Anda di halaman 1dari 107

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM


BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT
Jl. Gedebage Selatan No. 117 Rancasari Telp. 022 - 7567715 Fax. 022 - 7535107
BANDUNG - JAWA BARAT 40613

RENCANA STRATEGIS

BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT


TAHUN 2015-2019
BANDUNG, DESEMBER 2015

DIPA 029
TAHUN ANGGARAN 2015
KEMENTERIAN LINGKUNGA N HI DUP DA N KEHUTA NA N
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT
Alamat : Jl. Gede Bage Selatan No. 117 Rancasari Telp. / Fax. (022) 7567715 Bandung 40295

RENCANA STRATEGIS
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
JAWA BARAT

TAHUN 2015-2019

BANDUNG, DESEMBER 2015


KATA PENGANTAR

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa
Barat (Balai Besar KSDA Jawa Barat) disusun, menandai berakhirnya periode
Pembangunan Jangka Menegah Tahap II (2010-2014) dan menyambut Tahap III (2015-
2019). Keberhasilan Pembangunan Jangka Menegah Tahap II dapat menjadi modal dan
pijakan yang mantap untuk meneruskan pembangunan selanjutnya. Semoga apa yang
telah dicapai menjadi penanda yang dapat kita petik untuk dijadikan pelajaran apa yang
akan kita lakukan lima tahun mendatang.

Sejak penggabungan antara Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan


Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka terjadi
reorganisasi dalam tubuh kementerian. Balai Besar KSDA Jawa Barat yang selama
ini melaksanakan satu program yaitu Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber
Daya Alam maka sejak reorganisasi ini mengemban 3 program yaitu Program
Konservasi Sumber Dalam Alam dan Ekosistem, Program Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Program Pengendalian Perubahan Iklim. Hal
ini disebabkan ada tugas fungsi Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem (ex. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) yaitu
Penyidikan dan Perlindungan Hutan yang setelah penggabungan kementerian masuk
ke Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta
tugas fungsi Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan menjadi satu dengan
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.

Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 serta baru mengacu pada
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem
(Ditjen KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat
Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta
Direktorat Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan.

Disadari bahwa Dokumen Renstra ini masih belum sempurna, karena perubahan
kebijakan dan restrukturisasi organisasi dampak penggabungan Kementerian Kehutanan
dan Kementerian Lingkungan Hidup yang sampai saat ini masih dalam proses
pembahasan.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 i


Kepada para pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan dokumen perencanaan
tahunan ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan atas kesediaannya
meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran.

Bandung, Desember 2015


Kepala Balai Besar,

Dr. Ir. Sylvana Ratina, M.Si


NIP. 19610813 198603 2 003

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. vi

RINGKASAN EKSEKUTIF ...................................................................................................... vii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Kondisi Umum ....................................................................................................... 1

1. Kelembagaan .................................................................................................. 1

2. Kawasan Konservasi ....................................................................................... 3

3. Keanekaragaman Hayati dan Jasa Lingkungan ............................................. 5

4. Sumber Daya Manusia ................................................................................... 6

5. Sarana Prasarana ........................................................................................... 6

B. Pencapaian Renstra 2010 – 2014 ......................................................................... 6

1. Kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi menurun 1%.. 7

2. Pengelolaan eksosistem esensial sebagai daerah penyangga meningkat


2% ................................................................................................................ 10

3. Pendapatan masyarakat sekitar kawasan konservasi meningkat 6% ......... 11

4. Populasi jenis terancam punah meningkat sesuai ketersediaan habitat


sebesar 0,6% ............................................................................................... 14

5. Penangkaran dan pemanfaatan keanekaragaman hayati meningkat sebesar


1% ................................................................................................................ 15

6. Kasus tindak pidana kehutanan tahun berjalan dapat terselesaikan sebesar


15%.............................................................................................................. 17

7. Tunggakan kasus tindak pidana kehutanan dapat terselesaikan sebesar


5% ................................................................................................................ 18

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 iii


8. Terselesaikannya kasus perambahan hutan konservasi sebesar 4% .......... 19

9. Menurunnya kawasan hutan konservasi yang terbakar sebesar 10%......... 19

10. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam yang diikuti dengan


peningkatan PNBP sebesar 20% .................................................................. 22

11. Meningkatnya peran serta Kader Konservasi, Kelompok Pecinta Alam, dan
Kelompok Swadaya Masyarakat sebesar 2%............................................... 24

12. Meningkatnya pengembangan promosi, informasi dan jasa lingkungan


sebanyak 1 Kegiatan .................................................................................... 26

13. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi lengkap .............. 26

14. Tersusunnya program dan anggaran serta laporan evaluasi dan


keuangan ...................................................................................................... 28

15. Meningkatnya Profesionalisme Tenaga Fungsional POLHUT, PEH, dan


Penyuluh Kehutanan .................................................................................... 29

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ...................................................................... 33

A. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................................................... 33

B. Sasaran ................................................................................................................ 35

BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ....................................................................... 38

A. Arah Kebijakan Pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan ........................................................................................................... 38

B. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang KSDAE .................................................... 42

BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ................................................. 45

A. Target Kinerja...................................................................................................... 45

B. Kerangka Pendanaan .......................................................................................... 51

C. Partisipasi dan Kerjasama Para Pihak ................................................................. 51

BAB V. PENUTUP ................................................................................................................ 53

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 iv


DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Nama, Luas, dan Lokasi Kawasan Konservasi............................................. 3


Tabel 2 : Jenis Aset yang dimiliki BBKSDA Jawa barat s/d 31 Desember 2014 ............ 6
Tabel 3 : Kawasan Ekosistem Esensial lingkup Balai Besar KSDA Jabar ..................... 10
Tabel 4 : Hasil Monev Pendapatan Masyarakat ...................................................... 13
Tabel 5 : Estimasi Populasi Owa Jawa dan Elang Jawa Tahun 2010-2014 ................. 15
Tabel 6 : Penanganan Kasus Pelanggaran Kehutanan Tahun 2014 ........................... 18
Tabel 7 : Data Kejadian Kebakaran Hutan Tahun 2011 s/d 2014 di Kawasan Konservasi
Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat...................................................... 20
Tabel 8 : Indikator Kinerja Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem ... 46
Tabel 9 : Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pengembangan Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistem Tahun 2015-2019 Pada Balai Besar KSDA Jawa
Barat.................................................................................................... 49
Tabel 10 : Perkiraan Kebutuhan anggaran dalam rangka pelaksanaan rencana strategis
Tahun 2015-2019 Pada Balai Besar KSDA Jawa Barat ............................... 51

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 v


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi Balai Besar KSDA Jabar ................................................ 3


Gambar 2 : Tren Jumlah Penangkar Lingkup Balai Besar KSDA Jabar ............................ 16
Gambar 3 : Luas Kawasan terbakar tahun 2010-2014 Lingkup Balai Besar KSDA Jabar .. 21
Gambar 4 : Tren Kenaikan PNBP tahun 2010-2014 Lingkup Balai Besar KSDA Jabar ...... 23
Gambar 5 : Formulasi Strategi dengan Analisa SWOT .................................................. 32
Gambar 6 : Visi Misi Pembangunan Nasional dan Nawacita .......................................... 34
Gambar 7 : Upaya Pokok dan Tujuan Pembangunan BIdang KSDAE ............................. 37
Gambar 8 : Milestone Capaian Sasaran Program KSDAE .............................................. 47

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 vi


RINGKASAN EKSEKUTIF

Sasaran Rencana Strategis Balai Besar KSDA Jawa Barat tahun 2010 -2014 adalah
tercapainya penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA)
sebanyak 5 %, tercapainya peningkatan populasi species prioritas utama terancam punah
(Elang Jawa, dan Owa Jawa) sebesar 3 % dari baseline data sesuai kondisi biologis
dan ketersediaan habitat, terselesaikannya kasus baru tindak pidana kehutanan/TIPIHUT
(illegal logging, perambahan, perdagangan TSL ilegal, penambangan ilegal, kebakaran
hutan) pada tahun berjalan minimal sebesar 75 %, tercapainya penurunan luas kawasan
konservasi yang terbakar sebesar 10% setiap tahun, tercapainya peningkatan
pengusahaan pariwisata alam sebesar 60 % dibanding tahun 2008, dan tercapainya tertib
dukumen anggaran dan pelaporan 10 dokumen/judul per tahun. Sampai dengan akhir
periode Renstra 2010 -2014, realisasai capaian kinerja masing-masing sasaran strategis
adalah :

1. Penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA) sebesar
81,33 %;
2. Peningkatan populasi species prioritas utama terancam punah (Elang Jawa dan
Owa Jawa ) sebesar 139,79 %;
3. Kasus baru tindak pidana kehutanan/TIPIHUT (illegal logging, perambahan,
perdagangan TSL ilegal, penambangan ilegal, kebakaran hutan) pada tahun berjalan
terselesaikan berturut-turut sebesar 100 %, 100 %, 43,85 %, 100 % dan 100 %;
4. Penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar berturut-turut sebesar
100%, 0 %, - 156,58 %, 2679,58 %, - 1501,67 %;
5. Peningkatan pengusahaan pariwisata alam sebesar 100 %;
6. Tertib dukumen anggaran dan pelaporan sebesar 10 dokumen/judul per tahun.

Capaian kinerja tersebut menunjukkan bahwa dari keenam target sasaran strategis yang
ditetapkan, lima target sasaran strategis dapat tercapai. Adapun target sasaran strategis
yang tidak tecapai adalah tercapainya penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar.

Sejak penggabungan antara Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup


menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka terjadi reorganisasi dalam
tubuh kementerian. BBKSDA Jawa Barat yang selama ini melaksanakan satu program

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 vii


yaitu Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam maka sejak reorganisasi ini
mengemban 3 program yaitu Program Konservasi Sumber Dalam Alam dan Ekosistem,
Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Program
Pengendalian Perubahan Iklim. Hal ini disebabkan ada tugas fungsi Direktorat Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem (ex. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam ) yaitu Penyidikan dan Perlindungan Hutan yang setelah penggabungan
kementerian masuk ke Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, serta tugas fungsi Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan menjadi satu
dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.

Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 serta baru mengacu pada Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem (Ditjen
KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat Jenderal
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta Direktorat
Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan.

Balai Besar KSDA Jabar menetapkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan. Penetapan IKK mengacu pada IKK ditetapkan Ditjen KSDAE dan
disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pada BBKSDA Jabar menggunakan
analisis SWOT. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Tahun 2015 – 2019 sebagai berikut :

1. Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan


mendapat pengesahan sebanyak 10 Dokumen Blok.
2. Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi Kawasan konservasi untuk 6
unit KSA, KPA dan TB.
3. Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 50
KSA, KPA dan TB.
4. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak
9 Unit KPHK.
5. Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada
kawasan konservasi sebanyak 10 PKS.
6. Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas pengelolaannya hingga
memperoleh nilai indeks METT minimal 70 poin pada minimal 24 unit KSA, KPA dan
TB di Wilayah BBKSDA Jabar.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 viii


7. Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan konservasi yang tersusun dan
mendapat pengesahan sebanyak 10 Dokumen Rencana Pengelolaan.
8. Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas
1300 Ha.
9. Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina sebanyak 2 Desa
selama 5 tahun.
10. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang beroperasi 9 Unit.
11. Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi di
2 Provinsi.
12. Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas
sesuai The IUCN Red List of Threatened Species sebesar 10% sesuai baseline data
tahun 2013.
13. Jumlah penambahan jenis satwa liar dan tumbuhan alam yang dikembangbiakkan
pada lembaga konservasi sebanyak 10 spesies dari baseline tahun 2013.
14. Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam sebesar
Rp 0,5 M.
15. Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran keanekaragaman spesies dan
genetik yang valid dan reliable pada 1 wilayah biogeografi.
16. Jumlah unit pusat pengembangbiakan dan suaka satwa (sanctuary) spesies terancam
punah yang terbangun sebanyak 2 unit.
17. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 0,1 juta orang
wisatawan mancanegara selama 5 tahun.
18. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang
wisatawan nusantara selama 5 tahun.
19. Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah
sebanyak 50 Unit dari baseline tahun 2013.
20. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi
bertambah sebanyak 6 Unit.
21. Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro
hydro power plant bertambah sebanyak minimal 3 unit.
22. Jumlah kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di
kawasan konservasi sebanyak minimal 1 unit.
23. Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya
Masyarakat/ Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif sebanyak 900 Orang.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 ix


24. Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem minimal 78,00.

Untuk mendukung pelaksanaan Renstra 2015 – 2019 dibutuhan alokasi anggaran


diperkirakan sebesar Rp 234.728.470. Anggaran tersebut dipergunakan untuk :

1. Gaji dan Tunjangan serta Operasional Perkantoran sebesar Rp.132.281.726.850,-


2. Pengadaan Sarana Prasarana sebesar Rp. 24.500.000.000,- dan
3. Belanja Kinerja sebesar Rp. 78.210.001.620,-

Kebutuhan anggaran tersebut masih bersifat sementara/ indikatif, dalam pelaksanaannya


disesuaikan dengan ketersediaan anggaran. Pendanaan untuk mewujudkan Indikator
Kinerja Kegiatan tersebut bersumber dari APBN serta partisipasi dan kerjasama dengan
Mitra Kerja Balai Besar KSDA Jawa Barat.

∞o0o∞

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 x


BAB I. PENDAHULUAN

A. Kondisi Umum

1. Kelembagaan

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (Balai Besar KSDA Jawa
Barat) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melaksanakan tugas
teknis di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.51/Menhut–II/2009 tentang


Perubahan Pertama Permenhut nomor P.02/Menhut-II/2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, BBKSDA
Jabar mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya, dan pengelolaan kawasan cagar alam, suaka
margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, koordinasi teknis pengelolaan
taman hutan raya dan hutan lindung serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di
luar kawasan konservasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam menyelenggarakan fungsi :

a. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi


pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam,
dan taman buru serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di
luar kawasan konservasi;
b. Pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam,
dan taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di
luar kawasan konservasi;
c. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung;
d. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan hutan, hasil hutan, dan
tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi;
e. Pengendalian kebakaran hutan;
f. Promosi, informasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 1


g. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya;
h. Kerja sama pengembangan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya serta pengembangan kemitraan;
i. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi;
j. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam;
k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan tersebut, Balai Besar KSDA Jawa
Barat termasuk ke dalam tipologi A dengan susunan terdiri dari:

a. Bagian Tata Usaha, terdiri dari:


a.1. Subag Umum
a.2. Subag Perencanaan dam Kerja sama
a.3. Sub Bag Data Evaluasi, Pelaporan, dan Humas
b. Bidang Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, terdiri dari:
b.1. Seksi Perlindungan, Pengawetan, dan Pemetaan
b.2. Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan
c. Bidang KSDA Wilayah I, berkedudukan di Bogor terdiri:
c.1. Seksi KSDA Wilayah I Serang
c.2. Seksi KSDA Wilayah II Bogor
d. Bidang KSDA Wilayah II, berkedudukan di Soreang terdiri:
d.1. Seksi KSDA Wilayah III Soreang
d.2. Seksi KSDA Wilayah IV Purwakarta
e. Bidang KSDA Wilayah III, berkedudukan di Ciamis terdiri:
e.1. Seksi KSDA Wilayah V Garut
e.2. Seksi KSDA Wilayah VI Tasikmalaya

Sebagai tindak lanjut dari Permenhut tersebut, guna meningkatkan efektivitas


pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBKSDA Jabar, maka ditetapkan 22 (dua
puluh dua) Resort KSDA Wilayah yang tersebar di Wilayah SKW dan merupakan
jabatan non struktural melalui Surat Keputusan Kepala Balai Nomor
No.SK.169/BBKSDA.JABAR.1/2014 tanggal 17 Juli 2014. Struktur Organisasi Balai
Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat seperti terlihat pada Gambar 1.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 2


Gambar 1 : Struktur Organisasi Balai Besar KSDA Jabar

2. Kawasan Konservasi

Balai Besar KSDA Jabar diberi tugas untuk memangku dan mengelola 50
kawasan konservasi dengan total luas 83.004,60 ha yang terdiri dari 30 kawasan
Cagar Alam(CA) dengan luas 52.341,04 ha, 2 (dua) Suaka Margasatwa (SM)
dengan luas 13.617,50 ha, dan 16 Taman Wisata Alam (TWA) dengan luas
4.625,36 ha serta 1 Taman Buru (TB) dengan luas 12.420,70 ha.

Tabel 1 : Nama, Luas, dan Lokasi Kawasan Konservasi

No. Nama kawasan Konservasi Luas (Ha) Kabupaten /Kota


1 2 3 4
1. TWA Pulau Sangiang 528,15 Serang
2. TWA Laut Pulau Sangiang 720,00 Serang
3. CA Rawa Danau 3.542,70 Serang
4. CA Gunung Tukung Gede 1.519,50 Serang
5. CA Pulau Dua 8,00 Serang
6. TWA Gunung Pancar 447,50 Bogor
7. TWA Sukawayana 25,15 Sukabumi
8. TWA Telaga Warna 4,60 Bogor

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 3


No. Nama kawasan Konservasi Luas (Ha) Kabupaten /Kota
1 2 3 4
9. TWA Jember 52,10 Cianjur
10. SM Cikepuh 8.070,10 Sukabumi
11. CA Gunung Simpang 14.779,31 Bandung/Cianjur
12. CA Sukawayana 32,48 Sukabumi
13. CA Telaga Warna 487,86 Bogor
14. CA Cadas Malang 19,64 Cianjur
15. CA Bojonglarang Jayanti 732.22 Cianjur
16. CA Takokak 60.17 Cianjur
17. CA Dungus Iwul 9.01 Bogor
18. CA Cibanteng 549,95 Sukabumi
19. CA Tkbn.Perahu (Pel.Ratu) 12.00 Sukabumi
20. CA Arca Domas 1.00 Bogor
21. CA Yan Lapa 35,26 Bogor
22. TWA Cimanggu 162,47 Bandung
23. TWA Telaga Patengan 60,79 Bandung
24. TWA Ganung Tampomas 1.250,00 Sumedang
25. TB Gn.Masigit-Kareumbi 12.420,70 Sumedang
26. CA Gunung Tilu 7.479,80 Bandung
27. CA Telaga Patengan 120,71 Bandung
28. CA Cigenteng Cipanji 10,00 Bandung
29. CA Malabar 8,30 Bandung
30. CA Gunung Jagat 133,65 Sumedang
31. TWA Gn.Tangkuban Parahu 344,39 Bandung-Subang
32. CA. Gn.Tangkuban Parahu 1.204,40 Bandung-Subang
33. CA. Yunghun 0,69 Bandung-Subang
34. CA Gunung Burangrang 2.766,15 Purwakarta
35. TWA Kamojang 481,00 Garut
36. TWA Papandayan 225,00 Garut
37. TWA Telaga Bodas 27,88 Garut
38. TWA Gunung Guntur 250,00 Garut
39. CA Leuweung Sancang 2.313,90 Garut
40. CA Laut Leuweung Sancang 1.150,00 Garut
41. CA Kamojang 7.805,00 Garut
42. CA Papandayan 6.807,00 Garut
43. CA Telaga Bodas 258,95 Garut
44. CA Nusa Gede Panjalu 8,64 Ciamis
45. CA Pananjung Pangandaran 454,62 Ciamis
46. CA Laut Pananjung Pangandaran 470,00 Ciamis
47. SM Gunung Sawal 5.567,37 Ciamis
48. SM Laut Sindangkerta 90,00 Tasikmalaya

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 4


No. Nama kawasan Konservasi Luas (Ha) Kabupaten /Kota
1 2 3 4
49. TWA Linggarjati 8,92 Kuningan
50. TWA Pananjung Pangandaran 34,32 Ciamis
TOTAL 83.482,34

3. Keanekaragaman Hayati dan Jasa Lingkungan

Kegiatan keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan yang telah dilakukan


antara lain pemanfaatan TSL melalui pelayanan penangkaran dan peredaran
TSL. Sampai dengan akhir tahun 2014, di wilayah kerja BBKSDA Jabar tercatat
122 unit penangkar (69 penangkar satwa dilindungi dan 53 penangkar satwa
tidak dilindungi), 87 unit pemegang izin edar (43 pengedar luar negeri dan 44
pengedar dalam negeri) dan 3 unit Lembaga Konservasi, 6 unit Pusat
Penyelamat Satwa.

Penerimaan PNBP selama tahun 2010 - 2014 yang diperoleh dari pemanfaatan
TSL adalah sebesar Rp. 786.448.005,-. Disamping kegiatan pemanfaatan TSL,
juga telah dilakukan penyelamatan satwa yang dilindungi undang-undang
diantaranya melalui pelepasan liaran serta penempatan satwa dilindungi pada
lembaga-lembaga konservasi. Disamping kegiatan pemanfaatan TSL, juga telah
dilakukan penyelamatan satwa yang dilindungi undang-undang diantaranya
melalui pelepasan liaran serta penempatan satwa dilindungi pada lembaga-
lembaga konservasi.

Di wilayah kerja BBKSDA Jabar selama tahun 2010 – 2014 telah terjadi konflik
antara satwa dengan manusia yag penanggulangan yang dilakukan dengan
menangkap satwa menggunakan obat bius dan kandang jebakan serta
mengikutsertakan Lembaga Konservasi. Penanggulangan ini masih bersifat
sementara, sehingga masih diperlukan adanya tindak lanjut terhadap
penanganan tersebut, antara lain dengan mencari penyebab konflik.

Pemanfaatan jasa lingkungan di BBKSDA Jabar terdiri berupa pemanfaatan


wisata alam terdapat 9 pemegang izin yaitu terdiri dari IPPA 6 unit, IUPSWA 3
unit dan IUJWA 78 unit, serta pemegang ijin prinsip 2 unit.

Untuk kegiatan bina cinta alam telah dilakukan pembentukan/pembinaan


terhadap Kader Konservasi (KK) dan Kelompok Cinta Alam (KPA) serta penilaian

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 5


terhadap KK/KPA dalam upaya Konservasi Sumber Daya Alam untuk diusulkan
dalam lomba Pekan Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional (PPKAN). Sampai
dengan tahun 2014 jumlah kader konservasi sebanyak 220 kader dan jumlah
kelompok pecinta alam sebanyak 37 kelompok.

4. Sumber Daya Manusia

Pegawai lingkup BBKSDA Jabar sampai dengan Desember 2014 sebanyak 287
orang (PNS sebanyak 261 orang, Tenaga Kontrak (upah bulanan) sebanyak 26
orang) dengan jenjang pendidikan S3 sebanyak 1 orang, S2 sebanyak 17 orang,
S1 sebanyak 43 orang, S0/D3 sebanyak 17 orang, SLTA sebanyak 168 orang,
SLTP sebanyak 7 orang dan SD sebanyak 8 orang. orang.

5. Sarana Prasarana

Sampai dengan akhir tahun 2014 BBKSDA Jabar telah dilengkapi dengan sarana
prasarana antara lain beberapa tanah, peralatan, dan mesin, serta gedung dan
bangunan dengan nilai aset sebesar Rp. 41.988.698.459 dengan rincian terdiri
dari :

Tabel 2 : Jenis Aset yang dimiliki BBKSDA Jawa barat s/d 31 Desember 2014

No Uraian Jumlah Satuan Nilai Aset (Rp)


1. Tanah 23.473 M2 10.931.520.000
2. Peralatan dan mesin 2.648 Unit 14.639.594.845
3. Gedung dan Bangunan 207 Unit 13.373.819.158
4. Jalan irigasi dan jaringan 8 Unit 1.744.689.006
5. Aset Tetap Lainnya 88 Unit 6.113.500

B. Pencapaian Renstra 2010 – 2014

Sebagaimana dijelaskan dalam Renstra BBKSDA Jabar tahun 2010 – 2014, bahwa
pembangunan kehutanan bidang KSDA yang harus dilaksanakan BBKSDA Jaar
termasuk ke dalam fungsi lingkungan hidup, program Konservasi Keanekaragaman
Hayati dan Perlindungan Hutan, dengan kegiatan Pengembangan Pengelolaan
Konservasi Sumber Daya Alam. Dalam melaksanakan program dan kegiatan
tersebut, BBKSDA Jabar telah menetapkan 6 sasaran strategis yang harus dicapai
selama kurun waktu 2010 – 2014. Sebagai tolok ukur pencapaian sasaran strategis
tersebut ditetapkan 6 (enam) Indikator Kinerja Utama (IKU) dan 5 (lima) Indikator
Kinerja Kegiatan (IKK) yang harus diukur setiap akhir tahun. Pengukuran akan
diawali dengan menyusun dokumen Penetapan Kinerja (PK) yang disusun awal tahun.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 6


Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan
Kinerja BBKSDA Jabar, diperoleh capaian kinerja masing-masing sasaran strategis
tahun 2010 – 2014 sebagai berikut :

1. Kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi


menurun 1%

Konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi masih kerap terjadi. Hal ini
tentunya memberikan dampak yang cukup serius terhadap upaya perlindungan
tumbuhan dan satwa liar beserta ekosistemnya secara in-situ. Kejadian seperti
perambahan kawasan merupakan contoh klasik konflik dan tekanan terhadap
kawasan konservasi.

