RENCANA STRATEGIS
DIPA 029
TAHUN ANGGARAN 2015
KEMENTERIAN LINGKUNGA N HI DUP DA N KEHUTA NA N
DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT
Alamat : Jl. Gede Bage Selatan No. 117 Rancasari Telp. / Fax. (022) 7567715 Bandung 40295
RENCANA STRATEGIS
BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM
JAWA BARAT
TAHUN 2015-2019
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa
Barat (Balai Besar KSDA Jawa Barat) disusun, menandai berakhirnya periode
Pembangunan Jangka Menegah Tahap II (2010-2014) dan menyambut Tahap III (2015-
2019). Keberhasilan Pembangunan Jangka Menegah Tahap II dapat menjadi modal dan
pijakan yang mantap untuk meneruskan pembangunan selanjutnya. Semoga apa yang
telah dicapai menjadi penanda yang dapat kita petik untuk dijadikan pelajaran apa yang
akan kita lakukan lima tahun mendatang.
Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 serta baru mengacu pada
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem
(Ditjen KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat
Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta
Direktorat Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan.
Disadari bahwa Dokumen Renstra ini masih belum sempurna, karena perubahan
kebijakan dan restrukturisasi organisasi dampak penggabungan Kementerian Kehutanan
dan Kementerian Lingkungan Hidup yang sampai saat ini masih dalam proses
pembahasan.
1. Kelembagaan .................................................................................................. 1
11. Meningkatnya peran serta Kader Konservasi, Kelompok Pecinta Alam, dan
Kelompok Swadaya Masyarakat sebesar 2%............................................... 24
B. Sasaran ................................................................................................................ 35
A. Target Kinerja...................................................................................................... 45
Sasaran Rencana Strategis Balai Besar KSDA Jawa Barat tahun 2010 -2014 adalah
tercapainya penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA)
sebanyak 5 %, tercapainya peningkatan populasi species prioritas utama terancam punah
(Elang Jawa, dan Owa Jawa) sebesar 3 % dari baseline data sesuai kondisi biologis
dan ketersediaan habitat, terselesaikannya kasus baru tindak pidana kehutanan/TIPIHUT
(illegal logging, perambahan, perdagangan TSL ilegal, penambangan ilegal, kebakaran
hutan) pada tahun berjalan minimal sebesar 75 %, tercapainya penurunan luas kawasan
konservasi yang terbakar sebesar 10% setiap tahun, tercapainya peningkatan
pengusahaan pariwisata alam sebesar 60 % dibanding tahun 2008, dan tercapainya tertib
dukumen anggaran dan pelaporan 10 dokumen/judul per tahun. Sampai dengan akhir
periode Renstra 2010 -2014, realisasai capaian kinerja masing-masing sasaran strategis
adalah :
1. Penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA) sebesar
81,33 %;
2. Peningkatan populasi species prioritas utama terancam punah (Elang Jawa dan
Owa Jawa ) sebesar 139,79 %;
3. Kasus baru tindak pidana kehutanan/TIPIHUT (illegal logging, perambahan,
perdagangan TSL ilegal, penambangan ilegal, kebakaran hutan) pada tahun berjalan
terselesaikan berturut-turut sebesar 100 %, 100 %, 43,85 %, 100 % dan 100 %;
4. Penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar berturut-turut sebesar
100%, 0 %, - 156,58 %, 2679,58 %, - 1501,67 %;
5. Peningkatan pengusahaan pariwisata alam sebesar 100 %;
6. Tertib dukumen anggaran dan pelaporan sebesar 10 dokumen/judul per tahun.
Capaian kinerja tersebut menunjukkan bahwa dari keenam target sasaran strategis yang
ditetapkan, lima target sasaran strategis dapat tercapai. Adapun target sasaran strategis
yang tidak tecapai adalah tercapainya penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar.
Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 serta baru mengacu pada Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem (Ditjen
KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat Jenderal
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta Direktorat
Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan.
Balai Besar KSDA Jabar menetapkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan. Penetapan IKK mengacu pada IKK ditetapkan Ditjen KSDAE dan
disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pada BBKSDA Jabar menggunakan
analisis SWOT. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Tahun 2015 – 2019 sebagai berikut :
∞o0o∞
A. Kondisi Umum
1. Kelembagaan
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (Balai Besar KSDA Jawa
Barat) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melaksanakan tugas
teknis di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan tersebut, Balai Besar KSDA Jawa
Barat termasuk ke dalam tipologi A dengan susunan terdiri dari:
2. Kawasan Konservasi
Balai Besar KSDA Jabar diberi tugas untuk memangku dan mengelola 50
kawasan konservasi dengan total luas 83.004,60 ha yang terdiri dari 30 kawasan
Cagar Alam(CA) dengan luas 52.341,04 ha, 2 (dua) Suaka Margasatwa (SM)
dengan luas 13.617,50 ha, dan 16 Taman Wisata Alam (TWA) dengan luas
4.625,36 ha serta 1 Taman Buru (TB) dengan luas 12.420,70 ha.
Penerimaan PNBP selama tahun 2010 - 2014 yang diperoleh dari pemanfaatan
TSL adalah sebesar Rp. 786.448.005,-. Disamping kegiatan pemanfaatan TSL,
juga telah dilakukan penyelamatan satwa yang dilindungi undang-undang
diantaranya melalui pelepasan liaran serta penempatan satwa dilindungi pada
lembaga-lembaga konservasi. Disamping kegiatan pemanfaatan TSL, juga telah
dilakukan penyelamatan satwa yang dilindungi undang-undang diantaranya
melalui pelepasan liaran serta penempatan satwa dilindungi pada lembaga-
lembaga konservasi.
Di wilayah kerja BBKSDA Jabar selama tahun 2010 – 2014 telah terjadi konflik
antara satwa dengan manusia yag penanggulangan yang dilakukan dengan
menangkap satwa menggunakan obat bius dan kandang jebakan serta
mengikutsertakan Lembaga Konservasi. Penanggulangan ini masih bersifat
sementara, sehingga masih diperlukan adanya tindak lanjut terhadap
penanganan tersebut, antara lain dengan mencari penyebab konflik.
Pegawai lingkup BBKSDA Jabar sampai dengan Desember 2014 sebanyak 287
orang (PNS sebanyak 261 orang, Tenaga Kontrak (upah bulanan) sebanyak 26
orang) dengan jenjang pendidikan S3 sebanyak 1 orang, S2 sebanyak 17 orang,
S1 sebanyak 43 orang, S0/D3 sebanyak 17 orang, SLTA sebanyak 168 orang,
SLTP sebanyak 7 orang dan SD sebanyak 8 orang. orang.
5. Sarana Prasarana
Sampai dengan akhir tahun 2014 BBKSDA Jabar telah dilengkapi dengan sarana
prasarana antara lain beberapa tanah, peralatan, dan mesin, serta gedung dan
bangunan dengan nilai aset sebesar Rp. 41.988.698.459 dengan rincian terdiri
dari :
Tabel 2 : Jenis Aset yang dimiliki BBKSDA Jawa barat s/d 31 Desember 2014
Sebagaimana dijelaskan dalam Renstra BBKSDA Jabar tahun 2010 – 2014, bahwa
pembangunan kehutanan bidang KSDA yang harus dilaksanakan BBKSDA Jaar
termasuk ke dalam fungsi lingkungan hidup, program Konservasi Keanekaragaman
Hayati dan Perlindungan Hutan, dengan kegiatan Pengembangan Pengelolaan
Konservasi Sumber Daya Alam. Dalam melaksanakan program dan kegiatan
tersebut, BBKSDA Jabar telah menetapkan 6 sasaran strategis yang harus dicapai
selama kurun waktu 2010 – 2014. Sebagai tolok ukur pencapaian sasaran strategis
tersebut ditetapkan 6 (enam) Indikator Kinerja Utama (IKU) dan 5 (lima) Indikator
Kinerja Kegiatan (IKK) yang harus diukur setiap akhir tahun. Pengukuran akan
diawali dengan menyusun dokumen Penetapan Kinerja (PK) yang disusun awal tahun.
Konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi masih kerap terjadi. Hal ini
tentunya memberikan dampak yang cukup serius terhadap upaya perlindungan
tumbuhan dan satwa liar beserta ekosistemnya secara in-situ. Kejadian seperti
perambahan kawasan merupakan contoh klasik konflik dan tekanan terhadap
kawasan konservasi.
Legalitas kawasan konservasi yang dikelola BBKSDA Jabar juga menjadi salah
satu faktor pemicu konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi. Sebagian
kawasan konservasi masih dalam status penunjukkan yang ditandai belum adanya
kejelasan mengenai tata batas ataupun tata batas yang belum temu gelang. Hal
tersebut seringkali menjadi titik lemah para petugas di lapangan dalam mengatasi
konflik tenurial. Sampai dengan tahun 2013 kawasan yang ditetapkan baru 11
kawasan. Tahun 2014 bertambah 14 kawasan konservasi, sehingga masih
terdapat 25 kawasan konservasi yang belum ditetapkan.
