Anda di halaman 1dari 47

CHRYSHNANDA DL

1
Daftar isi
1. Prolog 1
a. Konsep E Policing 1
b. Model E Policing Pada Komunitas 2
c. Model E Policing Pada Lalu Lintas 3
2. Grand design e policing 6
a. Back Office 8
b. Application 8
c. Network 8
3. Harmoni : Pemeliharaan Keamanan yang Modern dan Manusiawi 9
a. call centre 9
b. comand centre 9
c. monitoring 10
d. public service 10
e. Emergency System 10
f. Quick Response Time 11
g. indeks kamtibmas 11
4. IT for Road Safety : model E Policing pada fungsi lalu lintas 14
a. TMC 18
b. SSC 19
1) pemetaan black spot dan trouble spot 19
2) Road safety boarder 19
3) Road safety for tourism 20
4) Kajian jalan tol dan laka jol 21
5) Kajian operasi-operasi kepolisian kepolisian 21
6) Kajian antar moda transportasi angkutan umum 22
7) Kajian ASDP 23
8) ETLE 24
9) IRSMS 24
10) E sidik 25
11) TAEW 25
c. ERI 25
d. SDC 26
e. INTAN 27
f. TAR dan DMPS 28
g. Smart Management 28
h. Cyber cops 29
i. PJR polisi jalan raya 30

2
j. Program-Program pencerdasan anggota polantas dan masyarakat 31
1) Literasi Road Safety 31
2) Road safety choaching 32
k. IRSMM (Intellegence Road Safety Media Management) 33
l. Index road safety 35
5. Big Data dan One Gate Service System 36
6. Program Program Unggulan mendukung Smart City 39
7. Penutup 41

3
E POLICING :
MODEL PEMOLISIAN PASCA 2020 MENUJU INDONESIA EMAS 2045

1. Prolog

a. Konsep E Policing

E-Policing adalah pemolisian secara elektronik yang dapat diartikan sebagai


pemolisian secara online, sehingga hubungan antara polisi dengan masyarakat bisa
terjalin dalam 24 jam sehari dan 7 jam seminggu tanpa batas ruang dan waktu
untuk selalu dapat saling berbagi informasi dan melakukan komunikasi . Bisa juga
dipahami e-policing sebagai model pemolisian yang membawa community policing
pada sistem online. Dengan demikian E-Policing ini merupakan model pemolisian di
era digital yang berupaya menerobos sekat-sekat ruang dan waktu sehingga
pelayanan-pelayanan kepolisian dapat terselenggara dengan cepat, tepat, akurat,
transparan, akuntabel informatf dan mudah diakses. E-Policing bisa menjadi
strategi inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi dan creative break through.
Dikatakan sebagai inisiatif antikorupsi karena dengan sistem-sistem online dapat
meminimalisir bertemunya person to person. E-policing juga dikatakan sebagai
reformasi birokrasi, karena dapat menerobos sekat-sekat birokrasi yang rumit yang
mampu menembus ruang dan waktu misalnya tentang pelayanan informasi dan
komunikasi melalui internet. Dalam hubungan tata cara kerja dalam birokrasi dapat
diselenggarakan secara langsung dengan SMK (Standar Manajemen Kinerja) yang
dibuat melalui intranet/ internet juga sehingga menjadi less paper dan sebagainya.
E-policing dikatakan sebagai bagian creative break through, karena banyak
program dan berbagai inovasi dan kreasi dalam pemolisian yang dapat di
kembangkan melalui berbagai aplikasi baik melalui media elektronik, cetak maupun
media sosial bahkan secara langsung sekaligus.

E-Policing bukan dimaksudkan untuk menghapus cara-cara manual yang


masih efektif dan efisien dalam menjalin kedekatan dan persahabatan antara polisi
dengan masyarakat yang dilayaninya. E-Policing justru untuk menyempurnakan,

1
meningkatkan kualitas kinerja sehingga polisi benar-benar menjadi sosok yang
profesional, cerdas, bermoral dan modern sebagai penjaga kehidupan, pembangun
peradaban dan pejuang kemanusiaan sekaligus. E-Policing dapat dipahami sebagai
penyelenggaraan tugas kepolisian yang berbasis elektronik yang berarti
membangun sistem-sistem yang terpadu, terintegrasi, sistematis dan saling
mendukung, ada harmonisasi antar fungsi/ bagian dalam mewujudkan dan
memelihara keamanan dan rasa aman dalam masyarakat. Pemolisian tersebut
dapat dikatakan memenuhi standar pelayanan prima yang berarti: Cepat, Tepat,
Akurat, Transparan, Akuntabel, Informatif dan mudah diakses. Pelayanan prima
dapat diwujudkan melalui dukungan SDM yang berkarakter, pemimpin-pemimpin
yang transformatif, sistem-sistem yang berbasis IT, dan melalui program-program
yang unggul dalam memberikan pelayanan, perlindungan, pengayoman bahkan
sampai dengan penegakkan hukumnya. Pembahasan E-Policing dapat dikategorikan
dalam konteks : 1. Kepemimpinan, 2. Administrasi, 3. Operasional, 4. Capacity
Building (pembangunan kapasitas bagi institusi). E policing dapat diterapkan pada
Pola pemolisian komunitas dan lalu lintas.

b. Model E Policing pada Komunitas

Pemolisian komunitas (Community policing) adalah model pemolisian dalam


masyarakat sipil yang demokratis, yaitu pemolisian yang bersifat proaktif dan
problem solving, yang juga menekankan kemitraan dengan warga masyarakat
dalam memelihara keteraturan sosial. Masyarakat sipil adalah adanya kekuatan
non-pemerintah yang cukup kuat untuk menjadi penyeimbang atau kontrol secara
aktif terhadap pemerintah yang berkuasa dalam melaksanakan kinerjanya agar
tidak menyimpang atau sewenang-wenang.

Dalam Pemolisian komunitas, hubungan polisi dengan warga komunitas


mempunyai tiga (3) posisi yaitu: (1) posisi seimbang atau setara, yaitu polisi dengan
masyarakat menjadi mitra yang saling bekerja sama dalam rangka menyelesaikan
berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat; (2) posisi polisi yang
menganggap seolah-olah masyarakat sebagai atasan yang berbagai kebutuhan rasa
aman yang harus dipahami dan dipenuhi oleh polisi. Dalam hal ini polisi senantiasa
berupaya untuk memahami warga masyarakat yang dilayaninya. (3) Posisi polisi

2
sebagai pelindung, pengayom masyarakat yang sekaligus aparat penegak hukum
yang dapat dipercaya (Suparlan 2003, 2004).

Pola pemolisian pada komunitas di era digital dinamakan harmoni (pemeliharaan


keamanan yang modern dan manusiawi) yang mengimplementasikan pola pola
communiti policing/polmas secara virtual dengan langkah-langkah membangun
back ofice sebagai pusat data, koordinasi, kodal, komunikasi dan informasi. Dengan
dukungan sistem-sistem application untuk inputing data serta network sebagai
jejaring untuk mensinergikan atau membuat terhubung/ online satu sama lainnya.

Pengamanan pada komunitas dapat dikategorikan yang berbasis gegrafi


(geografical community berbasis sistem Pemetaan). Sedangkan yang lainya untuk
pengamanan pada komunitas yang berbasis fungsional/kepentingan (community
of interest)

Pola Pemolisian yang dapat diterapkan di dalam Komunitas pada era digital ini
dapat dinamakan sebagai Harmoni sebagai pemeliharaan keamanan yang modern
dan manusiawi. Harmoni merupakan program dengan sistem-sistem modern
sebagai implementasi e-policing (pemolisian di era digital) dalam mewujudkan dan
memelhara keteraturan sosial (kamtibmas). Spirit harmoni adalah komunikasi,
informasi, melayani, melindungi, memberi solusi kamtibmas yang humanis dan
modern. Standar pelayanan harmoni adalah Kecepatan, Kedekatan dan menjadi
ikon persahabatan.

c. Model E Policing pada Lalu Lintas

Pada era digital ini, e-policing sebagai pemikiran tentang model pemolisian sangat
penting bagi pengembangan fungsi lalu lintas dalam rangka melaksanakan
amanahkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Raya. Sesuai manat UU ini, pengembangan lalu lintas bertujuan: (1)
mewujudkan dan memelihara keamanan dan keselamatan serta ketertiban dan
kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas); (2) meningkatkan kualitas keselamatan
dan menurunkan tingkat fatalitas korban kecelakaan; (3) membangun budaya tertib
berlalu lintas; dan (4) meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat di
bidang LLAJ.

3
Kita sadari bersama, lalu lintas merupakan urat nadi kehidupan, cermin budaya
bangsa dan tingkat modernitas pada transportasi, yang menjadi satu kesatuan dari
kegiatan atau aktifitas manusia. Dengan demikian, pada bidang lalu lintas perlu
dibangun model pemolisian yang merupakan penjabaran dari e-policing sebagai
strategi pembangunan pemolisian di era digital. Implementasi e-policing pada
fungsi lalu lintas dijabarkan sebagai berikut:

1) Electronic Regident (ERI): suatu sistem pendataan regident secara elektronik


yang dikerjakan pada bagian BPKB sebagai landasan keabsahan kepemilikan
dan asal usul kendaraan bermotor. Legitimasi keabsahan asal-usul kendaraan
bermotor memang bukan hanya ditangani pihak kepolisian saja, tetapi terkait
dengan Bea Cukai, Departemen Perindustrian, Departemen Perhubungan, dan
dealer kendaraan bermotor. Sekalipun demikian, dibutuhkan catatan
kepolisian dengan verifikasi dokumen dan cek fisik kendaraan bermotor. Cek
fisik mencakup cek fisik kendaraan secara umum, transmisi, dan emisi gas
buang. Verifikasi dokumen dilakukan untuk pelayanan keamanan; dan cek fisik
untuk pelayanan keselamatan.

Kemudian dilanjutkan pada bagian STNK dan TNKB sebagai legitimasi


pengoperasionalannya. TNKB dapat dibangun melalui Automatic Number Plate
Recognation (ANPR). Database kendaraan secara elektronik ini saling berkaitan
dengan fungsi kontrol dan forensik kepolisian dalam rangka memberikan
pelayanan prima. Dari ERI dapat dikembangkan menjadi program-program
pembatasan, pengoperasionalan Electronic Road Pricing (ERP), Electronic Toll
Collect (ETC), e-parking, e-banking. Hal ini akan menerobos serta memangkas
birokrasi Samsat karena hukum diterapkan secara elektronik melalui Electronic
Law Enforcement (ELE).

2) Safety Driving Centre (SDC): suatu sistem yang dibangun untuk menangani
pengemudi atau calon pengemudi yang membutuhkan Surat Izin Mengemudi
(SIM) melalui sitem elektronik. Sistem SDC berkaitan dengan ERI (yang dapat
dikembangkan dalam Regident Centre (RIC). Sistem ini dapat digunakan
sebagai bagian dari fungsi dasar regident yakni memberi jaminan legitimasi

4
(kompetensi untuk SIM), fungsi kontrol, forensik kepolisian, dan pelayanan
prima kepolisian.

3) Safety Security Centre (SSC): suatu sistem elektronik yang mengatur pelayanan
kepolisian di bidang lalu lintas, khususnya yang berkaitan dengan keamanan
dan keselamatan. Sistem ini dijalankan oleh Subdit Penegakan Hukum
(Gakkum) dan Dikyasa dan Subdit Keamanan Keselamatan (Kamsel). Sistem
data dan jaringan informasi akan dikerjakan oleh Traffic Management Centre
(TMC).

4) Traffic Management Centre (TMC): sistem ini merupakan Pusat Komando,


Kendali, Komunikasi, dan Informasi (K3I) untuk memberikan pelayanan cepat
(quick response time) yang dapat mengedepankan Satuan PJR, Pamwal, Gatur,
dan juga para petugas Satlantas di tingkat Polres maupun Polsek.