Faktor penyebabnya sendiri sangat kompleks, tetapi pada umumnya disebabkan


oleh faktor ekonomi dan sosial kemasyarakatan seperti relatif masih rendahnya
tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat di sekitar kawasan konservasi
serta rendahnya kesadartahuan masyarakat akan pentingnya kawasan konservasi.
Di samping itu, masih lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku juga menjadi
faktor lain yang menyebabkan masih maraknya aktivitas illegal di kawasan
konservasi.

Legalitas kawasan konservasi yang dikelola BBKSDA Jabar juga menjadi salah
satu faktor pemicu konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi. Sebagian
kawasan konservasi masih dalam status penunjukkan yang ditandai belum adanya
kejelasan mengenai tata batas ataupun tata batas yang belum temu gelang. Hal
tersebut seringkali menjadi titik lemah para petugas di lapangan dalam mengatasi
konflik tenurial. Sampai dengan tahun 2013 kawasan yang ditetapkan baru 11
kawasan. Tahun 2014 bertambah 14 kawasan konservasi, sehingga masih
terdapat 25 kawasan konservasi yang belum ditetapkan.

Secara khusus, kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi lingkup
Balai Besar KSDA Jawa Barat didominasi oleh aktivitas perambahan kawasan.
Pada tahun 2014, secara keseluruhan terdapat 14 (empat belas) kawasan
konservasi yang mengalami konflik dan tekanan utamanya berupa perambahan
kawasan. Keempat belas kawasan tersebut adalah Suaka Margasatwa (SM)
Cikepuh, CA Gunung Simpang, CA Gunung Tilu, CA Kamojang, CA Papandayan,
TWA Pulau Sangiang, TWA Carita, CA Rawa Danau, TWA Gunung Pancar, TWA

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 7


Cimanggu, CA Leuweung Sancang, Taman Buru (TB) Masigit Kareumbi, CA
Tukung Gede, dan SM Gunung Sawal. Kawasan konservasi terakhir yang
disebutkan (SM Gunung Sawal) merupakan kawasan yang semula di dalamnya
tidak terdapat perambahan. Namun semenjak areal petak 67 seluas 68,76 ha
yang semula dikelola oleh Perhutani dan digunakan oleh masyarakat (untuk lahan
pertanian, perkebunan, dan pemukiman) jadi kawasan konservasi diserahkan
pengelolaannya ke Balai Besar KSDA Jawa Barat, maka areal tersebut menjadi
areal konflik.

Untuk mengatasi kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi yang
dikelola Balai Besar KSDA Jawa Barat, pada tahun 2014 telah dilaksanakan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Pengelolaan kawasan berbasis resort, dengan jumlah anggaran sebesar Rp.


2.917.215.000,-. Kegiatan ini ditekankan pada beberapa aspek pengelolaan
kawasan konservasi, di antaranya pengecekan/pemeliharaan pal batas
kawasan;
2. Monitoring dan evaluasi kerjasama pengelolaan kawasan, dengan jumlah
anggaran sebesar Rp. 56.960.000,-.
3. Penyusunan rencana pengelolaan kawasan di TWA Papandayan, dengan
jumlah anggaran sebesar Rp. 59.605.000,-.
4. Penataan blok pengelolaan kawasan di TWA Linggarjati, dengan jumlah
anggaran sebesar Rp. 43.435.000,-.
5. Restorasi kawasan konservasi, termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi
rehabilitasi partisipatif, pengkayaan tanaman demplot rehabilitasi, pelatihan
monev rehabilitasi, dengan anggaran sebesar 244.280.000,-.

Total anggaran guna mendukung pencapaian sasaran ini sebesar Rp


3.321.495.000,- dengan realisasi sebesar Rp3.266.853.000,- (98,4%).

Di samping itu, pada tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melakukan
upaya percepatan penetapan kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa
Barat yang tata batasnya telah temu gelang, mengingat legalitas kawasan juga
berperan penting meminimalisir konflik dan tekanan terhadap kawasan. Hasilnya,
pada tahun 2014 sebanyak 14 (empat belas) kawasan konservasi telah
ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan. Kawasan-kawasan
tersebut adalah :

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 8


1. CA Leuweung Sancang
2. TWA Sukayana
3. CA Sukawayana
4. CA Gunung Tilu
5. CA Tangkuban Parahu
6. TWA Tangkuban Parahu
7. SM Gunung Sawal
8. TWA Linggarjati
9. CA Gunung Jagat
10. CA Rawa Danau
11. CA Gunung Tukung Gede
12. SM Cikepuh
13. CA Cibanteng
14. CA Nusa Gede Panjalu

Berikut ini beberapa proses penyelesaian terhadap penanganan konflik dan


tekanan terhadap beberapa kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa
Barat.

1. Di Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh semula terdapat sekitar 300 ha kawasan


yang dirambah, saat ini sudah berkurang seluas 58 ha (19,3%).
2. Perambahan di CA Rawa Danau yang semula mencapai 851 ha, saat ini telah
berhasil ditangani seluas 28 ha (3,29%).
3. Perambahan di TB Masigit Kareumbi yang semula seluas 3 ha, berhasil
ditangani seluas 2,42 ha (80,67%).

Informasi tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh


Balai Besar KSDA Jawa Barat untuk mengurangi konflik dan tekanan terhadap
kawasan konservasi telah memperlihatkan hasil, walaupun belum optimal. Dari
total tekanan kawasan konservasi berupa perambahan seluas 1.723,68 ha,
berhasil ditangani seluas 88,42 ha (5,1%).

Dengan melihat kondisi saat ini (yang mengindikasikan bahwa jumlah konflik dan
tekanan terhadap kawasan sudah berkurang dilihat dari jumlah luasan
perambahan dan penyelesaian kasus lainnya), maka indikator konflik dan
tekanan terhadap kawasan konservasi dapat dilhat dari indikator berkurangnya

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 9


luas kawasan konservasi yang dirambah, dari semula 1.723,68 ha turun menjadi
1.635,26 ha. Dengan demikian, target pencapaian sasaran sebesar 1% berhasil
dicapai. Oleh karena itu, persentase pencapaian sasaran adalah sebesar 100%.

2. Pengelolaan eksosistem esensial sebagai daerah penyangga


meningkat 2%

Upaya pengelolaan ekosistem esensial menjadi salah satu perhatian dalam isu
pembangunan yang berkeadilan. Instruksi Presiden RI No 3 Tahun 2010 tentang
Program Pembangunan yang berkeadilan mengamanatkan untuk
meningkatkan pengelolaan dan pendayagunaan ekosistem esensial sebagai
sistem penyangga kehidupan melalui program konservasi
keanekaragaman hayati dan perlindungan.

Menjawab Instruksi Presiden RI tersebut, Balai Besar KSDA Jawa Barat telah
menginisiasi pengelolaan kawasan ekosistem esensial di tiga lokasi, sebagaimana
terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 3 : Kawasan Ekosistem Esensial lingkup Balai Besar KSDA Jabar

Luas
No Nama Lokasi Potensi EE
(Ha)
1. Mangrove Bulak Desa Babakan, Kec. Hutan 17
Setra Pangandaran, Kab. Mangrove dan
Pangandaran hutan pantai
2. Pelestarian Penyu Desa Ciliang, Kec. Hutan Pantai, 7
Batu Hiu Parigi, Kab. P. pantai 70
Pangandaran Km dengan L
50 m
3. Karst Cukang Desa Batukaras dan Hutan Pantai 52
Taneuh Desa Kertayasa, yang berada di
Kec. Cijulang, Kab. Lahan
Pangandaran Karst

Berbagai upaya untuk membangun dan mengelola kawasan ekosistem esensial


ini telah dilakukan bersama dengan stakeholders, terutama Pemerintah Daerah
setempat. Beberapa jenis kegiatan yang telah dilaksanakan dari awal sampai saat
ini antara lain :

• Identifikasi, Inventarisasi dan Validasi data Ekosistem;


• Sosialisasi dan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Esensial;
• Penyusunan Kesepakatan Pengelolaan Ekosistem Esensial;
• Pembentukan Forum;

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 10


• Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Ekosistem Essensial;
• Rapat Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Essensial;
• Bantuan Biaya Pemeliharaan Sarana Penangkaran dan pakan tukik;
• Penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Eksosistem Esensial di Kabupaten
Pangandaran.

Pada akhirnya, pengelolaan ekosistem esensial harus menjadi perhatian semua


pihak, utamanya pemerintah daerah setempat karena ekosistem esensial
yang telah ditunjuk berada di luar kawasan konservasi. Namun demikian,
sinergi dengan Kementerian Kehutanan cq Balai Besar KSDA Jawa Barat perlu
terus ditingkatkan, khususnya dalam menjalankan Rencana Aksi Pengelolaan
Eksosistem Esensial di Kab. Pangandaran untuk mendukung terwujudnya
ekosistem esensial sebagai sistem penyangga kehidupan sebagaimana
diamanatkan oleh Intruksi Presiden RI No 3 Tahun 2010.

Walaupun pada tahun 2014 tidak tersedia anggaran untuk sasaran ini (karena
mengalami penghematan), dengan melihat proses yang sudah berjalan
dengan baik dan concern dari semua pihak, maka target yang telah dibebankan
pada sasaran kedua ini sebesar 2% dapat tercapai. Dengan demikian,
persentase pencapaian sasaran untuk kegiatan ini adalah 100%.

3. Pendapatan masyarakat sekitar kawasan konservasi meningkat 6%

Fungsi kawasan konservasi sebagai perlindungan perlindungan sistem penyangga


kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, saat ini menghadapi ancaman yang sangat serius. Betapa tidak,
hutan konservasi yang merupakan benteng terakhir hutan di Indonesia, ternyata
belum lepas dari berbagai aktivitas ilegal seperti perambahan, pembalakan liar,
perburuan satwa liar, dan sebagainya.

Kondisi masyarakat sekitar kawasan konservasi yang pada umumnya adalah


petani tradisional dengan beberapa karakteristik seperti lemah dari sisi ekonomi,
pengetahuan, keterampilan, serta memiliki akses terbatas terhadap permodalan,
informasi, dan teknologi semakin menempatkan kawasan konservasi pada posisi
yang sulit. Masih tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap
kawasan konservasi menyebabkan masyarakat kerap kali melakukan interaksi

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 11


negatif dengan kawasan konservasi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Sebagai contoh, sebagian masyarakat menggunakan kawasan konservasi sebagai
area bercocok tanam, mengambil kayu sebagai bahan bakar dan bahan
bangunan, ataupun menebang kayu hanya untuk kegiatan berladang. Jika
kegiatan tersebut tidak dihentikan, akan semakin memperparah kerusakan
kawasan konservasi.

Menjawab kondisi masyarakat tersebut di atas, Balai Besar KSDA Jawa Barat
telah melakukan berbagai upaya di antaranya dengan membentuk Model Desa
Konservasi dengan Grand Design baru. Dalam hal ini MDK dijadikan sebagai
instrumen dalam penangananan permasalahan kawasan konservasi melalui
pendekatan sosial. Hal ini dikarenakan pendekatan yang bersifat represif
dirasakan belum dapat mengatasi permasalahan kawasan secara optimal.

Pada tahun 2013, melalui proyek ICWRMIP (hibah dari Asian Development Banj)
berhasil dibentuk 12 MDK yang masing-masing memiliki Master Plan untuk
rencana kegiatan kelompok lima tahun kedepan (termasuk di dalamnya kegiatan
usaha ekonomi produktif) dan masing-masing diberikan bantuan modal sebesar
Rp100.000.000,-. Masing-masing desa juga mendapatkan pendampingan dari
para fasilitator desa serta berbagai jenis pelatihan untuk meningkatkan
keterampilan masyarakat.

Pada tahun 2014, sesuai dengan komitmen dari ADB, melalui proyek ICWRMIP
akan diberikan modal tahap kedua sebesar Rp75.000.000,- kepada masing-
masing desa. Sebelum bantuan tersebut diberikan, telah dilakukan monitoring
dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan MDK berlangsung ditinjau
dari aspek administrasi, teknis, maupun kelembagaan. Berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi, hanya ada 10 (sepuluh) desa yang masih layak untuk
diberikan bantuan modal lebih lanjut. Sementara 1 (satu) desa menolak bantuan
yang akan diberikan dan 1 (satu) desa dianggap tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap kawasan (sehingga tidak diberi bantuan tahap kedua).
Sepuluh MDK yang mendapatkan bantuan tahap kedua, juga mendapatkan
pendampingan dari fasilitator desa serta bimbingan teknis dari Balai Besar KSDA
Jawa Barat. Jumlah anggaran yang tersedia untuk kegiatan MDK ini sebesar
Rp1.625.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp1.151.845.000,- (70,88%).

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 12


Selain itu, melalui anggaran yang berasal dari APBN telah dibentuk sebanyak 6
(enam) MDK. Keenam MDK ini juga dibimbing untuk menyusun master plan serta
menjalani beberapa pelatihan untuk menguatkan kelembagaan dan kemampuan
teknis mereka. Seperti halnya MDK yang dibentuk dari proyek ICWRMIP, keenam
MDK ini juga mendapatkan bantuan modal sebesar Rp45.000.000,-.

Melalui anggaran yang berasal dari APBN, juga telah dilakukan monitoring dan
evaluasi pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada peningkatan
pendapatan masyarakat sebagai dampak kegiatan pemberdayaan masyarakat
yang telah dilaksanakan. Monev mengacu pada Instrumen Pendapatan
Masyarakat di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang diterbitkan oleh
Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung.

Dalam petunjuk tersebut, jumlah desa yang dijadikan sampel minimal sebanyak
1 (satu) desa. Namun demikian, Balai Besar KSDA Jawa Barat mencoba untuk
menggali pendapatan masyarakat di 12 (dua belas) desa yang telah diberikan
bantuan modal. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak semua desa yang dimonev
dapat tergambarkan peningkatan penghasilannya. Hal ini dikarenakan beberapa
usaha produktif di beberapa desa belum berjalan sebagaimana mestinya.
Sementara beberapa desa sudah dapat diukur peningkatan penghasilannya
sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 4 : Hasil Monev Pendapatan Masyarakat

Rata-Rata Peningkatan Persentase


Populasi Jumlah
No. Nama Desa MDK Pendapatan Pendapatan Peningkatan
(Orang) KK
(Rp) (Rp) (%)
1. Desa 5.602 1.629 970.000 79.250 8,2
Tanjungwangi
2. Desa Jayagiri 18.701 4.683 1.826.000 92.875 5,1
3. Desa 2.334 666 1.352.000 120.000 8,9
Pasanggrahan
4. Desa 1.630 485 1.425.000 96.000 6,74
Sakambang
Rerata
7.067 1.866 1.393.250 97.031,25 7,24
Keterangan : Rerata yang ditampilkan merupakan rerata kelompok

Berdasarkan Tabel di atas, rata-rata pendapatan meningkat sebesar Rp 97.031


atau meningkat sebesar 7,24%. Peningkatan pendapatan sebesar 7,24%
tersebut dicapai melalui usaha produktif yang telah dijalankan oleh anggota

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 13


kelompok MDK. Sebagai contoh, kelompok MDK Pasanggrahan telah berhasil
meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha pembuatan gula aren.
Sedangkan di Desa Sakambang, anggota kelompok menekuni usaha pembuatan
kerajinan dari bambu.

Dengan melihat hasil monev tersebut yang menunjukkan bahwa pendapatan


masyarakat meningkat sebesar 7,24%, maka target sebesar 6% terlampaui.
Dengan demikian, capaian untuk sasaran ini sebesar 121%.

Adapun total anggaran yang tersedia untuk sasaran ini sebesar


Rp 2.232.760.000,- dengan realisasi sebesar Rp 1.733.495.000,- (77,64%).

4. Populasi jenis terancam punah meningkat sesuai ketersediaan


habitat sebesar 0,6%

Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya.


Indonesia dikenal sebagai negara Biodiversity karena memiliki potensi
keanekaragaman hayati yang tinggi. Kondisi ini salah satunya dapat dilihat di
Provinsi Jawa Barat dan Banten yang memiliki flora dan fauna khas bahkan
beberapa jenis endemik. Namun sampai saat ini ketersediaan data base kawasan
dalam hal potensi flora dan fauna masih sangat kurang. Hampir seluruh kawasan
konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Banten belum memiliki data mengenai
potensi flora dan fauna yang terbaru (up to date).

Pada tahun 2014, telah dilakukan beberapa jenis kegiatan untuk mengungkap
potensi flora dan fauna serta pembinaan habitat satwa yang berada di kawasan
konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat, yaitu:

1) Monitoring potensi Owa Jawa di CA Gunung Tilu, CA Leuweung Sancang,


dan CA Burangrang;
2) Monitoring potensi Elang Jawa di CA/TWA Tangkuban Parahu, CA/TWA
Kamojang, dan SM Gunung Sawal;
3) Identifikasi home range Elang Jawa di TWA Talaga Warna;
4) Pembinaan Habitat Penyu di SM. Cikepuh, SM. Sindang Kerta dan TWA.
Pulau Sangiang;
5) Fasilitasi Pelestarian Penyu di Pantai Batu Hiu.

Adapun alokasi anggaran untuk seluruh kegiatan tersebut adalah sebesar


Rp271.930.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp.264.630.000,- (97,32%).

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 14


Penghitungan peningkatan populasi satwa liar terancam punah yang menjadi
indikator kinerja Balai Besar KSDA Jawa Barat difokuskan pada jenis Owa jawa
(Hylobatesh moloch) di CA Gunung Tilu dan Elang jawa (Spizaetus bartelsii) di
CA/TWA Talaga Warna. Berikut jumlah populasi jenis tersebut tahun 2010-2014
seperti dapat terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 5 : Estimasi Populasi Owa Jawa dan Elang Jawa Tahun 2010-2014

TAHUN
No. Jenis Satwa
2010 2011 2012 2013 2014
1. Owa jawa di CA Gunung 25 16 26 26 31
Tilu
2. Elang jawa di CA/TWA 8 23 20 20 20
Talaga Warna

Apabila dibandingkan dengan tahun awal 2010, pada tahun 2014 populasi Owa
Jawa naik sebesar 24%. Sedangkan populasi Elang Jawa pada tahun 2014 telah
mengalami peningkatan sebesar lebih dari 100% dibandingkan tahun 2010,
walaupun mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011. Dengan
demikian, persentase pencapaian sasaran adalah sebesar 150% dengan
serapan anggaran sebesar 97,32%.

Keberhasilan pencapaian sasaran ini tidak terlepas dari terpantau serta terjaganya
kawasan tersebut sehingga masih dapat memberikan daya dukung yang optimal
bagi perkembangan populasi kedua jenis satwa terancam punah tersebut.

5. Penangkaran dan pemanfaatan keanekaragaman hayati meningkat


sebesar 1%

Keberhasilan kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tidak
terlepas dari bagaimana mengendalikan cara-cara pemanfaatannya untuk menjamin
terpeliharanya keanekaragaman sumber daya genetik dan ekosistemnya. Dalam
memanfaatkan TSL harus selalu memegang prinsip menghindari bahaya kepunahan
atau menghindari penurunan potensi pertumbuhan populasinya atara lain melalui
kegiatan penangkaran.

Kegiatan penangkaran sebagai salah satu upaya pemanfaatan TSL merupakan


kegiatan perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran TSL dengan
tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Untuk mewujudkan peningkatan

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 15


pemanfaatan dan penangkaran keanekaragaman hayati secara lestari, beberapa
kegiatan berikut ini telah dilakukan, yaitu :

1. Pembinaan teknis penangkaran TSL;


2. Workshop penangkaran TSL;
3. Pembinaan teknis pengedar TSL;
4. Pengelolaan demplot penangkaran Penyu semi alamiah di SM Cikepuh dan
SM Sindangkerta;
5. Penanganan gangguan satwa liar.

Anggaran untuk melaksanakan seluruh kegiatan tersebut dialokasikan sebesar


Rp346.960.000,- dengan realisasi sebesar Rp344.330.000,- (99,24%).

Kegiatan-kegiatan tersebut di atas, utamanya pembinaan teknis penangkaran


dan pembinaan teknis pengedar TSL telah memberikan pengaruh signifikan
terhadap perkembangan penangkar yang terdaftar di Balai Besar KSDA Jawa
Barat. Hal tersebut dapat dilihat pada trend peningkatan jumlah penangkar
dari tahun ke tahun seperti dapat terlihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2 : Tren Jumlah Penangkar Lingkup Balai Besar KSDA Jabar

Berdasarkan Gambar 2 tersebut di atas, terjadi peningkatan jumlah penangkar


dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebanyak 19 penangkar atau sebesar 18%.
Dengan demikian, target peningkatan jumlah penangkar sebesar 1% berhasil
terlampaui sehingga capaian realisasi sasaran sebesar 150% dengan serapan
anggaran sebesar 99,24%.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 16


6. Kasus tindak pidana kehutanan tahun berjalan dapat terselesaikan
sebesar 15%

Dalam rangka meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanan di dalam


maupun di luar kawasan konservasi, Balai Besar KSDA Jawa Barat melaksanakan
berbagai jenis kegiatan di antaranya:

1. Pengumpulan bahan dan keterangan;


2. Kegiatan intelejen;
3. Operasi pengamanan kawasan;
4. Pemeliharaan sarana prasarana pengamanan hutan;
5. Penyelesaian kasus tindak pidana bidang kehutanan;
6. Koordinasi pengamanan hutan lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat;
7. Penyusunan rencana penanganan perambahan.

Kegiatan operasi pengamanan ini dilaksanakan oleh Bidang Wilayah/Seksi


Wilayah dan disupervisi oleh Bidang Teknis KSDA, baik berupa operasi rutin,
gabungan maupun operasi intelejen. Keseluruhan kegiatan yang berkaitan
dengan pengamanan serta penyelesaian kasus tindak pidana kehutanan
mendapat porsi anggaran pada tahun 2014 sebesar Rp1.588.260.000,- dengan
realisasi anggaran sebesar Rp1.292.035.000,- (81,35%).

Selama tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melaksanakan kegiatan
intelejen di wilayah kerja yang meliputi Provinsi Jawa Barat dan Banten.
Disamping itu juga dilaksanakan pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket)
dari kegiatan operasi intelijen dan hasil pengecekan di lapangan. Kegiatan
Operasi Intelejen dan Pulbaket dilaksanakan antara lain di CA Gunung Simpang,
CA Takokak, CA/TWA Patengan, CA Gunung Jagat, dan beberapa lokasi eksitu.
Dari kegiatan tersebut dapat diperoleh bukti-bukti kejahatan kehutanan dan
diharapkan dapat menggiring para pelaku kejahatan kehutanan ke Pengadilan.

Berdasarkan register perkara TIPIHUT tahun 2014 tercatat ada 11 (sebelas)


kasus tindak pidana kehutanan terdiri atas 5 (lima) kasus pencurian kayu, 1
(satu) kasus pencurian kulit kayu sulibra, 3 (tiga) kasus illegal trading TSL, dan 2
(dua) kasus pembakaran hutan. Kondisi penyelesaian kasus tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel berikut ini.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 17


Tabel 6 : Penanganan Kasus Pelanggaran Kehutanan Tahun 2014

Jmlh Kondisi Saat Ini


No. Jenis Pelanggaran
Kasus Penyelidikan P 21 Vonis
1. Illegal logging 5 1 3 1
2. Illegal trading 3 - 1 2
3. Pencurian kulit kayu 1 - 1 -
4. Pembakaran hutan 2 2 - -
JUMLAH 11 3 5 3

Berdasarkan Tabel tersebut di atas, dari 11 (sebelas) kasus yang ditangani, 3


(tiga) kasus sampai pada tahap vonis, 5 (lima) kasus sudah pada tahap P21, dan
3 (tiga) kasus masih dalam penyelidikan. Jika yang menjadi acuan penyelesaian
kasus adalah kasus yang sudah pada tahap P21 dan vonis, artinya ada 8
(delapan) kasus atau 72,7% kasus tahun berjalan yang berhasil diselesaikan.
Jumlah ini melebihi target yang direncanakan, yaitu 15% sehingga realisasi
sasaran mencapai 150% dengan serapan anggaran sebesar 81,35%.