Secara khusus, kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi lingkup
Balai Besar KSDA Jawa Barat didominasi oleh aktivitas perambahan kawasan.
Pada tahun 2014, secara keseluruhan terdapat 14 (empat belas) kawasan
konservasi yang mengalami konflik dan tekanan utamanya berupa perambahan
kawasan. Keempat belas kawasan tersebut adalah Suaka Margasatwa (SM)
Cikepuh, CA Gunung Simpang, CA Gunung Tilu, CA Kamojang, CA Papandayan,
TWA Pulau Sangiang, TWA Carita, CA Rawa Danau, TWA Gunung Pancar, TWA
Untuk mengatasi kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi yang
dikelola Balai Besar KSDA Jawa Barat, pada tahun 2014 telah dilaksanakan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
Di samping itu, pada tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melakukan
upaya percepatan penetapan kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa
Barat yang tata batasnya telah temu gelang, mengingat legalitas kawasan juga
berperan penting meminimalisir konflik dan tekanan terhadap kawasan. Hasilnya,
pada tahun 2014 sebanyak 14 (empat belas) kawasan konservasi telah
ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan. Kawasan-kawasan
tersebut adalah :
Dengan melihat kondisi saat ini (yang mengindikasikan bahwa jumlah konflik dan
tekanan terhadap kawasan sudah berkurang dilihat dari jumlah luasan
perambahan dan penyelesaian kasus lainnya), maka indikator konflik dan
tekanan terhadap kawasan konservasi dapat dilhat dari indikator berkurangnya
Upaya pengelolaan ekosistem esensial menjadi salah satu perhatian dalam isu
pembangunan yang berkeadilan. Instruksi Presiden RI No 3 Tahun 2010 tentang
Program Pembangunan yang berkeadilan mengamanatkan untuk
meningkatkan pengelolaan dan pendayagunaan ekosistem esensial sebagai
sistem penyangga kehidupan melalui program konservasi
keanekaragaman hayati dan perlindungan.
Menjawab Instruksi Presiden RI tersebut, Balai Besar KSDA Jawa Barat telah
menginisiasi pengelolaan kawasan ekosistem esensial di tiga lokasi, sebagaimana
terlihat pada Tabel berikut ini.
Luas
No Nama Lokasi Potensi EE
(Ha)
1. Mangrove Bulak Desa Babakan, Kec. Hutan 17
Setra Pangandaran, Kab. Mangrove dan
Pangandaran hutan pantai
2. Pelestarian Penyu Desa Ciliang, Kec. Hutan Pantai, 7
Batu Hiu Parigi, Kab. P. pantai 70
Pangandaran Km dengan L
50 m
3. Karst Cukang Desa Batukaras dan Hutan Pantai 52
Taneuh Desa Kertayasa, yang berada di
Kec. Cijulang, Kab. Lahan
Pangandaran Karst
Walaupun pada tahun 2014 tidak tersedia anggaran untuk sasaran ini (karena
mengalami penghematan), dengan melihat proses yang sudah berjalan
dengan baik dan concern dari semua pihak, maka target yang telah dibebankan
pada sasaran kedua ini sebesar 2% dapat tercapai. Dengan demikian,
persentase pencapaian sasaran untuk kegiatan ini adalah 100%.
Menjawab kondisi masyarakat tersebut di atas, Balai Besar KSDA Jawa Barat
telah melakukan berbagai upaya di antaranya dengan membentuk Model Desa
Konservasi dengan Grand Design baru. Dalam hal ini MDK dijadikan sebagai
instrumen dalam penangananan permasalahan kawasan konservasi melalui
pendekatan sosial. Hal ini dikarenakan pendekatan yang bersifat represif
dirasakan belum dapat mengatasi permasalahan kawasan secara optimal.
Pada tahun 2013, melalui proyek ICWRMIP (hibah dari Asian Development Banj)
berhasil dibentuk 12 MDK yang masing-masing memiliki Master Plan untuk
rencana kegiatan kelompok lima tahun kedepan (termasuk di dalamnya kegiatan
usaha ekonomi produktif) dan masing-masing diberikan bantuan modal sebesar
Rp100.000.000,-. Masing-masing desa juga mendapatkan pendampingan dari
para fasilitator desa serta berbagai jenis pelatihan untuk meningkatkan
keterampilan masyarakat.
Pada tahun 2014, sesuai dengan komitmen dari ADB, melalui proyek ICWRMIP
akan diberikan modal tahap kedua sebesar Rp75.000.000,- kepada masing-
masing desa. Sebelum bantuan tersebut diberikan, telah dilakukan monitoring
dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan MDK berlangsung ditinjau
dari aspek administrasi, teknis, maupun kelembagaan. Berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi, hanya ada 10 (sepuluh) desa yang masih layak untuk
diberikan bantuan modal lebih lanjut. Sementara 1 (satu) desa menolak bantuan
yang akan diberikan dan 1 (satu) desa dianggap tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap kawasan (sehingga tidak diberi bantuan tahap kedua).
Sepuluh MDK yang mendapatkan bantuan tahap kedua, juga mendapatkan
pendampingan dari fasilitator desa serta bimbingan teknis dari Balai Besar KSDA
Jawa Barat. Jumlah anggaran yang tersedia untuk kegiatan MDK ini sebesar
Rp1.625.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp1.151.845.000,- (70,88%).
Melalui anggaran yang berasal dari APBN, juga telah dilakukan monitoring dan
evaluasi pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada peningkatan
pendapatan masyarakat sebagai dampak kegiatan pemberdayaan masyarakat
yang telah dilaksanakan. Monev mengacu pada Instrumen Pendapatan
Masyarakat di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang diterbitkan oleh
Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung.
Dalam petunjuk tersebut, jumlah desa yang dijadikan sampel minimal sebanyak
1 (satu) desa. Namun demikian, Balai Besar KSDA Jawa Barat mencoba untuk
menggali pendapatan masyarakat di 12 (dua belas) desa yang telah diberikan
bantuan modal. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak semua desa yang dimonev
dapat tergambarkan peningkatan penghasilannya. Hal ini dikarenakan beberapa
usaha produktif di beberapa desa belum berjalan sebagaimana mestinya.
Sementara beberapa desa sudah dapat diukur peningkatan penghasilannya
sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini.
Pada tahun 2014, telah dilakukan beberapa jenis kegiatan untuk mengungkap
potensi flora dan fauna serta pembinaan habitat satwa yang berada di kawasan
konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat, yaitu:
Tabel 5 : Estimasi Populasi Owa Jawa dan Elang Jawa Tahun 2010-2014
TAHUN
No. Jenis Satwa
2010 2011 2012 2013 2014
1. Owa jawa di CA Gunung 25 16 26 26 31
Tilu
2. Elang jawa di CA/TWA 8 23 20 20 20
Talaga Warna
Apabila dibandingkan dengan tahun awal 2010, pada tahun 2014 populasi Owa
Jawa naik sebesar 24%. Sedangkan populasi Elang Jawa pada tahun 2014 telah
mengalami peningkatan sebesar lebih dari 100% dibandingkan tahun 2010,
walaupun mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011. Dengan
demikian, persentase pencapaian sasaran adalah sebesar 150% dengan
serapan anggaran sebesar 97,32%.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini tidak terlepas dari terpantau serta terjaganya
kawasan tersebut sehingga masih dapat memberikan daya dukung yang optimal
bagi perkembangan populasi kedua jenis satwa terancam punah tersebut.
Keberhasilan kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tidak
terlepas dari bagaimana mengendalikan cara-cara pemanfaatannya untuk menjamin
terpeliharanya keanekaragaman sumber daya genetik dan ekosistemnya. Dalam
memanfaatkan TSL harus selalu memegang prinsip menghindari bahaya kepunahan
atau menghindari penurunan potensi pertumbuhan populasinya atara lain melalui
kegiatan penangkaran.
Selama tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melaksanakan kegiatan
intelejen di wilayah kerja yang meliputi Provinsi Jawa Barat dan Banten.
Disamping itu juga dilaksanakan pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket)
dari kegiatan operasi intelijen dan hasil pengecekan di lapangan. Kegiatan
Operasi Intelejen dan Pulbaket dilaksanakan antara lain di CA Gunung Simpang,
CA Takokak, CA/TWA Patengan, CA Gunung Jagat, dan beberapa lokasi eksitu.
Dari kegiatan tersebut dapat diperoleh bukti-bukti kejahatan kehutanan dan
diharapkan dapat menggiring para pelaku kejahatan kehutanan ke Pengadilan.
