Kegiatan pemberdayaan telah dilakukan sejak awal tahun 1990-an, namun belum
sepenuhnya mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini disebabkan antara lain
sumber daya pengelolaan kawasan yang terbatas, letak desa-desa umumnya
terpencil, serta tingkat pemahaman dan peran aktif masyarakat masih rendah.
Selain itu, situasi dan kondisi setiap wilayah sangat beragam serta kegiatan
pembinaan/pemberdayaan bersifat multisektor dan multipihak.
Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan roadmap ini, kami
menyampaikan penghargaan dan terima kasih.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu negara mega-biodiversitas di dunia, Indonesia memiliki sumber
daya alam hayati tropis berlimpah dengan endemisme species sangat tinggi.
Sumber daya tersebut terdiri dari unsur-unsur hewani, nabati, dan fenomena alam
yang keseluruhannya mempunyai peran esensial dan tidak dapat digantikan dalam
sistem penyangga kehidupan. Oleh karenanya, konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya perlu dilakukan sepanjang generasi.
Hingga tahun 2014 terdapat lebih kurang 3.746 desa di dalam dan di sekitar
kawasan konservasi dengan kondisi umum perekonomian masyarakat sangat
tertinggal. Guna membantu peningkatan ekonomi sekaligus melibatkan masyarakat
dalam pelestarian kawasan konservasi, sejak awal 1980-an pemerintah telah
menyelenggarakan pembinaan/ pemberdayaan masyarakat daerah penyangga
kawasan konservasi, namun pembinaan selama lima tahun terakhir baru mampu
diinisiasi dan dibina sekitar 120 desa. Hal ini disebabkan berbagai sebab antara
lain kompleksitas permasalahan yang menyangkut banyak pihak dan sektor,
terbatasnya regulasi teknis tentang penetapan dan pengelolaan daerah penyangga,
terbatasnya sumber daya pengelola, serta lemahnya pemahaman dan dukungan
para pihak dan sektor terhadap pembinaan desa di daerah penyangga akibat
kurangnya informasi dan sosialisasi program.
1. Pencapaian
a. Sebanyak 347 desa dari 3.746 desa di sekitar kawasan konservasi telah
teridentifikasi dan data dan informasinya sudah masuk di dalam database
pada aplikasi sistem informasi daerah penyangga kawasan konservasi
(SIMDPKK).
b. Pembinaan/pemberdayaan masyarakat 120 desa binaan di daerah
penyangga kawasan konservasi.
c. Peningkatan pendapatan kelompok masyarakat di desa binaan.
d. Peningkatan kapasitas pendamping/fasilitator pemberdayaan masyarakat
dari UPT.
e. Pembentukan kelompok serta pendampingan dan peningkatan kapasitas
kelompok masyarakat desa binaan.
f. Penerbitan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) pemberdayaan
masyarakat di daerah penyangga kawasan konservasi meliputi:
− Pedoman Penyusunan Rencana Induk.
− Petunjuk Teknis Pendampingan.
− Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi.
− Instrumen Pendapatan Masyarakat di Sekitar Kawasan Konservasi.
− Perangkat lunak berupa aplikasi web database SIMDPKK (sistem
informasi daerah penyangga kawasan konservasi).
g. Sosialisasi NSPK pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga
kawasan konservasi.
2
c. Ketersediaan fasilitator UPT, baik kuantitas maupun kapasitasnya, untuk
pendampingan dalam kegiatan pembinaan/pemberdayaan masyarakat
masih terbatas.
d. Jenis dan bentuk kegiatan pembinaan/pemberdayaan masyarakat di
daerah penyangga belum sepenuhnya dirancang atas dasar peta potensi
(peta sosial) dan penilaian kebutuhan (need assessment) masyarakat.
e. Hampir seluruh UPT belum memiliki rencana (induk) pemberdayaan
masyarakat daerah penyangga yang saling terintegrasi dengan program
sektor/pihak lain.
f. Kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan/pemberdayaan
masyarakat di daerah penyangga belum sepenuhnya dilaksanakan per
tahap/fase kegiatan.