Keberhasilan pencapaian sasaran ini di antaranya dikarenakan semakin aktif dan


profesionalnya para Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Balai Besar KSDA
Jawa Barat dalam melakukan penyidikan suatu kasus. Di samping itu, koordinasi
yang intens dengan pihak kepolisian dan kejaksaan setempat juga menjadi faktor
lain yang menyebabkan tercapainya sasaran ini.

7. Tunggakan kasus tindak pidana kehutanan dapat terselesaikan


sebesar 5%

Proses penegakan hukum dalam hal ini penyelesaian kasus merupakan bagian
penting dalam upaya menjaga kelestarian SDA Hayati dan Ekosistemnya.
Berbagai kegiatan operasi pengamanan yang dilakukan tidak akan berarti banyak
jika proses hukum selanjutnya tidak tertangani dengan baik. Namun demikian,
tidak semua kasus yang ada dapat tertangani seluruhnya sehingga ada beberapa
kasus yang tertunggak untuk diselesaikan pada tahun berikutnya. Adapun
kegiatan dan anggaran yang digunakan untuk penyelesaian tunggakan kasus
tindak pidana kehutanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
dan anggaran untuk mencapai sasaran 7.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 18


Berdasarkan register perkara TIPIHUT tahun 2014 tercatat ada 3 (tiga)
tunggakan kasus tahun 2013. Dari 3 (tiga) tunggakan kasus tesebut, yang
berhasil diselesaikan sampai vonis sebanyak 1 (satu) kasus atau sebesar
33,3%. Jumlah ini melebihi target yang direncanakan, yaitu 5% sehingga
persen pencapaian sasaran mencapai 150%.

8. Terselesaikannya kasus perambahan hutan konservasi sebesar 4%

Masalah perambahan di dalam kawasan konservasi memang masih sering terjadi.


Ada beberapa faktor yang dapat memicu maraknya Ilegal mining (penambangan
liar) dan perambahan hutan, yaitu faktor ekonomi dan sosial masyarakat, serta
oleh kebijakan pemekaran wilayah yang kurang menghitung daya dukung
kawasan. Hal ini tentu saja akan membuat tekanan terhadap hutan semakin
berat. Akibatnya hutan Indonesia tidak terkecuali kawasan konservasi semakin
mengalami kerusakan dan dial ihfungsikan.

Lemahnya pengawasan serta kurang tegasnya penegakan hukum kehutanan


diduga juga menjadi faktor penting dalam mengatasi permasalahan perambahan
ini. Untuk itu Balai Besar KSDA Jawa Barat berkomitmen untuk mengatasi segala
permasalahan hukum terkait perambahan. Adapun jenis kegiatan dan anggaran
yang digunakan untuk penyelesaian kasus perambahan hutan konservasi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan dan anggaran untuk
mencapai sasaran 7.

Berdasarkan data yang ada, pada awal tahun 2014 tercatat ada sekitar 1.723,68
ha kawasan yang menjadi lokasi perambahan. Namun demikian, pada akhir
tahun 2014 sebanyak 88,42 ha atau 5,1% berhasil diselesaikan. Persentase
penurunan luasan perambahan ternyata melebihi target awal yang ditetapkan,
yaitu sebesar 4% sehingga realisasi sasaran mencapai 130%.

9. Menurunnya kawasan hutan konservasi yang terbakar sebesar 10%

Menurunnya kebakaran hutan adalah sasaran yang harus dicapai, keberhasilan


dalam pengendalian kebakaran hutan merupakan keberhasilan konservasi yang
paling penting. Kawasan konservasi yang sering terjadi kebakaran hutan adalah
kawasan hutan konservasi Suaka Margasatwa Cikepuh, CA Bojonglarang Jayanti,
CA. Kamojang dan TB. Masigit Kareumbi.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 19


Untuk mencapai target menurunnya luas kawasan hutan konservasi yang
terbakar, pada tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat melaksanakan beberapa
kegiatan antara lain:

1. Rapat koordinasi teknis pengendalian kebakaran hutan;


2. Pelatihan fisik dan peningkatan daya tahan tubuh;
3. Pembinaan masyarakat peduli api;
4. Pemeliharaan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan;
5. Posko siaga kebakaran hutan;
6. Pelaksanaan apel siaga kebakaran hutan;
7. Monitoring hotspot;
8. Koordinasa dengan para pihak;
9. Sosialisasi pengurangan resiko bahaya kebakaran hutan;
10. Operasi pengendalian dan pemadaman kebakaran hutan;
11. Pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan.

Adapun Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pencegahan dan


pengendalian kebakaran hutan sebesar Rp900.000.000,- dengan realisasi
sebesar Rp800.900.000,- (88,99%). Tabel 7 dan Gambar 2 berikut ini
memperlihatkan luas kebakaran hutan selama tahun 2011 sampai dengan tahun
2014.

Tabel 7 : Data Kejadian Kebakaran Hutan Tahun 2011 s/d 2014 di Kawasan
Konservasi Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat
TAHUN
No. Jenis Satwa
2010 2011 2012 2013 2014
1. CA Bojonglarang 11,39 26 - - 31
Jayanti
2. CA Leuweung 5,98 23 3 - 20
Sancang
3. CA Cibanteng - 150 23 15,5
4. CA Rawa Danau - 600 - -
5. SM Cikepuh 861,49 717 214,7 76,1
6. TWA Papandayan - 50 - -
7. TWA Kamojang 75 - - -
8. TWA Gunung - 94,5 - 200
Guntur
9. TB Masigit 94 65,5 - 11,97
Kareumbi
10. TWA Gunung - - 1,5 -
Tampomas
Total 1.068,86 1.726 242,2 303,57 51

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 20


Gambar 3 : Luas Kawasan terbakar tahun 2010-2014 Lingkup Balai Besar KSDA
Jabar

Berdasarkan Gambar 3 di atas, luas kawasan yang terbakar antara 2011-2014


berfluktuasi. Namun demikian, tampak jelas bahwa peningkatan luas kawasan
yang terbakar secara signifikan terjadi pada tahun 2012, dari semula 1.068 ha
pada tahun 2012 menjadi 1.726 pada tahun 2012. Kondisi sebaliknya terjadi
pada tahun 2013, dengan kawasan yang terbakar hanya seluas 242 ha, menurun
sebanyak 1.483,8 ha dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2014, luas kawasan yang terbakar kembali meningkat sebesar 61,37
ha. Di sisi lain, target pada tahun 2014 adalah menurunnya luas kebakaran hutan
sebanyak 10% dari tahun 2013. Dengan melihat kondisi tersebut, maka target
yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai sehingga realisasi capaian sasaran
0%.

Ketidakberhasilan dalam upaya menurunkan luas kawasan yang terbakar


disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

• belum optimalnya sistem deteksi dini kebakaran hutan;


• lokasi kebakaran hutan yang relatif sulit dijangkau dan diperparah dengan
kurangnya ketersediaan air;
• musim kemarau yang lebih lama dibandingkan dengan tahun 2013.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 21


10. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam yang diikuti dengan
peningkatan PNBP sebesar 20%

Kegiatan pariwisata alam memiliki prospek besar di dalam memberikan income bagi
negara, baik melalui pengeluaran/belanja para wisatawan maupun
penerimaan langsung dari karcis masuk, pungutan Izin Pengusahaan Pariwisata
Alam (IPPA) dan Pungutan Usaha Pariwisata Alam (PUPA). Penerimaan
secara langsung dari kegiatan pariwisata alam tersebut merupakan salah
satu sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), yaitu penerimaan negara
yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan namun masuk dalam struktur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sebagai salah satu sumber PNBP bidang PHKA, kegiatan pariwisata alam layak
untuk mendapatkan perhatian. Untuk itu, pada tahun 2014 beberapa kegiatan
telah dilakukan untuk mendukung peningkatan PNBP dari pariwisata alam, di
antaranya:

1. Bimbingan Teknis Pengembangan Wisata Alam;


2. Monitoring dan Evaluasi Pengusahaan Pariwisata Alam oleh Pemegang IPPA;
3. Rapat Koordinasi Wisata Alam;
4. Peningkatan Pelayanan Pengunjung Pada Hari Raya dan Hari Libur Nasional;
5. Identifikasi Potensi Wisata di TWA Tampomas;
6. Penatausahaan karcis masuk TWA;
7. Pembinaan petugas pengelola PNBP;
8. Peningkatan pengelolaan PNBP;
9. Pengembangan sarpras khusus wisata alam.

Adapun jumlah anggaran yang telah dialokasikan untuk melaksanakan


kegiatan tersebut di atas sebesar Rp1.284.875.000,- dengan realisasi sebesar
Rp1.235.647.100,- (96,17%).

Sasaran yang hendak dicapai pada tahun 2014 dari berbagai kegiatan yang
telah dilaksanakan adalah meningkatnya jumlah PNBP sebesar 20% dari tahun
2013. Gambar 4 berikut ini memperlihatkan jumlah PNBP mulai tahun 2011
sampai dengan tahun 2014.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 22


Gambar 4 : Tren Kenaikan PNBP tahun 2010-2014 Lingkup Balai Besar KSDA
Jabar

Berdasarkan Gambar 4 tersebut di atas, dalam rentang waktu 2011 — 2013


jumlah PNBP terlihat relatif stagnan. Pada periode tersebut, PNBP mengalami
peningkatan namun sangat tidak signifikan. Tidak mengherankan jika pada
periode tersebut realisasi sasaran tidak tercapai karena peningkatannya di bawah
5%.

Kenaikan secara drastis justru terjadi pada tahun 2014. PNBP yang semula
berjumlah Rp6.558.617.750,- pada tahun 2013, meningkat menjadi
13.731.984.000,- pada tahun 2014 atau mengalami lonjakan sebesar 109%.
Tentunya, kenaikan ini jauh melampaui target kenaikan PNBP yang telah
ditetapkan, yaitu sebesar 20%. Dengan kondisi tersebut, maka realisasi
pencapaian sasaran sebesar 150% dengan realisasi anggaran sebesar 96,17%.

Tercapainya sasaran peningkatan PNBP dari kegiatan wisata alam tidak terlepas
dari diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2014 tentang tentang
Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan
sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 tentang Tarif
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen
Kehutanan dan Perkebunan. Di dalam PP No. 12 Tahun 2014 ini, terdapat
beberapa revisi terhadap harga karcis masuk ke dalam kawasan konservasi.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 23


Penetapan rayon pada kawasan TWA lingkup BBKSDA Jawa Barat juga
mengalami perubahan. Sebelumnya, seluruh kawasan TWA lingkup BBKSDA
Jawa Barat berada pada rayon I dengan harga harga karcis masuk sebesar
Rp2.000/orang/hari. Saat ini, seluruh TWA termasuk rayon III dengan harga tiket
masuk sebesar Rp5.000/orang/hari, kecuali TWA Pangandaran dan TB Masigit
Kareumbi yang masuk ke rayon II dengan tiket masuk sebesar
Rp 10.000/orang/hari.

Dengan adanya peningkatan harga karcis, perubahan rayonisasi, serta


peningkatan jumlah pengunjung, maka sangat wajar terjadi peningkatan PNBP
dari kegiatan wisata alam di TWA Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat pada
tahun 2014 secara fenomenal dan jauh melebihi target yang telah ditetapkan.

11. Meningkatnya peran serta Kader Konservasi, Kelompok Pecinta


Alam, dan Kelompok Swadaya Masyarakat sebesar 2%

Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan salah satu mitra Balai
Besar KSDA Jawa Barat dalam pengelolaan kawasan konservasi. Kader
konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan generasi muda yang
diharapkan dapat memiliki pemahaman mengenai konservasi sehingga dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal pelestarian
lingkungan.

Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam lebih jauh lagi diharapkan menjadi
agen perubah yang dapat menularkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga
kelestarian alam kepada masyarakat luas. Dengan demikian, diharapkan semakin
banyak masyarakat yang memiliki kesadartahuan tentang pentingnya konservasi
bagi masa depan generasi yang akan datang.

Kegiatan yang biasanya dilaksanakan terkait dengan kader konservasi, kelompok


pecinta alam, dan kelompok swadaya masyarakat antara lain:

1. Pembinaan kader konservasi dan pecinta alam;


2. Fasilitasi kader konservasi dan pecinta alam pada kegiatan Gempala Tk.
Nasional;
3. Dukungan operasional tenaga penyuluh;
4. Evaluasi peran serta kader konservasi dan pecinta alam.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 24


Namun demikian, pada tahun 2014 beberapa kegiatan tersebut di atas tidak
dapat dilaksanakan seperti pembinaan kader dan pecinta alam (karena
mengalami penghematan) serta fasilitasi kader konservasi pada kegiatan
Gempala Tk. Nasional (karena anggaran turun di akhir tahun). Sementara untuk
evaluasi peran serta kadeer konservasi dan pecinta alam tetap dilakukan karena
kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin dalam menilai kader konservasi dan
pecinta alam terbaik di tingkat provinsi. Dikarenakan mengalami penghematan,
anggaran untuk kegiatan hanya berjumlah Rp20.700.000,- dengan realisasi
sebesar Rp13.240.000,- (63,96%).

Terlepas dari itu semua, peran para kader konservasi dalam turut serta
membangun kawasan konservasi semakin meningkat. Tercatat ada 6 (enam)
orang kader konservasi yang tergabung dalam FK3I terlibat secara aktif di dalam
pengembangan Model Desa Konservasi sebagai fasilitator. Peran mereka sangat
krusial dalam membimbing dan membina masyarakat, terutama dalam
menguatkan kelembagaan MDK. Di samping itu, ada pula 2 (dua) orang anggota
KPA Pajar Rimbawana yang secara aktif memberikan pendidikan konservasi dan
lingkungan kepada masyarakat, terutama anak sekolah dengan mendirikan
semacam taman bacaan konservasi dan memberikan penyuluhan ke sekolah-
sekolah.

Dengan melihat kondisi tersebut di atas, selama tahun 2014, peran serta kader
konservasi mengalami peningkatan sebesar 2,2% dari jumlah 360 orang, yaitu
sekitar 8 orang. Peningkatan ini melebihi target yang ditetapkan yaitu 2%,
sehingga persen pencapaian sasaran mencapai 110% dengan realisasi
anggaran sebesar 63,96%.

Keberhasilan tersebut, tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan
oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat, di antaranya:

1. Hampir setiap tahun Balai Besar KSDA Jawa Barat senantiasa


melaksanakan kegiatan pembinaan kader konservasi dan pecinta alam;
2. Pelibatan kader konservasi di dalam even-even yang dilaksanakan oleh
Balai Besar KSDA Jawa Barat;
3. Adanya motivasi berupa penetapan Kader Konservasi dan Pecinta Alam
terbaik lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat setiap tahunnya.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 25


12. Meningkatnya pengembangan promosi, informasi dan jasa
lingkungan sebanyak 1 Kegiatan

Balai Besar KSDA Jawa Barat mengelola sebanyak 50 kawasan konservasi yang
tersebar di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Tentunya, masing-masing kawasan
konservasi memiliki potensi dan karakteristik tersendiri, baik berupa flora, fauna,
maupun ekosistemnya.

Potensi yang dimiliki oleh masing-masing kawasan sudah selayaknya


disebarluaskan agar masyarakat secara luas mengetahui bahwa kawasan
konservasi di samping memiliki fungsi yang penting sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan, juga memiliki pesona dan keindahan alam tersendiri
sehingga dapat menggugah masyarakat untuk bangga dan turut
melestarikannya. Oleh karena itu, pengembangan promosi, informasi dan jasa
lingkungan dalam pengelolaan kawasan konservasi diperlukan.

Beberapa kegiatan terkait dengan promosi dan informasi yang dilaksanakan


pada tahun 2014 di antaranya:

1. Kegiatan pameran promosi wisata alam tingkat nasional;


2. Penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik.

Adapun anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp308.435.000,- dengan realisasi


anggaran sebesar Rp249.800.000,- (80,99%).

Diharapkan melalui penyebaran informasi tersebut, dapat memberikan pemahaman


kepada masyarakat luas mengenai kawasan konservasi. Di samping itu,
kunjungan masyarakat ke kawasan konservasi, khususnya taman wisata
alam dapat meningkat dari tahun ke tahun. Kegiatan penyebaran informasi
dan promosi dapat dilaksanakan sehingga capaian sasarannya sebesar 100%
dengan realisasi anggaran sebesar 80,99%.

13. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi lengkap

Balai Besar KSDA Jawa Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen
Kehutanan yang wilayah pengelolaannya meliputi Provinsi Jawa Barat dan Banten.
Kelembagaan Balai Besar KSDA Jawa Barat secara lengkap terdiri dari :

1. Bagian Tata Usaha, berkedudukan di Bandung


2. Bidang Teknis KSDA, berkedudukan di Bandung

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 26


3. Bidang Wilayah I s/d III, berkedudukan di Bogor, Soreang, Ciamis.
4. Sub Bagian Umum, Sub Bagian Perencanaan & Kerjasama, Sub Bagian Data,
Evlap & Humas, berkedudukan di Bandung
5. Seksi Pemanfaatan & Pelayanan, Seksi Perlindungan, Pengawetan dan
Perpetaan, berkedudukan di Bandung
6. Seksi Konservasi Wilayah I s/d VI, berkedudukan di Serang, Bogor, Soreang,
Purwakarta, Garut dan Tasikmalaya.
7. Dengan adanya implementasi Resort Based Management (RBM), pada tahun
2013 telah ditetapkan 22 resort pengelolaan wilayah yang tersebar di setiap
seksi konservasi wilayah.

Sumber daya manusia (PNS, Honorer, Pegawai Harian) yang tersedia untuk
mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan Balai Besar KSDA Jawa
Barat per Desember 2014 adalah sebanyak 287 orang. Sampai dengan akhir tahun
2014 semua gaji, tunjangan dan honor sudah dibagikan kepada seluruh pegawai
lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat.

Pada tahun 2014 PNS lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat juga menerima gaji
ke-13 dan kenaikan gaji sebesar 6%. Pemberian gaji ke-13 dan kenaikan gaji ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan meringankan biaya
hidup Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2014
tentang Pemberian Gaji/Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas dalam Tahun
Anggaran 2014 kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima
Pensiun/Tunjangan. Di samping itu, PNS Balai Besar KSDA Jawa Barat juga
mendapatkan tunjangan kinerja sesuai dengan jabatan yang diembannya.

Pada tahun 2014 juga telah dibangun berbagai sarana dan prasarana dalam rangka
menunjang tupoksi di antaranya adalah:

1. Pengadaan komputer, 10 unit;


2. Pengadaan printer, 10 unit;
3. Pengadaan perlengkapan pos terpadu di CA Rawa Danau, 1 Paket;
4. Pengadaan perlengkapan meubelair kantor balai, 1 paket;
5. Pembangunan Dapur untuk Kantor Resor Pulau Sangiang, 1 paket;

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 27


6. Pemagaran dan Penataan Landscape Rumah Dinas SKW V di Garut, 1
paket;
7. Pembuatan Pos Jaga di CA. Junghuhn, 1 paket.

Total anggaran yang disediakan untuk mendukung pencapaian sasaran ini sebesar
Rp20.334.598.000,- dengan realisasi sebesar Rp18.954.235.573,- (93,21%).
Jumlah anggaran yang besar bisa dipahami mengingat di dalamnya termasuk gaji
dan honor pegawai, pemeliharaan kendaraan dan bangunan, serta pengadaan/
pembangunan sarana prasarana penunjang tupoksi.

Dengan melihat semakin baiknya kelengkapan kelembagaan Balai Besar KSDA Jawa
Barat, maka sasaran berupa peningkatan kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi
lengkap telah teralisasi sehingga capaian sasaran ini sebesar 100% dengan
realisasi anggaran sebesar 93,21%.

14. Tersusunnya program dan anggaran serta laporan evaluasi dan


keuangan

Dokumen perencanaan yang meliputi Rencana Kerja (RO/RK, RKT dan RKAKL)
serta Rencana Strategis 2010-2014 merupakan dokumen yang mendukung
kelancaran pelaksanaan Tupoksi Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai pengelola
kawasan konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Dengan perencanaan yang
matang maka pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan lancar.

Sementara itu, dokumen Data Informasi dan Evaluasi yang meliputi Laporan
Tahunan, Statistika, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
merupakan pelaporan dan pertanggungjawaban kegiatan yang telah dilaksanakan.
Dokumen tersebut diperlukan sebagai bahan evaluasi dan peningkatan kinerja di
tahun mendatang.

Guna mendukung pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, pada tahun 2014 telah
dilaksanakan beberapa kegiatan berikut ini:

1. Penyusunan Laporan Keuangan & Barang Tingkat Satuan Kerja;


2. Penyusunan Laporan Keuangan & Barang Tingkat Wilayah;
3. Penyusunan Laporan BMN;
4. Penyusunan Laporan SPIP;
5. Pembinaan persuratan dan kearsipan;

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 28


6. Penyusunan Renstra 2015 — 2019;
7. Penyusunan Rencana Operasional/Petunjuk Operasional;
8. Penyusunan RKA-KL Tahun 2015;
9. Penyusunan RENJA Tahun 2015;
10. Dukungan pengelolaan barang milik negara;
11. Dukungan pelaksanaan sistem pengendalian intern satuan kerja;
12. Penyusunan laporan tahunan 2013;
13. Penyusunan statististik tahun 2013;
14. Penyusunan LAKIP tahun 2013;
15. Monitoring dan evaluasi kegiatan tahun 2014.

Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung pencapaian sasaran ini adalah
sebesar Rp417.334.000,- dengan realisasi sebesar Rp368.095.000,bb- (88,21%).
Dengan melihat bahwa seluruh output yang diharapkan dapat tercapai dengan baik,
maka sasaran telah dapat dicapai sebesar 100% dengan realisasi anggaran sebesar
88,21%.

15. Meningkatnya Profesionalisme Tenaga Fungsional POLHUT, PEH,


dan Penyuluh Kehutanan

Meningkatnya profesionalisme tenaga fungsional POLHUT, PEH, dan Penyuluh


Kehutanan mutlak diperlukan dalam pengelolaan kawasan. Sebagai ujung tombak
pengelolaan kawasan di lapangan, tenaga fungsional wajib memiliki profesionalisme
dan keahlian yang terus ditingkatkan melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, seminar,
dan penugasan. Masing-masing kelompok jabatan fungsional tersebut memiliki
koordinator dan wakil untuk memudahkan dalam pengorganisasian.

Pada tahun 2014, ada beberapa jenis pelatihan yang diikuti oleh pegawai Balai Besar
KSDA Jawa Barat di antaranya adalah inhouse training aplikasi database RBM,
diklatpim II, diklatpim III, dan diklatpim IV. Pelatihanpelatihan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan teknis para pejabat fungsional dalam mengelola
kawasan konservasi. Khusus untuk Polhut, telah diselenggarakan Latihan Menembak
untuk meningkatkan kemampuan menggunakan senjata para pejabat fungsional
Polhut sebagai bekal dalam melaksanakan Tupoksi di lapangan. Di samping itu, guna
meningkatkan motivasi seluruh pegawai Balai Besar KSDA Jawa Barat dalam
menjalankan tupoksinya masing-masing, telah diselenggarakan pembinaan pegawai
di Pangandaran.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 29


Pegawai Balai Besar KSDA Jawa Barat juga ada yang pada saat ini sedang
melaksanakan Tugas Belajar. Tercatat sedikitnya 4 (empat) orang pegawai Balai
Besar KSDA Jawa Barat yang saat ini sedang menempuh pendidikan jenjang strata
2 (S2), baik di dalam maupun luar negeri. Tentunya hal tersebut merupakan satu
keuntungan tersendiri bagi organisasi Balai Besar KSDA Jawa Barat karena akan
memiliki lebih banyak pegawai dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.

Guna mendukung peningkatan profesionalisme pegawai, khususnya tenaga


fungsional di Balai Besar KSDA Jawa Barat, juga telah dilaksanakan kegiatan
pemutakhiran data pegawai serta bimbingan teknis penyusunan Dupak dan
penilaian Dupak jabatan fungsional. Adapun anggaran untuk keseluruhan kegiatan
tersebut sebesar Rp130.860.000,- dengan realisasi anggaran sebesar
Rp130.500.000,- (99,72%).

Mengingat banyaknya pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan


dan profesionalisme pejabat fungsional, maka sasaran ini telah tercapai 100%
sehingga persen pencapaian sasaran mencapai 100% dengan realisasi
anggaran 99,72%.

