekonomi digital terbesar di Asia
perkembangan kecepatan internet yang meningkat Tenggara (40 persen transaksi) dengan potensi

Lampiran - Pengarusutamaan 301


pertumbuhan sebesar 4 kali lipat; diikuti juga menelpon dan mengirim sms, sekarang selain
dengan Vietnam yang juga tumbuh hampir 4 kali bisa berkomunikasi, kita sudah bisa bersosialisasi,
lipat sampai dengan 2025. berdagang, melakukan pembelian, melakukan
transaksi perbankan, memesan makanan, dll, itu
Perubahan atau transformasi dalam dunia digital hanya berlangsung dalam kurun waktu lebih kurang
ini tidak bisa dihindari, berlangsung cepat dan 15 tahun. Kemampuan perhitungan komputer,
naik dengan kecepatan eksponential. Penggunaan kecepatan komunikasi, kapasitas penyimpanan
telepon genggam awalnya hanya bisa untuk data tumbuh secara eksponensial.

Kemampuan Komputasi Kecepatan Internet Kapasitas Penyimpanan

1980s 1990 2003 2009 2020 Structure data Unstructure data


45.000

1G 2G 3G 4G 5G 40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
2,4 64 2 100 >1
kb/s kb/s Mb/s Mb/s Gb/s 15.000
10.000
5.000
70
74
79

83
88

97

01

06
10

15
19
92

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
19
19
19

19
19

19

20

20
20

20
20
19

Trend Transformasi Digital Masa Depan

Kehidupan yang saling terhubung satu sama lain Trend tersebut akan meningkatkan kemampuan
(connecting living), mulai dari pribadi, rumah, kognitif dan artificial intelligence alat komputasi
lingkungan, kota dan negara terhubung satu sama dalam menganalisa Big Data yang hasilnya akan
lain dengan berbagai alat atau sensor canggih yang digunakan oleh semua pemangku kepentingan.
dilengkapi dengan kemampuan untuk mengumpulkan
dan menganalisa semua informasi yang ada.

Connected Living Business


• ICT Infrastructure
• ICT Industry
• Human Capital
• R&D
Cognitive Era • Regulation
Big Data Analytics Digital
Artificial Intelegence & Collaboration
Government
(AI)

Sensory Trackings
Indonesia harus menguasai Mega tren ini Acamedics
Internet of Things untuk bisa bertahan dalam Industry 4.0
(IoT)

302 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Pentingnya Transformasi Digital
Transformasi Digital mempunyai berbagai bentuk di kita menganalisa, cara kita berpemerintahan,
berbagai belahan dunia. Di Jepang dinamai sebagai bahkan cara kita melakukan prakiraan dan cara
“Society 5.0,” di Eropa dikenal dengan “Industrial kita melakukan perencanaan akan berubah secara
Revolution 4.0,” di China disebut “Made in China fundamental. Cara berbisnis juga sudah pasti akan
2025,” di Amerika dicanangkan dengan “Industrial bertransformasi menjadi personal targets sesuai
Internet,” dan di Asia dinamai “Smart Cities.” dengan kebutuhan spesifik pelanggan dan dalam
Transformasi Digital sudah dan akan terus mengubah skala yang lebih luas tanpa adanya sekat-sekat
segala sesuatu secara mendasar. Fundamentally ruang. Dan ini akan berubah dalam 5, 10, dan sudah
change our ways of life. Cara kita berpikir, cara pasti dalam 20 tahun yang akan datang.
kita bersosialisasi, cara kita berkomunikasi, cara

The Digitalization of industrial and social infrastructures is accelerating throughout the world.
Digital transformation becomes a pillar of industrial policy

Europe
Industry 4.0 China Japan
North America Made in China 2025 Society 5.0
Industrial Internet
Asia
Smart Cities

Transformasi Digital akan berdampak pada:

• Inovasi • Inklusivitas
• Akselerasi • Kolaborasi
Transformasi digital akan memudahkan pemerintah • Efisiensi • Akuntabilitas
dan swasta dalam memenuhi kebutuhan setiap orang • Produktivitas
sejak dari lahir sampai meninggal

Transformasi Digital di semua sektor pembangunan

01 Pembangunan
Manusia 02 Pembangunan
Ekonomi

03 Pembangunan
Kewilayahan 04 Pembangunan
Infrastruktur

05 Pembangunan Politi, Hukum, pertahanan


& keamanan

Lampiran - Pengarusutamaan 303


Pengumpulan dan Pemanfaatan
Big Data.
Salah satu keberhasilan institusi baik swasta maupun Era masa depan adalah era dimana pengumpulan
pemerintah dalam melaksanakan Transformasi dan analisa Big Data akan menjadi dasar dalam
Digital adalah bagaimana kemampuan suatu institusi pengambilan keputusan baik di level pemerintah
dalam mengumpulkan Big Data dan sekaligus bisa maupun di swasta.
menganalisa dan memanfaatkannya.