1. Maksud : roadmap ini sebagai acuan bagi para pelaksana dan para pihak
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan/pemberdayaan desa binaan di 77
desa yang ada di daerah penyangga kawasan konservasi.
2. Tujuan : tercapainya IKK Program KSDAE Tahun 2015-2019.
D. Manfaat
Diharapkan roadmap ini bermanfaat bagi stakeholder sebagai berikut:
1. Bagi Direktorat Jenderal KSDAE dan UPT Direktorat Jenderal KSDAE: sebagai
acuan dalam merencanakan, merealisasikan/implementasi, serta monitoring
dan evaluasi pengelolaan daerah penyangga.
2. Bagi Pemerintah Daerah: sebagai referensi dalam pengelolaan daerah
penyangga kawasan konservasi yang mengintegrasikan kebijakan
pembangunan daerah dengan rencana pengelolaan kawasan konservasi.
3. Bagi pemangku kepentingan: sebagai referensi yang terkait pengelolaan
daerah penyangga kawasan konservasi.
4. Bagi pemangku kepentingan, baik sektor maupun para pihak terkait lan:
sebagai referensi dalam mendukung sekaligus mensinergikan program serupa
khususnya di desa yang sama dalam periode tersebut.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup roadmap pencapaian IKK Program KSDAE Tahun 2015-2019
meliputi:
1. Arah kebijakan strategis.
2. Indikator keberhasilan.
3. Strategi pencapaian IKK Program KSDAE Tahun 2015-2019.
4. Implementasi dan prasyarat pencapaian IKK Tahun 2015-2019.
5. Monitoring dan Evaluasi
3
F. Landasan Hukum
Landasan hukum pencapaian IKK Program KSDAE Tahun 2015-2019 antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
2. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.
3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan KSA dan
KPA.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa.
6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 Tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu.
7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2013 Tentang
Pemanfaatan Air dan Energi Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-
II/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
9. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Pendampingan Desa.
10. Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 44/Kpts/DJ-VI/1997 Tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Rancangan Pembinaan Daerah Penyangga.
11. Keputusan Direktur Jenderal PHPA Nomor 49/Kpts/DJ-VI/1997 Tentang
Petunjuk Teknis Pengembangan Daerah Penyangga.
12. Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK 203/IV-KKBHL/2012 tentang
Petunjuk Teknis Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat Daerah
Penyangga Kawasan Konservasi.
13. Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor SK 204/IV-KKBHL/2012 Tentang
Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Daerah
Penyangga Kawasan Konservasi.
14. Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program
KSDAE Tahun 2015-2019.
4
2. Pembinaan fungsi daerah penyangga, meliputi: (1) peningkatan pemahaman
masyarakat terhadap konservasi sumber daya hayati dan ekosistemnya; (2)
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraannya; dan (3) peningkatan produktivitas lahan.
3. Pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi adalah
bimbingan/pendampingan berbagai kegiatan, mulai perencanaan hingga
pengawasan yang dilakukan oleh UPT Dijen KSDAE terhadap masyarakat
desa binaan dalam rangka mencapai tujuan bersama.
4. Pemberdayaan masyarakat daerah penyangga kawasan konservasi adalah
upaya meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun
kelompok, dalam pengelolaan potensi sumber daya berikut permasalahannya
guna peningkatan kemandirian, kesejahteraan, dan kualitas hidup masyarakat
daerah penyangga kawasan konservasi dengan tetap menjaga kelestarian
kawasan konservasi.
5. Desa dan desa adat – atau dengan sebutan lain seperti kampung, nagari, huta,
marga, dan sebagainya – adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan nasional.
6. Kawasan konservasi adalah kawasan, baik di daratan maupun di perairan,
yang memiliki ciri khas tertentu dan mempunyai fungsi pokok perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya, yang berdasarkan kondisi biogeofisiknya
dikategorikan kedalam kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, atau
taman buru.