Berdasarkan hasil idnetifikasi terhadap potensi dan permasalahan baik dari


internal maupun exsternal, maka dalam rangka penyusunan rencana strategis
Balai Besar KSDA Jawa Barat 2015-2019 dapat dipetakan beberapa factor yang
menjadi keuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dan beberapa gambaran
strategi yang dapat dilakukan dengan sebagaimana tertera dalam gambar
berikut :

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 30


Kekuatan (S = Strengths) Kelemahan (W = Weaknesses)
1. Potensi jasa lingkungan dan wisata alam 1. Promosi pemanfaatan jasa lingkungan dan
Internal di kawasan konservasi sangat tinggi wisata alam di kawasan konservasi belum
optimal
2. Potensi dan pemanfaatan TSL cukup 2. Pengelolaan dan pengawasan pemanfaaatan
Eksternal tinggi TSL masih lemah
3. Jumlah SDM memadai 3. Kualitas SDM dalam penegakan hukum
tipihut masih terbatas
4. Kawasan konservasi memiliki potensi 4. Pengelolaan kawasan konservasi dan
yang tinggi kawasan esensial belum optimal
Peluang (O = Opportunities) Strategi S - O Strategi W - O
1. Dukungan stakeholder dan minat masyarakat 1. Mengembangkan potensi jasa lingkungan 1. Memberikan peran kepada stakeholder dan
dalam pemanfaatan jasa lingkungan dan dan wisata dengan melibatkan masyarakat untuk melakukan promosi
wisata tinggi stakeholder dan masyarakat pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata
alam yang lebih luas dan intensif
2. Dukungan stakeholder dan minat masyarakat 2. Mengembangkan potensi dan 2. Memanfaatkan peraturan perundangan untuk
dibidang pelestarian dan pemanfaatan TSL pemanfaatan TSL dengan melibatkan pengawasan pemanfaatan TSL
cukup tinggi stakeholder dan masyarakat
3. Dukungan kelembagaan dan peraturan 3. Mengoptimalkan SDM dalam penegakan 3. Memanfaatkan peraturan perundangan untuk
perundangan dibidang tipihut cukup kuat tipihut penegakan tipihut
4. Dukungan stakeholder dalam pengelolaan 4. Memanfaaatkan dukungan stakeholder 4. Memberikan peran kepada berbagai pihak
kawasan konservasi dan kawasan esensial pengelolaan kawasan konservasi dan dalam pengelolaan kawasan konservasi dan
cukup tinggi kawasan esensial kawasan essensial
Ancaman (T = Threats) Strategi S – A Strategi W - T
1. Konflik kepentingan antara stakeholder terkait 1. Meningkatkan koordinsi dan sinkronisasi 1. Melakukan sosialisasi untuk menekan dan
pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam program jasa lingkungan dan wisata meminimalisir konflik kepentingan antar
cukup tinggi alam stakeholder dalam pemanfaatan jasa
lingkungan dan wisata alam
2. Maraknya perburuan dan perdagangan TSL 2. Melakukan sosialisasi lebih intensif untuk 2. Meningkatkan pengawasan dan penegakan
illegal menekan perburuan dan perdagangan hukum
TSL serta mempertahankan potensi TSL
yang ada

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 31


3. Tekanan masyarakat terhadap kawasan 3. Mengoptimalkan peran SDM untuk 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM
konservasi sangat tinggi melakukan pencegahan dan dalam penegakan hukum tipihut
pengamanan kawasan konservasi
4. Dokumen pengelolaan kawasan konservasi 4. Memanfaatkan SDM untuk menyusun 4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat
belum lengkap dokumen pengelolaan kawasan dalam pengelolaaan kawasan konservasi dan
konservasi kawasan essensial

Gambar 5 : Formulasi Strategi dengan Analisa SWOT

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 32


BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

A. Visi, Misi dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019


merupakan periode ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005- 2025. RPJMN Tahun 2015-2019, sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015, menegaskan
kembali bahwa pelaksanaan pembangunan Indonesia harus sesuai dengan ideologi
bangsa, yaitu Pancasila dan Trisakti. Ideologi tersebut harus menjadi penuntun,
penggerak, pemersatu, dan sekaligus sebagai bintang pengarah.

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang


dihadapi, serta capaian pembangunan selama ini, maka Presiden Republik Indonesia
menetapkan visi pembangunan nasional tahun 2015-2019, yaitu “Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

Untuk mewujudkan pencapaian visi tersebut, pembangunan dilaksanakan dengan


misi :

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,


menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan
negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional; serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan

Adapun norma pembangunan yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam RPJMN
Tahun 2015-2019 adalah:

1. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat;

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 33


2. Setiap upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, dan produktivitas tidak
boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak
keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus diberikan pada peningkatan
produktivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi,
menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelakupelaku besar
untuk terus menjadi agen pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan;
3. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung
lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Visi dan misi pembangunan tahun 2015-2019 menjadi peta jalan seluruh kementerian
dan/atau lembaga penyelenggara negara dalam merancang arah pembangunan,
sasaran, dan strategi yang akan dilaksanakannya. Prioritas dalam jalan perubahan
menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan dalam sembilan agenda prioritas
pembangunan tahun 2015-2019. Sembilan agenda prioritas yang lebih dikenal
dengan sebutan Nawa Cita tersebut, diuraikan sebagaimana dalam Gambar berikut.

Gambar 6 : Visi Misi Pembangunan Nasional dan Nawacita

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 34


B. Sasaran

Berdasarkan uraian rencana pelaksanaan Nawa Cita, tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal KSDAE terutama tertuang dalam agenda ketujuh. Nawa Cita juga
menguraikan sub agenda dan sasaran yang menjadi amanat bagi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Berangkat dari pandangan, harapan dan
permasalahan yang ada, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan
tujuan pembangunan tahun 2015-2019, yaitu memastikan kondisi lingkungan berada
pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya berada
rentang populasi yang aman, serta secara paralel meningkatkan kemampuan
sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional.

Berdasarkan tujuan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan, peran utama


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015-2019, yaitu: (1)
Menjaga kualitas LH yang memberikan daya dukung, pengendalian pencemaran,
pengelolaan DAS, keanekaragaman hayati serta pengendalian perubahan iklim; (2)
Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopang kehidupan, menyediakan hutan
untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna
serta endangered species; (3) memelihara kualitas lingkungan hidup, menjaga hutan,
dan merawat keseimbangan ekosistem dan keberadaan sumberdaya.

Untuk memastikan manifestasi dari peran Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan dalam pembangunan nasional, dirumuskan sasaran strategis yang
menjadi panduan dan pendorong arsitektur kinerja tahun 2015-2019. Sasaran
strategis dimaksud, yaitu:

1. Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan,


ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6, angka pada tahun
2013 sebesar 63,12. Anasir utama pembangun dari besarnya indeks ini yang
akan ditangani, yaitu air, udara dan tutupan hutan;
2. Memanfaatkan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari
untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan,
dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan
PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan,
baik kayu maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan ekspor;
serta

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 35


3. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta
keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan, dengan indikator kinerja derajat keberfungsian
ekosistem meningkat setiap tahun. Kinerja ini merupakan agregasi berbagai
penanda (penurunan jumlah hotpsot kebakaran hutan dan lahan, peningkatan
populasi spesies terancam punah, peningkatan kawasan ekosistem esensial yang
dikelola oleh para pihak, penurunan konsumsi bahan perusak ozon, dan lain-
lain).

Direktorat Jenderal KSDAE yang bertugas menyelenggarakan perumusan dan


pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan konservasi sumberdaya alam dan
ekosistemnya, secara ekplisit dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
diamanatkan untuk melaksanakan perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan
ekosistem, spesies dan sumberdaya genetik untuk mewujudkan kelestarian
sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya. Sasaran akhir yang ingin
dicapai adalah kekayaan keanekaragaman hayati dapat berfungsi dalam mendukung
upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia, berasaskan
keserasian dan keseimbangan sebagaimana Gambar 6.

Dengan demikian maka sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal KSDAE
adalah kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati terpelihara dan terlindungi
serta dimanfaatkan secara lestari untuk mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Namun demikian, untuk menyesuaikan dengan Rencana Strategis Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka rumusan tersebut dibagi menjadi dua
bagian, yaitu dari sisi pemanfaatan nilai keekonomian kawasan konservasi dan
keanekaragaman hayati, serta dari sisi upaya perlindungan dan pengawetan kawasan
konservasi dan keanekaragaman hayati itu sendiri.

Dari 3 sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat


Jenderal KSDAE akan berperan dalam mewujudkan dua sasaran strategis, yaitu :

1. Memanfaatkan potensi SDH dan LH secara lestari untuk meningkatkan ekonomi


dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan (sasaran strategis kedua);
2. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta
keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan (sasaran strategis ketiga).

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 36


Peran dalam pencapaian sasaran strategis kedua akan dibuktikan dan diukur dengan
besaran penerimaan devisa negara dan penerimaan negara bukan pajak dari
pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi serta pemanfaatan satwa liar dan
tumbuhan alam. Adapun peran dalam pencapaian sasaran strategis ketiga antara lain
akan dibuktikan dan diukur dengan peningkatan nilai indeks efektivitas pengelolaan
kawasan konservasi (METT) serta peningkatan populasi 25 jenis satwa liar terancam
punah prioritas.

Gambar 7 : Upaya Pokok dan Tujuan Pembangunan BIdang KSDAE

Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal KSDAE akan mengimplementasilan sasaran akan akan dicapai oleh
Direktorat Jenderal KSDAE di Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 37


BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
KSDAE dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya tentunya harus mengacu pada
Arah Kebijakan Strategi Kementerian Lingkunan Hidup dan Kehutanan serta Arah
Kebijakan Direktorat Jenderal KSDAE

A. Arah Kebijakan Pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan

Agenda kebijakan nasional yang menjadi mandat Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, sebagaimana amanat RPJMN Tahun 2015-2019, setidaknya tersurat
dalam tiga agenda besar negara, yaitu :

1. Agenda memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan


penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (2)
2. Agenda meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional; serta (3)
3. Agenda mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.

Ketiga agenda pembangunan nasional tersebut dibagi lagi menjadi sembilan sub
agenda, yang merupakan pengelompokan agenda-agenda tersebut sesuai dengan
bidangnya, yang terdiri atas: (1) ketahanan air; (2) kesehatan; (3) ketahanan
pangan; (4) ketahanan energi; (5) pariwisata; (6) produksi dan produktivitas yang
berdaya saing; (7) pemberantasan penebangan liar; (8) pelestarian sumberdaya
alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; serta (9) tata kelola.

Untuk melaksanakan kebijakan pada sub agenda pengamanan ketahanan air, salah
satu tugas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah melalui strategi
pemeliharaan dan pemulihan kualitas dan kuantitas sumberdaya air dan
ekosistemnya, dengan melaksanakan upaya menurunkan koefisien regim sungai,
mengurangi jumlah sampah yang masuk pada lingkungan air, meningkatkan kualitas
air, meningkatkan perlindungan mata air melalui konservasi air, pembangunan
embung dan dam pengendali, menurunkan luas lahan kritis di KPH dan DAS, serta
melakukan pemulihan ekosistem di hutan produksi dan hutan konservasi.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 38


Pada sub agenda kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bertugas
menurunkan resiko kesehatan terhadap kanker yang diakibatkan oleh pencemaran
logam berat dengan meningkatkan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3),
limbah B3, serta pemulihan tanah terkontaminasi limbah B3. Selain itu, untuk
menurunkan jumlah penderita ISPA akibat polusi udara, dilakukan langkahlangkah
untuk meningkatkan kualitas udara, antara lain dengan menurunkan jumlah hot spot
akibat kebakaran hutan dan lahan di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pada sub agenda ketahanan


pangan, terutama dalam mendukung peningkatan produksi pangan, antara lain perlu
dilakukan upaya melalui peningkatan luas lahan garapan untuk petani di areal kerja
pengelolaan hutan untuk tanaman padi dan jagung seluas 267.000 hektar,
penyediaan zona tradisional pada hutan konservasi sebagai areal untuk memungut
hasil hutan hayati dan/atau memanfaatkan areal tersebut sebagai lahan untuk mata
pencaharian masyarakat seluas 100.000 hektar, serta meningkatkan luas hutan untuk
peran serta aktif masyarakat guna meningkatkan kesejahteraannya dengan skema
Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan Desa seluas 12,7 juta
hektar.

Untuk mendukung keberhasilan pembangunan pada sub agenda ketahanan energi,


beberapa hal yang akan ditempuh oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan adalah dengan meningkatkan luas usaha pemanfaatan hutan produksi
untuk biomassa seluas 100.000 hektar, meningkatkan pemanfaatan energi air dari
kawasan konservasi untuk keperluan pembangkit listrik tenaga mini/mikro hidro
(PLTMH) sebanyak 50 unit, meningkatkan jumlah kemitraan pemanfaatan jasa
lingkungan panas bumi di kawasan konservasi minimal sebanyak lima unit, serta
meningkatkan pemanfaatan sampah dan limbah B3 untuk energi listrik.

Pada sub agenda pariwisata, saat ini Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal
kunjungan wisata dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Oleh karena itu,
beberapa hal yang akan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan adalah dengan berupaya meningkatkan jumlah wisatawan nusantara yang
berkunjung ke hutan konservasi sebanyak minimal 20 juta orang dalam lima tahun,
serta meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke hutan
konservasi sebanyak minimal 1,5 juta orang dalam lima tahun.

Sub agenda produksi dan produktivitas yang berdaya saing, dalam bidang kehutanan
dilakukan melalui upaya peningkatan pengelolaan KPH sebanyak 629 unit KPH,
Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 39
peningkatan produksi kayu bulat dari hutan tanaman dan hutan alam sebesar
189 juta m3, peningkatkan jumlah produksi HHBK sebesar 225.000 ton, peningkatkan
nilai ekspor sebesar USD 40,47 milyar, peningkatan ekspor tumbuhan dan satwa liar
serta bioprospecting senilai Rp. 25 trilyun, serta peningkatan persentase produksi
HHBK dan sutera alam sebesar 15%.

Untuk mendukung sub agenda pemberantasan penebangan liar, Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah membuat target lima tahun kedepan untuk
menurunkan jumlah pelanggaran hukum lingkungan dan kehutanan sebesar 20%
dari jumlah kasus pada tahun 2014. Sementara itu, untuk mendukung sub agenda
pelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, beberapa
upaya yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
adalah dengan meningkatkan persentase peningkatan populasi spesies satwa
terancam punah sebesar 10%, meningkatkan jumlah taman nasional dan kawasan
konservasi lainnya yang memiliki sanctuary species terancam punah, meningkatkan
jumlah kawasan ekosistem bernilai penting di luar kawasan hutan konservasi atau di
luar kawasan hutan (6 ekosistem karst, 6 ekosistem mangrove, 6 koridor kawasan
konservasi, serta 30 taman kehati), meningkatkan jumlah koleksi spesies endemik
lokal dan langka yang diupayakan konservasinya sebanyak 300 spesies, serta
meningkatkan nilai indeks efektivitas pengelolaan KSA, KPA dan Taman Buru sebesar
minimal 70% (kategori baik).

Untuk sub agenda terakhir, yaitu tata kelola, hal-hal yang akan dilaksanakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu meningkatkan persentase
pengukuhan (penetapan) kawasan hutan menjadi 100%, meningkatkan panjang tata
batas kawasan dan tata batas fungsi sepanjang 40.000 km, meningkatkan jumlah
KPH yang beroperasi sebanyak 629 KPH (347 KPHP, 182 KPHL, dan 100 KPHK),
meningkatkan jumlah KPHP yang menerapkan prinsip pengelolan hutan produksi
lestari sebanyak 20 KPHP, meningkatkan luas usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
restorasi ekosistem sejumlah 500.000 hektar, meningkatkan akses masyarakat dalam
pengelolaan HKm, HD dan HTR seluas 12,7 juta hektar, serta meningkatkan jumlah
wilayah kerja yang memiliki model pengelolaan hutan mangrove di dalam kawasan
hutan sebanyak dua wilayah kerja sepanjang tahun.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup


dan Kehutanan menetapkan tiga kebijakan, yang terdiri atas dua kebijakan sebagai
jawaban dari mandat agenda pembangunan nasional bidang ekonomi, yaitu

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 40


kebijakan peningkatan hasil hutan dan kayu, serta kebijakan pengamanan ketahanan
pangan, energi dan air. Adapun kebijakan sebagai respon atas agenda pembangunan
pelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, yaitu
kebijakan peningkatan konservasi dan tata kelola hutan. Dari ketiga arah kebijakan
yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut, masing-
masing kebijakan memuat strategi untuk memberikan arahan pelaksanaan gagasan
dari arah kebijakan yang telah ditetapkan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan tiga sasaran


strategis dari sembilan sub agenda pembangunan, yang nantinya akan mendukung
pelaksanaan tiga dari sembilan agenda pembangunan nasional. Strategi
pencapaiannya ditetapkan melalui pelaksanaan 13 program dan 69 kegiatan dalam
tahun 2015-2019. 13 program dan 69 kegiatan dimaksud menggambarkan
pelaksanaan mandat dari masing-masing unit eselon I dan eselon II serta unit
pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Keterkaitan ke-13 program tersebut dalam mendukung pencapaian sasaran strategis
dan tujuan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat diuraikan dan
diterjemahkan dari skema rantai nilai.

Sebagaimana telah disampaikan pada bab sebelumnya, peran dan sasaran strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:

1. Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung


lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator
keberhasilan berupa Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5
s/d 68,5;
2. Memanfaatkan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hidup secara lestari
untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan,
dengan indikator keberhasilan berupa peningkatan kontribusi sumberdaya hutan
dan lingkungan hidup terhadap penerimaan devisa dan PNBP sebagai masukan
terhadap PDB nasional; serta
3. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta
keberadaan sumberdaya alam sebagai sistem penyangga kehidupan untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan, dengan indikator keberhasilan berupa
derajat keberfungsian ekosistem yang meningkat setiap tahun.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 41


Sasaran strategis tersebut ditentukan dengan menurunkan strategi dari masing-
masing arah kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi umum, harapan para pihak,
capaian rencana strategis periode sebelumnya, isu-isu strategis, visi dan misi
pemerintahan Kabinet Kerja 2015-2019, serta program kerja Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan.

B. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang KSDAE

Keanekaragaman hayati merupakan bagian terpenting dari sumberdaya alam, yang


berperan sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang tidak tergantikan, yang
membuatnya menduduki peranan penting dan strategis bagi kehidupan seluruh umat
manusia. Nilai keberadaan keanekaragaman hayati melingkupi seluruh aspek
kehidupan di muka bumi ini, dan oleh karenanya dibutuhkan upaya konservasi secara
optimal untuk menjaga keberlanjutannya, sehubungan dengan keberlanjutan
kehidupan umat manusia sendiri Konservasi diadopsi dari bahasa Inggris to conserve
yang berarti melindungi sesuatu, terutama hubungannya dengan lingkungan atau
budaya di sesuatu tempat yang penting, agar tidak rusak atau dihancurkan. Namun
demikian, konservasi juga diartikan sebagai upaya untuk melestarikan lingkungan
beserta seluruh komponen yang ada di dalamnya, yang saling terkait, baik biotik
maupun abiotik. Dalam banyak referensi, makna konservasi lebih ditekankan pada
upaya untuk perlindungan, pengawetan, pencegahan, pemulihan terhadap
lingkungan alami, ekosistem alami, hidupan liar, peninggalan arkeologi dan sejarah,
situs budaya, serta artefak. Konservasi juga ditekankan pada pencegahan perusakan
sumberdaya, baik sumberdaya alam hayati maupun non hayati serta energi.

Dari sisi keilmuan, konservasi setidaknya terdiri atas tiga unsur, yaitu: (1)
mempelajari dampak kegiatan manusia terhadap keberadaan dan keberlanjutan
hidup di lingkungan alami; (2) mengembangkan pendekatan praktis guna mencegah
kepunahan spesies, memelihara keanekaragaman genetik, dan melindungi serta
memperbaiki seluruh aspek keanekaragaman hayati di bumi ini; serta (3)
mempelajari seluruh aspek keanekaragaman hayati di bumi (Salim dalam Indrawan
dkk, 2007).

Landasan berpikir dan analisis rancang tindak upaya konservasi keanakekaragaman


hayati di jaman modern ini, tidak lagi tepat dengan melakukan pendekatan
konservasi secara tradisional yang totally protected, sebagaimana yang banyak
dilakukan pada masa lalu. Penekanan pada konsep pembangunan berkelanjutan

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 42


sebagai landasan konservasi perlu mendapat perhatian secara serius. Sehingga
dengan demikian, landasan berpikir dan analisis rancang tindak konservasi perlu lebih
ditekankan pada paradigma pembangunan berkelanjutan.

Perpaduan kedua konsep tersebut memang sulit dilakukan di jaman para pekerja
konservasi masih tradisional dan konvensional dalam berpikir dan bertindak. Segala
tindakan dilakukan dengan sangat hati-hati, bahkan cenderung tidak bergeming demi
perlindungan sumberdaya hayati dari sisi pengetahuan ekologisnya. Kecenderungan
pola pikir dan tindakan orthodox membuat upaya konservasi menghadapi banyak
hambatan, bahkan para konservasionis cenderung diidentikkan sebagai kelompok
orang yang anti kemajuan dan anti pembangunan.

Dengan pemahaman yang sudah semakin baik dari para pelaku konservasi,
pendekatan perpaduan kedua konsep tidak lagi sulit dilakukan. Saat ini, upaya
konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan telah mengalami pergeseran,
sehingga kerja konservasi lebih ditekankan pada perlindungan ekosistem dan habitat
yang benar-benar masih alami, preservasi spesies dan genetik di habitat aslinya,
serta pemanfaatan secara optimal atas berbagai jenis jasa ekosistem untuk
kepentingan ekonomi dan sosial. Pengembangan upaya pemanfaatan keekonomian
keanekaragaman hayati kemudian menjadi daya tawar tersendiri untuk aktivitas
konservasi.

Untuk mewujudkan mandat pembangunan berkelanjutan dengan tetap mengadopsi


prinsip dan etika konservasi keanekaragaman hayati, upaya sistematis yang perlu
dilakukan secara garis besarnya dikelompokkan menjadi preservasi ekosistem dan
habitat alami, konservasi keanekaragaman spesies serta sumberdaya genetiknya,
pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dengan
mengedepankan nilai keekonomian serta multiplier effeknya dari sisi ekonomi dan
sosial, serta dengan tetap melaksanakan perlindungan dan pengamanan
keanekaragaman hayati dan lingkungan.

Sejak abad ke-20, dalam konteks keanekaragaman hayati dan lingkungan, upaya
konservasi lebih ditekankan pada aspek perlindungan, pengawetan, serta cara-cara
pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan lingkungan sehubungan dengan aspek
pertama dan kedua. Embanan Direktorat Jenderal KSDAE berkaitan erat dengan
tercapainya tiga sasaran konservasi, sebagaimana ditekankan dalam World
Conservation Strategy, yaitu: (1) perlindungan sistem penyangga kehidupan; (2)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 43


pengawetan sumber-sumber plasma nutfah; serta (3) pemanfaatan secara lestari
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Dari embanan tersebut, obyek yang dikelola oleh Direktorat Jenderal KSDAE antara
lain terdiri dari kawasan konservasi, keanekaragaman hayati di dalam dan di luar
kawasan konservasi, serta kawasan atau ekosistem yang bernilai esensial dan HCVF.
Pengelolaan keanekaragaman hayati dilaksanakan pada tiga tingkatan, yaitu pada
level ekosistem, spesies, dan pada level sumberdaya genetik. Adapun pengelolaan
keanekaragaman hayati juga berkaitan erat dengan pencapaian multi manfaatnya,
yaitu manfaat ekonomi, sosial, serta terutama manfaat ekologi.

Dari uraian tersebut, maka rumusan program yang menjadi tanggung jawab
Direktorat Jenderal KSDAE adalah Program Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem. Program ini akan melaksanakan rangkaian upaya-upaya yang merupakan
penjabaran dari mandat, tugas dan fungsi Direktorat Jenderal KSDAE. Sasaran yang
ingin dicapai dari pelaksanaan Program Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistem adalah peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan
konservasi keanekaragaman hayati untuk pemanfaatan yang berkelanjutan bagi
kepentingan ekonomi, sosial dan ekologi. Untuk memetakan keterkaitannya dengan
sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka rumusan
sasaran Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem disesuaikan menjadi:
(1) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi
keanekaragaman hayati; serta (2) peningkatan penerimaan devisa dan PNBP dari
pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati.