5) INTAN sebagai Implementasi Back Office-aplikasi-network untuk Pelayanan


Prima

Dalam era digital sistem back office, aplikasi dan network merupakan model
untuk mengimplementasikan pelayanan prima (cepat, tepat, akurat,
transparan, akuntabel, informatif dan mudah diakses). Dalam back office ada :
1. sistem filling and recording (database) yang dapat dikategorikan sebagai
situpak : a. Situasi (peta/ pemetaan), b. Tugas-tugas pokok (job description dan
job analysis), c. Pelaksanaan tugas (sistem pengoperasionalan : rutin, khusus
dan kontijensi), d. Sistem administrasi (SDM, perencanaan, sarpras, anggaran),
e. Pelaporan, f. Pusat K3i (kodal, koordinasi, komunikasi dan informasi) : 1)
Kodal (komando dan pengendalian) berisi sistem aplikasi untuk : a) Mengawasi,
memantau, b) Struktur komando/perintah, c) Analisa pengoperasionalan
sehingga akan cepat dan memudahkan di dalam memberikan response. 2)
Koordinasi : berisi sistem aplikasi jejaring/ network baik dalam internal maupun
eksternal sebagai soft power, 3) Komunikasi : berisi sistem aplikasi komunikasi
secara langsung/ melalui media baik dari internal ke eksternal maupun dari
eksternal ke internal, 4) Informasi : berisi sistem aplikasi : a) filling and
recording (sistem pencatatan dan pendataan), b) searching (cari dan temu), c)
filtering (pengkategorian/pengelompokan), d) ratting (peringkat), e) timming
5
(waktu), emergency (darurat), f) early warning (peringatan dini), g) kontijensi
(faktor alam, faktor kerusakan infrastuktur dan faktor manusia yang
berdampak luas), h) rayonisasi.

2. Grand design E Policing

Pemolisian secara elektronik / e policing (Dwilaksana, 2010 : 355) “merupakan


model pemolisian pada era digital yang berusaha menembus sekat ruang dan waktu
sehingga berbagai pelayanan kepolisian dapat dilakukan dengan cepat, tepat, akurat,
transparan, akuntabel informatif dan mudah diakses”. Pemolisian secara elektronik
(Dwilaksana, 2015) bisa “sebagai program gagasan anti korupsi, sebagai reformasi
birokrasi dan menjadi bagian dari creative break through. Dengan E-Policing
menghasilkan berbagai program dan inovasi serta kreasi dalam pemolisian yang dapat
dikembangkan contohnya pada berbagai sistem pelayanan kepolisian antara lain
pelayanan administrasi, pelayanan keamanan, pelayanan keselamatan, pelayanan
hukum, pelayanan kemanusiaan, dan pelayanan informasi” yang secara keseluruhan
sesuai dengan landasan landasan sebagai pedoman.

Electronic Policing (E-policing) menunjukkan pemolisian secara online yang dapat


mendukung, membangun birokrasi yang adil dan sebagai inisiatif anti korupsi
(Haryatmoko, 2015 hal 43-49), pelayanan kepolisian yang prima yaitu: cepat, tepat,
akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah diakses (Chryshnanda, 2011 hal
118-120). Saat ini kita berada di era digital, dimana kita hidup dalam konteks budaya
digital (Komisi Kateketik KWI, 2014 hal 9). Diera kemajuan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi yang begitu cepat berdampak terjadinya globalisasi. Selain segi positif
globalisasi juga membawa dampak pada berbagai permasalahan sosial yang berkaitan
dengan pelayanan publik hingga gangguan keamanan ataupun kejahatan yang terjadi
dalam masyarakat akan semakin kompleks dan semakin canggih, karena semakin
sistematis, terorganisir secara profesional dan memanfaatkan teknologi dan peralatan-
peralatan modern yang dilakukan oleh orang-orang yang ahli/ profesional. Di samping
itu tuntutan, harapan dan tantanganyapun akan semakin tinggi dan kejahatanyapun
akan semakin sulit untuk dicegah, dilacak dan dibuktikan. Selain itu tuntutan dan
harapan masyarakat terhadap kinerja polisi dalam menyelenggarakan pemolisiannya
akan semakin meningkat yaitu adanya pelayanan prima. Pelayanan prima kepolisian

6
dapat dihasilkan dalam birokrasi yang adil, dimana birokrasi yang mampu memangkas/
memberantas korupsi yang telah mengakar dan terpola, terstruktur dan seperti mafia
yang telah mengaburkan antara yang legal dan ilegal, dimana ketidakadilan lebih
dominan daripada keadilan (Haryatmoko, 2015 hal 43).

Sejalan dengan pemikiran di atas maka Kepolisian memerlukan model birokrasi


yang adil yang dapat mendukung penyelenggaraan pemolisian yang mampu
menghasilkan produk sebagai berikut :

a. Manfaat bagi kemajuan bangsa dan negara, kesejahteraan masyarakat, kemajuan


institusi Polri.

b. Model pemolisianya baik yang berbasis : wilayah, kepentingan, maupun dampak


masalah ( ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan keselamatan).

c. Fungsi dan tugas pokok polisi baik sebagai institusi, sebagai fungsi maupun sebagai
petugas kepolisian. Arah untuk Polri di depan (setidaknya untuk 2020) Polri sebagai
institusi yang profesional (ahli), cerdas (kreatif dan inovatif), bermoral (berbasis
pada kesadaran, tanggungjawab dan disiplin)

d. Model-model pembinaan baik untuk kepemimpinan, bidang administrasi, bidang


operasional maupun capacity building.

Dalam membangun pemolisian di era digital pemikiran-pemikiran secara


konseptual dan bertindak pragmatis yang saling melengkapi dan menjadi suatu system
dalam rangka menggeser pola-pola yang manual, parsial dan temporer menjadi sistem-
sistem online yang terpadu dan berkesinambungan. Tatkala membangun sistem yang
perlu diperhatikan adalah proses-proses dan standar-standar yang mencakup: masukan
(input), proses (cara mencapainya) maupun keluaranya (output), yang memerlukan
adanya standar-standar baku sebagai pedoman operasionalnya (SOP). Membangun
sistem pemolisian merupakan upaya-upaya merubah habitus dan mind set para petugas
polisi dalam menggunakan pemolisiannya.

Di era digital mau tidak mau Polri harus melakukan perubahan mind set dan
culture set pemolisianya melalui E-Policing yang dapat dijadikan model inisiatif anti
korupsi, reformasi birokrasi Polri dan bagian dari Creative Break Through dengan
membangun Back Office, pengembangan model-model aplikasi dan networking

7
(jaringan). Dalam era digital para aparatur penyelenggara negara sudah saatnya
membangun sistem back office, aplikasi dan network untuk dapat memberikan
pelayanan prima (cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah
diakses).

a. Back office

Dalam back office ada sistem situpak (1). Situasi (peta/pemetaan), (2). Tugas pokok
(job description dan job analysis), (3). Pelaksanaan tugas (sistem
pengoperasionalan: rutin, khusus dan kontijensi), (4). Sistem administrasi (SDM,
perencanaan, sarparas, anggaran), (5). Pelaporan, (6). Komando dan pengendalian.

Model Back office adalah sebagai pusat K3i (kodal, koordinasi, komunikasi dan
informasi): Kodal (komando dan pengendalian) berisi sistem aplikasi untuk: a.
mengawasi, memantau, b. struktur komando/perintah, c. analisa
pengoperasionalan sehingga akan cepat dan memudahkan di dalam memberikan
response. Koordinasi: berisi sistem aplikasi jejaring/network baik dalam internal
maupun eksternal sebagai soft power. Komunikasi: berisi sistem aplikasi
komunikasi secara langsung/melalui media baik dari internal ke eksternal maupun
dari eksternal ke internal. Informasi: berisi sistem aplikasi a. filling dan recording
(sistem pencatatan dan pendataan), b. searching (cari dan temu), c. filtering
(pengkategorian/pengelompokan), d. rating (peringkat), e. timming (waktu),
emergency (darurat), f. early warning (peringatan dini), g. kontijensi (faktor alam,
faktor kerusakan infrastuktur dan faktor manusia yang berdampak luas), h.
rayonisasi.

b. Aplikasi

Aplikasi adalah sebagai bentuk model program-program layanan yang bisa di install
dalam berbagai model dan sistem baik untuk pendataan, pencarian, pemberian
informasi, kecepatan merespon dan sebagainya.

c. Network

Network adalah Jejaring baik secara elektronik maupun manual yang terus
dibangun sebagai fondasi dasar atas kekuatan dari sistem-sistem pelayanan
tersebut.

8
Kesemuanya itu dibangun dengan berbasis Internet of Things (IoT) dan Artificial
Intellegence (AI) agar mampu mewujudkan big data dan one gate service system
dengan standar pelayanan prima. Tatkala membangun berbagai sistem aplikasi standar
AI adalah mampu merecognize atau menginput data menganalisa sehingga mampu
menunjukkan produk kecanggihanya dalam wujud info grafis, info statistik dan info
virtual lainya yang real time dan any time bahkan on time.

3. Harmoni : Pemeliharaan Keamanan yang Modern dan Manusiawi

Pola Pemeliharaan Keamanan yang dapat diterapkan di dalam Komunitas pada


era digital ini dapat dinamakan sebagai Harmoni sebagai pemeliharaan keamanan yang
modern dan manusiawi. Harmoni merupakan program dengan sistem-sistem modern
sebagai implementasi e-policing (pemolisian di era digital) dalam mewujudkan dan
memelhara keteraturan sosial (kamtibmas). Spirit harmoni adalah komunikasi,
informasi, melayani, melindungi, memberi solusi kamtibmas yang humanis dan modern.
Standar pelayanan harmoni adalah Kecepatan, Kedekatan dan menjadi ikon
persahabatan. Kesemuanya itu perlu ada dukungan dengan back office, aplikasi dan
network yang berisi:

a. call centre

Call Centre merupakan bagian dari K3i, untuk menyampaikan maupun mencari,
laporan, perintah, informasi baik di jajaran internal kepolisian maupun dari dan
untuk masyarakat/ stake holder lainnya. Informasi ini dapat dilakukan secara
langsung melalui telepon, HT dan juga dapat melalui Fax, SMS, E-mail ataupun dari
dan kemedia elektronik (TV, Radio). Fungsi utama call centre ini adalah menerima
laporan dan pengaduan dari masyarakat dan secepat mungkin merespon serta
menindaklanjutinya. Call center ini merupakan jembatan penghubung antara
masyarakat dan polisi. dalam menjawab setiap laporan/pengaduan masyarakat
guna menciptakan keamanan. centre centre berbasis pada peta digital sehingga
semua laporan informasi terekam dalam jejak digital.

b. comand centre

Command Centre adalah Pusat Komando, Koordinasi, Komunikasi dan Informasi.


Komando merupakan perintah dan pengendalian bagi petugas-petugas yang ada di

9
lapangan / lokasi-lokasi yang rawan terjadinya masalah-masalah Kamtibmas.
Komunikasi merupakan bagian dari Command Centre untuk menyampaikan
maupun mencari, laporan, perintah, informasi baik di jajaran internal maupun dari
masyarakat / stake holder lainnya. Koordinasi merupakan tindakan yang
dijembatani Call Centre untuk melakukan kemitraan/ problem solving
(memecahkan masalah) dan stake holder lainnya. Agar diperoleh berbagai
masukan, maupun kesepakatan-kesepakatan untuk mendapatkan solusi yang
terbaik dalam mengevaluasikan berbagai masalah. Koordinasi ini bisa dilakukan
internal maupun eksternal kepolisian baik tingkat management maupun tingkat
operasional (petugas dilapangan).Informasi merupakan berita / kejadian-kejadian /
situasi / kebijakan-kebijakan / perintah-peritah / masukan / pengaduan yang
diperoleh dan dapat dijadikan acuan dalam mengambil tindakan-tindakan
kepolisian baik tingkat managerial maupun operasional. Command centre ini
berbasis pada peta digital sehingga semua laporan informasi terekam dalam jejak
digital.

c. monitoring

Monitoring merupakan sistem yang dibangun dengan elektronik maupun manual.


Secara elektronik dibangun cctv pada titik-titik tertentu yang berbasis wilayah,
potensi maupun masalah/ kepentingan-kepentingan. dan secara manual dapat di
sharingkan dengan petugas-petugas patroli polisi maupun pos-pos polisi.

d. public service

Pelayanan-Pelayanan publik /public service yang dilakukan kepolisian dalam bentuk


pelayanan keamanan, pelayanan keselamatan, pelayanan administrasi, pelayanan
informasi yang dibangun dengan memanfaatkan sistem-sistem database, jejaring,
komunikasi, informasi, monitoring dan kemitraan untuk memberikan pelayanan
prima yaitu pelayanan yang : cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif
dan mudah diakses.

e. Emergency System

Pelayanan-Pelayanan ini merupakan bagian pelayanan kepolisian dalam bentuk


pelayanan keamanan khususnya dalam keadaan darurat yang dilakukan secara

10
proaktif dan problem solving sehingga menjadi pola penanganan masalah-masalah
yang bersifat emergency yang disebabkan faktor manusia, alam, dan kerusakan
infra struktur yang dapat di prediksi yang dibuat berdasarkan kajian yang
komprehensif, holistik, dan sistemik dari berbagai pendekatan. Cara pandang Polisi
dalam melihat masalah emergency setidaknya mencakup produktifitas masyarakat,
keselamatan, keamanan, lalu lintas, kemanusiaan, dan masalah-masalah sosial
lainya. Pelayanan ini dilakukan untuk memberikan pelayanan prima yaitu
pelayanan yang : cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah
diakses.

f. Quick Response Time

Quick response time menggunakan communication command center dimana setiap


anggota kepolisian dituntut untuk bersikap reaktif dan proaktif terhadap setiap
pengaduan dan laporan dari masyarakat untuk segera datang ke tkp guna
melakukan pengamanan tkp dan olah tkp dalam rangka menjawab permasalahan
yang terjadi di masyarakat.

g. indeks kamtibmas

Keamanan merupakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan dalam proses


produktivitas agar masyarakat dapat mempertahankan hidup, tumbuh dan
berkembang. Keamanan demi manusia/ untuk mengangkat harkat dan martabat
manusia adalah keamanan mampu memberi rasa aman. Aman belum tentu merasa
aman, sebaliknya tatkala ada rasa aman maka keamanan dapat dipastikan ada.