7. Kawasan suaka alam, disingkat KSA, adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan. KSA dibagi ke dalam dua fungsi, yaitu:
a. Cagar alam, disingkat CA, adalah KSA yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara
alami.
b. Suaka margasatwa, disingkat SM, adalah KSA yang mempunyai ciri khas
berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk
kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
8. Kawasan pelestarian alam, disingkat KPA, adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. KPA dibagi ke dalam tiga fungsi sebagai berikut
a. Taman nasional, disingkat TN, adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi;
5
b. Taman wisata alam, disingkat TWA, adalah kawasan pelestarian alam
yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam;
c. Taman hutan raya, disingkat TAHURA, adalah kawasan pelestarian alam
untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan,
jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi.
9. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata
buru atau tempat diselenggarakan perburuan secara teratur.
10. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, disingkat KSDAHE,
adalah pengelolaan sumber daya alam hayati berikut ekosistemnya yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragaman dan nilainya.
11. Direktorat Jenderal KSDAE, disingkat Ditjen KSDAE, adalah direktorat jenderal
yang berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang
mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam urusan KSDAE.
12. Unit Pelaksana Teknis Ditjen KSDAE adalah unit kerja yang berada di bawah
Ditjen KSDAE, terdiri dari Balai Besar KSDA, Balai Besar Taman Nasional,
Balai KSDA, dan Balai Taman Nasional.
6
B A B II
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBINAAN
A. Landasan Pemikiran
Kebijakan pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi
didasarkan atas tiga landasan pemikiran, yaitu filosofis, sosiologis, dan yuridis
yang ketiganya merupakan bagian integral dari dan berdasar atas tiga aspek
kehidupan, yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial.
1. Landasan filosofis
Semua sumber daya memiliki manfaat yang dapat digunakan bagi
kesejahteraan manusia sesuai fungsi dan kemampuannya. Namun karena
fungsi dan sifat sumber daya alam hayati sebagai pendukung sistem
penyangga kehidupan tidak dapat tergantikan, maka sumber daya tersebut
wajib dilindungi dan dilestarikan sepanjang generasi.
7
3. Landasan yuridis
Daerah penyangga mempunyai fungsi untuk menjaga KSA dan KPA dari
segala bentuk gangguan yang berasal dari luar dan/atau dari dalam kawasan
yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan dan/atau perubahan fungsi
kawasan (Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 28
tahun 2011 Pasal 44 ayat (1).
8
potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
secara berkelanjutan.
Ada persamaan antara tujuan pembinaan fungsi daerah penyangga KSA dan
KPA dengan tujuan pembangunan desa, yakni untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa. Seperti yang tertuang pada Pasal 49
Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011 yang menyebutkan:
− Ayat (1), pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota
harus memberdayakan masyarakat di sekitar KSA dan KPA dalam rangka
meningkatkan kesejahteraannya;
− Ayat (2), pemberdayaan meliputi pengembangan kapasitas masyarakat
dan pemberian akses pemanfaatan KSA dan KPA.
B. Konsep Pembinaan/Pemberdayaan
Konsep pembinaan/pemberdayaan desa binaan di daerah penyangga kawasan
konservasi dilaksanakan dengan prinsip dan strategi sebagai berikut:
9
berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat
semakin berdaya.
a. Menciptakan kemandirian
Capaian akhir dari program pembinaan/pemberdayaan adalah
memandirikan masyarakat artinya memampukan dan membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan masyarakat jangan menjadikan masyarakat semakin
tergantung pada berbagai pemberian (charity). Apa yang dinikmati
masyarakat harus dihasilkan dari usaha sendiri.
c. Pendekatan kelompok
Kemiskinan telah menyebabkan masyarakat kurang pengetahuan/
informasi, bertindak tidak peduli atau bersikap acuh tak acuh dan
10
tergantung pada bantuan/ sumbangan para dermawan. Secara individual
masyarakat akan sulit mengatasi hambatan penyebab kemiskinan.
d. Pendampingan
Pendamping diperlukan untuk peningkatan kualitas para anggota dan
pengurus kelompok. Pendamping akan membimbing masyarakat
meningkatkan pengetahuan budidaya, penanganan pasca panen dan
menjual produk. Pendamping sebagai fasilitator, komunikator dan
dinamisator sehingga perlu mengadakan komunikasi secara intensif
dengan kelompok.