Proses penegakan hukum dalam hal ini penyelesaian kasus merupakan bagian
penting dalam upaya menjaga kelestarian SDA Hayati dan Ekosistemnya.
Berbagai kegiatan operasi pengamanan yang dilakukan tidak akan berarti banyak
jika proses hukum selanjutnya tidak tertangani dengan baik. Namun demikian,
tidak semua kasus yang ada dapat tertangani seluruhnya sehingga ada beberapa
kasus yang tertunggak untuk diselesaikan pada tahun berikutnya. Adapun
kegiatan dan anggaran yang digunakan untuk penyelesaian tunggakan kasus
tindak pidana kehutanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan
dan anggaran untuk mencapai sasaran 7.
Berdasarkan data yang ada, pada awal tahun 2014 tercatat ada sekitar 1.723,68
ha kawasan yang menjadi lokasi perambahan. Namun demikian, pada akhir
tahun 2014 sebanyak 88,42 ha atau 5,1% berhasil diselesaikan. Persentase
penurunan luasan perambahan ternyata melebihi target awal yang ditetapkan,
yaitu sebesar 4% sehingga realisasi sasaran mencapai 130%.
Tabel 7 : Data Kejadian Kebakaran Hutan Tahun 2011 s/d 2014 di Kawasan
Konservasi Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat
TAHUN
No. Jenis Satwa
2010 2011 2012 2013 2014
1. CA Bojonglarang 11,39 26 - - 31
Jayanti
2. CA Leuweung 5,98 23 3 - 20
Sancang
3. CA Cibanteng - 150 23 15,5
4. CA Rawa Danau - 600 - -
5. SM Cikepuh 861,49 717 214,7 76,1
6. TWA Papandayan - 50 - -
7. TWA Kamojang 75 - - -
8. TWA Gunung - 94,5 - 200
Guntur
9. TB Masigit 94 65,5 - 11,97
Kareumbi
10. TWA Gunung - - 1,5 -
Tampomas
Total 1.068,86 1.726 242,2 303,57 51
Pada tahun 2014, luas kawasan yang terbakar kembali meningkat sebesar 61,37
ha. Di sisi lain, target pada tahun 2014 adalah menurunnya luas kebakaran hutan
sebanyak 10% dari tahun 2013. Dengan melihat kondisi tersebut, maka target
yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai sehingga realisasi capaian sasaran
0%.
Kegiatan pariwisata alam memiliki prospek besar di dalam memberikan income bagi
negara, baik melalui pengeluaran/belanja para wisatawan maupun
penerimaan langsung dari karcis masuk, pungutan Izin Pengusahaan Pariwisata
Alam (IPPA) dan Pungutan Usaha Pariwisata Alam (PUPA). Penerimaan
secara langsung dari kegiatan pariwisata alam tersebut merupakan salah
satu sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), yaitu penerimaan negara
yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan namun masuk dalam struktur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sebagai salah satu sumber PNBP bidang PHKA, kegiatan pariwisata alam layak
untuk mendapatkan perhatian. Untuk itu, pada tahun 2014 beberapa kegiatan
telah dilakukan untuk mendukung peningkatan PNBP dari pariwisata alam, di
antaranya:
Sasaran yang hendak dicapai pada tahun 2014 dari berbagai kegiatan yang
telah dilaksanakan adalah meningkatnya jumlah PNBP sebesar 20% dari tahun
2013. Gambar 4 berikut ini memperlihatkan jumlah PNBP mulai tahun 2011
sampai dengan tahun 2014.
Kenaikan secara drastis justru terjadi pada tahun 2014. PNBP yang semula
berjumlah Rp6.558.617.750,- pada tahun 2013, meningkat menjadi
13.731.984.000,- pada tahun 2014 atau mengalami lonjakan sebesar 109%.
Tentunya, kenaikan ini jauh melampaui target kenaikan PNBP yang telah
ditetapkan, yaitu sebesar 20%. Dengan kondisi tersebut, maka realisasi
pencapaian sasaran sebesar 150% dengan realisasi anggaran sebesar 96,17%.
Tercapainya sasaran peningkatan PNBP dari kegiatan wisata alam tidak terlepas
dari diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2014 tentang tentang
Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan
sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 tentang Tarif
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen
Kehutanan dan Perkebunan. Di dalam PP No. 12 Tahun 2014 ini, terdapat
beberapa revisi terhadap harga karcis masuk ke dalam kawasan konservasi.
Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan salah satu mitra Balai
Besar KSDA Jawa Barat dalam pengelolaan kawasan konservasi. Kader
konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan generasi muda yang
diharapkan dapat memiliki pemahaman mengenai konservasi sehingga dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal pelestarian
lingkungan.
Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam lebih jauh lagi diharapkan menjadi
agen perubah yang dapat menularkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga
kelestarian alam kepada masyarakat luas. Dengan demikian, diharapkan semakin
banyak masyarakat yang memiliki kesadartahuan tentang pentingnya konservasi
bagi masa depan generasi yang akan datang.
Terlepas dari itu semua, peran para kader konservasi dalam turut serta
membangun kawasan konservasi semakin meningkat. Tercatat ada 6 (enam)
orang kader konservasi yang tergabung dalam FK3I terlibat secara aktif di dalam
pengembangan Model Desa Konservasi sebagai fasilitator. Peran mereka sangat
krusial dalam membimbing dan membina masyarakat, terutama dalam
menguatkan kelembagaan MDK. Di samping itu, ada pula 2 (dua) orang anggota
KPA Pajar Rimbawana yang secara aktif memberikan pendidikan konservasi dan
lingkungan kepada masyarakat, terutama anak sekolah dengan mendirikan
semacam taman bacaan konservasi dan memberikan penyuluhan ke sekolah-
sekolah.
Dengan melihat kondisi tersebut di atas, selama tahun 2014, peran serta kader
konservasi mengalami peningkatan sebesar 2,2% dari jumlah 360 orang, yaitu
sekitar 8 orang. Peningkatan ini melebihi target yang ditetapkan yaitu 2%,
sehingga persen pencapaian sasaran mencapai 110% dengan realisasi
anggaran sebesar 63,96%.
Keberhasilan tersebut, tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan
oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat, di antaranya:
Balai Besar KSDA Jawa Barat mengelola sebanyak 50 kawasan konservasi yang
tersebar di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Tentunya, masing-masing kawasan
konservasi memiliki potensi dan karakteristik tersendiri, baik berupa flora, fauna,
maupun ekosistemnya.
Balai Besar KSDA Jawa Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen
Kehutanan yang wilayah pengelolaannya meliputi Provinsi Jawa Barat dan Banten.
Kelembagaan Balai Besar KSDA Jawa Barat secara lengkap terdiri dari :
Sumber daya manusia (PNS, Honorer, Pegawai Harian) yang tersedia untuk
mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan Balai Besar KSDA Jawa
Barat per Desember 2014 adalah sebanyak 287 orang. Sampai dengan akhir tahun
2014 semua gaji, tunjangan dan honor sudah dibagikan kepada seluruh pegawai
lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat.
Pada tahun 2014 PNS lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat juga menerima gaji
ke-13 dan kenaikan gaji sebesar 6%. Pemberian gaji ke-13 dan kenaikan gaji ini
dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan meringankan biaya
hidup Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2014
tentang Pemberian Gaji/Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas dalam Tahun
Anggaran 2014 kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima
Pensiun/Tunjangan. Di samping itu, PNS Balai Besar KSDA Jawa Barat juga
mendapatkan tunjangan kinerja sesuai dengan jabatan yang diembannya.
Pada tahun 2014 juga telah dibangun berbagai sarana dan prasarana dalam rangka
menunjang tupoksi di antaranya adalah:
Total anggaran yang disediakan untuk mendukung pencapaian sasaran ini sebesar
Rp20.334.598.000,- dengan realisasi sebesar Rp18.954.235.573,- (93,21%).
Jumlah anggaran yang besar bisa dipahami mengingat di dalamnya termasuk gaji
dan honor pegawai, pemeliharaan kendaraan dan bangunan, serta pengadaan/
pembangunan sarana prasarana penunjang tupoksi.
Dengan melihat semakin baiknya kelengkapan kelembagaan Balai Besar KSDA Jawa
Barat, maka sasaran berupa peningkatan kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi
lengkap telah teralisasi sehingga capaian sasaran ini sebesar 100% dengan
realisasi anggaran sebesar 93,21%.
Dokumen perencanaan yang meliputi Rencana Kerja (RO/RK, RKT dan RKAKL)
serta Rencana Strategis 2010-2014 merupakan dokumen yang mendukung
kelancaran pelaksanaan Tupoksi Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai pengelola
kawasan konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Dengan perencanaan yang
matang maka pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan lancar.