Upaya pencapaian sasaran Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem,


serta pencapaian indikator kinerja programnya akan dilaksanakan melalui delapan
kegiatan, yaitu: (1) Kegiatan Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam; (2) Kegiatan
Pengelolaan Kawasan Konservasi; (3) Kegiatan Konservasi Spesies dan Genetik; (4)
Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi; (5) Kegiatan
Pembinaan Konservasi Kawasan Ekosistem Esensial; (6) Kegiatan Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati; (7) Kegiatan Pengelolaan Taman Nasional; serta (8) Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
KSDAE.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 44


BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. Target Kinerja

Sejak penggabungan antara Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan


Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka terjadi
reorganisasi dalam tubuh kementerian. BBKSDA Jawa Barat yang selama ini
melaksanakan satu program yaitu Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya
Alam maka sejak reorganisasi ini mengemban 3 program yaitu Program Konservasi
Sumber Dalam Alam dan Ekosistem, Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
dan Kehutanan serta Program Pengendalian Perubahan Iklim. Hal ini disebabkan ada
tugas fungsi Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (ex Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ) yaitu Penyidikan dan
Perlindungan Hutan yang setelah penggabungan kementerian masuk ke Direktorat
Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta tugas fungsi
Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan menjadi satu dengan Direktorat Jenderal
Pengendalian Perubahan Iklim.

Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 serta baru mengacu pada
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem
(Ditjen KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat
Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta
Direktorat Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan.

Direktorat Jenderal KSDAE berkaitan erat dengan tercapainya tiga sasaran


konservasi, yaitu: (1) perlindungan sistem penyangga kehidupan; (2) pengawetan
sumbersumber plasma nutfah; serta (3) pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya. Dari embanan tersebut, obyek yang dikelola oleh Direktorat
Jenderal KSDAE antara lain terdiri dari kawasan konservasi, keanekaragaman hayati
di dalam dan di luar kawasan konservasi, serta kawasan atau ekosistem yang bernilai
esensial dan HCVF. Pengelolaan keanekaragaman hayati dilaksanakan pada tiga
tingkatan, yaitu pada level ekosistem, spesies, dan pada level sumberdaya genetik.
Adapun pengelolaan keanekaragaman hayati juga berkaitan erat dengan pencapaian
multi manfaatnya, yaitu manfaat ekonomi, sosial, serta terutama manfaat ekologi.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 45


Direktorat Jenderal KSDAE menjadi penanggung jawab pelaksanaan Program
Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem. Program ini melaksanakan rangkaian
upaya yang merupakan penjabaran dari mandat, tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
KSDAE.

Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan Program Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistem adalah (1) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan
konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati; serta (2) peningkatan
penerimaan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi
dan keanekaragaman hayati. Indikator kinerja program (IKP) dan tahapan
pencapaian IKP dari Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem diuraikan
pada Tabel berikut.

Tabel 8 : Indikator Kinerja Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Target Kinerja Program
No. Indikator Kinerja Program
2015 2016 2017 2018 2019
1. Nilai indeks efektivitas pengelolaan kawasan 50 100 150 200 260
konservasi minimal 70% (kategori baik) pada
minimal 260 unit dari 521 unit KK di seluruh
Indonesia (27,21 juta hektar)
2. Jumlah KPHK non taman nasional yang 20 100 100 100 100
terbentuk dan beroperasi sebanyak 100 Unit
3. Persentase peningkatan populasi 25 jenis 2 4 6 8 10
satwa terancam punah prioritas (sesuai The
IUCN Red List of Threatened Species) sebesar
10% dari baseline data tahun 2013
4. Nilai ekspor pemanfaatan satwa liar dan 5 10 15 20 25
tumbuhan alam serta bioprospecting sebesar
Rp 25 Triliun
5. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan 0,25 0,5 0,8 1,25 1,5
konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang
wisatawan mancanegara
6. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan 3,5 7,5 11,5 15,5 20
konservasi minimal sebanyak 20 juta orang
wisatawan nusantara
7. Jumlah kemitraan pengelolaan kawasan 25 51 77 103 130
konservasi sebanyak 130 unit (usaha
pariwisata alam sebanyak 100 Unit,
pemanfaatan jasa lingkungan air sebanyak 25
Unit, dan pemanfaatan jasa lingkungan
Geothermal sebanyak 5 Unit)
8. Jumlah kawasan ekosistem esensial yang 13 26 39 43 48
terbentuk dan dioptimalkan pengelolaannya
sebanyak 48 unit
9. Jumlah ketersediaan paket data dan informasi 7 7 7 7 7
keanekaragaman hayati yang berkualitas di 7
wilayah biogeografi (Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,
dan Papua)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 46


Tahapan upaya pencapaian sasaran dari Program Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem adalah sebagaimana diuraikan dalam milestone pada Gambar 7.
Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi keanekaragaman hayati untuk
pemanfaatan yang berkelanjutan bagi kepentingan ekonomi, sosial dan ekologi, akan
dan diukur sesuai dengan tingkat ketercapaian IKP, secara bertahap. Ukuran-ukuran
keberhasilan pencapaian kinerja program secara bertahap dan akan diverifikasi
sebagaimana pemetaan konservasi untuk tahapan dalam milestone tersebut.

2015 Indikatif arahan rancang bangun hingga Peningkatan jumlah


penetapak KPHK terselesaikan; Tersedianya kunjungan wisata ke
Baseline data, serta hasil
informasi hasil self-assessment METT oleh UPT kawasan konservasi;
identifikasi dan
KSDA dan TN; SDM, tools dan rancangan Peningkatan PNBP
inventarisasi telah
sistem IKA telah disiapkan; Rancangan lembaga dan penerimaan
tersedia
pengelola KEE, koridor KK dan HCVF telah devisa dari eksport
dikoordinasikan dengan para pihak di daerah TSL
Rancangan kelembagaan KPHK, serta sarana dan
Peningkatan jumlah
prasarana operasional KPHK telah tersedia
kunjungan wisata ke
secara memadai; hasil assessment METT telah Ketersediaan data hasil
kawasan konservasi;
terverifikasi dan tersedia rekomendasi upaya identifikasi,
2016 peningkatan efektifitas pengelolaan sesuai inventarisasi dan/atau
Peningkatan PNBP
dan penerimaan
dengan isu dan kriterianya; Sistem dan jaringan sensus
devisa dari eksport
IKA telah terbangun; Rencana aksi pengelolaan
TSL
KEE, koridor KK dan HCVF telah disusun
Peningkatan jumlah
KPHK beroperasional; hasil assessment METT Pembinaan habitat,
kunjungan wisata ke
telah terverifikasi dan tersedia rekomendasi pembinaan populasi,
kawasan konservasi;
upaya peningkatan efektifitas pengelolaan sesuai restocking,
2017 dengan isu dan kriterianya; Sistem dan jaringan pelepasliaran,
Peningkatan PNBP
dan penerimaan
IKA berfungsi; Rancangan penataan pengelolaan monitoring populasi
devisa dari eksport
KEE, koridor KK dan HCVF telah tersedia terlaksana
TSL
KPHK beroperasional; hasil assessment METT
Peningkatan jumlah
telah terverifikasi dan tersedia rekomendasi Pembinaan habitat,
kunjungan wisata ke
upaya peningkatan efektifitas pengelolaan sesuai pembinaan populasi,
kawasan konservasi;
dengan isu dan kriterianya; Data dan informasi restocking,
2018 kenakeragaman hayati yang valid dan reliable pelepasliaran,
Peningkatan PNBP
dan penerimaan
telah tersedia dalam platform yang accessible; monitoring populasi
devisa dari eksport
Kelembagaan pengelola KEE, koridor KK dan terlaksana
TSL
HCVF telah beroperasional.
Jumlah kunjungan
Operasional 100 unit KPHK yang efektif wisata ke kawasan
Penigkatan populasi 25
(establish); 260 unit KK memperoleh nilai konservasi sebanyak
species satwa terancam
METT dengan kategori baik (efektif); Sistem dan 20 Juta Wisnus dan
2019 jaringan IKA yang stabil , data dan informasi
punah prioritas sebesar
1,5 Juta Wisman;
10% dari baseline data
yang up to date; Pengelolaan KEE, koridor KK Penerimaan devisa
tahun 2013
dan HCVF yang efektif dari eksport TSL
sebesar Rp. 25 T
Peningkatan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Kelestarian Spesies dan Pemanfaatan
Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Sumberdaya Genetik Berkelanjutan

Gambar 8 : Milestone Capaian Sasaran Program KSDAE

Upaya pencapaian sasaran Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem,


serta pencapaian indikator kinerja programnya akan dilaksanakan melalui delapan
kegiatan. Setiap kegiatan menggambarkan pelaksanaan tugas dan fungsi dari
Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 47
masing-masing unit kerja mandiri (pusat dan UPT di daerah) di lingkup Direktorat
Jenderal KSDAE. Masing-masing kegiatan memiliki target capaian kinerja (indikator
kinerja kegiatan),yang menggambarkanlangkah atau tahapan pencapaian sasaran
kegiatan.
Balai Besar KSDA Jawa Jabar sebagai unit pelaksana teknis yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Ditjen KSDAE bertanggungjawab dalam pelaksanaan
kegiatan pengelolaan konservasi sumber daya alam. Sampai saat penyusunan
Rencana Strategis Balai besar KSDA Jawa Barat ini selesai dilaksanakan. Indikator
Kinerja Kegiatan dari Kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dalam lima
tahun ke depan yang harus dicapai Balai Besar KSDA Jawa Barat adalah sebagaimana
tabel berikut.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 48


Tabel 9 : Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pengembangan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun 2015-2019 Pada Balai Besar KSDA
Jawa Barat
Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
1. Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun 10 Dok 3 4 6 8 10
dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok
2. Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi Kawasan konservasi 7 Unit - 2 4 6 7
untuk 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
3. Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable 50 Unit - 10 20 35 50
pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
4. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk 9 unit 3 9 9 9 9
sebanyak 100 Unit KPHK
5. Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi 10 PKS 2 4 6 8 10
pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS
6. Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas pengelolaannya 24 Unit - 7 13 21 24
hingga memperoleh nilai indeks METT minimal 70 poin pada minimal 260
unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
7. Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan konservasi yang 10 Dok 3 4 6 8 10
tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Rencana
Pengelolaan
8. Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya 1300 Ha - 100 390 900 1300
seluas 100.000 Ha
9. Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina 2 Desa 2 3 2 2 2
sebanyak 77 Desa selama 5 tahun
10. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang beroperasi 9 Unit 1 3 9 9 9

11. Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan 2 Prov 2 2 2 2 2


konservasi di 34 Provinsi
12. Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas 10 % 2% 4% 6% 8% 10%
sesuai The IUCN Red List of Threatened Species sebesar 10% sesuai
baseline data tahun 2013
13. Jumlah penambahan jenis satwa liar dan tumbuhan alam yang 10 Spesies 2 4 6 8 10
dikembangbiakkan pada lembaga konservasi sebanyak 10 spesies dari
baseline tahun 2013
14. Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam 0,5 Milyar 0,2 0,25 0,3 0,4 0,5
sebesar Rp 50 M

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 49


Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019
15. Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran keanekaragaman spesies 1 Wilayah 1 1 1 1 1
dan genetik yang valid dan reliable pada 7 wilayah biogeografi Biogeografi
16. Jumlah unit pusat pengembangbiakan dan suaka satwa (sanctuary) spesies 1 Unit - - 1 1 1
terancam punah yang terbangun sebanyak 50 unit.
17. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta 0,4 Juta 0,1 0,2 0,25 0,3 0,4
orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun
18. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta 12 Juta 1,7 4 6,5 8,5 12
orang wisatawan nusantara selama 5 tahun
19. Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi 50 Unit 4 10 25 40 50
bertambah sebanyak 100 Unit dari baseline tahun 2013
20. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan 6 Unit - - 2 4 6
konservasi bertambah sebanyak 25 Unit
21. Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan 3 Unit - - 1 2 3
mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit
22. Jumlah kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi 1 Unit - 1 1 1 1
di kawasan konservasi sebanyak minimal 5 unit
23. Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok 900 Orang 180 360 540 720 900
Swadaya Masyarakat/ Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif
sebanyak 6.000 Orang
24. Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem minimal 78,00 78 point 70,00 70,25 70,50 70,75 78,00

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 50


B. Kerangka Pendanaan

Pencapaian kinerja Kegiatan Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam akan sesuai
dengan yang ditargetkan apabila dikukung dengan pendanaan yang memadai. Sesuai
target kinerja yang telah direncanakan selama lima tahun ke depan, maka kebutuhan
alokasi anggaran diperkirakan sebesar Rp.234.991.728.470,-. Anggaran tersebut
dipergunakan untuk Gaji dan Tunjangan serta Opersional Perkantoran sebesar Rp
132.281.726.850,-; untuk Pengadaan Sarana Prasarana sebesar Rp 24.500.000.000,-;
dan Non Operasional/Kinerja sebesar Rp.78.210.001.620,-. Kebutuhan anggaran
tersebut masih bersifat sementara, yang dalam pelaksanaannya sangat tergantung dari
ketersediaan anggarran. Apabila target pendanaan tahunan tidak dapat dipenuhi,
maka target capaian kinerja serta target pendanaannya akan dialihkan menjadi target
tahun berikutnya. Rincian kebutuhan pembiayaan tersebut setiap tahunnya secara
indikatif adalah sebagai berikut :

Tabel 10 : Perkiraan Kebutuhan anggaran dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Tahun
2015-2019 Pada Balai Besar KSDA Jawa Barat
Pengadaan
Operasional Belanja
No. Tahun Belanja Gaji Sarana Jumlah
Perkantoran Kinerja
Prarasan
1. 2015 25.000.000.000 3.500.000.000 13.370.000.000 5.000.000.000 46.870.000.000

2. 2016 27.500.000.000 3.850.000.000 13.150.000.000 13.150.000.000 57.650.000.000

3. 2017 30.250.000.000 4.235.000.000 16.015.000.000 13.150.000.000 63.650.000.000

4. 2018 33.275.000.000 4.658.500.000 17.440.000.000 13.150.000.000 68.523.500.000

5. 2019 36.602.500.000 5.124.350.000 18.235.900.000 13.150.000.000 73.112.750.000

6. JUMLAH 152.627.500.000 21.367.850.000 78.210.900.000 57.600.000.000 309.806.250.000

C. Partisipasi dan Kerjasama Para Pihak

Dalam pelaksanaan upaya mewujudkan indicator Kinerja yang ditargetkan, Balai Besar
KSDA Jawa Barat tidak akan mungkin mewujudkan seluruh tujuan konservasi tanpa
melibatkan banyak pihak. Keterbatasan sumberdaya, terutama sumber pembiayaan
dan personil yang dimiliki akan menjadi factor penghambat utama pelaksanaan misi
tersebut. Di lain sisi, sangat banyak pihak yang mempunyai perhatian dan kepedulian
serta komitmen kuat dalam mewujudkan tujuan konservasi, dan para pihak tersebut
juga didukung dengan sumberdaya yang memadai Para pihak tersebut diharapkan

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 51


untuk dapat turut berpartisipasi dalam mendukung pencapaian target-target kinerja
dalam perencanaan strategis ini. Para pihak dimaksud antara lain masyarakat dan
lembaga swadaya masyarakat (LSM), civil society organisations (CSOs), pemerintah
daerah, lembaga internasional, kalangan dunia usaha, dan lain sebagainya.

Adanya beberapa mitra kerja yang menggunakan kawasan konservasi diharapkan


dapat mengisi GAP antara ketersedaiaan anggaran dengan kebutuhan anggaran yang
dibutuhkan untuk pencapaian indicator kinerja. Peran serta dan kerjasama dimaksud
tentunya pelaksanaannya tetap berpedoman terhadap peraturan peundangan yang
melandasinya.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 52


BAB V. PENUTUP

Rencana Strategis BBKSDA Jawa Barat Tahun 2015–2019 disusun sebagai pedoman dan
acuan pelaksanakan Program Pengelolaan Hutan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati,
khususnya Kegiatan Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam bagi seluruh pelaksana
BBKSDA Jawa Barat.

Renstra tahun 2015–2019 perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam perencanaan tahunan
(Renja) tahun 2015–2019 yang merupakan dasar penyusunan RKA-K/L. Khusus Renja
tahun 2015 karena tahun pertama Renstra dan merupakan masa transisi belum
tersusunnya Renstra , maka Renja tahun 2015 disusun berdasarkan Rencana Kerja
Pemerintah tahun 2015 dan mengacu pada Renstra Ditjen KSDAE. Selain itu, Renstra
BBKSDA Jawa Barat Tahun 2015–2019 juga sebagai acuan dalam penetapan kinerja, yang
nantinya akan dievaluasi setiap tahunnya.

Dalam Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L terdapat kemungkinan untuk melakukan
perubahan Renstra pada saat periode Renstra masih berjalan. Perubahan harus benar-
benar bersifat strategis dan atau merupakan instruksi presiden atau menyangkut
kepentingan masyarakat secara luas. Dokumen Renstra ini perlu disikapi dengan dedikasi
yang tinggi dan kerja keras agar mandat pembangunan bidang Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem dapat dicapai secara optimal.

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 53


LAMPIRAN

SURAT KEPUTUSAN

BALAI BESAR KONSERVASISUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT

NOMOR : SK. 394/BBKSDA JABAR-1/2015

TENTANG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT

TAHUN 2015 - 2019


Lampiran 1
MATRIKS RENCANA STRATEGISBALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM TAHUN 2015-2019
Satuan Kerja : Balai Besar KSDA Jawa Barat
Kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Sasaran Kegiatan: Terjaminnya efektivitas pengelolaan kawasan konservasi non taman nasional di tingkat tapak serta pengelolaan keanekaragaman hayati di dalam dan di luar kawasan hutan
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
1 Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan 3 Dokumen (4 4 Dokumen 6 Dokumen 8 Dokumen 10 Dokumen
konservasi yang tersusun dan mendapat lokasi)
pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi
dan/atau Blok
1.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan 1. SM. Cikepuh TB. Masigit Kareumbi 1. TWA. 1. TWA. Gn. Pancar 1. TWA. Pulau Sangiang
1.1.1 Inventarisasi Potensi Kawasan konservasi 2. TWA. Talaga Sukawayana 2. SM. Gn, Sawal 2. CA. Sancang
Warna-Jember 2. TWA. Tampomas
3. TWA. Pananjung
1.2 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi
Pangandaran
Masyarakat
1.2.1 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi
Masyarakat sekitar kawasan konservasi

1.3 Penyusunan Rancangan Penataan Blok


1.3.1 Penyusunan Rancangan Penataan Blok
kawasan konservasi

1.4 Konsultasi Publik Rancangan Penataan Blok


1.4.1Konsultasi Publik & Pembahasan Pusat

1.5 Koordinasi Penilaian dan Pengesahan


Rancangan Penataan Blok

1.6 Penataan Batas Blok


1.6.1 Penataan Batas Blok lingkup kawasan
konservasi

1.7 Koordinasi dan Konsultasi


1.7.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat

1
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
2 Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi - 2 unit 4 unit 6 unit 7 unit
Kawasan konservasi untuk 521 unit KSA, KPA dan TB
di seluruh Indonesia
2.1 Inventarisasi Potensi Kawasan 1. CA. Telaga Warna 1. CA. Burangrang 1. SM. Cikepuh 1. CA. Panjalu
2.1.1 Inventarisasi Potensi Kawasan Dalam Rangka 2. CA. Gunung Tilu 2. CA.Pangandaran 2. SM. Gunung Sawal
Evaluasi Fungsi Parsial

2.2 Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan Konservasi


2.2.1 Persiapan, Pelaksanaan, Pembahasan &
Penyelesaian
2.3 Koordinasi dan Konsultasi
2.3.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat

3 Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi - 10 unit 20 unit 35 unit 50 unit
yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di
seluruh Indonesia
3.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan 1. CA. Gn.Simpang 1. CA. Papandayan 1. TWA. Tampomas 1. SM. Cikepuh
3.1.1 Pembuatan PSP 2. CA. Bojonglarang 2. CA. Kamojang 2. CA. Gunung Jagat 2. TWA. Gunung Pancar
3.1.2 Inventarisasi potensi di masing-masing resort Jayanti 3. CA. Leueweung 3. TWA. Patengan 3. CA. Dungus Iwul
3. CA. Takokak Sancang 4. CA. Patengan 4. CA. Cibanteng
di lapangan
4. CA. Cadas Malang 4. TWA. Kamojang 5. TWA. Cimanggu 5. CA. Yan Lapa
3.1.3 Inventarisasi keragaman flora Jenis Anggrek 5. TWA. Sukawayana 5. TWA. Papandayan 6. CA. Cigenteng 6. CA. Tangkuban
dan Tumbuhan Obat 6. CA. Rawa Danau 6. TWA. Guntur Cipannyi Perahu Pel. Ratu
7. TB. Masgit Karebi 7. CA. Pangandaran 7. CA. Malabar 7. TWA. Pulau Sangiang
3.2 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi 8. CA. Burangrang 8. TWA.Pangandaran 8. CA. Junghun 8. TWA. Jember
Masyarakat Kawasan 9. CA..Tangkuban 9. CA.Telaga Boda 9. CA.Gunung Tilu 9. TWA. Telaga Warna
Perahu 10.TWA. Telaga 10. TWA. Lingarjati 10. CA. Telaga Warna
3.3 Pengembangan Database Spatial dan Non 10. TWA. Tangkuban Bodas 11. CA. Panjalu 11. CA. Tukung Gede
Perahu 12. SM. Gn. Sawal 12. CA. Arca Domas
Spatial
13. SM. Sindang Kerta 13. TWA. L P Sangiang
14. CA. Pulau Dua 14. CA. Laut Pangandaran
3.4 Pengelolaan Data dan Informasi 15. TB. Masigit Kareumbi 15. CA. Laut Leuweung
sancang
3.5 Desiminasi Data dan Informasi

3.6 Koordinasi dan Konsultasi


3.6.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat

2
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
4 Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman 3 Unit 9 Unit 9 Unit 9 Unit 9 Unit
nasional yang terbentuk sebanyak 10 Unit KPHK
4.1 Penyusunan Rancang Bangun KPHK 1. KPHK Guntur 1. KPHK Cikepuh- 1. KPHK Cikepuh- 1. KPHK Cikepuh- 1. KPHK Cikepuh-
4.1.1 Persiapan, FGD, Penyusunan, Konsultasi Papandayan Cibanteng Cibanteng Cibanteng Cibanteng
Publik 2. KPHK Simpang 2. KPHK Telaga 2. KPHK Telaga 2. KPHK Telaga Bodas - 2. KPHK Telaga Bodas -
–Tilu Bodas -Sawal Bodas -Sawal Sawal Sawal
3. KPHK 3. KPHK 3. KPHK 3. KPHK Pangandaran- 3. KPHK Pangandaran-
4.2 Penyusunan RPHJP Tangkuban Pangandaran- Pangandaran- Sancang Sancang
4.2.1 Inventarisasi Potensi Kawasan Konservasi Perahu Sancang Sancang 4. KPHK Serang Banten 4. KPHK Serang Banten
KPHK Burangrang 4. KPHK Serang 4. KPHK Serang 5. KPHK Kareumbi 5. KPHK Kareumbi
4.2.2 Inventarisasi Data Sosek Masyarakat Sekitar Banten Banten Tampomas Tampomas
KPHK 5. KPHK Kareumbi 5. KPHK Kareumbi 6. KPHK KPHK Bogor 6. KPHK KPHK Bogor
4.2.3 Pembahasan Internal Rancang Bangun Tampomas Tampomas
KPHK 6. KPHK KPHK Bogor 6. KPHK KPHK
Bogor
4.3 Penataan Wilayah Kerja KPHK
4.3.1 Pembahasan Penataan Wilayah Kerja KPHK

4.4 Koordinasi dan Konsultasi


4.4.1 Koordinasi, Konsultasi dan Monev KPHK ke
Pusat
5 Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan 2 PKS 4PKS 6 PKS 8 PKS 10 PKS
kerjasama penguatan fungsi pada kawasan
konservasi sebanyak 100PKS
5.1 Penyusunan Pertimbangan Teknis Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi
5.1.1 Pelaksanaan, Pembahasan Pertimbangan Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Jabar
Teknis Jabar dengan dengan prioritas: Jabar dengan dengan prioritas: dengan prioritas:
prioritas: prioritas:
1. CA. Gn. Tilu 1. CA. Kamojang (PLN) 1. CA.Tangkuban 1. TWA. Pulau Sangiang 1. CA. Rawa Danau
5.2 Pengembangan Kerjasama Penguatan Fungsi 2. TB. Masigit 2. CA. Leweung Perahu (Tower) 2. TWA. Kamojang 2. Wil. BBKSDA Jabar
Kawasan Konservasi Kareumbi Sancang 2. TB. Kareumbi
5.2.1 Pengembangan Jejaring Kerjasama Pengutan (Tower)
Fungsi dan Strategis
5.2.2 Bimbingan Teknis Kerjasama Kemtraan