11
paling tinggi. Gangguan ini menunjukkan adanya ketergantungan masyarakat
terhadap kawasan konservasi. Indikator gangguan keamanan dapat diketahui
dari frekuensi dan intensitas pelanggaran, seperti perambahan, penebangan
liar, serta pencurian dan perdagangan ilegal flora fauna.
Desa miskin dapat diketahui dari kondisi pemukiman dan aksesibilitas publik.
Pemukiman masyarakat pedesaan yang termiskin dicirikan: rumah yang
berlantai tanah, tidak memiliki jamban sendiri, sumber air bersih terbatas,
sanitasi yang buruk. Aksesibilitas publik dicirikan oleh terbatas atau tidak
adanya layanan listrik, layanan pendidikan, layanan kesehatan, layanan
telekomunikasi, dan ketersediaan sarana prasarana transportasi yang minim.
Kondisi masyarakat inilah yang memenuhi kriteria benar-benar membutuhkan.
D. Indikator Keberhasilan
Pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa binaan di daerah penyangga kawasan
konservasi diselenggarakan guna mewujudkan IKK Program KSDAE Tahun 2015-
2019. Guna mengukur tingkat pencapaian/keberhasilan program tersebut
dibutuhkan indikator keberhasilan.
12
BAB III
TAHAPAN PENCAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
PROGRAM KSDAE TAHUN 2015-2019
A. Perencanaan
Dukungan dan komitmen para pihak dan sektor (apa, kapan, bagaimana)
dari hasil koordinasi menjadi bagian penting yang perlu dituangkan ke
dalam rencana.
13
Di tingkat desa, UPT harus proaktif melakukan koordinasi dengan
perangkat desa dan mengikuti musyawarah desa (musdes) guna
memastikan bahwa kegiatan pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa
di daerah penyangga wilayahnya mendapat perhatian serius sehingga
menjadi salah satu program desa yang bersangkutan.
14
- Desa yang memiliki interaksi terkuat (interaksi negatif atau positif) dengan
kawasan konservasi.
- Desa yang merupakan penyangga KPHK atau calon KPHK.
- Desa model desa konservasi (MDK) atau diprioritaskan bagi desa-desa
yang telah siap menjadi desa konservasi.
- Desa baru yang belum dan perlu dibina.
15
c. aturan main secara tertulis;
d. ukuran/indikator keberhasilan pembinaan/pemberdayaan masyarakat
daerah penyangga yang disepakati bersama; serta
e. penetapan/pengakuan kelompok secara tertulis dari Kepala Desa dan/atau
Kepala UPT KSDAE setempat.
Pada tahap pembinaan lebih lanjut, kelompok didorong agar dapat dilegalisasi
dengan akta notaris.
5. Penyusunan Rencana
Rencana pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi
disusun berdasarkan atas kajian data dan informasi potensi desa hasil FGD
melalui PRA.
B. Kelembagaan
C. Implementasi
Implementasi kegiatan pembinaan desa binaan di daerah penyangga
dislenggarakan sesuai rencana (RPL dan RKT) yang sudah disahkan.
3. Pendampingan
Pendampingan merupakan sebuah upaya membantu, mengarahkan, dan
mendukung masyarakat dalam penggalian potensi sumber daya yang mereka
18
miliki, pemberian akses terhadap sumber daya lain, perumusan masalah,
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi kegiatan.
Adapun teknis pendampingan dapat dilihat lebih lanjut dalam “Petunjuk Teknis
Pendampingan Pembinaan/Pemberdayaan Desa Binaan di Daerah Penyangga
Kawasan Konservasi”.
19
d. Memfasilitasi kemudahan akses terhadap sarana produksi, teknologi,
informasi, pasar, dan jaringan.
e. Memberikan bimbingan teknis dan administrasi kelompok dalam
pengelolaan usaha, termasuk pengelolaan sumber daya dan pengelolaan
keuangannya.
f. Memberikan pendampingan dalam proses pembentukkan kelompok dan
pengembangan kelembagaan.
g. Memberikan pelayanan lain yang dibutuhkan kelompok sesuai tugas,
kewenangan, dan tanggung jawab sebagai pendamping pembinaan/
pemberdayaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi.
a. Temu muka
Antara lain dilakukan dalam bentuk:
− Sosialisasi mengenai kebijakan pemerintah berikut ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang kehutanan,
lingkungan hidup, dan konservasi SDAHE, termasuk isu-isu,
permasalahan, serta solusi yang perlu ditindaklanjuti.