Sementara itu, dokumen Data Informasi dan Evaluasi yang meliputi Laporan
Tahunan, Statistika, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
merupakan pelaporan dan pertanggungjawaban kegiatan yang telah dilaksanakan.
Dokumen tersebut diperlukan sebagai bahan evaluasi dan peningkatan kinerja di
tahun mendatang.
Guna mendukung pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, pada tahun 2014 telah
dilaksanakan beberapa kegiatan berikut ini:
Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung pencapaian sasaran ini adalah
sebesar Rp417.334.000,- dengan realisasi sebesar Rp368.095.000,bb- (88,21%).
Dengan melihat bahwa seluruh output yang diharapkan dapat tercapai dengan baik,
maka sasaran telah dapat dicapai sebesar 100% dengan realisasi anggaran sebesar
88,21%.
Pada tahun 2014, ada beberapa jenis pelatihan yang diikuti oleh pegawai Balai Besar
KSDA Jawa Barat di antaranya adalah inhouse training aplikasi database RBM,
diklatpim II, diklatpim III, dan diklatpim IV. Pelatihanpelatihan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan teknis para pejabat fungsional dalam mengelola
kawasan konservasi. Khusus untuk Polhut, telah diselenggarakan Latihan Menembak
untuk meningkatkan kemampuan menggunakan senjata para pejabat fungsional
Polhut sebagai bekal dalam melaksanakan Tupoksi di lapangan. Di samping itu, guna
meningkatkan motivasi seluruh pegawai Balai Besar KSDA Jawa Barat dalam
menjalankan tupoksinya masing-masing, telah diselenggarakan pembinaan pegawai
di Pangandaran.
Adapun norma pembangunan yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam RPJMN
Tahun 2015-2019 adalah:
Visi dan misi pembangunan tahun 2015-2019 menjadi peta jalan seluruh kementerian
dan/atau lembaga penyelenggara negara dalam merancang arah pembangunan,
sasaran, dan strategi yang akan dilaksanakannya. Prioritas dalam jalan perubahan
menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan
berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan dalam sembilan agenda prioritas
pembangunan tahun 2015-2019. Sembilan agenda prioritas yang lebih dikenal
dengan sebutan Nawa Cita tersebut, diuraikan sebagaimana dalam Gambar berikut.
Berdasarkan uraian rencana pelaksanaan Nawa Cita, tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal KSDAE terutama tertuang dalam agenda ketujuh. Nawa Cita juga
menguraikan sub agenda dan sasaran yang menjadi amanat bagi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Berangkat dari pandangan, harapan dan
permasalahan yang ada, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan
tujuan pembangunan tahun 2015-2019, yaitu memastikan kondisi lingkungan berada
pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya berada
rentang populasi yang aman, serta secara paralel meningkatkan kemampuan
sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional.
Dengan demikian maka sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal KSDAE
adalah kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati terpelihara dan terlindungi
serta dimanfaatkan secara lestari untuk mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal KSDAE akan mengimplementasilan sasaran akan akan dicapai oleh
Direktorat Jenderal KSDAE di Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten.
Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
KSDAE dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya tentunya harus mengacu pada
Arah Kebijakan Strategi Kementerian Lingkunan Hidup dan Kehutanan serta Arah
Kebijakan Direktorat Jenderal KSDAE
Agenda kebijakan nasional yang menjadi mandat Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, sebagaimana amanat RPJMN Tahun 2015-2019, setidaknya tersurat
dalam tiga agenda besar negara, yaitu :
Ketiga agenda pembangunan nasional tersebut dibagi lagi menjadi sembilan sub
agenda, yang merupakan pengelompokan agenda-agenda tersebut sesuai dengan
bidangnya, yang terdiri atas: (1) ketahanan air; (2) kesehatan; (3) ketahanan
pangan; (4) ketahanan energi; (5) pariwisata; (6) produksi dan produktivitas yang
berdaya saing; (7) pemberantasan penebangan liar; (8) pelestarian sumberdaya
alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; serta (9) tata kelola.
Untuk melaksanakan kebijakan pada sub agenda pengamanan ketahanan air, salah
satu tugas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah melalui strategi
pemeliharaan dan pemulihan kualitas dan kuantitas sumberdaya air dan
ekosistemnya, dengan melaksanakan upaya menurunkan koefisien regim sungai,
mengurangi jumlah sampah yang masuk pada lingkungan air, meningkatkan kualitas
air, meningkatkan perlindungan mata air melalui konservasi air, pembangunan
embung dan dam pengendali, menurunkan luas lahan kritis di KPH dan DAS, serta
melakukan pemulihan ekosistem di hutan produksi dan hutan konservasi.
Pada sub agenda pariwisata, saat ini Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal
kunjungan wisata dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Oleh karena itu,
beberapa hal yang akan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan adalah dengan berupaya meningkatkan jumlah wisatawan nusantara yang
berkunjung ke hutan konservasi sebanyak minimal 20 juta orang dalam lima tahun,
serta meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke hutan
konservasi sebanyak minimal 1,5 juta orang dalam lima tahun.
Sub agenda produksi dan produktivitas yang berdaya saing, dalam bidang kehutanan
dilakukan melalui upaya peningkatan pengelolaan KPH sebanyak 629 unit KPH,
Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 39
peningkatan produksi kayu bulat dari hutan tanaman dan hutan alam sebesar
189 juta m3, peningkatkan jumlah produksi HHBK sebesar 225.000 ton, peningkatkan
nilai ekspor sebesar USD 40,47 milyar, peningkatan ekspor tumbuhan dan satwa liar
serta bioprospecting senilai Rp. 25 trilyun, serta peningkatan persentase produksi
HHBK dan sutera alam sebesar 15%.
Untuk sub agenda terakhir, yaitu tata kelola, hal-hal yang akan dilaksanakan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yaitu meningkatkan persentase
pengukuhan (penetapan) kawasan hutan menjadi 100%, meningkatkan panjang tata
batas kawasan dan tata batas fungsi sepanjang 40.000 km, meningkatkan jumlah
KPH yang beroperasi sebanyak 629 KPH (347 KPHP, 182 KPHL, dan 100 KPHK),
meningkatkan jumlah KPHP yang menerapkan prinsip pengelolan hutan produksi
lestari sebanyak 20 KPHP, meningkatkan luas usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
restorasi ekosistem sejumlah 500.000 hektar, meningkatkan akses masyarakat dalam
pengelolaan HKm, HD dan HTR seluas 12,7 juta hektar, serta meningkatkan jumlah
wilayah kerja yang memiliki model pengelolaan hutan mangrove di dalam kawasan
hutan sebanyak dua wilayah kerja sepanjang tahun.
Sebagaimana telah disampaikan pada bab sebelumnya, peran dan sasaran strategis
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
Dari sisi keilmuan, konservasi setidaknya terdiri atas tiga unsur, yaitu: (1)
mempelajari dampak kegiatan manusia terhadap keberadaan dan keberlanjutan
hidup di lingkungan alami; (2) mengembangkan pendekatan praktis guna mencegah
kepunahan spesies, memelihara keanekaragaman genetik, dan melindungi serta
memperbaiki seluruh aspek keanekaragaman hayati di bumi ini; serta (3)
mempelajari seluruh aspek keanekaragaman hayati di bumi (Salim dalam Indrawan
dkk, 2007).
Perpaduan kedua konsep tersebut memang sulit dilakukan di jaman para pekerja
konservasi masih tradisional dan konvensional dalam berpikir dan bertindak. Segala
tindakan dilakukan dengan sangat hati-hati, bahkan cenderung tidak bergeming demi
perlindungan sumberdaya hayati dari sisi pengetahuan ekologisnya. Kecenderungan
pola pikir dan tindakan orthodox membuat upaya konservasi menghadapi banyak
hambatan, bahkan para konservasionis cenderung diidentikkan sebagai kelompok
orang yang anti kemajuan dan anti pembangunan.
Dengan pemahaman yang sudah semakin baik dari para pelaku konservasi,
pendekatan perpaduan kedua konsep tidak lagi sulit dilakukan. Saat ini, upaya
konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan telah mengalami pergeseran,
sehingga kerja konservasi lebih ditekankan pada perlindungan ekosistem dan habitat
yang benar-benar masih alami, preservasi spesies dan genetik di habitat aslinya,
serta pemanfaatan secara optimal atas berbagai jenis jasa ekosistem untuk
kepentingan ekonomi dan sosial. Pengembangan upaya pemanfaatan keekonomian
keanekaragaman hayati kemudian menjadi daya tawar tersendiri untuk aktivitas
konservasi.