Aman karena keterpaksaan/ dipaksa harus membayar dan memenuhi kewajiban-


kewajiban yang dipaksakan oleh kelompok-kelompok tertentu rasa aman tidak ada,
karena selalu dibayangi rasa was-was/ ketakutan/ di bawah tekanan/ ancaman.
Pengaman yang dipegang/ dikuasai oleh preman dan oknum-oknum aparat yang
berada di belakang preman sebenarnya mereka tidak mengamankan, melainkan
mereka menjadi benalu dengan alasan keamanan/ mengamankan.

Apapun alasanya tatkala aman hanya menjadi bungkus pemerasan/penyuapan ini


merupakan keamanan semu, karena akan kontra produktif, karena ujung-ujungnya
yang hjarus rela menjadi korban adalah rakyatnya. Keamanan dan rasa aman

11
semestinya menjadi satu kesatuan yang dapat dilihat, diukur, dirasakan adanya
peningkatan produktivitas warga masyarakat. Selama masih ada palak memalak,
permainan-permainan ilegal, preman dan premanisme rasa aman belum
sepenuhnya tercapai. Keamanan dan rasa aman dalam masyarakat yang modern
dan demokratis tidak boleh lagi menjadi dasar/ alasan siapapun untuk melakukan
tindakan-tindakan yang melawan hukum (memeras/ menerima suap).

Keamanan dan rasa aman dapat ditandai adanya : 1. Good governance, aparatur
yang profesional dan tidak memeras/ menerima suap; 2. Keamanan yang ditangani
secara sinergis, terpadu dan berkesinambungan; 3. Pelayan kepada publik yang
prima; 4. Tingkat keamanan dan rasa aman warga yang cukup tinggi; 5.
Penegakkan hukum yang tegas dan berwibawa (tidak KKN/ tidak tebang pilih); 6.
Ada board yang merupakan wadah para pemangku kepentingan untuk bekerja
sama mencari akar masalah dan menemukan solusi yang tepat dan dapat diterima
oleh semua pihak. Indeks Keamanan dapat dilihat dalam bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya.

Harmoni sebagai model community policing atau Polmas secara virtual

Mengimplementasikan harmoni prinsipnya adalah dengan membangun back


office, aplication dan network. Back office berfungsi sebagai operation room atau ruang
kontrol pusat k3i (komando,kendali, koordinasi dan informasi) sebagai pusat data dan
analisis. Aplication dalam konteks e-policing merupakan sistem-sistem inputing data
analisa data dalam berbagai indikator yang nantinya dapat menghasilkan sistem data
yang on time dan real time dalam bentuk info grafis dalam wujud indeks keamanan.
Adapun network di sini adalah pada model jejaring yang menghubungkan antar aplikasi
dengan back office.

Sistem operasional harmoni akan dijabarkan melalui sistem pembangunan big


data dengan berbasis geografi dalam sistem pemetaan wilayah, sistem-sistem informasi
wilayah masaalah dan berbagai kepentingan maupun dari dampak masalah. Sistem big
data merupakan pilar one gate service.

Pada semua sistem on line atau elektronik yang dibangun mampu menyajikan
informasi yang akurat dan cepat secara on time dan real time dalam wujud info grafis.

12
Hasil analisa data yang dihubung-hubungkan sesuai indikator masing-masing sub bagian
akan memghasilkan indeks keamanan dan keselamatan (road safety) yang mampu
memprediksi mengantisipasi dan memberikan solusi yang tepat dan dapat diterima
semua pihak yang diyakini sebagai upaya-upaya pencegahan langkah-langkah proaktif
dan problem solving sehingga dapat mengurangi ketakutan masyarakat akan adanya
ATHG serta dapat terwujudnya keamanan dan rasa aman yang mendukung
produktifitas masyarkat.

Pelayanan-pelayanan yang ada di dalam harmoni dikategorikan dalam bentuk


pelayanan administrasi, hukum, keamanan, keselamatan, informasi dan kemanusiaan.
Tahapan dalam membangun Harmoni pada pemolisian di era digital memerlukan back
office, application dan network. Back office sebagai pusat data, komunikasi, koordinasi,
pengendalian, pengawasan dan informasi. Aplikasi sebagai bentuk model program-
program layanan yang bisa di install dalam berbagai model dan sistem baik untuk
pendataan, pencarian, pemberian informasi, kecepatan merespon dan sebagainya,
Jejaring/ network. jejaring secara elektronik dan secara manual harus terus dibangun
sebagai fondasi dasar atas kekuatan dari sistem-sistem pelayanan tersebut. Dalam
membangun Harmoni dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu :

a. Tahap 1

1) Memetakan wilayah sampai dengan tingkat RT

2) Memetakan masalah-masalah yang dapat memicu terjadinya konflik dan


dibuat kategori-kategori aman, sedang/ waspada, bahaya/ rawan.

3) Memetakan potensi-potensi yang ada dari sumber daya alam, sumber daya
manusia, aktivitas-aktivitas, jaringan-jaringan dan sebagainya.

b. Tahap 2

Menerapkan Pelayanan kepolisian yang terdiri atas:

1) Pelayanan informasi, info apa saja yang berkaitan dengan kamtibmas

2) Pelayanan administrasi, apa saja yang bisa di onlinekan dengan sistem


pelayanan administrasi kepolisian/ pelayanan-pelayanan administrasi dan
pemangku kepentingan lainnya.

13
3) Pelayanan keamanan, pola-pola aplikasi pengamanan wilayah dari tingkat RT,
RW, Kelurahan, Kecamatan, Kota, Kabupaten, Provinsi dengan membuat sistem
pengamanan untuk pra, saat dan pasca kejadian, Membuat pola-pola
pengamanan saat terjadi situasi kontijensi, membuat pola-pola pengamanan
saat-saat khusus (kegiatan kemasyarakatan, kegiatan protokoler, kegiatan
politik) dan sebagainya.

4) Pelayanan keselamatan, dengan membuat aplikasi yang berkaitan dengan


pola-pola keselamatan dalam berlalu lintas baik keselamatan jalan,
keselamatan kendaraan bermotor, keselamatan manusia, penanganan
kecelakaan dan sebagainya.

5) Pelayanan Hukum, dengan membuat aplikasi-aplikasi informasi tentang


hukum/ peraturan-peraturan dan konsultasi hukum/ edukasi tentang hukun
dan kepatuhan hukum.

6) Pelayanan kemanusiaan, dengan menjembatani, memberi pertolongan (quick


respon time).

c. Tahap 3

Membuat sistem-sistem aplikasi yang terpadu antara pola pemolisian yang berbasis
wilayah, yang berbasis kepentingan dan berbasis dampak masalah.

d. Tahap 4

Mengimplementasikan Asta Siap dalam pola pemolisian. Asta Siap merupakan


delapan (8) kesiapan yang dapat dijadikan acuan pemolisian berbasis dampak
masalah melalui satuan-satuan tugas yang saling terpadu. Pemolisian berbasis
dampak masalah ini dapat dikategorikan sebagai pemolisian yang bersifat khusus
atau kontijensi.

4. IT for Road Safety : model E Policing pada fungsi lalu lintas

Pemolisian di era digital/ pemikiran-pemikiran tentang model pemolisian pada fungsi


lalu lintas akan sangat penting dalam kaitan mengamanahkan UU No 22 Tahun 2009
tentang LLAJ, yang bertujuan untuk : 1. Mewujudkan dan memelihara
kamseltibcarlantas, 2. Meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunkan tingkat

14
fatalitas korban kecelakaan, 3. Membangun budaya tertib berlalu lintas 4.
Meningkatkan kualtas pelayanan kepada masyarakat dibidang LLAJ. Sejalan dengan
pemikiran di atas pemolisian dibidang lalu lintas perlu membuat model pemolisian yang
merupakan penjabaran dari E-Policing dan sebagai strategi membangun pemolisian di
era digital.

Smart city bukanlah sebagai tujuan utama melainkan meningkatnya kualitas hidup
masyarakatlah tujuanya. Kota yang humanis aman nyaman asri termasuk lalu lintasnya
yang aman, selamat, tertib dan lancar. Sejalan dengan hal tersebut program IT for road
safety merupakan langkah mendasar untuk memetakan, membuat model, penanganan
secara holistik atau sistemik, pendekatan berbasis pada scientific dan teknologi,
terbangunya big data dalam back office. yang diinput melalui berbagai aplikasi dan juga
akan dikaji melalui riset secara ilmiah. Hal-hal yang dilakukan inputing data adalah
membuat kategori mengidentifikasi akar masalah penyebab dari setiap permasalahan
terkait road safety.

a. Tahapan Identifikasi akar masalah penyebab sebagai berikut :

1) Merumuskan model automatisasi system inputing data yang diperoleh dari


berbagai sumber (laka, langgar, traffic attitude record, jalan, kendaraan, alam,
lingkungan dan masalah sosial kemasyarakatan dan penyebab lain yang mungkin
menjadi menjadi penyebab). Semakin banyak sumber data masuk, semakin
akurat dalam hal hasil analysis.

2) Accident Data Analysis, Adalah proses pendalaman data data terhimpun menuju
kesimpulan terkait penyebab. Hipotesa yang dihasilkan dari Accident Data
Analysis, perlu di Uji melalui research.

3) Traffic Accident Research, Merupakan proses pengujian kebenaran dari


hypotesa yang dihasilkan dari Data Analysis. TARC Merekonstruksi hypotesa dan
TAA dalam sebuah scenario uji teknis.

4) TARC, Menghasilkan kesimpulan tentang penyebab dan membangun rumusan


strategy pemecahan dalam ruang lingkup :

(a) Edukasi / Pencerahan

15
(b) Law Enforcement

(c) Standard Procedur Penyelesaian (Preventif & post crash).

b. Implementasi strategy (Edukasi atau Law Enforcement).

Strategy yang diterapkan berdasar cakupan masalah yang dihadapi (relatif).


Landasan yang dipakai adalah hasil dari TARC. Yang juga dikaitkan pada sistem uji
SIM dan pola penindakan pelanggaran penyebab fatalitas korban laka ( helmet,
speed, drink driving, seat belt, child restrain, penggunaan HP saat berkendara,
melawan arus)

c. Kapasitas Team :

Adalah penting untuk Menguasai dan memahami kemampuan internal guna


mendapatkan informasi rasio perbandingan besaran masalah vs team yang
menangani.

Kapasitas Team ini juga termasuk dalam kemampuan terkait penggunaan alat bantu
(Information Technology). Selain dari standard kemampuan dan pengetahuan
tentang road safety dan core bussines proses. Implementasi IT dalam setiap pos
penyelesaian maslah road safety melalui smart management dengan catatan core
bussines prosesnya jelas, alurnya nyambung dan logic sebagai kontruksi dan
rekonstruksi secara konseptual maupun implementasinya sehingga dapat
ditemukan model dan pola-polanya.

d. Sistem-sistem inputing data terintegrasi dgn Satu basis data (Output dari TARC),
irsms, traffic attitude record, eri, ssc dan sdc.

Data laka menjadi fokus perhatian akan dikembangkan kajianya melalui TARC untuk
dapat mengumpulkan dari berbagai sumber yang salah satunya laka, data TAA dan
sumber external, selanjutnya melakukan proses pengkajian dan Pengujian dengan
melibatkan berbagai disiplin Pengetahuan. Sehingga hasil dari TARC tingkat
akurasinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun secara hukum dan
fungsional kepolisian.