− Penyuluhan, baik menyangkut kebijakan maupun teknik-teknik
pengelolaan sumber daya, dalam implementasi pembinaan desa
binaan yang berwawasan lingkungan;
− Kunjungan pendamping ke sekolah-sekolah di desa binaan guna
memberikan pendidikan konservasi alam di lapangan sekaligus
merupakan dukungan terhadap muatan lokal lingkungan.
20
b. Media komunikasi
Penyebaran visual yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati,
lingkungan, dan konservasi SDAHE, termasuk kegiatan pembinaan desa
binaan di daerah penyangga kawasan konservasi, diantaranya:
− media cetak, misalnya brosur, leaflet, booklet, buletin;
− media elektronik, misal CD dan video (memuat film pendek), kaset,
radio, TV;
− pameran, biasanya pada hari-hari besar nasional atau hari-hari spesial
setempat;
− spanduk atau billboard yang dipasang di tempat-tempat strategis;
− pusat informasi konservasi alam, yaitu sebuah media atau institusi
yang menyediakan informasi keanekaragaman hayati setempat, baik
yang berkaitan dengan DPKK maupun yang berkaitan dengan
kawasan konservasi di sekitarnya.
c. Plot percontohan
Plot-plot percontohan, baik proses maupun hasil, guna memudahkan
pembelajaran serta mempercepat pemahaman masyarakat atas
pentingnya kelestarian lingkungan sekaligus pengelolaan potensi sumber
daya secara berkelanjutan.
Monitoring dan evaluasi merupakan suatu fungsi internal dalam suatu kegiatan atau
suatu organisasi. Evaluasi merupakan rangkuman hasil pengukuran capaian
kinerja secara menyeluruh selama periode tahun berjalan, atau beberapa tahun
sebelumnya. Selain menilai realisasi pelaksanaan, evaluasi juga menilai aspek-
aspek efisiensi, efektivitas, dan capaian manfaat (outcomes) yang ditetapkan dalam
Rencana Strategi (Renstra). Keseluruhan capaian kinerja tersebut merupakan
ukuran keberhasilan manajemen (UPT KSDAE) dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya, dalam hal ini kegiatan pembinaan desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi.
21
1. Monitoring
Monitoring adalah pengumpulan data dan informasi yang dilakukan secara
terus menerus sepanjang kegiatan (selama siklus program, dalam hal ini lima
tahun), yang disesuaikan dengan tahapan proses dalam rencana, baik fisik,
sumber daya, maupun waktu. Dengan kata lain, data dan informasi hasil
monitoring digunakan untuk menginformasikan perkembangan kemajuan
kegiatan guna kepentingan manajemen.
a. Tujuan monitoring
Tujuan pokok monitoring pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa
binaan di daerah penyangga kawasan konservasi antara lain untuk
mengetahui tingkat kemajuan pekerjaan, mencegah atau mencarikan
solusi atas permasalahan, menumbuhkan pengawasan melekat, serta
memastikan pertanggungjawaban pelaksanaan (yang diatur dalam
rencana) kepada pihak-pihak yang berkewenangan.
b. Sasaran monitoring
Sasaran monitoring adalah seluruh jenis kegiatan (mulai persiapan,
perencanaan, hingga implementasi), mencakup unsur-unsur masukan
(inputs), keluaran (outputs), proses, dan tujuan antara
pembinaan/pemberdayaan masyarakat desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi.
c. Acuan monitoring
Pelaksanaan monitoring mengacu pada :
1) DIPA UPT dan DIPA pusat;
2) Rencana (RPL, RKT) Pembinaan/Pemberdayaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang bersangkutan;
3) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-2019.
4) Norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), baik pedoman,
petunjuk teknis, prosedur kerja, dan lain-lain, misalnya Indikator
Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga;
5) Laporan rutin kemajuan kegiatan (bulanan, tahunan);
6) Hasil monitoring yang telah dilakukan sebelumnya (jika ada);
7) Self assessment.