Sejak abad ke-20, dalam konteks keanekaragaman hayati dan lingkungan, upaya
konservasi lebih ditekankan pada aspek perlindungan, pengawetan, serta cara-cara
pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan lingkungan sehubungan dengan aspek
pertama dan kedua. Embanan Direktorat Jenderal KSDAE berkaitan erat dengan
tercapainya tiga sasaran konservasi, sebagaimana ditekankan dalam World
Conservation Strategy, yaitu: (1) perlindungan sistem penyangga kehidupan; (2)
Dari embanan tersebut, obyek yang dikelola oleh Direktorat Jenderal KSDAE antara
lain terdiri dari kawasan konservasi, keanekaragaman hayati di dalam dan di luar
kawasan konservasi, serta kawasan atau ekosistem yang bernilai esensial dan HCVF.
Pengelolaan keanekaragaman hayati dilaksanakan pada tiga tingkatan, yaitu pada
level ekosistem, spesies, dan pada level sumberdaya genetik. Adapun pengelolaan
keanekaragaman hayati juga berkaitan erat dengan pencapaian multi manfaatnya,
yaitu manfaat ekonomi, sosial, serta terutama manfaat ekologi.
Dari uraian tersebut, maka rumusan program yang menjadi tanggung jawab
Direktorat Jenderal KSDAE adalah Program Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem. Program ini akan melaksanakan rangkaian upaya-upaya yang merupakan
penjabaran dari mandat, tugas dan fungsi Direktorat Jenderal KSDAE. Sasaran yang
ingin dicapai dari pelaksanaan Program Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistem adalah peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan
konservasi keanekaragaman hayati untuk pemanfaatan yang berkelanjutan bagi
kepentingan ekonomi, sosial dan ekologi. Untuk memetakan keterkaitannya dengan
sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka rumusan
sasaran Program Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem disesuaikan menjadi:
(1) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi
keanekaragaman hayati; serta (2) peningkatan penerimaan devisa dan PNBP dari
pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati.
A. Target Kinerja
Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 serta baru mengacu pada
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem
(Ditjen KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat
Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta
Direktorat Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan.
Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan Program Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistem adalah (1) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan
konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati; serta (2) peningkatan
penerimaan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi
dan keanekaragaman hayati. Indikator kinerja program (IKP) dan tahapan
pencapaian IKP dari Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem diuraikan
pada Tabel berikut.
Tabel 8 : Indikator Kinerja Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Target Kinerja Program
No. Indikator Kinerja Program
2015 2016 2017 2018 2019
1. Nilai indeks efektivitas pengelolaan kawasan 50 100 150 200 260
konservasi minimal 70% (kategori baik) pada
minimal 260 unit dari 521 unit KK di seluruh
Indonesia (27,21 juta hektar)
2. Jumlah KPHK non taman nasional yang 20 100 100 100 100
terbentuk dan beroperasi sebanyak 100 Unit
3. Persentase peningkatan populasi 25 jenis 2 4 6 8 10
satwa terancam punah prioritas (sesuai The
IUCN Red List of Threatened Species) sebesar
10% dari baseline data tahun 2013
4. Nilai ekspor pemanfaatan satwa liar dan 5 10 15 20 25
tumbuhan alam serta bioprospecting sebesar
Rp 25 Triliun
5. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan 0,25 0,5 0,8 1,25 1,5
konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang
wisatawan mancanegara
6. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan 3,5 7,5 11,5 15,5 20
konservasi minimal sebanyak 20 juta orang
wisatawan nusantara
7. Jumlah kemitraan pengelolaan kawasan 25 51 77 103 130
konservasi sebanyak 130 unit (usaha
pariwisata alam sebanyak 100 Unit,
pemanfaatan jasa lingkungan air sebanyak 25
Unit, dan pemanfaatan jasa lingkungan
Geothermal sebanyak 5 Unit)
8. Jumlah kawasan ekosistem esensial yang 13 26 39 43 48
terbentuk dan dioptimalkan pengelolaannya
sebanyak 48 unit
9. Jumlah ketersediaan paket data dan informasi 7 7 7 7 7
keanekaragaman hayati yang berkualitas di 7
wilayah biogeografi (Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,
dan Papua)
Pencapaian kinerja Kegiatan Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam akan sesuai
dengan yang ditargetkan apabila dikukung dengan pendanaan yang memadai. Sesuai
target kinerja yang telah direncanakan selama lima tahun ke depan, maka kebutuhan
alokasi anggaran diperkirakan sebesar Rp.234.991.728.470,-. Anggaran tersebut
dipergunakan untuk Gaji dan Tunjangan serta Opersional Perkantoran sebesar Rp
132.281.726.850,-; untuk Pengadaan Sarana Prasarana sebesar Rp 24.500.000.000,-;
dan Non Operasional/Kinerja sebesar Rp.78.210.001.620,-. Kebutuhan anggaran
tersebut masih bersifat sementara, yang dalam pelaksanaannya sangat tergantung dari
ketersediaan anggarran. Apabila target pendanaan tahunan tidak dapat dipenuhi,
maka target capaian kinerja serta target pendanaannya akan dialihkan menjadi target
tahun berikutnya. Rincian kebutuhan pembiayaan tersebut setiap tahunnya secara
indikatif adalah sebagai berikut :
Tabel 10 : Perkiraan Kebutuhan anggaran dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Tahun
2015-2019 Pada Balai Besar KSDA Jawa Barat
Pengadaan
Operasional Belanja
No. Tahun Belanja Gaji Sarana Jumlah
Perkantoran Kinerja
Prarasan
1. 2015 25.000.000.000 3.500.000.000 13.370.000.000 5.000.000.000 46.870.000.000
Dalam pelaksanaan upaya mewujudkan indicator Kinerja yang ditargetkan, Balai Besar
KSDA Jawa Barat tidak akan mungkin mewujudkan seluruh tujuan konservasi tanpa
melibatkan banyak pihak. Keterbatasan sumberdaya, terutama sumber pembiayaan
dan personil yang dimiliki akan menjadi factor penghambat utama pelaksanaan misi
tersebut. Di lain sisi, sangat banyak pihak yang mempunyai perhatian dan kepedulian
serta komitmen kuat dalam mewujudkan tujuan konservasi, dan para pihak tersebut
juga didukung dengan sumberdaya yang memadai Para pihak tersebut diharapkan
Rencana Strategis BBKSDA Jawa Barat Tahun 2015–2019 disusun sebagai pedoman dan
acuan pelaksanakan Program Pengelolaan Hutan Konservasi dan Keanekaragaman Hayati,
khususnya Kegiatan Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam bagi seluruh pelaksana
BBKSDA Jawa Barat.
Renstra tahun 2015–2019 perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam perencanaan tahunan
(Renja) tahun 2015–2019 yang merupakan dasar penyusunan RKA-K/L. Khusus Renja
tahun 2015 karena tahun pertama Renstra dan merupakan masa transisi belum
tersusunnya Renstra , maka Renja tahun 2015 disusun berdasarkan Rencana Kerja
Pemerintah tahun 2015 dan mengacu pada Renstra Ditjen KSDAE. Selain itu, Renstra
BBKSDA Jawa Barat Tahun 2015–2019 juga sebagai acuan dalam penetapan kinerja, yang
nantinya akan dievaluasi setiap tahunnya.
Dalam Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L terdapat kemungkinan untuk melakukan
perubahan Renstra pada saat periode Renstra masih berjalan. Perubahan harus benar-
benar bersifat strategis dan atau merupakan instruksi presiden atau menyangkut
kepentingan masyarakat secara luas. Dokumen Renstra ini perlu disikapi dengan dedikasi
yang tinggi dan kerja keras agar mandat pembangunan bidang Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem dapat dicapai secara optimal.