Langkah-langkah IT for road safety adalah sebagai berikut:

16
a) Sistem data dibangun yang mencakup : a. Jalan dan sistem-sistemnya, b. Kendaraan
yang melintas sebagai alat transportasi, c. Pengguna jalan inilah pentingnya traffic
attitude record, d. Situasi alam lingkungan yang dipetakan dalam kategori black spot
dan trouble spot yang bertingkat-tingkat dengan kode-kode angka atau warna
sesuai tingkat kerawananya, e. Pemetaan maslah atau hal-hal yang menjadi
perlambatan atau konflik-konflik sosial.

b) Data-data yang ada di 5 point tersebut dibuat sistem analisa dengan analogi
beragam sebagai contoh a+b+c akan ketemu pola pergerakan dan prediksi
kepadatan arus sehingga bisa dilakukan sistem antisipasi dan solusinya. Contoh lain
a+d+e menjadi sistem peta digital yang bisa menjadi bagian untuk quick respon time
sehingga peralatan dan kompetensi petugas bisa di siapkan. Contoh lain b+c bisa
dibuat sistem pendidikan keselamatan dan sistem uji SIM serta traffic attitude
recordnya dan demerit point system. Contoh lain b+e dapat dibuat sistem-sistem
angkutan massal dan juga pembatasan atau berbagai pengaturan untuk mengatasi
masalah-masalah sosial dan sebagainya.

c) Setiap peralatan teknologi tidak akan berfungsi apabila tidak ada orang-orang yang
mengawakinya maka sistem-sistem operasional pengawasan sampai dengan
penanganan dan pelayanan prima diperlukan program-program training, master
trainer dan trainernya. Juga latihan-latihan problem solving sebagai simulasinya.

d) Sistem operasional penjagaan pengaturan pada situasi normal sampai dengan


kontijensi dilakukan secara virtual dan aktual sehingga dapat dilihat apa yang telah,
sedang dan akan terjadi dapat diprediksi dan diantisipasi serta solusi prima dari
petugas-petugas lapangan. Maka back office akan menjadi bagian penting
menggerakan aplikasi dan sistem-sistem elektronik secara online maupun atas
petugas-petugas lapangan.

Pada situasi khusus juga bisa memantau atau menjamin keamanan dan keselamatan
VVIP atau VIP dengan juga ada jaminan akan kepastian waktu untuk jarak tempuh
dan waktu tempuh. Juga jaminan kenyamanan yang dapat diberikan.

Pada situasi kontijensi ada standar-standar waktu solusi akibat bencana alam,
kerusakkan infrastruktur maupun adanya tindakan-tindakan kriminal dari yang

17
konvensional sampai dengan terorisme dapat diprediksi dan diantisipasi serta
solusinya untuk tetap terjaminya keamanan dan keselamatan pengguna lalu lintas
dan warga sekitarnya.

Sistem operasional menjadi pusat komando, pengendalian, koordinasi, komunikasi


dan informasi melalui back office melalui sistem virtual dan aktual secara prima
untuk terjaminya keamanan, keselamatan, keteraturan, kelancaran yang aman,
nyaman, selamat dan tepat waktu sampai tujuan.

e) Sistem-sistem pendukung untuk mengatasi point 1 secara sistematis dan terkoneksi


dalam one gate service. Maka big data dan sistem-sistem lainya menjadi sangat
penting dan perlunya dibuat modelnya sehingga dapat direncanakan untuk SDM-
nya, alat peralatan pendukung ( perorangan , unit atau kelompok sampai dengan
kesatuan).

f) Hal-hal yang sifatnya emergency atau terjadi kecelakaan maka sistem-sistem quick
response time menjadi andalan dan sistem pelaporan data menjadi penting. Sistem
TPTKP dan sistem-sistem identifikasi hingga scientific investigation menjadi bagian
untuk dasar bagi TAA (Traffic Accident Analysis) bekerja mendukung proses
penyidikan / untuk projustitia. Adapun untuk kepentingan yang lebih luas dalam
meningkatkan kualitas keselamatan, menurunkan tingkat fatalitas korban laka dan
membangun budaya tertib berlalu lintas agar senantiasa terwujud dan
terpeliharanya keamanan keselamatan dan ketertiban berlalu lintas di sinilah wadah
riset kecelakaan dibangun / TARC ( Traffic Accident Research Centre).

Pelayanan-pelayanan prima ini semua akan di bangun sistem-sistem yang mendasar


pada era digital adalah adanya back office, aplication dan network yang
implementasinya terwujud dalam TMC sebagai big system pendukung road safety
management yang didukung sistem-sistem :

a) TMC

Traffic Management Centre (TMC): sistem ini merupakan Pusat Komando, Kendali,
Komunikasi, dan Informasi (K3I) untuk memberikan pelayanan cepat (quick
response time) yang dapat mengedepankan Satuan PJR, Pamwal, Gatur, dan juga
para petugas Satlantas di tingkat Polres maupun Polsek.

18
b) SSC

SSC (Safety Dan Security Centre) merupakan sistem-sistem elektronik yang


mengakomodir pelayanan kepolisian di bidang lalu lintas khususnya yang berkaitan
dengan keamanan dan keselamatan, yang diselenggarakan oleh Subdit Gakkum,
Dikyasa, dan Subdit Kamsel. Dari sistem data dan sistem-sistem, jaringan informasi
yang akan dapat dikerjakan oleh TMC (Traffic Management Centre).

SSC ini mendukung safer road yang berisi sistem-sistem untuk :

1) pemetaan black spot dan trouble spot

Trouble spot dapat dikatakan sebagai area kemacetan yang dikarenakan


adanya perlambatan. yang disebabkan dari pelanggaran maupun sistem atau
secara geogrfis yang tidak tepat. Adapun black spot dapat dikategorikan
sebagai area rawan kecelakaan : 1.yang disebabkan dari situasi yang
mendorong pengemudi untk ngebut dan melanggar batas kecepatan maksimal.
2. Bisa juga karena area atau ruas jalan yang membuat pengemudi ataupun
kendaraan bermotor kehilangan kompetensi maupun fungsi yang sebagaimana
semestinya. 3. atau ruas jalan / area yang terjadi laka menonjol/ dengan
korban fatal berulang dari rentang waktu tertentu. Trouble spot dan Black spot
ini disebabkan oleh faktor manusia, faktor jalan, faktor kendaraan bermotor,
faktor alam dan faktor sosial kemasyarakatan.

2) Road safety boarder

Perbatasan merupakan daerah yang perlu mendapat perhatian khusus dari


pemerintah dan seluruh komponen bangsa. Daerah perbatasan, selain
merupakan dareah yang berbatasan dengan negara lain juga merupakan
simbol wibawa dan kedaulatan negara.

Daerah perbatasan sarat dengan potensi-potensi konflik, mulai dari konflik


personal sampai dengan konflik antar negara. perhatian khusus, dan perlakuan
khusus bagi warga negara disekitar perbatasan memang perlu dibuat model
atau dirancang dengan memahami corak msyarakat dan kebudayaan juga
memperhatikan kondisi alam, lingkungan serta infrastruktur yang ada.

19
Berbagai bentuk pengamanan, pertahanan dan pelayanan publik, serta
penanaman kecintaan kebangsaan menjadi hal utama yang semestinya
dilakukan. Daerah perbatasan yang menjadi tanggung jawab polisi adalah
daerah-daerah perbatasan yang di diami masyarakat, ada perlintasan darat
atau pelabuhan yang saling menghubungkan antar negara yang berbatasan.

sejalan dengan pemikiran tersebut, peran dan fungsi polisi dalam


menyelenggarakan road safety border adalah dengan membangun model polisi
masyarakat (polmas) atau community policing untuk menguatkan nilai-nilai
kebangsaan dari warga yang ada disekitar perbatasan dan memberikan
pelayanan prima kepolisian khsususnya di bidang road safety.

model road safety border dibuat model jejaring sosial dan elektronik, sistem
infrastruktur pelayanan keamanan, keselamatan dan administrasi kepolisian
mencerminkan pelayanan yang prima. model pemolisian dibangun berbasis
wilayah, berbasis kepentingan dan berbasis dampak masalah.

pada sistem lalu lintas batas negara, juga menjadi penting tatkala masih
ditangani secara manual dan konvensional, maka akan semakin lemah dan
sarat dengan kkn (korupsi, kolusi dan nepotisme). Oleh karenanya perlu
ditangani secara baik dengan berbasis IT dengan mengedepankan e policing.

3) Road safety for tourism

Pariwisata menunjukkan adanya sesuatu yang holistik dari ekonomi, politik,


sosial, budaya, keamanan, keselamatan, transportasi, komunikasi bahkan
hingga ideologipun akan saling terkait. Membangun pariwisata dapat berbasis
wilayah, maupun secara ketegorial/ kepentingan/ fungsional. Kajian
Kamseltibcar Lantas mendukung Road Safety Tourism secara politik tentu
kebijakan-kebijaka akan mendukung hidup dan tumbuhnya suatu daerah
wisata, baik dari transportasi, komunikasi, berbagai pelayanan publik (dari yang
primer, sekunder dan seterusnya), Keamanan dan rasa aman diwilayahnya baik
dari aktifitas sampai barang milik warga masyarakat maupun para
wisatawanya, Keselamatan yang akan terus diupayakan, Modernisasi sistem
pelayanan publik yang cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif

20
dan mudah diakses. Dari sisi ekonomi akan memberikan devisa dan menarik
investor mengembangkan investasinya. Peningkatan kualitas hidup warga pun
akan meningkat.

4) Kajian jalan tol dan laka jol

Jalan tol merupakan jalan berbayar menjadi harapan untuk kamseltibcarlantas,


dengan berbagai fasilitas untuk kecepatan, keamanan, keselamatan,
kelancaran hingga kondisi-kondisi darurat. Standar-standar yang dibangun di
jalan tol untuk: 1.Mewujudkan dan memelihara kamseltibcarlantas,
2.Meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunkan tingkat fatalitas
kecelakaan, 3.Membangun budaya tertib berlalulintas, 4.Meningkatkan
kualitas pelayanan kepada publik. Terkait dengan keselamatan jalan tol, maka
kegiatan yang dilakukan pengkajian keselamatan di jalan tol dalam
mewujudkan dan memelihara keselamatan.

Kajian kecelakaan menonjol di dilakukan pada ruas jalan atau area yang terjadi
kecelakaan menonjol atau dengan korban fatal berulang dari rentang waktu
tertentu. Pengkajian Lakajol tersebut memanfaatkan Traffic Accident Analysis
(TAA) yang merupakan wadah para pakar atau ahli di bidang yang berkaitan
dengan faktor-faktor penyebab laka. TAA bukan alat walaupun para pakar
memerlukan alat. Standar alat pendukung TAA bisa berupa camera pendukung
e-sidik. Jangan sampai kita tidak memahami masalah analisis laka. Kedepannya
TAA dapat mendukung terbentuknya TARC ( Traffic Accidemt Research Centre)
serta Road Safety Centre.

Kegiatan pengkajian diatas dengan membentuk tim transformasi sebagai tim


kendali mutu & supporting/ back up system, auditing berkala tri wulan dan
semester, menganalisa hasil audit dan membuat produk-produk penilaian,
melakukan supporting/ back up secara konseptual dan system dan membuat
produk-produk untuk pencegahan, perbaikan, peningkatan dan pembangunan.

5) kajian operasi-operasi kepolisian kepolisian

Operasi kepolisian tersebut merupakan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan


kepolisian yang ditujukan untuk mewujudkan dan memelihara kamtibmas.

21
Kegiatan ini bisa dimaknai bahwa polisi sebagai penjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya sekaligus membangun
budaya taat hukum atau peraturan. Polisi juga dapat dimaknai sebagai
pembangun peradaban karena hukum merupakan simbol dari peradaban,
melindungi jiwa, harta benda, dan segala aktifitas masyarakat dari berbagai
ancaman, gangguan atau hambatan yang dapat merusak atau menghambat
bahkan mematikan produktifitas tersebut. Selain itu, polisi juga dapat dimaknai
sebagai pejuang kemanusiaan karena segala aktivitasnya untuk melindungi
dan mengangkat harkat dan martabat manusia.

Operasi kepolisian selain untuk mewujudkan dan memelihara kamtibmas dan


membangun budaya taat hukum juga untuk pencegahan, problem solving,
kemitraaan, dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik. Yangt
dilakukan tentu tidak lagi dengan cara-cara konvensional tetapi juga dengan
cara-cara proaktif. Dalam konteks ini, yang dikedepankan adalah pencegahan
dan pemberdayaan potensi-potensi yang ada. Selain itu, untuk membangun
citra dan kepercayaan masyarakat, tindakan yang dilakukan tidak boleh hanya
sebatas seremonial atau superfisial tetapi harus bertahap, terpadu, dan
berkesinambungan. Pengkajian terhadap operasi kepolisian dilakukan untuk
membuat produk-produk sebagai acuan untuk pencegahan, perbaikan,
peningkatan dan pembangunan sehingga operasi kepolisian ini dapat
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

6) kajian antar moda transportasi angkutan umum

Moda transportasi angkutan umum merupakan cermin dari keseriusan para


pemangku kepentingan dalam memberikan pelayanan kepada publik dan
sebagai upaya mewujudkan dan memelihara keamanan, keselamatan dan
kelancaran lalu lintas. angkutan umum akan menjadi kebanggaan dan
unggulan, tatkala dikelola secara profesional dan menjadi bagian penting bagi
kehidupan masyarakat karena dibutuhkan untuk : 1. mampu melayani
pergerakan masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari; 2.
memberikan pilihan transportasi dan membatasi penggunaan kendaraan
pribadi, yaitu masyarakat dapat memilih menggunakan moda angkutan umum

22
karena aman, nyaman, selamat dan tepat waktu; 3. ekonomis , biaya murah,
dan mudah dijangkau; 4. Menjadi penghubung antar daerah dengan daerah
lain; 5.Menjadi ikon/ simbol kota, simbol kemajuan/ simbol pariwisata dan
menjadi pilihan utama masyarakat; 6. Aman, nyaman, tepat waktu dan 7.
Mendukung tingkat produktivitas masyarakat.