2. Evaluasi
Evaluasi merupakan rangkuman hasil pengukuran capaian kinerja secara
menyeluruh selama tahun berjalan atau sampai dengan tahun lalu.
Evaluasi dilakukan antara lain dengan membandingkan apa yang dihasilkan
dengan apa yang direncanakan, menganalisisnya, serta menghitung tingkat
capaian dalam ukuran kuantitatif yang tertera dalam indikator capaian.
a. Tujuan evaluasi
Tujuan umum evaluasi kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat
capaian kinerja atau tingkat keberhasilan kegiatan pembinaan/
pemberdayaan masyarakat desa binaan di daerah penyangga kawasan
konservasi periode tahun berjalan serta seberapa besar kontribusi
22
terhadap capaian output dan outcome yang ditetapkan dalam Rencana
Strategi (Renstra).
b. Sasaran evaluasi
Berdasarkan jenis kegiatan, sasaran evaluasi adalah seluruh jenis
kegiatan (mulai dari perencanaan hingga pengawasan, termasuk
permasalahan (jika ada) dan langkah yang dilakukan.
1) Evaluasi awal
Dilakukan pada tahap permulaan kegiatan, yaitu menilai proses
perencanaan dan implementasi awal kegiatan, dengan tujuan menilai
tingkat fungsi dan kelayakan dokumen rencana yang dihasilkan serta
progres kegiatan awal hingga pada saat evaluasi ini dilakukan.
2) Evaluasi pertengahan
Dilakukan secara berkala 2 tahun hingga 4 tahun dengan tujuan untuk
menilai kegiatan yang dilaksanakan pada tahun ke 2-3-4 periode
berjalan, mencakup output atau tingkat capaian kinerja yang telah
dilaksanakan, apakah kegiatan-kegiatan tersebut berhasil mencapai
tujuan-tujuan antara yang ditetapkan.
c. Acuan evaluasi
Pelaksanaan evaluasi mengacu kepada:
1) DIPA UPT dan DIPA pusat;
2) Rencana (RPL, RKT) Pembinaan/Pemberdayaan Desa Binaan di
Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang bersangkutan;
3) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Program KSDAE Tahun 2015-2019.
4) Landasan hukum pelaksanaan program/kegiatan, termasuk norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK), baik pedoman, petunjuk teknis,
prosedur kerja, dan lain-lain, misalnya Indikator Keberhasilan Kegiatan
Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga;
23
5) Laporan rutin kemajuan kegiatan (bulanan, tahunan) dan laporan
khusus (jika ada);
6) Hasil monitoring dan/atau evaluasi yang telah dilakukan sebelumnya
(jika ada);
7) Self assessment.
24
B A B IV
IMPLEMENTASI DAN PRASYARAT PENCAPAIAN IKK
TAHUN 2015-2019
A. Implementasi Kegiatan
Terdapat sepuluh kegiatan pokok dalam pencapaian IKK Program KSDAE Tahun
2015-2019, yaitu:
1. Pengumpulan data dan informasi potensi desa binaan di daerah penyangga
kawasan konservasi;;
2. Penetapan desa binaan dan pendampingnya;
3. Penyusunan dan penetapan NSPK;
4. Pembuatan (dan pengelolaan) database desa binaan;
5. Penyusunan rencana pembinaan desa binaan;
6. Pembinaan/pemberdaayaan masyarakat di desa binaan;
7. Peningkatan kapasitas fasilitator/pendamping desa binaan;
8. Koordinasi dan sosialisasi pembinaan/pemberdayaan masyarakat di desa
binaan di daerah penyangga kawasan konservasi;
9. Bimbingan teknis dan supervisi; serta
10. Monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan pembinaan desa binaan di daerah
penyangga kawasan konservasi.