SURAT KEPUTUSAN
TENTANG
1
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
2 Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi - 2 unit 4 unit 6 unit 7 unit
Kawasan konservasi untuk 521 unit KSA, KPA dan TB
di seluruh Indonesia
2.1 Inventarisasi Potensi Kawasan 1. CA. Telaga Warna 1. CA. Burangrang 1. SM. Cikepuh 1. CA. Panjalu
2.1.1 Inventarisasi Potensi Kawasan Dalam Rangka 2. CA. Gunung Tilu 2. CA.Pangandaran 2. SM. Gunung Sawal
Evaluasi Fungsi Parsial
3 Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi - 10 unit 20 unit 35 unit 50 unit
yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di
seluruh Indonesia
3.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan 1. CA. Gn.Simpang 1. CA. Papandayan 1. TWA. Tampomas 1. SM. Cikepuh
3.1.1 Pembuatan PSP 2. CA. Bojonglarang 2. CA. Kamojang 2. CA. Gunung Jagat 2. TWA. Gunung Pancar
3.1.2 Inventarisasi potensi di masing-masing resort Jayanti 3. CA. Leueweung 3. TWA. Patengan 3. CA. Dungus Iwul
3. CA. Takokak Sancang 4. CA. Patengan 4. CA. Cibanteng
di lapangan
4. CA. Cadas Malang 4. TWA. Kamojang 5. TWA. Cimanggu 5. CA. Yan Lapa
3.1.3 Inventarisasi keragaman flora Jenis Anggrek 5. TWA. Sukawayana 5. TWA. Papandayan 6. CA. Cigenteng 6. CA. Tangkuban
dan Tumbuhan Obat 6. CA. Rawa Danau 6. TWA. Guntur Cipannyi Perahu Pel. Ratu
7. TB. Masgit Karebi 7. CA. Pangandaran 7. CA. Malabar 7. TWA. Pulau Sangiang
3.2 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi 8. CA. Burangrang 8. TWA.Pangandaran 8. CA. Junghun 8. TWA. Jember
Masyarakat Kawasan 9. CA..Tangkuban 9. CA.Telaga Boda 9. CA.Gunung Tilu 9. TWA. Telaga Warna
Perahu 10.TWA. Telaga 10. TWA. Lingarjati 10. CA. Telaga Warna
3.3 Pengembangan Database Spatial dan Non 10. TWA. Tangkuban Bodas 11. CA. Panjalu 11. CA. Tukung Gede
Perahu 12. SM. Gn. Sawal 12. CA. Arca Domas
Spatial
13. SM. Sindang Kerta 13. TWA. L P Sangiang
14. CA. Pulau Dua 14. CA. Laut Pangandaran
3.4 Pengelolaan Data dan Informasi 15. TB. Masigit Kareumbi 15. CA. Laut Leuweung
sancang
3.5 Desiminasi Data dan Informasi
2
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
4 Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman 3 Unit 9 Unit 9 Unit 9 Unit 9 Unit
nasional yang terbentuk sebanyak 10 Unit KPHK
4.1 Penyusunan Rancang Bangun KPHK 1. KPHK Guntur 1. KPHK Cikepuh- 1. KPHK Cikepuh- 1. KPHK Cikepuh- 1. KPHK Cikepuh-
4.1.1 Persiapan, FGD, Penyusunan, Konsultasi Papandayan Cibanteng Cibanteng Cibanteng Cibanteng
Publik 2. KPHK Simpang 2. KPHK Telaga 2. KPHK Telaga 2. KPHK Telaga Bodas - 2. KPHK Telaga Bodas -
–Tilu Bodas -Sawal Bodas -Sawal Sawal Sawal
3. KPHK 3. KPHK 3. KPHK 3. KPHK Pangandaran- 3. KPHK Pangandaran-
4.2 Penyusunan RPHJP Tangkuban Pangandaran- Pangandaran- Sancang Sancang
4.2.1 Inventarisasi Potensi Kawasan Konservasi Perahu Sancang Sancang 4. KPHK Serang Banten 4. KPHK Serang Banten
KPHK Burangrang 4. KPHK Serang 4. KPHK Serang 5. KPHK Kareumbi 5. KPHK Kareumbi
4.2.2 Inventarisasi Data Sosek Masyarakat Sekitar Banten Banten Tampomas Tampomas
KPHK 5. KPHK Kareumbi 5. KPHK Kareumbi 6. KPHK KPHK Bogor 6. KPHK KPHK Bogor
4.2.3 Pembahasan Internal Rancang Bangun Tampomas Tampomas
KPHK 6. KPHK KPHK Bogor 6. KPHK KPHK
Bogor
4.3 Penataan Wilayah Kerja KPHK
4.3.1 Pembahasan Penataan Wilayah Kerja KPHK
4
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
7 Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan 3 dokumen 5 Dokumen 7 Dokumen 9 Dokumen 10 okumen
konservasi yang tersusun dan mendapat
pengesahan sebanyak 150 Dokumen Rencana
Pengelolaan
7.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi
7.1.1 Inventarisasi Potensi Biofisik Kawasan Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Jabar
Jabar dengan dengan prioritas: Jabar dengan dengan prioritas: dengan prioritas:
prioritas: 1. TWA. Sukawayana prioritas: 1. TWA. Pulau Sangiang
7.2 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi
1. SM. Cikepuh 2. TWA. Tampomas 1. TWA. Gn. 2. CA. Sancang 1. TB. Masigit Kareumbi
Masyarakat Kawasan 2. TWA. Pancar
7.2.1 Inventarisasi Potensi Sosial dan Ekonomi Pangandaran 2. SM. Gn, Sawal
Masyarakat Kawasan 3. TWA. Telaga
Warna TWA.
7.3 Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Jember
Konservasi
7.3.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan kawasan
konservasi
8 Luas kawasan konservasi terdegradasi yang 100 Ha 100 Ha 390Ha 910Ha 1.300 Ha
dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas 100.000 ha
8.1 Analisa Spasial Tutupan Vegetasi Kawasan Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi
Konservasi Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Lingkup BKSDA Jabar Lingkup BKSDA Jabar
Jabar dengan prioritas: Jabar dengan dengan prioritas: dengan prioritas:
1. TWA. Papandayan prioritas: 1. TB. Masigit Kareumbi
8.2 Kajian Pemulihan Ekosistem
(60) 1. TB. Masigit 1. TB. Masigit Kareumbi (142)
8.2.1 Reviu/ Update Data RPE 2. SM. Gunung Sawal Kareumbi (122) (100) 2. SM. Cikepuh (200)
(40) 2. SM. Cikepuh 2. SM. Cikepuh (200) 3. CA.Papandayan (150)
8.3 Perencanaan Rehabilitasi Kawasan Konservasi (100) 3. SM. Gn. Sawal (70)
8.3.1 Perencanaan Rehabilitasi Kawasan 3. TWA. 4. CA.Kamojang (150)
Konservasi Kamojang (26)
5
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
8.4 Rehabilitasi Kawasan Konservasi 4. CA.Bjonglarang
8.4.1 Penyusunan Rancangan Kegiatan Jayanti (8,66)
Penanaman 5. CA.BUrangrang
(3,70)
8.4.2 Penanaman Dalam Rangka Pemulihan
6. CA. Rawa
Ekosistem Danau (30)
8.4.3 Rehabilitasi Kawasan TWA dan SM
8.4.4 Pengamanan/Pemeliharaan Bibit
Sementara
9 Jumlah desa di daerah penyangga kawasan 6 Desa 3 Desa 2 Desa 2 Desa 2 Desa
konservasi yang dibina sebanyak 77 Desa selama 5
tahun
6
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
9.1 Prakondisi Pemberdayaan Masyarakat 1. Desa Nasol 1. Desa Nasol 1. Desa Nasol 1. Desa Nasol 1. Desa Nasol
9.1.1 Koordinasi dan Konsultasi terkait (Sawal)
Pemberdayaan Masyarakat 2. Desa Sukalila 2. Desa Sukalila 2. Desa Sukalila 2. Desa Sukalila 2. Desa Sukalila
(Papandayan) (Papandayan) (Papandayan) (Papandayan) (Papandayan)
3. SUmurugul
9.2 Pembentukan dan Pembinaan Kelembagaan (Burangrang) 3. Sukamanah Jagat
4. Sukamanah
9.3 Pendampingan Pemberdayan Masyarakat Jagat
9.3.1 Bintek Pengembangan MDK 5. Campaka
(Cadas Malang)
9.4 Pembinaan dan Pengembangan Usaha Ekonomi 6. Desa Luwuk
Produktif (Rawa Danau)
9.4.1 Bantuan Pengembangan Usaha Ekonomi
Produktif bagi desa sekitar kawasan
konservasi
7
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
10 Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman 1 Unit 3 Unit 9 Unit 9 Unit 9 Unit
nasional yang beroperasi
10.1 Identifikasi, Eksplorasi, Inventarisasi, dan 1. Guntur 1. KPHK Guntur 1. KPHK Guntur 1. KPHK Guntur 1. KPHK Guntur
Pemetaan Sebaran Potensi Papandayan Papandayan Papandayan Papandayan Papandayan
10.1.1 Identifikasi, Eksplorasi, Inventarisasi, dan 2. KPHK Simpang Tilu 2. KPHK Simpang 2. KPHK Simpang Tilu 2. KPHK Simpang Tilu
3. KPHK BUrangrang Tilu 3. KPHK BUrangrang 3. KPHK BUrangrang
Pemetaan sebaran potensi pada kawasan
Tangkuban Perahu 3. KPHK Tangkuban Perahu Tangkuban Perahu
konservasi BUrangrang 4. Cikepuh- Cibanteng 4. Cikepuh- Cibanteng
10.1.2 Identifikasi, Eksplorasi dan Pemetaan Tangkuban 5. Telaga Bodas -Sawal 5. Telaga Bodas -Sawal
Kerawanan Kawasan konservasi Perahu 6. Pangandaran- 6. Pangandaran-
4. Cikepuh- Sancang Sancang
10.2 Pengelolaan Data dan Informasi Cibanteng 7. Serang Banten 7. Serang Banten