5.3 Pengembangan Kerjasama Pembangunan


Strategis
5.3.1 Koordinasi Kerjasama pembangunan Strategis

5.4 Monitoring dan Evaluasi Perjanjian Kerjasama


5.4.1 Monitoring dan Evaluasi Perjanjian Kerjasama
Lingkup BBKSDA JABAR

5.5 Koordinasi dan Konsultasi


5.5.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat
3
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
6 Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan 10 Unit 15 Unit 20 Unit 24Unit
efektivitas pengelolaannya hingga memperoleh nilai
indeks METT minimal 70 poin pada minimal 260 unit
KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
6.1 Self Assesment METT Kawasan konservasi Kawasan konservasi Kawasan konservasi Kawasan konservasi
6.6.1 Workshof METT Lingkup BBKSDA Jabar Lingkup BBKSDA Lingkup BBKSDA Jabar Lingkup BBKSDA Jabar
6.6.2 Rakor Efektivitas Pengelolaan Kawasan dengan Prioritas Jabar dengan dengan Prioritas dengan Prioritas
1. TWA.Pangandaran Prioritas 1. TWA. Papandayan 1. CA. Papandayan
2. TWA.Telaga Warna 1. TWA. Telaga 2. TWA. Kamojang 2. CA. Tangkuban
6.2 Pemeliharaan Batas Kawasan Konservasi 3. TWA. Jember Bodas 3. TWA. Guntur Perahu Pelabuhan
6.2.1 Pemeliharaan Jalur Batas Kawasan 4. SM.Cikepuh 2. TWA. Gunung 4. TWA. Sukawayana Ratu
Konservasi 5. TWA. Tangkuban Pancar 5. TWA. Linggarjati 3. TWA. Pulau sangiang
6.2.2 Pemasangan Dan Pembuatan Papan Perahu 3. CA. Burangrang 6. CA. Pangandaran
Informasi dan Peringatan 6. TWA. Patengan 4. CA.Telaga 7. CA. Tangkuban
6.2.3 Sosialisasi Batas Kawasan 7. TWA. Cimanggu Warna Perahu
6.2.4 Pembuatan Sekat Bakar 5. CA. Gunug Tilu 8. SM. Gunung Sawal
6. CA. Patengan
6.3 Identifikasi Kebutuhan Penelitian pada Kawasan
Konservasi
6.3.1 Penyusunan Kebutuhan Penelitian Lingkup
Bidang Wilayah
6.3.2 Pembahasan Laporan Penilaian Efektivitas
Pengelolaan Kawasan

6.4 Pengembangan Sarana dan Prasarana


Pengelolaan Kawasan Konservasi
6.4.1 Pengadaan Sarpras Pendukung KPHK

6.5 Pengembangan Program Pendidikan Konservasi


6.5.1 Visit to School
6.5.2 Pendidikan Lingkungan dan Kemah
Konservasi

6.6 Pemberdayaan Masyarakat Tradisional


6.6.1 Peningkatan Kapasitas Masyarakat
6.6.2 Pembentukan Masyarakat Mitra Polhut
6.6.3 Sosialisasi Penertiban Kepemilikan,
Pemeliharaan dan Perdagangan TSL

6.7 Koordinasi dan Konsultasi


6.7.1 Koordinasi dan Konsultasike daerah dan pusat

4
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
7 Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan 3 dokumen 5 Dokumen 7 Dokumen 9 Dokumen 10 okumen
konservasi yang tersusun dan mendapat
pengesahan sebanyak 150 Dokumen Rencana
Pengelolaan
7.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi
7.1.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Jabar
Jabar dengan dengan prioritas: Jabar dengan dengan prioritas: dengan prioritas:
prioritas: 1. TWA. Sukawayana prioritas: 1. TWA. Pulau Sangiang
7.2 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi
1. SM. Cikepuh 2. TWA. Tampomas 1. TWA. Gn. 2. CA. Sancang 1. TB. Masigit Kareumbi
Masyarakat Kawasan 2. TWA. Pancar
7.2.1 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi Pangandaran 2. SM. Gn, Sawal
Masyarakat Kawasan 3. TWA. Telaga
Warna TWA.
7.3 Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Jember
Konservasi
7.3.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan kawasan
konservasi

7.4 Konsultasi Publik Rencana Pengelolaan


Kawasan Konservasi
7.4.1 Konsultasi Publik dalam rangka penyusnan
Rencana Pengelolaan

7.5 Koordinasi Penilaian dan Pengesahan Rencana


Pengelolaan
7.5.1 Koordinasi Penilaian dan Pengesahan
Rencana Pengelolaan

7.6 Koordinasi dan Konsultasi


7.6.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan
pusat

8 Luas kawasan konservasi terdegradasi yang 100 Ha 100 Ha 390Ha 910Ha 1.300 Ha
dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas 100.000 ha
8.1 Analisa Spasial Tutupan Vegetasi Kawasan Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi
Konservasi Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Jabar
Jabar dengan prioritas: Jabar dengan dengan prioritas: dengan prioritas:
1. TWA. Papandayan prioritas: 1. TB. Masigit Kareumbi
8.2 Kajian Pemulihan Ekosistem
(60) 1. TB. Masigit 1. TB. Masigit Kareumbi (142)
8.2.1 Reviu/ Update Data RPE 2. SM. Gunung Sawal Kareumbi (122) (100) 2. SM. Cikepuh (200)
(40) 2. SM. Cikepuh 2. SM. Cikepuh (200) 3. CA.Papandayan (150)
8.3 Perencanaan Rehabilitasi Kawasan Konservasi (100) 3. SM. Gn. Sawal (70)
8.3.1 Perencanaan Rehabilitasi Kawasan 3. TWA. 4. CA.Kamojang (150)
Konservasi Kamojang (26)

5
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
8.4 Rehabilitasi Kawasan Konservasi 4. CA.Bjonglarang
8.4.1 Penyusunan Rancangan Kegiatan Jayanti (8,66)
Penanaman 5. CA.BUrangrang
(3,70)
8.4.2 Penanaman Dalam Rangka Pemulihan
6. CA. Rawa
Ekosistem Danau (30)
8.4.3 Rehabilitasi Kawasan TWA dan SM
8.4.4 Pengamanan/Pemeliharaan Bibit
Sementara

8.5 Restorasi Kawasan Konservasi


8.5.1 Bintek Restorasi
8.5.2 Enrichment Plantin

8.6 Suksesi Alami

8.7 Kajian Tipologi Permasalahan Kawasan


Konservasi

8.8 Penyelesaian Konflik Kawasan Konservasi (Non


Litigasi)

8.9 Penyelesaian Konflik Pemanfaatan Non


Prosedural (Non Litigasi)

8.10 Koordinasi dan Konsultasi


8.10.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan
Pusat

8.11 Monitoring dan Evaluasi


8.11.1 Monitoring dan Evaluasi terkait RPE

9 Jumlah desa di daerah penyangga kawasan 6 Desa 3 Desa 2 Desa 2 Desa 2 Desa
konservasi yang dibina sebanyak 77 Desa selama 5
tahun

6
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
9.1 Prakondisi Pemberdayaan Masyarakat 1. Desa Nasol 1. Desa Nasol 1. Desa Nasol 1. Desa Nasol 1. Desa Nasol
9.1.1 Koordinasi dan Konsultasi terkait (Sawal)
Pemberdayaan Masyarakat 2. Desa Sukalila 2. Desa Sukalila 2. Desa Sukalila 2. Desa Sukalila 2. Desa Sukalila
(Papandayan) (Papandayan) (Papandayan) (Papandayan) (Papandayan)
3. SUmurugul
9.2 Pembentukan dan Pembinaan Kelembagaan (Burangrang) 3. Sukamanah Jagat
4. Sukamanah
9.3 Pendampingan Pemberdayan Masyarakat Jagat
9.3.1 Bintek Pengembangan MDK 5. Campaka
(Cadas Malang)
9.4 Pembinaan dan Pengembangan Usaha Ekonomi 6. Desa Luwuk
Produktif (Rawa Danau)
9.4.1 Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi
Produktif bagi desa sekitar kawasan
konservasi

9.5 Peningkatan Kapasitas Masyarakat


9.5.1 Peningkatan kapasitas kelompok
masyarakat

9.6 Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat


9.6.1 Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
sekitar kawasan konservasi

9.7 Pengembangan Kemitraan/Kolaborasi

9.8 Penetapan Daerah Penyangga

9.9 Monitoring dan Evaluasi


9.9.1 Monitoring dan Evaluasi ke daerah dan pusat

7
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
10 Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman 1 Unit 3 Unit 9 Unit 9 Unit 9 Unit
nasional yang beroperasi

10.1 Identifikasi, Eksplorasi, Inventarisasi, dan 1. Guntur 1. KPHK Guntur 1. KPHK Guntur 1. KPHK Guntur 1. KPHK Guntur
Pemetaan Sebaran Potensi Papandayan Papandayan Papandayan Papandayan Papandayan
10.1.1 Identifikasi, Eksplorasi, Inventarisasi, dan 2. KPHK Simpang Tilu 2. KPHK Simpang 2. KPHK Simpang Tilu 2. KPHK Simpang Tilu
3. KPHK BUrangrang Tilu 3. KPHK BUrangrang 3. KPHK BUrangrang
Pemetaan sebaran potensi pada kawasan
Tangkuban Perahu 3. KPHK Tangkuban Perahu Tangkuban Perahu
konservasi BUrangrang 4. Cikepuh- Cibanteng 4. Cikepuh- Cibanteng
10.1.2 Identifikasi, Eksplorasi dan Pemetaan Tangkuban 5. Telaga Bodas -Sawal 5. Telaga Bodas -Sawal
Kerawanan Kawasan konservasi Perahu 6. Pangandaran- 6. Pangandaran-
4. Cikepuh- Sancang Sancang
10.2 Pengelolaan Data dan Informasi Cibanteng 7. Serang Banten 7. Serang Banten
10.2.1 Pengelolaan Data dan Informasi kawasan 5. Telaga Bodas - 8. Kareumbi – 8. Kareumbi –
konservasi lingkup BBKSDA JABAR Sawal Tampomas Tampomas
6. Pangandaran- 9. KPHK Bogor 9. KPHK Bogor
Sancang
10.3 Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHK 7. Serang Banten
10.3.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHK 8. Kareumbi –
Lingkup BBKSDA JABAR Tampomas
9. KPHK Bogor
10.4 Operasional KPHK
10.4.1 Rakor Operasionlisasi KPHK
10.4.2 Operasional KPHK
10.4.3 Rapat Penyusunan SOP KPHK

10.5 Pengembangan SDM KPHK


10.5.1 Pengembangan SDM KPHK Lingkup BBKSDA
JABAR
10.6 Pengembangan Kapasitas Kelembagaan KPHK
10.6.1 Pembinaan Desa Binaan

10.7 Pengembangan Sarana dan Prasarana KPHK


10.7.1 Pengembangan Sapras KPHK Lingkup
BBKSDA JABAR
10.7.2 Penguatan Sarana Mobilisasi Minimal KPHK

10.8 Administrasi Kegiatan KPHK


10.8.1 Pembelian ATK
10.8.2 Pemeliharaan peralatan
10.8.3 Pemeliharaan kendaraan operasional KPHK
10.8.4 Administrasi Kegiatan KPHK Lingkup
BBKSDA JABAR

10.9 Koordinasi dan Konsultasi


10.9.1 Koordinasi dan Konsultasi terkait KPHK
8
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
11 Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan 2 Provinsi 2 Provinsi 2 Provinsi 2 Provinsi 2 Provinsi
pengamanan kawasan konservasi di 2 Provinsi

11.1 Patroli Pengamanan Hutan 1. Jawa Barat 1. Jawa Barat 1. Jawa Barat 1. Jawa Barat 1. Jawa Barat
11.1.1 Patroli Pengamanan Kawasan 2. Banten 2. Banten 2. Banten 2. Banten 2. Banten
11.1.2 Patroli Bersama MPP

11.2 Operasi Pengamanan Hutan


11.2.1 Pulbaket
11.2.2 Operasi Khusus
11.2.3 Operasi Penertiban TSL
11.2.4 Operasi Pengamanan Fungsional
11.2.5 Operasi Gabungan
11.2.6 Operasi Gabungan Perairan
11.2.7 Operasi Penanganan Konflik Satwa Liar dan
Manusia (Macan Tutul, Kera ekor Panjang,
dan Rusa )
11.2.8 Pengendalian Invasive Alien Spesies
11.2.9 Pembuatan Pagar Di CA/TWA Pangandaran
( Pantai Barat Dan Timur 200 M

11.3 Koordinasi Pengamanan Hutan


11.3.1 Rakor Pengamanan Hutan Prov. Jabar
11.3.2 Penyusunan SOP Pengamanan
11.3.3 Koordinasi, Supevisi dan Konsultasi terkait
pengamanan kawasan konservasi
11.3.4 Honor tenaga Pamhut

11.4 Operasi Yustisi


11.4.1 Persiapan, Pelaksanaan dan Penyelesaian
Operasi Yustisi
11.4.2 Penanganangan Barang Bukti

11.5 Patroli Pengendalian Kebakaran Hutan


11.5.1 Patroli Pengendalian Kebakaran Hutan
11.5.2 Patroli Pencegahan Kebakaran Hutan

11.6 Deteksi dan Peringatan Dini


11.6.1 Deteksi Dini Kebakaran Hutan

11.7 Pemadaman Kebakaran Hutan


11.7.1 Pemadaman Kebakaran Hutan

9
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
11.8 Kampanye Pengendalian Kebakaran Hutan
11.8.1 Sosialisasi Pengendalian Kebakaran Hutan
11.8.2 Apel Siaga/ Gelar Pasukan dan Peralatan
Pemadaman Kebakaran Hutan
11.8.3 Pembuatan Papan Larangan /Informasi
terkait dalkarhut
11.8.4 Sosialisasi Kepada Masyarakat Sekitar
Kawasan Konservasi

11.9 Operasional Manggala Agni


11.9.1 Monitoring Hotspot
11.9.2 Monitoring areal bekas kebakaran Hutan
11.9.3 Pemeliharaan Kendaraan Operasional
Kebakakaran Hutan

11.10 Pengembangan Kapasitas SDM


11.10.1 Pelatihan perawatan mesin dalkarhut
11.10.2 Bintek Polhut
11.10.3 Pelatihan Menembak
11.10.4 Bintek Masyarakat Mitra Polhut (MMP)
11.10.5 Bintek Masyarakat Peduli Api (MPA)
11.10.6 Pengurusan Pengpin Senpi
11.10.7 Pengurusan Administrasi Senpi
11.10.8 Pembentukan Mmp (Masyarakat Mitra
Polhut) Di Pangandaran
11.10.9 Penyegaran Polhut

11.11 Koordinasi dan Konsultasi


11.11.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan
pusat
11.11.2 Kordinasi Tk. Bidang Wilayah
11.11.3 Koordinasi Tk. Seksi Wilayah
11.11.4 Koordinasi Resort Wilayah

12 Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa 2% 4% 6% 8% 10%


terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List 1. Owa jawa 1. Owa jawa 1. Owa jawa 1. Owa jawa 1. Owa jawa
of Threatened Species sebesar 10% sesuai baseline 2. Elang jawa 2. Elang jawa 2. Elang jawa 2. Elang jawa 2. Elang jawa
3. Penyu Hijau 3. Macan Tutul 3. Macan Tutul 3. Macan Tutul 3. Macan Tutul
data tahun 2013
4. Penyu Hijau 4. Penyu Hijau 4. Penyu Hijau 4. Penyu Hijau

12.1 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran Tumbuhan 1. CA.Gunung Tilu 1. CA.Gunung Tilu 1. CA.Gunung Tilu 1. CA.Gunung Tilu 1. CA.Gunung Tilu
Alam dan Satwa Liar 2. CA. Burangrang 2. CA. Burangrang 2. CA. Burangrang 2. CA. Burangrang 2. CA. Burangrang
3. CA.Sancang 3. CA.Sancang 3. CA.Sancang 3. CA.Sancang 3. CA.Sancang
10
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
12.1.1 Iventarisasi dan Pemetaan Sebaran Satwa 4. CA&TWA. 4. CA&TWA. 4. CA&TWA. 4. CA&TWA. Tangkuban 4. CA&TWA. Tangkuban
12.1.2 Inventarisasi Potensi Elang Jawa Tangkuban Tangkuban Perahu Tangkuban Perahu Perahu
12.1.3 Inventarisasi Potensi Owa Jawa Perahu 5. CA&TWA. Telaga Perahu 5. CA&TWA. Telaga 5. CA&TWA. Telaga
5. CA&TWA. Warna 5. CA&TWA. Warna Warna
12.1.4 Inventarisasi Macan Tutul
Telaga Warna 6. CA&TWA. Telaga Warna 6. CA&TWA. Kamojang 6. CA&TWA. Kamojang
12.1.5 Inventarisasi Potensi Habitat Penyu DI SM 6. CA&TWA. Kamojang 6. CA&TWA. 7. SM. Gunung Gunug 7. SM. Gunung Gunug
Sindangkerta Kamojang 7. SM. Gunung Gunug Kamojang Sawal Sawal
12.1.6 Inventarisasi Potensi Raflesia, Kaboa dan 7. SM. Cikepuh Sawal 7. SM. Gunung 8. SM. Cikepuh 8. SM. Cikepuh
Meranti Merah di CA Sancang 8. SM. Sindang 8. SM. Cikepuh Gunug Sawal 9. CA&TWA. Papndayan 9. CA&TWA. Papndayan
12.1.7 Inventarisasi Potensi Kantong SEMAR Kerta 9. SM. Sindang Kerta 8. SM. Cikepuh 10. SM. Sindang Kerta 10. SM. Sindangkerta
9. CA&TWA. 11. 11.
12.2 Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa Papndayan
10. SM.
Liar
Sindangkerta
12.2.1 Workshop Monitoring Satwa Liar
12.2.2 Workshop Peningkatan Populasi Satwa
Penting
12.2.3 Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan
Satwa Liar
12.2.4 Monitoring Populasi Dan Habitat Owa Jawa
12.2.5 Monitoring Populasi Elang Jawa
12.2.6 Monitoring Populasi Lutung
12.2.7 Monitoring Populasi Macan Tutul
12.2.8 Monitoring Prey Macan Tutul
12.2.9 Monitoring Populasi Owa Jawa
12.2.10 Monitoring Potensi Surili
12.2.11 Pembuatan Arboretum Anggrek Dan
Tanaman Obat

12.3 Pembinaan Habitat Satwa Liar


12.3.1 Pembinaan populasi penyu dan
keanekaragaman jenis ikan di SM.
Sindangkerta
12.3.1 Pembinaan habitat penyu di SM. Cikepuh
dan TWA. Pulau sangiang

12.4 Pembinaan Populasi Satwa Liar


12.4.1 Pengelolaan Demplot Penangkaran Penyu
Semi Alami
12.4.2 Rehabilitasi dan pelepasliaran penyu dan
ikan lainnya di Batuhiu

12.5 Penanganan Konflik Satwa Liar dan Manusia


12.5.1 Bintek mitigasi konflik satwa
12.5.2 Penanganan Gangguan Satwa Liar
11
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
12.5.3 Penyusunan SOP konflik satwa

12.6 Evakuasi Satwa Liar


12.6.1 Translokasi Satwa Liar
12.6.2 Evakuasi Satwa liar

12.7 Operasional dan Pemeliharaan Satwa Liar


12.7.1 Pengadaan Pakan satwa

12.8 Rehabilitasi dan Pelepasliaran Satwa


12.8.1 Pelepasliaran satwa liar

12.9 Kampanye Pelestarian Satwa Liar dan


Tumbuhan Alam
12.9.1 Sosialisasi Per UU TSL
12.9.2 Sosialisasi Satwa Liar yang dilindungi Ke
Sekolah dan Perguruan Tinggi (Konservasi
Goest To School And Campus)
12.9.3 Pembuatan Leaflet TSL

12.10 Koordinasi dan Konsultasi


12.10.1 Koordinasi dan Konsultasi terkait TSl

13 Jumlah penambahan jenis satwa liar dan tumbuhan 2 Spesies 4 Spesies 6 Spesies 8 Spesies 10 Spesies
alam yang dikembangbiakkan pada lembaga
konservasi sebanyak 10 spesies dari baseline tahun
2013
13.1 Pertimbangan Teknis Lembaga Konservasi 1. Kakatua KB Bandung / TSI: KB Bandung / TSI: KB Bandung/ KB Bandung / TSI/ TS
Galerita (TSI) 1. Biawak hijau 1. Ular King TSI/Cikembulan Cikembulan:
13.2 Bimbingan Teknis dan Supervisi 2. Nuri Pelangi 2. dan Biawak hitam Kobra, 1. Arwana,  Cucak rawa,
(TSI) 2. Sanca Timor 2. Biawak Timor  Jalak Putih
13.2.1 Koordinasi Calon LK

13.3 Evaluasi Lembaga Konservasi


13.3.1 Monitoring dan Evaluasi Lembaga
Konservasi
13.3.2 Monitoring dan Evaluasi Satwa Hasil
Evakuasi ke Lembaga Konservasi

13.4 Pembinaan dan Koordinasi


13.4.1 Pembinaan dan koordinasi di Lembaga
Konservasi lingkup Wilayah Bidang
KSDA Wilayah

12
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
14 Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan 0,2 Milyar 0,25Milyar 0,3 Milyar 0,3 Milyar 0,5 Milyar
tumbuhan alam sebesar Rp 50 M
14.1 Pertimbangan Teknis Penyusunan Standar  SKW I  SKW I  SKW I  SKW I  SKW I
Harga Patokan  SKW II  SKW II  SKW II  SKW II  SKW II
14.1.1 Survey dan Analisa Data Pengusulan Kuota  SKW III  SKW III  SKW III  SKW III  SKW III
 SKW IV  SKW IV  SKW IV  SKW IV  SKW IV
 SKW V  SKW V  SKW V  SKW V  SKW V
14.2 Bimbingan Teknis dan Supervisi  SKW VI  SKW VI  SKW VI  SKW VI  SKW VI
14.2.1 Persiapan, Pelaksanaan, penyelesaian
14.2.2 Bimbingan Teknis dan Supervisi
14.2.3 Pelayanan Pembuatan BAP Tata Usaha
Peredaran TSL

14.3 Pembinaan dan Koordinasi


14.3.1 Pembinaan Kepada Pengumpul Pedagang
dan Penangkar
14.3.2 Workshop penangkaran dan peredaran TSL
14.3.3 Rakor pembahasan penetapan usulan kuota

14.4 Monitoring dan Evaluasi


14.4.1 Monev Kegiatan Penangkaaran
14.4.2 Monev Kegiatan Peredara TSL

14.5 Koordinasi dan Konsultasi


14.5.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan
pusat

15 Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran 1wilayah biogeografi 1wilayah biogeografi 1wilayah biogeografi 1wilayah biogeografi 1 wilayah
keanekaragaman spesies dan genetik yang valid dan biogeografi
reliable pada 7 wilayah biogeografi
4.5 Identifikasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi
Lingkup BBKSDA Jabar Lingkup BBKSDA Lingkup BBKSDA Jabar Lingkup BBKSDA Jabar
4.6 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran Tumbuhan Jabar
Alam dan Satwa Liar
4.6.1 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran
4.6.2 Identifikasi Tumbuhan Invasive Alien
Species (IAS)

4.7 Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa


Liar
4.7.1 Inventarisasi/Monitoring buaya

13
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
4.8 Photo Hunting Satwa Liar dan Tumbuhan Alam
4.8.1 Photo Hunting TSL

4.9 Penyusunan Database Spesies


4.9.1 Pembuatan Aplikasi database TSL

4.10 Desiminasi Data dan Informasi

16 Jumlah unit pusat pengembangbiakan dan suaka 1 unit 2 unit


satwa (sanctuary) spesies terancam punah yang
terbangun sebanyak 50 unit.
16.1 Operasional dan Pemeliharaan Satwa Liar SM. Cikepuh TWA. Kamojang
16.1.1 Operasional dan Pemeliharaan Pusat
Konservasi Elang

16.2 Evakuasi Satwa Liar

16.3 Operasional Pusat Pengembangbiakan dan


Suaka Satwa Liar

16.4 Rehabilitasi dan Pelepasliaran Satwa

16.5 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pusat


Pengembangbiakan dan Suaka Satwa Liar
16.5.1 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pusat
KOnservasi Elang

16.6 Koordinasi dan Konsultasi


16.6.1 Koordinasi dan Konsultasi ke pusat dan
daerah

17 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi 100.000 orang 200.000 orang 325.000 orang 455.000 orang 585.000 orang
minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan
mancanegara selama 5 tahun

17.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan Pariwisata TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup BBKSDA
Alam BBKSDA Jabar Jabar BBKSDA Jabar Jabar Jabar
17.1.1 Rapat Koordinasi Dalam Rangka
Pengembangan Pariwisata