7 hal tersebut sudah saatnya menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama
untuk mewujudkannya dalam pola penataan angkutan umum yang mampu
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan diharapkan masyarakat
tidak mencari alternatif pilihan lain. bagi masyarakat yang merasakan moda
angkutan umum yang berkeselamatan dengan pelayanan-pelayanan prima,
maka angkutan umum akan menjadi pilihannya.

7) kajian ASDP

ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan) adalah bagian dari sistem
transportasi yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lain. Sungai,
danau, dan penyeberangan merupakan bagian dari lalu lintas yang merupakan
urat nadi kehidupan warga masyarakat. Penanganan ASDP seolah masih parsial
dan tidak terkait dengan moda transportasi lainnya. Saat terjadi masalah,
seperti kemacetan (antrean panjang di penyeberangan Merak, kecelakaan
kapal-kapal fery yang melebihi muatan, kecelakaan perahu di sungai dan
danau) penangananya terkesan reaktif, bahkan hal-hal yang berguna untuk
peningkatan kualitas pelayanan kepada publik hampir-hampir tidak tersentuh.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki jalur-jalur penyeberangan


dan angkutan sungai dan danau. Namun dalam berbagai konteks yang
berkaitan dengan lalu lintas hampir-hampir tidak tersentuh oleh polisi.
Masalah-masalah yang terjadi jelas menghambat produktifitas masyarakat.
Tatkala penyeberangan ASDP macet puluhan kilo akibat ketidakmampuan
penanganan penyeberangan, apakah tidak menimbulkan masalah lalu lintas?
Tentu saja ya. Sejalan dengan pemikiran bahwa lalu lintas adalah urat nadi
kehidupan masyarakat, sudah saatnya polisi berupaya mendukung terwujud
dan terpeliharanya kamseltibcarlantas sebagai wujud tanggung jawabnya

23
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan cara meningkatkan
keselamatan dan menurunkan tingkat fatalitas korban kecelakaan.

Penanganan ASDP sebagai jalur penghubung merupakan bagian dari sistem


lalu lintas. Artinya, ini menjadi kewajiban Polantas dalam menangani sistem
transportasi yang aman, nyaman, selamat, lancar, dan tertib. Yang harus
dilakukan oleh polisi antara lain : 1. Memberikan dukungan dalam bentuk
political will, 2. Membuat pemetaan, 3. Membangun infrastruktur dan sistem
pendukung, 4. Membangun kompetensi SDM yang akan mengawaki, 5.
Membuat program yang mencakup preemtif, preventif, represif, bahkan
rehabilitasi, 6. Mensosialisaikan berbagai program, 7. Membuat pilot project
dan 8. Membuat sistem kontrol dan anev.

Banyak hal yang perlu dibangun dan dipikirkan bagi Polantas untuk dapat
mengikuti perkembangan dinamika masyarakat yang begitu cepat agar mampu
bersaing atau menunjukan keunggulan dan profesionalismenya. Polisi harus
mampu menyiapkan landasan yang kokoh dalam masalah ini agar generasi
mendatang hidup lebih baik dan lebih sejahtera.

8) ETLE

ETLE merupakan penindakan terhadap pelanggaran-pelanggaran lalu lintas


secara elektronik baik pelanggaran yang berdampak pada kemacetan dan
kecelakaan maupun masalah-masalah lalu lintas lainnya. Basic dari ETLE adalah
ERI. Dari ERI akan dikaitklan dengan adanya Obu pada kendaraan bermotor
dan sistem ANPR yang dikaitkan dengan sistem- sistem pemantauan dan
pengawasan dengan gantry/ gate / cctv dan secara mobile, untuk dapat
memotret/ memvideokan pelanggaraan- pelanggaran tersebut dan dijadikan
sebagai bukti pelanggaran yang dilakukan pada saat berlalu lintas.

9) IRSMS

Merupakan sistem filling and recording data laka lantas yang berguna untuk
sistem analisa dan sistem-sistem lainnya sebagai dasar dan pendukung
pengembanagn program-program keselamatan berlalu lintas. Dalam IRSMS

24
terdapat: 1. Back Office, 2. Aplikasi, 3. Network, 4. Sistem Input Data, 5. Sistem
Analisa dan 6. Sistem produk

Sistem produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk program TAEW,


kemitraan, analisa dan riset juga untuk pencegahan, perbaikan, peningkatan
dan pembangunan.

10) E sidik

Kemampuan melakukan TPTKP untuk kecepatan menolong korban dan


memberdayakan program PSC berbasis IT dan didukung sistem-sistem
pendukung, back office, aplikasi, network, berbagai infrastruktur dan
kendaraan emergency and rescue.

11) TAEW

Traffic Accident Early Warning adalah sistem peringatan dini terhadap potensi-
potensi terjadinya laka lantas secara online. TAEW adalah sajian informasi
perkembangan kondisi keselamatan lalu lintas dalam bentuk infograpic yang
mengedepankan nilai nilai kreativitas, efektifitas, mudah dipahami, uptodate,
lebih menarik dan tidak menakut nakuti.

c) ERI

Electronic Regident (ERI): suatu sistem pendataan regident secara elektronik yang
dikerjakan pada bagian BPKB sebagai landasan keabsahan kepemilikan dan asal usul
kendaraan bermotor. Legitimasi keabsahan asal-usul kendaraan bermotor memang
bukan hanya ditangani pihak kepolisian saja, tetapi terkait dengan Bea Cukai,
Departemen Perindustrian, Departemen Perhubungan, dan dealer kendaraan
bermotor. Sekalipun demikian, dibutuhkan catatan kepolisian dengan verifikasi
dokumen dan cek fisik kendaraan bermotor. Cek fisik mencakup cek fisik kendaraan
secara umum, transmisi, dan emisi gas buang. Verifikasi dokumen dilakukan untuk
pelayanan keamanan; dan cek fisik untuk pelayanan keselamatan.

Kemudian dilanjutkan pada bagian STNK dan TNKB sebagai legitimasi


pengoperasionalannya. TNKB dapat dibangun melalui Automatic Number Plate
Recognation (ANPR). Automatic Number Plate Recognition atau yang disingkat

25
dengan ANPR adalah metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang
menggunakan pengenalan karakter optik pada gambar, metode ini bekerja dengan
membaca plat nomor kendaraan. pada pengenalan plat nomor ini dapat
menggunakan kamera (cctv) yang berada diarea parkir kendaraan, maupun di
daerah lalu lintas atau daerah khusus yang dirancang untuk tugas tertentu. ERI
dapat juga dikembangkan menjadi E-Samsat. E-Samsat merupakan pengembangan
dari sistem Samsat yang telah ada. Dimana data kendaraan yang sebelumnya hanya
bisa diakses di kantor Samsat setempat, dengan Samsat Online data kendaraan di
seluruh kabupaten akan di simpan di database pusat (Dipenda Provinsi). Dengan
data terpusat, data kendaraan kabupaten A bisa diakses dari kabupaten B atau C,
juga sebaliknya. Manfaat Samsat Online memudahkan wajib pajak untuk membayar
pajak kendaraan bermotor, karena bisa membayar pajak kendaraan di kantor
bersama Samsat manapun (selama masih satu Provinsi). E-Samsat bertujuan untuk
meningkatkan pengguna teknologi informasi dalam pemberian pelayanan publik,
tercapainya transparansi dalam proses pelayanan publik, mengurangi antrian pada
Samsat karena wajib pajak datang ke Samsat hanya untuk proses pengesahan dan
pengambilan nota pembayaran, peningkatan kinerja keamanan, mempercepat
proses pengecekan data dan meminimalisir terjadinya pungli.

Database kendaraan secara elektronik ini saling berkaitan dengan fungsi kontrol dan
forensik kepolisian dalam rangka memberikan pelayanan prima. Dari ERI dapat
dikembangkan menjadi program-program pembatasan, pengoperasionalan
Electronic Road Pricing (ERP), Electronic Toll Collect (ETC), e-parking, e-banking. Hal
ini akan menerobos serta memangkas birokrasi Samsat karena hukum diterapkan
secara elektronik melalui Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE).

d) SDC

Safety Driving Centre (SDC): suatu sistem yang dibangun untuk menangani
pengemudi atau calon pengemudi yang membutuhkan Surat Izin Mengemudi (SIM)
melalui sitem elektronik. Sistem SDC berkaitan dengan ERI (yang dapat
dikembangkan dalam Regident Centre (RIC). Sistem ini dapat digunakan sebagai
bagian dari fungsi dasar regident yakni memberi jaminan legitimasi (kompetensi
untuk SIM), fungsi kontrol, forensik kepolisian, dan pelayanan prima kepolisian.

26
Safety Driving Centre (SDC) merupakan sistem untuk mendukung saver people
melalui :

1) sistem pendidikan keselamatan : Melalui belajar dan berlatih, pengujian tentang


keselamatan berkendara (safety driving/ riding) yang mencakup aspek manusia,
kendaraan dan lingkungan.

2) Wujud dari kepekaan dan kepedulian para pemangku kepentingan dalam


mewujudkan dan memelihara kamseltibcar lantas.

3) SDC memiliki strategi untuk membantu pemerintah dalam menurunkan tingkat


fatalitas korban kecelakaan dan meningkatkan kualitas keselamatan juga sebagai
upaya menyiapkan dan meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan
para pengendara kendaraan bermotor di jalan raya (dalam berlalu lintas).

4) SDC merupakan upaya membangun budaya tertib lalu lintas melalui


pembentukan karakter para pengendara dalam berlalu lintas

5) SDC sebagai pusat studi/ kajian tentang keselamatan berkendara (safety driving/
riding)

6) SDC sebagai bagian dari sistem uji SIM yang terdiri dari uji administrasi, program
penyadaran, uji teori, uji simulator dan uji praktek

7) SDC sebagai bagian dari sistem penerbitan SIM, sistem perpanjangan SIM yang
dikaitkan dengan demerit point system

e) INTAN

Intan ( intellegence traffic analysis) untuk mendukung post crah care sebagai model
pemolisian pada sistem penanganan lalu lintas. Dalam era digital sistem back office,
aplikasi dan network merupakan model untuk mengimplementasikan pelayanan
prima (cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah diakses).

Intan (intelligent traffic analysis) adalah program informasi, komunikasi dan solusi
kamseltibcar lantas sebagai ikon kecepatan, kedekatan dan persahabatan. salah
satu tujuan jangka panjang pintas adalah membangun bigdata lalu-lintas indonesia.
Bigdata tersebut digunakan untuk menganalisis tren lalu lintas sehingga diharapkan
dapat menghasilkan rekayasa lalu lintas yang lebih baik.

27
program yang ada di dalam intan antara lain sistem informasi yang berisi informasi
kepadatan arus, jalan alternatif, situasi dan kondisi jalan, kepentingan-kepentingan
umum, waktu temuh, solusi dan emergency. Selain itu ada sistem komunikasi yang
berisi pola-pola penempatan petugas dan stakeholder antara back office dengan
warga, pengguna jalan, petugas, dan siap saja yg ada di lapangan. Disamping itu ada
sistem kodal yaitu quick respon time (QRT) dan sistem ring serta adanya sistem
koordinasi, dimana ini merupakan pelayanan terpadu lintas wilayah, fungsi dan
stakeholder.

f) TAR dan DMPS

Traffic Attitude Record (TAR) merupakan data atas pelanggaran lalu lintas yang
dilakukan atau keterlibatannya pada suatu kecelakaan lalu lintas. Dengan sistem
TAR merupakan bagian membangun budaya tertib berlalu lintas, sistem analisa data
dan dasar atas sistem uji SIM (khususnya untuk perpanjangan SIM). TAR tatkala
dikaitkan dengan sistem E-tilang (electronic law enforcement) akan semakin akurat
sistem-sistem pencatatanya yang di record pada SIM, maupun pada STNK. Demeryt
Point System (DPS) adalah bagian dari sistem tilang dan perpanjangan SIM. Dengan
memberikan point kepada para pelanggar lalu lintas : Pelanggaran administrasi
dikenakan point 1, Pelanggaran yang berdampak pada kemacetan dikenakan point 3
dan Pelanggaran yang berdampak kecelakaan dikenakan point 5. Point ini dikaitan
dengan sistem perpanjangan SIM, bagi pelanggar yang pointnya lebih dari 12 di
kenakan uji ulang.

g) Smart Management

Sistem manajemen yang cerdas merupakan suatu tuntutan dan kebutuhan bagi
implementasi e policing. Smart managemet dimulai dari :

1) Sistem monitoring pemetaan dan berbagai bentuk pengawasan dengan cctv


camera pada drone dan sebagainya yang termonitor pada back office sebagai
operation room. Dalam sistem monitoring ini akan dapat dilihat secara real
time. Dari sistem minitoring data ini bisa diambil sebagai bagian inputing data
yang dapat digunakan untuk menganalisa wilayah sesuai dengan
pengkategorianya : Aman, rawan 1 , rawan 2 dan seterusnya.