10.2.1 Pengelolaan Data dan Informasi kawasan 5. Telaga Bodas - 8. Kareumbi – 8. Kareumbi –
konservasi lingkup BBKSDA JABAR Sawal Tampomas Tampomas
6. Pangandaran- 9. KPHK Bogor 9. KPHK Bogor
Sancang
10.3 Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHK 7. Serang Banten
10.3.1 Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHK 8. Kareumbi –
Lingkup BBKSDA JABAR Tampomas
9. KPHK Bogor
10.4 Operasional KPHK
10.4.1 Rakor Operasionlisasi KPHK
10.4.2 Operasional KPHK
10.4.3 Rapat Penyusunan SOP KPHK
11.1 Patroli Pengamanan Hutan 1. Jawa Barat 1. Jawa Barat 1. Jawa Barat 1. Jawa Barat 1. Jawa Barat
11.1.1 Patroli Pengamanan Kawasan 2. Banten 2. Banten 2. Banten 2. Banten 2. Banten
11.1.2 Patroli Bersama MPP
9
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
11.8 Kampanye Pengendalian Kebakaran Hutan
11.8.1 Sosialisasi Pengendalian Kebakaran Hutan
11.8.2 Apel Siaga/ Gelar Pasukan dan Peralatan
Pemadaman Kebakaran Hutan
11.8.3 Pembuatan Papan Larangan /Informasi
terkait dalkarhut
11.8.4 Sosialisasi Kepada Masyarakat Sekitar
Kawasan Konservasi
12.1 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran Tumbuhan 1. CA.Gunung Tilu 1. CA.Gunung Tilu 1. CA.Gunung Tilu 1. CA.Gunung Tilu 1. CA.Gunung Tilu
Alam dan Satwa Liar 2. CA. Burangrang 2. CA. Burangrang 2. CA. Burangrang 2. CA. Burangrang 2. CA. Burangrang
3. CA.Sancang 3. CA.Sancang 3. CA.Sancang 3. CA.Sancang 3. CA.Sancang
10
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
12.1.1 Iventarisasi dan Pemetaan Sebaran Satwa 4. CA&TWA. 4. CA&TWA. 4. CA&TWA. 4. CA&TWA. Tangkuban 4. CA&TWA. Tangkuban
12.1.2 Inventarisasi Potensi Elang Jawa Tangkuban Tangkuban Perahu Tangkuban Perahu Perahu
12.1.3 Inventarisasi Potensi Owa Jawa Perahu 5. CA&TWA. Telaga Perahu 5. CA&TWA. Telaga 5. CA&TWA. Telaga
5. CA&TWA. Warna 5. CA&TWA. Warna Warna
12.1.4 Inventarisasi Macan Tutul
Telaga Warna 6. CA&TWA. Telaga Warna 6. CA&TWA. Kamojang 6. CA&TWA. Kamojang
12.1.5 Inventarisasi Potensi Habitat Penyu DI SM 6. CA&TWA. Kamojang 6. CA&TWA. 7. SM. Gunung Gunug 7. SM. Gunung Gunug
Sindangkerta Kamojang 7. SM. Gunung Gunug Kamojang Sawal Sawal
12.1.6 Inventarisasi Potensi Raflesia, Kaboa dan 7. SM. Cikepuh Sawal 7. SM. Gunung 8. SM. Cikepuh 8. SM. Cikepuh
Meranti Merah di CA Sancang 8. SM. Sindang 8. SM. Cikepuh Gunug Sawal 9. CA&TWA. Papndayan 9. CA&TWA. Papndayan
12.1.7 Inventarisasi Potensi Kantong SEMAR Kerta 9. SM. Sindang Kerta 8. SM. Cikepuh 10. SM. Sindang Kerta 10. SM. Sindangkerta
9. CA&TWA. 11. 11.
12.2 Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa Papndayan
10. SM.
Liar
Sindangkerta
12.2.1 Workshop Monitoring Satwa Liar
12.2.2 Workshop Peningkatan Populasi Satwa
Penting
12.2.3 Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan
Satwa Liar
12.2.4 Monitoring Populasi Dan Habitat Owa Jawa
12.2.5 Monitoring Populasi Elang Jawa
12.2.6 Monitoring Populasi Lutung
12.2.7 Monitoring Populasi Macan Tutul
12.2.8 Monitoring Prey Macan Tutul
12.2.9 Monitoring Populasi Owa Jawa
12.2.10 Monitoring Potensi Surili
12.2.11 Pembuatan Arboretum Anggrek Dan
Tanaman Obat
13 Jumlah penambahan jenis satwa liar dan tumbuhan 2 Spesies 4 Spesies 6 Spesies 8 Spesies 10 Spesies
alam yang dikembangbiakkan pada lembaga
konservasi sebanyak 10 spesies dari baseline tahun
2013
13.1 Pertimbangan Teknis Lembaga Konservasi 1. Kakatua KB Bandung / TSI: KB Bandung / TSI: KB Bandung/ KB Bandung / TSI/ TS
Galerita (TSI) 1. Biawak hijau 1. Ular King TSI/Cikembulan Cikembulan:
13.2 Bimbingan Teknis dan Supervisi 2. Nuri Pelangi 2. dan Biawak hitam Kobra, 1. Arwana, Cucak rawa,
(TSI) 2. Sanca Timor 2. Biawak Timor Jalak Putih
13.2.1 Koordinasi Calon LK
12
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
14 Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan 0,2 Milyar 0,25Milyar 0,3 Milyar 0,3 Milyar 0,5 Milyar
tumbuhan alam sebesar Rp 50 M
14.1 Pertimbangan Teknis Penyusunan Standar SKW I SKW I SKW I SKW I SKW I
Harga Patokan SKW II SKW II SKW II SKW II SKW II
14.1.1 Survey dan Analisa Data Pengusulan Kuota SKW III SKW III SKW III SKW III SKW III
SKW IV SKW IV SKW IV SKW IV SKW IV
SKW V SKW V SKW V SKW V SKW V
14.2 Bimbingan Teknis dan Supervisi SKW VI SKW VI SKW VI SKW VI SKW VI
14.2.1 Persiapan, Pelaksanaan, penyelesaian
14.2.2 Bimbingan Teknis dan Supervisi
14.2.3 Pelayanan Pembuatan BAP Tata Usaha
Peredaran TSL
15 Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran 1wilayah biogeografi 1wilayah biogeografi 1wilayah biogeografi 1wilayah biogeografi 1 wilayah
keanekaragaman spesies dan genetik yang valid dan biogeografi
reliable pada 7 wilayah biogeografi
4.5 Identifikasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi Kawasan Konservasi
Lingkup BBKSDA Jabar Lingkup BBKSDA Lingkup BBKSDA Jabar Lingkup BBKSDA Jabar
4.6 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran Tumbuhan Jabar
Alam dan Satwa Liar
4.6.1 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran
4.6.2 Identifikasi Tumbuhan Invasive Alien
Species (IAS)
13
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
4.8 Photo Hunting Satwa Liar dan Tumbuhan Alam
4.8.1 Photo Hunting TSL
17 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi 100.000 orang 200.000 orang 325.000 orang 455.000 orang 585.000 orang
minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan
mancanegara selama 5 tahun
17.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan Pariwisata TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup BBKSDA
Alam BBKSDA Jabar Jabar BBKSDA Jabar Jabar Jabar
17.1.1 Rapat Koordinasi Dalam Rangka
Pengembangan Pariwisata
14
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
17.3 Informasi, Promosi dan Pemasaran
18 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi 1.700.000 orang 4.000.000 orang 6.000.000 orang 8.500.000 orang 11.000.000 orang
minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan
nusantara selama 5 tahun
18.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan Pariwisata TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup BBKSDA
Alam BBKSDA Jabar Jabar BBKSDA Jabar Jabar Jabar
15
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
19 Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di 4 unit 10 Unit 25 unit 40Unit 50 unit
kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 Unit
dari baseline tahun 2013
19.1 Penyusunan Desain Tapak TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup TWA. Lingkup BBKSDA TWA. Lingkup BBKSDA
19.1.1 Penyusunan Desain Tapak Kawasan BBKSDA Jabar Jabar dengan prioritas BBKSDA Jabar Jabar dengan prioritas Jabar dengan prioritas
dengan prioritas TWA.Papandayan dengan prioritas TWA. Sukawayana
TWA.Papandayan TWA. Telaga TWA. Kamojang TWA. Patengan
19.2 Informasi, Promosi dan Pemasaran Potensi
Bodas TWA. Telaga Bodas 0TWA.Kamojag
Obyek Wisata Alam TWA.Kamojag TWA. Papndayan
19.2.1 Rapat Koordinasi Pemanfaatan Jasa TWA. Patengan
Lingkungan Air
19.2.2 Peningkatan Pelayanan Pengunjung Pada
Hari Raya/Libur Nasional
17
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
22.4 Evaluasi Pemanfaatan Potensi Panas Bumi
23 Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta 180 orang 360 orang 540 orang 720 orang 900 orang
Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/
Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif
sebanyak 6.000 Orang
23.1 Pembentukan Kader Konservasi 4 SKW I 10 SKW I 16 SKW I 22 SKW I 28 SKW I