Swasta - Bisnis

Big Data

Swasta atau bisnis menyediakan layanan (sebagian besar gratis) yang diperlukan
masyarakat-imbalannya adalah mereka mendapatkan Big Data. Dengan pola yang sama Pemerintah
bisa mendapatkan Big Data
Pemerintah

• Dukcapil • Perindustrian
• Kesehatan • BKPM Semua layanan
• Pendidikan • BPS masyarakat yang
• Sosial • Pertanian, dll disediakan K/L atau
• Pajak Dinas merupakan
• Perdagangan sumber Big Data

Big Data

304 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Sasaran dan Arah Kebijakan

Indonesia Digital Pemerintah Digital

• Indonesia yang maju, mandiri, adil, dan makmur • Penggunaan teknologi digital untuk
dengan bantuan teknologi digital memberikan kebijakan yang lebih
• 5 fokus pembangunan yaitu manusia, ekonomi, responsif dan layanan yang lebih baik
wilayah, infrastruktur, dan polhukhanham • Bagi masyarakat dan bisnis, ini berarti
Sasaran
• Antara lain pada layanan kesehatan dan fleksibilitas yang lebih besar (tidak
Transformasi pendidikan, layanan keuangan (fintech), kaku), cara yang lebih sederhana bila
Digital layanan pemerintah (digital government), berurusan dengan pemerintah.
layanan mobilitas, pembangunan rendah • layanan tidak hanya sekedar
karbon, infrastruktur generasi digital, kerjasama tersedia online, tetapi sesuai dengan
pemerintah dan badan usaha, smart city, smart kebutuhan masyarakat dan bisnis
agriculture (berdasarkan Big Data). Layanan lebih
• Lingkungan yang cocok untuk mengembangkan bersifat pribadi, terfokus.
bisnis dan R&D

• Meengembangkan kondisi yang mendorong pengembangan penyediaan layanan digital


seperti pengembangan kapasitas SDM, teknologi, R&D, infrastruktur dan menetapkan
peraturan dan lembaga yang mendukung.
Arah • Mengidentifikasi pemenuhan layanan digital dan mengintegrasi sistem transfomasi digital
Kebijakan secara nasional
• Mengembangkan kemampuan dalam pengelolaan Big Data
• memperkuat kerjasama antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat

Strategi

Penyiapan Layanan Digital


Pemenuhan Layanan Digital Pengelolaan Big Data
(Enabling Environment)

• Menyiapkan aturan • Menerapkan aturan • Meneliti sumber-sumber Big


perundangan tentang Sistem Pemerintahan Data baik yang disediakan
Transformasi Digital Berbasis Elektronik oleh layanan pemerintah
• Menyiapkan Lembaga yang (SPBE) maupun swasta
khusus mengkoordinasikan • Inventarisasi layanan • Membangun sumber-
Pelaksanaan Transformasi pemerintah untuk sumber Big Data
Strategi Digital yaitu Dewan pengembangan layanan • Mengembangkan
Transformasi Transformasi Digital digital kemampuan Analisa Big
• Membangun jaringan dan • Integrasi semua sistem Data
Digital infrastruktur pendukung digital yang ada di • Mengembangkan sistem
• Membangun sistem pemeerintahan ke dalam pembuatan keputusan di
pendidikan melek digital satu sistem berbagai level birokrasi
• Menigkatkan kapasitas • Melakukan kerjasama • Menjamin kemanan dan
SDM dalam keahlian digital dengan semua pihak kerahasiaan data pribadi
• Melakukan kerjasama dalam pemenuhan dan badan usaha
dengan semua pihak dalam layanan digital
penyediaan layanan digital

Lampiran - Pengarusutamaan 305


Pengarusutamaan Transformasi Digital di semua sektor pembangunan.

Pembangunan
Pembangunan Pembangunan Pembangunan Pembangunan politik, Hukum,
Manusia Ekonomi Wilayah Infrastruktur Pertahanan
dan Keamanan
• Layanan kesehatan • Penerapan • Smart Cities • Pembangunan • Keamanan
• Integrasi layanan industry 4.0 jaringan 5G siber
kesehatan dan • Fintech • Memanfaatkan • e-voting
penyimpanan pertumbuhan Big Data • Penggunaan
rekaman data e-coomerce dalam efisiensi AI
Pengarusu-
pasien dengan • Cashless transportasi
tamaan menggunakan Big payment • Memanfaatkan
Transformasi Data • Penggunaan energi baru
Digital • Telemedicine Big Data terbarukan
• Layanan Personal • Cloud dengan
• Layanan Pendidikan Computing teknologi
• e-learning • Smart digital
substansi ajar, Agriculture
seperti Virtual • Kewirausahaan
Reality berbasis
• Distant learning teknologi
• Vokasi Digital digital
• Melek digital
• Layanan Personal