28
2) Sistem informasi komunikasi dan laporan atau pengaduan dari masyarakat
yang bersifat aduan atas gangguan pelanggaran kejahatan sampai dengan hal-
hal kontijensi. Sistem komunikasi ini bisa dibangun melalui berbagai media
sebagai penghubungnya agar mudah diakses dan digunakan sesuai dengan
kebutuhan. Dan tatkala yang berkaitan dengan stake holder lain polisi siber
bisa menjembatani. Untuk hal-hal emergency dan kontijensi polisi-polisi siber
bisa memberi solusi cepat.

3) Sistem reaksi cepat yang terintegrasi antara kepolisian, rumah sakit,


ambulance, pemadam kebakaran, dan PLN merupakan bagian untuk bisa
bergerak secara terintegrasi dengan skala prioritas.

4) Patroli virtual dan aktual untuk memberikan keamanan dan rasa aman bagi
warga masyarakat dengan berbagai informasi dan solusi-solusinya.

5) Pelayanan-pelayanan publik dikerjakana secara online dan aktual untuk


keamanan, keselamatan, hukum, informasi, administrasi maupun untuk
kemanusiaan.

6) Pengimplementasian program-program kepolisian pada birokrasi maupun pada


masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini akan tertata dan terkoneksi serta terkontrol
dalam sistem-sistem online.

Smart managenent bagi kepolisian menjadi keunggulan atas pemberdayaan IT,


sistem one gate service dan berbagai quick response timenya. Smart management
ini akan mampu memprediksi, mengantisipasi dan memberi solusi secara prima.

h) Cyber cops

Cyber cops adalah sebuah media dan tim yang digunakan untuk mempermudah
Polri dalam memanfaatkan internet sebagai media komunikasi dan informasi.
Dengan pembentukan Cyber Cops diharapkan dapat juga mendukung pencapaian
visi menjadi Polisi yang profesional, modern, dan terpercaya. Tujuan dari kegiatan
ini antara lain: 1. Memantau dan mengumpukan informasi dari masyarakat yang
terkait dengan lalu-lintas, 2. Memberikan respon cepat dan tepat terhadap
informasi tersebut di atas, 3. Membangun basis data pendukung dari informasi di

29
internet yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan 4. Memperkuat
citra Polri sebagai Polisi yang promoter.

i) PJR polisi jalan raya

Dalam kaitan mewujudkan dan memelihara kamseltibcar lantas, PJR memiliki fungsi
untuk memonitor, menjaga, mengatur, mengawal, patroli, TPTKP, backup system/
linking pin dan mendukung K3i. Sistem Monitoring PJR berbasis pada IT. Secara
virtual induk-induk PJR merupakan kepanjangan TMC dengan menerapkan intan
untuk memonitor tingkat kepadatan arus yang menjadi potensi trouble spot dan
black spot. Kegiatan monitoring sebagai inputing data, membuat analisa dan produk
sebagai langkah-langkah prediksi, antisipasi dan memberi solusi.

Pengaturan secara aktual dengan penempatan kendaraan bermotor PJR pada ruas-
ruas tertentu yang rawan trouble spot dan black spot serta tindakan mengatur
secara virtual untuk memberi prioritas, mengendalikan kepadatan arus lalu lintas,
menjaga keseimbangan / keteraturan tatkala ada kegiatan-kegiatan protokoler dan
VVIP maupun emergency, dengan sistem pendukung pada back office, sistem-
sistem aplikasi sebagai kecepatan merespon.

Konteks PJR melakukan penjagaan selain untuk kesiap siagaan terhadap hal-hal
emergency juga untuk hal-hal yang berkaitan dengan tindak kriminal di jalan raya.
Sistem pemantauannya melalui back office, aplikasi-aplikasi, reciever, ht dan
sebagainya. Tindakan Petugas PJR dalam melakukan Pengawalan untuk kegiatan
VVIP/ Protokoler, Kegiatan Politik, Kegiatan Kemasyarakatan , hal-hal yang bersifat
emergency dan yang berkaitan dengan angkutan barang dan berbahaya di dukung
dengan sistem-sistem pendukung yaitu back office, aplikasi dan network dan
sebagainya. Dalam melakukan Patroli, Anggota patroli PJR selain untuk monitoring,
inputing data situasi, juga untuk hal emergency dan untuk menarik, mendorong
dengan memberi stimulasi saat terjadi perlambatan dan untuk kecepatan pelayanan
publik dengan dukungan back office, aplikasi dan berbagai sarana lainnya.

Selain itu PJR perlu didukung dengan kendaraan emergency dan rescue yang
dinamis yang mampu bergerak cepat dan lincah di segala medan dengan
perlengkapan-perlengkapan seperti Camera, Alkom, Perlengkapan TAA, Chain saw,

30
Peralatan P3k, Sistem k3i, Tim terpadu dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mendukung TPTKP. Kemampuan PJR melakukan TPTKP untuk kecepatan menolong
korban dan memberdayakan program PSC dan juga untuk mendukung e-lidik laka.

Selain itu Petugas PJR dapat menjadi Backup System/ Linking Pin pada jalur-jalur
jalan tol, jalur-jalur luar kota yang tidak terjangkau oleh polres, polsek, lokasi-lokasi
wisata, lokasi-lokasi perbatasan yang dilakukan dengan penerapan sistem-sistem
jejaring lainnya sehingga bisa menjadi backup dan linking pin.

j) Program-Program pencerdasan anggota polantas dan masyarakat

Program-program yang dibangun dan dikembangkan yaitu Literasi Road safety dan
Road Safety choaching.

1) Literasi Road Safety


Literasi Road Safety merupakan kemampuan memahami hal dan kewajiban
mewujudkan dan memelihara lalu lintas yang aman, selamat, tertib dan lancar guna
meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunkan tingkat fatalitas korban
laka serta membangun budaya tertib berlalu lintas. Literasi Road Safety
merupakan kemampuan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara
terhadap road safety.
Literasi Road Safety menjadi pusat informasi, edukasi yang juga
mengoordinasikan semua aktivitas luas anggota Polri, mengembangkan
program keselamatan berlalu lintas, dan terus-menerus berkesinambungan
sesuai dengan perkembangan zaman, tantangan baru dan temuan penelitian
baru. Salah satu tugas penting Literasi Road Safety adalah menggabungkan
upaya semua pihak yang terlibat dalam keselamatan jalan untuk mencapai
tindakan bersama dan efisien (fungsi koordinasi). Literasi Road Safety
mendukung program dan kebijakan yang bertujuan untuk menyelamatkan jiwa
dan menghindari fatalitas kecelakaan lalu lintas serta memberikan informasi
kepada sektor sosial, media, serta instansi terkait lalu lintas, dan masyarakat
umum.
Literasi Road Safety, sebagai sarana informasi dan edukasi Road Safety yang
dapat diakses dan digunakan sebagai bahan acuan bagi seluruh masyarakat,
maupun para Stakeholder Road Safety. Berbagai materi terkait lalu lintas dan
31
angkutan jalan tertuang dalam Literasi Road Safety yang dikemas sedemikian
rupa agar mudah di pahami. Literasi Road Safety diakses melalui on line, dan
ditampilkan dalam berbagai format : Teks, Video, Foto, Meme. Materi
informasi yang disampaikan adalah hasil kajian dan juga evaluasi yang didasari
oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, juga Peraturan Pemerintah yang berkaitan.
Tujuan Literasi Road Safety untuk : 1) Memberikan pemahaman tentang Road
Safety; 2) Mengingatkan untuk peduli dalam meningkatkan kualitas
keselamatan; 3) Menurunkan tingkat fatalitas korban laka; 4) Membangun
budaya tertib berlalu lintas; dan 5) Membangkitkan kesadaran pengguna jalan
untuk selalu tertib peraturan menghindari terjadi kecelakaan lalu lintas.
Literasi Road Safety memberikan data dan informasi terkait lalu lintas dari
sumber terpercaya dan mudah diakses kepada seluruh pihak. Agar seluruh
pihak memahami segala sesuatu tentang lalu lintas, dan menumbuhkan
kesadaran untuk bersama-sama mewujudkan keamanan, keselamatan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
2) Road safety choaching
Coaching adalah proses ketika Anda dibantu oleh seorang coach untuk
mencapai sebuah tujuan / goal yang Anda tentukan. Di sini kata kuncinya
adalah mencapai goal. Seorang coach juga akan berfungsi sebagai partner
akuntabilitas untuk memastikan Anda menjalankan hal – hal yang akan Anda
lakukan. Edukasi adalah proses kegiatan belajar setiap individu atau kelompok
yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dari pola pikir, pengetahuan serta
mengembangkan potensi dari masing-masing individu. Edukasi merupakan
proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu. Edukasi tidak hanya bertujuan
mengembangkan ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu yang paling
penting adalah edukasi masalah moral atau adab manusia. Karena seberapun
pintar seseorang, jika tidak punya adab atau berperilaku buruk maka tidak akan
berguna bagi kehidupan orang banyak. Training adalah proses transfer skill /
kemampuan kepada para peserta training. Di sini kata kuncinya adalah proses
penguasaan skill / kemampuan. Fokus dalam sebuah training (sering juga
disebut workshop) adalah peserta melakukan praktek. Sebuah skill baru bisa

32
dikusai jika dipraktekkan dan diulang – ulang untuk semakin mengasah
kemampuan peserta.
Road safety coaching memberikan edukasi akan keselamatan berlalu lintas. Program
ini memberi kesadaran akan pentingnya keselamatan lalu lintas sehingga mampu
meningkatkan kualitas keselamatan, menurunkan tingkat fatalitas korban laka serta
membangun budaya tertib berlalu lintas. Selain itu memberikan training tentang road
safety.

k) IRSMM (Intellegence Road Safety Media Management)

Intelligence Road Safety Media Management, adalah tim kerja yang dibentuk untuk
merencanakan, mengawasi, memproduksi, mendistribusikan atau memanage
berbagai kegiatan, membangun opini masyarakat tentang lalu lintas dalam hidup
dan berkehidupan. Pada pelaksanaannya, IRSMM bergerak secara intelijen dibidang
media.
Intelligence Road Safety Media Management juga sebagai sarana penyampaian
suatu peristiwa dengan kemasan yang inspiratif, edukatif, komunikatif, informatif,
solutif dan menghibur. Tentu sekaligus menjadi Public Relation bagi Polantas
diseluruh Indonesia, dan siap mengcounter isu yang kontra produktif.
Dengan IRSMM, dapat tersampaikan pesan keselamatan berlalu lintas secara masif
untuk membangun atau merubah opini masyarakat. IRSMM juga menganalisa
perkembangan isu yang sedang trend di masyarakat, menggiring dan mengarahkan
opini yang baik khususnya tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
Selain itu, IRSMM melaksanakan pengawasan, produksi dan publikasi konten
sosialisasi keselamatan berlalu lintas melalui berbagai media. Strategi besarnya
adalah meningkatkan kualitas lalu lintas, membangun budaya tertib berlalu lintas,
dan menekan jumlah kecelakaan lalu lintas, serta mengurangi fatalitas akibat
kecelakaan lalu lintas.
Intelligence Road safety Media Management, diawaki oleh personil yang mumpuni
sesuai dengan bidang kerja terkait, dan disusun struktur yang jelas. Tentunya
personil ini yang juga mengelola konten-konten kreatif kampanye Road Safety, dan
melakukan analisa atas perkembangan isu yang sedang trend di masyarakat.