25
1. Prasyarat ideal
Prasyarat ideal adalah semua kondisi – baik sumber daya manusia, bahan dan
peralatan, pendanaan, waktu, maupun regulasi – terkait pencapaian IKK
Program KSDAE Tahun 2015-2019 yang diperlukan, harus terpenuhi, yaitu:
b. Pendanaan
Pembinaan desa binaan di daerah penyangga kawasan konservasi
membutuhkan dukungan pendanaan yang memadai. Oleh karenanya,
selain dianggarkan dalam APBN bidang KSDAE Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, baik di Direktorat KKBHL maupun di UPT,
seyogyanya kegiatan ini dipadukan dengan program pemberdayaan
masyarakat pemerintah daerah, sektor, dan mitra kerja, baik pengusaha
maupun lembaga swadaya masyarakat luar dan dalam negeri. Oleh karena
itu, keikutsertaan dan peran aktif UPT dalam musyawarah desa (musdes)
dan musyawarah perencanaan pembangunan daerah (musrenbang)
menjadi sangat penting.
c. Pendampingan
Pendampingan merupakan salah satu strategi yang umum diterapkan dan
sangat penting dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hal
ini dilandasi oleh pemikiran bahwa masyarakat perdesaan secara umum
berada dalam kondisi yang lemah, baik secara ekonomi, sosial budaya,
maupun politik. Kondisi demikian seringkali menjadi salah satu kendala
cukup serius bagi pelaksanaan program-program pembangunan dimana
masyarakat seharusnya dapat berpartisipasi aktif sebagai subyek
pembangunan. Oleh karenanya, pendampingan mutlak diperlukan
sebagai salah satu pendekatan terbaik dalam mengatasi kendala tersebut.
26
d. Dukungan teknologi
Teknologi memiliki peran penting dalam mendukung peningkatan kinerja.
Teknologi terapan yang tepatguna, sederhana, dan mudah diaplikasikan
akan sangat membantu dalam proses percepatan tercapainya keberhasilan
pembinaan/pemberdayaan masyarakat. Teknologi terapan yang diperlukan
sehari-hari masyarakat pedesaan terutama untuk proses produksi pertanian
(dalam arti luas), penanganan paska panen, dan pelayanan jasa pariwisata.
2. Prasyarat minimum
Prasyarat minimum pencapaian IKK Program KSDAE Tahun 2015-2019 adalah:
a. Perencanaan yang skematis, sinergis, partisipatif, dan aplikatif.
b. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebutuhan sumber daya (dana, SDM,
peralatan, regulasi) yang telah ditetapkan dalam rencana.
c. Penanggungjawab dan pelaksana kegiatan.
d. Pemantapan komunikasi dan sosialisasi kegiatan pembinaan/pemberdayaan
masyarakat desa binaan di daerah penyangga.
e. Pembangunan kesepahaman serta dukungan dan sinergitas pemberdayaan
masyarakat daerah penyangga kawasan konservasi dengan program
serupa dari para pihak.
27
B A B IV
PENUTUP
Roadmap ini merupakan acuan bagi para pelaksana dan para pihak dalam mewujudkan
tercapainya IKK Program KSDAE Tahun 2015-2019, yaitu terbinanya 77 desa di daerah
penyangga kawasan konservasi selama 5 tahun.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, selain melakukan sosialisasi dan koordinasi secara
proaktif, Kepala UPT KSDAE agar menindaklanjuti dan menjabarkan roadmap ini
kedalam petunjuk praktis, standard operating prosedure (SOP), atau petunjuk lainnya,
yang memuat penjabaran lebih jelas bagi para pelaksana lapangan.
28
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Nama Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi Tahun 2015-2019
1 2 3 4 5 6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
76.
77.
29
Lampiran 2. Daftar Nama Pendamping (Fasilitator UPT Direktorat Jenderal KSDAE) Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan
Konservasi Tahun 2015-2019
Pendamping/Fasilitator Kecamatan,
No. UPT KSDAE Nama Desa Binaan Kabupaten, Provinsi
Nama, NIP Jabatan
1 2 3 4 5 6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
75.
76.
77.
30
Lampiran 3. Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi Korelasi Dukungannya terhadap
Pencapaian IKK Program KSDAE Tahun 2015-2019
Keterangan:
V CUKUP PENTING DIPERLUKAN mendukung indikator TIDAK LANGSUNG
1. Pengumpulan data dan Teridentifikasi potensi 154 cqln desa UPT Ditjen KSDAE 77 Profil
informasi potensi desa binaan Desa
Pengusulan Desa Binaan dan Usulan dan penetapan 77 desa yang akan Usulan oleh Kepala UPT
2.