23.1.1 Pembentukan Kader Konservasi 5 SKW II 11 SKW II 17 SKW II 23 SKW II 29 SKW II
6 SKW III 12 SKW III 18 SKW III 24 SKW III 30 SKW III
7 SKW IV 13 SKW IV 19 SKW IV 25 SKW IV 31 SKW IV
23.2 Kemah Bakti Kader Konservasi
8 SKW V 14 SKW V 20 SKW V 26 SKW V 32 SKW V
23.2.1 Kemah Konservasi 9 SKW VI 15 SKW VI 21 SKW VI 27 SKW VI 33 SKW VI
18
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
24 Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem 70,00 Poin 70,25 Poin 70,50 Poin 70,75 Poin 78,00 Poin
minimal 78,00
24.1 Penyusunan Program dan Anggaran 34 SKW I 40 SKW I 46 SKW I 52 SKW I 58 SKW I
35 SKW II 41 SKW II 47 SKW II 53 SKW II 59 SKW II
24.1.1 'Penyusunan Renja
36 SKW III 42 SKW III 48 SKW III 54 SKW III 60 SKW III
24.1.2 'Penyusunan RKA-KL 37 SKW IV 43 SKW IV 49 SKW IV 55 SKW IV 61 SKW IV
24.1.3 'Koordinasi dan konsultasi penyusunan 38 SKW V 44 SKW V 50 SKW V 56 SKW V 62 SKW V
Program dan Anggaran 39 SKW VI 45 SKW VI 51 SKW VI 57 SKW VI 63 SKW VI
24.1.4 'Dukungan Pelaksanaan Koordinasi UPT
KLHK Prov. Jabar
20
Target Kumulatif dan Lokasi Pelaksanaan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan/Komponen
2015 2016 2017 2018 2019
21
Lampiran 2
Indikatif Kebutuhan Pendanaan dalam rangka pencapaian Indikator Kinerja tahun 2015-2019
Balai Besar KSDA Jawa Barat
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000
2 Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi Kawasan konservasi 7 Unit - 75.000 140.000 150.000 200.000
untuk 521 unit KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
2.1 Inventarisasi Potensi Kawasan
2.1.1 Inventarisasi Potensi Kawasan Dalam Rangka Evaluasi Fungsi Parsial 50.000 50.000 75.000
3 Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable 50 Unit 90.000 140.000 200.000 110.000 90.000.000
pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000
4 Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk 9 unit 700.000 1.500.000 2.100.000 2.215.000 2.000.000
sebanyak 100 Unit KPHK
4.1 Penyusunan Rancang Bangun KPHK
4.1.1 Persiapan, FGD, Penyusunan, Konsultasi Publik 500.000 800.000 1.000.000 1.000.000 900.000
5 Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi 10 PKS 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS
5.1 Penyusunan Pertimbangan Teknis
5.1.1 Pelaksanaan, Pembahasan Pertimbangan Teknis - - - - -
6 Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas pengelolaannya 25 Unit 500.000 500.000 500.000 510.000 510.000
hingga memperoleh nilai indeks METT minimal 70 poin pada minimal 260 unit
KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
6.1 Self Assesment METT
6.6.1 Workshof METT - 75.000 75.000 75.000 75.000
6.6.2 Rakor Efektivitas Pengelolaan Kawasan 65.000 - - - -
6.4.1 Pengadaan Sarpras Pendukung KPHK 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
8 Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya 400 Ha 100.000 800.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
seluas 100.000 Ha
8.1 Analisa Spasial Tutupan Vegetasi Kawasan Konservasi -
9 Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina sebanyak 6 Desa 800.000 600.000 400.000 400.000 300.000
77 Desa selama 5 tahun
9.1 Prakondisi Pemberdayaan Masyarakat
9.1.1 Koordinasi dan Konsultasi terkait Pemberdayaan Masyarakat 50.000 50.000 50.000 50.000 25.000
10 Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang beroperasi 10 Unit 700.000 1.500.000 2.000.000 2.250.000 2.000.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000
10.1.1 Identifikasi, Eksplorasi, Inventarisasi, dan Pemetaan sebaran potensi 75.000 75.000 - - -
pada kawasan konservasi
10.1.2 Identifikasi, Eksplorasi dan Pemetaan Kerawanan Kawasan konservasi 75.000 75.000 - - -
11 Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan 2 Prov 1.000.000 1.200.000 1.300.000 1.400.000 1.500.000
konservasi di 34 Provinsi
11.1 Patroli Pengamanan Hutan
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000
12 Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas 10 % 750.000 800.000 900.000 1.000.000 1.200.000
sesuai The IUCN Red List of Threatened Species sebesar 10% sesuai
baseline data tahun 2013
12.1 Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran Tumbuhan Alam dan Satwa Liar
12.1.1 Iventarisasi dan Pemetaan Sebaran Satwa 50.000 50.000 50.000 - -
12.1.2 Inventarisasi Potensi Elang Jawa 50.000 50.000 50.000 50.000 60.000
12.1.3 Inventarisasi Potensi Owa Jawa 50.000 50.000 50.000 50.000 -
12.1.4 Inventarisasi Macan Tutul - - 50.000 50.000 -
12.1.5 Inventarisasi Potensi Habitat Penyu DI SM Sindangkerta - - - 50.000 50.000
12.1.6 Inventarisasi Potensi Raflesia, Kaboa dan Meranti Merah di CA - - - - 50.000
Sancang
12.1.7 Inventarisasi Potensi Kantong SEMAR - - - - 75.000
14 Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam sebesar 0,5 Milyar 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000
Rp 50 M
14.1 Pertimbangan Teknis Penyusunan Standar Harga Patokan 50.000
14.1.1 Survey dan Analisa Data Pengusulan Kuota 25.000 25.000 25.000 25.000
15 Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran keanekaragaman spesies 1 Wilayah - 50.000 75.000 75.000 100.000
dan genetik yang valid dan reliable pada 7 wilayah biogeografi Biogeografi
4.5 Identifikasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar 50.000 25.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000
16 Jumlah unit pusat pengembangbiakan dan suaka satwa (sanctuary) spesies 1 Unit - - 1.000.000 1.000.000 1.000.000
terancam punah yang terbangun sebanyak 50 unit.
17 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta 0,1 Juta - - - - -
orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun
18 Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta 1,5 Juta 1.000.000 1.500.000 1.750.000 2.000.000 2.250.000
orang wisatawan nusantara selama 5 tahun
19 Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi 3 Unit 200.000 250.000 300.000 400.000 500.000
bertambah sebanyak 100 Unit dari baseline tahun 2013
19.1 Penyusunan Desain Tapak
19.1.1 Penyusunan Desain Tapak Kawasan 75.000 100.000 100.000 100.000 200.000
Kode Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target 5 Tahun Target Kinerja Kumulatif x Rp.1000
20 Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan 1 Unit 50.000 75.000 125.000 100.000 75.000
konservasi bertambah sebanyak 25 Unit
22 Jumlah kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi 2 Unit - 25.000.000 75.000.000 100.000.000 150.000.000
di kawasan konservasi sebanyak minimal 5 unit
22.1 Inventarisasi Potensi Panas Bumi
22.1.1 Inventarisasi Potensi sekitar Panas Bumi 75.000 75.000
23 Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok 900 Orang 450.000 500.000 500.000 720.000 900.000
Swadaya Masyarakat/ Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif
sebanyak 6.000 Orang
23.1 Pembentukan Kader Konservasi
23.1.1 Pembentukan Kader Konservasi 100.000 150.000 150.000 150.000 150.000
24 Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem minimal 78,00 78 point 2.500.000 3.250.000 3.500.000 4.000.000 4.500.000
24.1 Penyusunan Program dan Anggaran
24.1.1 'Penyusunan Renja 25.000 50.000 75.000 100.000 100.000
24.1.2 'Penyusunan RKA-KL 25.000 25.000 35.000 35.000 35.000
24.1.3 'Koordinasi dan konsultasi penyusunan Program dan Anggaran 25.000 25.000 35.000 35.000 35.000
24.1.4 'Dukungan Pelaksanaan Koordinasi UPT KLHK Prov. Jabar 35.000 50.000 50.000 50.000 50.000