33
Secara garis besar IRSMM melaksanakan tugas pokok dan fungsi untuk membangun
Jejaring dan kemitraan, Konsep dan Produksi Materi/Isu Sesuai Program Road
Safety, Membangun Persepsi Masyarakat, Audit kinerja Polri fungsi lalu lintas dan
Mengcounter Isu Negatif.
Intelligence Road safety Media Management, didesain untuk dapat :
1) Membangun Jejaring
Membangun Jejaring dan kemitraan tentu akan memperkuat hubungan
keberbagai lini masyarakat. Maksud dan tujuan yang akan disampaikan
tentunya akan tersebar secara masif dan sampai ke masyarakat. Jejaring dan
kemitraan ini berbasis wilayah (tingkat Mabes hingga Polsek), dan berbasis
komunitas.
2) Analisa Pergerakan Media
Berbagai isu yang berkembang periode harian, dianalisa agar dapat membuat
strategi materi dan penyebarannya sesuai dengan target yang dituju.
3) Menginspirasi
Menunjukkan inspirasi-inspirasi untuk keselamatan baik dalam bentuk poster,
spanduk maupun berbagai instalasi yang bisa dikategorikan Traffic Accident
Memorial dan sebagainya.
4) Memotivasi
Memotivasi orang-orang untuk menunjukkan sikap antusiasme pada segala hal
khususnya terkait dengan road safety.
5) Menunjukan Hal Yang Baik Dan Benar
Tunjukkan hal-hal yang baik dan benar terkait dengan road safety dan upaya-
upaya peningkatan kualitas keselamatan. Dalam konteks ini membangun
keselamatan ide-ide kreatif kita bisa ditunjukkan dan ditampilkan. Baik berupa
komunitas korban kecelakaan, Program-program edukasi untuk safety seperti
safety driving centre, program-program road safety maupun program-program
penjabaran decade of action.
6) Memberdayakan
Memberdayakan potensi-potensi yang ada baik para pemangku kepentingan di
lima pilar LLAJ maupun komunitas dan kelompok-kelompok kemasyarakatan
sebagai soft power dan mitra keselamatan.

34
7) Menghibur
Program road safety bukan hura-hura bukan kemewahan melainkan sarat
makna dan seni yang mampu memberikan hiburan yang mendidik bagi
masyarakat sehingga akan terbangun budaya tertib berlalu lintas
8) Mengcounter Isu Yang Kontra Produktif
Mencounter isu yang contra produktif dengan menunjukkan upaya-upaya kita
di dalam menyadarkan, memberdayakan dalam membangun budaya tertib
berlalu lintas dari pembangunan infrastruktur, sistem edukasi, sistem uji sim,
sistem penegakkan hukum, sistem-sistem pendukung lainya dalam pelayanan-
pelayanan prima di bidang LLAJ.

l) Index road safety

Road safety dapat dipahami maknanya sebagai lalu lintas yg aman selamat tertib
dan lancar. Policing dapat dipahami sebagai pemolisian yaitu segala usaha dan
upaya kepolisian pada tingkat manajemen maupun operasional dengan atau tanpa
upaya paksa untuk memelihara keteraturan sosial.Sejalan dengan konsep tersebut
maka road safety policing dapat dipahami sebagai pemolisian untuk mewujudkan
dan memelihara lalu lintas yang aman, selamat, tertib, dan lancar. Mengapa lalu
lintas dituntut aman, selamat, tertib, dan lancar? Karena lalu lintas merupakan urat
nadi kehidupan. Lalu lintas sebagai refleksi budaya bangsa dan sebagai cermin
tingkat modernitas.
Pola pemolisian ini fokus pada road safety atau terwujud dan terpeliharanya lalu
lintas yang aman selamat tertib dan lancar. Yang implementasinya secara aktual
dan virtual di era digital sekarang ini didukung dalam sistem on line yang disebut
sebagai IT for road safety. IT for road safety yang dibangun dan dioperasionalkan
dalam road safety policing merupakan sistem back office, aplication dan network
untuk mendukung program inisiatif anti korupsi, reformasi birokrasi dan
mewujudkan pelayanan yang prima yaitu pelayanan publik yang cepat tepat akurat
transparan akuntabel informatif dan mudah diakses. Tujuan penyusunan indeks
road safety untuk mewujudkan dan memelihara Kamseltibcar Lantas yang tingkat
keberhasilanya dapat dilihat dari:
1) Indeks tingkat aman selamat tertib dan lancarnya lalu lintas.

35
2) Indeks tingkat meningkatnya kualitas keselamatan dan menurunnya tingkat
fatalitas korban kecelakaan.
3) ndeks terbangunnya budaya tertib berlalu lintas.
4) Indeks pelayanan prima di bidang lalu lintas.

Ke 4 point di atas merupakan suatu sistem tolok ujur kuantitatif yang dinamis, yang
mampu menunjukkan tingkat kualitas profesionalisme tingkat modernitasnya serta
tingkat kepercayaan publik.

5. Big Data dan One Gate Service System

Di era digital berbagai kehidupan sosial kegiatan keduanya saling terhubung secara
elektronik. Produksi barang yang boleh dikatakan sebagian besar dikerjakan dengan
mesin atau sistem-sistem robotik. Sistem bisnis dan jual-beli dalam pasar yang dikelola
secara online. Sistem perbankan dan pengelolaan keuangan secara elektronik. Sistem
pengoperasionalan angkutan umum melalui sistem uber, grab dan sistem-sistem online.
Sistem kesehatan pun pendeteksian, pengobatan sampai dengan operasi dan
transplantasi dilakukan dengan sistem laser dan kamera-kamera tiga dimensi untuk
pemantauan dan proses-proses penyembuhanya. Sistem-sistem informasi dan
komunikasi yang semakin canggih membuat dunia tanpa batas ruang dan waktu.
Sistem-sistem pengawasan, pengendalian dan penegakan hukumpun bisa melalui
sistem-sistem sensor atau melalui kamera-kamera pengawas.
Para petugas cyber cops dituntut untuk bekerja cerdas dan mampu memberi solusi-
solusi prima. Sistem-sistem aplikasi yang terhubung dapat diaplikasikan dan
diberdayakan untuk adanya pelayanan-pelayanan prima kepolisian. Sistem peta digital,
sistem-sistem data dari manusia, kendaraan bermotor, jalan, situasi alam dan kondisi
sosial kemasyarakatan saling terkoneksi akan adanya sistem pantau, informasi
komunikasi dan kodal yang terpadu. Sistem-sistem yang ada pada aplikasi-aplikasi akan
mampu beroperasional dengan baik dan benar tatkala di dukung sistem pendataan
yang komprehensif/ holistik/ sistemik.
Data yang terintegrasi akan mampu menembus sekat ruang waktu dan permasalahan.
Solusi-solusi tepat dapat dilihat dari berbagai keterkaitan antara virtual maupun aktual.
Sistem inputing data akan menjadi sangat penting untuk mendukung terbangunya big
data. Sistem-sistem inputing data dapat diperoleh dari pengguna secara proaktif, atau

36
melalui sharing data antar back office , juga dari sistem-sistem informasi komunikasi
yang diinput melalui cctv, dan jaringan-jaringan lainya.
Kegunaan big data akan mengembangkan fungsi aplikasi semakun cerdas dalam
menganalisa maupun untuk menemukan solusi. Sistem big data memerlukan energi
besar untuk menampung dan mengaplikasikan melalui sistem-sistem analisis program.
Produk-produk yang dihasilkan mampu memberikan petunjuk untuk prediksi, antisipasi
dan solusi. Kompetensi bagi petugas cyber cops salah satunya adalah penginputan,
pengkategorian, pemanfaatan dan analisa data. Karena ini akan menjadi kekuatan
untuk mampu memberikan pelayanan-pelayanan prima yang real time dan on time.
Era digital akan ditandai dengan adanya back office sebagai otaknya pengepul data dan
membuat analisa atas data-data yang sudah masuk sehingga bisa memprediksi
mengantisipasi dan memberikan solusi. Pada back office akan menjadi pusat K3i :
komunikasi, koordinasi, komando, pengendalian dan informasi. Selain back office ada
berbagai aplikasi sebagai bentuk pelayanan dan inputing data dalam bentuk fitur atau
gambar yang cepat, singkat, padat dan mudah diakses. Antara back office dengan
aplikasi dan juga dengan pelanggan pengguna ataupun dari masyarakat terluas akan
dihubungkan melalui sistem-sistem network baik internet atau sistem-sistem lainya.
Bagaimana dengan ruang dan waktu? Inilah yang dipangkas oleh era digital ruang dan
waktu tanpa sekat on time dan real time.
Pelayanan publik merupakan cermin dari peradaban suatu bangsa? Mungkin terlalu
lebay. Pelayanan publik refleksi profesionalisme aparatur negara dan wujud kecintaan
serta kebanggaanya di dalam membangun peradaban bangsanya. Mungkin ini sedikit
lebih mudah dilihat dirasakan oleh publik. Tatkala pelayanan publik ini menjadi sesuatu
yang membanggakan menjadi core dan ikon suatu institusi tentu akan dilakukan dengan
prima dan tulus hati. Namun sebaliknya tatkala pelayanan publik menjadi ajang
penyimpangan perebutan kewenangan bahkan kesewenang-wenangan, sebenarnya
tinggal menunggu saja kapan ini meledaknya. Pelayanan publik dapat dikategorikan
sebagai berikut:
(a) Pelayanan administrasi yaitu pelayanan yang diberikan kepada publik untuk dapat
memanfaatkan administrasi baik untuk perizinan, pengkajian, pengawasan,
pertanggungjawaban, bahkan untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas baik dari
pemerintah maupun sektor bisnis.

37
(b) Pelayanan hukum, ini merupakan bagian untuk adanya kepastian bagi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya kepastian. Pelayanan hukum
ini akan memberikan jaminan dari berbagai hal yang bisa menjadi penuh
ketidakpastian, juga memberikan solusi secara beradab mampu mencegah bila
terjadi penyimpangan-penyimpangan. Selain itu juga mencerdaskan kehidupan
bangsa hukum dan penegakannya dilakukan untuk melindungi mengayomi dan
melayani masyarakat, korban, juga para pencari keadilan.
(c) Pelayanan keamanan dan keselamatan. Kedua hal ini saling terkait ini akan
berkaitan dengan sistem-sistem operasional dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Keamanan dan keselamatan merupakan suatu jaminan yang diberikan
untuk memprediksi, mengantisipasi dan memberi solusi dalam kondisi normal
maupun kontijensi. Pelayanan informasi. Di era digital informasi merupakan suatu
sumber kekuatan bagi masyarakatnya. Sehingga kecepatan, keakurasiannya,
kemudahan mengaksesnya pun menjadi standar keunggulannya.
(d) Pelayanan kemanusiaan, merupakan pelayanan sosial agar keteraturan
keharmonian dalam kehidupan sosial dapat berjalan dengan sebagaim semestinya.
Pelayanan kemanusiaan sebagai suatu standar prima bagaimana segala sesuatu hal
dapat dilakukan secara cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif, dan
mudah mengaksesnya.
Pelayanan publik bisa dikatakan dilayani oleh berbagai institusi. Berbagai spirit
menggelorakan untuk sinergi dan berintegrasi, namun faktanya cara-cara konvensional,
manual dan parsial terus saja dilakukan. Mengapa demikian terus terjadi? Bisa saja
kelompok confort zone, kelompok-kelompok status quo mempertahankan
kemapanannya dan kenyamanannya. Enggan untuk melakukan perubahan, atau malah
takut kehilangan hak-hak istimewa-istimewanya? Bisa saja demikian. Namun tatkala
core dari pelayanan publik adalah untuk mengangkat harkat manusia dan citra bangsa,
maka cara-cara konvensional, parsial dan manual akan diperbaharui dengan sistem-
sistem online.
Saatnya kita mengatakan akhir dari sistem birokrasi tidak rasional yang sarat dengan
pendekatan-pendekatan personal. Sehingga sulit mengukur standar profesionalismenya
baik di dalam birokrasi maupun di dalam masyarakat. Membangun birokrasi yang
rasional diperlukan suatu political will yang kuat. Tentu didukung para mitra sebagai

38
bagian dari soft power-nya. Para aparatur negara tanpa dukungan dari luar sulit rasanya
memperbaiki birokrasinya. Orang-orang di dalam bisa saja menjadi tempered radical
yang berpikir out of the box atau keluar dari mainstream yang ada. Namun jebakan-
jebakan labirin birokrasi begitu rumit dan bisa-bisa membuat orang-orang baik atau
yang ingin mewaraskan birokrasi terjebak dan dikorbankan.

Dengan kemajuan teknologi, kemitraan dengan para pemangku kepentingan dalam


membangun pelayanan dalam one stop service akan semakin mudah dan banyak
efisiensi yang bisa dilakukan termasuk menangkal penyimpangan-penyimpangan.