17.2 Pengembangan Sarana dan Prasarana


Pengusahaan Pariwisata Alam

14
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
17.3 Informasi, Promosi dan Pemasaran

17.4 Operasional Pengelolaan Obyek Wisata Alam


17.4.1 Koordinasi dan konsultasi terkait wisata alam

18 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi 1.700.000 orang 4.000.000 orang 6.000.000 orang 8.500.000 orang 11.000.000 orang
minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan
nusantara selama 5 tahun

18.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan Pariwisata TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup BBKSDA
Alam BBKSDA Jabar Jabar BBKSDA Jabar Jabar Jabar

18.2 Pengembangan Sarana dan Prasarana


Pengusahaan Pariwisata Alam
18.2.1 Pembuatan landscaping TWA
18.2.2 Pembuatan DED TWA
18.2.3 Pengembangan WisataTerbatas
18.2.4 Pengadaan Sarana Prasaran di TWA

18.3 Informasi, Promosi dan Pemasaran


18.3.1 Sosialiasi Taman Wisata Alam Di Bidang
Wilayah Kepada Biro Jasa Dan Hotel
18.3.2 Pembuatan Leaflet
18.3.3 Pembuatan Stiker Mobil
18.3.4 Pembuatan Film TWA.
18.3.5 Lomba Foto Potensi TWA.
18.3.6 Promosi dan Informasi wisata
18.3.7 Pameran Promosi wisata alam
18.3.8 Sosialisasi Keselamatan Pengunjung di TWA
18.3.9 Festival Promosi Wisata
18.3.10 Pembuatan Buku Informasi Wisata Alam
18.3.11 Pembuatan Bilboard TWA
18.3.12 Pameran TK. KABUPATEN
18.3.13 Sosialisasi dan Fromosi ke Agen Travel

18.4 Operasional Pengelolaan Obyek Wisata Alam


18.4.1 Pelatihan Interpretasi Wisata Alam DI TWA.
18.4.2 Pelatihan Water Rescue
18.4.3 Monitoring Dan Evaluasi RKT IUPSWA
18.4.4 Pencetakan karcis masuk

15
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
19 Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di 4 unit 10 Unit 25 unit 40Unit 50 unit
kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 Unit
dari baseline tahun 2013
19.1 Penyusunan Desain Tapak TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup BBKSDA
19.1.1 Penyusunan Desain Tapak Kawasan BBKSDA Jabar Jabar dengan prioritas BBKSDA Jabar Jabar dengan prioritas Jabar dengan prioritas
dengan prioritas TWA.Papandayan dengan prioritas  TWA. Sukawayana
TWA.Papandayan  TWA. Telaga  TWA. Kamojang  TWA. Patengan
19.2 Informasi, Promosi dan Pemasaran Potensi
Bodas  TWA. Telaga Bodas  0TWA.Kamojag
Obyek Wisata Alam  TWA.Kamojag  TWA. Papndayan
19.2.1 Rapat Koordinasi Pemanfaatan Jasa  TWA. Patengan
Lingkungan Air
19.2.2 Peningkatan Pelayanan Pengunjung Pada
Hari Raya/Libur Nasional

19.3 Bimbingan Teknis dan Supervisi IUPSWA dan


IUPJWA
19.3.1 Bimbingan Teknis dan Supervisi IUPSWA
dan IUPJWA

19.4 Evaluasi IUPSWA dan IUPJWA


19.4.1 Monitoring dan evaluasi IUPSWA dan
IUPJWA

19.5 Fasilitasi Forum Wisata Alam


19.5.1 Pembentukan Forum Wisata Alam
19.5.2 Fasilitasi Forum Wisata Alam DI TWA

19.6 Pembinaan dan Koordinasi


19.6.1 Pembinaan dan Koordinasi ke daerah dan
pusat

20 Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang - - 2 unit 4 unit 6 unit


beroperasi di kawasan konservasi bertambah
sebanyak 25 Unit
20.1 Inventarisasi Potensi Sumberdaya Air  1 unit IUPA  1 unit IUPA  1 unit IUPA (Blok
20.1.1 Inventarisasi Jasa Lingkungan Air (PT.Chakra (PT.Sinkona/CA Darajat-CA
Dewata) Tangkuban Parahu) Papandayan)
 1 unit IPA  1 unit IPA  1 unit IPA
20.2 Valuasi Ekonomi Sumberdaya Air
(masyarakat SM (masyarakat SM (masyarakat TB.
Gn.Sawal) Gn.Sawal/TWA Masigit Kareumbi
20.3 Koordinasi Pemanfaatan Sumberdaya Air Kamojang)
20.3.1 Workshop Inisiasi Imbal Jasa Lingkungan
Air
20.3.2 Monitoring Perijinan Pemanfatan Jasa
lingkungan Air (IPA dan IUPA )
16
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
20.4 Bimbingan Teknis dan Supervisi IPA dan IUPA
20.4.1 Bimbingan Teknis IPA dan IUPA

20.5 Evaluasi IPA dan IUPA


20.5.1 Evaluasi IPA dan IUPA

20.6 Pembinaan dan Koordinasi IPA dan IUPA


20.6.1 Pembinaan dan Koordinasi IPA dan IUPA ke
pusat

21 Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan 1 unit 2 unit 3 unit


konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power
plant bertambahsebanyak minimal 50 unit
21.1 Inventarisasi Potensi Sumberdaya Air SM. Gununng Sawal TWA Linggarjati TB Kareumbi

21.2 Koordinasi Pemanfaatan Sumberdaya Energi Air

21.3 Demplot Micro Hydro Electrical Power Plant

21.4 Bimbingan Teknis dan Supervisi IPEA dan IUPEA


21.4.1 Bimbingan Teknis dan Supervisi IPEA dan
IUPEA

21.5 Evaluasi IPEA dan IUPEA

21.6 Pembinaan dan Koordinasi IPEA dan IUPEA


21.6.1 Pembinaan dan Koordinasi IPEA dan IUPEA
ke Pusat

22 Jumlah kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi 1 lokasi


panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi
sebanyak minimal 5 unit
22.1 Inventarisasi Potensi Panas Bumi CA&TWA. Kamojang CA&TWA. Kamojang CA&TWA. Kamojang CA&TWA. Kamojang
22.1.1 Inventarisasi Potensi sekitar Panas Bumi

22.2 Koordinasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi


22.3.1 Koordinasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi

22.3 Bimbingan Teknis dan Supervisi Pemanfaatan


Potensi Panas Bumi
22.3.1 Sosialisasi Peraturan Pemanfaatan Panas
Bumi

17
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
22.4 Evaluasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi

22.5 Pembinaan dan Koordinasi Pemanfaatan Potensi


Panas Bumi
22.5.1 Pembinaan dan Koordinasi Pemanfaatan
Potensi Panas Bumi ke daerah dan pusat

23 Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta 180 orang 360 orang 540 orang 720 orang 900 orang
Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/
Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif
sebanyak 6.000 Orang
23.1 Pembentukan Kader Konservasi 4 SKW I 10 SKW I 16 SKW I 22 SKW I 28 SKW I
23.1.1 Pembentukan Kader Konservasi 5 SKW II 11 SKW II 17 SKW II 23 SKW II 29 SKW II
6 SKW III 12 SKW III 18 SKW III 24 SKW III 30 SKW III
7 SKW IV 13 SKW IV 19 SKW IV 25 SKW IV 31 SKW IV
23.2 Kemah Bakti Kader Konservasi
8 SKW V 14 SKW V 20 SKW V 26 SKW V 32 SKW V
23.2.1 Kemah Konservasi 9 SKW VI 15 SKW VI 21 SKW VI 27 SKW VI 33 SKW VI

23.3 Pembinaan KK/KPA/KSM/KP


23.3.1 Fasilitasi Kegiatan Kader Konservasi
TK.Nasioanal
23.3.2 Fasilitasi Kegiatan Kader Konservasi
TK.Provinsi
23.3.3 Pembinaan KSA/KPA

23.4 Pembinaan dan Koordinasi Aktivitas


KK/KPA/KSM/KP
23.4.1 Bintek KK/KPA/KSM
23.4.2 Pembinaan dan Koordinasi Aktivitas
KK/KPA/KSM/KP

23.5 Penilaian KK/KPA/KSM/KP dalam rangka Wana


Lestari
23.5.1 Fasilitasi Pemenang Lomba

18
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
24 Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem 70,00 Poin 70,25 Poin 70,50 Poin 70,75 Poin 78,00 Poin
minimal 78,00
24.1 Penyusunan Program dan Anggaran 34 SKW I 40 SKW I 46 SKW I 52 SKW I 58 SKW I
35 SKW II 41 SKW II 47 SKW II 53 SKW II 59 SKW II
24.1.1 'Penyusunan Renja
36 SKW III 42 SKW III 48 SKW III 54 SKW III 60 SKW III
24.1.2 'Penyusunan RKA-KL 37 SKW IV 43 SKW IV 49 SKW IV 55 SKW IV 61 SKW IV
24.1.3 'Koordinasi dan konsultasi penyusunan 38 SKW V 44 SKW V 50 SKW V 56 SKW V 62 SKW V
Program dan Anggaran 39 SKW VI 45 SKW VI 51 SKW VI 57 SKW VI 63 SKW VI
24.1.4 'Dukungan Pelaksanaan Koordinasi UPT
KLHK Prov. Jabar

24.2 Evaluasi dan Pelaporan


24.2.1 'Penyusunan LKj
24.2.2 'Penyusunan Laporan Tahunan
24.2.3 'Penyusunan Statistik
24.2.4 'Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
24.2.5 'Rapat koordinasi evaluasi kinerja semester
24.2.6 'Dukungan Laporan Bulanan, Triwulan,
Semester, dan Tahunan

24.3 Data dan Informasi


24.3.1 Pembuatan Aplikasi database berbasis web
24.3.2 Pembuatan Buletin
24.3.3 Pencetakan peraturan bidang KSDAE
24.3.4 Kegiatan kunjungan orientasi jurnalistik
24.3.5 Pembuatan film dokumenter
24.3.6 Dukungan Kegiatan kehumasan dan
protokoler
24.3.7 Pameran IndoGreen Environment & Forestry
Expo
24.3.8 Pameran tingkat nasional
24.3.9 Pameran tingkat provinsi
24.3.10 Lomba Foto Daya Tarik TWA

24.4 Kerjasama dan Kemitraan


24.4.1 'Koordinasi dan konsultasi Kerjasama
24.4.2 'Pemantauan dan Koordinasi Kerjasama

24.5 Administrasi Kepegawaian


24.5.1 Pemutahiran Data Pegawai BBKSDA Jabar
24.5.2 Bimbingan Teknis Penyusunan Dupak
Pejabat Fungsional
24.5.3 Pengurusan Kenaikan Pangkat dan pensiun
Pegawai
19
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
24.5.4 Peningkatan Daya Tahan Tubuh
24.5.5 Penataan Pegawai BBKSDA Jabar

24.6 Administrasi Keuangan


24.6.1 Pengelolaan sistem akuntansi instansi
24.6.2 In house training kegiatan administrasi dan
aplikasi keuangan lingkup Balai
24.6.3 Sosialisasi Peraturan Keuangan

24.7 Ketatausahaan dan Umum

24.8 Administrasi Perlengkapan


24.8.1 Administrasi petugas, pemungut PNBP TWA
& TB.
24.8.2 Pengurusan Lelgalitas Aset Tanah
(Pensertifikatan)
24.8.3 Administrasi pengelola BMN
24.8.4 Administrasi petugas Kerasipan dan
Persuratan
24.8.5 'Keperluan ketatausahaan dan rumah
tangga Balai Besar KSDA Jawa Barat

24.9 Peningkatan Kapasitas SDM


24.10 Pembinaan Pegawai BBKSDA JABAR
24.11 Peningkatan Daya Tahan Tubuh
24.12 Peningkatan Kapasitas Pegawai Bidang
Wisata Alam

24.13 Pengembangan Sarana dan Prasarana


24.13.1 Pengadaan Barang Lingkup BBKSDA JABAR
24.13.2 Pembangunan Kantor Resort, Pondok Kerja,
Pos Jaga Lingkup BBKSDA JABAR
24.13.3 Pembangunan Tempat Penetasan Telur
Penyu

20
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019

24.13.4 Renovasi Kantor Balai, Bidang dan Seksi


wilayah
24.13.5 Renovasi Kantor Kantor Resort, Pondok
Kerja, Pos Jaga Lingkup BBKSDA JABAR

Bandung, Juni 2016


Kepala Balai Besar KSDA Jawa Barat

Ir. Sustyo Iriyono, MSi


NIP.19620621 199002 1 001

21
Lampiran 2
Indikatif Kebutuhan Pendanaan dalam rangka pencapaian Indikator Kinerja tahun 2015-2019
Balai Besar KSDA Jawa Barat
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


1 Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun 10 Dok 210.000 75.000 180.000 190.000 200.000
dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok

1.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan


1.1.1 Inventarisasi Potensi Kawasan konservasi 50.000 - 50.000 65.000 50.000

1.2 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi Masyarakat


1.2.1 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi Masyarakat sekitar kawasan - 45.000 - 50.000
konservasi

1.3 Penyusunan Rancangan Penataan Blok


1.3.1 Penyusunan Rancangan Penataan Blok kawasan konservasi 100.000 - 75.000 - 60.000

1.4 Konsultasi Publik Rancangan Penataan Blok


1.4.1 Konsultasi Publik & Pembahasan Pusat 30.000 50.000 50.000 -

1.5 Koordinasi Penilaian dan Pengesahan Rancangan Penataan Blok -

1.6 Penataan Batas Blok


1.6.1 Penataan Batas Blok lingkup kawasan konservasi - 50.000 25.000

1.7 Koordinasi dan Konsultasi 30.000 25.000 10.000 25.000 15.000


1.7.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat

2 Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi Kawasan konservasi 7 Unit - 75.000 140.000 150.000 200.000
untuk 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
2.1 Inventarisasi Potensi Kawasan
2.1.1 Inventarisasi Potensi Kawasan Dalam Rangka Evaluasi Fungsi Parsial 50.000 50.000 75.000

2.2 Evaluasi Kesesuaian Fungsi Kawasan Konservasi


2.2.1 Persiapan, Pelaksanaan, Pembahasan & Penyelesaian 60.000 75.000 85.000 100.000

2.3 Koordinasi dan Konsultasi


2.3.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat 15.000 15.000 15.000 25.000

3 Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable 50 Unit 90.000 140.000 200.000 110.000 90.000.000
pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


3.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan
3.1.1 Pembuatan PSP 80.000 50.000 50.000 -
3.1.2 Inventarisasi potensi di masing-masing resort di lapangan - 80.000 100.000 50.000 80.000
3.1.3 Inventarisasi keragaman flora Jenis Anggrek dan Tumbuhan Obat - 50.000 40.000 - -

3.2 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kawasan - - -

3.3 Pengembangan Database Spatial dan Non Spatial - - -

3.4 Pengelolaan Data dan Informasi - - -

3.5 Desiminasi Data dan Informasi - - -

3.6 Koordinasi dan Konsultasi


3.6.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

4 Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk 9 unit 700.000 1.500.000 2.100.000 2.215.000 2.000.000
sebanyak 100 Unit KPHK
4.1 Penyusunan Rancang Bangun KPHK
4.1.1 Persiapan, FGD, Penyusunan, Konsultasi Publik 500.000 800.000 1.000.000 1.000.000 900.000

4.2 Penyusunan RPHJP


4.2.1 Inventarisasi Potensi Kawasan Konservasi KPHK 50.000 250.000 350.000 415.000 350.000
4.2.2 Inventarisasi Data Sosek Masyarakat Sekitar KPHK - 125.000 150.000 200.000 150.000
4.2.3 Pembahasan Internal Rancang Bangun KPHK 50.000 100.000 300.000 300.000 300.000

4.3 Penataan Wilayah Kerja KPHK


4.3.1 Pembahasan Penataan Wilayah Kerja KPHK 75.000 150.000 200.000 200.000 200.000

4.4 Koordinasi dan Konsultasi


4.4.1 Koordinasi, Konsultasi dan Monev KPHK ke Pusat 25.000 75.000 100.000 100.000 100.000

5 Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi 10 PKS 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS
5.1 Penyusunan Pertimbangan Teknis
5.1.1 Pelaksanaan, Pembahasan Pertimbangan Teknis - - - - -

5.2 Pengembangan Kerjasama Penguatan Fungsi Kawasan Konservasi


5.2.1 Pengembangan Jejaring Kerjasama Pengutan Fungsi dan Strategis - - - - -
5.2.2 Bimbingan Teknis Kerjasama Kemtraan - - - - -
5.3 Pengembangan Kerjasama Pembangunan Strategis
5.3.1 Koordinasi Kerjasama pembangunan Strategis - - - - -
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

5.4 Monitoring dan Evaluasi Perjanjian Kerjasama


5.4.1 Monitoring dan Evaluasi Perjanjian Kerjasama Lingkup BBKSDA JABAR 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

5.5 Koordinasi dan Konsultasi


5.5.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat - - - - -

6 Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas pengelolaannya 25 Unit 500.000 500.000 500.000 510.000 510.000
hingga memperoleh nilai indeks METT minimal 70 poin pada minimal 260 unit
KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
6.1 Self Assesment METT
6.6.1 Workshof METT - 75.000 75.000 75.000 75.000
6.6.2 Rakor Efektivitas Pengelolaan Kawasan 65.000 - - - -

6.2 Pemeliharaan Batas Kawasan Konservasi


6.2.1 Pemeliharaan Jalur Batas Kawasan Konservasi 50.000 50.000 - 50.000 50.000
6.2.2 Pemasangan Dan Pembuatan Papan Informasi dan Peringatan - - - - -
6.2.3 Sosialisasi Batas Kawasan - - - - -
6.2.4 Pembuatan Sekat Bakar - - - - -

6.3 Identifikasi Kebutuhan Penelitian pada Kawasan Konservasi


6.3.1 Penyusunan Kebutuhan Penelitian Lingkup Bidang Wilayah - - 40.000 - -
6.3.2 Pembahasan Laporan Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan - - - - -

6.4 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Kawasan Konservasi

6.4.1 Pengadaan Sarpras Pendukung KPHK 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

6.5 Pengembangan Program Pendidikan Konservasi


6.5.1 Visit to School - - - 25.000 -
6.5.2 Pendidikan Lingkungan dan Kemah Konservasi - - - 50.000 -

6.6 Pemberdayaan Masyarakat Tradisional


6.6.1 Peningkatan Kapasitas Masyarakat 75.000 50.000 75.000 - 75.000
6.6.2 Pembentukan Masyarakat Mitra Polhut - - - - -
6.6.3 Sosialisasi Penertiban Kepemilikan, Pemeliharaan dan Perdagangan TSL - - - - -

6.7 Koordinasi dan Konsultasi


6.7.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat 10.000 25.000 10.000 10.000 10.000
7 Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan konservasi yang 10 Dok 210.000 75.000 180.000 190.000 200.000
tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 150 Dokumen Rencana
Pengelolaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


7.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan
7.1.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan 50.000 - - - 50.000

7.2 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kawasan


7.2.1 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kawasan - - - - -

7.3 Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi


7.3.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan kawasan konservasi 100.000 - 100.000 110.000 90.000

7.4 Konsultasi Publik Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi


7.4.1 Konsultasi Publik dalam rangka penyusnan Rencana Pengelolaan 50.000 - 70.000 70.000 50.000

7.5 Koordinasi Penilaian dan Pengesahan Rencana Pengelolaan


7.5.1 Koordinasi Penilaian dan Pengesahan Rencana Pengelolaan - 50.000 - - -

7.6 Koordinasi dan Konsultasi


7.6.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat 10.000 25.000 10.000 10.000 10.000

8 Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya 400 Ha 100.000 800.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
seluas 100.000 Ha
8.1 Analisa Spasial Tutupan Vegetasi Kawasan Konservasi -

8.2 Kajian Pemulihan Ekosistem


8.2.1 Reviu/ Update Data RPE 50.000

8.3 Perencanaan Rehabilitasi Kawasan Konservasi 50.000


8.3.1 Perencanaan Rehabilitasi Kawasan Konservasi

8.4 Rehabilitasi Kawasan Konservasi


8.4.1 Penyusunan Rancangan Kegiatan Penanaman - 75.000 100.000 100.000 100.000
8.4.2 Penanaman Dalam Rangka Pemulihan Ekosistem - 200.000 250.000 250.000 250.000
8.4.3 Rehabilitasi Kawasan TWA dan SM - 350.000 450.000 450.000 450.000
8.4.4 Pengamanan/Pemeliharaan Bibit Sementara - 75.000 75.000 75.000 75.000

8.5 Restorasi Kawasan Konservasi


8.5.1 Bintek Restorasi - 65.000 75.000 75.000 75.000
8.5.2 Enrichment Plantin -

8.6 Suksesi Alami -

8.7 Kajian Tipologi Permasalahan Kawasan Konservasi -


Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

8.8 Penyelesaian Konflik Kawasan Konservasi (Non Litigasi) -

8.9 Penyelesaian Konflik Pemanfaatan Non Prosedural (Non Litigasi) -

8.10 Koordinasi dan Konsultasi


8.10.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan - 15.000 30.000 30.000 30.000
Pusat

8.11 Monitoring dan Evaluasi


8.11.1 Monitoring dan Evaluasi terkait RPE 20.000 20.000 20.000 20.000

9 Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina sebanyak 6 Desa 800.000 600.000 400.000 400.000 300.000
77 Desa selama 5 tahun
9.1 Prakondisi Pemberdayaan Masyarakat
9.1.1 Koordinasi dan Konsultasi terkait Pemberdayaan Masyarakat 50.000 50.000 50.000 50.000 25.000

9.2 Pembentukan dan Pembinaan Kelembagaan 75.000 75.000 75.000 75.000 -

9.3 Pendampingan Pemberdayan Masyarakat


9.3.1 Bintek Pengembangan MDK

9.4 Pembinaan dan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif


9.4.1 Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif bagi desa sekitar 500.000 300.000 100.000 100.000 100.000
kawasan konservasi

9.5 Peningkatan Kapasitas Masyarakat


9.5.1 Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000

9.6 Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat


9.6.1 Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat sekitar kawasan konservasi 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000

9.7 Pengembangan Kemitraan/Kolaborasi - - - - -

9.8 Penetapan Daerah Penyangga - - - - -

9.9 Monitoring dan Evaluasi


9.9.1 Monitoring dan Evaluasi ke daerah dan pusat 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

10 Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang beroperasi 10 Unit 700.000 1.500.000 2.000.000 2.250.000 2.000.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


10.1 Identifikasi, Eksplorasi, Inventarisasi, dan Pemetaan Sebaran Potensi

10.1.1 Identifikasi, Eksplorasi, Inventarisasi, dan Pemetaan sebaran potensi 75.000 75.000 - - -
pada kawasan konservasi
10.1.2 Identifikasi, Eksplorasi dan Pemetaan Kerawanan Kawasan konservasi 75.000 75.000 - - -

10.2 Pengelolaan Data dan Informasi


10.2.1 Pengelolaan Data dan Informasi kawasan konservasi lingkup BBKSDA 150.000 150.000 50.000 75.000 50.000
JABAR

10.3 Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHK


10.3.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHK Lingkup BBKSDA JABAR 300.000 375.000 - - -

10.4 Operasional KPHK


10.4.1 Rakor Operasionlisasi KPHK 150.000 100.000 100.000 70.000
10.4.2 Operasional KPHK 350.000 350.000 470.000 300.000
10.4.3 Rapat Penyusunan SOP KPHK 100.000 50.000 75.000 50.000

10.5 Pengembangan SDM KPHK


10.5.1 Pengembangan SDM KPHK Lingkup BBKSDA JABAR 100.000 100.000 100.000 100.000

10.6 Pengembangan Kapasitas Kelembagaan KPHK


10.6.1 Pembinaan Desa Binaan 50.000 75.000 50.000 50.000 50.000

10.7 Pengembangan Sarana dan Prasarana KPHK


10.7.1 Pengembangan Sapras KPHK Lingkup BBKSDA JABAR 350.000 350.000 350.000
10.7.2 Penguatan Sarana Mobilisasi Minimal KPHK 800.000 800.000 800.000

10.8 Administrasi Kegiatan KPHK


10.8.1 Pembelian ATK 50.000 50.000
10.8.2 Pemeliharaan peralatan 15.000 15.000
10.8.3 Pemeliharaan kendaraan operasional KPHK 15.000 15.000
10.8.4 Administrasi Kegiatan KPHK Lingkup BBKSDA JABAR 100.000 100.000 100.000