Pendampingnya
dibina tahun 2015-2019 dan
Penetapan oleh Dirjen SK Dirjen
pendamping setiap desa binaan
NSPK tentang pemberdayaan, Penanggung Jawab Pusat;
3. Penyusunan dan Penetapan penetapan daerah penyangga, pola masukan dari para pihak Peratur-
NSPK pembinaan, indikator keberhasilan, SOP,
terkait an Dirjen
dll
Pembuatan dan/atau Pengelolaan database
4. Kersediaan dan terdokumentasinya data Pusat (seluruh desa) dan Aplikasi
Pengelolaan Database dan informasi 77 desa binaan UPT (masing-masing desa)
Pembinaan Desa Binaan
database (entry, updating, pemeliharaan sistem)
Penanggung Jawab UPT; 77 Rencana
5. Penyusunan Rencana 77 Rencana Pemberdayaan Masyara-kat penyusunan oleh Tim Pembinaan (RPL) dan 231 RKT tahun 3, 4, 5
Pembinaan Desa Binaan (RPL 5 Tahun) Desa Binaan Penyusun (SK Ka UPT) 154 RKT thn 1, 2
Penanggung Jawab UPT;
6. Pembinaan Desa Binaan
Terselenggaranya keiatan Pembinaan
Dibantu Penjab Lapangan, Laporan dan dokumen pelaksanaan setiap
Desa Binaan di 77 UPT jenis kegiatan pembinaan 77 desa binaan
Pendamping, Kelompok
Peningkatan Kapasitas Peningkatan wawasan dan kemampuan Pusat cq. Direktorat Laporan, prosiding, dan
7.
Pendamping Desa Binaan pendamping 77 desa binaan Konservasi Kawasan dokumen peningkatan kapasitas
pendamping dari 77 UPT
Penyamaan pemahaman dan kerjasama Laporan dan dokumen pelaksanaan
8. Koordinasi dan Sosialisasi dengan para pihak (pemda, sektor, dll) Pusat dan UPT
di 77 UPT koordinasi dan sosialisasi 77 desa binaan
Bimbingan Teknis dan Peningkatan kemampuan UPT dan Laporan dan dokumen pelaksanaan
9.
Supervisi
fasilitator/pendamping dalam Pusat dan UPT Bimbingan Teknis dan Supervisi 77 UPT
pelaksanaan pembinaan 77 desa binaan
10. Monitoring, Evaluasi, dan Diketahui progres secara berkala dan Pusat dan UPT Laporan, dokumen, dan rekomendasi
Pelaporan tingkat kinerja kegiatan di 77 desa monev serta bahan kebijakan lebih lanjut
32
Lampiran 5. Estimasi Pembiayaan Setiap Jenis/Tahap Kegiatan dalam Pencapaian
IKK Program KSDAE Kegiatan Pembinaan Desa Binaan di Daerah
Penyangga Kawasan Konservasi Periode Tahun 2015-2019
Pengumpulan data
1. dan informasi potensi UPT 160.000 - - - -
desa
Penetapan Desa
2. Binaan dan UPT 200.000 - - - -
Pendampingnya
Pusat 200.000 - - - -
Penyusunan dan
3. Pusat 100.000 ? ? ? ?
Penetapan NSPK
(Pembuatan dan)
4. Pengelolaan Database Pusat 50.000 ? ? ? ?
Desa Binaan di DPKK
UPT ? ? ? ? ?
Penyusunan Rencana
Pemberdayaan
5. UPT 3.850.000 3.850.000
Masya-rakat Desa
Binaan
Pembinaan Desa
6. UPT - 7.700.000 7.700.000 7.700.000 7.700.000
Binaan di DPKK
Peningkatan
Kapasitas Fasilitator/
7. Pendamping Desa Pusat - 300.000 300.000 300.000 -
Binaan tahun 2015-
2019
Koordinasi dan Pusat (dan
8. - 4.000.000 4.000.000 4.000.000 4.000.000
Sosialisasi UPT)
UPT -
33
Jakarta, 2015