Tatkala di-online-kan maka sistem-sistem yang di-online-kan secara elektronik melalui


back office, aplication dan network-nya, maka masyarakat cukup datang ke suatu
tempat atau secara online untuk mendapatkan sistem-sistem pelayanan yang
dibutuhkan. Yang bisa dikerjakan dengan sistem mengapa harus dilakukan manusia?
Pertanyaannya kalau semua online apa gunanya sumber-sumber daya manusia? Ini
pertanyaan konyol, namun sering menjadi pembenar untuk berjayanya status quo. SDM
ini aset utama bangsa kehebatan manusia ini ada pada pemikirannya, hati nuraninya
dan ototnya atau tenaganya. Gerakan-gerakan menuju one stop service dikakukan pada
back office melalui aplikasi-aplikasi elektronik yang terhubung satu dengan lainnya. Para
pekerja/SDM-nya tentu akan menjadi penghubung, menjembatani untuk adanya solusi-
solusi yang profesional, cerdas, bermoral dan modern. Meningkatnya harkat dan
martabat para aparatur negara tatkala birokrasi mampu membangun sistem-sistem
pelayanan dalam one gate service dalam sistem-sistem online melalui aplikasi-aplikasi
elektronik yang mampu memberikan pelayanan-pelayanan tersebut secara prima. Yang
cepat tepat akurat transparan akuntabel informatif dan mudah diakses.

6. Program Program Unggulan mendukung Smart City

Smart city memiliki sepuluh elemen penting didalamnya. Kesepuluh elemen tersebut
meliputi infrastruktur, modal, aset, perilaku, budaya, ekonomi, sosial, teknologi, politik,
dan lingkungan. Kesepuluh elemen ini terdapat di kota, yang merupakan pusat dari
segalanya di suatu daerah/ wilayah/ negara. Implementasi smart city dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, diharapkan akan menciptakan taraf
hidup yang lebih baik bagi masyarakatnya.

39
Pembagian smart city kedalam enam jenis sebagaimana yang dijelaskan oleh ibm.
Keenam jenis pembagian smart city tersebut meliputi smart economy, smart mobility,
smart governance, smart people, smart living, dan smart environment.
Terkait dengan penerapan smart city pada suatu kota/ daerah/ tempat, terdapat enam
poin utama yang harus dipenuhi. Keenam poin ini bukan saja harus dipenuhi sebelum
smart city diimplementasikan, tapi juga tetap dipenuhi setelah smart city diterapkan,
sehingga implementasi smart city dapat memberikan manfaat maksimal kepada
masyarakat dan peningkatan taraf dan kualitas hidup yang lebih baik. Adapun keenam
poin utama tersebut yaitu :
(a) Pengembangan dan pemanfaatan arsitektur jaringan komputer,
(b) Keterbukaan informasi serta stimulasi ekonomi dan keilmuan,
(c) Pengembangan inovasi dan kreatifitas masyarakat,
(d) Stimulasi terhadap sisi enterprise dan kewirausahaan,
(e) Tatanan pemerintahan yang lebih partisipatif dan demokrasi, dan
(f) Keseimbangan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Smart city bukanlah sebagai tujuan utama melainkan meningkatnya kualitas hidup
masyarakatlah tujuanya. Kota yang humanis aman nyaman asri termasuk lalu lintasnya
yang aman, selamat, tertib dan lancar. Sejalan dengan hal tersebut program it for road
safety merupakan langkah mendasar untuk memetakan, membuat model, penanganan
secara holistik atau sistemik, pendekatan berbasis pada scientific dan teknologi,
terbangunya big data dalam back office. Yang diinput melalui berbagai aplikasi dan juga
akan dikaji melalui riset secara ilmiah. Hal-hal yang dilakukan inputing data adalah
membuat kategori mengidentifikasi akar masalah penyebab dari setiap permasalahan
terkait road safety. Program-program unggulan yang dapat mendukung Smart City yaitu
:
(a) SSC (Safety and Security Centre) mendukung safer road yang berisi sistem-sistem
untuk pemetaan black spot dan trouble spot, speed management, traffic count, e
sidik, e tilang, sistem data laka (IRSMS).
(b) ERI (Electronic Registration and Identification kendaraan bermotor) sebagai
pendukung saver vehicle yang berisi sistem verifikasi dokumen dan fisik kendaran
bermotor (secara fisik kasat mata, transmisi, emisi gas buang sampai dengan nomor
rangka dan nomor mesin) pada sistem ERI untuk jaminan legitimasi pengoperasional

40
pada bagian STNK dan TNKB akan di lengkapi dengan obu (on board unit), RFID
(Radio Frequency Identification), atau sistem-sistem ANPR (Automatic Number
Plates Recognation). Sistem ERI ini akan mendukung forensik kepolisian dan ELE.
Juga menjadi dasar program ERP (Electronic Road Pricing), ETC (Electronic Toll
Collection), e-parking, e-samsat, e-banking dan Electronic Law Enforcement.
(c) SDC : Safety Driving Centre untuk mendukung program saver road users. Pada
sistem ini mencakup sekolah mengemudi, sistem uji SIM dan sistem penerbitan SIM
yang dikembangkan dalam TAR ( Traffic Attitude Record / catatan perilaku berlalu
lintas) ini bisa untuk pengemudi maupun kendaraan bermotornya yang akan
dikaitkan pada sistem demeryt point ( ini sebagai pertanggungjawaban baik
pengemudi maupun pemilik kendaraan atas kendaraan miliknya yang
dioperasionalkan di jalan).
(d) Intan ( Intellegence Traffic Analysis) mendukung program post crash care. Intan
merupakan sistem-sistem gabungan point a, b, c yang terwujud dalam sistem peta
digital sistem komunikasi dan solusi yang terkoneksi melalui call and comand centre.
Seperti contoh 110 atau nomor-nomor darurat lainya. Intan akan berkaitan dengan
pemadam kebakaran, PLN, ambulan 119, rumah sakit, SAR bahkan juga dengan PSC
(Public Safety Centre), petugas-petugas pengawalan dan patroli jalan raya (denwal
PJR), juga petugas-petugas emergency dari stakeholder lainya.

7. Penutup

Menjadi polisi yang profesional, cerdas, bermoral dan modern merupakan proses
panjang yang setidaknya dimulai dari pemikiran-pemikiran visioner yang luar biasa atau
berbeda dengan pemikiran-pemikiran pada umumnya dalam birokrasi yang rasional
(berdasar pada kompetensi), kepemimpinan yang visioner, transformasional dan
problem solving dalam membangun model pemolisian di era digital dengan berbasis
pada sistem online (Electronic Policing). Selain itu juga diawaki SDM yang profesional
yang memiliki attitude yang baik dan sebagai pekerja keras dan pembelajar serta mind
set sebagai polisi ideal (penjaga kehidupan, pembangun peradaban dan pejuang
kemanusiaan sekaligus). Hal ini ditunjukkan pada birokrasi yang mempunyai Tata Kelola
Lembaga Prima ( National Class Institution) yang memiliki program-program unggulan
yang inspiratif, inovatif, kreatif serta dinamis untuk senantiasa mampu belajar dan

41
memperbaiki kesalahan masa lalu, siap menghadapi tuntutan, kebutuhan tantangan,
ancaman serta harapan masa kini, mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik.
Dukungan infrastuktur dengan teknologi yang modern masih dapat memberikan
pelayanan yang cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan mudah
diakses. Yang perlu menjadi perhatian juga dalam penganggaran yang terus diperbaiki
nilai sejak perencanaan, monitor dan evaluasi untuk senantiasa dapat meningkatkan
kualitas penyelenggaraan tugas-tugas kepolisian. Dengan demikian dapat mendukung
terwujud dan terpeliharanya stabilitas keamanan dalam negeri.

Keberhasilan mengubah pola pikir dan budaya polisi terletak pada edukasi yang
berkualitas, kepemimpinan yang tegas, penegakkan hukum yang konsisten, serta sikap
yang transparan dan akuntabel.

E-Policing bukan dimaksudkan untuk menghapus cara-cara manual yang masih


efektif dan efisien dalam menjalin kedekatan dan persahabatan antara polisi dengan
masyarakat yang dilayaninya. E-Policing justru untuk menyempurnakan, meningkatkan
kualitas kinerja sehingga polisi benar-benar menjadi sosok yang profesional, cerdas,
bermoral dan modern sebagai penjaga kehidupan, pembangun peradaban dan pejuang
kemanusiaan sekaligus. E-Policing dapat dipahami sebagai penyelenggaraan tugas
kepolisian yang berbasis elektronik yang berarti membangun sistem-sistem yang
terpadu, terintegrasi, sistematis dan saling mendukung, ada harmonisasi antar fungsi/
bagian dalam mewujudkan dan memelihara keamanan dan rasa aman dalam
masyarakat. Pemolisian tersebut dapat dikatakan memenuhi standar pelayanan prima
yang berarti: Cepat, Tepat, Akurat, Transparan, Akuntabel, Informatif dan mudah
diakses. Pelayanan prima dapat diwujudkan melalui dukungan SDM yang berkarakter,
pemimpin-pemimpin yang transformatif, sistem-sistem yang berbasis IT, dan melalui
program-program yang unggul dalam memberikan pelayanan, perlindungan,
pengayoman bahkan sampai dengan penegakkan hukumnya. Pembahasan E-Policing
dapat dikategorikan dalam konteks : 1. Kepemimpinan, 2. Administrasi, 3. Operasional,
4. Capacity Building (pembangunan kapasitas bagi institusi)

Unsur-unsur pendukung dalam membangun E-Policing : a) Komitmen moral; b)


Political Will; c) Kepemimpinan yang transformatif; d) Infrastruktur (hardware dan
software) sebagai Pusat data, informasi, komunikasi, kontrol, koordinasi, komando dan

42
pengendalian; e) Jaringan untuk komunikasi, koordinasi, komando pengendalian dan
informasi (K3i) melalui IT dan untuk kontrol situasi; f) Petugas-petugas polisi yang
berkarakter (yang mempunyai kompetensi, komitmen dan unggulan) untuk mengawaki
untuk yang berbasis wilayah, menangani kepentingan dan dampak masalah; g)
Program-program unggulan untuk dioperasionalkan baik yang bersifat rutin, khusus
maupun kontijensi, (tingkat manajemen maupun operasionalnya); h) Tim transformasi
sebagai tim kendali mutu, tim backup yang menampung ide-ide dari bawah (bottom up)
untuk dijadikan kebijakan maupun penjabaran kebijakan-kebijakan dari atas (top
down). Tim ini sebagai dirigen untuk terwujudnya harmonisasi dalam dan di luar
birokrasi. Dan melakukan monitoring dan evaluasi atas program-program yang
diimplementasikan maupun menghasikan program-program baru; i) Selalu ada produk-
produk kreatif sebagai wujud dari pengembangan untuk update, upgrade dan
mengantisipasi dinamika perubahan sosial yang begitu cepat.

Dengan demikian polisi dapat menjadi ikon kecepatan kedekatan dan


persahabatan. Ikon merupakan simbol yang gampang diingat dan gampang diucapkan
serta label apa yang diberikan karena kekhususanya, karena kreatifitasnya, karena
keunggulanya, karena kehebatanya, dan sebagainya. Polisi menjadi ikon yang mampu
menunjukan keunggulan dan profesionalismenya sehingga “brandnya” berbeda dengan
yang lain. Apa yang diunggulkan dari kepolisian dapat diambil dari fungsi khasnya, yaitu
reserse, intelejen, sabhara, lalu lintas, dan bimmas. Ada juga fungsi-fungsi pendukung
lainya, seperti brimob, polisi perairan, polisi udara, polisi satwa, kedokteran forensik,
laboratorium forensik, densus 88 Antiteror, akademi kepolisian, dan lembaga-lembaga
pendidikan lainya.

Menjadikan ikon merupakan bagian dari reformasi birokrasi yang berarti


memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta mewujudkan impian untuk terus hidup
tumbuh dan berkembang. Dalam berbagai penjabaran, benang merah tugas pokok
polisi antara lain simbol penjaga kehidupan, pembangun peradaban, dan pejuang
kemanusiaan. Penjabarannya dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, yaitu gambar,
tari, musik, ceritera, kemampuan polisi satwa, produk-produk, kata-kata dan
sebagainya. Polisi bisa juga menjadi simbol kecepatan, kedekatan, dan persahabatan.
Bisa juga polisi dijadikan simbol kumpulan orang baik.

43
Polisi dalam menyelenggarakan pemolisianya memang sebaiknya dapat menjadi
ikon atau simbol persahabatan dengan masyarakatnya. Artinya, polisi mampu menjadi
institusi yang dapat diunggulkan, dipercaya, dan diharapkan sebagai sandaran untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang berkaitan dengan masalah keteraturan sosial.

44

Anda mungkin juga menyukai