Tujuan 1&2 Tujuan 3,4, & 5 Tujuan 7, 8, 9, dan 11

Tujuan 1: Tanpa Tujuan 3: Kehidupan sehat Tujuan 7: Energi Bersih dan


Kemiskinan dan sejahtera terjangkau
• Meningkatkan akses ke • Mengembangkan sistem • Mengelola pasokan dan
informasi tentang harga, peringatan dini untuk permintaan tenaga listrik
cuaca pencegahan penyakit secara berkelanjutan dengan
• Meningkatkan menular dengan membangun smart grid
Pengarusu- pembelajaran melalui menggabungkan berbagai system
tamaan e-learning jenis data pemantauan Tujuan 8: Pekerjaan layak dan
Transformasi • Meningkatkan Tujuan 4: Pendidikan pertumbuhan ekonomi
pembelajaran terhadap Berkualitas • Menerapkan kebijakan
Digital e-commerce • Menjadikan pendidikan Revolusi Industri 4.0
Berdasarkan • Meningkatkan akses ke berkualitas tinggi terjangkau Tujuan 9: Membangun
SDGs pembiayaan melalui TIK bagi semua dengan infrastruktur
Tujuan 2: Tanpa Kelaparan sistem e-learning yang • Membangun
• Meningkatkan produksi memanfaatkan teknologi infrastruktur tangguh
pangan melalui precision canggih dan mempromosikan
and smart agriculture Tujuan 5: Kesetaraan Gender industrialisasi berkelanjutan
• Meningkatkan kandungan • Memberdayakan perempuan dengan menggunakan
gizi dengan smart food dengan akses ke pendidikan i-construction
yang diproduksi oleh dan informasi melalui internet Tujuan 11: Kota dan
bioteknologi mutakhir • Memberi perempuan peluang pemukiman yang berkelanjutan
untuk memulai dengan • Membuat Smart Cities yang
memanfaatkan TIK berkelanjutan

306 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 :


Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan Berkesinambungan
Kerangka Regulasi dan Kerangka
Kelembagaan Secara kelembagaan kita belum mempunyai
Regulasi dan Lembaga yang menaungi kebijakan lembaga yang secara utuh melakukan perumusan
transformasi digital di Indonesia, belum ada. kebijakan umum dan strategi; melakukan koordinasi
Kita sudah punya regulasi mengenai Undang- secara nasional; melakukan pengkajian dan
Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi evaluasi; serta melakukan persetujuan terhadap
dan Transaksi Elektronik. Secara umum, materi pengembangan transformasi digital di Indonesia.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Untuk itu, pembentukan Dewan Transformasi
(UU ITE) dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu Digital yang menangani secara menyeluruh
pengaturan mengenai informasi dan transaksi transformasi digital di Indonesia mendesak untuk
elektronik dan pengaturan mengenai perbuatan dilakukan, mengingat pesatnya perkembangan
yang dilarang. Pengaturan mengenai informasi teknologi itu sendiri dan juga banyaknya negara
dan transaksi elektronik mengacu pada beberapa yang sudah ambil bagian dalam perubahan tsb.
instrumen internasional. Hal ini dimaksudkan
untuk mengakomodir kebutuhan para pelaku Dewan Transformasi Digital akan melakukan tugas
bisnis di internet dan masyarakat umumnya guna hal perumusan kebijakan umum dan strategi;
mendapatkan kepastian hukum dalam melakukan melakukan koordinasi secara nasional; melakukan
transaksi elektronik. pengkajian dan evaluasi; serta melakukan
persetujuan terhadap pengembangan transformasi
Kita juga sudah punya Peraturan Presiden Nomor digital di Indonesia untuk menetapkan arah
95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan kebijakan dan strategi transformasi digital dalam
Berbasis Elektronik untuk mewujudkan tata kelola dukungan layanan (enabling environment) untuk
pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan penyediaan layanan digital, permintaan layanan
akuntabel serta pelayanan publik yang berkualitas digital, pengumpulan dan analisis Big Data, dan
dan terpercaya. Perpres ini hanya mengatur tata kerjasama antar pemangku kepentingan.
kelola di lingkup lembaga pemerintah.

Yang dibutuhkan adalah aturan perundangan yang


mengatur secara menyeluruh tentang bagaimana
Indonesia siap untuk melakukan transformasi digital
seperti negara-negara lain di dunia. Aturan yang akan
mengatur transformasi digital secara menyeluruh
dalam kehidupan berbangsa. Peran semua
pemangku pembangunan harus dipertimbangkan
dalam transformasi digital bangsa ini. Strategi
penyediaan layanan digital, strategi permintaan
layanan digital, dan strategi pengelolaan Big Data,
serta bagaimana interaksi antara pemerintah,
swasta, akademisi, dan masyarakat termasuk
juga bagaimana keamanan dan kerahasiaan data
terutama data individu dilindung secara maksimal,
diatur dalam satu aturan.

Lampiran - Pengarusutamaan 307

Anda mungkin juga menyukai