10.9 Koordinasi dan Konsultasi


10.9.1 Koordinasi dan Konsultasi terkait KPHK 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000

11 Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan 2 Prov 1.000.000 1.200.000 1.300.000 1.400.000 1.500.000
konservasi di 34 Provinsi
11.1 Patroli Pengamanan Hutan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


11.1.1 Patroli Pengamanan Kawasan 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
11.1.2 Patroli Bersama MPP 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000

11.2 Operasi Pengamanan Hutan


11.2.1 Pulbaket 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000
11.2.2 Operasi Khusus - - - - -
11.2.3 Operasi Penertiban TSL - 50.000 50.000 50.000 50.000
11.2.4 Operasi Pengamanan Fungsional 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
11.2.5 Operasi Gabungan 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
11.2.6 Operasi Gabungan Perairan - - - - -
11.2.7 Operasi Penanganan Konflik Satwa Liar dan Manusia (Macan Tutul, - - - - 50.000
Kera ekor Panjang, dan Rusa )
11.2.8 Pengendalian Invasive Alien Spesies - - - - 50.000
11.2.9 Pembuatan Pagar Di CA/TWA Pangandaran ( Pantai Barat Dan Timur - - - - -
200 M

11.3 Koordinasi Pengamanan Hutan


11.3.1 Rakor Pengamanan Hutan Prov. Jabar - - 50.000 50.000 50.000
11.3.2 Penyusunan SOP Pengamanan - - 50.000 50.000 50.000
11.3.3 Koordinasi, Supevisi dan Konsultasi terkait pengamanan kawasan 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
konservasi
11.3.4 Honor tenaga Pamhut 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000

11.4 Operasi Yustisi


11.4.1 Persiapan, Pelaksanaan dan Penyelesaian Operasi Yustisi 75.000 100.000 100.000 100.000 75.000
11.4.2 Penanganangan Barang Bukti - 50.000 50.000 50.000 50.000

11.5 Patroli Pengendalian Kebakaran Hutan


11.5.1 Patroli Pengendalian Kebakaran Hutan - - - - -
11.5.2 Patroli Pencegahan Kebakaran Hutan 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000

11.6 Deteksi dan Peringatan Dini


11.6.1 Deteksi Dini Kebakaran Hutan - - - - -

11.7 Pemadaman Kebakaran Hutan


11.7.1 Pemadaman Kebakaran Hutan 150.000 200.000 200.000 200.000 150.000

11.8 Kampanye Pengendalian Kebakaran Hutan 50.000


11.8.1 Sosialisasi Pengendalian Kebakaran Hutan 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
11.8.2 Apel Siaga/ Gelar Pasukan dan Peralatan Pemadaman Kebakaran - - - - -
Hutan
11.8.3 Pembuatan Papan Larangan /Informasi terkait dalkarhut - - - - 50.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


11.8.4 Sosialisasi Kepada Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi 25.000 50.000 50.000 50.000 25.000

11.9 Operasional Manggala Agni


11.9.1 Monitoring Hotspot 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000
11.9.2 Monitoring areal bekas kebakaran Hutan - - - - -
11.9.3 Pemeliharaan Kendaraan Operasional Kebakakaran Hutan 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000

11.10 Pengembangan Kapasitas SDM


11.10.1 Pelatihan perawatan mesin dalkarhut - - - - -
11.10.2 Bintek Polhut - - - - -
11.10.3 Pelatihan Menembak - - - 75.000 75.000
11.10.4 Bintek Masyarakat Mitra Polhut (MMP) - - - 25.000 25.000
11.10.5 Bintek Masyarakat Peduli Api (MPA) - - - - -
11.10.6 Pengurusan Pengpin Senpi 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
11.10.7 Pengurusan Administrasi Senpi 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
11.10.8 Pembentukan Mmp (Masyarakat Mitra Polhut) Di Pangandaran - - - - -
11.10.9 Penyegaran Polhut - - - - -

11.11 Koordinasi dan Konsultasi


11.11.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
11.11.2 Kordinasi Tk. Bidang Wilayah 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
11.11.3 Koordinasi Tk. Seksi Wilayah 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
11.11.4 Koordinasi Resort Wilayah 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

12 Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas 10 % 750.000 800.000 900.000 1.000.000 1.200.000
sesuai The IUCN Red List of Threatened Species sebesar 10% sesuai
baseline data tahun 2013
12.1 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran Tumbuhan Alam dan Satwa Liar
12.1.1 Iventarisasi dan Pemetaan Sebaran Satwa 50.000 50.000 50.000 - -
12.1.2 Inventarisasi Potensi Elang Jawa 50.000 50.000 50.000 50.000 60.000
12.1.3 Inventarisasi Potensi Owa Jawa 50.000 50.000 50.000 50.000 -
12.1.4 Inventarisasi Macan Tutul - - 50.000 50.000 -
12.1.5 Inventarisasi Potensi Habitat Penyu DI SM Sindangkerta - - - 50.000 50.000
12.1.6 Inventarisasi Potensi Raflesia, Kaboa dan Meranti Merah di CA - - - - 50.000
Sancang
12.1.7 Inventarisasi Potensi Kantong SEMAR - - - - 75.000

12.2 Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar


12.2.1 Workshop Monitoring Satwa Liar 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
12.2.2 Workshop Peningkatan Populasi Satwa Penting - - - - -
12.2.3 Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000
12.2.4 Monitoring Populasi Dan Habitat Owa Jawa - - - - 50.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


12.2.5 Monitoring Populasi Elang Jawa - - 50.000 50.000 -
12.2.6 Monitoring Populasi Lutung - - - 50.000 50.000
12.2.7 Monitoring Populasi Macan Tutul - - - - 50.000
12.2.8 Monitoring Prey Macan Tutul - - - 75.000 75.000
12.2.9 Monitoring Populasi Owa Jawa - - - - -
12.2.10 Monitoring Potensi Surili - - - - 50.000
12.2.11 Pembuatan Arboretum Anggrek Dan Tanaman Obat - - - - 50.000

12.3 Pembinaan Habitat Satwa Liar


12.3.1 Pembinaan populasi penyu dan keanekaragaman jenis ikan di SM. 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Sindangkerta
12.3.1 Pembinaan habitat penyu di SM. Cikepuh dan TWA. Pulau sangiang 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

12.4 Pembinaan Populasi Satwa Liar


12.4.1 Pengelolaan Demplot Penangkaran Penyu Semi Alami 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
12.4.2 Rehabilitasi dan pelepasliaran penyu dan ikan lainnya di Batuhiu 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

12.5 Penanganan Konflik Satwa Liar dan Manusia


12.5.1 Bintek mitigasi konflik satwa - - - - 50.000
12.5.2 Penanganan Gangguan Satwa Liar 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
12.5.3 Penyusunan SOP konflik satwa - 50.000 50.000 50.000 -

12.6 Evakuasi Satwa Liar


12.6.1 Translokasi Satwa Liar 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
12.6.2 Evakuasi Satwa liar 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000

12.7 Operasional dan Pemeliharaan Satwa Liar


12.7.1 Pengadaan Pakan satwa 25.000 25.000 25.000 25.000 50.000

12.8 Rehabilitasi dan Pelepasliaran Satwa


12.8.1 Pelepasliaran satwa liar 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000

12.9 Kampanye Pelestarian Satwa Liar dan Tumbuhan Alam


12.9.1 Sosialisasi Per UU TSL 35.000 35.000 35.000 - -
12.9.2 Sosialisasi Satwa Liar yang dilindungi Ke Sekolah dan Perguruan Tinggi - - - 35.000 -
(Konservasi Goest To School And Campus)
12.9.3 Pembuatan Leaflet TSL 25.000 25.000 25.000 - 25.000

12.10 Koordinasi dan Konsultasi


12.10.1 Koordinasi dan Konsultasi terkait TSl 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
13 Jumlah penambahan jenis satwa liar dan tumbuhan alam yang 2 Spesies - 100.000 75.000 50.000 150.000
dikembangbiakkan pada lembaga konservasi sebanyak 10 spesies dari
baseline tahun 2013
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


13.1 Pertimbangan Teknis Lembaga Konservasi

13.2 Bimbingan Teknis dan Supervisi


13.2.1 Koordinasi Calon LK - -

13.3 Evaluasi Lembaga Konservasi


13.3.1 Monitoring dan Evaluasi Lembaga Konservasi 75.000 50.000 35.000 75.000
13.3.2 Monitoring dan Evaluasi Satwa Hasil Evakuasi ke Lembaga Konservasi - - 50.000

13.4 Pembinaan dan Koordinasi


13.4.1 Pembinaan dan koordinasi di Lembaga Konservasi lingkup Wilayah 25.000 25.000 15.000 25.000
Bidang KSDA Wilayah

14 Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam sebesar 0,5 Milyar 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
Rp 50 M
14.1 Pertimbangan Teknis Penyusunan Standar Harga Patokan 50.000
14.1.1 Survey dan Analisa Data Pengusulan Kuota 25.000 25.000 25.000 25.000

14.2 Bimbingan Teknis dan Supervisi -


14.2.1 Persiapan, Pelaksanaan, penyelesaian - 50.000 25.000 25.000 25.000
14.2.2 Bimbingan Teknis dan Supervisi - 15.000 15.000 15.000 15.000
14.2.3 Pelayanan Pembuatan BAP Tata Usaha Peredaran TSL -

14.3 Pembinaan dan Koordinasi -


14.3.1 Pembinaan Kepada Pengumpul Pedagang dan Penangkar - - - 50.000 50.000
14.3.2 Workshop penangkaran dan peredaran TSL - 50.000 50.000 50.000
14.3.3 Rakor pembahasan penetapan usulan kuota

14.4 Monitoring dan Evaluasi


14.4.1 Monev Kegiatan Penangkaaran 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
14.4.2 Monev Kegiatan Peredara TSL - - - - -

14.5 Koordinasi dan Konsultasi


14.5.1 Koordinasi dan Konsultasi ke daerah dan pusat - 10.000 10.000 10.000 10.000

15 Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran keanekaragaman spesies 1 Wilayah - 50.000 75.000 75.000 100.000
dan genetik yang valid dan reliable pada 7 wilayah biogeografi Biogeografi
4.5 Identifikasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar 50.000 25.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


4.6 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran Tumbuhan Alam dan Satwa Liar

4.6.1 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran 25.000 25.000


4.6.2 Identifikasi Tumbuhan Invasive Alien Species (IAS) 50.000 50.000

4.7 Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar


4.7.1 Inventarisasi/Monitoring buaya

4.8 Photo Hunting Satwa Liar dan Tumbuhan Alam


4.8.1 Photo Hunting TSL 25.000

4.9 Penyusunan Database Spesies


4.9.1 Pembuatan Aplikasi database TSL 50.000

4.10 Desiminasi Data dan Informasi

16 Jumlah unit pusat pengembangbiakan dan suaka satwa (sanctuary) spesies 1 Unit - - 1.000.000 1.000.000 1.000.000
terancam punah yang terbangun sebanyak 50 unit.

16.1 Operasional dan Pemeliharaan Satwa Liar - -


16.1.1 Operasional dan Pemeliharaan Pusat Konservasi Elang - - 350.000 350.000 350.000

16.2 Evakuasi Satwa Liar - -


16.3 Operasional Pusat Pengembangbiakan dan Suaka Satwa Liar - - - - -
16.4 Rehabilitasi dan Pelepasliaran Satwa - - 125.000 125.000 125.000

16.5 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pusat Pengembangbiakan dan - -


Suaka Satwa Liar
16.5.1 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pusat KOnservasi Elang - - 500.000 500.000 500.000

16.6 Koordinasi dan Konsultasi - -


16.6.1 Koordinasi dan Konsultasi ke pusat dan daerah - - 25.000 25.000 25.000

17 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta 0,1 Juta - - - - -
orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun

17.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan Pariwisata Alam


17.1.1 Rapat Koordinasi Dalam Rangka Pengembangan Pariwisata

17.2 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam

17.3 Informasi, Promosi dan Pemasaran


Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

17.4 Operasional Pengelolaan Obyek Wisata Alam


17.4.1 Koordinasi dan konsultasi terkait wisata alam

18 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta 1,5 Juta 1.000.000 1.500.000 1.750.000 2.000.000 2.250.000
orang wisatawan nusantara selama 5 tahun

18.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan Pariwisata Alam

18.2 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam

18.2.1 Pembuatan landscaping TWA - - - 100.000 100.000


18.2.2 Pembuatan DED TWA - - 50.000 50.000 50.000
18.2.3 Pengembangan Wisata Terbatas - - - 50.000 50.000
18.2.4 Pengadaan Sarana Prasaran di TWA 450.000 500.000 500.000 600.000 850.000

18.3 Informasi, Promosi dan Pemasaran


18.3.1 Sosialiasi Taman Wisata Alam Di Bidang Wilayah Kepada Biro Jasa Dan 50.000 50.000 50.000 50.000
Hotel
18.3.2 Pembuatan Leaflet 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
18.3.3 Pembuatan Stiker Mobil - 100.000 100.000 100.000 100.000
18.3.4 Pembuatan Film TWA. 50.000 - 100.000 100.000 100.000
18.3.5 Lomba Foto Potensi TWA. - 50.000 50.000 50.000 50.000
18.3.6 Promosi dan Informasi wisata - 75.000 75.000 75.000 75.000
18.3.7 Pameran Promosi wisata alam - 100.000 100.000 100.000 100.000
18.3.8 Sosialisasi Keselamatan Pengunjung di TWA - 50.000 50.000 50.000 50.000
18.3.9 Festival Promosi Wisata - 100.000 100.000 100.000 100.000
18.3.10 Pembuatan Buku Informasi Wisata Alam 50.000 - 50.000 50.000 50.000
18.3.11 Pembuatan Bilboard TWA 100.000 - - - -
18.3.12 Pameran TK. KABUPATEN 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
18.3.13 Sosialisasi dan Fromosi ke Agen Travel - 50.000 50.000 50.000 50.000

18.4 Operasional Pengelolaan Obyek Wisata Alam


18.4.1 Pelatihan Interpretasi Wisata Alam DI TWA. - 75.000 75.000 75.000 75.000
18.4.2 Pelatihan Water Rescue - - 50.000 50.000 50.000
18.4.3 Monitoring Dan Evaluasi RKT IUPSWA 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
18.4.4 Pencetakan karcis masuk 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000

19 Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi 3 Unit 200.000 250.000 300.000 400.000 500.000
bertambah sebanyak 100 Unit dari baseline tahun 2013
19.1 Penyusunan Desain Tapak
19.1.1 Penyusunan Desain Tapak Kawasan 75.000 100.000 100.000 100.000 200.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


19.2 Informasi, Promosi dan Pemasaran Potensi Obyek Wisata Alam
19.2.1 Rapat Koordinasi Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air - - 50.000 50.000 50.000
19.2.2 Peningkatan Pelayanan Pengunjung Pada Hari Raya/Libur Nasional 35.000 35.000 35.000 50.000 50.000

19.3 Bimbingan Teknis dan Supervisi IUPSWA dan IUPJWA


19.3.1 Bimbingan Teknis dan Supervisi IUPSWA dan IUPJWA 40.000 40.000 40.000 50.000 50.000

19.4 Evaluasi IUPSWA dan IUPJWA


19.4.1 Monitoring dan evaluasi IUPSWA dan IUPJWA 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000

19.5 Fasilitasi Forum Wisata Alam


19.5.1 Pembentukan Forum Wisata Alam - - - 50.000 50.000
19.5.2 Fasilitasi Forum Wisata Alam DI TWA - 25.000 25.000 50.000 50.000

19.6 Pembinaan dan Koordinasi


19.6.1 Pembinaan dan Koordinasi ke daerah dan pusat 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000

20 Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan 1 Unit 50.000 75.000 125.000 100.000 75.000
konservasi bertambah sebanyak 25 Unit

20.1 Inventarisasi Potensi Sumberdaya Air


20.1.1 Inventarisasi Jasa Lingkungan Air - - 50.000

20.2 Valuasi Ekonomi Sumberdaya Air

20.3 Koordinasi Pemanfaatan Sumberdaya Air


20.3.1 Workshop Inisiasi Imbal Jasa Lingkungan Air
20.3.2 Monitoring Perijinan Pemanfatan Jasa lingkungan Air (IPA dan IUPA ) 25.000

20.4 Bimbingan Teknis dan Supervisi IPA dan IUPA


20.4.1 Bimbingan Teknis IPA dan IUPA 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000

20.5 Evaluasi IPA dan IUPA


20.5.1 Evaluasi IPA dan IUPA

20.6 Pembinaan dan Koordinasi IPA dan IUPA


20.6.1 Pembinaan dan Koordinasi IPA dan IUPA ke pusat 25.000 25.000 25.000 25.000
21 Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan 1 Unit - 25.000 50.000 100.000 150.000
mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 50 unit
21.1 Inventarisasi Potensi Sumberdaya Air
21.2 Koordinasi Pemanfaatan Sumberdaya Energi Air 25.000 50.000 - 50.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


21.3 Demplot Micro Hydro Electrical Power Plant 75.000 75.000

21.4 Bimbingan Teknis dan Supervisi IPEA dan IUPEA


21.4.1 Bimbingan Teknis dan Supervisi IPEA dan IUPEA

21.5 Evaluasi IPEA dan IUPEA

21.6 Pembinaan dan Koordinasi IPEA dan IUPEA


21.6.1 Pembinaan dan Koordinasi IPEA dan IUPEA ke Pusat 25.000 25.000

22 Jumlah kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi 2 Unit - 25.000.000 75.000.000 100.000.000 150.000.000
di kawasan konservasi sebanyak minimal 5 unit
22.1 Inventarisasi Potensi Panas Bumi
22.1.1 Inventarisasi Potensi sekitar Panas Bumi 75.000 75.000

22.2 Koordinasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi


22.3.1 Koordinasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi 50.000 50.000

22.3 Bimbingan Teknis dan Supervisi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi


22.3.1 Sosialisasi Peraturan Pemanfaatan Panas Bumi

22.4 Evaluasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi

22.5 Pembinaan dan Koordinasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi


22.5.1 Pembinaan dan Koordinasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi ke 25.000 25.000 25.000 25.000
daerah dan pusat

23 Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok 900 Orang 450.000 500.000 500.000 720.000 900.000
Swadaya Masyarakat/ Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif
sebanyak 6.000 Orang
23.1 Pembentukan Kader Konservasi
23.1.1 Pembentukan Kader Konservasi 100.000 150.000 150.000 150.000 150.000

23.2 Kemah Bakti Kader Konservasi


23.2.1 Kemah Konservasi 70.000 125.000

23.3 Pembinaan KK/KPA/KSM/KP


23.3.1 Fasilitasi Kegiatan Kader Konservasi TK.Nasioanal 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
23.3.2 Fasilitasi Kegiatan Kader Konservasi TK.Provinsi 50.000 50.000 50.000 100.000 100.000
23.3.3 Pembinaan KSA/KPA 50.000 50.000 50.000 50.000 100.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

23.4 Pembinaan dan Koordinasi Aktivitas KK/KPA/KSM/KP


23.4.1 Bintek KK/KPA/KSM 75.000 75.000 75.000 100.000 100.000
23.4.2 Pembinaan dan Koordinasi Aktivitas KK/KPA/KSM/KP 50.000 50.000 50.000 100.000 150.000

23.5 Penilaian KK/KPA/KSM/KP dalam rangka Wana Lestari


23.5.1 Fasilitasi Pemenang Lomba 50.000 50.000 50.000 75.000 100.000

24 Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem minimal 78,00 78 point 2.500.000 3.250.000 3.500.000 4.000.000 4.500.000
24.1 Penyusunan Program dan Anggaran
24.1.1 'Penyusunan Renja 25.000 50.000 75.000 100.000 100.000
24.1.2 'Penyusunan RKA-KL 25.000 25.000 35.000 35.000 35.000
24.1.3 'Koordinasi dan konsultasi penyusunan Program dan Anggaran 25.000 25.000 35.000 35.000 35.000
24.1.4 'Dukungan Pelaksanaan Koordinasi UPT KLHK Prov. Jabar 35.000 50.000 50.000 50.000 50.000

24.2 Evaluasi dan Pelaporan 25.000 25.000 35.000 35.000 35.000


24.2.1 'Penyusunan LKj 25.000 25.000 35.000 35.000 35.000
24.2.2 'Penyusunan Laporan Tahunan 25.000 25.000 35.000 35.000 35.000
24.2.3 'Penyusunan Statistik 25.000 25.000 35.000 35.000 35.000
24.2.4 'Monitoring dan Evaluasi Kegiatan 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
24.2.5 'Rapat koordinasi evaluasi kinerja semester 50.000 65.000 75.000 75.000 75.000
24.2.6 'Dukungan Laporan Bulanan, Triwulan, Semester, dan Tahunan 25.000 25.000 50.000 50.000 50.000

24.3 Data dan Informasi


24.3.1 Pembuatan Aplikasi database berbasis web - - 75.000 75.000 75.000
24.3.2 Pembuatan Buletin - 50.000 50.000 50.000 50.000
24.3.3 Pencetakan peraturan bidang KSDAE - - 25.000 25.000 25.000
24.3.4 Kegiatan kunjungan orientasi jurnalistik 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
24.3.5 Pembuatan film dokumenter - - 100.000 100.000 100.000
24.3.6 Dukungan Kegiatan kehumasan dan protokoler 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
24.3.7 Pameran IndoGreen Environment & Forestry Expo 125.000 150.000 150.000 150.000 150.000
24.3.8 Pameran tingkat nasional 100.000 75.000 75.000 75.000 75.000
24.3.9 Pameran tingkat provinsi 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
24.3.10 Lomba Foto Daya Tarik TWA - - - - -
24.4 Kerjasama dan Kemitraan
24.4.1 'Koordinasi dan konsultasi Kerjasama 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
24.4.2 'Pemantauan dan Koordinasi Kerjasama 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

24.5 Administrasi Kepegawaian


24.5.1 Pemutahiran Data Pegawai BBKSDA Jabar 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
24.5.2 Bimbingan Teknis Penyusunan Dupak Pejabat Fungsional 15.000 15.000 35.000 35.000 35.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000

Volume Satuan 2015 2016 2017 2018 2019


24.5.3 Pengurusan Kenaikan Pangkat dan pensiun Pegawai 15.000 15.000 35.000 35.000 35.000
24.5.4 Peningkatan Daya Tahan Tubuh 15.000 15.000 35.000 35.000 35.000
24.5.5 Penataan Pegawai BBKSDA Jabar 15.000 15.000 35.000 35.000 35.000

24.6 Administrasi Keuangan


24.6.1 Pengelolaan sistem akuntansi instansi 50.000 50.000 100.000 100.000 100.000
24.6.2 In house training kegiatan administrasi dan aplikasi keuangan lingkup 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
Balai
24.6.3 Sosialisasi Peraturan Keuangan - 45.000 45.000 45.000 45.000

24.7 Ketatausahaan dan Umum

24.8 Administrasi Perlengkapan


24.8.1 Administrasi petugas, pemungut PNBP TWA & TB. 150.000 300.000 300.000 300.000 300.000
24.8.2 Pengurusan Lelgalitas Aset Tanah (Pensertifikatan) 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
24.8.3 Administrasi pengelola BMN 125.000 100.000 100.000 100.000 100.000
24.8.4 Administrasi petugas Kerasipan dan Persuratan 100.000 75.000 75.000 75.000 75.000
24.8.5 'Keperluan ketatausahaan dan rumah tangga Balai Besar KSDA Jawa 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
Barat

24.9 Peningkatan Kapasitas SDM


24.10 Pembinaan Pegawai BBKSDA JABAR 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
24.11 Peningkatan Daya Tahan Tubuh - - - - -
24.12 Peningkatan Kapasitas Pegawai Bidang Wisata Alam - - - 475.000 475.000

24.13 Pengembangan Sarana dan Prasarana


24.13.1 Pengadaan Barang Lingkup BBKSDA JABAR 600.000 500.000 900.000 900.000 1.400.000
24.13.2 Pembangunan Kantor Resort, Pondok Kerja, Pos Jaga Lingkup - - - - -
BBKSDA JABAR
24.13.3 Pembangunan Tempat Penetasan Telur Penyu - - - - -
24.13.4 Renovasi Kantor Balai, Bidang dan Seksi wilayah - 750.000 - - -
24.13.5 Renovasi Kantor Kantor Resort, Pondok Kerja, Pos Jaga Lingkup 300.000 150.000 300.000 300.000 300.000
BBKSDA JABAR

Jumlah 6.820.000 34.875.000 87.935.000 114.070.000 254.495.000


498.195.000
Gaji 5 25.000.000.000 27.500.000.000 30.250.000.000 33.275.000.000 36.602.500.000 152.627.500.000

Anda mungkin juga menyukai